Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia pada hakikatnya seanntiasa mengalami pertumbuhan dan perkembangan


proses perkembangan kehidupan manusia melalui beberapatahapan. Umumnya, manusia akan
selalu berubah mengikuti proses perkembangan di sekitar kehidupannya, di mulai sejak masa
prenatal bayi, lalu tumbuh menjadi seorang remaja, dewasa dan kemudian meninggal.
Perkembangan anak manusia merupakan suatu yang kompleks, artinya banyak factor yang
turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik
baik unsur unsur bawaan yang di peroleh dalam berikteraksi dengan lingkungan sama sama
memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan anak tersebut.

Perkembangan seseorang berlangsung sejak di lahirkan sampai dengan mati memiliki


arti kuantitatif atau segi jasmani bertambah besar bagian bagian tubuh kualitatif atau
psikologis bertambah perkembang intelektual dan Bahasa. menurut teori umum psikologi
perkembangan, ada fase awal yang di namakan fase anak dini 0-5 tahun, fase anak usia 0-5
tahun inilah yang merupakan titik awal dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia
yaitu di saat manusia belom lahir atau masih berada di dalam Rahim ibu, menjadi bayi
kemudian masa anak usia di usia dini dimana anak tersebut mengalami masa pra skolah,
dimana pada usia ini sgla aspek perkembangan anak mengalami kemajuan yang sangat pesat.
Aspek perkembangan yang ada pada anak usia dini meliputi aspek intelektual, fisikomotorik,
sosio- emosional, Bahasa, moral dan keagamaan.

Semua aspek perkembangan yang ada pada diri nak iniselaknya menjadi perhatian
para pendidik agar aspek perekembangan ini dapat berkembang secara optimal. Tidak
berkembangnya aspek perkembangan anak ini akan berakibat di masa yang akan datang,
tidak saja anak mengalami hambatan dalam perkembangan pada masa perkembangan di usia
berikutnya, tetepi anak juga akan mengalami kesulitan dalam menghadapi kehidupan di masa
yang akan datang.inilah yang menyebabkan karakteristik perkembangan anak usia 0-5 tahun
perlu untuk di pelajari.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian perkembangan psikologi pada usia toddler?


2. Apa saja perkembangan psikologi pada usia toddler?
3. Bagaimana Pohon Masalah pada perkembangan diusia toddler?
4. Bagaimana Asuhan keperawatan pada usia toddler?
5. Apa Defiisi dari perkembangan pada usia pra sekolah?
6. Bagaimana Asuhan keperwatan pada perkembangan pra sekolah?
1.3 Tujuan

1. Untuk megetahui pengertian perkembangan psikologi pada usia toddler


2. Untuk mengetahui penyebab saja perkembangan psikologi pada usia toddler
3. Untuk mengetahui Pohon Masalah pada perkembangan diusia toddler
4. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan pada usia toddler
5. Untuk Defiisi dari perkembangan pada usia pra sekolah
6. Untuk Asuhan keperwatan pada perkembangan pra sekolah
1.4 Manfaat

Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat sebagai berikut:


1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan di
bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai materi tentang
perkembangan pada usia anak toddler dan pra sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tumbuh kembang toodler dan pra sekolah

Pertumbuhan adalah perubahan fisik dan peningkatan ukuran. Pertumbuhan dapat


diukur secara kuantitatif. Indicator pertumbuhan meliputi tinggi badan, berat badan, ukuran
tulang dan pertumbuhan gigi. Pola pertumbuhan fisiologis sama untuk semua orang, akan
tetapi laju pertumbuhan bervariasi pada tahap pertumbuhan dan perkembangan berbeda.
Perkembangan adalah peningkatan kompleksitas fungsi dan kemajuan keterampilan yang
dimilik individu untuk beradaptasi dengan lingkungan. Perkembangan merupakan aspek
perilaku dari pertumbuhan, misalnya individu mengembangkan kemampuan untuk berjalan,
berbicara, dan berlari dan melakukan suatu aktivitas yang semakin kompleks (Behrman,
Kliegman, & Arvin, 2000; Supartini, 2004; Potter & Perry, 2005; Wong, Hockenberry-Eaton,
Wilson, Winkesten, & Schwartz, 2009; Kozier, Erb, Berman, & Snyder, 2001).

2.2 pengertian Toodler dan pra sekolah

Anak usia toddler (1-3) merupakan periode amak mempunyai sistem control tubuh
yang mulai membaik, hampir setiap organ mengalami maturitas maksimal. Pengalaman dan
perilaku mereka mulai dipengaruhi oleh lingkungan keluarga terdekat. Mereka mulai
berinteraksi dengan teman, mengembangkan perilaku secara simbolis, kemampuan Bahasa
yang minimal.
Anak pra sekolah (3-5) adalah pribadi yang mempunyai berbagai potensi. Pra sekolah
juga merupakan masa-masa anak untk bermasik karena waktu dan tempat bermain
merupakan sarana untuk tumbuh dalam lingkungan dan kesiapan dalam belajar formal
(Gunarsa, 2004).

2.3 Tahap Tumbuh Kembang Toddler dan Pra Sekolah

1. Pertumbuhan Fisik
Pertumbuhan toddler pada tahun kedua pada anak akan mengalami beberapa
perlambatan pertumbuhan fisik dimana pada tahun kedua akan mengalami
kenaikan 1,5-2,5 kg dan panjang badan 6-10 cm. Pertumbuhan otak juga akan

3
mengalami perlambatan yaitu kenaikan lingkar kepala hanya 2 cm, untuk
pertumbuhan gigi susu termasuk gigi geraham pertama, dan gigi taring sehingga
seluruhnya berjumlah 14-16 buah (Hidayat, 2005).
Pertumbuhan anak usia pra sekolah berhubungan dengan dimensi eksternal
yang berubah. Pertumbuhan otot rangka hamper sama dengan pertumbuhan
seluruh tubuh, jaringan otak, limfoid, adrenal dan reproduksi tumbuh dalam pola
yang berbeda dan bersifat individual.
2. Perkembangan kognitif
Perkembangan kognitif pada tumbuh kembang anak umumnya menggunakan
teori Piaget.
a Tahap sensori motori ( 0-2 tahun) dengan perkembangan kemampuan
dalam mengasimilasi da mengakomodasi informasi dengan melihat,
mendengar, menyentuh, dan aktivitas motoric
b Tahap pra operasional (2-7 tahun) dengan perkembangan kemampuan
mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam
pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik (Hidayat,
2006).
Tabel 2.1 Fase Perkembangan Kognitif Menurut Piaget
Fase tahap usia Perilaku signifikan
Fase sensori Lahir – 2 tahun
Tahap 1 Lahir – 1 bulam Sebagian besar
Penggunaan reflex tindakan bersifat
reflex
Tahap 2 1 – 4 bulan Persepsi mengenai
Reaksi sirkuler primer berbagai kejadian
terpusat pada tubuh.
Objek merupakan
ekstensi diri.
Tahap 3 4 – 8 bulan Mengenali lingkungan
Reaksi sirkuler sekunder eksternal.
Membuat perubahan
secara aktif didalam
lingkungan

4
Tahap 4 8 – 12 bulan Dapat membedakan
Koordinasi skema tujuan dari cara
sekunder pencapaian tujuan
tersebut
Tahap 5 12 – 18 bulan Mencoba dan
Reaksi sirkuler tersier menemukan tujuan
serta cara baru untuk
mencapai tujuan
Ritual meruapakan hal
penting
Tahap 6 18 – 24 bulan Menginterpretasikan
Penemuan arti yang baru lingkungan dengan
kesan mental
Melakukan permainan
imajinasi dan imitasi
Fase prakonseptual 2 – 4 tahun Menggunakan
pendekatan egosentrik
untuk
mengakomodasikan
tuntutan lingkungan
Semua hal bermakna
dan berkaitan dengan
“aku”
Mengeksplorasi
lingkungan
Bahasa berkembangan
dengan cepat

Fase pemikiran instuisif 4 – 7 tahun Pola piker egosentrik


berkurang
Memikirkan sebuah
ide pada satu waktu
Melibatkan orang lain

5
di lingkungan tersebut
Fase operasi konkret 7 – 11 tahun Menyelesaikan
maalah konkret
Mulai memahami
hubungan seperti
ukuran
Mengerti kanan dan
kiri
Fase operasi formal 11 – 15 tahun Menggunakan
pemikiran yang
rasional

3. Perkembangan Moral
Perkembangan moral anak menurut Kohlberg didasarkan pada perkembangan
kognif anak dan terdiri atas toga tahapan utama, yaitu:
a Fase prekonvensional
Anak belajar baik dan buruk, atau benar dan salah melalui
budaya sebagai dasar dalam peletakan nilai moral. Fase ini terdiri dari
tiga tahapan. Tahapan satu didasari oleh adanya rasa egosentris pada
anak, yaitu kebaikan adalah seperti apa yang saya mau. Tahap dua
yaitu orientasi hukuman dan ketaatan, baik dan buruk sebagai suatu
konsekuensi dan tindakan. Tahap selanjutnya yaitu anak berfokus
pada motif yang menyenagkan sebagai suatu kebaikan.
b Fase konvensional
Pada tahap ini, anak berorientasi pada mutualitas hubungan
interpesrsonal dengan kelompok. Anak sudah mampu bekerja
sama dengan kelompok dan mempelajari serta mengadopsi
norma-norma yang ada dalam kelompok.
c Fase postkonvensional
Anak usia remaja telah mampu membuat pilihan berdasarkan
pada prinsip yang dimiliki dan diyakini. (Kozier, Erb, Berman,
& Snyder, 2011)

6
Table 2.2 fase perkembangan moral menurut Kohlberg
Tingkat Tahap Usia rata-rata
1 prakonvensional 1. orientasi hukuman dan Toddler – 7 tahun
Individu merespon kepatuhan
terhdap peraturan Takut terhadap hukuman,
budaya mengenai label bukan rasa hormat terhadap
baik buruk, benar atau otoritas merupakan alasan
salah. Peraturan yang terbentuknya kepitusan,
terbentuk secara perilaku, dan konvormitas.
eksternal menentukan
tindakan yang benar 2. orientasi relativist
atau salah. Individu instrumental
memahaminya dalam Konformitas berdasarkan pada
kebutuhan egosentris dan
istilah hukuman, narsisistik
penghargaan, atau
pertukaran kebaiakan Pra sekolah - sekolah

Fokus egosentrik

4. perkembangan psikososial aank menurut Erickson

Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak usia 18 bulan – 3


tahun adalah proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan
kemandirian dengan cara memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk
mempelajari dunianya. Bila anak tidak difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti
selalu dilindungi atau dikendalikan, maka anak akan merasa ragu – ragu, takut,
tidak berani, dan malu untuk melakukan aktivitasnya sehingga anak akan
bergantung pada orang lain.

7
Pada usia pra sekolah, perkembangan sosial anak sudah tampak jelas,
karena mereka sudah mulai aktif berhubungan dengan teman sebayanya.
. Anak mulai mengetahui aturan-aturan, baik di lingkungan keluarga maupun
dalam lingkungan bermain.
1. Sedikit demi sedikit anak sudah mulai tunduk pada peraturan.
2. Anak mulai menyadari hak atau kepentingan orang lain.
3. Anak mulai dapat bermain bersama anak-anak lain atau teman sebayanya.
Perkembangan sosial sudah terjadi semenjak bayi mampu membedakan
antara manusia dan benda. Dasar pembentukan perkembangan sosial terjadi
pada masa perkembangan 0-2 tahun. Perkembangan sosial akan tampak
dalam bentuk komunikasi sosial yang dinyatakan dalam tingkah laku sosial
(Nelson,1995).

kemandirian

Simulasi tumbang (18


bulan – 3 tahun) optimal

Pengetahuan keluarga yang


efektif

Perkembangan keterampilan anak pra sekolah


Perkembangan ketrampilan motorik dipelajari anak tergantung sebagian pada
kesiapan kematangan terutama kesempatan yang diberikan untuk mempelajari dan
bimbingan yang diperoleh dalam menguasai ketrampilan ini secara cepat dan
efisien. Implikasi perkembangan motorik anak secara optimal memerlukan
lingkungan pendidikan yang kondusif. Oleh sebab itu diperlukan tempat dan
perlengkapan permainan yang memberikan peluang kepada mereka untuk dapat
bergerak secara leluasa (Hurlock, 1999).

8
Menurut Sudjiningsih (1998) ketrampilan motorik pada anak meliputi :
1. Motorik halus.
ketrampilan menulis, menggambar sendiri, mewarnai gambar, menggunakan
gunting, bermain tanah liat atau palm, menyisir rambut, berpakaian sendiri dan
membuat kue-kue.
2. Motorik kasar.
Diantaranya adalah melompat dan berjalan cepat, memanjat, naik sepeda roda
tiga, berenang, lompat tali, keseimbangan berjalan diatas pagar, sepatu roda
dan menari.
3. Perkembangan bahasa.
Selama masa pra sekolah anak-anak memiliki kebutuhan dan dorongan yang
kuat untuk belajar berbicara. Hal ini disebabkan dua hal, pertama belajar
berbicara merupakan sarana pokok dalam sosialisasi; kedua, belajar berbicara
merupakan sarana untuk memperoleh kemandirian. Untuk meningkatkan
komunikasi anak-anak harus meningkatkan kemampuan untuk mengerti apa
yang dikatakan orang lain (Hurlock, 1999)
Pada usia pra sekolah kemampuan melakukan gerakan dan kemampuan
berbahasa yang bertujuan semakin meningkat. Anak ingin tahu, bertanya
bermacam-macam, melakukan aktivitas atau tugas untuk mendapatkan rasa
kebiasaan. Dorongan berinisitif disertai perkembangan rasa bersalah dapat
menghambat perkembangan kemajuan anak. Hubungan segi tiga antara ayah,
ibu, anak terbentuk, dimana anak mengalami perasaan sayang, benci, iri hati,
persaingan untuk memiliki satu atau kedua orang tuanya. Peran orang tua
menetapkan identitas anak, melatih integrasi peranan-peranan sosial dan
tanggung jawab sosial (Wong & Whaley, 1995).
4. Perkembangan emosional
Menurut Walker (1995), beberapa jenis emosi yang berkembang pada anak
pra sekolah :
a. Takut
pembicaraan, peniruan dan ingatan tentang pengalaman yang kurang
menyenangkan berperan penting dalam menimbulkan rasa takut.
b. Cemas
Kecemasan ini muncul dari situasi yang dikhayalkan, berdasarkan
pengalaman-pengalaman yang diperoleh, baik perlakuan orang tua maupun

9
buku-buku bacaan. Salah satu perasaan cemas yang timbul pada anak
adalah dimana anak berada pada lingkungan yang asing, yang berbeda
dengan lingkungan tempat tinggalnya.
c. Marah
Penyebab marah yang paling umum adalah pertengkaran mengenai
permainan, tidak tercapainya keinginan dan serangan dari anak lain.
Ungkapan marah pada anak antara lain : menangis, berteriak, menggertak,
menendang, melompat-lompat atau memukul.
d. Cemburu
anak merasa tidak senang terhadap orang lain yang dipandang telah
mencurahkan kasih sayang kepadanya. Sumber yang dapat menimbulkan
rasa cemburu selalu bersifat situasi sosial dan hubungan dengan orang lain.
e. Gembira
Kondisi yang melahirkan perasaan gembira pada anak, diantaranya
terpenuhinya kebutuhan jasmaniah (makan dan minum), keadaan jasmaniah
yang sehat, diperolehnya kasih sayang, ada kesempatan bergerak (bermain
secara leluasa) dan memiliki mainan yang disenanginya.
f. Kasih sayang
Anak merasa senang apabila diberi perhatian dan perlindungan terhadap
orang lain, hewan atau benda. Perasaan ini berkembang berdasarkan
pengalaman yang tidak menyenangkan dalam hubungan dengan orang lain,
hewan atau benda. Kasih sayang anak kepada orang tua atau saudaranya
dipengaruhin oleh iklim emosional dalam keluarganya. Apaila orang tua
dan saudaranya menaruh kasih sayang kepada anak, maka diapun akan
menaruh kasih sayang kepada mereka.
g. Ingin tahu
Anak mempunyai perasaan ingin mengenal, mengetahui segala sesuatu atau
obyek-obyek, baik yang bersifat fisik atau kongkrit.
h. Perkembangan intelektual
Meningkatnya kemampuan intelektual terutama kemampuan berpikir dan
melihat hubungan-hubungan dengan meningkatnya kemampuan untuk
menjelajah lingkungan karena bertambah besarnya kemandirian dan
mengendalikan motorik serta meningkatnya kemampuan bertanya dengan
menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti orang lain. Maka pengertian

10
anak akan orang lain, benda dan situasi meningkat dengan pesat. Anak
mulai memperhatikan hal-hal yang kecil yng tadinya tidak diperhatikan.
Dengan demikian anak tidak lagi bingung kalau menghadapi benda-benda,
situasi atau orang-orang yang memiliki unsur-unsur yang sama (Hurlock,
2016).

11
ASUHAN KEPERAWATAN
1) Potensial mengembangkan kemandirian
A. Pengkajian anak usia 18-36 bulan
1) Pengkajian pada orang tua
a. Pengetahuan orang tua tentang tumbuh kembang anak
b. Peran orang tua terhadap tumbuh kembang anak
2) Motorik kasar
Kemampuan anak dalam melakukan perintah seperti melompat, berlari,
menangkap bola dsb
3) Motorik halus
Kemampuan anak dalam menggambar menggunakan crayon/pensil
warna, bermain puzzle, dan menyusun balok
4) Berbicara, berbahasa dan kecerdasan
Kemampuan anak dalam menyebutkan nama lengkap anak dan
kemandirian berpakaian
5) Bersosialisasi dan kemandirian
Kemampuan anak dalam menyebutkan nama pakaian, mengancingkan
pakaian.
B. Masalah Keperawatan
Potensial mengembangkan kemandirian
C. Intervensi Keperawatan
1. Tujuan untuk anak
a. Mengembangkan rasa kemandirian dalam melakukan kegiatan sehari –
hari
b. Bekerjasama dan memperlihatkan kelebihan diri diantara orang lain.
c. Tindakan keperawatan bagi usia toddler :
Tugas Perkembangan Tindakan keperawatan
Perkembangan yang a. Latih anak-anak melakukan kegiatan secara
normal kemandirian mandiri.
b. Puji keberhasilan yang dicapai anak
c. Tidak menggunakan kata yang memerintah tetapi
memberikan alternatif untuk memilih.
d. Hindari suasana yang membuatnya bersikap

12
negatif (memisahkan dengan orangtuanya,
mengambil mainannya, memerintah untuk
melakukan sesuatu)
e. Tidak menakut-nakuti dengan kata-kata maupun
perbuatan.
f. Berikanan mainan sesuai usianya (boneka, mobil-
mobilan, balon, bola, kertas gambar dan pensil
warna )
g. Saat anak mengamuk (temper tantrum) pastikan
ia aman dari bahaya cedera kemudian tinggalkan,
awasi dari jauh.
h. Beritahu tindakan-tindakan yang boleh dan tidak
boleh dilakukan, yang baik dan yang buruk
dengan kalimat positif.
Contoh :
 Mau tidak permen Nonik diambil orang?
Kalau begitu Nonik juga tidak boleh
mengambil permen Tono.
 Supaya cantik bila akan pergi Nonik harus
memakai baju yang rapi.
i. Libatkan anak dalam kegiaatan-kegiatan
keagamaan

2. Tujuan untuk keluarga


a. Menjelaskan perilaku yang menggambarkan perkembangan
psikososial
b. Menjelaskan cara menstimulasi perkembangan anaknya (kemandirian)
c. Mendemonstrasikan dan melatih cara memfasilitasi perkembangan
kemandirian anak
d. Merencanakan tindakan untuk menstimulasi perkembangan
kemandirian anaknya.

13
e. Tindakan keperawatan untuk keluarga :
Tugas Tindakan Keperawatan
Perkembangan
Perkembangan Informasikan pada keluarga cara yang dapat dilakukan untuk :
yang normal : a. Memfasilitasi perkembangan psikososial anaknya.
Kemandirian  Berikan aktivitas bermain yang menggali rasa ingin
tahu anak seperti bermain tanah, pasir, lilin, membuat
mainan kertas, mencampur warna, menggunakana cat
air, melihat barang/binatang/tanaman/orang yang
menarik perhatiannya dengan tetap menjaga
keamanannya.
 Berikan kebebasan pada anak untuk melakukan
sesuatu yang diinginkan tetapi tetap memberi batasan.
Misalnya membolehkan anak memanjat dengan syarat
ada yang mendampingi/mengawasi atau mengajarkan
cara agar tidak jatuh
b. Menstimulasi /latihan perkembangannya :
 Melatih anak melompat ke depan dengan kedua kaki
diangkat bersamaan.
 Mengajak anak bermain menumpuk dan menyusun
balok /kubus/ kotak menjadi “menara”, “jembatan”
dan lain-lain.
 Melatih anak memilih dan mengelompokkan benda
menurut jenisnya. (kancing, kelereng, uang logam dan
lain-lain)
 Melatih anak menghitung jumlah benda
 Melatih anak mencocokan gambar dengan benda
sesungguhnya, bicaralah tentang sifatnya, bentuk ,
warna dan sebagainya
 Melatih anak menyebut namanya
 Melatih anak menyebut nama benda dan mengenal
sifatnya
 Melatih mencuci tangan/kaki dan mengeringkannya

14
sendiri.
 Memberi kesempatan kepada anak, untuk memilih
baju yang akan dipakai

2. Asuhan keperawatan
A. Pengkajian
1. Keluarga
a. Pengetahuan keluarga
b. Peran orang tua
2. Anak
a. Perkembangan fisik, yang perlu di kaji antara lain :
1) Berat badan anak, biasanya meningkat kira-kira 2.5 kg per tahun.
Berat badan rata-rata pada usia 5 tahun adalah kira-kira 21 Kg
terkait dengan nutrisi anak.
2) Pertumbuhan anak ( tinggi badan 2 – 3 inchi per tahun ).
3) Perkembangan motorik pada anak. Terjadi peningkatan koordinasi
otot besar dan halus, sehingga mereka dapat berlari dengan baik,
berjalan naik dan turun dengan mudah dan belajar untuk
melompat.
4) Kebiasaan makan, tidur dan eliminasi anak.
b. Perkembangan kognitif, yang perlu dikaji antara lain :
1) Pengetahuan anak yang berhubungan dengan pengalaman konkret.
2) Perkembangan moral usia anak terkait dengan pemahaman tentang
perilaku yang disadari secara sosial benar atau salah.
3) Perkembangan bahasa anak ternasuk kosakata, yang
memungkinkan penggabungan berbagai personifikasi yang
berbeda.
c. Perkembangan psiko-sosial
1) Bagaimana hubungan anak dengan teman sebayanya.
2) Kaji permainan anak. Permainan anak prasekolah menjadi
lebih sosial, mereka berganti dari bermain paralel ke jenis asosiatif.
d. Persepsi kesehatan

15
Kita mengkaji persepsi kesehatan melaui keluarga, pola hidup
mereka, sensasi pada tubuh anak itu sendiri, dan kemampuan orang
tua untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang biasanya membantu
anak-anak mengembangkan perilaku sehat mereka, berpakaian dan
makan.
3. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang mungkin muncul adalah :
a. Resiko keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan
berhubungan dengan;
1) Defisit pengetahuan orang tua
a. Kehilangan kemampuan untuk berkomunikasi
b. Kurang stimulasi
c. Sedikitnya orang terdekat
d. Kehilangan teman sebaya.
b. Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan bahasa

4. Intervensi Keperawatan
a. Diagnosa No. 1
1) Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai
dengan kelompok usia.
2) Dengan cermat kaji tingkat perkembangan anak dalam seluruh
area fungsi, menggunakan alat pengkajian yang spesifik.
3) Dorong untuk perawatan diri: merias diri sendiri, memakai baju
sendiri, perawatan mulut, perawatan rambut.
4) Beri waktu bermain dengan orang lain yang sering dan dengan
berbagai mainan.
5) Beri waktu untuk bermain sendiri dan menggali lingkungan
bermain.
6) Perintahkan untuk memberi respon verbal dan mengajukan
permintaan.
7) Beri pujian untuk perilaku yang positif.

16
3. Pengkajian
a. Pengkajian Masalah Toilet Training
Pengkajian kebutuhan terhadap toilet training merupakan sesuatu yang harus
diperhatikan sebelum anak melakukan buang air kecil dan buang air besar,
mengingat anak yang melakukan buang air besar atau buang air kecil
akanmengalami proses keberhasilan dan kegagalan, selama buang air kecil dan
buang air besar. Proses tersebut akan dialami oleh setiap anak, untuk mencegah
terjadinya kegagalan maka dilakukan sesuatu pengkajian sebelum melakukan
toilet training yang meliputi pengkajian fisik, pengkajian psikologis, dan
pengkajian intelektual.
b. Pengkajian Fisik
Pengkajian fisik yang harus diperhatikan pada anak yang akan melakukan buang
air kecil dan buang air besar dapat meliputi kemampuan motorik kasar seperti
berjalan, duduk, meloncat dan kemampuan motor ik halus seperti mampu
melepas celana sendiri. Kemampuan motorik ini harus mandapat perhatian
karena kemampuan untuk buang air besar ini lancar dan tidaknya dapat dilihat
dari kesiapan fisik sehingga ketika anak berkeinginan untuk buang air kecil dan
buang air besar sudah mampu dan siap untu melakukannya.Selain itu, yang
harus dikaji adalah pola buang air besar yang sudah teratur, sudah tidak
mengompol setelah tidur.
c. Pengkajian Psikologis
Pengkajian psikologis yang dapat dilakukan adalah gambaran psikologis pada
anak ketika akan melakukan buang air kecil dan buang air besar seperti anak
tidak rewel ketika akan buang air besar, anak tidak menangis sewaktu buang air
besar atau buang air kecil, ekspresi wajah menunjukan kegembiraan dan ingin
melakukan secara sendiri, anak sabar dan sudah mau ke toilet selama 5 sampai
10 menit tanpa rewel atau meninggalkannya, adanya keinginantahuan kebiasaan
toilet training pada orang dewasa atau saudaranya, adanya ekspresi untuk
menyenangkan pada orangtuanya.
d. Pengkajian Intelektual
Pengkajian intelektual pada latihan buang air kecil dan buang air besar antara
lain kemampuan anak untuk mengerti buang air kecil dan buang air besar,
kemampuan mengkomunikasikan buang nair kecil dan buang air besar, anak
menyadari timbulnya buang air kecil dan buang air besar, mempunyai

17
kemampuan kognitif untuk meniru prilaku yang tepat seperti buang air kecil dan
buang air besar pada tempatnya serta etika dalam buang air kecil dan buang air
besar. Dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan buang air
besar, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training,
diantaranya:
1) Hindari pemakaian popok sekali pakai dimana anak akan merasa aman
2) Ajari anak mengucapkan kata-kata yang khas yang berhubungan dengan
buang air besar
3) Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka
saat bangun tidur, cuci muka, cuci kaki, dan lain-lain.
4) Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training
1. Diagnosis dan NOC-NIC
Beberapa diagnosa keperawatan beserta NOC-NIC yang mungkin muncul,
antara lain:
Diagnosa NOC NIC
1. Kesiapan untuk Dalam waktu 1 1. Pengajaran : Toilet Training
peningkatan minggu klien siap  Intruksikan kepada orang tua tentang
pengetahuan untuk meningkatkan bagaimana menentukan kesiapan fisik
(adanya atau pengetahuan dengan anak untuk toilet training
pemerolehan menggunakan :  Instuksikan orang tua tentang
informasi kognitif 1. Pengetahuan : bagaimana menentukan kesiapan
yang berhubungan aktivitas yang psikososial anak untuk toilet training
dengan tofik di anjurkan (  Instuksikan orang tua tentang
tertentu yang skala 1-5) bagaimana menentukan kesiapan
memadai untuk  Aktivitas dan keluarga anak untuk toilet training
memenuhi tujuan latihan yang  Menyediakan informasi untuk
terkait kesehatan ditetapkan mempromosikan toilet training
dan dapat  Tujuan aktivitas  Menyediakan informasi tentang
ditingkatkan)  Strategi bagaimana melepaskan pakaian anak
Batasan karakteristik : peningkatan  Menyediakan informasi tentang
 Mengekspresikan aktivitas secara strategi komunikasi, harapan, dan
ketertarikan dalam bertahap peningkatan pemberi perawatan
belajar  Menunjukkan lainnya.

18
 Mendeskripsikan ketepatan dalam  Dukung orang tua selama proses ini
pengalaman yang latihan  Dorong orang tua untuk kreatif dan
berkaitan dengan  Keuntungan fleksibel dalam perkembangan dan
topik aktivitas dan implemntasi strategi training
latihan  Menyediakan informasi tambahan,
seperti yang diminta atau dibutuhkan
2. Kesiapan Dalam waktu 1 1. Pelatihan bowel
Meningkatkan minggu klien dapat  Rencana Program usus dengan pasien
Eliminasi siap meningkatkan dan tepat
Urinarius (suatu eliminasi urinarius  Ajarkan pasien/ keluarga prinsip-
pola fungsi dengan prinsip pelatihan usus
urinarius yang menggunakan :  Pastikan asupan cairan yang cukup
cukup untuk 1. Perawatan diri  Pastikanlatihan yang cukup
memenuhi :toileting  Pastikanprivasi
kebutuhan eliminasi  Merespon  MengevaluasiStatusususteratur
dan dapat kandung kemih  ModifikasiProgramusus, yang
ditingkatkan) penuh dalam diperlukan
Batasan karakteristik : waktu yang tepat 2. Pelatihan Urinkandung kemih
 Jumlah hakuaran  Merespon  Membantu pasien untuk
dalam batas normal keinginan untuk mengidentifikasi pola inkontinensia
 Mengekspresikan melakukan  Tinjauan berkemih harian dengan
keinginan untuk buang air besar
pasien
meningkatkan dalam waktu
 Menetapkan interval jadwal toilet
eliminasi urinarius yang tepat
awal, berdasarkanpolaberkemih
 Mempromosikan  Mendapatkan
 Menetapkan awal dan akhir waktu
diri untuk masuk dan
untuk toilet jadwal jika tidak untuk 24
mengosongkan keluar dari
jam
kandung kemih kamar mandi
 Menyediakan privasi untuk toileting
 Asupan cairan  Melepas pakaian
 Gunakan kekuatan untuk membantu
adekuat untuk  Mengosongkan
pasien sugestionuntuk membatalkan
kebutuhan cairan kandung kemih
 Ajarkan pasien untuk sadar menahan
 Mengosongkan
kencingsampai waktu yang
usus

19
 Membersihkan dijadwalkan toileting
diri setelah
buang air kecil
 Membersihkan
diri setelah
buang air besar
 Mendapat naik
daritoilet
atautoilet
3. Kesiapan Dalam waktu 1 1. Bantuan perawatan diri : Toileting
meningkatkan minggu klien siap  Lepaskan pakaian penting untuk
perawatan diri dalam meningkatkan memungkinkan eliminasi
(pola feforma perawatan diri  Pertimbangkan usia anak ketika
aktivitas individu dengan mempromosikan kegiatan perawatan
yang membantu menggunakan : diri
memenuhi tujuan 1. Perawatan diri  Membantu pasien untuk toilet
terkait kesehatan :toileting /toilet/pispot/fraktur pan/urinoir pada
dan dapat  Merespon selang waktu tertentu
ditingkatkan) kandung kemih  Pertimbangkan respons pasien
Batasan karakteristik : yang penuh terhadap kurangnya privasi
 Mengungkapkan dalam waktu  Menyediakan privasi selama proses
keinginan untuk yang tepat eliminasi
meningkatkan  Merespon  Ganti pakaian anak setelah eliminasi
kemandirian dalam keinginan untuk  Menyiram toilet/membersihkan alat
meningkatkan melakukan eliminasi (toilet, pispot)
kesehatan buang air besar  Instruksikan jadwal buang air
 Mengungkapkan dalam waktu  Memantau pasien dengn integritas
keinginan untuk yang tepat
kulit
meningkatkan  Dapat masuk dan
pengetahuan keluar dari
tentang strategi kamar mandi
perawatan diri  Melepas pakaian
 Mengungkapkan  Mengosongkan

20
keinginan untuk kandung kemih
meningkatkan  mengosongkanus
tanggung jawab us
perawatan diri  Membersihkan
 Mengungkapkan diri setelah
keinginan untuk buang air kecil
meningkatkan  Membersihkan
perawatan diri diri setelah
buang air besar
 Mendapat naik
dari toilet atau
toilet

21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perkembangan psikososial pada usia kanak – kanak usia 18 bulan – 3 tahun adalah
proses perkembangan kemampuan anak untuk mengembangkan kemandirian dengan cara
memberi kebebasan dan membiarkan anak untuk mempelajari dunianya. Bila anak tidak
difasilitasi untuk kebutuhannya, seperti terlalu dilindungi atau dikendalikan, maka anak -
anak akan merasa ragu-ragu, takut, tidak berani dan malu untuk melakukan aktifitasnya
sehingga anak akan bergantung pada orang lain.
Perkembangan Anak usia pra sekolah merupakan fase perkembangan individu sekitar
3-6 tahun, ketika anak mulai memiliki kesadaran tentang dirinya sebagai pria dan wanita,
dapat mengatur diri dalam buang air (toilet training) dan mengenal beberapa hal yang
dianggap berbahaya atau mencelakakan dirinya (Yusuf, 2001). Perkembangan anak
dipengaruhi oleh lingkungan, dimana keadaan normal atau tidak normal dipengaruhi oleh
konflik pribadi individu dan hubungan individu dengan masyarakatnya.

3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan yang lebih
mengenai Asuhan Keperawatan Sehat Jiwa pada Usia Toddler dan Pra Sekolah
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun ketidak
lengkapan materi mengenai konsep dan asuhan rencana keperawatan sehat jiwa pada
usia toddler dan pra sekolah. Kami mohon maaf, kamipun sadar bahwa makalah
yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh karena itu kami mengharap kritik dan saran
yang membangun.

22
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TOILET TRAINING

Judul : Melatih anak ke kamar mandi


Tujuan : a. membiasakan untuk menjaga kebersihan diri sendiri
b. membiasakan berperilaku hidup bersih sehat
c. membiasakan untuk menentukan keinginan sendiri (memahami keinginan
diri sendiri).
Prosedur kerja: 1.Pendidikan mempersilahkan anak untuk ke toilet atau WC / kloset dalam
waktu tertentu, namun tetap disesuaikan dengan kebutuhan individual anak.
2. pendidik melatih anak untuk melepas dan mengenakan celana secara
mandiri / sesuai tahap perkembangan.
3. pendidik melatih anak untuk menyiram toilet / WC / kloset
4. pendidik mengawasi dan memberikan bantuan jika dibutuhkan.
5. pendidik memastikan anak mencuci tangan dengan sabun dan air bersih
yang mengalir setelah bak dan bab.
6. pendidik memastikan anak untuk mengeringkan tangannya setelah cuci
tangan.
7 pendidik mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mampu
mengalir sebelum keluar dari kamar mandi sesuai kebutuhan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan Volume I. EGC: Jakarta


Carpenito & Moyet. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta
Sunaryo. 2005. Psikologi Untuk Keperawatan. EGC: Jakarta
Ratnaningsih, Tri dkk. 2017. Buku Ajar (Teori dan Konsep) Tumbuh Kembang dan
Stimulasi. Indomedia Pustaka: Sidoarjo.
Nursinta, dkk. 2019. Pengaruh Terapi Akupresur Terhadap Frekuensi Enuresis Pada Anak
Usia Prasekolah ( 3-6 tahun ). Nursing News. 4 (1) 79-87
Barokah, Umi, dkk. Hubungan Pengetahuan Dan Perilaku Ibu Dalam Melatih Toilet Training
Dengan Kmandirian Toileting Pada Usia Toddler. 1-16
Ifalahma, Darah ,dkk. 2019. Kolerasi Kesiapan Orang Tua Dengan Keberhasilan Toilet
Trainig Pada Anak Usia 18-36 Bulan. Infokes. 9 (1) 68-73
Irawati.2019. Hubungan Perkembangan Motorik Kasar Dan Status Gizi Anak. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosis. 14(3) 228-232
Haryati, Dwi, dkk. 2018. Gambaran Perilaku Orang Tua Dalam Stimulasi Pada Anak Yang
Mengalami Keterlambatan Perkembangan Usia 0-6 Tahun. Jurnal Keperawatan. 6 (2) 64-70
Afifah, Nisrina, dkk. 2018. Karakteristik Stimulasi Ibu Dan Perkemngan Motorik Halus Anak
Usia 0-3 Tahun. Majority. 7(2) 150-154
Moorheadsue,dkk, (2013). Nursing Outcomes Clasification (NOC) Eksevier: Jakarta
M.Dochterman joanne, dkk. 2013. Nursing Interventions Classification (NIC).
Elsevier:Jakarta

24

Anda mungkin juga menyukai