Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Pengertian Well Test

Well Test merupakan “suatu metode untuk menentukan karakteristik dan


kemampuan produksi reservoir dan sumur migas; yang merupakan faktor
penentu bagi produktifitas sumur, kerusakan (damage), bidang kedap aliran
atau patahan, fracture conductivity, interflow porosity paramater pada
naturally fracture reservoir” (Doddy Abdasah, 2009). Pada prinsipnya well
testing memberikan gangguan kesetimbangan pada sumur yang diuji. Well test
digambarkan seperti menjatuhkan benda kedalam air yang tenang. Air yang
tenang itu digambarkan dengan kondisi sumur sebelum pengujian, sedangkan
benda tersebut merupakan testnya. Gelombang yang timbul akibat gangguan
digambarkan sebagai Impulse Transient. Impulse Transient perubahan tekanan
terhadap waktu yang ekuivalen terhadap jarak. Adanya Impulse Transient
sebagai akibat dari perpindahan volume fluida dengan jumlah tertentu akibat
adanya perbedaan tekanan dalam selang waktu tertentu selama menempuh
jarak tertentu. Perubahan tekanan inilah yang kemudian akan dicatat selama
pengujian berlangsung.

1.2.Tujuan Dan Fungsi Well Test


Tujuan dari well test ialah:
a. Untuk mengevaluasi dan menentukan karakteristik reservoir (s, ke, P, ri, re,
dll.),
b. Untuk Menginvestigasi reservoir secara luas dibanding hasil analisa core dan
logging,
c. Untuk menentukan perkiraan permeabilitas dalam kondisi reservoir secara
real time.
d. Untuk menentukan perkiraan kondisi didekat lubang bor,
e. Untuk memperkirakan jarak hingga bidang batas (boundary) dan
heterogenitas reservoir.
f. Identifikasi fluida reservoir.
Fungsi dari Well Test ialah dengan melalui pengujian kita dapat mengetahui
secara pasti kemampuan berproduksi suatu sumur. Kemampuan berproduksi
suatu sumur dipengaruhi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju alir dalam
media pori (reservoir). salah satu problem sumur ialah water coning. Upaya
untuk mengidentifikasi problem ini salah satunya dari analisa tekanan yang
diperoleh dari hasil well test. Hasilnya kita dapat menentukan letak perforasi
disesuaikan dengan laju alir yang tepat. Parameter yang didapat dari well test
antara lain,
a. Permeabilitas Efektif fluida
b. Kerusakan atau perbaikan formasi di sekeliling lubang sumur
c. Tekanan reservoir
d. Batas suatu reservoir
e. Bentuk radius pengurasan
f. Heterogenitas reservoir
BAB II
PERSIAPAN DATA DAN PENGOLAHAN
DATA PVT MINYAK DAN GAS

2.1. Latar Belakang


Pencatatan data pengujian sumur dimulai saat alat pencatat tekanan
dimasukkan kedalam sumur; selama alat tersebut di setting pada kedalaman
tertentu sampai alat tersebut ditarik keatas dan pengujian selesai.
Dengan demikian tidak semua data tekanan tersebut akan dianalisis, sehingga
diperlukan pemahaman segmen data yang akan dianalysis.

2.2. Tujuan
a. Memahami dan mengerti data apa saja yang diperlukan untuk mendukung
dalam melakukan analysis data uji tekanan serta bagaimana mendapatkan
data tersebut.
b. Mampu menentukan segmen data yang akan dianalysis untuk mengetahui
fenomena direservoir.

2.3. Dasar Teori


Data yang diperlukan untuk analysis hasil pengujian sumur antara lain:
a. Data teknik sumur, seperti:
 Kedalaman sumur
 Ukuran Casing
 Ukuran Tubing
 Interval Perforasi
 Status Sumur
 Trajectory sumur
b. Data Reservoir
 Ketebalan lapisan (Net Oil Pay)
 Porositas
 Viskositas, Faktor volume formasi
c. Data Pelaksanaan test
 Test Tekanan dan Rate test
 Program pelaksanaan pengukuran

Data PVT
a. Komposisi fluida

Gambar 2.1. Komposisi Fluida


b. Sifat Fisik Fluida

Gambar 2.2. Grafik Sifat Fisik Fluida


Trajectory Sumur

Parit Minyak # 01 Survey 02 Survey Report


Report Date: July 11, 2006 Survey / DLS Computation Method: Minimum Curvature / Lubinski
Client: PT. Chevron Pacific Indonesia Vertical Section Azimuth: 257.090°
Field: EXPLORATION Vertical Section Origin: N 0.000 ft, E 0.000 ft
Structure / Slot: Century # 14 (Parit Minyak # 01) / Well 01 TVD Reference Datum: Rotary Table
Well: Parit Minyak #01 TVD Reference Elevation: 68.0 ft relative to MSL
Borehole: Original Sea Bed / Ground Level Elevation: 42.000 ft relative to MSL
UWI/API#: Magnetic Declination: 3.846°
Survey Name / Date: Parit Minyak # 01 Survey 02 / June 8, 2006 Total Field Strength: 38011.512 nT
Tort / AHD / DDI / ERD ratio: 33.145° / 497.20 ft / 4.218 / 0.047 Magnetic Dip: -12.567°
Grid Coordinate System: UTM Zone 47 - WGS84, Meters Declination Date: June 19, 2006
Location Lat/Long: N 1 37 45.892, E 143 26 14.755 Magnetic Declination Model: BGGM 2005
Location Grid N/E Y/X: N 255039.140 m, E 6000905.340 m North Reference: Grid North
Grid Convergence Angle: +1.58267186° Total Corr Mag North -> Grid North: +2.263°
Grid Scale Factor: 1.39697868 Local Coordinates Referenced To: Well Head

Measured Vertical
Comments Inclination Azimuth TVD NS EW DLS Northing Easting Latitude Longitude
Depth Section
( ft ) ( deg ) ( deg ) ( ft ) ( ft ) ( ft ) ( ft ) ( deg/100 ft ) (m) (m)
`` 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 255039.14 6000905.34 N 1 37 45.892 E 143 26 14.755
1991.79 0.35 116.33 1991.78 -4.71 -2.70 5.45 0.02 255037.99 6000907.66 N 1 37 45.864 E 143 26 14.810
2085.02 0.36 113.27 2085.01 -5.17 -2.94 5.98 0.02 255037.89 6000907.88 N 1 37 45.862 E 143 26 14.815
2177.45 0.15 195.87 2177.44 -5.34 -3.17 6.21 0.40 255037.79 6000907.98 N 1 37 45.859 E 143 26 14.818
2270.60 0.34 189.58 2270.58 -5.18 -3.56 6.13 0.21 255037.62 6000907.95 N 1 37 45.855 E 143 26 14.817

2362.43 0.67 225.51 2362.41 -4.62 -4.21 5.70 0.48 255037.35 6000907.77 N 1 37 45.849 E 143 26 14.812
2456.05 0.75 222.52 2456.02 -3.65 -5.04 4.90 0.09 255036.99 6000907.43 N 1 37 45.841 E 143 26 14.804
2550.28 0.81 215.88 2550.24 -2.64 -6.04 4.09 0.12 255036.57 6000907.08 N 1 37 45.832 E 143 26 14.795
2643.43 0.81 219.93 2643.39 -1.62 -7.07 3.28 0.06 255036.13 6000906.74 N 1 37 45.822 E 143 26 14.786
2737.27 0.98 215.76 2737.21 -0.49 -8.23 2.39 0.19 255035.63 6000906.36 N 1 37 45.811 E 143 26 14.777

2829.33 0.55 215.42 2829.27 0.43 -9.23 1.67 0.47 255035.21 6000906.05 N 1 37 45.801 E 143 26 14.769
2922.82 0.58 214.93 2922.75 1.12 -9.99 1.14 0.03 255034.89 6000905.83 N 1 37 45.794 E 143 26 14.764
3016.49 0.54 220.43 3016.42 1.82 -10.71 0.58 0.07 255034.58 6000905.59 N 1 37 45.787 E 143 26 14.758
3109.83 0.65 232.70 3109.75 2.66 -11.37 -0.12 0.18 255034.30 6000905.29 N 1 37 45.781 E 143 26 14.750
3203.42 0.66 239.40 3203.34 3.66 -11.96 -1.01 0.08 255034.05 6000904.91 N 1 37 45.775 E 143 26 14.741

3294.78 0.70 235.75 3294.69 4.68 -12.54 -1.92 0.06 255033.80 6000904.52 N 1 37 45.770 E 143 26 14.731
3386.68 0.63 238.22 3386.58 5.68 -13.13 -2.82 0.08 255033.55 6000904.14 N 1 37 45.765 E 143 26 14.722
3482.83 0.61 228.06 3482.73 6.63 -13.75 -3.65 0.12 255033.29 6000903.79 N 1 37 45.759 E 143 26 14.713
3579.00 0.56 222.17 3578.89 7.46 -14.44 -4.34 0.08 255032.99 6000903.49 N 1 37 45.752 E 143 26 14.706
3675.11 0.67 239.28 3675.00 8.38 -15.07 -5.14 0.22 255032.72 6000903.15 N 1 37 45.746 E 143 26 14.698

Gambar 2.3. Data Trayek Sumur

Petrophysical data
 Ketebalan lapisan yang dipergunakan untuk melakukan analisa Uji sumur
adalah ketebalan pasir yang berisi minyak (Net oil pay). Ketebalan ini bias
ditentukan dengan menggunakan data log.
 Porositas ditentukan dengan data log pada interval yang dilakukan test
(porositas rata-rata)

Gambar 2.4. Gambaran Jenis-Jenis Ketebalan


 Net sand thickness – 38.5 ft
 Net pay – 27 ft (thickness used in the interpretation)
 Perforated interval – 34 ft
 Average porosity for perforated interval 12 - 14% (Used 13%)

Gambar 2.5. Contoh Grafik Log


Sejarah Pengujian (Sequence Operation)

Gambar 2.6. Rekaman Data Sejarah Pengujian


Data Pengujian
 Pressure

Gambar 2.7. Contoh Hasil Data Pengujian Terhadap Tekanan


 Rate

Gambar 2.8. Contoh Hasil Data Pengujian Terhadap Laju Produksi


 Pressure and Rate vs Time

Gambar 2.9. Contoh data Hasil Pengujian Dengan Parameter P, T, dan q


2.4 Data dan Perhitungan

2.4.1. Penentuan Elapsed time

1. Untuk dt pada saat memulai dimulai pada dt = 0

2. Perhitungan dt pada waktu kedua hingga sebelum hari berikutnya


dirumuskan sebagai berikut:

dtn = ((tn-tn-1)×24)+dti

keterangan:

dtn = elapsed time pada waktu ke n

dtni = elapsed time initial

tn = waktu ke n

3. Hasil dari perhitungan dikonversikan dari waktu ke decimal (melalui menu


format cell, lalu number, pilih general)

4. Perhitungan dari waktu terakhir sebelum pergantian hari Seperti point kedua
(selisihnya antara waktu terakhir dan waktu dimulainya hari berikutnya).

(t2-t1)*24+elapsed
time initial

Gambar 2.10 Data Well Testing


2.4.2. Grafik PBU dan PDD

P & T VS ELAPSED TIME


1800 300
1600
B C E 250
1400
D

Temperature, °F
1200 200
Pressure, Psi

1000
150
800
600 100
400
50
200
0
A F 0
0 5000 10000 15000 20000
ELAPSED TIME

PRESSURE TEMPERATUR

Grafik 2.1 P&T vs Elapsed Time

Keterangan:
1. A-B (Running Inside Hole) Alat diturunkan ke dalam sumur
2. B-C ( Initial Shut in)
3. C-D Bleed of Annulus Pressure
4. D-E Closed Wing Valve untuk PBU
5. E-F (Pulling Out Of Hole) Alat dikeluarkan dari lubang sumur
2.4.3. Analisa Fluida
Temperatur Reservoir = 270 °F
Tekanan Reservoir = 1795 Psi

Tabel 2.1 Data Sumur Parangtritis #2

1. Menentukan Harga Rs menggunakan korelasi standing


Syarat dari Persamaan ini Pr > Pb.

Dari Perhitungan Ini Didapatkan Harga Rs sebesar 414,0286568 scf/STB


2. Menentukan Harga Bo menggunakan korelasi Standing
Syarat dari Persamaan ini Pr > Pb

Dari Perhitungan ini didapat Harga Bo Sebesar 1,32356319 bbl/STB

3. Menentukan Harga Co menggunakan korelasi Vasquez-beggs

Dari perhitungan ini didapat Harga Co Sebesar 73,16328091 psi-1

4. Menentukan Harga µod menggunakan korelasi beggs-robinson

Dari perhitungan ini didapatkan harga viskositas dead oilnya sebesar


2,04413 cp
5. Menentukan Harga µob (µo) menggunakan korelasi beggs-robinson

Dari Perhitungan didapatkan harga viskositas minyak tersaturasi sebesar


0,679705707 cp
2.4. Pembahasan
Pada praktikum kali ini akan dibahas tentang persiapan dan pengolahan data dari
hasil perekanman tekanan, temperatur, serta waktu. Kemudian nantinya akan diplot
terhadap grafik antara data dT vs Tekanan vs Temperatur. Tujuan dari praktikum
kali ini adalah untuk memahami dan mengerti data apa saja yang diperlukan untuk
mendukung dalam melakukan analysis data uji tekanan serta bagaimana
mendapatkan data tersebut, serta mampu menentukan segmen data yang akan di
analysis untuk mengetahui fenomrna di reservoir.
Well test adalah salah satu sarana untuk karakterisasi reservoir atau untuk
mengetahui impuls perubahan tekanan yang akan disebarkan ke seluruh reservoir
akibat dari gangguan tersebut dan yang mana perubahan tekanan tersebut akan
dicatat selama pengujian berlangsung. Well test atau DST teridiri dari uji tekanan
(pressure test) dan uji produksi (production test) dimana pada umumnya gas ada
beberapa jenis tes seperti Gas Deliverability Test, Flow After Flow Rate atau Back
Pressure Test, Isocronal Test, dan Modified Isocronal Test. Pada Flow After Flow
Rate atau Back Pressur Test grafik yang muncul akan kotak-kotak dan penurunan
tekanan akan semakin tinggi bila choke diganti, tujuan dari test ini adalah untuk
mengetahui laju alir yang etrbesar dari berbagai pergantian choke biasanya pada
etst ini akan dilakuka 3 sampai 4 kali pergantian choke. Isocronal Test yaitu test
yang dilakukan dengan menutup sumur hingga sampai tekanan reservoir, kemudian
dibuka. Pada test ini tekan yang dihasilkan akan mencapai maksimum sehingga
periode penutupan dan pembukaan sumur tidak sama. Modified Isocronal Test yaitu
test yang hampir sama dengan Isocronal Test namun yang membedakannya yaitu
periode penutupan dan pembukaan sumurnya sama, shingga tekanan yang naik
akibat dari penutupan sumur itu tidak akan maksimal. Sedangkan pada sumur
minyak test yang dilakukan adalan Pressur Build Up (PBU) dan Pressure
Drawdown (PDD) yang kegunaanya hampir sama. Yang mana PBU adalah suatu
metode pengujian tekanan transien dengan cara memproduksikan sumur degan laju
produksi konstan selama waktu tertentu, kemudian sumur ditutp sedangkan PDD
adalah suatu pengujian yang dilaksanakan dengan jalan membuka sumur dan
mempertahankan laju peoduksi tetap selama pengujian berlangsung. Jika pada
analisa tekanan sudah konstan berarti sudah mencapai boundary reservoir. Alat
DST ini terdiri dari SPRD (Service Pressure Road Out) dan EMR (Electric Memory
Read). Alat EMR ini yang akan diturunkan ke lapisan produktif. Analisis dari grafik
yang diperoleh, pada saat tekanan naik EMR sedang diturunkan sehingga terbaca
tekanan naik karena masih terpengaruh dari gradien tekanan, pada saat mendatar
menandakan sumur sedang di produksikan atau sedang dibuka, lalu sumur ditutup
sehingga tekanan akan naik hingga batas maksimal dari tekanan yang jika tekanan
sudah konstan berarti sudah tersebar hingga ke boundary lalu alat dinaikkan akan
terjadi penurunan tekanan. Dari grafik tersebut tidak ada tes produksi.
Pada praktikum ini, case yang kami dapatkan ialah PARANGTRITIS #2.
Pengerjaan dimulai dengan menentukan elapsed time. Elapsed time merupakan
lamanya waktu yang terukur pada alat. Elapsed time ditentukan dengan mencari
selisih waktu kemudian dikonversikan dalam jam selama 1 hari lalu ditambahkan
dengan elapsed time initial. Elapsed time initial diubah berdasarkan waktu
dimulainya hari. Kemudian Hasil dari perhitungan ini dikonversikan dari waktu ke
desimal. Dari Tekanan dan temperatur dari well testing data dibuat grafik terhadap
elapsed time sehingga didapatkan grafik P&T vs Elapsed Time. Dari grafik
dilakukan general plot untuk mengetahui pada tekanan dan temperatur berapa
pengujian dilakukan. General plot dilakukan dengan mengkorelasikan grafik
dengan catatan pengujian (Sequence Operation).
Dari Grafik Diketahui bahwa A-B saat alat dimasukkan kedalam sumur
(Running Inside Hole) pertambahan tekanan yang ditunjukkan pada grafik
dikarenakan pengaruhi gradient tekanan. Semakin dalam alat bergerak maka
tekanannya juga semakin besar. Titik B-E diketahui merupakan Pengujian PBU
dimana hal ini dapat diketahui secara langsung dari grafik maupun melalui catatan
pengujiannya. E-F titik dimana alat dinaikkan kembali ke permukaan (Pulling Out
of Hole) dimana grafiknya menunjukkan penurunan tekanan seiring kenaikan
alatnya.
Langkah Selanjutnya ialah perhitungan karakteristik sifat fisik fluida melalui
data sumur yang diberikan. Berdasarkan Data Sumur Diketahui bahwa Tekanannya
diatas bubble point (pr>pb) karena harga °API yang diberikan sebesar 25,30 artinya
minyaknya tergolong minyak berat. Pada minyak berat fraksi ringannya sudah tidak
terkandung didalam minyaknya. Penentuan kondisi ini krusial karena syarat dari
korelasi yang selanjutnya dipakai ditentukan dari kondisi apakah fluida saturated
atau undersaturated. Apabila fluidanya saturated maka perhitungan spesifik
terhadap jenis fluida yang dikandung apakah hanya gas atau minyak. Langkah awal
penentuan sifat fisik dengan mencari harga kelarutan gas dalam minyaknya (Rs).
Setelah diketahui bahwa kondisinya saturated maka korelasi yang digunakan ialah
korelasi standing. Sebelum perhitungan dicari nilai dari x yaitu sebesar
0,078527778. Hasil dari perhitungan didapatkan harga Rs sebesar 414,0286568
scf/STB. Harga Faktor volume formasinya sebesar 1,32356319 bbl/STB. Faktor
Kompresibilitas minyaknya (Co) sebesar 73,16328091 psi-1. Nilai dari harga dead
oil viscositynya sebesar 2,044129757 cp. Dari perhitungan tersebut harga viskositas
minyak tersaturasdi didapatkan sebesar 0,679705707 cp.
Sequence operation merupakan catatan rangkaian dari pengujian, kemudian dari
catatan tersebut digunakan untuk pembacaan pada grafik. SRO (Surface Read Out)
adalah istilah umum untuk mengirim data downhole ke permukaan melalui saluran
listrik. Perbedaan terbesar antara Sistem Calscan dan yang lainnya adalah
perlindungan yang diperlukan untuk TEC saat meninggalkan kepala sumur. POOH
(Put Out Of Hole) merupakan kegiatan memasukkan
Grafik hasil plot data antara dT vs Tekanan vs Suhu digunakan untuk
menganalisa hasil PBU dan PDD yang terdapat pada sumur tersebut. Dari Grafik
yang didapatkan,dapat disimpulkan bahwa pada grafik A-B,Pressure mengalami
kenaikan dikarenakan sedang Running Peralatan ke dalam sumur hingga mencapai
kedalaman yang dituju. Grafik B-C,menandakan bahwa pressure tidak mengalami
kenaikan,dia cenderung menurun. Dikarenakan sumur sedang dilakukan produksi
sehingga Pressure mengalami penurunan. Setelah itu sumur ditutup lagi,seperti
pada grafik C-D hingga mencapai waktu yang disepakati awal. Lalu sumur
diproduksikan seperti biasanya seperti grafik D-E,yang mengalami penurunan
tekanan diakibatkan memproduksikan fluida sumur
Dari analisa fluida, diketahui bahwa sumur PARANGTRITIS#2 memiliki
tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point (Pb). Kemudian dilakukan
perhitungan Rs dan Bo menggunakan korelasi standing, Co menggunakan korelasi
Vasquez-Beggs. Untuk harga viskositas dicari dead oil viscosity dan saturated oil
viscosity menggunakan korelasi Beggs-Robinson, sedangkan untuk undersaturated
oil viscosity digunakan korelasi Vasquez-Beggs. Hasil perhitungan didapatkan nilai
Rs sebesar 414,0286568 SCF/BBL, nilai Bo sebesar 1,32356319 bbl/STB ,dan
harga Co Sebesar 78,9750302. Untuk harga viskositas, didapatkan harga dead oil
viscosity sebesar 2,04413 ppg, harga untuk saturated oil viscosity sebesar 0,67971
ppg.
Aplikasi lapangan dari praktikum persiapan data dan Analisa PVT minyak
ini ialah untuk memperoleh data-data yang diperlukan melalui kegiatan well testing
guna mengetahui kemampuan berproduksi suatu sumur. Setelah mengetahui
kemampuannya kita dapat menyiapkan metode serta jenis produksi yang baik dan
sesuai berdasarkan karakteristik yang diperoleh dari fluida sumur tersebut. Tujuan
akhirnya ialah setelah pengujian dilakukan diharapkan dapat menghindari problem
produksi saat sumur diproduksikan nantinya sehingga kita mendapatkan nilai
produksi optimum dari lapangan tersebut.
2.5. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum minggu pertama yaitu “Persiapan Data dan Pengolahan
Analisa PVT Minyak” ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Data yang diperoleh:
a. Rs : 414,0286568 scf/STB
b. Bo : 1,32356319 bbl/STB
c. Co : 73,16328091 psi-1
d. µo : 0,679705707 cp
2. Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk memahami dan mengerti data
apa saja yang diperlukan untuk mendukung dalam melakukan analysis data
uji tekanan serta bagaimana mendapatkan data tersebut, serta mampu
menentukan segmen data yang akan di analysis untuk mengetahui fenomrna
di reservoir.
3. Dari analisa fluida, diketahui bahwa sumur PARANGTRITIS#2 memiliki
tekanan reservoir dibawah tekanan bubble point (Pb).
4. Alat DST ini terdiri dari SPRD (Service Pressure Road Out) dan EMR
(Electric Memory Read). Alat EMR ini yang akan diturunkan ke lapisan
produktif.
5. Grafik hasil plot data antara dT vs Tekanan vs Suhu digunakan untuk
menganalisa apa yang terjadi pada sumur tersebut,Seperti pada grafik PBU
dan PDD. Pada grafik A-B,Pressure mengalami kenaikan dikarenakan
sedang Running Peralatan ke dalam sumur hingga mencapai kedalaman
yang dituju. Grafik B-C,menandakan bahwa pressure tidak mengalami
kenaikan,dia cenderung menurun. Dikarenakan sumur sedang dilakukan
produksi sehingga Pressure mengalami penurunan. Setelah itu sumur
ditutup lagi,seperti pada grafik C-D hingga mencapai waktu yang disepakati
awal.Lalu sumur diproduksikan seperti biasanya seperti grafik D-E,yang
mengalami penurunan tekanan diakibatkan memproduksikan fluida sumur.
6. Minyak yang dianalisa merupakan golongan minyak menengah.

Anda mungkin juga menyukai