1.Tidak mengakhirkan tidur malam selepas shalat Isya’ kecuali dalam keadaan darurat seperti
untuk mengulang (muraja’ah) ilmu atau adanya tamu atau menemani keluarga, sebagaimana
yang diriwayatkan oleh Abu Barzah Radhiyallahu anhu:
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam membenci tidur malam sebelum (shalat
Isya’) dan berbincang-bincang (yang tidak bermanfaat) setelahnya.”[1]
2. Hendaknya tidur dalam keadaan sudah berwudhu’ terlebih dahulu sebagaimana hadits:
ََّ ك أَتَي
ْت إِذَا ْ ك فَت ََوضَّأ ْ َم
ََّ َض َجع ََّ ِللصالَةَِّ هوض ْهو َء.
“Apabila engkau hendak mendatangi pembaringan (tidur), maka hendaklah berwudhu’ terlebih
dahulu sebagaimana wudhu’mu untuk melakukan shalat.” [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim
no. 2710]
3. Hendaknya mendahulukan posisi tidur di atas sisi sebelah kanan (rusuk kanan sebagai
tumpuan) dan berbantal dengan tangan kanan, tidak mengapa apabila setelahnya berubah
posisinya di atas sisi kiri (rusuk kiri sebagai tumpuan). Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
َ ض
َّط ِج ْع ْ ِعلَى ا ََّ ش ِ ِّق
َ ك َِّ اْأل َ ْي َم.
َ ن
“Berbaringlah di atas rusuk sebelah kananmu.” [HR. Al-Bukhari no. 247 dan Muslim no. 2710]
4. Tidak dibenarkan telungkup dengan posisi perut sebagai tumpuannya baik ketika tidur
malam ataupun tidur siang. Sebagaimana hadits:
“Sesungguhnya (posisi tidur tengkurap) itu adalah posisi tidur yang dimurkai oleh Allah Azza wa
Jalla.”[2]
ّللاه
َّ ل َّ َ َل ۚ ْالقَيو هَّم ْال َحيَّ ه ََّهو ِإلَّ ِإ َٰلَ َّه َّ َ ل ِسنَةَّ ت َأ ْ هخذ هَّهه
َّ َ ت فِي َما لَ َّهه ۚ ن َْومَّ َو َِّ ض فِي َو َما الس َم َاوا َّ ِ ن ۚ ْاأل َ ْر َّْ ِبإِذْنِ َِّه ِإلَّ ِع ْندََّهه يَ ْشفَ هَّع الذِي ذَا َم
َ
ۚ ْن َما يَ ْعل هَّم َ ْ
ََّ ل ۚ خَلفَ هه َّْم َو َما أ ْيدِي ِه َّْم بَي َ
َّ ون َو ه
ََّ ش ْيءَّ ي ِهحيط َ ِن بْ ْ ه
َّ ت ك ْر ِسي َّهه َو ِس ََّع ۚ شَا ََّء بِ َما إِلَّ ِعل ِم َِّه ِم
َِّ ض الس َم َاواََّ ل ۚ َو ْاأل َ ْر َّ َ يَئهود هَّهه َو
ْ
ال َع ِظي هَّم ال َع ِليَّ َوه ََّهو ۚ ِح ْف ه
ظ هه َما ْ
“Allah, tidak ada ilah (yang berhak diibadahi) melainkan Dia, Yang hidup kekal lagi terus
menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang
di langit dan di bumi. Siapakah yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah
mengetahui apa-apa yang di hadapan mereka dan di belakang mereka, dan mereka tidak
mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi
langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Mahatinggi lagi
Mahabesar.” [Al-Baqarah/2: 255][3]
َّل آ َم َنَّسو ه ل بِ َما الر ه ََّ ن إِلَ ْي َِّه أ ه ْن ِز ََّ ن هكلَّ ۚ َو ْال همؤْ ِمنه
َّْ ون َربِِّ َِّه ِم َّ ِس ِل َِّه َو هكَّت هبِ َِّه َو َم َالئِ َكتِ َِّه ب
ََّ اّللِ آ َم ل َو هر ه َّ َ ق ََّ ن أ َ َحدَّ بَي
َّْن نهفَ ِ ِّر ه س ِم ْعنَا َوقَالهوا ۚ هر ه
َّْ س ِل َِّه ِم َ
ط ْعنَا َ
َ َك ۚ َوأ ََّ غ ْف َران
ْك َربنَا ه ََّ ير َوإِلَيَّص ه ْ
ِ ﴿ ال َم٢٨٥﴾ ل َّ َ ف ِّ
َّّللاه يه َك ِل ه
َّ سا ً ت َما لَ َها ۚ هو ْسعَ َها إِلَّ نَ ْف َّْ َسب َ ت َما َو َعلَ ْي َها َك َّْ َسب َ َ ل َربنَا ۚ ا ْكت َّ َ
اخذْنَا ِ ن ت ه َؤ َّْ طأْنَا أَ َّْو نَسِينَا ِإ َ ل َربنَا ۚ أ َ ْخ َّْ ص ًرا َعلَ ْينَا تَحْ ِم
َّ َ ل َو ْ ِين َعلَى َح َم ْلت َ َّه ه َك َما ِإ ََّ ن الذ َّْ ل َربنَا ۚ قَ ْب ِلنَا ِم َّ َ ل َما ت ه َح ِ ِّم ْلنَا َو َّ َ َطاقَ َّة
َ لَنَا
ْف ۚ بِ َِّه َّار َح ْمنَا لنَا َوا ْغ ِف َّْر َعنا َواع ه َ ْ ت ۚ َو َ
ََّ ص ْرنَا َم ْو َلنَا أ ْن َ
ين القَ ْو َِّم َعلى فَا ْن ه ْ ََّ الكَافِ ِر ْ
“Rasul telah beriman kepada al-Qur-an yang diturunkan kepadanya dari Rabb-nya, demikian
pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya,
Kitab-Kitab-Nya dan Rasul-Rasul-Nya. (Mereka mengatakan): ‘Kami tidak membedabedakan
antara seorang pun (dengan yang lain) dari Rasul-Rasul-Nya,’ dan mereka mengatakan: ‘Kami
dengar dan kami taat.’ (Mereka berdo’a): ‘Ampunilah kami ya Rabb kami dan kepada Engkaulah
tempat kembali. Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan)
yang dikerjakannya. (Mereka berdo’a): ‘Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami bersalah. Ya Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang
berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami,
janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma-aflah
kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami
terhadap kaum yang kafir.’” [Al-Baqarah/2: 285-286][4]
c. Membaca Qul Huwallaahu Ahad, Qul a’uudzu bi Rabbil falaq dan Qul a’uudzu bi Rabbin naas.
Hal ini berdasarkan pada riwayat-riwayat yang menganjurkan hal tersebut.[5]
“Dengan Nama-Mu, ya Rabb-ku, aku meletakkan lambungku. Dan dengan Nama-Mu pula aku
bangun daripadanya. Apabila Engkau menahan rohku (mati), maka berilah rahmat padanya.
Tapi apabila Engkau melepaskannya, maka peliharalah, sebagaimana Engkau memelihara
hamba-hamba-Mu yang shalih.”[6]
ت الل هه َّم َّْك نَ ْفسِي أَ ْسلَ ْم ه ََّ ْت ِإلَيَّْك أ َ ْم ِري َوفَوض ه ََّ ت ِإلَي
َّْك َوجْ ِهي َو َوج ْه ه ََّ ت ِإلَي َّظ ْه ِري َوأ َ ْل َجأ ْ ه َ ْكََّ ِإلَي، ًْك َو َر ْهبَ َّةً َر ْغ َب َّة َّ َ لَ َم ْل َجَّأ
ََّ ِإلَي, َل َّ َم ْن َجا َو
ََّ ْك ِإلَّ ِم ْن
ك ََّ ك ِإلَي َ
ََّ ب أ ْست َ ْغ ِف هر َ ََّ ِإلَي، ت
َّْك َوأت ه ْو ه َّك آ َم ْن ه ْ َ
ََّ ِّك أ ْنزَ ل
ََّ ِت الذِي بِ ِكت َاب ََّ ت الذِي َوبِنَبِ ِي ْ
ََّ سل َ
َ أ ْر.
“Ya Allah, aku menyerahkan diriku kepada-Mu, aku serahkan urusanku kepada-Mu aku
menghadapkan wajahku kepada-Mu, dan aku sandarkan punggungku kepada-Mu karena
mengharap dan takut kepada-Mu, tidak ada tempat berlindung dan menyelamatkan diri dari
(ancaman)-Mu kecuali kepada-Mu, aku memohon ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu,
aku beriman kepada kitab yang Engkau turunkan dan kepada Nabi yang Engkau utus.” [HR. Al-
Bukhari no. 247, 6113, 6313, 7488, Muslim no. 2710, Abu Dawud no. 5046 dan at-Tirmidzi no.
3394]
“Ampunilah dosa-dosaku di masa lalu dan masa yang akan datang, yang tersembunyi, serta
yang nampak. Engkaulah Yang terdahulu dan Yang terakhir dan tidak ada ilah yang berhak
diibadahi kecuali Engkau.” [HR. Al-Bukhari no. 1120, 6317 dan Muslim no. 2717]
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari siksa-Mu pada hari dimana Engkau membangkitkan hamba-
hamba-Mu.” [HR. Abu Dawud no. 5045, at-Tirmidzi no. 3399, Ibnu Majah no. 3877 dan Ibnu
Hibban no. 2350. Lihat Shahiih at-Tirmidzi no. III/143]
7. Disunnahkan apabila hendak membalikkan tubuh (dari satu sisi ke sisi yang lain) ketika tidur
malam untuk mengucapkan do’a:
“Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Allah Yang Mahaesa, Maha Perkasa, Rabb Yang
menguasai langit dan bumi serta apa yang ada di antara keduanya, Yang Mahamulia lagi Maha
Pengampun.” [HR. Al-Hakim I/540 disepakati dan dishahihkan oleh Imam adz-Dzahabi. Lihat
Silsilah al-Ahaadits ash-Shahiihah no. 2066]
8. Apabila merasa gelisah, risau, merasa takut ketika tidur malam atau merasa kesepian maka
dianjurkan sekali baginya untuk berdo’a sebagai berikut:
“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari murka-Nya, siksa-Nya, dari
kejahatan hamba-hamba-Nya, dari godaan para syaitan dan dari kedatangan mereka
kepadaku.” [HR. Abu Dawud no. 3893, at-Tirmidzi no. 3528 dan lainnya. Lihat Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahii-hah no. 264]
9. Memakai celak mata ketika hendak tidur, berdasarkan hadits Ibnu ‘Umar Radhiyallahu
anhuma :
َّ َصلى النبِيَّ أ
ن َّ سل ََّم َعلَ ْي َِّه
َ للاه َ َان َو َّاإلثْ ِم َِّد يَ ْكت َِح ه
ََّ ل ك ِ ِل لَ ْيلَةَّ هكلَّ ب َّْ َ َام أ
ََّ ن قَ ْب ََّ ي يَن َِِّّ أ َ ْميَالَّ ثَالَث َ َّةَ َعيْنَّ هك.
َّْ ِل ف
“Bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memakai celak dengan batu
celak setiap malam sebelum beliau hendak tidur malam, beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam
memakai celak pada kedua matanya sebanyak tiga kali go-resan.” [HR. Ibnu Majah no. 3497.
Lihat Syamaa-il Muhammadiyyah hal. 44]
10. Hendaknya mengibaskan tempat tidur (membersihkan tempat tidur dari kotoran) ketika
hendak tidur.
اخلَ َّةَ فَ ْل َيأ ْ هخ َّذْ ِف َرا ِش َِّه إِلَى أ َ َحد ه هك َّْم َجا ََّء ِإذَا َّْ ش َّه ه ِب َها فَ ْل َي ْنفه
ِ َ ض ِإزَ ِار َِّه د َ للاَ َو ْليه
َ س َِِّّم ِف َرا َّ َب ْعدََّهه َخلَفَ َّهه َما َي ْعلَ هَّم.
َّ لَ فَإِن َّهه
“Jika salah seorang di antara kalian akan tidur, hendaklah mengambil potongan kain dan
mengibaskan tempat tidurnya dengan kain tersebut sambil mengucapkan, ‘bismillaah,’ karena
ia tidak tahu apa yang terjadi sepeninggalnya tadi.” [HR. Al-Bukhari no. 6320, Muslim no. 2714,
at-Tirmidzi no. 3401 dan Abu Dawud no. 5050. Lafazh yang seperti ini berdasarkan riwayat
Muslim]
11. Jika sudah bangun tidur hendaknya membaca do’a sebelum berdiri dari tempat
pembaringan, yaitu:
للِِۚ اَ ْل َح ْم َّده
َّ ش ْو هَّر َو ِإلَ ْي َِّه أ َ َماتَنَا َب ْعدَ َما أَحْ َيانَّا َ الذِي
الن ه.
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah ditidurkan-Nya dan kepada-Nya
kami dibangkitkan.”[7]
12. Hendaknya menyucikan hati dari setiap dengki yang (mungkin timbul) pada saudaranya
sesama muslim dan membersihkan dadanya dari setiap kemarahannya kepada manusia lainnya.
13. Hendaknya senantiasa menghisab (mengevaluasi) diri dan melihat (merenungkan) kembali
amalan-amalan dan perkataan-perkataan yang pernah diucapkan.
14. Hendaknya bersegera bertaubat dari seluruh dosa yang dilakukan dan memohon ampun
kepada Allah dari setiap dosa yang dilakukan pada hari itu.[8]
Sumber: https://almanhaj.or.id/4009-adab-adab-tidur.html
Ayat #1: Anda Bisa Berubah, Jika Anda Mau Mengubah Diri Anda
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri
mereka sendiri”. (Q.S. Ar-Ra’d:11)
Ayat #2: Kebaikan Dibalik Yang Tidak Kita Sukai
“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai
sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui“ (Q.S. Al-
Baqarah:216)
Ayat #3: Anda Pasti Sanggup
“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan kesanggupannya.” (Q.S. Al-
Baqarah: 286)
Ayat #4 dan #5: Kemudahan Bersama Kesulitan
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya bersama
kesulitan itu ada kemudahan.” (Q.S. Al-Insyirah: 5-6)
Ayat #6 dan #7: Takwa dan Tawakal
“Barang siapa bertakwa kepada Allah maka Dia akan menjadikan jalan keluar baginya, dan
memberinya rizki dari jalan yang tidak ia sangka, dan barang siapa yang bertawakkal
kepada Allah maka cukuplah Allah baginya, Sesungguhnya Allah melaksanakan kehendak-
Nya, Dia telah menjadikan untuk setiap sesuatu kadarnya” (Q.S. Ath-Thalaq: 2-3)
1. Berwudhu
2. Membaca ayat kursi
3. Membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqoroh
4. Mengatupkan dua telapak tangan lalu ditiup dan dibacakan surat Al-Ikhlas, Al-Falaq
dan An-Naas kemudian dengan dua telapak tangan mengusap dua bagian tubuh yang
dapat di jangkau dengannya di mulai dari kepala, wajah, dan tubuh bagian depan, hal
ini diulangi sebanyak 3 kali (HR. Al-Bukhari dalam Fathul Bari XI/277 No. 4439, 5016
(cet. Daar Abi Hayan) Muslim No. 2192, Abu Dawud No. 3902, At-Tirmidzi)