Anda di halaman 1dari 12

Faktor-faktor Resiko Dehidrasi pada Kejadian Diare pada Anak Balita

Oleh
Ken Millen Nathawira
102017149

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana


Kenmillen99@gmail.com
Abstrak:
Penyakit diare merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan diare yang menimbulkan kematian terutama pada
balita. Penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui faktor resiko terjadinya dehidrasi
sebagai penyebab kematian anak balita yang diare. Menurut Riskesdas tahun 2013, prevalensi
insiden diare pada balita di Indonesia mencapai rata-rata 6,2%. Di Aceh mencapai 10,2%.
Insiden diare pada bayi <1 tahun mencapai 7%, sedangan untuk balita mencapai 6,7%. Untuk
anak 5-14 tahun insidensnya mencapai 3,2%. Semakin tambah usia, insidensnya semakin kecil
dan kembali meningkat pada lansia. Paling banyak pada balita, pada usia 12-23 bulan, yaitu
insidens mencapai 9,7%. Diare dapat dipengaruhi oleh interaksi berbagai faktor tertentu seperti,
usia, jenis kelamin, status imunisasi, status gizi, dehidrasi, cairan inadekuat, status sosial
ekonomi, pengetahuan orang tua, dan komorbiditas.
Kata kunci: diare, dehidrasi, balita

Abstract:
The diarrhea disease is one of health problem in Indonesian, this problem is caused the level of
this sickness still high to cause death especially at the toddler. The study was conducted aiming
to determine the risk factors for dehydration as the cause of death of children under five with
diarrhea. According Riskesdas in 2013, the prevalence of the incidence of diarrhea in children
under five in Indonesia reached an average of 6.2%. In Aceh reached 10.2%. Incidence of
diarrhea in infants <1 year to reach 7%, sedangan for toddlers reach 6.7%. For children 5-14
years the incidence was 3.2%. More and more of age, the incidence is getting smaller and again
increased in the elderly. Most toddlers, at the age of 12-23 months, the incidence of
9.7%.Diarrhea can be influenced by the interaction of various factors such as, age, sex,
immunization status, nutritional status, dehydration, inadequate fluid, socioeconomic status,
knowledge of parents, and comorbidities.
Keywords: diarrhea, dehydration, toddler
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diare merupakan salah satu penyebab utama kematian anak. Kematian terjadi pada anak
lebih sering karena pada usia muda, pasien rentan terhadap dehidrasi sedang-berat. Diare
didefinisikan sebagai buang air besar dengan tinja yang cair atau setengah cair dan memiliki
kriteria frekuensi lebih dari 3 kali per hari. Diare dapat dibedakan menjadi diare akut dan
diare kronik. Biasanya pasien datang dengan keluhan diare akut dimana diare berlangsung
kurang dari 15 hari. Sedangkan diare kronik berlangsung lebih dari 15 hari. Diare akut
biasanya menjadi masalah jika terjadi bersamaan dengan malnutrisi atau tidak adanya
perawatan medis dasar.1,2
Di Indonesia, penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan pada masyarakat. Survei
morbiditas yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada tahun 2010, menunjukan angka
kejadian yang meningkat dari 1996-2006, namun sedikit menurun pada tahun 2010.
Prevalensi diare klinis yang dilakukan Riskesdas pada tahun 2007 menunjukan angka rentang
4,2% - 18,9% dengan yang tertinggi di provinsi Aceh dan terendah di Yogyakarta. Semua
kelompok umur umumya pasti dapat terkena diare, namun dari penilitian Riskesdas 2007
menunjukan bahwa umur tertinggi terdeteksi pada anak balita (1-4 tahun) yaitu 16,7%,
sedangkan untuk prevalensi berdasarkan jenis kelamin kurang lebih sama baik pada laki-laki
maupun perempuan. Penilitan Riskesdas juga menunjukan angka tertinggi diare umumnya
terjadi di daerah pedesaan. Diare menempati peringkat ke-13 sebagai penyebab kematian
semua umur dibawah pneumonia dan ulkus lambung dan usus halus yaitu sebesar 3,5%.3
Salah satu faktor penyebab kematian diare pada anak adalah dehidrasi. Dehidrasi sendiri
berarti kekurangan cairan tubuh yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut dan perubahan
status jiwa. Berdasrkan laporan yang dilakukan subdit pengendealian diare dan infeksi saluran
pencernaan Kemenkes RI pada tahun 2006, 2007, 2009, ditemukan bahwa pengetahuan
petugas puskesmas mengenai diare dan dehidrasi masih rendah.2,3
Dari data prevalensi, dapat disimpulkan bahwa diare masih menjadi masalah utama
kesehatan di masyarakat, sehingga pemerintah membentuk beberapa kebijakan dalam
pengendalian penyakit diare untuk menurunkan angka kesakita dan angka kematian. Selain
itu, kebijakan yang diterapkan juga merupakan salah satu langkah dalam pencapaian target
MDG’s ke-4 yaitu menurunkan kematian anak. Menurut Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan
Dasar dari tahun ke tahun diketahui diare merupakan penyebab utama kematian balita,
sehingga diperlukan yang cepat dan tepat, serta mengedukasi masyarakat tentang faktor-faktor
risiko diare agar penyakit ini dapat dicegah.3

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa saja faktor-faktor risiko dehidrasi sebagai penyebab kematian anak balita yang diare?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor risiko dehidrasi yang menyebabkan kematian anak balita yang diare

Tujuan Khusus
1. Diketahuinya prevalensi dehidrasi pada balita dengan diare.
2. Diketahuinya faktor-faktor risiko yang berkaitan dengan dehidrasi dan angka kejadian
diare pada balita.
3. Diketahuinya hubungan faktor-faktor risiko dehidrasi dengan angka kejadian diare pada
balita.
4. Diketahuinya faktor risiko yang dapat dicegah untuk menangani dehidrasi pada anak
balita yang menderita diare

1.4. Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis : Menambah pengalaman bagi penulis dalam melakukan penilitan
terutama di bidang kesehatan
2. Bagi institusi : Menambah studi kepustakaan yang diharapkan bermanfaat bagi
mahasiswa UKRIDA untuk dikembangkan ke depannya.
3. Bagi masyarakat : Menambah pengetahuan masyarakat akan faktor-faktor risiko dehidrasi
pada kasus diare yagn diharapkan dapat digunakan untuk menurunkan angka kematian
balita akibat dehidrasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori


2.1.1. Diare
Diare adalah buang air besar dengan tinja cair atau setengah cair. Kandungan air tinja
lebih banyak yaitu lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. Definisi lainnya adalah buang air
besar berupa cairan lebih dari 3 kali sehari dan dapat disertai lendir atau darah.2

2.1.2. Etiologi
Diare biasanya disebabkan oleh infeksi virus pada pasien anak imunokompeten. Virus
termasuk rotavirus, adenovirus, norovirus, dan astrovirus. Beberapa bakteri patogen juga
dapat menjadi penyebab diare antara lain Salmonelle sp., Escherichia coli, Shigela sp., dan
Campylobacter jejuni.4
2.1.3. Manifestasi Klinis

Diare dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu akut noninflamasi dan akut inflamasi. Pada diare
akut noninflamasi, tinja biasanya cair tanpa darah. Diare ini juga biasa dapat sembuh dengan
sendiri dan disebabkan oleh virus atau bakteri noninvasive. Pada diare akut dengan inflamasi,
tinja yang berair biasanya juga disertai darah atau pus. Selain itu, pasien juga mengalami demam
dan disebabkan oleh bakteri invasive atau yang menghasilkan toksin.5
2.1.4. Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan kejadian diare antara lain: usia, jenis
kelamin, status imunisasi, social ekonomi, status gizi, cairan inadekuat.
Usia yang rendah biasanya memiliki hubungan yang tinggi dengan kejadian diare pada
balita. Biasanya diare terjadi pada anak berumur 5 tahun.6 Anak dengan usia yang lebih muda
memiliki sistem imun yang rendah.7
Status imunisasi berpengaruh kepada kejadian diare. Penelitian menemukan vaksin dapat
menurunkan angka kejadian diare karena dapat membunuh patogen penyebab diare.8
Status social ekonomi meliputi pendapatan, status social, dan pendapatan orang tua.
Kejadian diare lebih sering muncul pada bayi dan balita dengan status social ekonomi yang
rendah. Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan fasilitas kesehatan yang dimiliki mereka
akan baik juga.9,10
Status gizi berupa pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dapat menurunkan risiko
terjadinya diare. Terdapat hubungan pemberian ASI eksklusif dengan diare dibawah 3 tahun,
yaitu bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif sebagian besar menderita diare. ASI pada bayi
mengandung antibodi yang dapat meningkatkan sistem imun tubuh bayi.1,11
2.1.5. Patofisiologi

Berdasarkan mekanismenya, diare dapat dibagi menjadi diare osmotik, diare sekretorik,
dan diare inflamasi. Diare osmotik terjadi ketika osmolaritas intraluminal tinggi, sehingga
menyebabkan hambatan penyerapan air. Diare sekretorik terjadi ketika terjadi peningkatan
sekresi air dan elektrolit oleh usus, sehingga absorbsi menurun. Diare tipe ini biasanya
disebabkan oleh toksin bakteri. Diare inflamasi adalah diare yang terjadi ketika ada inflamasi
pada mukosa usus sehingga terjadi ekskresi cairan mukus yang berlebihan dan menghambat
reabsorbsi air dalam usus.2
Beberapa mekanisme patofisiologi diare lainnya adalah malabsorpsi asam empedu dan
lemak, defek sistem transport elektrolit aktif yang mengakibatkan absorbsi Na+ dan air yang
abnormal, hipermotilitas dan iregularitas motilitas, serta diare infeksi dimana merupakan diare
tersering. Pada diare infeksi, dibagi kembali menjadi diare invasif dan non-infasif. Diare invasif
adalah ketika bakteri merusak mukosa, sedangkan non-invasif adalah bakteri mengeluarkan
toksik.2
2.1.6. Pencegahan

Pencegahan yang dapat dilakukan bertujuan untuk mengintervensi transmisi fecal oral
dari bakteri penyebab diare. Oleh karen itu, sanitasi, aktivitas mencuci tangan, dan tindakan yang
higenis dapat menjadi cara pencegahan utama. Peningkatan sumber air berish dan vaksinasi
dapat menjadi pencegehan primer infeksi bakteri penyebab diare. Selain itu, pemberian ASI
eksklusif diteukan dapat memberi proteksi maksimum terhadap penyakit diare untuk anak
dengan umur dibawah 6 bulan.12,13
2.2. Kerangka Konsep

Gambar 1. Kerangka konsep

Kematian Demam

Komorbiditas

Dehidrasi

Usia Jenis kelamin

Cairan inadekuat Kejadian diare Status gizi

Status imunisasi Sosial Ekonomi


BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross


sectional yaitu suatu penelitian dimana pengukuran variable independen (faktori risiko) dan
variable dependen (efek) dilakukan bersamaan pada waktu yang sama tanpa dilakukan follow
up.14
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Oktober sampai dengan November 2019 di
Puskesma Desa Gudji Baru.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi target penelitian adalah seluruh anak balita yang mengalami diare di Puskesmas
Desa Gudji Baru selama bulan Oktober hingga November 2019.
3.3.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi : anak balita yang mengalami dehidrasi karena diare akut
3.3.2 Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi : anak baita yang mengalami dehidrasi karena diare akut dengan
penyakit bawaan.
3.3.3 Besar Sampel

Penentuan besar sampel perlu dilakukan untuk memastikan hasil data yang didapat dapat
mewakili populasi target penelitian. Data yang diberikan untuk menghitung besar sampel
meliputi alfa 5%, beta 10%, dan perbedaan proporsi paling sedikit 20%. Po adalah nilai
kepustakaan proporsi kematian diare akibat dehidrasi pada anak balita yaitu 36.9%. Pa adalah
nilai kepustakaan proporsi ditambah dengan persentase proporsi yang diinginkan yaitu 56.9%.
(𝑍1−𝛼⁄2 √𝑃𝑜(1 − 𝑃𝑜) + 𝑍1−𝛽 √𝑃𝑎(1 − 𝑃𝑎))2
𝑛=
(𝑃𝑎 − 𝑃𝑜)2

(1.96√0.369 𝑥 0.631 + 1.282√0.569 𝑥 0.431)2


𝑛= = 62.46 = 63 𝑎𝑛𝑎𝑘 𝑏𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎
(0.2)2
Catatan :
 Po = Proporsi pada kepustakaan
 Pa = Proporsi pada kepustakaan + persentase proporsi yang diinginkan
 1-α/2 = Nilai keyakinan penelitian
 1-β = Power of study

3.4 Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer

didapatkan dengan membagikan kuesioner kepada ibu balita yang mengalami dehidrasi akibat

diare. Pertanyaan dalam kuesioner nantinya akan memberi informasi mengenai pengetahuan,

sikap, dan perilaku ibu mengenai diare, dehidrasi, serta penanganannya. Data sekunder akan

didapatkan dari rekam medik dari posyandu Desa Gudji Baru untuk mendapat informasi

mengenai balita yang mengalami dehidrasi, derajat dehidrasi, status gizi dan tumbuh kembang

anak, serta riwayat penyakit bawaan pada anak.

3.5 Analisis Data

Analisis data akan dilakukan setelah dilakukannya validasi dan pengelompokan data.
Analisis data yang sering digunakan pada penelitian cross-sectional untuk mengidentifikasikan
faktor risiko adalah analisis untuk memperoleh risiko relative. Estimasi risiko relatif dinyatakan
dengan prevalence ratio (PR), yaitu perbandingan antara jumlah subjek dengan penyakit (lama
dan baru) pada satu saat dengan seluruh subyek yang ada. PR dapat dihitung dengan
menggunakan tabel 2x2 seperti berikut.
OUTCOME

+ -
EXPOSURE
+ a b

- c d

𝑎/(𝑎 + 𝑏)
𝑃𝑅 =
𝑐/(𝑐 + 𝑑)

Catatan:
 a/(a+b) = proporsi subyek yang mempunyai faktori risiko yang mengalami efek
 c/(c+d) = proporsi subyek tanpa faktor risiko yang mengalami efek

Apabila nilai PR = 1, itu berarti variable yang diduga faktor risiko tidak
mempunyai pengaruh dalam terjadinya efek. Bila PR >1 dan rentang interval
kepercayaan tidak mencakup angka 1, itu berarti variable merupakan faktor risiko
timbulnya suatu penyakit. Bila nilai PR < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, dapat disimpulkan faktor yang diteliti adalah faktor protektif. Bila
nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1, itu berarti pada populasi
yang diwakili oleh sampel tersebut mungkin nilai prevalensinya = 1, sehingga faktor
yang diteliti belum dapat disimpulkan.14
DAFTAR PUSTAKA
1. Marcdante KJ, Kliegman RM. Nelson essentials of pediatrics. Seventh edition. Elsevier:
Philadelphia; 2015.
2. Simadibrata K, Daldiyono. Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid II: Diare akut. Edisi ke-6.
InternaPublishing: Jakarta Pusat; 2017.
3. Kementerian Kesehatan RI. Situasi diare di Indonesia. 2011. Diunduh dari
https://www.kemkes.go.id/development/resources/download/pusdatin/buletin/buletin-
diare.pdf
4. Florin TA, Ludwig S, Aronson PL, Werner HC. Netter’s pediatrics. 2011. Elsevier:
Philadelphia; 2011
5. Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current medical diagnosis & treatment 2019. 58th
edition. Mc-GrawHill: USA; 2019
6. George CM, Perin J, Neiswender de Calani KJ, et al. Risk factors for diarrhea in children
under five years of age residing in peri-urban communities in Cochabamba, Bolivia. Am J
Trop Med Hyg. 2014;91(6):1190–1196. doi:10.4269/ajtmh.14-0057
7. Suraatmaja S. Kapita selekta gastroenterologi. Sagung Seto: Jakarta; 2007.
8. Das JK, Tripathi A, Ali A, Hassan A, Dojosoeandy C, Bhutta ZA. Vaccines for the
prevention of diarrhea due to cholera, shigella, ETEC and rotavirus. BMC Public Health.
2013;13 Suppl 3(Suppl 3):S11. doi:10.1186/1471-2458-13-S3-S11
9. Widyiastuti P. Epidemiologi suatu pengantar.Edisi 2. EGC: Jakarta; 2005.
10. .Rahmawati. Faktor–faktor perilaku penyebab diare [skripsi]. Universitas Sebelas Maret:
Surakarta; 2009.
11. Hardi AR, MasniR. Faktor–faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada batita di wilayah
kerja puskesmas baranglompo kecamatan ujung tanah tahun 2001 [skripsi]. Universitas
Hasanuddin: Makassar;2012.
12. Mokomane M, Kasvosve I, de Melo E, Pernica JM, Goldfarb DM. The global problem of
childhood diarrhoeal diseases: emerging strategies in prevention and management. Ther Adv
Infect Dis. 2018;5(1):29–43. doi:10.1177/2049936117744429
13. Turin CG, Ochoa TJ. The Role of Maternal Breast Milk in Preventing Infantile Diarrhea in
the Developing World. Curr Trop Med Rep. 2014;1(2):97–105. doi:10.1007/s40475-014-
0015-x
14. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Edisi ke-3. Sagung Seto:
Jakarta; 2008

Anda mungkin juga menyukai