Oleh
Pembimbing
KABUPATEN KARANGANYAR
20I9
HALAMAN PENGESAHAN
Mengetahui :
Pembimbing Internship
Pada hari ini hari……….., tanggal ………….. 2019 telah dipresentasikan portofolio oleh:
1. 1.
2. 2.
3. 3.
4. 4.
5. 5.
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping
PENDAHULUAN
inflamasi pada saluran pernafasan dan mengganggu aliran udara, dan dialami oleh 22 juta
warga Amerika. Inflamasi saluran nafas pada asma meliputi interaksi komplek dari sel,
hiperesponsif jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari. Episode
tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas, bervariasi dan seringkali
Hal tersebut tergambar dari data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT) diberbagai
propinsi di Indonesia. SKRT 1986 menunjukkan asma menduduki urutan ke-5 dari 10
Pada SKRT 1992, asma, bronkitis kronik dan empisema sebagai penyebab kematian
(mortaliti) ke-4 di Indonesia atau sebesar 5,6%. Tahun 1995, prevalensi asma di seluruh
Indonesia sebesar 13/1000 dibandingkan bronkitis kronik 11/1000 dan obstruksi paru
2/1000.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Asma Asma bronkial dapat terjadi pada semua umur namun sering dijumpai
pada awal kehidupan. Sekitar setengah dari seluruh kasus diawali sebelum berumur
10 tahun dan sepertiga bagian lainnya terjadi sebelum umur 40 tahun. Pada usia
perbandingan ini menjadi sama pada umur 30 tahun. Angka ini dapat berbeda antara
satu kota dengan kota yang lain dalam negara yang sama. Di Indonesia prevalensi
Asma alergi sering dihubungkan dengan riwayat penyakit alergi pribadi maupun
keluarga seperti rinitis, urtikaria, dan eksema. Keadaan ini dapat pula disertai dengan
reaksi kulit terhadap injeksi intradermal dari ekstrak antigen yang terdapat di udara,
dan dapat pula disertai dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan atau respon
selanjutnya menghancurkan integritas dari tight junction antara sel-sel epitel. Sekali
fungsi dari epitel ini dihancurkan, maka alergen dan partikel lain dapat dengan
mudah masuk ke area yang lebih dalam yaitu di daerah lamina propia. Penyusun
daripada tungau-tungau pada debu rumah ini yang memiliki aktivitas protease ini
dapat memasuki daerah epitel dan mempenetrasi daerah yang lebih dalam di saluran
pernafasan.3
merupakan pencetus daripada asma termasuk rokok dan perokok pasif. Kira-kira
25% sampai 30% dari penderita asma adalah seorang perokok. Hal ini
morbiditas dan keparahan penyakit dari penderita asma. Terpapar asap rokok yang
lama pada pasien asma akan berkontribusi terhadap kerusakan dari fungsi paru, yaitu
3 penurunan kira-kira 18% dari FEV 1 selama 10 tahun.Pasien asma yang memiliki
mendasari daripada efek rokok pada pasien asma dijelaskan pada tabel 1.1
dan perubahan fisiologis asma. Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya
penyempitan saluran napas yaitu kontraksi otot polos saluran napas, edema pada
inflamasi. Hal ini penting pada eksaserbasi akut. Penebalan saluran napas disebabkan
kronik pada asma akan menimbulkan kerusakan jaringan yang secara fisiologis akan
(repair) dan 4 pergantian sel-sel yang mati atau rusak dengan sel-sel yang baru.
Proses penyembuhan tersebut melibatkan perbaikan jaringan yang rusak dengan jenis
sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang rusak dengan jaringan
penyambung yang menghasilkan jaringan parut. Pada asma kedua proses tersebut
remodelling.2
Proses remodeling ini yang menyebabkan terjadinya asma. Namun, pada onset awal
matrik di dalam dan sekitar otot halus bronkial, dan peningkatan daripada ukuran sel
patofisiologis yang secara klinis paling relevan pada penyakit asma. Mekanisme
ini belum diketahui dengan pasti tetapi mungkin berhubungan dengan perubahan
otot polos saluran napas (hiperplasi dan hipertrofi) yang terjadi secara sekunder
a. Faktor host
Genetik
Obesitas
Jenis kelamin
b. Faktor lingkungan
Rangsangan alergen.
Infeksi.
Merokok
Obat.
Gejala klinis asma klasik terdiri dari trias sesak nafas, batuk, dan mengi. Gejala
lainnya dapat berupa rasa berat di dada, produksi sputum, penurunan toleransi kerja,
nyeri tenggorokan, dan pada asma alergik dapat disertai dengan pilek atau bersin.
Gejala tersebut dapat bervariasi menurut waktu dimana gejala tersebut timbul
musiman atau perenial, beratnya, intensitas, dan juga variasi diurnal. Timbulnya gejala
juga sangat dipengaruhi oleh adanya faktor pencetus seperti paparan terhadap alergen,
udara dingin, infeksi saluran nafas, obat-obatan, atau aktivitas fisik. Faktor sosial juga
merokok atau tidak, karakteristik tempat bekerja atau sekolah, tingkat pendidikan
Diagnosis asma ditegakkan bila dapat dibuktikan adanya obstruksi jalan nafas
yang reversibel. Dari anamnesis didapatkan adanya riwayat penyakit atau gejala :
- gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada, dan berdahak.
dan pengobatan. Adapun beberapa tanda dan gejala yang dapat meningkatkan
pemeriksaan dada yang normal, tidak dapat mengeksklusi diagnosis sama, apabila
terdapat :
c. Kesulitan bernafas
4. Pasien juga memiliki riwayat eksema, hay fever, atau riwayat keluarga asma atau
penyakit atopi
a. Bulu binatang
c. Perubahan temperatur
d. Debu tungau
f. Beraktivitas
i. Rokok
dan tanda yang khas adalah adanya mengi pada auskultasi. Namun pada sebagian
penderita dapat ditemukan suara nafas yang normal pada auskultasi walaupun pada
reversibiliti kelainan faal paru, variabiliti faal paru, sebagai penilaian tidak langsung
hiper-responsif jalan nafas. Pemeriksaan faal paru yang standar adalah pemeriksaan
spirometri dan peak expiratory flow meter (arus puncak ekspirasi). Pemeriksaan lain
yang berperan untuk diagnosis antara lain uji provokasi bronkus dan pengukuran
status alergi. Uji provokasi bronkus mempunyai sensitivitas yang tinggi tetapi
pemeriksaan uji kulit atau pengukuran IgE spesifik serum, namun cara ini tidak terlalu
pencetus.2,3
Pengobatan)2
2.7 Penatalaksanaan Asma
dikeluarkan oleh Perhimpunan Dokter Paru Indonesia tahun 2004, ada 7 komponen
pengobatan yang dianjurkan oleh GINA dan ditambah satu komponen yaitu pola hidup
sehat.2
EDUKASI
Edukasi yang diberikan antara lain adalah pemahaman mengenai asma itu
Penilaian klinis berkala antara 1-6 bulan dan monitoring asma oleh penderita
PANJANG
Asma terkontrol adalah kondisi stabil minimal dalam waktu satu bulan. Dalam
mempertahankan keadaan asma yang terkontrol, terdapat tiga faktor yang perlu
dipertimbangkan:
1. Medikasi (obat-obatan)
2. Tahapan pengobatan
A. Pengontrol
terkontrol pada asma persisten. Pengontrol sering disebut pencegah, yang termasuk
a. Glukokortikosteroid inhalasi
(angiogenesis).4 10
serangan dan memperbaiki kualitas hidup. Efek samping adalah efek samping
lokal seperti kandidiasis orofaring, disfonia dan batuk karena airitasi saluran
nafas atas.
b. Glukokortikosteroid sistemik
menggunakan steroid inhalasi daripada steroid oral selang sehari. Jika steroid
oral terpaksa harus diberikan, maka dibutuhkan selama jangka waktu tertentu.
mast melalui reaksi yang diperantarai IgE yang bergantung pada dosis dan
seleksi serta supresi pada sel inflamasi tertentu (makrofag, eosinofil, monosit),
persisten ringan. Efek samping umumnya minimal seperti batuk atau rasa tidak
d. Metilsantin
samping berpotensi terjadi pada dosis tinggi (≥10 mg/kgBB/hari atau lebih)
dengan gejala gastrointestinal seperti nausea, muntah adalah efek samping
yang paling dulu dan 11 sering terjadi. Efek kardiopulmoner seperti takikardi,
formoterol yang mempunyai waktu kerja lama (>12 jam). Agonis β2 memiliki
mast dan basofil. Pada pemberian jangka lama mempunyai efek antiinflamasi,
jangka panjang dengan agonis β2 kerja lama tidak mengubah inflamasi yang
serangan asma. Agonis β2 kerja lama inhalasi dapat memberikan efek samping
f. Leukotriene modifiers
efek antiinflamasi.
B. Pelega
mempunyai onset cepat dan durasi yang lama. Pemberian dapat secara inhalasi atau
oral, pemberian inhalasi mempunyai onset yang lebih cepat dan efek 12 samping
permeabilitas pembuluh darah dan memodulasi pelepasan mediator dari sel mast
dan basofil. Efek sampingnya rangsangan kardiovaskular, tremor otot rangka dan
samping.
b.Metilsantin
lemah dibandingkan agonis β2 kerja singkat. Teofilin kerja singkat tidak menambah
dengan berikutnya.
c. Antikolinergik
bronkodilatasi dengan menurunkan tonus kolinergik vagal intrinsik, selain itu juga
d. Adrenalin
Dapat sebagai pilihan pada asma eksaserbasi sedang sampai berat, bila tidak
tersedia agonis β2, atau tidak respon dengan agonis β2 kerja singkat.
Kunci awal dalam penanganan serangan akut adalah penilaian berat serangan. Tabel 4.
panjang adalah melakukan tindak lanjut/follow up teratur dan merujuk ke ahli paru
Jika asma tidak terkontrol pada pengobatan yang dijalani, maka pengobatan
harus di naikkan. Secara umum, perbaikan harus dilihat selama 1 bulan. Tetapi
sebelumnya harus dinilai tehnik medikasi pasien, kepatuhan dan usaha menghindari
yang tergantung pada keefektifan terhadap pengobatan yang ada, keamanan, dan harga
serta kepuasan pasien terhadap pengobataan yang dijalani pasien. Dan jika, asma
dilakukan setelah asma terkontrol, karena asma dapat tetap dapat terjadi eksaserbasi
pada saluran pernafasan. Peningkatan massa dan kontraktilitas dari otot halus
jumlah dan/atau kontraktilitas dari otot halus pada saluran pernafasan akan
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. UY
Umur : 63 Tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
No RM : 0043257
Tanggal Keluar :
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sesak Nafas
Keluhan Tambahan :
Hal ini os rasakan SMRS. Sesak nafas dirasakan disertai bunyi nafas ngik-ngikdan
pasien kesulitan untuk menghirup udara hingga pasien kesulitan untuk tidur. Sesak
sesak nafas dirasakan, batuk yang dirasakan berdahak, namun dahak sulit untuk
mual muntah disangkal pasien. BAB dan BAK dirasakan biasa, tidak ada keluhan
lainnya.
Pasien sebelumnya sudah beberapa kali mengalami hal yang sama. Sesak
napas seperti saat ini pertama kali dirasakan umur 15 tahun, dan sempat di rawat
di rumah sakit. Setelah itu apabila pasien mengalami keluhan yang sama pasien
nama obatnya) dan sesak napas berkurang dengan mengkonsumsi obat tersebut.
Awalnya keluhan ini dirasakan sering oleh pasien, tapi beberapa tahun terakhir
serangan berkurang yaitu sekitar 1 kali sebulan, Pasien mengatakan sesak napas
sering kali kambuh apabila bekerja di tempat dingin/ berdebu. Alergi obat (-),
Tidak ada anggota keluarga yang memiliki keluhan yang sama dengan
Riwayat Kebiasaan
Pasien bekerja sebagai buruh, berobat di RSUD Karaganyar dengan fasilitas BPJS
PBI
b. Tanda Vital
Respirasi : 22 kali/menit
c. Kepala : Normocephal
Cor :
Pulmo
NN
NN
Sonor Sonor
Sonor Sonor
Ves Ves -- ++
Ves Ves -- ++
Abdomen :
+/+ -/-
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
INDEX ERITROSIT
MCV 83.8 Fl 82.0 – 92.0
MCH 28.3 Pg 27.0 – 31.0
MCHC 34.7 g/dl 32.0 – 37.0
HITUNG JENIS
Neutrofil 69,4 % 50,0-70,0
Eosinofil 1.4 % 0.5 – 5.0
Basofil 1.2 % 0.0 – 1.0
Granulosit 51.9 % 50.0 – 70.0
Limfosit 25.4 % 25.0 – 40.0
Monosit 3.8 % 3.0– 9.0
E. DIAGNOSIS KERJA
F. PENATALAKSANAAN.
Rencana Terapi:
- IVFD RL 20tpm
- O2 4 liter/menit
- Ambroxol 3 x CI
Rencana Diagnosis:
- Spirometri
- IgE spesifik
- Kultur sputum/ST
DAFTAR PUSTAKA
3. N. Miglino, M. Roth, M. Tamm and P. Borger. House dust mite extract downregulates
C/EBPa in asthmatic bronchial smooth muscle cells. Eur Respir J 2011; 38: 50–58
5. Sundaru, H. Sukamto. (2006), Asma Bronkial, In: Sudowo, AW. Setiyohadi, B. Alwi, I.
Simadibrata, M. Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Keempat,
Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp: 247-252.
7. McFaden, ER. (2005), Asthma, In: Kasper, DL. Pauci, AS. Longo, DL. Draunwald, E.
Hauser, SL. Jameson, JL. (eds), Harrison’s Principal of Medicine, 16th ed, Vol 2,
McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515.
8. Chesnutt, MS. Prendergast, TJ. (2007), Lung, In: McPhee, SJ. Papadakis, MA. (eds)
Current Medical Diagnosis and Treatment,46th ed, McGrawHill, Philadelphia,pp: 230-241.
10. Mario Castro, Adalberto S. Rubin, Michel Laviolette. Effectiveness and Safety of
Bronchial Thermoplasty in the Treatment of Severe Asthma. Am J Respir Crit Care Med
Vol 181. pp 116–124, 2010