Pedoman KTR PDF
Pedoman KTR PDF
738
Ind
P
KEMENTERIAN KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pedoman
Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok
• Di fasilitas pelayanan
kesehatan
• Di tempat proses
belajar mengajar
• Di tempat ibadah
• Di tempat anak bermain
• Di angkutan umum
• Di tempat kerja
• Di tempat umum
K
ebiasaan merokok sudah meluas di hampir semua kelompok masyarakat di
Indonesia dan cenderung meningkat, terutama di kalangan anak dan remaja
sebagai akibat gencarnya promosi rokok di berbagai media massa. Hal ini
memberi makna bahwa masalah merokok telah menjadi semakin serius, mengingat
merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan yang
dapat terjadi baik pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang tidak
merokok (perokok pasif). Oleh karena itu perlu dilakukan langkah-langkah pengamanan
rokok bagi kesehatan, diantaranya melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok.
Buku Pedoman Kawasan Tanpa Rokok ini disusun berdasarkan perkembangan aspek-
aspek hukum dan berbasis data terbaru. Pedoman ini merupakan pedoman umum
tentang perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan bagaimana cara mengembangkannya di
beberapa tatanan serta sekaligus sebagai langkah advokasi untuk memperoleh
komitmen yang tinggi dalam mengembangkan Kawasan Tanpa Rokok. Buku Pedoman
Kawasan Tanpa Rokok ini merupakan pengembangan dari Buku Panduan
Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok yang telah diterbitkan oleh Pusat Promosi
Kesehatan pada tahun 2006.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak, khususnya tim yang telah
menyelesaikan pedoman ini. Semoga bermanfaat. Amin.
1
Katalog Dalam Terbitan. Kementerian Kesehatan RI
363.738
Indonesia. Kementerian Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan
Ind
Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok .___ Jakarta :
P
Kementerian Kesehatan RI, 2010.
2
SAMBUTAN
SEKRETARIS JENDERAL
Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya,
akhirnya Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok ini dapat diselesaikan
dengan baik.
Kementerian Kesehatan sangat menyambut baik dengan terbitnya buku pedoman ini,
sehingga diharapkan pedoman ini akan dapat dijadikan tindak lanjut dari berbagai
peraturan atau perundang-undangan yang akan diterbitkan, karena bila dilihat dari
dampak yang ditimbulkan masalah merokok ini sudah sangat mendesak untuk
ditangani.
WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2030, dari 70% kematian yang disebabkan
oleh rokok akan terjadi di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Sejalan
dengan hal tersebut, Riset Kesehatan Dasar 2010 menyebutkan prevalensi perokok
saat ini sebesar 34,7%; artinya lebih dari sepertiga penduduk merupakan perokok.
Untuk itu, pengembangan Pedoman Kawasan Tanpa Rokok sangatlah tepat dan harus
menjadi agenda pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk itu penerapan
pedoman ini perlu didukung oleh berbagai pihak agar dapat dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya.
Akhirnya kami ucapkan terima kasih kepada tim yang telah bekerja keras
sehingga terselesaikannya Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
ini, dan kepada semua pihak mari kita sama-sama mewujudkan Kawasan
Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat proses belajar
mengajar, tempat anak bermain, tempat ibadah, angkutan umum, tempat
kerja, tempat umum dan tempat lainnya yang ditetapkan.
3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar 01
Sambutan Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan RI 03
Daftar Isi 04
Pendahuluan 05
Langkah-Langkah Pengembangan
Kawasan Tanpa Rokok 18
Pada Dinas Kesehatan 18
Pada 7 Tatanan Kawasan Tanpa Rokok 20
Penutup 47
Tim Penyusun 48
4
1.
Pengendalian para perokok yang
menghasilkan asap rokok yang sangat
berbahaya bagi kesehatan perokok aktif
maupun perokok pasif merupakan salah satu
solusi menghirup udara bersih tanpa paparan
asap rokok atau biasa disebut penetapan
Kawasan Tanpa Rokok.
PENDAHULUAN
Hak untuk menghirup udara bersih tanpa
paparan asap rokok telah menjadi
perhatian dunia. WHO memprediksi
penyakit yang berkaitan dengan rokok
akan menjadi masalah kesehatan di dunia. Dari tiap 10
orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya
meninggal karena disebabkan asap rokok. Dari data terakhir
WHO di tahun 2004 ditemui sudah mencapai 5 juta kasus
kematian setiap tahunnya serta 70% terjadi di negara
berkembang, termasuk didalamnya di Asia dan Indonesia.
Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650
juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.
55
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok
terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008). Pada tahun
2007, Indonesia menduduki peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar
setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang. Pada tahun yang sama,
Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa penduduk berumur di atas 10
tahun yang merokok sebesar 29,2% dan angka tersebut meningkat
sebesar 34,7% pada tahun 2010 untuk kelompok umur di atas 15 tahun.
6
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok sebenarnya
selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai
pihak baik lembaga/institusi pemerintah maupun
swasta dan masyarakat. Namun pada
kenyataannya upaya yang telah dilakukan tersebut
jauh tertinggal dibandingkan dengan penjualan,
periklanan/promosi dan atau penggunaan rokok.
Asumsi lain adalah perokok membebankan biaya keuangan dan risiko fisik
kepada orang lain yang berarti bahwa seharusnya perokoklah yang
menanggung semua ”biaya” atau kerugian akibat merokok. Tetapi pada
kenyataannya perokok membebankan secara fisik dan ekonomi kepada
orang lain juga. Beban ini meliputi risiko orang lain yang terkena asap rokok
di lingkungan sekitarnya dan biaya yang dibebankan pada masyarakat
untuk pelayanan kesehatan. Agar permasalahan dan kondisi tersebut di
atas dapat dikendalikan maka perlu dilakukan upaya pengamanan
terhadap bahaya merokok melalui penetapan Kawasan Tanpa Rokok dan
juga membatasi ruang gerak para perokok.
7
2.
MASALAH, FAKTA DAN DATA
TENTANG ROKOK
merokok sampai saat ini masih menjadi
Masalah masalah nasional yang perlu secara
terus menerus diupayakan
penanggulangannya, karena menyangkut
berbagai aspek permasalahan dalam
kehidupan, yaitu aspek ekonomi, sosial, politik,
utamanya aspek kesehatan.
8
“
Sekitar 1,5 juta orang dari rumah
tangga perokok yang berobat
penyakit Hipertensi dengan
biaya yang dihabiskan mencapai
Rp.219 miliar sebulan atau
Rp.2,6 triliun lebih setahun.
Rumah tangga perokok juga
mengeluarkan belanja untuk
berobat penyakit Asma sebesar
Rp.1,1 triliun, penyakit TBC
Dari aspek kesehatan, rokok Rp.636 miliar, penyakit
mengandung 4000 zat kimia yang pernafasan lain Rp.4,3 triliun,
berbahaya bagi kesehatan, seperti dan penyakit Jantung 2,6 triliun.
Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang Jika biaya rawat inap tidak
bersifat karsinogenik, bahkan juga disubsidi, maka total biaya yang
Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang dikeluarkan oleh masyarakat
ditimbulkan karena kebiasaan merokok akibat penyakit yang berkaitan
seperti Emfisema, Kanker Paru, dengan tembakau adalah
Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru Rp.15,44 triliun.
lainnya. Dampak lain adalah terjadinya
penyakit Jantung Koroner, peningkatan Biaya rata-rata yang dibelanjakan oleh
kolesterol darah, berat bayi lahir rendah individu perokok untuk membeli
(BBLR) pada bayi ibu perokok, tembakau dalam satu bulan adalah
keguguran dan bayi lahir mati. Rp.216.000; secara makro total biaya
yang dibelanjakan oleh perokok di
Soewarta Kosen dkk (2009) Indonesia dalam satu bulan sebesar
memperkirakan bahwa jika asumsi tanpa Rp.12,77 triliun dan dalam satu tahun
biaya rawat inap, maka total biaya yang adalah Rp.153,25 triliun. Kerugian
dikeluarkan oleh masyarakat karena ekonomi total penduduk Indonesia dalam
penyakit yang berkaitan dengan setahun akibat konsumsi produk
tembakau berjumlah Rp.15,44 triliun. tembakau mencapai Rp.338,75 triliun,
Angka tersebut jauh lebih besar atau lebih dari enam kali pendapatan
dibandingkan dengan total biaya rawat cukai rokok Pemerintah yang hanya Rp.
inap untuk penyakit yang sama pada 53,9 triliun. Secara makro, terdapat
tahun 2001 yakni Rp.2,6 triliun. Total kehilangan tahun produktif (DALYs Loss/
biaya rawat inap untuk penyakit yang Disability Adjusted Life Years Loss)
berkaitan dengan tembakau sebesar Rp. sebesar 13.935,68 (.7.575,22 untuk laki-
3,11 triliun, sehingga total biaya untuk laki dan 6.360,46 untuk perempuan) atau
rawat inap dan rawat jalan sebesar Rp. 25,5% dari total DALYs Loss dalam tahun
18,55 triliun. yang sama (51.250 DALYs Loss).
9
Risiko Kesehatan bagi
Fakta Perokok
• Indonesia menempati urutan ke-7
terbesar dalam jumlah kematian yang
Fakta membuktikan disebabkan oleh kanker yakni
sebanyak 188.100 orang. Kematian
bahwa bahaya tembakau yang disebabkan oleh penyakit sistem
terhadap kesehatan pembuluh darah di Indonesia
berjumlah 468.700 orang atau
sangat besar, jauh lebih menempati urutan ke-6 terbesar dari
dari yang disadari oleh seluruh negara-negara kelompok
sebagian besar WHO. Kematian yang disebabkan oleh
penyakit sistem pernafasan adalah
masyarakat. Kebiasaan penyakit Chronic Obstructive
merokok berhubungan Pulmonary Diseases (COPD) yakni
sebesar 73.100 orang (66,6%)
dengan kejadian sedangkan Asma sebesar 13.690
berbagai penyakit, orang (13,7%). Kematian akibat
sebagian besar berakibat penyakit Tuberkulosis sebesar 127.00
orang yang merupakan terbesar ke-3
kematian. Uraian berikut setelah negara India dan China.
ini memaparkan risiko • Berbagai evidence based menyatakan
kesehatan bagi perokok, bahwa mengonsumsi tembakau dapat
rokok dan Indonesia menimbulkan penyakit kanker (Mulut,
Pharinx, Larinx, Oesophagus, Paru,
sebagai perspektif dan Pankreas, dan kandung kemih),
data yang yang antara penyakit sistem pembuluh darah
(Jantung Koroner, Aneurisme Aorta,
lain berisi hasil Riset pembuluh darah perifer,
Kesehatan Dasar 2007 Arteriosklerosis, gangguan pembuluh
yang diselenggarakan darah otak) dan sistem pernafasan
(Bronchitis, Chronis, Emfisema, Paru
oleh Badan Penelitian dan Obstruktif Kronik, Tuberkulosis Paru,
Pengembangan Asma, Radang Paru, dan penyakit
saluran nafas lainnya)
Kesehatan, Kementerian
Kesehatan. • Akibat rokok di Indonesia
menyebabkan 9,8% kematian karena
penyakit Paru Kronik dan Emfisema
pada tahun 2001.
10
• Rokok merupakan penyebab dari
Rokok dan Indonesia
sekitar 5% kasus Stroke di Indonesia.
sebagai Perspektif
• Wanita yang merokok mungkin
mengalami penurunan atau • Sekitar 40,3 juta anak 0-14 tahun
penundaan kemampuan hamil. Pada terpapar asap rokok.
pria meningkatkan risiko impotensi • 40,5% populasi semua umur terpapar
sebesar 50%. asap rokok di dalam rumah.
• Seorang bukan perokok yang menikah • 4,2% perempuan umur di atas 15
dengan perokok mempunyai risiko tahun merokok.
Kanker Paru sebesar 20-30% lebih • 65,9% laki-laki umur di atas 15 tahun
tinggi daripada mereka yang merokok.
pasangannya bukan perokok dan juga • 69% rumah tangga memiliki
risiko mendapatkan penyakit Jantung. pengeluaran untuk rokok.
• Rata-rata individu perokok
• Ibu hamil yang merokok selama masa
menghabiskan Rp.216.000 untuk
kehamilan atau terpapar asap rokok di
membeli tembakau.
rumahnya atau di lingkungannya
berisiko mengalami proses kelahiran
yang bermasalah, termasuk berat bayi • Rata-rata satu perokok
lahir rendah, lahir mati dan cacat lahir.
• Lebih dari 40,3 juta anak Indonesia
per tahun
berusia 0–14 tahun tinggal dengan menghabiskan
perokok dan terpapar asap rokok Rp.2.592.000 untuk
dilingkungannya. Anak yang terpapar
asap rokok di lingkungannya
membeli tembakau.
mengalami pertumbuhan paru yang
“
• Rumah tangga perokok terkaya
lambat, dan lebih mudah terkena
infeksi saluran pernapasan, infeksi menghabiskan 7% pendapatannya
telinga dan Asma. untuk rokok sementara rumah tangga
perokok termiskin menghabiskan 12%.
Seorang bukan perokok yang • Minimal 1 orang anggota rumah
menikah dengan perokok tangga yang mengonsumsi tembakau.
• 50% dari perokok jangka panjang
mempunyai risiko Kanker Paru
sebesar 20-30% lebih tinggi akan meninggal karena penyakit akibat
daripada mereka yang rokok.
pasangannya bukan perokok
dan juga risiko mendapatkan
penyakit Jantung.
11
Data
Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun • Terjadi peningkatan prevalensi perokok
2010 : yang merokok setiap hari untuk umur
• Prevalensi perokok saat ini sebesar 25-34 tahun dari 29,0% (2007)
34,7%. menjadi 31,1% (2010). Peningkatan
- Lebih dari separuh perokok (52,3%) terjadi pada kelompok umur 15-24
menghisap 1-10 batang rokok tahun dari 17,3% (2007) menjadi
setiap hari. 18,6% (2010).
- 2 dari 5 perokok saat ini merokok • Lebih dari separuh (54,1%) penduduk
rata-rata 11-20 batang setiap hari. laki-laki berumur 15 tahun ke atas
- 4,7% perokok merokok 21-30 merupakan perokok tiap hari.
batang setiap hari.
- 2,1% perokok merokok lebih dari • Rokok merupakan salah satu
30 batang setiap hari. penyebab kematian terbesar di dunia.
• 76,6% perokok merokok di dalam Diperkirakan hingga menjelang 2030
rumah ketika bersama anggota kematian akibat merokok akan
keluarga lain. mencapai 10 juta per tahunnya dan di
negara-negara berkembang
• 1,7% perokok mulai merokok pada
diperkirakan tidak kurang 70%
usia 5-9 tahun dan tertinggi mulai kematian yang disebabkan oleh rokok.
merokok pada kelompok umur 15-19
tahun (43,3%). • Dari tiap 10 orang dewasa yang
• Persentase nasional penduduk meninggal, 1 orang diantaranya
berumur 15 tahun ke atas yang meninggal karena disebabkan asap
merokok setiap hari sebesar 28,2%. rokok. Di tahun 2025 nanti, saat
• Persentase merokok penduduk jumlah perokok dunia sekitar 650 juta
orang maka akan ada 10 juta kematian
merokok tiap hari tampak tinggi pada
per tahun.
kelompok umur produktif (25-64
tahun) dengan rentang 30,7%-32,2%
12
• Tahun 2007 di Indonesia, usia perokok • Penyakit-penyakit
makin muda, jumlah perokok usia 15–
19 tahun di Indonesia mencapai
akibat rokok pada
18,8% atau meningkat dari tahun akhirnya juga
2001 (12,7%). Begitu juga perokok melemahkan potensi
wanita jumlahnya meningkat terus tiap
waktu. SDM kita. Diketahui
• Dan yang lebih berbahaya adalah
asap rokok memicu
dampak ekonominya. Merokok sedikitnya 25 macam
cenderung menyebabkan merosotnya penyakit, mulai dari
daya kerja penduduk, yang berakibat
pada menurunnya produktivitas
penyakit saluran
perusahaan dan produktivitas pernafasan, Kanker
nasional. Tiap batang rokok berarti Paru-Paru, penyakit
hilangnya waktu kerja produktif
sebanyak 10 menit. Pekerja perokok pembuluh darah,
pun jadi cenderung malas dan suka Impotensi, Stroke,
mangkir. Pendek kata, merokok
merupakan pemborosan nasional.
hingga Kanker Kandung
Kemih. Dari semua itu
Kanker Paru-Paru yang
tergawat di peringkat
pertama.
13
3.
PENGELOLAAN KAWASAN
TANPA ROKOK
Kawasan Tanpa Rokok
(KTR) adalah ruangan
atau area yang
dinyatakan dilarang
untuk kegiatan merokok
atau kegiatan
memproduksi, menjual,
mengiklankan, dan/
atau mempromosikan
produk tembakau.
14
14
• Tempat proses belajar mengajar
Pengertian adalah sarana yang digunakan untuk
• Kawasan Tanpa Rokok (KTR) kegiatan belajar, mengajar, pendidikan
dan/atau pelatihan.
adalah ruangan atau area yang
dinyatakan dilarang untuk kegiatan • Tempat anak bermain adalah area,
merokok atau kegiatan memproduksi, baik tertutup maupun terbuka, yang
menjual, mengiklankan, dan/atau digunakan untuk kegiatan bermain
mempromosikan produk tembakau. anak-anak.
• Tempat khusus untuk merokok • Tempat ibadah adalah bangunan
adalah ruangan yang diperuntukkan atau ruang tertutup yang memiliki ciri-
khusus untuk kegiatan merokok yang ciri tertentu yang khusus dipergunakan
berada di dalam KTR. untuk beribadah bagi para pemeluk
• Rokok adalah salah satu produk masing-masing agama secara
tembakau yang dimaksudkan permanen, tidak termasuk tempat
untuk dibakar, dihisap dan/atau ibadah keluarga.
dihirup termasuk rokok kretek,
• Angkutan umum adalah alat
rokok putih, cerutu atau bentuk
lainnya yang dihasilkan dari angkutan bagi masyarakat yang dapat
tanaman Nicotiana tabacum, berupa kendaraan darat, air dan udara
Nicotiana rustica dan spesies biasanya dengan kompensasi.
lainnya atau sintesisnya yang • Tempat kerja adalah ruang atau
asapnya mengandung Nikotin
lapangan tertutup atau terbuka,
dan Tar, dengan atau tanpa bahan
tambahan. bergerak atau tetap dimana tenaga
kerja bekerja, atau yang dimasuki
• Merokok adalah kegiatan membakar tenaga kerja untuk keperluan suatu
rokok dan/atau menghisap asap usaha dan dimana terdapat sumber
rokok. atau sumber-sumber bahaya.
• Perokok pasif adalah orang yang • Tempat umum adalah semua
bukan perokok namun terpaksa tempat tertutup yang dapat diakses
menghisap atau menghirup asap oleh masyarakat umum dan/atau
rokok yang dikeluarkan oleh perokok. tempat yang dapat dimanfaatkan
• Fasilitas pelayanan kesehatan bersama-sama untuk kegiatan
masyarakat yang dikelola oleh
adalah suatu alat dan/atau tempat
pemerintah, swasta dan masyarakat.
yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan • Tempat lain yang ditetapkan
kesehatan, baik promotif, preventif, adalah tempat terbuka yang
kuratif maupun rehabilitatif yang dimanfaatkan bersama-sama untuk
dilakukan oleh pemerintah, pemerintah kegiatan masyarakat.
daerah dan/atau masyarakat.
15
• Penetapan Kawasan Tanpa Rokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.
merupakan upaya perlindungan untuk • Peraturan Pemerintah Republik
masyarakat terhadap risiko ancaman Indonesia No. 19 Tahun 2003 tentang
gangguan kesehatan karena Pengamanan Rokok bagi Kesehatan.
lingkungan tercemar asap rokok. • Peraturan Pemerintah Republik
Penetapan Kawasan Tanpa Rokok ini Indonesia Nomor 41 Tahun 1999
perlu diselenggarakan di fasilitas tentang Pengendalian Pencemaran
pelayanan kesehatan, tempat proses Udara.
belajar mengajar, tempat anak • Instruksi Menteri Kesehatan Nomor
bermain, tempat ibadah, angkutan 84/Menkes/Inst/II/2002 tentang
umum, tempat kerja, tempat umum Kawasan Tanpa Rokok di Tempat
dan tempat lain yang ditetapkan, Kerja dan Sarana Kesehatan.
untuk melindungi masyarakat yang • Instruksi Menteri Pedidikan dan
ada dari asap rokok. Kebudayaan RI Nomor 4/U/1997
tentang Lingkungan Sekolah Bebas
Rokok.
Landasan Hukum • Instruksi Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 161/Menkes/Inst/III/
Beberapa peraturan telah diterbitkan 1990 tentang Lingkungan Kerja Bebas
sebagai landasan hukum dalam Asap Rokok.
pengembangan Kawasan Tanpa Rokok,
sebagai berikut :
• Undang-Undang Republik Indonesia Tujuan
Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah
Tujuan penetapan Kawasan Tanpa Rokok
Sakit.
• Undang-Undang Republik Indonesia adalah :
• Menurunkan angka kesakitan dan/
Nomor 36 Tahun 2009 tentang
atau angka kematian dengan cara
Kesehatan pasal 113 sampai dengan
mengubah perilaku masyarakat untuk
116.
• Undang-Undang Republik Indonesia hidup sehat.
• Meningkatkan produktivitas kerja yang
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan
optimal.
Pengelolaan Lingkungan Hidup. • Mewujudkan kualitas udara yang
• Undang-Undang Republik Indonesia
sehat dan bersih, bebas dari asap
Nomor 23 Tahun 2002 tentang
rokok.
Perlindungan Anak. • Menurunkan angka perokok dan
• Undang-Undang Republik Indonesia
mencegah perokok pemula.
Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak • Mewujudkan generasi muda yang
Asasi Manusia.
• Undang-Undang Republik Indonesia sehat.
Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
• Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 1997 tentang
16
Sasaran Sasaran di Angkutan Umum
• Pengelola sarana penunjang di
Sasaran Kawasan Tanpa Rokok adalah di angkutan umum (kantin, hiburan, dsb).
• Karyawan.
tempat pelayanan kesehatan, tempat
• Pengemudi dan awak angkutan.
proses belajar mengajar, tempat anak
• Penumpang.
bermain, tempat ibadah, angkutan
umum, tempat kerja, tempat umum dan
tempat lain yang ditetapkan (Undang- Sasaran di Tempat Kerja
• Pimpinan/penanggung jawab/
Undang Republik Indonesia Nomor 36
Tahun 2009 tentang Kesehatan). pengelola sarana penunjang di tempat
kerja (kantin, toko, dsb).
• Staf/pegawai/karyawan.
Sasaran di Fasilitas Pelayanan
• Tamu.
Kesehatan
• Pimpinan/penanggung jawab/
pengelola fasilitas pelayanan Sasaran di Tempat Umum
• Pimpinan/penanggung jawab/
kesehatan.
• Pasien. pengelola sarana penunjang di tempat
• Pengunjung. umum (restoran, hiburan, dsb).
• Tenaga medis dan non medis. • Karyawan.
• Pengunjung/pengguna tempat umum.
Sasaran di Tempat Proses
Belajar Mengajar Manfaat
• Pimpinan/penanggung jawab/
pengelola tempat proses belajar Penetapan Kawasan Tanpa Rokok
mengajar. merupakan upaya perlindungan untuk
• Peserta didik/siswa.
masyarakat terhadap risiko ancaman
• Tenaga kependidikan (guru).
gangguan kesehatan karena lingkungan
• Unsur sekolah lainnya (tenaga
tercemar asap rokok. Penetapan
administrasi, pegawai di sekolah). Kawasan Tanpa Rokok ini perlu
diselenggarakan di fasilitas pelayanan
Sasaran di Tempat Anak kesehatan, tempat proses belajar
Bermain mengajar, tempat anak bermain, tempat
• Pimpinan/penanggung jawab/
ibadah, angkutan umum, tempat kerja,
pengelola tempat anak bermain. tempat umum dan tempat lain yang
• Pengguna/pengunjung tempat anak
ditetapkan.
bermain.
17
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN
KAWASAN TANPA ROKOK
PADA DINAS KESEHATAN
Dinas kesehatan provinsi dan
kabupaten/kota yang akan
mengembangkan Kawasan
Tanpa Rokok di beberapa
tatanan di daerahnya dapat
melakukan serangkaian
langkah-langkah sebagai
berikut :
18
“
Penyebarluasan informasi dan sosialisasi
tentang Kawasan Tanpa Rokok dilakukan
dengan menggunakan berbagai metode
dan media di berbagai kesempatan
yang ada sehingga pelaksanaan
Kawasan Tanpa Rokok dapat diketahui
dan dilaksanakan oleh semua pihak,
baik pembina, pengawas maupun
perokok dan bukan perokok dengan
pemberlakuan sanksi sesuai hukum
yang diterapkan.
19
LANGKAH-LANGKAH
PENGEMBANGAN
KAWASAN TANPA ROKOK
1. Di Fasilitas Pelayanan 4. Di Tempat Ibadah
Kesehatan 5. Di Angkutan Umum
2. Di Tempat Proses Belajar 6. Di Tempat Kerja
Mengajar 7. Di Tempat Umum
3. Di Tempat Anak Bermain
A. Analisis Situasi
(1) Di Fasilitas Pimpinan rumah sakit atau fasilitas
Pelayanan Kesehatan pelayanan kesehatan lainnya
melakukan pengkajian ulang tentang
Petugas kesehatan melaksanakan ada tidaknya kebijakan Kawasan
advokasi kepada pimpinan rumah sakit Tanpa Rokok dan bagaimana sikap
atau fasilitas pelayanan kesehatan dan perilaku sasaran (karyawan/
lainnya dengan menjelaskan perlunya pasien/pengunjung) terhadap
Kawasan Tanpa Rokok dan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
keuntungannya jika dikembangkan di Kajian ini untuk memperoleh data
area tersebut. sebagai dasar membuat kebijakan.
20
• Meminta masukan tentang E. Sosialisasi Penerapan Kawasan
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, Tanpa Rokok antara lain :
antisipasi kendala dan sekaligus • Sosialisasi penerapan Kawasan
alternatif solusi. Tanpa Rokok di lingkungan internal
• Menetapkan penanggung jawab bagi karyawan.
Kawasan Tanpa Rokok dan • Sosialisasi tugas dan penanggung
mekanisme pengawasannya. jawab dalam pelaksanaan Kawasan
• Membahas cara sosialisasi yang Tanpa Rokok.
efektif bagi karyawan/pasien/
pengunjung. F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
• Penyampaian pesan Kawasan
Kemudian pihak pimpinan membentuk Tanpa Rokok kepada pasien/
komite atau kelompok kerja pengunjung melalui poster, tanda
penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa larangan merokok, pengumuman,
Rokok. pengeras suara dan lain
sebagainya.
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa • Penyediaan tempat bertanya.
Rokok • Pelaksanaan pengawasan Kawasan
Komite atau kelompok kerja membuat Tanpa Rokok.
kebijakan yang jelas tujuan dan cara
melaksanakannya. G. Pengawasan dan Penegakan Hukum
• Pengawas Kawasan Tanpa Rokok
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : di fasilitas pelayanan kesehatan
• Membuat surat keputusan dari mencatat pelanggaran dan
pimpinan tentang penanggung menerapkan sanksi sesuai
jawab dan pengawas Kawasan peraturan daerah setempat
Tanpa Rokok di fasilitas pelayanan • Melaporkan hasil pengawasan
kesehatan. kepada otoritas pengawasan
• Instrumen pengawasan. daerah yang ditunjuk oleh
• Materi sosialisasi penerapan pemerintah daerah setempat, baik
Kawasan Tanpa Rokok. diminta atau tidak.
• Pembuatan dan penempatan tanda
larangan merokok di fasilitas H. Pemantauan dan Evaluasi
pelayanan kesehatan. • Lakukan pemantauan dan evaluasi
• Mekanisme dan saluran secara berkala tentang kebijakan
penyampaian pesan di sekitar yang telah dilaksanakan.
fasilitas pelayanan kesehatan. • Minta pendapat komite dan lakukan
• Pelatihan bagi pengawas Kawasan kajian terhadap masalah yang
Tanpa Rokok. ditemukan.
• Pelatihan kelompok sebaya bagi • Putuskan apakah perlu penyesuaian
karyawan tentang cara berhenti terhadap masalah kebijakan.
merokok. ____________________________________
21
(2) Di Tempat Proses Pihak pimpinan mengajak bicara
karyawan/guru/dosen/siswa yang
Belajar Mengajar mewakili perokok dan bukan perokok
untuk :
Petugas kesehatan melaksanakan • Menyampaikan maksud, tujuan dan
advokasi kepada pimpinan/pengelola manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
tempat proses belajar mengajar • Membahas rencana kebijakan
dengan menjelaskan perlunya tentang pemberlakuan Kawasan
Kawasan Tanpa Rokok dan Tanpa Rokok.
keuntungannya jika dikembangkan • Meminta masukan tentang
Kawasan Tanpa Rokok di area penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
tersebut. antisipasi kendala dan sekaligus
alternatif solusi.
Dari advokasi tersebut akhirnya • Menetapkan penanggung jawab
pimpinan/pengelola tempat belajar Kawasan Tanpa Rokok dan
mengajar setuju untuk mekanisme pengawasannya.
mengembangkan Kawasan Tanpa • Membahas cara sosialisasi yang
Rokok. Contoh tempat proses belajar efektif bagi karyawan/guru/dosen/
mengajar adalah sekolah, kampus, siswa.
perpustakaan, ruang praktikum dan
lain sebagainya. Kemudian pihak pimpinan membentuk
komite atau kelompok kerja
Yang perlu dilakukan oleh penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
pimpinan/pengelola untuk Rokok.
mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok adalah sebagai berikut : C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok
A. Analisis Situasi Komite atau kelompok kerja membuat
Penentu kebijakan/pimpinan di kebijakan yang jelas tujuan dan cara
tempat proses belajar mengajar melaksanakannya.
melakukan pengkajian ulang
tentang ada tidaknya kebijakan D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
Kawasan Tanpa Rokok dan • Membuat surat keputusan dari
bagaimana sikap dan perilaku pimpinan tentang penanggung
sasaran (karyawan/guru/dosen/ jawab dan pengawas Kawasan
siswa) terhadap kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di tempat proses
Tanpa Rokok. Kajian ini untuk belajar mengajar.
memperoleh data sebagai dasar • Instrumen pengawasan.
membuat kebijakan. • Materi sosialisasi penerapan
Kawasan Tanpa Rokok.
B. Pembentukan Komite atau Kelompok • Pembuatan dan penempatan tanda
Kerja Penyusunan Kebijakan larangan merokok.
Kawasan Tanpa Rokok.
22
• Mekanisme dan saluran H. Pemantauan dan Evaluasi
penyampaian pesan tentang KTR di • Lakukan pemantauan dan evaluasi
tempat proses belajar mengajar secara berkala tentang kebijakan
melalui poster, stiker larangan yang telah dilaksanakan.
merokok dan lain sebagainya. • Minta pendapat komite dan lakukan
• Pelatihan bagi pengawas kajian terhadap masalah yang
Kawasan Tanpa Rokok. ditemukan.
• Pelatihan kelompok sebaya bagi • Putuskan apakah perlu penyesuaian
karyawan/guru/dosen/siswa terhadap masalah kebijakan.
tentang cara berhenti merokok. ____________________________________
23
Rokok. Kajian ini untuk memperoleh Kawasan Tanpa Rokok di tempat
data sebagai dasar membuat anak bermain.
kebijakan. • Instrumen pengawasan.
• Materi sosialisasi penerapan
B. Pembentukan Komite atau Kawasan Tanpa Rokok.
Kelompok Kerja Penyusunan • Pembuatan dan penempatan tanda
Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok larangan merokok di tempat anak
Pihak pimpinan/pemilik tempat anak bermain.
bermain mengajak bicara pengelola • Mekanisme dan saluran
yang mewakili perokok dan bukan penyampaian pesan Kawasan
perokok untuk : Tanpa Rokok bagi pengunjung di
tempat anak bermain, misalnya
• Menyampaikan maksud, tujuan dan melalui poster, stiker larangan
manfaat Kawasan Tanpa Rokok. merokok, pengeras suara dan
• Membahas rencana kebijakan lain sebagainya.
tentang pemberlakuan Kawasan • Pelatihan bagi pengawas
Tanpa Rokok. Kawasan Tanpa Rokok.
• Meminta masukan tentang
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, E. Sosialisasi Penerapan Kawasan
antipasi kendala dan sekaligus Tanpa Rokok antara lain :
alternatif solusi. • Sosialisasi penerapan Kawasan
• Menetapkan penanggung jawab Tanpa Rokok di lingkungan
Kawasan Tanpa Rokok dan internal bagi pengelola dan
mekanisme pengawasannya. pengunjung.
• Membahas cara sosialisasi efektif • Sosialisasi tugas dan
bagi pengelola maupun penanggung jawab dalam
pengunjung. pelaksanaan Kawasan Tanpa
Rokok.
Kemudian pihak pimpinan membentuk
komite atau kelompok kerja F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok
penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa • Penyampaian pesan Kawasan
Rokok. Tanpa Rokok kepada
pengunjung melalui poster,
C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa pengeras suara dan lain
Rokok sebagainya.
Komite atau kelompok kerja membuat • Penyediaan tempat bertanya.
kebijakan yang jelas tujuan dan cara • Pelaksanaan pengawasan Kawasan
melaksanakannya. Tanpa Rokok.
24
sanksi sesuai dengan peraturan A. Analisis Situasi
daerah setempat. Pengelola di tempat ibadah melakukan
• Melaporkan hasil pengawasan pengkajian ulang tentang ada tidaknya
kepada otoritas pengawasan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan
daerah yang ditunjuk oleh bagaimana sikap dan perilaku sasaran
pemerintah daerah setempat baik (jamaah) terhadap kebijakan Kawasan
diminta atau tidak. Tanpa Rokok. Kajian ini untuk
memperoleh data sebagai dasar
H. Pemantauan dan Evaluasi membuat kebijakan.
• Lakukan pemantauan dan evaluasi
secara berkala tentang kebijakan B. Pembentukan Komite atau Kelompok
yang telah dilaksanakan. Kerja Penyusunan Kebijakan
• Minta pendapat komite dan lakukan Kawasan Tanpa Rokok
kajian terhadap masalah yang Pihak pengelola tempat ibadah
ditemukan. mengajak bicara pengurus tempat
• Putuskan apakah perlu penyesuaian ibadah yang mewakili perokok dan
terhadap kebijakan. bukan perokok untuk :
____________________________________ • Menyampaikan maksud, tujuan dan
manfaat Kawasan Tanpa Rokok.
• Membahas rencana kebijakan
(4) Di Tempat Ibadah tentang pemberlakuan Kawasan
Tanpa Rokok.
Petugas kesehatan melaksanakan • Meminta masukan tentang
advokasi kepada pengelola/pengurus penerapan Kawasan Tanpa Rokok,
tempat ibadah dengan menjelaskan antisipasi kendala dan sekaligus
perlunya Kawasan Tanpa Rokok dan alternatif solusi.
keuntungannya jika dikembangkan di • Menetapkan penanggung jawab
area tersebut. Kawasan Tanpa Rokok dan
mekanisme pengawasannya.
Dari advokasi tersebut, akhirnya • Membahas cara sosialisasi efektif
pengelola/pengurus tempat ibadah bagi pengurus maupun jamaah.
setuju untuk mengembangkan
Kawasan Tanpa Rokok. Contoh Kemudian pihak pengelola tempat
tempat ibadah adalah masjid, ibadah membentuk komite atau
mushola, gereja (termasuk kapel), kelompok kerja penyusunan kebijakan
pura, vihara dan klenteng. Kawasan Tanpa Rokok.
25
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain : menerapkan sanksi sesuai dengan
• Membuat surat keputusan dari peraturan daerah setempat.
pengelola tempat ibadah tentang • Melaporkan hasil pengawasan
penanggung jawab dan pengawas kepada otoritas pengawasan
Kawasan Tanpa Rokok di tempat daerah yang ditunjuk oleh
ibadah. pemerintah daerah setempat, baik
• Instrumen pengawasan. diminta atau tidak.
• Materi sosialisasi penerapan
Kawasan Tanpa Rokok. H. Pemantauan dan Evaluasi
• Pembuatan dan penempatan tanda • Lakukan pemantauan dan evaluasi
larangan merokok di tempat ibadah. secara berkala tentang kebijakan
• Mekanisme dan saluran yang telah dilaksanakan.
penyampaian pesan bagi pengurus • Minta pendapat komite dan lakukan
dan jemaah, misalnya saat shalat kajian terhadap masalah yang
Jum’at, misa gereja dan lain ditemukan.
sebagainya. • Putuskan apakah perlu penyesuaian
• Pelatihan bagi pengawas Kawasan terhadap kebijakan.
Tanpa Rokok. ____________________________________
26
A. Analisis Situasi C. Membuat Kebijakan Kawasan Tanpa
Pimpinan/pemilik angkutan umum Rokok
melakukan pengkajian ulang tentang Komite atau kelompok kerja membuat
ada tidaknya kebijakan Kawasan kebijakan yang jelas tujuan dan cara
Tanpa Rokok dan bagaimana sikap melaksanakannya.
dan perilaku penumpang, supir dan
kernet terhadap kebijakan Kawasan D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
Tanpa Rokok. Kajian ini untuk • Membuat surat keputusan dari
memperoleh data sebagai dasar pemilik/pimpinan tentang
membuat kebijakan. penanggung jawab dan pengawas
Kawasan Tanpa Rokok di angkutan
B. Pembentukan Komite atau Kelompok umum.
Kerja Penyusunan Kebijakan • Instrumen pengawasan.
Kawasan Tanpa Rokok • Materi sosialisasi penerapan
Pihak pimpinan/pemilik angkutan Kawasan Tanpa Rokok.
umum mengajak bicara pengelola • Pembuatan dan penempatan tanda
yang mewakili perokok dan bukan larangan merokok di angkutan
perokok untuk : umum.
• Mekanisme dan saluran
• Menyampaikan maksud, tujuan dan penyampaian pesan Kawasan
manfaat Kawasan Tanpa Rokok. Tanpa Rokok bagi penumpang,
• Membahas rencana kebijakan supir dan kernet di angkutan
tentang pemberlakuan Kawasan umum, misalnya melalui poster,
Tanpa Rokok. stiker larangan merokok dan lain
• Meminta masukan tentang sebagainya.
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, • Pelatihan bagi pengawas
antipasi kendala dan sekaligus Kawasan Tanpa Rokok.
alternatif solusi.
• Menetapkan penanggung jawab E. Sosialisasi Penerapan Kawasan
Kawasan Tanpa Rokok dan Tanpa Rokok antara lain :
mekanisme pengawasannya. • Sosialisasi penerapan Kawasan
• Membahas cara sosialisasi efektif Tanpa Rokok di angkutan umum.
bagi penumpang, supir dan kernet. • Sosialisasi tugas dan
penanggung jawab dalam
Kemudian pihak pimpinan membentuk pelaksanaan Kawasan Tanpa
komite atau kelompok kerja Rokok.
penyusunan kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok. F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok
• Penyampaian pesan Kawasan
Tanpa Rokok kepada
penumpang melalui poster,
pengeras suara dan lain
sebagainya.
27
• Penyediaan tempat bertanya. Yang perlu dilakukan oleh
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan pimpinan/manajer untuk
Tanpa Rokok. mengembangkan Kawasan Tanpa
Rokok adalah sebagai berikut :
G. Pengawasan dan Penegakan Hukum
• Pengawas Kawasan Tanpa Rokok A. Analisis Situasi
di angkutan umum mencatat Penentu kebijakan/pimpinan di tempat
pelanggaran dan menerapkan kerja melakukan pengkajian ulang
sanksi sesuai dengan peraturan tentang ada tidaknya kebijakan
daerah setempat. Kawasan Tanpa Rokok dan
• Melaporkan hasil pengawasan bagaimana sikap dan perilaku sasaran
kepada otoritas pengawasan terhadap kebijakan Kawasan Tanpa
daerah yang ditunjuk oleh Rokok. Kajian ini untuk memperoleh
pemerintah daerah setempat baik data sebagai dasar membuat
diminta atau tidak. kebijakan.
28
C. Pembuat Kebijakan Kawasan Tanpa larangan merokok,
Rokok pengumuman, pengeras suara
Komite atau kelompok kerja membuat dan sebagainya.
kebijakan yang jelas tujuan dan cara • Penyediaan tempat bertanya.
melaksanakannya. • Pelaksanaan pengawasan
Kawasan Tanpa Rokok.
D. Penyiapan Infrastruktur antara lain :
• Membuat surat keputusan dari G. Pengawasan dan Penegakan Hukum
pimpinan/manajer tentang • Pengawas Kawasan Tanpa Rokok
penanggung jawab dan pengawas di tempat kerja setempat mencatat
Kawasan Tanpa Rokok di tempat pelanggaran dan menerapkan
kerja. sanksi sesuai dengan peraturan
• Instrumen pengawasan. yang berlaku.
• Materi sosialisasi penerapan • Melaporkan hasil pengawasan
Kawasan Tanpa Rokok. kepada otoritas pengawasan yang
• Pembuatan dan penempatan tanda telah ditunjuk baik diminta atau
larangan merokok di tempat kerja. tidak
• Mekanisme dan saluran
penyampaian pesan bagi pekerja, H. Pemantauan dan Evaluasi
yaitu penyuluhan, penyebarluasan • Lakukan pemantauan dan evaluasi
informasi melalui poster, pengeras secara berkala tentang kebijakan
suara dan lain sebagainya. yang telah dilaksanakan.
• Pelatihan bagi pengawas Kawasan • Minta pendapat komite dan lakukan
Tanpa Rokok. kajian terhadap masalah yang
• Pelatihan kelompok sebaya bagi ditemukan.
pegawai/karyawan tentang cara • Putuskan apakah perlu penyesuaian
berhenti merokok. terhadap kebijakan.
____________________________________
E. Sosialisasi Penerapan Kawasan
Tanpa Rokok antara lain :
• Sosialisasi penerapan Kawasan (7) Tempat Umum
Tanpa Rokok di lingkungan
internal bagi manajer dan Petugas kesehatan melaksanakan
karyawan. advokasi kepada para penentu kebijakan/
• Sosialisasi tugas dan pimpinan/pengelola tempat-tempat
penanggung jawab dalam umum dengan menjelaskan perlunya
pelaksanaan Kawasan Tanpa Kawasan Tanpa Rokok dan
Rokok keuntungannya jika dikembangkan di
area tersebut.
F. Penerapan Kawasan tanpa Rokok
• Penyampaian pesan Kawasan Dari advokasi tersebut akhirnya pimpinan
Tanpa Rokok kepada karyawan tempat umum setuju untuk
melalui poster, stiker, tanda pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.
Contoh tempat umum adalah pusat
29
pembelanjaan, mal, pasar serba ada, pengunjung.
hotel, terminal bus dan stasiun.
Kemudian pihak manajemen
Yang perlu dilakukan oleh pengelola membentuk komite atau kelompok
tempat umum untuk kerja penyusunan kebijakan Kawasan
mengembangkan Kawasan Tanpa Tanpa Rokok.
Rokok adalah sebagai berikut:
C. Pembuatan Kebijakan Kawasan
A. Analisis Situasi Tanpa Rokok
Penentu kebijakan/pimpinan di tempat Komite atau kelompok kerja membuat
umum melakukan pengkajian ulang kebijakan yang jelas tujuan dan cara
tentang ada tidaknya kebijakan melaksanakannya.
Kawasan Tanpa Rokok serta
bagaimana sikap dan perilaku sasaran D. Penyiapan Infrastruktur antara lain:
(karyawan/pengunjung) terhadap • Membuat surat keputusan tentang
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok. penanggung jawab dan pengawas
Kajian ini untuk memperoleh data Kawasan Tanpa Rokok di tempat
sebagai dasar untuk membuat umum.
kebijakan. • Instrumen pengawasan.
• Materi sosialisasi pengawasan
B. Pembentukan Komite atau Kelompok Kawasan Tanpa Rokok.
Kerja Penyusunan Kebijakan • Pembuatan dan penempatan tanda
Kawasan Tanpa Rokok larangan merokok di tempat-tempat
Pihak pimpinan manajemen tempat- umum.
tempat umum mengajak bicara/dialog • Mekanisme dan saluran pesan
serikat pekerja/serikat buruh yang Kawasan Tanpa Rokok di tempat-
mewakili perokok dan bukan perokok tempat umum, yaitu penyuluhan,
untuk: penyebarluasan informasi melalui
• Menyampaikan maksud dan tujuan media poster, stiker, papan
tentang pemberlakuan Kawasan pengumuman dan lain sebagainya.
Tanpa Rokok. • Pelatihan bagi pengawas Kawasan
• Membahas rencana kebijakan Tanpa Rokok.
tentang pemberlakuan Kawasan
Tanpa Rokok. E. Sosialisasi Penerapan Kawasan
• Meminta masukan tentang Tanpa Rokok antara lain:
penerapan Kawasan Tanpa Rokok, • Sosialisasi Penerapan Kawasan
antisipasi kendala dan sekaligus Tanpa Rokok di lingkungan internal.
alternatif solusi. • Sosialisasi tugas dan penanggung
• Menetapkan penanggung jawab jawab dalam pelaksanaan Kawasan
Kawasan Tanpa Rokok dan Tanpa Rokok.
mekanisme pengawasannya.
• Membahas cara sosialisasi yang
efektif bagi karyawan maupun
30
F. Penerapan Kawasan Tanpa Rokok
• Penyampaian pesan Kawasan
Tanpa Rokok kepada pengunjung
melalui standar tempat umum
seperti poster, tanda larangan
merokok, pengumuman, pengeras
suara dan lain sebagainya.
• Penyediaan tempat bertanya.
• Pelaksanaan pengawasan Kawasan
Tanpa Rokok.
31
Indikator
Kawasan Tanpa
Rokok
Indikator sangat diperlukan baik oleh petugas kesehatan
maupun pengelola Kawasan Tanpa Rokok sebagai alat
ukur dalam pengembangan Kawasan Tanpa Rokok di
tatanan. Secara umum idikator yang dilihat adalah
indikator input, proses dan output.
Indikator Input:
• Adanya kajian mengenai kebijakan Kawasan Tanpa
Rokok dan sikap serta perilaku sasaran terhadap
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
• Adanya Komite/Kelompok kerja penyusunan
kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
• Adanya kebijakan Kawasan Tanpa Rokok.
• Adanya infrastruktur Kawasan Tanpa Rokok.
Indikator Proses:
• Terlaksananya sosialisasi penerapan Kawasan Tanpa
Rokok.
• Diterapkannya Kawasan Tanpa Rokok.
• Dilaksanakannya pengawasan dan penegakan
hukum.
• Dilaksanakannya pemantauan dan evaluasi.
Indikator Output:
• Terwujudnya Kawasan Tanpa Rokok di semua
tatanan.
32
32
Indikator
Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
pada tiap-tiap tatanan adalah
sebagai berikut:
TATANAN INDIKATOR INPUT INDIKATOR PROSES INDIKATOR OUTPUT
33
TATANAN INDIKATOR INPUT INDIKATOR PROSES INDIKATOR
OUTPUT
34
TATANAN INDIKATOR INPUT INDIKATOR PROSES INDIKATOR
OUTPUT
35
Pemantauan dan Evaluasi
Kawasan Tanpa Rokok
Pemantauan dan Evaluasi merupakan b. Bagaimana cara memantau?
upaya yang dilaksanakan secara terus • Menganalisis kajian kebijakan dan
menerus baik oleh petugas kesehatan perilaku sasaran
maupun pengelola Kawasan Tanpa • Melakukan supervisi atau kunjungan
Rokok di tatanan untuk melihat apakah lapangan untuk mengetahui secara
Kawasan Tanpa Rokok yang langsung perkembangan serta
dikembangkan telah berjalan sesuai permasalahan-permasalahan yang
dengan yang direncanakan. dihadapi di lapangan dalam
pelaksanaan kegiatan
Pemantauan Kawasan Tanpa pengembangan Kawasan Tanpa
Rokok Rokok.
Pemantauan dilakukan untuk mengetahui • Wawancara mendalam dengan
perkembangan maupun permasalahan penentu kebijakan
serta menemukan pemecahan dalam • Diskusi kelompok terarah dengan
Pengelolaan dan Pelaksanaan masyarakat khalayak sasaran
Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok
sesuai dengan rencana yang telah c. Siapa yang memantau?
• Petugas kesehatan
ditetapkan. Pemantauan kegiatan
• Pengelola porgram Kawasan Tanpa
dilakukan selama perjalanan Program
Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok Rokok
secara berkala setiap 6 bulan atau 1
tahun. d. Kapan mengadakan pertemuan?
• Selama pengembangan Kawasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan Tanpa Rokok berlangsung
dalam pemantauan adalah: • Setiap saat diperlukan
36
KAWASAN EVALUASI EVALUASI JANGKA PANJANG
TANPA ROKOK 4-6 BULAN 1-3 TAHUN
FASILITAS 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
PELAYANAN Rokok yang dipasang. dan dilaksanakan oleh pimpinan/karyawan/
KESEHATAN 2. Adanya media promosi Kawasan pasien dan pengunjung.
Tanpa Rokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
3. Tidak ada yang merokok di sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.
4. Tidak ada penjual rokok di sekitar fasilitas
pelayanan kesehatan.
TEMPAT PROSES 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
BELAJAR MENGAJAR yang dipasang dan dilaksanakan oleh pimpinan dan
2. Adanya media promosi Kawasan karyawan/guru/dosen/siswa.
Tanpa Rokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat
proses belajar mengajar.
4. Karyawan /guru/dosen/siswa yang tidak
merokok bertambah banyak.
5. Semua karyawan/guru/dosen/siswa tidak
merokok di Kawasan Tanpa Rokok.
TEMPAT ANAK 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
BERMAIN yang dipasang. dan dilaksanakan oleh pengelola dan
2. Adanya ruangan khusus untuk yang pengunjung.
merokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
3. Adanya media promosi Kawasan yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
Tanpa Rokok. 3. Tidak ada yang merokok di Kawasan
Tanpa Rokok.
4. Tidak ada penjual rokok di sekitar Tempat
Anak Bermain.
5. Tempat anak bermain tanpa asap rokok.
TEMPAT IBADAH 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
yang dipasang. dan dilaksanakan oleh pengelola dan
2. Adanya ruangan khusus untuk yang jemaah.
merokok
2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
3. Adanya media promosi Kawasan
yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
Tanpa Rokok.
3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat
ibadah.
4. Tidak ada yang merokok di Kawasan
Tanpa Rokok.
5. Tempat Ibadah tanpa asap rokok.
37
KAWASAN EVALUASI EVALUASI JANGKA PANJANG
TANPA ROKOK 4-6 BULAN 1-3 TAHUN
ANGKUTAN UMUM 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
Rokok yang dipasang. dan dilaksanakan oleh pengemudi dan
2. Adanya media promosi Kawasan penumpang angkutan umum.
Tanpa Rokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok.
3. Tidak ada penjual rokok di angkutan
umum.
4. Semua pengemudi dan awak angkutan
umum tidak merokok di angkutan umum.
5. Angkutan umum tanpa asap rokok.
TEMPAT KERJA 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
yang dipasang dan dilaksanakan oleh pimpinan dan
2. Adanya ruangan khusus untuk karyawan.
merokok 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
3. Adanya media promosi Kawasan yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok
Tanpa Rokok. 3. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat
kerja.
4. Karyawan yang tidak merokok bertambah
banyak.
5. Semua karyawan tidak merokok di
Kawasan Tanpa Rokok.
6. Tempat Kerja tanpa asap rokok.
TEMPAT UMUM 1. Adanya tanda Kawasan Tanpa Rokok 1. Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok diterima
yang dipasang dan dilaksanakan oleh pengelola dan
2. Adanya ruangan khusus untuk pengunjung tempat umum
merokok. 2. Dipatuhi dan dimanfaatkannya fasilitas
1. Adanya media promosi Kawasan yang mendukung Kawasan Tanpa Rokok
Tanpa Rokok. 3. Tidak ada yang merokok di Kawasan
Tanpa Rokok.
4. Tidak ada penjual rokok di sekitar tempat
umum.
5. Tempat umum tanpa asap rokok.
38
4.
KISAH SUKSES
PENGEMBANGAN
KAWASAN TANPA ROKOK
Mal Ciputra, Jakarta
Mal Ciputra telah menerapkan Kawasan
Tanpa Rokok (KTR) sejak tahun 1997.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk
menerapkan KTR mulai dari
memanfaatkan media seperti poster,
spanduk, stiker serta tenaga satpam
untuk mengawasi pengunjung mal yang
merokok, namun hasilnya kurang
memuaskan. Akhirnya pada tahun 2004
pihak manajemen mal mengadakan
kampanye anti rokok dengan mengambil
langkah kreatif yaitu menyewa tenaga
Sales Promotion Girls (SPG) yang
berpenampilan menarik.
39
SPG ini disebut “Duta sebagai Kawasan Tanpa Rokok, sesuai
Kampanye Anti Rokok“ dan dengan konsep Mal Ciputra yaitu
pada bulan Juni untuk memberikan kenyamanan dalam segala
memperingati Hari Tanpa hal seperti perparkiran, termasuk udara
Tembakau Sedunia di Mal bersih agar hidup sehat dan tentunya
lebih hemat.
Ciputra mengadakan
_____________________________________
happening art yang bekerja
sama dengan sebuah sanggar
teater untuk lebih Pondok Pesantren
memberikan kesan pada Hari Langitan
Tanpa Tembakau Sedunia
tahun 2004. Pondok Pesantren Langitan letaknya di
Desa Widang, Kecamatan Widang,
Duta kampanye bertugas dari pukul Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Area
11.00-12.00 WIB, dimana pengunjung Pondok Pesantren Langitan luasnya
mulai padat. Dengan menggunakan sekitar 7 hektar yang terbagi untuk
seragam yang menarik dari pihak mal, Pondok Pesantren Santri Putra dan
mereka bertugas berpasangan untuk Pondok Pesantren Santri Putri, yang
setiap lantai mencari ‘mangsa’ berasal dari berbagai daerah dan ada
pengunjung yang merokok. Dengan pula dari Malaysia.
teguran halus mereka meminta
pengunjung untuk mematikan rokok. Pesantren ini didirikan oleh
KH.Muhammad Nur pada tahun 1852,
Karena yang menegur gadis cantik jauh sebelum Indonesia merdeka. Dalam
disertai dengan sapaan halus pengunjung rentang waktu satu setengah abad
pun akhirnya mematikan rokoknya. Para Pondok Pesantren Langitan telah
pengunjung mendapat edukasi berupa menunjukkan kiprah dan perannya bagi
leaflet tentang tips berhenti merokok siar agama Islam dan mampu mencetak
beserta nomor telepon hotline kampanye ulama besar bagi bangsa Indonesia,sebut
berhenti merokok. Pengunjung yang saja KH. Hasyim Ashari.
tertangkap merokok juga diberikan
permen sebagai ganti rokok. Pada hari- Setelah melewati periode lima pengasuh
hari pertama sepasang Duta Kampanye dari tahun 1852-2000, saat wawancara
berhasil mengumpulkan 60-80 batang berlangsung di tahun 2006, Pondok
rokok perhari, sedangkan pada beberapa Pesantren Langitan berada di bawah
hari berikutnya berkurang sampai 20 pimpinan KH. Abdullah Faqih yang
batang. menyandang nama besar.
40
dasar tentang perilaku santri yang tidak KH. Abdullah Faqih kemudian membuat
merokok sebagai suatu norma atau suatu pengumuman tertulis yang berbunyi :
etika yang harus dipegang baik oleh Pengumuman Harus Diindahkan!
santri putra maupun santri putri. Setiap Tidak boleh merokok bagi
santri yang berusia di bawah 17 tahun siapapun dalam kamar, jerambah
dilarang merokok baik di dalam maupun dan emper pondok.
di luar area pondok pesantren.
KH.Abdullah Faqih terus melangkah Pengumuman ini ditempel di berbagai
untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan tempat seperti di kelas, pondokan, kantin
baru yang diilhami oleh sebuah kaidah dan area terbuka lainnya. KH Abdullah
memelihara norma-norma yang baik dan Faqih memandang perilaku merokok
menggali norma-norma baru yang lebih lebih banyak mudharatnya daripada
baik, diantaranya penetapan Kawasan manfaatnya, terutama untuk kesehatan.
Tanpa Rokok di Pondok Pesantren Agama memperingatkan pada kita agar
diberlakukan secara tegas dan jangan sampai berbuat sesuatu yang
berkesinambungan. membahayakan diri sendiri atau orang
lain. Dan janganlah kamu menjatuhkan
Penetapan larangan merokok terus dirimu sendiri dalam kehancuran. Perilaku
meningkat menjadi di bawah 20 tahun, merokok juga merupakan pemborosan,
dibawah 23 tahun dan 25 tahun sampai oleh karena itu perlu dicegah agar santri
sekarang. Larangan merokok bagi santri terhindar untuk melakukan hal-hal yang
ini secara jelas tercantum dalam tidak baik, karena hanya ingin membeli
Peraturan Pondok Pesantren Langitan sebungkus rokok. Dahulu ketika larangan
tahun 2000 pasal III ayat 20 dan ayat 21 merokok masih sangat longgar santri
yang berbunyi : ‘dilarang merokok bagi yang diusir dari pondok karena terbukti
santri yang belum berusia 25 tahun mencuri untuk membeli rokok cukup
dan dilarang merokok di Lokasi banyak. Namun ketika larangan ini
Pondok Pesantren’. Peraturan ini diperketat seperti saat ini, santri yang
bersifat mengikat dan harus dipatuhi oleh diusir dari Pondok Pesantren karena
seluruh santri. Sementara untuk santri mencuri menurun drastis.
putri, perilaku merokok merupakan suatu
yang tabu. Tawaran gaya hidup santri Sistem pengawasan dilakukan secara
untuk tidak merokok disosialisasikan melekat oleh Guru/Ustad, pengurus
dalam rapat-rapat kepengurusan dan ke Pondok Pesantren, ketua kelompok,
seluruh santri pada kesempatan ketua kamar dan para santri sendiri.
pengajian atau di kelas. Apabila ada pelanggaran, guru atau
pengurus akan memberi sanksi sesuai
Pengawasan dan Sanksi kesepakatan/aturan yang ada seperti
rambut dicukur, membayar denda
Mekanisme pengawasan dan
sebesar antara Rp 5.000 sampai
pemberlakuan sanksi penerapan
Rp 10.000 atau membeli benda-benda
Kawasan Tanpa Rokok pun dibahas
kebutuhan pondok pesantren seperti
dalam rapat pengurus pondok pesantren.
semen 1 sak.
41
Bila pelanggaran tersebut beberapa kali
dilakukan maka KH Abdullah Faqih
“
sendiri yang akan memberi sanksi
dengan dijemur di depan rumah kyai
dalam tempo setengah hari atau sehari.
Sanksi yang dilakukan langsung oleh KH.
Abdullah Faqih dirasakan oleh santri
sebagai pukulan, rasa malu yang besar
dan kekuatiran bahwa mereka akan
kehilangan kesempatan untuk terus
menjadi bagian dari Pondok Pesantren. SMK Taruna Bangsa
Dan memang beliau adalah figur yang Bekasi
memiliki kepribadian dan keluhuran budi
yang menjadi teladan dan tuntunan bagi SMK Taruna Bangsa dengan 1250
semua santri. Jika pelanggaran masih siswa, 53 guru dan 16 staf ini memang
terulang lagi, maka santri dipersilakan pantas mendapat gelar juara 1
meninggalkan Pondok Pesantren Yayasan AIDS Indonesia Award untuk
Langitan. Sekolah Bebas Rokok yang diikuti oleh
42 sekolah di lingkungan
Kini perilaku merokok bukan lagi menjadi Jabodetabek.
bagian kehidupan santri di Pondok
Pesantren Langitan. Merokok bisa Peraturan tentang larangan merokok
dikatakan tabu, terlebih lagi untuk santri di sekolah ini berlaku ketat, baik untuk
putri. Kawasan Tanpa Rokok di Pondok siswa, karyawan maupun guru.
Pesantren Langitan telah terwujud karena Bahkan pada awal penerimaan guru
adanya komitmen yang tinggi untuk dan siswa larangan merokok ini telah
mewujudkannya dan para santri itu tercantum dalam peraturan sekolah.
berkata :
Sanksi bagi yang kedapatan merokok
“Hak kami untuk bisa dimulai dengan peringatan sampai
pemecatan. Seluruh karyawan
menghirup udara bersih sekolah, dimulai dari pekarangan
tanpa asap rokok.” sampai ruangan tertutup tidak
ditemukan satu batang rokokpun.
___________________________________
Kesadaran akan larangan merokok ini
terbawa sampai keluar kawasan
sekolah, sehingga tidak ditemukan
siswa Taruna Bangsa yang merokok di
lingkungan luar sekolah.
42
Universitas Kristen kampus. Bahkan tamu dan orang
asing yang sedang berada di
Petra Surabaya lingkungan kampus UKP terkena
larangan ini.
Universitas Kristen Petra (UKP), salah
satu perguruan tinggi bergengsi di Surat keputusan ini dilengkapi pula
Surabaya, sungguh bukan merupakan dengan sanksi-sanksi yang disesuaikan
tempat yang menyenangkan bagi dengan peraturan disiplin pegawai dan
perokok. Universitas yang berlokasi di ketentuan disiplin mahasiswa.
Jl. Siwalankerto ini sejak tahun 2003 Sanksi terhadap pelanggaran berupa
tepatnya 5 Juni 2003 dinyatakan sebagai peringatan, skorsing sampai dikeluarkan
Kampus Bebas Rokok. dari kampus. Hal ini berlaku bila yang
Ketentuan ini tertuang dalam Surat bersangkutan melalaikan surat peringatan
Keputusan Nomor. 303/Kept/UKP/2003 lebih dari tiga kali. Bagi mahasiswa surat
tentang Penetapan Kampus Bebas peringatan ditembuskan pada orang tua.
Rokok yang ditandatangani oleh rektor Namun jauh sebelum diberikan sanksi
UKP Ir. Paulus Nugraha, M.Eng, M.Sc. tersebut, terlebih dahulu diberikan sanksi
awal berupa pembinaan oleh badan
Dalam klausul pertimbangan, antara lain
konseling universitas.
disebutkan bahwa keputusan ini dibuat
sebagai langkah awal untuk menciptakan Begitu Surat Keputusan Nomor 3030 ini
lingkungan kampus yang sehat dan diterbitkan pada 5 Juni 2003, sosialisasi
nyaman, serta melindungi setiap warga dilakukan secara bertahap selama lebih
kampus untuk dapat menikmati udara dari setahun. Surat Keputusan ini
bersih dan bebas dari asap rokok. dilengkapi pula dengan petunjuk
pelaksanaanya dalam rangka memelihara
Larangan merokok meliputi seluruh
kampus agar bebas dari asap rokok.
gedung (ada tiga gedung, satu
Rambu-rambu larangan merokok
diantaranya berlantai 10) berikut ruang,
terpasang hampir di semua area,
selasar dan terasnya, fasilitas/barang
khususnya ruang dosen, kelas,
milik universitas (misalnya kendaraan
laboratorium, studio, administrasi dan
dinas) dan tempat-tempat umum yang
lain-lain tempat.
terpasang rambu dilarang merokok.
Pada Mei 2004, sosialisasi kian
Larangan merokok ini diberlakukan
digencarkan. Spanduk, poster, dan
tanpa kecuali karena yang terkena
rambu-rambu diperbanyak; stiker dan
bukan saja mahasiswa tapi juga leaflet pun dibagi-bagikan. Diadakan juga
staf pengajar, pegawai seminar-seminar anti rokok.
administrasi/pegawai lapangan,
karyawan koperasi dan Pada tanggal 16 Agustus 2004 peraturan
ini dinyatakan diberlakukan secara efektif.
rekanannya yang beraktivitas di
Tentu saja, sebagaimana lazimnya, surat
lingkungan kampus UKP, setiap
keputusan ini menimbulkan pro dan
rekanan UKP yang ditempatkan kontra. Demonstrasi pun terjadi, terutama
atau ditugaskan di lingkungan
43
oleh mahasiswa yang merokok. Pro Kawasan Tanpa Rokok
kontra ini sampai tercium oleh media
massa di Surabaya, sehingga peristiwa ini Provinsi DKI Jakarta
tersiar luas, terutama di surat kabar.
Diawali dengan pertemuan-pertemuan
lintas program yang membahas tentang
Komitmen UKP soal rokok, memang Kawasan Tanpa Rokok di tingkat provinsi,
tinggi. Tidak tersedia tempat khusus akhirnya disepakati bahwa dinas
untuk merokok di kawasan kampus. kesehatan DKI Jakarta akan melakukan
Kampus UKM bersih dari poster dan advokasi kepada Gubernur DKI bersama-
segala bentuk promosi rokok baik nyata sama dengan LM3 (Lembaga
ataupun terselubung. Segala bentuk Menanggulangi Masalah Merokok).
kerjasama dengan perusahaan rokok Dengan upaya yang gigih dan penuh
(dan minuman beralkohol) ditolak, baik itu kesabaran akhirnya Gubernur merespon
dalam bentuk sponsor untuk kegiatan Kawasan Tanpa Rokok dengan
seni dan olahraga ataupun kegiatan lain. mengeluarkan Surat Keputusan Gubernur
Bahkan beasiswa yang ditawarkan untuk Nomor.16 Tahun 2004 tentang
mahasiswa pun ditolak. Pengendalian Rokok di Tempat Kerja di
Lingkungan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Selanjutnya SK tersebut
Dengan demikian, UKP menjadi satu- disosialisasikan di seluruh jajaran
satunya kampus di Surabaya yang pemerintah daerah sampai kecamatan
menerapkan Kawasan Bebas Rokok, dan kelurahan bahwa di lingkungan kerja
walau belum sepenuhnya bebas dari di DKI harus ada Kawasan Tanpa Rokok.
asap rokok. Memang tidak mudah untuk
mengawasi lebih dari 10.000 mahasiswa Sebagai tindak lanjut dari SK Gubernur
dengan sekitar 300 tenaga pengajar dan tersebut diadakan pertemuan Kawasan
karyawan UKP; namun yang lebih Tanpa Rokok di Balai Kota dengan
diharapkan lagi dari setiap warga UKP melibatkan lintas sektor di bawah
adalah untuk menyadari betapa koordinasi Biro Administrasi Kesehatan
pentingnya menjaga lingkungan yang dan Biro Hukum untuk sosialisasi ke
bersih dan sehat dalam kampus (Sumber lintas sektor, dan hasilnya adalah
LM3). dukungan dari lintas sektor, khususnya
pihak swasta untuk mengembangkan
_____________________________________
Kawasan Tanpa Rokok di lingkungan
kerja.
44
tidak hanya bagi orang yang merokok Kawasan Tanpa Rokok
tetapi juga bagi orang di sekitarnya.
Kotamadya Bogor
Untuk memperkuat SK tersebut
disusunlah naskah akademik untuk Berawal dari Seminar tentang Rokok
pembuatan peraturan daerah dengan yang diadakan oleh Lembaga
melibatkan pakar rokok, konsultan dari Menanggulangi Masalah Merokok (LM3)
Pranata UI. Berkat usaha yang gigih dan dalam rangka kegiatan Hari Tanpa
dorongan dari beberapa LSM yang Tembakau Sedunia (HTTS) tahun 2004,
menangani masalah rokok, seperti WITT Dinas Kesehatan Kota Bogor khususnya
(Wanita Indonesia Tanpa Tembakau) dan Subdinas Promosi Kesehatan tergerak
LM3, akhirnya naskah akademik tersebut mengembangkan Kawasan Tanpa
diajukan ke gubernur dan walikota. Rokok. Keinginan ini disambut dengan
Gayung bersambut, waktu itu Badan Pusat Promosi Kesehatan yang
Pengelola Lingkungan Hidup Daerah ditindaklanjuti dengan pertemuan lintas
(BPLHD) sedang menyiapkan peraturan program di Lingkungan Dinas Kesehatan
daerah tentang pencemaran udara untuk Kota Bogor. Pertemuan ini bermaksud
diajukan ke DPRD, akhirnya rancangan untuk mendapatkan persamaan persepsi
peraturan daerah tentang rokok dapat tentang bahaya asap rokok dan perlunya
dimasukkan untuk menjadi bagian dari mengembangkan Kawasan Tanpa
peraturan daerah tentang pencemaran Rokok, hal ini disambut positif oleh lintas
udara. program. Selanjutnya diadakan
pertemuan dengan lintas sektor dengan
Setelah peraturan daerah disahkan dalam tujuan yang sama dan hasilnya tidak
Peraturan Daerah DKI Nomor 75 Tahun berbeda, lintas sektorpun menyambut
2005 dan diadakan sosialisasi mulai positif.
bulan Februari 2005, kemudian
diberlakukan mulai tanggal 6 April 2005. Lintas sektor dan unsur masyarakat yang
Peraturan daerah ini mengatur mengenai terlibat dalam pertemuan tersebut adalah
Kawasan Dilarang Merokok di tempat dinas kesehatan, anak sekolah, majelis
pelayanan kesehatan, tempat proses ulama, pers, dunia swasta (Mal
belajar mengajar, tempat bermain anak, Artalokasari), dinas pariwisata dan lain-
tempat ibadah, angkutan umum, tempat lain.
kerja dan tempat umum.
Setelah beberapa lama dilakukan Selanjutnya diadakan seminar beberapa
sosialisasi, dilakukan monitoring untuk kali untuk menyamakan persepsi diantara
mengetahui seberapa jauh keefektifan lintas sektor untuk pembentukan KTR
peraturan tentang rokok tersebut. hingga terbentuk Tim Perumus yang
______________________________________________ terdiri dari berbagai unsur. Tim Perumus
membentuk 3 kelompok, yaitu Bidang
Sosialisasi, Bidang Pemantauan, dan
Bidang Program. Dengan penuh
semangat dan kekompakan diantara
45
anggota tim, dan demi terwujudnya visi Selain tim pembina dan pengawasan
Kota Bogor yaitu “Kota Dalam Taman Kawasan Tanpa Rokok di tingkat
Menuju Kota Internasional”, Tim Perumus Walikota, unit kerja masing-masing juga
menyusun draft SK Walikota dan membentuk tim monitoring seperti di
melakukan advokasi kepada Walikota. tingkat dinas, tingkat Puskesmas, tingkat
Gayung bersambut, hal ini sangat sekolah dan lain-lain. Tim ini dibentuk
didukung oleh Walikota Bogor, yaitu untuk memantau sejauh mana SK
Bapak Diani Budiarto dengan walikota tentang Kawasan Tanpa Rokok
disahkannya SK Walikota pada tahun dilaksanakan di masing-masing unit.
2004.
Dalam rangka pembinaan anak
Telah diterbitkan 3 Surat Keputusan sekolah pada event khusus,
sekaligus yang berkaitan dengan masalah diadakan pentas seni dan lomba
merokok, yaitu: yang berkaitan dengan rokok
1. Tentang perlindungan bagi orang yang seperti lomba poster dan karya
bukan perokok.
tulis. Kegiatan ini diprakarsai
2. Tentang Kawasan Tanpa Rokok dan
oleh dinas kesehatan dengan
Kawasan Tertib Rokok.
3. Tentang tim pembina dan Pengawasan disponsori oleh swasta yaitu
Kawasan Tanpa Rokok. Bank Mandiri, BNI, NISP dan lain
sebagainya.
Kawasan Tanpa Rokok artinya di
Sejauh ini ternyata efektivitas SK walikota
kawasan tersebut tidak diperbolehkan
tentang Kawasan Tanpa Rokok sudah
merokok, diberlakukan di tempat
terlihat di lingkungan pendidikan, hal ini
pelayanan kesehatan, institusi
terbukti beberapa sekolah sudah
pendidikan, sarana peribadatan dan
memberikan sanksi bila ada siswa yang
angkutan umum. Sedangkan Kawasan
merokok, mulai dari sanksi yang ringan
Tertib Merokok artinya disediakan tempat
sampai yang berat yaitu dikeluarkan dari
tertentu untuk merokok, diberlakukan di
sekolah.
institusi pemerintahan dan swasta,
BUMN, dan BUMD. Sedangkan tim
pembina dan pengawasan Kawasan
Tanpa Rokok terdiri dari unsur pers,
OSIS, dinas kesehatan, dan bagian
hukum.
46
PENUTUP
47
TIM PENYUSUN
Penanggung Jawab :
dr. Lily S. Sulistyowati, MM
Penyusun:
Dra. Zuraida, SKM, MPH
Dra. Ruflina Rauf, SKM, M.Si
Dr. Ir. Bambang Setiaji, SKM, M.Kes
Dr. P.A. Kodrat Pramudho, SKM, M.Kes
Andi Sari Bunga Untung, SKM, MSc(PH)
Yussiana Elza, SKM, M.Si
Kontributor:
Dra. Hafni Rochmah, SKM, MPH; Dra. Mieke Agustin, M.Kes;
Fuad Baradja; Hendra Sutedjo; Ani Nurhayati, SH;
Maharani Sofiaty, SH, MHUM; dr. Edih Suryono; dr. Mauliate DC Gultom;
dr. Dewi Irawati; Theresia Irawati, SKM, M.Kes;
Bayu Aji, SE, MSc(PH); Setio Nugroho, S.Sn;
Wiji Astuti, S.Sos; Astri Utami, S.Psi; Pang Rengga Sudira
48
49
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
PUSAT PROMOSI KESEHATAN
www.promosikesehatan.com
50