Anda di halaman 1dari 36

https://www.scribd.

com/document/197253409/Askep-Neuroblastoma-a8

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Para orang tua perlu mewaspadai adanya gejala kanker pada anak-anak. Tanggal 15
Februari diperingati sebagai Hari Kanker Anak Internasional, untuk mengingatkan kita
semua akan semakin meningkatnya kasus-kasus kanker anak. Diperkirakan 2-4% dari
keseluruhan kanker menyerang anak-anak. Meskipun angka ini tampak kecil, tetapi
kanker menyumbangkan 10% kematian pada anak-anak. Dan menurut data tahun 2007,
di Indonesia setiap tahunnya ditemukan.
Sumber lain menyebutkan, neuroblastoma terdiri 6-10% dari semua kanker anak
dan 15% kematian akibat kanker terjadi pada anak-anak. Angka kematian mencapai 10
juta pertahun pada kelompok umur 0-4 tahun dan 4 juta pada kelompok umur 4-9
tahun.
Insiden tertinggi terjadi pada awal tahun kehidupan dan beberapa kasus merupakan
kelainan bawaan.
Insiden terbesar di tahun pertama dan beberapa kasus adalah karena factor bawaan.
Paling mendominasi adalah perempuan termasuk pada orang tua dan dewasa, tetapi
hanya 10% pada kasus yang terjadi pada orang tua dari pada anak dengan umur 5
tahun. Study Eropa melaporkan 2% lebih dari 4000 kasus neuroblastoma adalah diatas
18 tahun.
Pada tahun 1864 seorang fisika dari Jerman Rudolf Virchow yang pertama kali
menjelaskan tumor perut pada anaka dengan sebutan “Glioma”. Karakter tumor dari
tanda –tanda pada system saraf dan medula adrenal.Pada tahun 1901 di beritakan
secara jelas melalui tahap 4s pada infant (hidup tapi tidak menyebar) yang dijelaskan
oleh William Pepper. Pada tahun 1910 James Homer Wright mengerti bahwa awal
mula terjadi tumor berasal dari sel saraf primitive dan itu dinamakan neuroblastoma.
1.2 Rumusa Masalah
1. Apakah definisi dari Neuroblastoma?
2. Apa saja yang menyebabkan terjadinya Neuroblastoma?

1
3. Bagaimana patofisiologi Neuroblastoma?
4. Apakah manifestasi klinis dari klien dengan Neuroblastoma?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan Neuroblastoma?
1.3 Tujuan Umum
Mengetahui asuhan keperawatan dari gangguan system saraf Neuroblastoma.
1.4 Tujuan Khusus
1. Mengetahui definisi dari Neuroblastoma
2. Mengetahui penyebab terjadinya Neuroblastoma
3. Menjelaskan patofisiologi Neuroblastoma
4. Menjelaskan manifestasi klinis dari klien dengan Neuroblastoma
5. Bagaimana kita sebagai perawat bisa melakukan asuhan keperawatan pada pasien
Neuroblastoma
1.5 Manfaat
1. Lebih memahami apa yang dimaksud dengan Neuroblastoma
2. Mahasiswa dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
Neuroblastoma.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka


2.1.1 Definisi
Menurut Sumadi (2001), neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada
sistem persarafan yang berasal dari sel-sel saraf yang terdapat pada medula adrenal dan
sistem saraf simpatik.
Neuroblastoma adalah tumor ganas yang terjadi pada system persarafan yang
berasal dari sel-sel saraf kelenjar adrenal, leher, dada, atau sumsum tulang belakang.
Berasal dari sel Krista neuralis system saraf dan karena itu dapat timbul dimanapun dari
fossa kranialis sampai koksik. Secara histologis, Neuroblastoma terdiri atas sel bulat kecil
dengan granula yang banyak. Neuroblastoma adalah satu-satunya tumor yang dapat
menghasilkan hormon.
Neuroblastoma sering dimulai pada jaringan syaraf kelenjar adrenal. Ada dua
kelenjar adrenal satu di atas setiap ginjal di bagian belakang perut bagian atas. Kelenjar
adrenal memproduksi hormon-hormon penting yang membantu mengendalikan detak
jantung, tekanan darah, gula darah, dan cara tubuh bereaksi terhadap stress. Saat
didiagnosis tumor ini biasa metastasis (menyebar), paling sering ke kelenjar getah bening,
tulang, sumsum tulang, hati, dan kulit.

2.1.2 Etiologi
Faktor Eksternal :
1. Paparan Lingkungan ; polusi udara, asap rokok.
2. Dari makanan yang mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi tubuh.
3. Pola hidup tidak sehat.
4. Adanya Radiasi.
5. Mutagen
6. Virus
Faktor Internal :
Faktor internal yang dapat menyebabkan neuroblastoma adalah faktor
genetik/keturunan; cacat genetika di dalam kandungan.

3
2.1.2 Patofisiologi
Sel-sel kanker yang berasal dari medula adrenal dan system saraf simpatik
berploriferasi, menekan jaringan sekitarnya, kemudian menginfasi sel-sel normal
disekitarnya.
Stadium neuroblastoma international berdasarkan menurut INSS (Brodeur dkk, 1993):
a) Stadium 1
Tumor terlokalisasi dengan eksisi luas lengkap dengan / tanpa adanya penyakit
residual secara mikroskopik; tidak ada pembesaran KGB ipsilateral dan
kontralateral terhadap tumor secara mikroskopik (mungkin didapatkan pembesaran
KGB yang melekat pada tumor primer dan diambil secara bersamaan). Semua
tumor yang ada dapat dilihat dan bisa dihilangkan selama operasi.
b) Stadium 2, dibagi menjadi tahap 2A dan 2B
Stadium 2A : Tumor ini hanya dalam satu area (unilateral), tidak ada pembesaran
KGB yang ipsilateral dan tidak melekat pada tumor, dan semua
tumor yang dapat dilihat bisa sepenuhnya dihapus selama operasi.
Stadium 2B: Tumor ini hanya dalam satu area, pembesaran KGB kontralateral
tidak terdapat secara makroskopis, dan semua tumor yang terlihat
mungkin sepenuhnya dihapus selama operasi.
c) Stadium 3
Pada stadium tiga, bila telah terjadi salah satu dari pernyataan dibawah
1. Tumor unilateral yang tidak dapat sepenuhnya dihapus selama operasi dan telah
menyebar dari satu sisi tubuh ke sisi yang lain dan mungkin juga telah
menyebar ke kelenjar getah bening didekatnya.
2. Tumor hanya ada di satu bidang, di satu sisi tubuh, tetapi telah menyebar ke
kelenjar getah bening di sisi tubuh lain
3. Tumor berada di tengah-tengah tubuh dan telah menyebar ke jaringan atau
kelenjar getah bening di kedua sisi tubuh, dan tumor tidak dapat dihilangkan
dengan pembedahan.
d) Stadium 4, pada tahap ini dibagi menjadi tahap 4 dan tahap 4S
Stadium 4: Tumor menginvasi nodus limfe lebih jauh, mengenai tulang sumsum
tulang, hati, kulit, dan organ lain.
Stadium 4S :

4
1. Menyerang anak kurang dari 1 tahun.
2. Kanker telah menyebar ke kulit, hati, dan atau tulang sumsum.
3. Sel-sel kanker dapat ditemukan dalam kelenjar getah bening di dekat tumor.

Gambar: Stadium neuroblastoma pada anak


Ada 3 kelompok resiko pada neuroblastoma :
a. Beresiko rendah dan menengah neuroblastoma beresiko memiliki
peluang besar untuk sembuh.
b. Risiko sedang pada pasien yang dirawat dengan operasi dan
kemoterapi.
c. Neuroblastoma beresiko tinggi, mungkin sulit untuk disembuhkan.

2.1.3 Manifestasi Klinis


Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal
dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang
mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang
hormon tertentu).
Kebanyakan tumor primer terjadi dalam rongga abdomen (65%). Pada bayi
tumor primer lebih sering terjadi pada daerah toraks dan leher. Kira-kira 1% dari
pasien tidak ditemukan tumor primernya. Metastasis dapat melalui kelenjar limfe
regional terjadi sebanyak 35%. Penyebaran secara hematogen sering terjadi ke
sumsum tulang, tulang, hepar dan kulit, seperti yang telah kami jelaskan
dipembahasan sebelumnya. Jarang terjadi penyebaran penyakit ke paru dan parenkim

5
otak, yang biasanya terjadi akibat kambuhnya penyakit atau penyakit sudah dalam
stadium terminal.
Gejala awal biasanya berupa:
a. Sekitar 90% neuroblastoma menghasilkan hormon (misalnya epinefrin,
yang dapat menyebabkan meningkatnya denyut jantung dan terjadinya
kecemasan)
b. Kulitnya pucat, irritable, dan lemah (sering terjadi pada anak usia 3-5
tahun)
c. Pada bayi, pembesaran hepar dengan nodul subkutan
d. Proptosis dan ekimose periorbital akibat infiltrasi tumor ke tulang periorbita
e. Sesak napas
f. Mudah memar atau pendarahan, petachiae (datar, menunjukkan titik-titik di
bawah kulit yang disebabkan oleh pendarahan)
g. Tekanan darah tinggi
h. Gerakan mata tidak terkendali
i. Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau skrotum
j. Diare yang parah berair
k. Rasa tidak enak badan (malaise) berlangsung selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan
l. Keringat berlebihan
m. Rewel
Perlu berkonsultasi kepada petugas medis bila terdapat gejala :
a. Benjolan di perut, leher, atau dada
b. Mata melotot.
c. Di sekeliling mata tampak lingkaran hitam.
d. Nyeri tulang.
e. Bengkak perut, dan kesulitan bernapas pada bayi.
f. Sakit, benjolan kebiruan di bawah kulit pada bayi.
g. Kelemahan atau paralysis (kehilangan kemampuan untuk memindahkan
bagian tubuh)
Neuroblastoma akan lebih parah bila tumor menekan jaringan terdekat seperti
tumbuh atau menyebarnya kanker yang bergantung pada asal dan luas penyebaran
tumor . Ciri-ciri:

6
a. Kanker yang telah menyebar ke tulang akan menyebabkan nyeri tulang.
b. Kanker yang telah menyebar ke paru-paru bisa menyebabkan gangguan pernafasan
c. Perut yang membesar, perut terasa penuh dan nyeri perut.
d. Kanker yang telah menyebar ke kulit bisa menyebabkan terbentuknya benjolan-
benjolan di kulit.
e. Kanker yang telah menyebar ke korda spinalis bisa menyebabkan kelemahan pada
lengan dan tungkai.
f. Kanker yang telah menyebar ke sumsum tulang menyebabkan:
1. Berkurangnya jumlah sel darah merah sehingga terjadi anemia.
2. Berkurangnya jumlah trombosit sehingga anak mudah mengalami memar.
3. Berkurangnya jumlah sel darah putih sehingga anak rentan terhadap infeksi.

2.1.3 Pemeriksaan Diagnostik


1. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Berdasarkan INSS(International Neuroblastoma Staging System) disepakati bahwa
pasien neuroblastoma harus menjalani pemeriksaan histologi terhadap aspirat
sumsum tulang dan trephine yang diambil dari 2 tempat yang berbeda.
Pemeriksaan aspirat sumsum tulang dapat dilihat menggunakan mikroskop.
Biasanya terdapatkan kelompok-kelompok keganasan non –hematopoeitik multipel
bila ada metastasis. Sel-sel non –hematopoeitik tersebut cenderung mengelompok
dan membentuk pseudorosette. Panduan internasional menyarankan pemeriksaan
histologi sumsum tulang terhadap minimal 1 cm jaringan hematopoietik untuk
mendapatkan hasil yang adekuat.
2. X-ray
3. Radiodiagnostik
Pemeriksaan pencitraan dengan CT scan MRI dapat digunakan untuk
menentukan batas atau perluasan tumor primer dan pembesaran kelenjar getah
bening (KGB). Deteksi metastase ke hepar dapat dilakukan dengan CT scan
abdomen, sedangkan adanya pembesaran KGB dan batas tumor primer dapat
dilihat dengan CT scan atau MRI dengan hasil yang cukup baik. Bila dikerjakan
dengan seorang ahli radiologis anak yang berpengalaman, maka pemeriksaan CT
scan atau MRI dapat digantikan dengan ultrasonografi abdomen. MRI merupakan

7
teknik yang optimal untuk menunjukkan adanya perluasan ke intraspinal melalui
foramen neural.
4. USG perut dan dada (Ultra Sonografi)
Sebuah prosedur yang tinggi energi gelombang suara (ultrasound) yang memantul
jaringan atau organ internal dan membuat gema. Gema membentuk gambaran
jaringan tubuh disebut sonogram. Gambar dapat dicetak untuk dilihat di kemudian
hari.
5. MIBG scanning
Meta iodobenzylguanidine (MIBG) merupakan subsyansi yang akan masuk ke
dalam sel sistem saraf simpatis yang terutama terlibat dalam sintesis katekolamin.
Oleh karena itu, bila substansi tersebut diberi label radioaktif maka dapat
menunjukkan lokalisasi neuroblastoma primer dan metastasisnya denagn
sensitivitas >90% dan spesifisitas >90%. Untuk mencegah pengambilan zat iodine
radioaktif oleh tiroid, maka sebelum pemberian isotop akan diberikan iodine lugol
yang dapat menghambat proses pengambilan tersebut secara spesifik.
Pada 5-10% kasus neurobalstoma tidak terjadi pengambilan MIBG sehingga tidak
dapat dideteksi adanya metastasis dengan tidak didapatkannya hasil positif pada
penerikasaan ini terhadap trumor primer.

2.1.4 Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan lain yang biasa dilakukan untuk mendeteksi berbagai jaringan dan
cairan tubuh pada penderita neuroblastoma yaitu:
1. Pemeriksaan Darah Lengkap
Pemeriksaan untuk mengetahui kadar eritrosit, leukosit, trombosit dan hemoglobin
yang terkandung dalam darah. Gejala neuroblastoma umumnya menunjukkan
jumlah dopamine dan norepinefrin lebih tinggi dari biasanya.
2. Tes Urine (Tes Esbach)
Tes yang dilakukan untuk mengukur jumlah zat tertentu pada kandungan urin. Jika
jumlah normal zat asam homovanilic (HMA) dan asam vanilyl mandelic (VMA)
meningkat, ada kemungkinan penderita mengidap penyakit neuroblastoma. Kadar
dopamin dapat pula diperiksa sebagai pemeriksaan tambahan. Pada 90-95% urin
pasien neuroblastoma akan didapat kan peningkatan sekresi metabolit-metabolit
tersebut.

8
3. Uji Neurologis
Serangkaian tes untuk memeriksa fungsi otak, saraf tulang belakang, dan fungsi
saraf. Selain itu juga untuk memeriksa status mental seseorang, koordinasi, dan
kemampuan untuk berjalan dengan normal, seberapa baik otot, indra, dan refleks
bekerja.
4. Pengkajian neurohistokimia
Yaitu sebuah prosedur pewarnaan atau penambahan enzim ke darah / sampel
sumsum tulang untuk menguji antigen tertentu.

2.1.5 Penatalaksanaan
Sebelum melakukan penatalaksanaan kita perlu menentukan kriteria lebih dulu.
Kriteria ini meliputi usia pasien, penyebaran penyakit, gambaran mikroskopis, dan fitur
genetika termasuk DNA ploidy dan N-myc onkogen amplifikasi (N-myc mengatur
microRNA) menjadi rendah, menengah, dan penyakit berisiko tinggi. Sebuah studi biologi
(COG ANBL00B1) menganalisis neuroblastoma 2687 pasien dan risiko spektrum
penugasan ditentukan: 37% dari kasus neuroblastoma risiko rendah, 18% adalah resiko
menengah, dan 45% risiko tinggi.
Anak-anak yang dirawat karena neuroblastoma memiliki resiko yang lebih tinggi
untuk kambuh. Beberapa pengobatan memiliki efek samping yang muncul setelah
pengobatan berakhir. Meliputi masalah fisik, perubahan suasana hati, perasaan, tindakan,
berpikir, belajar, memori dan kambuh kembali penyakitnya.
Ada berbagai jenis pengobatan neuroblastoma pada anak oleh karena itu perlu melibatkan
pasien, keluarga, dan tim perawatan kesehatan. Seperti :
1. Bedah
Pembedahan tergantung di mana letak tumor, apakah sudah menyebar atau belum.
Bila sudah menyebar biopsy dapat dilakukan sebagai gantinya.
2. Radiasi
Terapi radiasi untuk mengobati kanker yang menggunakan energy tinggi sinar x atau
jenis radiasi untuk membunuh sel-sel kanker atau mencegah mereka berkembang. Ada
2 jenis terapi radiasi, radiasi eksternal menggunakan mesin di luar tubuh untuk
mengirim radiasi terhadap kanker. Terapi radiasi internal menggunakan zat radioaktif
yang terletak di dalam jarum, biji, kabel, atau kateter yang ditempatkan secara

9
langsung ke dalam atan didekat kanker. Cara terapi radisi diberikan tergantung pada
jenis dan stadium kanker pasien.
3. Kemoterapi
Kemoterapi adalah pengobatan kanker yang menggunakan obat untuk menghentikan
pertumbuhan sel kanker, baik dengan membunuh sel-sel atau dengan menghentikan
mereka dari membagi. Ketika kemoterapi diambil oleh mulut atau disuntikkan ke
pembuluh darah atau otot, obat masuk ke aliran darah dan dapat mencapai sel-sel
kanker di seluruh tubuh (sistemik kemoteraopi). Ketika kemoterapi dimasukkan
langsung ke tulang belakang. Organ atau rongga badan seperti perut, terutama obat-
obatan yang mempengaruhi sel-sel kanker di daerah-daerah (regional terapi). Cara
kemoterapi diberikan tergantung pada jenis dan stadium kanker pasien.
4. Terapi antibody monoclonal adalah pengobatan kanker yang menggunakan antibody
yang dibuat dilaboratorium, dari satu jenis sel system kekebalan. Antibody ini dapat
mengidentifikasi zat-zat pada sel-sel kanker atau normal zat-zat yang dapat membantu
sel-sel kanker tumbuh. Antibody melekat pada zat dan membunuh sel-sel kanker ,
menghambat pertumbuhan mereka, atau mencegah mereka menyebar. Antibody
monoclonal diberikan oleh infuse. Mereka dapat digunakan sendiri atau bersama
dengan obat-obatan, dan langsung ke bahan radioaktif langsung ke sel-sel kanker.
5. Dosis tinggi kemoterapi dan terapi radiasi dengan transplantasi sel induk.
Ini merupakan suatu cara pemberian dosis tinggi kemoterapi dan terapi radiasi dan
menggantikan sel-sel pembentuk darah yang hancur akibat pengobatan kanker. Sel
induk(sel darah imatur) dikeluarkan dari darah atau sumsum tulang pasien atau donor,
dan dibekukan dan disimpan. Setelah kemoterapi dan radiasi selesai, sel-sel induk
disimpan dicairkan dan diberikan kembali ke pasien melalui infuse. Reinfused ini
tumbuh menjadi sel-sel induk (dan mengembalikan) tubuh sel-sel darah.
6. Terapi obat lain
13-cis retinoic acid adalah vitamin seperti obat yang memperlambat kanker
kemampuan untuk menghasilkan lebih banyak sel-sel kanker dan perubahan cara sel-
sel ini terlihat dan bertindak.
Pengobatan untuk penderita neuroblastoma resiko rendah :
a. Operasi diikuti dengan waspada menunggu pada bayi
b. Operasi diikuti dengan kemoterapi, bila kurang dari setengah dari tumor dihilangkan
atau ketika gejala serius tidak bisa dihilangkan dengan pembedahan.

10
c. Terapi radiasi untuk mengobati tumor yang menyebabkan masalah serius dan tidak
merespon dengan cepat terhadap kemoterapi.
d. Kemoterapi dosis rendah.
Pengobatan neuroblastoma resiko menengah :
a. kemoterapi
b. kemoterapi diikuti pembedahan dan atau terapi radiasi.
c. Terapi radiasi untuk mengobati tumor yang menyebabkan masalah serius dan tidak
merespon dengan cepat terhadap kemoterapi.
Pengobatan neuroblastoma resiko tinggi :
a. kemoterapi dosis tinggi yang diikuti dengan pembedahan untuk membuang sebanyak
mungkin tumor.
b. Terapi radisi tumor ke situs tersebut, dan jika diperlukan, ke bagian lain dari tubuh
dengan kanker.
c. Transplantasi sel induk.
d. Kemoterapi diikuti oleh 13-cis retinoic acid.
e. Terapi antibodi monoklonal setelah kemoterapi.
f. Terapi radiasi dengan radioaktif iodine sebelum transplantasi sel induk.
g. Transplantasi sel induk diikuti oleh 13-cis retinoic acid.

Bila lesi terlokalisasi, masih ada kemungkinan untuk disembuhkan. Namun, bagi
anak-anak dengan kelangsungan hidup sangat pendek dan bagi usia diatas 18 tahun terapi
multimodal sering digunakan, seperti intensif kemoterapi, pembedahan, terapi radiasi,
transplantasi sel induk, agen diferensiasi Isotretinoin juga disebut 13-cis-retinoic acid, dan
sering immunotherapy dengan anti-terapi antibodi monoklonal GD2.
Ada beberapa bukti bahwa tinggi dan rendahnya tipe risiko disebabkan oleh
berbagai mekanisme dan tidak hanya dua mekanisme yang sama. Terapi dilaksanakan
berdasarkan kategori resiko.
Pasien risiko rendah dapat sembuh tanpa pengobatan sama sekali atau sembuh
dengan pembedahan saja. Pada pasien dengan resiko intermediate dirawat dengan operasi
dan kemoterapi. Pasien dengan risiko tinggi, dilakukan kemoterapi secara intensif,
pembedahan, terapi radiasi, tulang sumsum/Hematopoietic transplantasi sel induk dan
secara biologis berbasis terapi dengan 13-cis-retinoic acid (Isotretinoin atau Accutane) dan
terapi antibodi biasanya diberikan dengan sitokin GM-CSF dan IL-2.

11
Pasien dengan risiko rendah dan menengah memiliki prognosis yang sangat baik
dengan angka kesembuhan di atas 90% untuk risiko rendah dan 70%-90% untuk risiko
menengah. Sebaliknya, terapi neuroblastoma berisiko tinggi dengan angka kesembuhan
hanya sekitar 30%. Tambahan terapi antibodi dapat meningkatkan ketahanan hidup secara
signifikan untuk klien dengan penyakit berisiko tinggi. Pada bulan Maret 2009 analisis
awal dari Children Oncology Group (COG) melakukan survei pada 226 pasien dengan
risiko tinggi dan hasilnya menunjukkan bahwa dua tahun setelah transplantasi sel induk
66% dari kelompok ch14.18 diacak untuk menerima antibodi dengan GM-CSF dan IL-2
itu hidup dan bebas penyakit dibandingkan dengan hanya 46% dalam kelompok yang tidak
menerima antibodi.
Penatalaksanaan kemoterapi berdasarkan tingkat stadium

1. Stadium 1 dan 2

Konsensus yang berlaku menetapkan bahwa tumor stadium 1 dan 2 dapat diobati
hanya dengan tindakan operasi tanpa adanya gejala sisa akut maupun jangka panjang.
Walaupun didapatkan penyakit residual, tidak ada indikasi untuk pemberian kemoterapi
maupun radioterapi. Saat ini, Kelompok Studi Neuroblastoma Eropa merekomendasikan
terapi untuk tumor terlokalisasi yang rekuren hanya dengan operasi dan regresi spontan
masih mungkin didapatkan.

2. Stadium 3

Dahulu bayi dengan stadium 3 mendapatkan kemoterapi pasca operasi yang kemudian
dihubungkan dengan gejala sisa akut dan jangka panjang akibat kemoterapi, juga
ditemukan morbiditas dan mortalitas yang signifikan akibat operasi. Kematian lebih
banyak ditemukan oleh karena terapi yang diberikan daripada oleh penyakit itu sendiri.
Saat ini direkomendasikan bahwa diperlukan observasi ketat pasca operasi dengan
pengukuran kadar katekolamin dalam urin dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologi.
Adanya massa residual yang persisten yang diketahui dengan adanya kenaikan kadar
beberapa jenis katekolamin dalam urin dapat dicurigai sebagai suatu ganglioneuroma
matur. Adanya progresivitas penyakit hanya dicurigai bila didapatkan peningkatan ukuran
tumor secara bermakna.

Anak berusia lebih dari 1 tahun dengan stadium 3 telah banyak diterapi dengan
kombinasi operasi/reseksi tumor primer, kemoterapi, operasi lanjutan/evaluasi dan diikuti
12
dengan radioterapi dan/atau kemoterapi lebih lanjut. Stadium 3 ini sekarang
disubklasifikasikan berdasar pada amplifikasi gen MYCN dan bila ada amplifikasi
dan/atau delesi 1p menunjukkan indikasi untuk pemberian kemoterapi secara intensif.

3. Stadium 4 pada anak berusia lebih dari 1 tahun

Pendekatan terapi yang secara umum dipakai adalah dengan pemberian kemoterapi
awal, diikuti dengan operasi tumor primer dan konsolidasi dengan terapi mieloablatif dan
sel stem hemopoik. Modulasi sistem imun dengan 13-cis-asam retinoat, antibodi GD 2, IL-
2, seringkali diberikan pada penyakit dengan residual yang minimal yang diberikan
sesudah terapi mieloablatif. Permutasi obat sitotoksik aktif telah digunakan pada
kemoterapi induksi. Akan tetapi yang paling sering digunakan adalah senyawa platinum,
baik ciplastin/carboplatin, etoposid dan siklofosfamid. Belum diketahui keuntungan
doksorubisin dalam pengobatan. Regimen VECI merupakan contoh yang baik.

Dewasa ini terdapat kecenderungan untuk pemberian dosis yang lebih tinggi dengan
jadwal yang intensif. Penelitian tersamar sedang berjalan untuk mempelajari tentang
keuntungan peningkatan dosis ini.

4. Bayi dengan neuroblastoma stadium 4s dan stadium 4

Sebagian besar bayi dengan neuroblastoma stadium 4s tidak membutuhkan terapi karena
pada umumnya terjadi regresi spontan. Indikasi terapi hanya bila didapatkan kegawatan
seperti diperlukannya penunjang pernapasan karena pembesaran hepar secara progresif.
Beberapa pilihan terapi yang dapat digunakan meliputi radioterapi dosis rendah pada hepar
dan kemoterapi intensitas rendah. Penting untuk diingat bahwa pemberian terapi dalam
jumlah sekecil mngkin adalah yang efektif dan seringkali hanya diperlukan satu serial
terapi untuk menginduksi terjadinya regresi. Melalui pendekatan ini, 85% bayi akan dapat
disembuhkan.

Dahulu pasien berusia kurang dari 1 tahun dengan neuroblastoma stadium 4 yang
tidak memenuhi kriteria stadium 4s, diberikan kemoterapi konvensional tanpa terapi
mieloablatif. Hal ini disebabkan oleh prognosis yang lebih baik pada bayi dan toksisitas
dan terapi mieloablatif tersebut.

2.1.5 Komplikasi

13
Komplikasi dari nefroblastoma yaitu adanya metastase tumor yang relatif dini
ke berbagai organ secara limfogen melalui kelenjar limfe maupun secara hematogen
ke sum-sum tulang, tulang, hati, otak, paru, dan lain-lain. Metastasis tulang umumnya
ke tulang cranial atau tulang panjang ekstremitas. Hal ini sering menimbulkan nyeri
ekstremitas, artralgia, pincang pada anak. Metastase ke sum-sum tulang menyebabkan
anemia, hemoragi, dan trombositopenia (Willie, 2008)

Dampak Hospitalisasi Anak Penderita neuroblastoma dan keluarganya

Reaksi Hospitalisasi

Reaksi hospitalisasi bersifat individual dan sangat tergantung pada usia


perkembangan anak, pengalaman sebelumnya terhadap penyakit yang diderita, sistem
pendukung yang tersedia dan kemampuan koping yang dimilikinya. Pada umumnya,
reaksi anak terhadap penyakit adalah kecemasan karena perpisahan, kehilangan, perlukaan
tubuh, dan rasa nyeri.

a. Reaksi anak pada hospitalisasi :

1. Masa bayi(0-1 th)


Dampak perpisahan
Pembentukan rasa P.D dan kasih saying. Usia anak > 6 bln terjadi stanger anxiety
/cemas
Menangis keras, pergerakan tubuh yang meningkat, mengeluh, rewel.

2. Masa todler (2-3 th)


Sumber utama adalah cemas akibat perpisahan.Disini respon perilaku anak dengan
tahapnya.
a. Tahap protes menangis, menjerit, menolak perhatian orang lain
b. Anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat bermain, sedih, apatis
c. Pengingkaran/denial
d. Mulai menerima perpisahan
e. Membina hubungan secara dangkal
f. Anak mulai menyukai lingkungannya

14
3. Masa prasekolah ( 3 sampai 6 tahun )
Menolak makan, sering bertanya, sering mengomel dan menangis, tidak kooperatif
terhadap petugas kesehatan

Pada perawatan di rumah sakit, anak kehilangan kontrolnya, membatasi aktivitas,


sering kali dipersepsikan anak sekolah sebagai hukuman. Sehingga ada perasaan
malu, takut sehingga menimbulkan reaksi agresif, marah, berontak, tidak mau
bekerja sama dengan perawat.

4. Masa sekolah 6 sampai 12 tahun

Perawatan di rumah sakit memaksakan anak meninggalkan lingkungan yang


disukai, keluarga, kelompok sosial sehingga menimbulkan kecemasan dan
ketakutan. Kehilangan kontrol berdampak pada perubahan peran dalam keluarga,
kehilangan kelompok sosial, perasaan takut mati, kelemahan fisik.

5. Masa remaja (12 sampai 18 tahun )


Anak remaja begitu percaya dan terpengaruh kelompok sebayanya. Saat MRS
mengalami kecemasan karena berpisah dengan kelompok sebayanya, pembatasan
aktifitas kehilangan kontrol. Reaksi yang muncul, menolak perawatan/indakan yang
dilakukan, tidak kooperatif dengan petugas
Perasaan sakit akibat perlukaan menimbulkan respon :
a. bertanya-tanya
b. menarik diri
c. menolak kehadiran orang lain
d. mendiam diri

b. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi


Perasaan yang muncul dalam hospitalisasi:
1. Takut dan cemas, perasaan sedih dan frustasi kehilangan anak yang dicintainya:

Prosedur yang menyakitkan, informasi buruk tentang diagnosa medis, perawatan


yang tidak direncanakan, pengalaman perawatan sebelumnya

1. Perasaan sedih:
Kondisi terminal perilaku isolasi /tidak mau didekati orang lain.

15
2. Perasaan frustasi :
Kondisi yang tidak mengalami perubahan Perilaku tidak kooperatif, putus asa,
menolak tindakan.
Reaksi saudara kandung terhadap perawatan anak di RS, Marah, cemburu, benci,
rasa bersalah, takut, menangis, pendiam.

WOC Neuroblastoma

Faktor eksternal
Faktor internal
1. Polusi udara
2. Asap rokok 1. Cacat genetic
3. Makanan yang mengandung
banyak zat kimia berbahaya
4. Pola hidup tidak sehat
5. Radiasi
6. Mutagen
7. virus

Menyerang medulla adrenal &


sistem saraf simpatik

Berploriferasi menekan jaringan


sekitar &BAB III sel-sel
menginfasi
normal

Neuroblastoma

B1 (Breath) B2 (Blood) B3 (Brain) B4 (Bladder) B5 (Bowel) B6 (Bone)

Metastasis ke Metastase Penyebaran Tumor Kanker


Metastase
bagian paru ke pebuluh tumor ke bag menyebar ke menyebar
ke bagian
darah saraf kelenjar ke korda
perut
Epinefrin adrenal spinalis
HR Penekanan Tumor
RR pada saraf Penekanan menyebar Pendarahan
kandung ke bagian patachiae
TD kemih
Sirkulasi udara MK: Nyeri perut
terutama O2
Pembuluh Kandung Kelemahan
tidak Distensi
darah pecah 16 kemih lengan dan
sempurna abdomen
MK : terhimpit tungkai
Ketidakefektif MK : MK:
Oksigen
an pola napas MK: Menekan
kekurangan Intoleransi
Retensi
Sesak oliguri Mual
diafragma
nutrisi aktifitas
urin
Anemia

Lanjutan

Pertumbuhan dan Dampak hospitalisasi


perkembangan

Gangguan pada
saraf
Anak Orang tua
Penerimaan stimulus
terganggu
Tindakan keperawatan Kurang mengerti
MK: gangguan (contoh: infasiv) kondisi penyakit
pertumbuhan dan anak
perkembangan
Kurang mengtahui
Kurang mengerti tujuan tujuan tindakan
tindakan perawatan yang
dilakukan

MK: Ketakutan
MK: Ansietas MK: kurang
pengetahuan

17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
3.1.1 Anamnesa
1. Data demografi
Identitas pada klien yang harus diketahui diantaranya: nama, umur, agama,
pendidikan, pekerjaan, suku/bangsa, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, dan
penanggung biaya.
2. Keluhan utama
Pasien yang datang ke Rumah Sakit biasanya mengeluh dengan adanya gejala-
gejala awal yang terjadi seperti perut membesar, perut terasa penuh, dan nyeri
perut. Bisa juga pasien datang ke Rumah Sakit karena tumor yang sudah menyebar
di beberapa bagian tubuh seperti jika tumor sudah menyebar pada tulang. Pasien
akan mengalami nyeri tulang. Jika tumor telah menyebar ke bagian sumsum tulang
akan terjadi anemia dan memar. Jika telah menyebar di bagian kulit akan terjadi
benjolan pada kulit. Yang lebih parahnya jika tumor telah menyebar ke daerah
paru-paru akan terjadi gangguan pernapasan.
3. Riwayat penyakit dahulu
Pasien pernah dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari karena terjadi
pendarahan dan wajah tampak pucat. Pendarahan yang ditandai dengan terjadinya
patachiae.
4. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit dengan mengeluh demam tinggi dengan didukung
wajah yang pucat. Keluarnya banyak keringat juga dialami oleh pasien. Pasien

18
selalu mengeluh nyeri yang ditandai dengan anak selalu rewel. Namun keluarga
pasien dan pasien tidak tahu apa yang terjadi dalam t ubuhnya, seberapa parah
tumor itu telah menyebar.

3.1.2 Pemeriksaan fisik


Pemeriksaan fisik berdasarkan Review of System :
1. B1 (Breath) : Sesak napas.
2. B2 (Blood) : Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah meningkat,
perdarahan di bawah kulit, pucat.
3. B3 (Brain) : nyeri
4. B4 (Bladder) : retensi urin
5. B5 (Bowel) : pembesaran perut, mual
6. B6 (Bone) : Rasa tidak enak badan (malaise), pembengkakan pada kaki,
pergelangan kaki atau skrotum, lelah. Terjadinya ptachiae.

3.2 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri berhubungan dengan penyebaran tumor ke semua organ
Tujuan : Nyeri yang dirasakan pada klien berkurang
Kriteria hasil :
- Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang.

- Klien tidak merasa kesakitan


Intervensi Rasional
1. Kaji kebutuhan untuk 1. Mengetahui tingkat nyeri yang
penatalaksanaan nyeri. dialami pasien.
2. Evaluasi efektifitas penghilang nyeri 2. Menurunkan derajat nyeri pada
dengan derajat kewaspadaan. pasien.
3. Lakukan teknik pengurangan nyeri 3. Menghindari untuk terjadinya
nonfarmakologis yang tepat. pendarahan pada pasien.
4. Hindari aspirin atau senyawanya 4. aspirin meningkatkan
kecenderungan pendarahan.

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kehilangan


nafsu makan
Tujuan : Kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan adekuat
19
Kriteria hasil :
- Antropometri: berat badan tidak turun (stabil), tinggi badan,
lingkar lengan
- Biokimia: albumin normal dewasa (3,5-5,0) g/dl

Hb normal anak (11 sampai 13 gr/dl)

- Clinis: tidak tampak kurus, terdapat lipatan lemak, rambut tidak


jarang dan merah
- Diet: klien menghabiskan porsi makannya dan nafsu makan
bertambah

Intervensi Rasional
1. Dorong orang tua untuk 1. Meningkatkan nafsu makan pada
merilekskan tekanan pada saat anak
makan.
2. Izinkan anak untuk memakan semua 2. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang
makanan yang dapat ditoleransi. adekuat.
3. Perkaya makanan dengan suplemen 3. Susu banyak mengandung
nutrisi seperti susu bubuk. komponen nutrisi yang dibutuhkan
oleh anak
4. Izinkan anak untuk terlibat dalam 4. untuk mendorong anak mau
persiapan dan pemilihan makanan. makan

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan metastase ke paru dan abdomen, adanya


tekanan pada diafragma sehingga dadat idak mengembang secara optimal
Tujuan : Pola napas efektif.
Kriteria hasil : mempertahankan pola napas efektif.
Intervensi Rasional
1. Pantau adanya pucat dan cyanosis. 1. Memastikan pasien tidak

2. Pantau kedalaman, kecepatan, kekurangan suplai oksigen.


irama dan usaha respirasi. 2. Memastikan bahwa pasien tidak

3. Pantau pola pernapasan. mengalami gangguan pernapasan.


Informasikan kepada pasien dan 3. Untuk meningkatkan pola
keluarga tentang teknik relaksasi pernapasan.
4. Posisi semifowler membantu
20
4. Berikan posisi semifowler pada meringankan ekspansi dada
pasien untuk mengoptimalkan
pernapasan

4. Retensi urin berhubungan dengan metastase pada kelenjar adrenal


Tujuan : pasien dapat BAK dengan normal
Kriteria hasil : jumlah urin pasien 100 cc/jam
Intervensi Rasional
1.inspeksi adanya pembesaran pada 1. untuk mengetahui adanya penyebaran
daerah abdomen tumor pada kelenjar adrenal
2. kolaborasi dengan dokter dalam 2. hal tersebut diperlukan untuk
pemberian obat-obatan yang dapat membntu pasien BAK
melancarkan BAK serta engurangi rasa
nyeri

5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan, hipermetabolisme, dan


anemia.
Tujuan : pasien dapat beraktifitas secara normal
Kriteria hasil : pasien dapat mobilisasi tanpa gangguan
Intervensi Rasional
1. Berikan lingkungan tenang dan 1. Agar klien dapat merasakan tenang
batasi pengunjung selama perawatan, dan dapat beristirahat total sehingga
dorong penggunaan manajemen stress dapat mendukung proses
dan pengalihan yang cepat kesembuhannya.
2. Perhatikan dispneu, peningkatan
kelemahan perubahan vital, 2.Agar kondisi pasien dapat terpantau
tachycardia selama dan setelah tiap harinya sehingga dapat menentukan
aktivitas. sejauh apa kemajuannya.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam
rencana pengobatan dan perlunya 3. Pasien dapat patuh untuk beristirahat
keseimbangan aktivitas dan istirahat sehingga dapat membantu kesembuhan
4. Bantu aktivitas perawatan diri. klien.
Berikan peningkatan aktivitas selama 4. Pasien dapat sedikit demi sedikit
fase penyembuhan. melakukan seluruh aktivitasnya seecara
mandiri
21
6. Ketakutan/kecemasan berhubungan dengan tes diagnosa, prosedur dan pengobatan.
Tujuan : Pasien tidak mengalami ketakutan yang berlebih.
Kriteria hasil : Pasien menunjukkan penurunan rasa takut yang berhubungan
dengan prosedur dan tes diagnostik.
Intervensi Rasional
1. Jelaskan prosedur dengan cermat 1. Memberikan informasi dan upaya
sesuai dengan tingkat pemahaman menurunkan tingkat kecemasan
anak. dan ketakutan pada anak.
2. Jelaskan tentang apa yang 2. Mempermudah dalam melakukan
dilakukan dan apa yang akan prosedur pengobatan.
dirasakan, dilihat dan di dengar
anak.
3. Gunakan metode mengingatkan 3. Untuk meningkatkan rasa control,
kembali setiap langkah sebagai mendorong kerjasama dan
metode distraksi. mendukung keterampilan koping
anak.
4. Jelaskan permintaan-permintaan 4. Diharapkan anak dapat koopertif
khusus pada anak untuk dalam pelaksanaan tindakan
mendorong kerjasama.
7. Resiko ketidak efektifan penatalaksanaan program terapeutik berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi perawatan mata, pengobatan, tehnik
keamanan, pembatasan aktifitan dan perawatan tindak lanjut
Intervensi Rasional

1. Memberikan health education 1. Supaya klien dan keluarga bisa


pada klien dan keluarga
melakukan pencahan dan perawatan
diri

2. informasikan pada keluarga tata 2. peran keluarga sangat penting bagi


cara tentang perawatan klien proses penyembhan klien, baik dari
agar mempercepat proses segi perhatian maupun perawatan
penyembuhan fisik.

22
8. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak
Tujuan : anak dapat tumbuh dan berkembang denga normal
Kriteria hasil :periode tumbuh dan kembang anak berlangsung secara teratur sesuai
dengan masa-masa pada periodenya
Intervensi Rasional
1.kaji gerak kasar atau motorik kasar 1. hal ini berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan
dan sikap tubuh yang melibatkan otot-
otot besar seperti duduk, berdiri, dan
sebagainya
2. kaji gerak halus atau motorik halus 2. berhubungan dengan kemampuan
pada anak anak melakukan yang melibatkan
bagian-bagian tubuh tertentu yang
dilakukan oleh otot kecil tetapi
memerlukan koordinasi yang cermat,
seperti menulis, mengamati sesuatu dan
sebagainya
3. Kaji gangguan bicara dan bahasa 3. hal ini berhubungan dengan
pada anak kemampuan untuk memberikan respon
terhadap suara, berbicara,
berkomunikasi, mengikuti perintah, dan
sebagainya.
4. kaji sosialisasi dan kemandirian 4. berhubungan dengan kemampuan
pada anak mandiri anak (makan sendiri,
memberskan mainan sendiri),
bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya dan sebagainya

Tinjauan Kasus

23
Seorang Ibu membawa anak M laki-laki yang berumur 2,5 tahun dengan berat
badan 8 kg,suhu 39 C,RR = 40 x /menit, bagian tubuh tertentu memerah. .Anak sesak
napas serta nafsu makan menurun. Datang ke Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
karena pembesaran abdomen. Anak mengalami kelelahan atau lemas selama 3
minggu. Bayi juga terdengar sangat rewel dan mengalami hipertermi. Keluarga
khawatir dan terus bertanya pada petugas kesehatan tentang keadaan anak.
Berdasarkan hasil anamnesa, ibu menceritakan bahwa kakeknya dulu operasi bedah
kanker paru.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
1. Data demografi
Nama :M
Usia : 1,5 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Alamat : Jl. Merdeka II/12
Status perkawinan : -
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan :-
Pekerjaan :-
Lama bekerja :-
MRS : 3 November 2009
2. Keluhan utama
Nyeri pada daerah abdomen.
3. Riwayat penyakit dahulu
Anak M pernah mengalami meningokel saat baru lahir, sempat dilakukan
operasi dan akhirnya sembuh. Semenjak saat itu, meningokelnya tidak pernah
kambuh lagi, akan tetapi anak sering mengalami gejala seperti kejang.
4. Riwayat penyakit sekarang
Kadang-kadang anak M tiba-tiba kejang tanpa sebab. Selain itu, wajah anak M
tampak pucat, rewel, dan hipertermi. Anehnya, ketika diberikan obat penurun
panas, suhu badan anak tidak kunjung normal.
5. Riwayat penyakit keluarga

24
Kakek pernah menjalani operasi bedah kanker paru.
6.Riwayat Psikososial :
a. Orang tua klien mengungkapkan kecemasannya.
b. Orang tua klien meminta informasi tentang tindakan yang dilakukan.
c. Orang tua klien sering bertanya tentang penyakit anaknya.
d. Orang tua tampak gelisah
e. Klien selalu menangis.
f. Tampak penonjolan pada daerah abdomen.

Pemeriksaan Fisik
B1 (Breath) : Terjadinya sesak napas.
B2 (Brain) : Mengalami hipertermi
B3 (Blood) : Tekanan darah meningkat.
B4 (Bowel) : Mengalami kejang perut
B5 (Bladder) : Nyeri saat BAK.
B6 (Bone) : Lemah atau malaise dan rewel

Analisa Data

25
DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : nyeri Tumor menyebar ke daerah Tumor telah bermetastase ke
DO: anak menangis dan abdomen daerah abdomen sehingga
rewel anak merasa nyeri pada
Penekanan pada syaraf abdomen

Nyeri
DS: anak merasa gerah Infeksi pada abdomen Infeksi yang menebar
DO: suhu tubuh meningkat menyebabkan hipertermi
menjadi 39 C Hipertermi
DS: anak merasa sulit Metastase ke bagian paru .Ketidakefektifan pola nafas
bernapas
DO: RR meningkat menjadi Epinefrin & RR meningkat

Sirkulasi O2 tidak sempurna

Sesak

Pola napas tidak teratur


DS: - Benjolan di abdomen Anxietas
DO: Keluarga terus
menanyakan kondisi Bayi rewel
anaknya

Keluarga terus menanyakan


kondisi anak

DS: tubuh anak memerah Infeksi pada kanker yang Resiko tinggi infeksi meluas
DO: infeksi meluas pada jaringan tubuh yang
lain
Hipertermi dan memerah
DS: Anak tidak mau makan Metastase ke bagian perut Resiko tinggi kekurangan
DO: Nafsu makan menurun nutrisi
Distensi abdomen

Menekan diafragma

26
Mual
DS: anak merasa lemas Kanker menyebar ke korda . Intoleransi aktivitas
DO: kelelahan spinalis

Pendarahan patachia

Kelemahan lengan dan


tungkai

Intoleransi aktivitas
DS: - Operasi pembedahan Kurangnya pengetahuan
DO: tingkat pengetahuan keluarga
mengenai kesahatan sangat Bayi dibawa pulang
kurang.
DS: - Metastase kanker ke Gangguan pertumbuhan dan
DO: berat badan menurun sumsum tulang perkembangan anak
dan keterlambatan tumbuh
kembang Gangguan pembentukan darah

Menghambat proses tumbuh


kembang anak

Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan metastase tumor di bagian abdomen
Tujuan : nyeri berkurang, kenyamanan anak tidak terganggu
Kriteria hasil : anak tidak merasakan nyeri setelah dilakukan tindakan

27
Intervensi Rasional

1. Tanyakan pasien tentang nyeri. 1.Membantu dalam mengevaluasi


Tentukan karakteristik nyeri gejala nyeri karena kanker yang dapat
(P,Q,R,S,T). Misal : Terus- melibatkan visera, saraf atau jaringan
menerus, sakit menusuk, tulang. Penggunaan skala rentang
terbakar. Buat skala nyeri 0-10 membantu pasien dalam mengkaji
rentang intensitasnya. tingkat nyeri dan memberikan alat
unutk evaluasi keefektifan analgetik,
meningkatkan kontrol nyeri.
2. Kaji pertanyaan verbal dan non 2. Ketidak sesuaian antara petunjuk
verbal nyeri pasien verbal atau non verbal dapat
memberikan petunjuk derajat nyeri,
3. Berikan tindakan kenyamanan. kebutuhan / keefektifan intervensi.
3. Meningkatkan relaksasi dan
Misal : sering ubah posisi, pijat
pengalihan perhatian. Menghilangkan
punggung, sokongan bantal,
ketidak nyamanan dan meningkatkan
dorong penggunaan teknik
efek terapeutik analgesik.
relaksasi, misal : visualisasi,
bimbingan imajinasi
danaktivitas hiburan yang tepat 4. Mempertahankan kadar obat lebih
4. Berikan analgetik rutin sesuai
konstan menghindari “puncak” periode
indikasi.
nyeri, alat dalam menyembuhkan otot.

b. Hipertermi (peningkatan suhu badan) berhubungan dengan infeksi.


Tujuan : menurunkan suhu badan
Kriteria hasil : suhu badan anak normal yaitu 36-37 C
Intervensi Rasional
1.Kaji suhu anak 1.Memastikan kondisi anak normal,
serta mengetahui kemungkinan
terjadinya gejala dari infeksi.
2.Kolaborasi dengan dokter serta tim 2.Hal ini digunakan untuk menurunkan

28
farmasi untuk pemberian obat panas anak
antipiretik

c.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan metastase ke paru dan abdomen,


adanya tekanan pada diafragma sehingga dada idak mengembang secara optimal
Tujuan : Pola napas efektif.
Kriteria hasil : mempertahankan pola napas efektif.
Intervensi Rasional
1.Pantau adanya pucat dan cyanosis. 1.Memastikan pasien tidak

2.Pantau kedalaman, kecepatan, irama kekurangan suplai oksigen.


dan usaha respirasi. 2.Memastikan bahwa pasien tidak

3.Pantau pola pernapasan. mengalami gangguan pernapasan.


Informasikan kepada pasien dan 3.Untuk meningkatkan pola
keluarga tentang teknik relaksasi pernapasan.
4.Berikan posisi semifowler pada 4.Posisi semifowler membantu
pasien untuk mengoptimalkan meringankan ekspansi dada
pernapasan

d.Anxietas berhubungan dengan kondisi bayi yang terus rewel dan kejang-kejang.
Tujuan : Mengurangi frekuensi kejang pada bayi.
Kriteria hasil : Anak berhenti kejang perut dan rewel.
Intervensi Rasional
1. Kolaborasi pemberian obat-obat anti 1.Mengurangi frekuensi kejang pada
kejang. pasien
2. Observasi TTV, suhu tubuh. 2.Mengetahui kondisi pasien
3. Berikan cairan infuse. 3.Pemenuhan kebutuhan cairan yang
adekuat.

29
4. Berikan informasi kepada ibu atau orang 4.Mengurangi ketakutan dan
tua si bayi untuk selalu berada di dekat kecemasan yang dirasakan oleh anak
anak.

e.Risiko tinggi infeksi meluas keseluruh jaringan tubuh berhubungan dengan


pengaruh pendarahan karena metastase di dalam sumsum tulang.
Tujuan : Infeksi tidak menyebar dan menimbulkan perdarahan
Kriteria hasil : Pasien tidak menunjukkan bukti-bukti pendarahan serta tidak
adanya pethacie.
Intervensi Rasional
1. Gunakan semua tindakan untuk 1. Infeksi menyebabkan
mencegah infeksi. kecenderungan pendarahan.
2. Batasi aktifitas keras. 2. Aktifitas keras dapat
menyebabkan cedera yang tidak
disengaja.
3. Libatkan anak dalam tanggung 3. Memberikan dorongan
jawab untuk membatasi aktifitas kepatuhan akan prosedur
bila jumlah trombosit turun . pengobatan.

f.Resiko tinggi kekurangan nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu makan.


Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : Berat badan normal, nafsu makan meningkat, kadar
albumin dan glukosa dalam darah normal.
Intervensi Rasional

30
1. Kaji kemampuan pasien untuk 1.Faktor ini menentukan
makan, batuk, dan mengatasi sekresi pemilihan jenis makanan hingga
pasieen terlindungi dari aspirasi.
2. Timbang BB sesuai indikasi 2.Mengevaluasi keefektifan atau
mengubah kebutuhan pemberian
nutrisi.
3. Tingkatkan kenyamanan lingkungan 3.Perbaikan lingkungan dan
yang baik untuk sosialisasi saat sosialisasi waktu makan dapat
makan meningkatkan pemasukan dan
menormalkan fungsi makanan.
4.Meningkatkan proses
4. Berikan makan dalam jumlah kecil pencernaan dan toleransi pada
dan dalam waktu yang sering dan pasien terhadap nutrisi yang
teratur. diberikan.

g. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan suplai oksigen ke jaringan menurun


Tujuan : Klien dapat melakukan aktivitas sehari-harinya dengan normal
Kriteria hasil : klien terlihat sehat, tidak mengalami malaise.
Intervensi Rasional

31
1. Berikan lingkungan tenang dan batasi 1.Agar klien dapat merasakan tenang dan
pengunjung selama perawatan, dorong dapat beristirahat total sehingga dapat
penggunaan manajemen stress dan mendukung proses kesembuhannya.
pengalihan yang cepat
2. Perhatikan dispneu, peningkatan 2.Agar kondisi pasien dapat terpantau tiap
kelemahan perubahan vital, tachycardia harinya sehingga dapat menentukan sejauh
selama dan setelah aktivitas. apa kemajuannya.
3. Jelaskan pentingnya istirahat dalam 3.Pasien dapat patuh untuk beristirahat
rencana pengobatan dan perlunya sehingga dapat membantu kesembuhan
keseimbangan aktivitas dan istirahat klien.
4. Bantu aktivitas perawatan diri. Berikan 4.Pasien dapat sedikit demi sedikit
peningkatan aktivitas selama fase melakukan seluruh aktivitasnya seecara
penyembuhan. mandiri

h. Kurang pengetahuan keluarga terhadap penyakit yang diderita anak yang


menyebabkan mereka cemas.
Tujuan : Orang tua mengerti penyakit yang diderita anak.
Kriteria hasil : Orang tua tidak merasa cemas terhadap kondisi anak
Intervensi Rasional
1.Beri kesempatan orang tua untuk 1.Keluarga dapat mengemukakan
mengekspresikan kesedihannya dan bertanya perasaannya sehinnga perasaan orang tua
mengenai kondisi anaknya dapat lebih lega selain itu mereka mendapat
pengetahuan baru
2.Jelaskan tentang kondisi penderita,
prosedur, terapi dan prognosanya. 2.Pengetahuan kelurga bertambah dan dapat
mempersiapkan keluarga dalam merawat
klien setelah pembedahan.

3.Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan 3.Keluarga dapat menerima seluruh
contoh bila keluarga belum mengerti informasi agar tidak menimbulkan salah
persepsI

i.Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kebutuhan positioning,


deficit stimulasi dan perpisahan.

Tujuan : Anak mendapat stimulasi perkembangan

Kriteria hasil :

a. Bayi/anak berespon terhadap stimulasi yang diberikan.


32
b. Bayi/anak tidak menangis berlebihan
c. Orang tua dapat melakukan stimulasi perkembangan yang tepat untuk
bayi/anaknya.

NO Intervensi Rasional
1. Ajarkan orang tua cara merawat 1. Agar orang tua dapat mandiri dan
bayinya dengan memberikan terapi menerima segala sesuatu yang
pemijatan bayi. sudah terjadi.
2. Posisikan bayi prone atau miring 2. Untuk mencegah terjadinya luka
ke salah satu sisi. infeksi dan tekanan terhadap luka.
3. Lakukan stimulasi taktil/pemijatan 3. Untuk mencegah terjadinya luka
saat melakukan perawatan kulit. memar dan infeksi yang melebar
disekitar luka.

j..Intervensi Perawatan Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi

 Fokus intervensi keperawatan pada hospitalisasi adalah:


1) mengurangi stressor

2) memaksimalkan manfaat hospitalisasi memberikan dukungan psikologis pada


anggota

keluarga

3) mempersiapkan anak sebelum masuk rumah sakit

1. Upaya meminimalkan stresor atau penyebab stress

Dapat dilakukan dengan cara mencegah atau mengurangi dampak perpisahan,


perasaan kehilangan kontrol dan meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh
dan rasa nyeri

2. Upaya mengurangi dampak perpisahan


Melibatkan orang tua berperan aktif dalam perawatan anak,memodifikasi ruang
perawatan serta menjalin hubungan melalui surat menyurat dan bertemu teman sekolah

3. Mencegah perasaan kehilangan kontrol:

Hindarkan pembatasan fisik jika anak dapat kooperatif, bila anak diisolasi lakukan
modifikasi lingkungan,buat jadwal untuk prosedur terapi,latihan,bermain dan memberi
kesempatan anak mengambil keputusan dan melibatkan orang tua dalam perencanaan
kegiatan
33
4. Meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri

Mempersiapkan psikologis anak dan orang tua untuk tindakan prosedur yang
menimbulkan rasa nyeri, lakukan permainan sebelum melakukan persiapan fisik anak,
menghadirkan orang tua bila memungkinkan, tunjukkan sikap empatie. Pada tindakan
elektif bila memungkinkan menceritakan tindakan yang dilakukan melalui cerita, gambar.
Perlu dilakukan pengkajian tentang kemampuan psikologis anak menerima informasi ini
dengan terbuka.

5. Memaksimalkan manfaat hospitalisasi anak

Membantu perkembangan anak dengan memberi kesempatan orang tua untuk


belajar, memberi kesempatan pada orang tua untuk belajar tentang penyakit anak,
meningkatkan kemampuan kontrol diri, memberi kesempatan untuk sosialisasi dan
memberi support kepada anggota keluarga.

6. Mempersiapkan anak untuk mendapat perawatan di rumah sakit

Siapkan ruang rawat sesuai dengan tahapan usia anak dan mengorientasikan situasi
rumah sakit.

 Pada hari pertama lakukan tindakan :


a. Kenalkan perawat dan dokter yang merawatnya

b. Kenalkan pada pasien yang lain.

c.Berikan identitas pada anak.

d. Jelaskan aturan rumah sakit.

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

34
Neuroblastoma adalah kanker pada sistem saraf yang sering ditemukan pada masa
kanak-kanak. Neuroblastoma bisa tumbuh di berbagai bagian tubuh. Kanker ini berasal
dari jaringan yang membentuk sistem saraf simpatis (bagian dari sistem saraf yang
mengatur fungsi tubuh involunter/diluar kehendak, dengan cara meningkatkan denyut
jantung dan tekanan darah, mengkerutkan pembuluh darah dan merangsang hormon
tertentu). Neuroblastoma paling sering berasal dari jaringan kelenjar adrenal di perut.
Kanker ini biasanya segera menyebar ke kelenjar getah bening, hati, tulang dan sumsum
tulang. Sekitar 75% kasus ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 5 tahun.
Neuroblastoma terjadi pada 1 diantara 100,000 orang dan agak lebih sering menyerang
anak laki-laki. Serta pengobatan utamanya adalah dengan pembedahan. Pembedahan
berdasarkan stadium yang dialami klien.

4.2 Saran
1. Hendaknya mewaspadai terhadap gejala-gejala neuroblastoma agar penanganannya
tidak terlambat.
2. Sebagai perawat hendaknya mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai
dengan rencana keperawatan pada penderita Neuroblastoma..

DAFTAR PUSTAKA

Bai, Nining. 2009. Asuhan Keperawatan WebBlog. 13 november 2009.


http://askep.blogspot.com/2009html

35
Indriasmoko, Ferry. 2009. Bayi 28 Hari Terkena Neuroblastoma. 12 November 2009.
http://belajar-mri.blogspot.com
Kusmawa, Eka. 2009. Gejala Kanker Pada Anak. 12 November 2009.
www.rumahkanker.com
Kusmawa, Eka. 2009. Gejal-gejala Tumor/Kanker Otak. 12 November 2009.
www.rumahkanker.com
Lacayo, NJ. 2009. Neuroblastoma: follow-up. 13 November 2009. www.emedicine.com
Permono, Bambang dkk. 2006. Buku Ajar Hematologi-Onkologi Anak. IDAI: Jakarta
Wilkinson, JM. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. EGC: Jakarta
Wong, DL. 2004. Pedoman klinik Keperawatan Pediatrik. EGC: Jakarta
_________. 2007. Opsi Pengobatan Overview Neuroblastoma. 13 November 2009.
www.vitadocs.com
_________. 2007. Progresif/rukuren Neuroblastoma. 13 November 2009.
www.vitadocs.com
_________. 2008. Neuroblastoma. 12 November 2009. www.klikdokter.com
_________. 2009. Neuroblastoma. 12 November 2009. www.medicastor.com
_________. 2009. Neuroblastoma. 13 November 2009. www.wikiipadia.com

36

Anda mungkin juga menyukai