Anda di halaman 1dari 21

KONSEP ASUHAN

KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN
DISFUNGSI KELENJAR
ADRENAL

Hiperfungsi
Edrenokorti
kal
(Addison)
SITI LUTFIAH
TAUFIK ILHAM R
PENGERTIAN
Penyakit Addison adalah gangguan yang
melibatkan terganggunya fungsi dari kelenjar
korteks adrenal. Hal ini menyebabkan
penurunan produksi dua bahan kimia penting
(hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal:
kortisol dan aldosteron (Liotta EA et all 2010).
ETIOLOGI
Hipofungsi adrenal primer di sebabkan karena
1. Autoimun
2. Tuberkolosis
3. Adrenalektomi bilateral
4. Perdarahan pada kelenjar adrenal
Hipofungsi adrenal Sekunder di sebabkan karena
5. Penghentian mendadak terapi kortikosteroid
jangka panjang.
6. Pengangkatan kelenjar adrenal.
7. Adanya hormon ACTH yang diproduksi oleh
sel tumor kelenjar hipofisis
Patofisiologi
Stres dan ritme diural akan menstimulasi
hipotalamus untuk mengeluarkan corticotropin
releasing hormone (CRH), selanjutnya CRH akan
menstimulasi hipofisis (pituitari) anterior untuk
mengeluarkan adrenocorticotropic hormone (ACHT).
Selanjutnya ACHT akan menstimulasi korteks
adrenal untuk mengeluarkan glukokortikoid
(kortisol), mineralorkotiroid (aldosteron), dan
hormon seks (adrenal). Sekresi ACTH dikendalikan
oleh hormon pelepas kortikotropin (CRH) dari
hipotalamus dan melalui kontrol umpan balik yang
negatif oleh glukokortikoid karena glukokortiroid
paling banyak dihasilkan oleh korteks adrenal.
Klasifikasi
 Akut

Krisis adrenal. Terjadi koma, dan nyeri


epigastrik. Kadar gula darah rendah. Keadaan
ini timbul setelah terjadi trauma, hipotensi
berat dan sepsis. Yang lebih jarang, keadaan
ini bisa timbul pada pasien yang sebelumnya
(dalam waktu 1-1,5 tahun) atau baru-baru saja
mendapat pengobatan kortikosteroid dimana
terdapat trauma, pembedahan atau infeksi
akut, atau saat penghentian gangguan steroid
Lanjutann
 Kronis

Terdapat kelemahan dan kelelahan yang


onsetnya perlahan-lahan disertai gejala
gastrointestinal berupa anoreksia,
penurunan berat badan dan diare.
Hipotensi sering kali postural, dan
takikardia timbul pada tahap lanjut dari
penyakit. Hiperpigmentasi terjadi pada
tempat yang terpapar matahari, daerah
yang mengalami gesekan, lipatan tangan
dan mukosa bukal
Manifestasi kliniks
 Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia,
hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.
 Astenia (gejala cardinal) : kelemahan yang
berlebih
 Hiperpigmentasi : menghitam seperti perunggu,
coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya
pada kulit buku jari, lutut, siku
 Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada
perempuan
 Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)
 Abnormalitas fungsi gastrointestinal
Penatalaksanaan
 Penatalaksanaan secara medic
Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap
hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5 – 50
mg/hr
 Penatalaksanaan secara keperawatan

-Monitoring ketat TTV klien


-Ketika terjadi rehidrasi dan ketidakseimbangan
elektrolit terdeteksi, kaji manifestasi dari
meningkatnya vitalitas fisik dan emosionalnya
-Monitoring untuk pajanan suhu dingin dan
infeksi
Komplikasi
 Hiperpireksia
 Reaksi psikosis
 Syok (akibat dari infeksi akut atau penurunan
asupan garam)
 Hipoglikemia yang berat
 Kolaps vaskular, koma, dan kematian (jika
keadaan tidak di tangani dengan baik)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Tes stimulasi ACTH
 Tes stimulasi CRH
 CT Scan
 USG atau X-ray abdomen
Pathways
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN
GANGGUAN ADDISON
A. Pengkajian
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique,
nausea dan muntah.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering
muncul ialah pada gejala awal : kelemahan, fatiquw,
anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan
hipoglikemi, astenia (gejala cardinal). Pasien lemah yang
berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila
berkurang pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50
mm/Hg)
lanjutan
 Riwayat kesehatan dahulu
 Riwayat kesehatan keluarga
Pemeriksaan fisik
 B1 ( breathing )
Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat.
 B2 ( blood )

Peningkatan denyut nadi dan lemah, hipotensi


 B3 ( brain )

Pusing, gemetar, kelemahan otot,


 B4 ( bladder )

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi


dan karakteristik urine.
lanjutan
 B5 ( bowel )
Anorexia, kram abdomen, diare sampai
konstipasi, mual/ muntah. Mulut dan tenggorokan
: bibir kering, bising usus meningkat, nyeri tekan
karena ada kram abdomen.
 B6 ( bone)

Nyeri ekstremitas atas dan bawah, penurunan


tonus otot, lelah, Ekstermitas dingin, sianosis,
dan pucat. Membran mukosa hitam keabu-abuan
(peningkatan pigmentasi)
Analisa data
Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
ditandai dengan mukosa bibir kering
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual muntah anoreksia dan
diare ditandai dengan penurunan BB
3. Intorelansi Aktifitas berhubungan dengan
kelemahan dan paralisis otot ditandai dengan
mudah lelah
4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan ACTH
meningkat ditandai dengan terdapat
hiperpigmentasi
Intervensi Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan ditandai dengan mukosa bibir kering
Tujuan : Klien dapat mempertahankan
keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria hasil:
 turgor kulit elastic
 Rasa haus hilang dan Warna kulit tidak pucat
 Klien dapat mengatasi kekurangaan cairan
dengan minum air putih banyak
Evaluasi
 S (data subjektif)
Informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan
 O (data objektif)

Informasi yang didapatkan berupa hasil pengamatan, penilaian,


pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan
dilakukan
 A (Analisis)

Kesimpulan yang dibuat perawat dari hasil membandingkan


antara informasi subjektif dan objektif dengan tujuan dan kriteria
hasil. Kesimpulan berupa masalah teratasi, teratasi sebagian, dan
tidak teratasi.
 P (Planning)

Rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan berdasarkan


hasil analisa.

Anda mungkin juga menyukai