Anda di halaman 1dari 11

Prevalensi dan Faktor yang Berhubungan terhadap Depresi pada

Mahasiswa Kedokteran di Cameroon dengan penelitian cross-sectional

Abstrak
Latar Belakang : Depresi memiliki kontribusi yang besar terhadap beban penyakit secara
global yang memberikan dampak pada semua komunitas di dunia. Tuntutan yang tinggi di
akademik dan tekanan psikososial, mahasiswa kedokteran selama pembelajaran dapat
mengalami depresi, terutama mengenai permasalahan profesionalitas serta penanganan pada
pasien. Terdapat kelemahan data di Cameroon mengenai prevalensi depresi, termasuk
didalamnya depresi pada mahasiswa kedokteran. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan
prevalensi dan faktor predisposisi yang berhubungan terhadap depresi pada mahasiswa
kedokteran di Cameroon (pre-klinik dan klinik). Peneliti juga mengevaluasi dampak dari
depresi terhadap hasil performa akademik.

Metode: Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional dan dilakukan di 4


universitas kedokteran di 4 wilayah yang berbeda sejak Desember 2015 sampai Januari 2016.
Diagnosis gangguan depresi, depresi mayor dan faktor yang berhubungan dengan depresi
didapatkan berdasarkan kuesioner 9 Item Patient Health Questionnaire (PHQ-9). Sampel dalam
penelitian ini berjumlah 618 mahasiswa kedokteran.

Hasil: Sekitar 1:3 (30.6%) dari mahasiswa yang telah didiagnosis sementara depresi,
mengalami gangguan depresi mayor (PHQ score ≥10). Sebanyak 214 mahasiswa (34.6%)
mengalami gangguan depresi ringan, 163 mahasiswa (26.4%) mengalami gangguan depresi
sedang, 21 mahasiswa (3,4%) mengalami gangguan depresi sedang berat, dan 5 mahasiswa
(0.80%) mengalami depresi berat. Adanya penyakit kronis (OR: 3.70; 95% CI: 1.72-7.94, p =
0.001), peristiwa hidup (OR: 2.17, 95% CI: 1.32-3.58, p = 0.002), perempuan (OR: 1.59, 95%
CI: 1.06-2.37, p = 0.024), mahasiswa tingkat klinik (OR: 4.26, 95% CI: 2.71-6.71, p < 0.001)
merupakan faktor yang berhubungan dengan depresi. Tidak ada hubungan antara depresi
dengan hasil performa akademik (OR: 1.2, 95% CI: 0.9-1.7, p = 0.080).

Kesimpulan: Prevalensi gangguan depresi pada mahasiswa kedokteran di Cameroon memiliki


hasil yang tinggi dan terdapat hubungan antara depresi dengan penyakit kronis, peristiwa
hidup, jenis kelamin perempuan, dan mahasiswa tingkat klinik. Oleh sebab itu, peneliti
merekomendasikan peran klinisi untuk memperhatikan mengenai risiko depresi pada
mahasiswa kedokteran, untuk membuat investigasi secara mendalam. Walaupun tingginya
prevalensi gangguan depresi pada mahasiswa kedokteran, hal tersebut tidak berhubungan
dengan hasil performa akademik.

Kata kunci: Depresi, Mahasiswa Kedokteran, Prevalensi, Faktor Predisposisi, Hasil Performa
Akademik
Latar Belakang
Depresi adalah gangguan jiwa dengan kriteria hilangnya ketertarikan dan kesenangan
(anhedonia), penurunan energi, rasa bersalah atau rendah diri, sulit tidur, dan penurunan nafsu
makan, serta sulit konsentrasi. Depresi memiliki kontribusi yang besar terhadap beban penyakit
secara global dan berdampak pada semua orang di dunia dengan prevalensi 3.2% di dunia.
Gangguan depresi banyak mengenai usia muda dan sering terjadi rekurensi sepanjang hidup.
Untuk alasan ini, depresi menjadi penyebab utama kematian di dunia. Di seluruh dunia, telah
diketahui bahwa 25 – 90% mahasiswa kedokteran mengalami stress, dan dapat memicu depresi
mengetahui tingginya prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran jika dibandingkan
dengan mahasiswa lainnya. Beberapa faktor dapat menyebabkan hal ini, antara lain adanya
pemicu stress dalam kegiatan sehari-hari dan pemicu tertentu di lingkungan. Potensi efek
negatif dari stress emosi pada mahasiswa kedokteran dapat menyebabkan penurunan nilai di
kelas dan praktek klinik, gangguan induksi stress, dan penurunan performa. Para dokter, telah
mengetahui bahwa efek dari depresi dapat meningkatkan kesalahan dalam pemberian resep
obat kepada pasien. Depresi juga berhubungan erat dengan tingkat bunuh diri dan hal ini
mungkin menjadi penyebab tingginya tingkat bunuh diri pada profesi kesehatan dibandingkan
profesi lainnya. Mahasiswa yang stress tingkat tinggi atau mengalami depresi membutuhkan
perhatian khusus, jika tidak maka ketidakmampuan untuk mengatasi stress tersebut akan
berdampak pada personal dan tingkat profesionalitasnya. Untuk mencegah gejala depresi pada
mahasiswa kedokteran, mengurangi rasa rendah diri, mengurangi kesalahan medis, dan
meningkatkan rasa peduli kepada pasien, maka faktor yang mempengaruhinya harus
diidentifikasi dan diatasi dengan baik. Walaupun, data mengenai depresi sangat langka dan
bahkan di Cameroon tidak terdapat sama sekali data mengenai depresi serta faktor yang
mempengaruhi depresi pada mahasiswa kedokteran. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui tingkat prevalensi dan faktor yang berhubungan dengan depresi pada mahasiswa
kedokteran tingkat pre-klinik dan klinik di Cameroon dan juga mengevaluasi dampak dari
depresi terhadap hasil performa akademik.
Metode
Desain penelitian, pengaturan, dan partisipan
Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional, yang dilaksanakan sejak
Desember 2015 sampai Januari 2016 kepada mahasiswa kedokteran di Cameroon; tepatnya di
Sub-Saharan Afrika yang mempunyai tujuh universitas kedokteran. Empat diantaranya
merupakan institusi negeri dan tiga lainnya swasta. Selain menghasilkan dokter, institusi ini
juga menghasilkan perawat, scientist di laboratorium, dokter gigi, dan farmasi. Secara
keseluruhan, semua institusi ini memiliki lebih dari 5000 mahasiswa kedokteran per tahun.
Dalam penelitian ini, sampel diambil dari setiap institusi negeri, yaitu Fakultas Ilmu Kesehatan,
Universitas Buea (FHS-UB), Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Bamenda (FHS-UBa),
Fakultas Kedokteran dan Farmasi, Universitas Douala (FMPS), Fakultas Kedokteran dan
Biomedik, Universitas Yaounde (FMBS). Setiap universitas berlokasi di kota besar dari 4
daerah berbeda di wilayah Cameroon dan memiliki program belajar yang hampir sama serta
bayaran yang lebih murah dibandingkan institusi swasta.

Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini menggunakan formula untuk mengestimasi dari proporsi.
[4(𝑍𝑐𝑟𝑖𝑡)2 𝑃(1 − 𝑃)]
𝑁=
𝐷2
Keterangan :
N = Jumlah partisipan
Zcrit = standar normal deviasi, sesuai dengan kriteria signifikan dari 0.05 (95), = 1.960
D = jumlah error = +/- 5%
P = estimasi sebelum penelitian dari prevalensi depresi secara global pada mahasiswa
kedokteran, = 33%
[4(1.960)2 0.330 ∗ 0.670]
𝑁=
(0.1)2
N = 340 mahasiswa kedokteran menjadi sampel dalam penelitian ini, walaupun tetap diambil
800 kuesioner untuk menghindari data sampel yang error, dan diambil di universitas
kedokteran yang berbeda.
Sampling dan pengumpulan data
Metode yang digunakan adalah cluster sampling dimana sampel diambil dengan acak
bertingkat (stratified random sampling). Didapatkan sampel 200 mahasiswa pre-klinik dan
klinik dari empat universitas kedokteran yang mana merupakan 25% dari keseluruhan
mahasiswa kedokteran. Data yang dikumpulkan adalah karakteristik sosio-demografik, riwayat
akademik, dan hasil PHQ-9. Sebelum dimulainya pengumpulan data, dilakukan pengujian
kuesioner kepada 40 mahasiswa dari setiap universitas. Mahasiswa yang mengisi kuesioner
adalah yang termasuk kriteria eksklusi. Semua kuesioner yang diisi dengan cara yang salah
atau tidak diisi akan didiskualifikasi dari data.

Variabel Hasil
Hasil utama yang menarik dalam penelitian ini adalah diagnosis sementara depresi dengan
menggunakan 9 Item Patient Health Questionnaire (PHQ-9). Kuesioner PHQ-9 merupakan
bagian dari Primary Care Evaluation of Mental Disorder (PRIME-MD) kuesioner, yang dapat
digunakan secara tunggal untuk mendiagnosis gangguan depresi mayor berdasarkan kriteria
pada Diagnostic and Statistical Manual fourth edition (DSM-IV). Kemudian dilakukan
wawancara mental health professional (MHP) sebagai standar, nilai PHQ-9 ≥10 mempunyai
sensitivitas 88% dan spesifisitas 88% terhadap diagnosis gangguan depresi mayor. Selain itu,
PHQ-9 juga reliabel dan valid untuk menentukan tingkat keparahan depresi. Depresi dapat
dijadikan diagnosis sementara jika hasil PHQ-9 > 4 dan termasuk gangguan depresi mayor jika
nilai ≥10. Pada penelitian ini ‘depresi’ dan ‘gejala depresif’ digunakan secara bergantian.
Tingkat keparahan depresi berdasarkan nilai, jika [5 – 9] maka ringan, [10 – 14] sedang, [15 –
19] sedang berat, dan [20 – 27] depresi berat. Hasil akademik juga dievaluasi dengan
menggunakan grade point average (GPA) yang merupakan nilai rata-rata dari akumulasi sejak
pertama berkuliah. Skala nilainya antara 0 – 4. Pada penelitian ini nilai GPA dikategorikan ≥
3 dan < 3.

Variable independen
Terdapat beberapa variabel yang berhubungan dengan depresi, yaitu peristiwa hidup (misal,
kehilangan anggota keluarga atau teman, pernah mengalami kecelakaan, diperkosa, dirawat di
rumah sakit karena penyakit yang berat selama 3 bulan terakhir), konsumsi alkohol (>21 unit/
minggu pada pria, dan >14 unit/ minggu pada wanita), penyakit kronis (seperti penyakit sickle
cell, asma, diabetes, atau hipertensi) dan tingkat semester (pre-klinik yaitu mahasiswa tahun
pertama sampai ke-3, sedangkan klinik yaitu tahun ke-4 sampai ke-7).
Metode Statistik
Peneliti memulai analisis dengan distribusi, frekuensi, dan persentasi dari setiap jumlah dan
kategori variabel. Data dimasukkan dan di analisis menggunakan Epi statistik versi ke-7. Untuk
analisis bivariat, semua variabel independen dengan p < 0.05 dimasukkan juga ke dalam
analisis multivariat. Multivariat regresi logistik digunakan untuk mengidentifikasi hubungan
variabel independent dengan gejala depresi dan menentukan odds ratio (OR) dengan CI 95%.
P-value < 0.05 diartikan memiliki makna yang signifikan.

Hasil
Karakteristik sosio-demografik
Selama penelitian berlangsung 800 kuesioner telah dibagikan dan yang dikembalikan sebanyak
723 kuesioner (90.4%). Sebanyak 618 kuesioner diisi dengan baik dan dapat dianalisis.

Usia sampel penelitian adalah berkisar 18 – 28 tahun dengan rata-rata 22.4 ± 1.9 tahun. Laki-
laki sebanyak (53.7%) dan yang sedang berada di tingkat klinik (59.7%). Sampel paling banyak
diambil dari FMPS Douala (26.4%). Sebanyak (20.1%) memiliki peristiwa hidup yang tak
terlupakan, beberapa memiliki penyakit kronis (6.8%), dan beberapa lainnya merasa menyesal
telah mengambil jurusan kedokteran (14.2%). Lebih dari sepertiga partisipan mengonsumsi
alkohol (38.8%), sedangkan sebanyak (69.8%) mahasiswa harus mengulang ujiannya, dan
beberapa (5.5%) pernah mengulang semester selama setahun,. Rata-rata GPA dari semua
partisipan adalah 2.9 (1.6 ± 3.6) dengan 52.9% partisipan mempunya nilai GPA diatas 3.

Prevalensi depresi

Rentang nilai PHQ-9 pada penelitian ini adalah 0 – 21 dengan nilai mediannya 6 (skala
interquartile 3 – 10). Secara keseluruhan 403 (65.2%) mahasiswa telah didiagnosis sementara
dengan (PHQ ≥4) dan 189 memiliki nilai PHQ-9 ≥10, sehingga prevalensi yang mengalami
gangguan depresi mayor sebanyak 30.6% (95% CI: 22.8 ± 36.7). Sebanyak 403 partisipan
mengalami gangguan depresi, diantaranya sebanyak 214 mahasiswa (34.6%) mengalami
gangguan depresi ringan, 163 mahasiswa (26.4%) mengalami gangguan depresi sedang, 21
mahasiswa (3,4%) mengalami gangguan depresi sedang berat, dan 5 mahasiswa (0.80%)
mengalami depresi berat.
Prevalensi depresi di universitas kedokteran yang berbeda

Prevalensi terjadinya depresi tinggi pada FHS-UB (35.6%), sedangkan FMPS Douala (25.8%)
menempati yang paling rendah. Perbedaan prevalensi depresi di universitas lainnya tidak
signifikan (p < 0.26).

Faktor yang berhubungan antara depresi dengan mahasiswa kedokteran


Analisis bivariat, rasa menyesal masuk ke jurusan kedokteran (p < 0.001), adanya penyakit
kronis (p < 0.001), adanya peristiwa hidup (p = 0.018), perempuan (p = 0.011), dan mahasiswa
tingkat klinik (p = 0.001) mempunyai hubungan dengan terjadinya depresi secara signifikan.
Pada analisis multivariat, adanya penyakit kronis (p = 0.024) dan menjadi mahasiswa tingkat
klinik (p < 0.001) merupakan variabel bebas yang berhubungan dengan depresi.
Depresi dengan hasil performa akademik

Tidak ada hubungan antara depresi dengan hasil performa akademik (GPA), OR: 1.2 (0.9-1.7)
dan p-value = 0.08.

Diskusi
Penelitian ini merupakan penelitian pertama di Cameroon dan Afrika Tengah untuk membahas
mengenai prevalensi depresi dan faktor yang berhubungan dengan depresi pada mahasiswa
kedokteran. Pada penelitian ini, didapatkan 1 dari 3 mahasiswa kedokteran mengalami depresi
sedang sampai berat. Timbulnya depresi secara signifikan berhubungan dengan adanya
penyakit kronis yang diderita, peristiwa hidup, berjenis kelamin perempuan, dan mahasiswa
yang berada di tingkat klinik. Walaupun hal tersebut tidak ada hubungannya dengan hasil
performa akademik. Program yang diajarkan di universitas kepada mahasiswa bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan, kompetensi, dan lulusan yang profesionalitas dalam
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Untuk mencapai tujuan ini, banyak
program yang diadakan secara berlebihan. Hal tersebut mungkin akan memberikan dampak
buruk kepada personal mental dan kesehatan fisik mahasiswa. Pada penelitian ini prevalensi
depresi mencapai 30.6% dan hampir sama dengan prevalensi global yaitu 33.0%. Prevalensi
depresi di Cameroon lebih tinggi jika dibandingkan dengan Nigeria, yaitu 23.3%. Faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi perbedaan prevalensi depresi pada mahasiswa kedokteran di
berbagai daerah, diantaranya perbedaan program belajar, biaya kuliah, perbedaan sistem
penilaian yang digunakan untuk menentukan depresi, dan kultur daerah. Pada penelitian ini,
mayoritas mahasiswa mengalami depresi ringan, beberapa mengalami depresi sedang,
beberapa lainnya mengalami depresi sedang berat, dan berat. Hasil ini tidak jauh beda dengan
penelitian Kumar dkk dengan hasil 29.8% dalam kategori normal, 27.8% mengalami depresi
ringan, 29.3% depresi sedang, 7.5% depresi berat, dan 6,7% mengalami depresi sangat berat.
Pada penelitian ini, prevalensi yang paling tinggi mengalami depresi adalah FHS-UB dan yang
paling rendah adalah FMPS. Prevalensi depresi pada mahasiswa tingkat klinik lebih tinggi
dibandingkan pre-klinik. Pada penelitian sebelumnya tingkat depresi meningkat tidak hanya
beriringan dengan meningkatnya tingkat semester, namun juga progress belajar mahasiswa.
Selain itu, depresi lebih tinggi terjadi pada perempuan dibandingkan laki-laki. Hal ini juga
didukung oleh penelitian Dahlin dkk pada tahun 2005. Penelitian lain juga mengatakan bahwa
penyakit kronik dan peristiwa hidup mempunyai hubungan yang signifikan dengan depresi.
Mahasiswa yang mengalami depresi memiliki ciri kurang motivasi untuk belajar atau bahkan
kurang peduli kepada pasiennya. Hal ini memberikan tampilan performa yang buruk.
Untuk mengisi kekurangan pada pembahasan, penelitian ini mempunyai keterbatasan yang
berhubungan dengan desain observasi. Pertama, adanya kemungkinan bias pada saat mengisi
kuesioner, mahasiswa kesulitan mengumpulkan kembali informasi yang akan menyebabkan
tidak akuratnya data yang diinput. Meskipun, jumlah sampel dan skala PHQ-9 telah valid unutk
mendiagnosis gangguan depresi. Juga, ketika mengevaluasi konsumsi alkohol, penelitian ini
mengambil data 21 unit/minggu bagi pria dan 14 unit/minggu bagi perempuan.

Kesimpulan
Depresi pada mahasiswa kedokteran di Cameroon cukup tinggi dan terdapat faktor yang
berhubungan dengan penyakit kronis, peristiwa hidup, jenis kelamin perempuan, dan dalam
tingkat klinik. Prevalensi gangguan depresi sementara dan gangguan depresi mayor pada
mahasiswa kedokteran cukup tinggi. Sebagian mahasiswa mengalami depresi sedang sampai
sedang-berat dan lainnya mengalami depresi berat.

Saran
Peneliti merekomendasikan untuk membuat fasilitas kelompok konseling untuk mahasiswa
kedokteran di Cameroon. Peneliti juga merekomendasikan bagi klinisi yang menerima
mahasiswa dengan gangguan depresi untuk dilakukan investigasi secara mendalam dan
diberikan terapi secara holistik. Selain itu, diperlukan juga pemeriksaan rutin bagi mahasiswa
yang mengalami depresi dengan adanya peristiwa hidup, berjenis kelamin perempuan,
mahasiswa tingkat klinik, dan yang memiliki penyakit kronik, kemudian diberikan tatalaksana
yang sesuai. Depresi tidak memiliki hubungan secara signifikan dengan hasil performa
akademik; peneliti juga merekomendasikan kepada peneliti lain untuk mengembangkan faktor
lainnya dengan sistem penelitian / scoring yang lain.
TUGAS

1. Pada penelitian ini, jenis kelamin wanita dominan mengalami depresi. Jelaskan
kaitannya jenis kelamin dan profesi dokter?
Jawaban :
 Karakteristik kepribadian yang perfeksionis, kompetitif, ambisius, mudah
untuk tidak tenang, serta tidak sabar, yang mana lebih banyak dimiliki oleh
wanita dibandingkan pria.
 Waktu pekerjaan yang panjang sehingga waktu untuk mengurus keluarga
menjadi sedikit.
 Keinginan untuk mengurus anak dirumah dibandingkan karir/pekerjaan.
 Tidak mendapat dukungan dari anak atau suami.
 Pikiran mengenai kondisi anak dirumah ketika ditinggal untuk bekerja.
 Ketidakmengertian tenaga medis lain ketika dokter perempuan mengambil cuti
panjang (cuti menikah, cuti melahirkan, maupun lainnya).
 Adanya diskriminasi gender pada kalangan masyarakat.
Yang mana hal tersebut dapat meningkatkan stres pada dokter perempuan sehingga
cenderung untuk lebih mudah mengalami depresi. Namun perempuan yang berprofesi
sebagai dokter dan laki-laki yang berprofesi sebagai dokter tidak memiliki gambaran
performa yang signifikan.

Sumber :
1) Wege N, Li J, Siegrist J. Are there gender differences in associations of effort
– reward imbalance at work with self-reported doctor-diagnosed depression ?
Prospective evidence from the German Socio-Economic Panel. Int Arch
Occup Environ Health. 2018;91(4):435–43.
2) https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5944463/ diakses pada 13 Agustus
2019 pukul 17.28 WIB
3) Nomura K, Yamazaki Y, Gruppen LD, Horie S, Takeuchi M, Illing J. The dif fi culty of
professional continuation among female doctors in Japan : a qualitative study of
alumnae of 13 medical schools in Japan. 2015;1–7.
2. Apa kelebihan dan kekurangan penelitian ini?
Jawaban :
Kelebihan :
1) Merupakan penelitian pertama yang membahas mengenai tingkat depresi di
Cameroon, Afrika.
2) Memberikan gambaran mengenai prevalensi depresi dan faktor yang
berhubungan terhadap mahasiswa kedokteran.
3) Dengan adanya penelitian ini, dapat dilakukan antisipasi oleh mahasiswa
kedokteran terutama yang memiliki faktor predisposisi terjadinya depresi agar
dapat terhindar dari terjadinya depresi.

Kekurangan :

1) Penelitian ini tidak membahas atau mengobservasi secara mendalam faktor


yang berhubungan dengan terjadinya depresi sehingga dibutuhkan penelitian
lebih lanjut.
2) Karena menggunakan kuesioner, data yang didapat akan tergantung dari
jawaban responden dan kemungkinan adanya responden yang tidak mengerti
maksud pertanyaan sehingga data yang didapat mungkin bukan gambaran
yang sesungguhnya.

3. Apa aplikasi yang bisa diterapkan dalam praktek sehari-hari?


Jawaban :
1) Menanamkan rasa bahwa dalam menempuh pendidikan kedokteran diperlukan
adanya rasa bahagia, yakin, percaya diri, dan semangat.
2) Menyempurnakan dan meningkatkan motivasi agar semakin timbul semangat
belajar.
3) Belajar sungguh-sungguh untuk mencari ilmu agar menjadi dokter yang dapat
menolong banyak orang.
4) Melakukan kegiatan yang disenangi untuk menghindari terjadinya stres.
5) Mengubah sudut pandang bahwa segala yang terjadi harus dilalui dengan baik
dan pikiran yang sehat.

Anda mungkin juga menyukai