Anda di halaman 1dari 10

Dispersi Cahaya

Dispersi cahaya adalah penguraian cahaya polikromatik (cahaya putih) menjadi cahaya
monokromatik (merah, jingga, kuing, hijau, biru nila, ungu) lewat pembiasan atau
pembelokan. Cahaya merupakan gelombang transversal yang termasuk gelombang
elektromagnetik. Sifat-sifat cahaya diantaranya adalah dapat mengalami pemantulan
(refleksi), pembiasan (refraksi), pelenturan (difraksi), diserap arah getarnya (polarisasi), dan
diuraikan (dispersi). Dispersi yaitu peristiwa terurainya cahaya putih menjadi cahaya yang
berwarna-warni. Suatu cahaya putih terdiri atas beberapa spektrum warna yang terbagi
berdasarkan panjang gelombang masing-masing. Saat suatu sinar cahaya melewati suatu
medium yang transparan maka akan mengalami pembiasan akibat perbedaan indeks bias
medium yang dilewatinya. Cahaya putih yang dapat terurai menjadi cahaya yang berwarna-
warni disebut cahaya polikromatik sedangkan cahaya tunggal yang tidak bisa diuraikan lagi
disebut cahaya monokromatik. Peristiwa dispersi juga terjadi apabila seberkas cahaya putih
dilewatkan pada suatu prisma sehingga membentuk spektrum cahaya.Spektrum ini dapat
diamati melalui spectrometer (Sears, Zemansky. 2001).

Prisma

Prisma adalah zat bening yang dibatasi oleh dua bidang datar. Apabila seberkas sinar datang
pada salah satu bidang prisma yang kemudian disebut sebagai bidang pembias I, akan
dibiaskan mendekati garis normal. Sampai pada bidang pembias II, berkas sinar tersebut akan
dibiaskan menjauhi garis normal. Pada bidang pembias I, sinar dibiaskan mendekati garis
normal, sebab sinar datang dari zat optik kurang rapat ke zat optik lebih rapat yaitu dari udara
ke kaca.Sebaliknya pada bidang pembias II, sinar dibiaskan menjahui garis normal, sebab
sinar datang dari zat optik rapat ke zat optik kurang rapat yaitu dari kaca ke udara. Sehingga
seberkas sinar yang melewati sebuah prisma akan mengalami pembelokan arah dari arah
semula.
Sudut yang dibentuk antara arah sinar datang dengan arah sinar yang meninggalkan prisma
disebut sudut deviasi diberi lambang D. Besarnya sudut deviasi tergantung pada sudut
datangnya sinar.

Besarnya sudut deviasi sinar bergantung pada sudut datangnya cahaya ke prisma. Apabila
sudut datangnya sinar diperkecil, maka sudut deviasinya pun akan semakin kecil. Sudut
deviasi akan mencapai minimum (Dm) jika sudut datang cahaya ke prisma sama dengan
sudut bias cahaya meninggalkan prisma atau pada saat itu berkas cahaya yang masuk ke
prisma akan memotong prisma itu menjadi segitiga sama kaki, sehingga berlaku i1 = r2 = i
(dengan i = sudut datang), dan i2 = r1 = r (dengan r = sudut bias)
(Beiser, 1987).

Spektrometer

Spektrometer adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengamati spektrum cahaya yang
terurai setelah melewati suatu medium sehingga membentuk suatu spektrum. Dalam
astronomi dan beberapa cabang kimia, spektrometer adalah alat optik untuk menghasilkan
garis spektral dan mengukur panjang gelombang dan intensitasnya. Metoda penyelidikan
dengan bantuan spektrometer disebut spektrometri. Variabel yang paling sering diukur
adalah lampu. Dalam spektrometer modern, sinar yang datang pada sampel diubah panjang
gelombangnya secara kontinyu. Hasil percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan
absisnya menyatakan panjang gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar
datang dan kordinatnya menyatakan energi yang diserap sampel (Artoto, 2007).
Spektrometer terdiri dari lima bagian utama yaitu, celah masuk, kolimator, pendispersi, lensa,
detektor. Terdapat dua jenis spektrometer jika ditinjau dari bagian pendispersi, yaitu dengan
prisma dan kisi. Pada spektrometer berbasis prisma, prisma memiliki keuntungan
menghasilkan satu spektrum cahaya yang jelas (terang), tapi nilainya tidak linear. Dispersi
akan berkurang secara signifikan di daerah panjang gelombang merah, dan analisis spektral
selanjutnya memerlukan tiga referensi (pengukuran ulang) untuk kalibrasinya. Sedangkan
pada kisi mempunyai kemampuan untuk memberikan resolusi yang sangat baik, tapi grating
juga akan mendispersikan spektrum visibel pada gambar. Ini berarti tidak semua spektrum
cocok dibidang kamera, mungkin diperlukan beberapa eksposur untuk menangkap gambar
(Soedojo, 1985).

Hukum Snellius
Hukum refleksi dan hukum refraksi mengenai arah sinar masuk, sinar yang direfleksikan, dan
sinar yang direfraksikan pada antar muka yang halus diantara dua material optik ialah. Sinar
yang masuk, sinar yang direfleksikan, dan sinar yang direfraksikan dan normal terhadap
permukaan semuanya terletak pada bidang yang sama. Sudut refleksi θr sama dengan sudut
masuk θa untuk semua panjang gelombang dan untuk setiap pasangan material. Untuk cahaya
monokromatik dan untuk sepasang material yang diberikan, a dan b, pada sisi-sisi yang
berlawanan dari antar muka itu, rasio dari sinus sudut θa dan θb, dimana kedua sudut itu diukur
dari normal terhadap permukaan, sama dengan kebalikan dari rasio kedua indeks refraksi.
Persamaan ini dinamakan hukum refraksi atau hukum Snellius. Persamaan ini
memperlihatkan bahwa apabila sebuah sinar lewat dari satu material (a) ke dalam material
lain (b) yang mempunyai indeks refraksi yang lebih besar (nb> na) dan karena itu maka laju
gelombang dalam material itu lebih lambat, maka sudut θb, dengan normal lebih kecil dalam
material kedua dari pada sudut θa dalam material pertama, maka sianr itu dibelokkan
mendekati normal. Apabila material kedua itu mempunyai indeks refraksi yang lebih kecil
dari pada material pertama (nb< na) dan karena itu maka laju gelombang dalam material itu
lebih cepat , maka sinar itu dibelokkan menjauhi normal (Zemansky, 2001).

Spektrum Kasat Mata

Spektrum kasat mata adalah bagian dari spektrum optik; mata normal manusia akan dapat
menerima panjang gelombang dari 400 sampai 700 nm, meskipun beberapa orang dapat
menerima panjang gelombang dari 380 sampai 780 nm (frekuensi 790-400 terahertz). Mata
yang telah beradaptasi dengan cahaya biasanya memiliki sensitivitas maksimum di sekitar
555 nm, di wilayah hijau dari spektrum optik. Warna pencampuran seperti pink atau ungu,
tidak terdapat dalam spektrum ini karena warna-warna tersebut hanya akan didapatkan
dengan mencampurkan beberapa panjang gelombang.

Panjang gelombang yang kasat mata didefinisikan oleh jangkauan spektral jendela optik,
wilayah spektrum elektromagnetik yang melewati atmosfer Bumi hampir tanpa mengalami
pengurangan intensitas atau sangat sedikit sekali (meskipun cahaya biru dipencarkan lebih
banyak dari cahaya merah, salah satu alasan menggapai langit berwarna biru). Radiasi
elektromagnetik di luar jangkauan panjang gelombang optik, atau jendela transmisi lainnya,
hampir seluruhnya diserap oleh atmosfer. Dikatakan jendela optik karena manusia tidak bisa
menjangkau wilayah di luar spektrum optik. Inframerah terletak sedikit di luar jendela optik,
namun tidak dapat dilihat oleh mata manusia.

Banyak spesies yang dapat melihat panjang gelombang di luar jendela optik. Lebah dan
serangga lainnya dapat melihat cahaya ultraviolet, yang membantu mereka mencari nektar di
bunga. Spesies tanaman bergantung pada penyerbukan yang dilakukan oleh serangga
sehingga yang berkontribusi besar pada keberhasilan reproduksi mereka adalah keberadaan
cahaya ultraviolet, bukan warna yang bunga perlihatkan kepada manusia. Burung juga dapat
melihat ultraviolet (300-400 nm).
Tabel 2.1 Warna-warna di dalam spektrum
Warna Panjang gelombang (nm)

Ungu 380-450

Biru 450-495

Hijau 495-570

Kuning 570-590

Jingga 590-620

Merah 620-750
Pink 1000-10.000

Meskipun spektrum optik adalah spektrum yang kontinu sehingga tidak ada batas yang jelas
antara satu warna dengan warna lainnya.

..................

Alat-alat yang diperlukan

1. Spectrometer prisma
2. Sumber cahaya dan pemegangnya
3. Sebuah prisma

IV. Teori
Ilmuwan Newton telah menjelaskan adanya sifat pemantulan dan pembiasan dari
cahaya yang percobaannya pernah dilakukan pada tahun 1620-an. Christian Huygens dengan
percobaannya, menjelaskan bahwa cahay seperti halnya charakter, dimana cahaya yang
dilewatkan pada celah sempit , maka pada celah tersebut seolah olah akan bertindak sebagai
sumber yang baru. Keadaan ini yang dikenal sebagai prinsip Huygens. Tahun 1803, Thomas
Young memperlihatkan adanya peristiwa interferensi cahaya. Percobaan ini mendukung
adanya sifat bahwa cahaya adalah merupakan gelombang. Perkembangan teori ini mencapai
puncaknya setelah Maxwell menemukan teory Unified tentang penjalaran gelombang
elektromagnetik. .
Cahaya memancarkan sinarnya berasal dari sumber titik. Dari sumber ini cahaya
memancar ke segala arah dengan muka gelombangnya berbentuk bola. Kulit bola berada
pada satu muka gelombang.

Untuk cahaya yang diteruskan ke medium kedua, akan mengalami pembelokan arah
jalar. peristiwa ini disebut pembiasan atau refraksi

Jika kita melihat benda yang berada didalam air maka benda akan kelihatan lebih dekat.
hal ini karena peristiwa pembiasan (refraksi). Peristiwa pembiasan ini disebabkan oleh
perbedaan kecepatan jalr cahaya di udara dan di medium lain, misalkan air, kaca. Prinsip ini
dapat dikonstruksikan dengan menggunakan prinsip Huygens. Karena kecepatan jalar cahaya
di kedua medium berbeda, maka dalam waktu yang sama jarak antara muka gelombang yang
satu dengan yang berikutnya pada kedua medium akan berbeda. Untuk di medium 1 , maka
dalam waktu t adalah V1 t, sedangkan untuk mediaum 2, adalah V2 t. Hukum pembiasan
Snellius dapat diperoleh langsung dari prinsip Huygens.
...............

Perlu diketahui , bahwa ketika cahaya merambat dari satu medium ke medium lain,
maka frekwuensinya tidak berubah., tetapi panjang gelombangnya berubah. Hal ini nampak
pada gambar P10.1. Jika t = periode gelombang, maka V1 T = λ1, dan V2 T = λ2.

Salah satu sifat gelombang adalah dapat mengalami peristiwa interferensi. Seperi
halnya untuk gelombang yang lain, cahaya dapat mengalami interferensi. Pola interferensi ini
terlihat dalam pola garis gelap-terang-gelap-terang.. dst. Jika cahaya didatangkan pada
penghalang, yangmempunyai dua celah kecil, maka kedua celah ini akan bertindak sebagai
sumber gelombang . (prinsip Huygens). Kedua sumber gelombang ini akan berinteferensi.
Interferensi akan saling menguatkan dan saling melemahkan. Interferensi yang menguatkan
menghasilkan pola terang, sedangkan interferensi yang melemahkan akan menghasilkan pola
gelap.
Interferensi menguatkan diperoleh jika terdapat berbedaan antara lintasan optik dari
kedua sumber
Untuk interferensi maksimum atau menguatkan :
d = ( 2 n ) x . 1/2 λ bilangan genap x 1/2 λ
Untuk interferensi minimum atau melemahkan :
d = (2 n +1 ) 1/2 λ bilangan ganjil x 1/2 λ
,,,,,,,,,,,,,,,,,

Pola interferensi , tidak hanya terjadi seperti kasus diatas. Interferensi cahaya dapat terjadi
dari bermacam cara, diantaranya terjadi akibat lepisan tipis misalnya Cincin Newton.. Cincin
Newton terjadi jika cahaya datang pada sistem lensa cembung yang ditempatkan mendatar,
dengan bagian kelengkungannya menghadap ke bawah seperti nampah pada gambar P10.3.

,,,,,

Kedua sinart yang sejajar, menuju mata atau detektor dapat menimbulkan pola gelap- terang-
gelap-terang. Hal ini disebabkan oleh beda jarak tempuh lintasan optis dari kedua sinar
tersebut.

Cahaya polychromatis adalah cahaya yang mempunyai bermacam-macam panjang


gelombang. Jika cahaya ini didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya perbedaan
indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka cahaya yang keluar mengalami
peristiwa penguraian atau lebih dikenal sebagai peristiwa dispersi. Spektrum dispersinya
nampak pada gambar P10.4.

............................

Teori Dasar
Ilmuwan Newton telah menjelaskan adanya sifat
pemantulan dan pembiasan dari cahaya yang percobaannya
pernah dilakukan pada tahun 1620-an. Christian Huygens
dengan percobaannya, menjelaskan bahwa cahay seperti
halnya charakter, dimana cahaya yang dilewatkan pada celah
sempit , maka pada celah tersebut seolah olah akan bertindak
sebagai sumber yang baru. Keadaan ini yang dikenal sebagai
prinsip Huygens. Tahun 1803, Thomas Young
memperlihatkan adanya peristiwa interferensi cahaya.
Percobaan ini mendukung adanya sifat bahwa cahaya adalah
merupakan gelombang. Perkembangan teori ini mencapai
puncaknya setelah Maxwell menemukan teory Unified
tentang penjalaran gelombang elektromagnetik.
Cahaya memancarkan sinarnya berasal dari sumber titik.
Dari sumber ini cahaya memancar ke segala arah dengan
muka gelombangnya berbentuk bola. Kulit bola berada pada
satu muka gelombang.
Untuk cahaya yang diteruskan ke medium kedua, akan
mengalami pembelokan arah jalar. peristiwa ini disebut
pembiasan atau refraksi.
Jika kita melihat benda yang berada didalam air maka
benda akan kelihatan lebih dekat. hal ini karena peristiwa
pembiasan (refraksi). Peristiwa pembiasan ini disebabkan oleh
perbedaan kecepatan jalar cahaya di udara dan di medium
lain, misalkan air, kaca. Prinsip ini dapat dikonstruksikan
dengan menggunakan prinsip Huygens. Karena kecepatan
jalar cahaya di kedua medium berbeda, maka dalam waktu
yang sama jarak antara muka gelombang yang satu dengan
yang berikutnya pada kedua medium akan berbeda. Untuk di
medium 1 , maka dalam waktu t adalah V1 t, sedangkan untuk
mediaum 2, adalah V2 t. Hukum pembiasan Snellius dapat
diperoleh langsung dari prinsip Huygens.
Perlu diketahui , bahwa ketika cahaya merambat dari
satu medium ke medium lain, maka frekwuensinya tidak
berubah., tetapi panjang gelombangnya berubah. Hal ini
nampak pada gambar P10.1. Jika t = periode gelombang,
maka V1 T = λ1, dan V2 T = λ2.
Salah satu sifat gelombang adalah dapat mengalami
peristiwa interferensi. Seperi halnya untuk gelombang yang
lain, cahaya dapat mengalami interferensi. Pola interferensi
ini terlihat dalam pola garis gelap-terang-gelap-terang.. dst.
Jika cahaya didatangkan pada penghalang, yangmempunyai
dua celah kecil, maka kedua celah ini akan bertindak sebagai
sumber gelombang . (prinsip Huygens). Kedua sumber
gelombang ini akan berinteferensi. Interferensi akan saling
menguatkan dan saling melemahkan. Interferensi yang
menguatkan menghasilkan pola terang, sedangkan interferensi
yang melemahkan akan menghasilkan pola gelap.
Interferensi menguatkan diperoleh jika terdapat
berbedaan antara lintasan optik dari kedua sumber
Untuk interferensi maksimum atau menguatkan :
d = ( 2 n ) x . 1/2 λ bilangan genap x 1/2 λ
Untuk interferensi minimum atau melemahkan :
d = (2 n +1 ) 1/2 λ bilangan ganjil x 1/2 λ
Pola interferensi , tidak hanya terjadi seperti kasus diatas.
Interferensi cahaya dapat terjadi dari bermacam cara,
diantaranya terjadi akibat lepisan tipis misalnya Cincin
Newton.. Cincin Newton terjadi jika cahaya datang pada
sistem lensa cembung yang ditempatkan mendatar, dengan
bagian kelengkungannya menghadap ke bawah .
Cahaya polychromatis adalah cahaya yang mempunyai
bermacam-macam panjang gelombang. Jika cahaya ini
didatangkan pada sisi prisma, maka akibat adanya perbedaan
indeks bias dari masing-masing panjang gelombang, maka
cahaya yang keluar mengalami peristiwa penguraian atau
lebih dikenal sebagai peristiwa dispersi.
Cahaya putih merupakan campuran dari semua panjang
gelombang cahaya tampak. Ketika cahaya ini jatuh pada sisi
prisma, panjang gelombang yang berbeda ini dibelokkan
dengan derajat yangberbeda pula, sesuai dengan hukum
Snellius. karena indeks bias yang lebih besar untuk panjang
gelombang yang lebih pendek, maka cahaya ungu akan
dibelokkan paling jauh dan merah akan dibelokkan paling
dekat.
Contoh yang sering dijumpai dalam peristiwa dispersi
adalah pelangi, yang timbul di alam. Pada sore hari, matahari
berada di sebelah barat kita, dan jika terjadi hujan di belahan
barat kita, maka akan nampak pelangi di langit bagian timur
kita.
Spektrometer adalah alat yang dipakai untuk mengukur
panjang gelombang cahaya dengan akurat yaitu dengan
menggunakan kisi difraksi. atau prisma untuk memisahkan
panjang gelombang cahaya yang berbeda.
Prinsip kerja dari Spektrometer adalah, cahaya di
datangkan lewat celah sempit yang disebut kolimator.
Kolimator ini merupakan focus lensa, sehingga cahaya yang
diteruskan akan bersifat sejajar. Cahaya yang sejajar,
kemudian diteruskan ke kisi untuk kemudian ditangkap oleh
teleskope yang posisinya dapat digerakkan. Pada posisi
teleskope tertentu yaitu pada sudut θ, merupakan posisi yang
sesuai dengan terjadinya pola terang (pola maksimum), maka
hubungan panjang gelombang cahaya memenuhi persamaan :
θ=λ md Sin
dimana m adalah bilangan bulat yang merepresentasikan orde,
dan d harak antara garis-gartis pada kisi. Dengan mengukur
nilai θ, maka nilai panjang gelombang (λ) dari cahaya dapat
diukur.
Alat ini juga dapat dipakai untuk menentukan ada tidaknya
jenis-jenis molekul tertentu pada specimen lanoratorium
dimana analisa kimia tidak dapat dipakai.
Peristiwa pengkutuban arah getar dari gelombang disebut
polarisasi. Karena cahaya adalah gelombang elektromagnetik
dimana mempunyai arah getar yang tegak lurus arah
penjalaran, maka cahaya dapat mengalami polarisasi. Hal ini
telah diterangkan oleh Teori maxwell mengenai cahaya
sebagai gelombang elektromagnetik ,. Dalam teorinya
Maxwelkl meramalkan bahwa peristiwa polarisasi cahaya
menghasilkan arah getar yang diambil sebagai vektor medan
listrik.
Alat yang dapat dipakai untuk menghasilkan cahaya
terpolarisasi bidang dari cahaya yang tidak terpolasrisasi
karena hanya komponen cahaya yang paralel dengan sumbu
yang ditransmisikan disebut Polaroid.
Fungsi lain dari polaroid dalah dapat dipakai untuk
menentukan apakah cahaya terpolarisasi, apa bidang
polarisasinya,
Polarisai juga dapat terjadi dari peristipa pantulan. Ketika
cahaya datang pad apermukaan non logam pada sembarang
sudut (asal tidak tegak lurus), berkas pantulan terpolarisasi
telah terpolarisasi lebih dahulu pada bidang yang sejajar
permukaan. Ini berarti komponen yang tegak lurus bidang
permukaan telah diserap atau ditransmisikan.
Besarnya polarisasi pada berkas pantulan bergantung
pada sudut datang cahaya. Sudut ini yang disebut sudut
polarisasi, yang nilainya memenuhi persamaan :
Sudut ini etrjadi jika θp + θr = 90o.
dimana n1 adalah indeks bias materi dimana cahaya datang,
dan n2 adalah indeks bias diluar materi.Jika indeks bias diluar
materi n = 1, (untuk udara), maka
tan θ = n1
Sudut poalrisasi θP disebut sudut Brewster dan persamaan
diatas disebut hukum Brewster.

Anda mungkin juga menyukai