Salinitas yang tinggi merupakan salah satu cekaman lingkungan yang
mengakibatkan tanaman mengalami cekaman osmotik, ketidak-seimbangan hara, toksisitas ion tertentu, dan cekaman oksidatif. Cekaman tersebut mempengaruhi hampir semua proses fisiologis dan biokimia serta tahap pertumbuhan tanaman. Fase perkecambahan dan pertumbuhan semaian adalah fase kritis terhadap cekaman salinitas bagi sebagian besar tanaman kacang tanah (Archis. Sp) dan kacang hijau (Vigna. Sp), sehingga ketahanan tanaman terhadap cekaman salinitas dapat dievaluasi pada fase-fase tersebut. Pemahaman pengaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman sangat berguna untuk menentukan langkah pengelolaannya. Salinitas merupakan proses alami yang terkait erat dengan bentang alam dan proses pembentukan tanah. Salinitas menunjukkan kadar garam terlarut dalam air maupun tanah. Konsentrasi garam tersebut dapat ditentukan dengan banyak cara dan dinyatakan dalam beragam satuan. Konsentrasi garam di dalam tanah yang tinggi, terutama garam dari Natrium (Na+) dan Khlor (Cl-), merusak struktur tanah, meningkatkan tekanan osmotik sehingga penyerapan air dan unsur hara oleh tanaman terganggu. Penyerapan unsur Na yang berlebihan menyebabkan penurunan penyerapan air dan kalium (FAO 2005). Kalium (K) berperan penting untuk mempertahankan turgor sel dan aktivitas enzim (Xiong dan Zhu 2001). Cekaman osmotik akibat meningkatnya salinitas disebabkan potensial air meningkat sehingga mengurangi penyerapan air yang menyebabkan penurunan kandungan air relatif daun (Kabir et al. 2004), yang selanjutnya menyebabkan dehidrasi sel (Ondrasek et al. 2009). Salinisasi tanah dapat terjadi di hampir semua wilayah iklim mulai dari daerah tropis yang lembab sampai daerah kutub. Tanah salin dapat ditemukan di berbagai ketinggian mulai ketinggian di bawah permukaan laut (misal tanah di sekitar laut mati) sampai daerah pegunungan diatas 5000 meter seperti Dataran Tinggi Tibet atau Pegunungan Rocky (Singh dan Chatrath 2001). Semua tanah mengandung garam, juga semua air irigasi baik dari sungai maupun air tanah yang dipompa mengandung beberapa macam garam terlarut. Beberapa jenis garam (nitrat, potasium) merupakan unsur hara penting bagi tanaman. Salinitas merupakan proses alami yang terkait erat dengan bentang alam dan proses pembentukan tanah. Garam dalam tanah dapat berasal dari pelapukan bahan induk yang mengandung deposit garam (El-Swaify 2000), intrusi air laut atau gerakan air tanah yang direklamasi dari dasar laut (Tan 2000), pupuk anorganik dan organik, serta dari air irigasi (Kotuby-Amacher et al. 2000). Kondisi iklim dengan curah hujan rendah, tingkat evaporasi yang tinggi, dan pengelolaan pengairan yang buruk dapat menimbulkan masalah salinitas (Sposito 2008; Lambers 2003; Gama et al. 2007). Penggunaan air tanah untuk irigasi secara terus menerus menyebabkan akumulasi garam pada lahan pertanian (Tan 2000; Munns et al. 2004; Zhu 2007; Sonon et al. 2012). Unsur Ca, Mg, dan Na yang terkandung dalam air irigasi akan mengendap dalam bentuk karbonat seiring dengan terjadinya penguapan (Serranoet al. 1999). Drainase tanah yang buruk menyebabkan evaporasi lebih besar daripada perkolasi sehingga akan mempercepat proses salinisasi. Menurut penelitian yang sudah dilakukan oleh Abdullah Taufiq dan Runik Dyah Purwaningrahayu yang berjudul “Tanggap Varietas Kacang Hijau terhadap Cekaman Salinitas” Perlakuan terdiri atas dua faktor yang disusun dalam rancangan acak kelompok, diulang empat kali. Faktor I adalah enam tingkat salinitas air, yaitu kontrol (DHLw 0,5 dS/m), 4,0, 7,1, 10,1, 13,1, dan 15,8 dS/m. Faktor II adalah 10 varietas kacang hijau, yaitu Vima 1, Kutilang, Sampeong, Perkutut, Murai, Kenari, Sriti, Merpati, Betet, dan Walet. Dari penelitian ini di dapat hasil bahwa peningkatan DHLs akibat perlakuan cenderung menurunkan pH tanah, terutama pada perlakuan DHL tinggi. Nilai pH tanah pada L0 pada 37 HST (22 HSA) adalah 6,9 meningkat menjadi 7,2 pada 59 HST (44 HSA), sedangkan pH pada L5 pada 37 HST adalah 6,4 dan pada 59 HST adalah 6,3. Penurunan pH tanah kemungkinan disebabkan oleh peningkatan kandungan SO4 tanah. Kandungan SO4 tanah meningkat drastis dengan meningkatnya DHL larutan yang diberikan, dan dalam kondisi oksidatif dapat menurunkan pH (Fageria 2009). Peningkatan salinitas menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan indeks kandungan klorofil daun, menurunkan komponen hasil dan hasil biji kacang hijau. Indeks kandungan klorofil, komponen hasil, dan hasil biji lebih sensitif terhadap pengaruh salinitas dibanding tinggi tanaman, biomas tajuk, dan luas daun. Berdasarkan penurunan hasil biji, urutan tingkat toleransi varietas kacang hijau terhadap salinitas adalah Vima 1> Murai, Kenari, Sriti, Betet > Kutilang, Sampeong, Perkutut, Merpati, dan Walet. Perbedaan tingkat toleransi verietas- varietas tersebut tidak berhubungan dengan kandungan K dan Na dalam akar maupun tajuk pada umur 37 HST. Nilai kritis DHL tanah untuk kacang hijau adalah 1,79-2,65 dS/m. Kemudian penelitian yang di lakukan oleh Taufiq yang berjudul “Respon Varietas Unggul Kacang Tanah terhadap Cekaman Salinitas” Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok faktorial yang diulang empat kali. Faktor I adalah enam tingkat salinitas tanah yang diperoleh dari pengenceran air laut. Faktor II adalah sepuluh varietas kacang tanah, terdiri atas tujuh varietas tipe Spanish dan tiga varietas tipe Valencia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan salinitas menghambat pertumbuhan pada fase vegetatif maupun generatif. Umur kritis pertumbuhan terhadap pengaruh salinitas adalah 45-65 HST. Semua peubah pertumbuhan dan komponen hasil tanaman menurun akibat peningkatan salinitas. Batas DHL tanah tertinggi untuk menghasilkan polong dan biji adalah 1,60-1,84 dS/m. Peningkatan salinitas tanah menghambat pertumbuhan tanaman kacang tanah pada stadia vegetatif maupun generatif. Umur kritis pertumbuhan tanaman terhadap pengaruh salinitas adalah 45-65 HST. Peningkatan salinitas menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan indeks kandungan klorofil daun, pertumbuhan tajuk dan akar, hasil, serta komponen hasil tanaman. Dari hasil kedua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa nilai kritis DHL tanah untuk kacang hijau adalah 1,79-2,65 dS/m sedangkan pada kacang tanah batas DHL tanah tertinggi untuk menghasilkan polong dan biji yaitu 1,60-1,84 dS/m. Peningkatan salinitas tanah pada kedua tanaman tersebut dapat menghambat pertumbuhan tanaman kacang tanah pada stadia vegetatif maupun generatif. Cekaman salinitas juga dapat menghambat penyerapan air oleh akar tanaman karena potensial osmotik larutan tanah meningkat, sehingga tanaman mengalami kekeringan fisiologis, tekanan turgor turun yang menyebabkan stomata tertutup sehingga pasokan CO2 untuk fotosintesis berkurang, dan mengakibatkan penurunan laju fotosintesis (Kabir et al. 2004). Peningkatan salinitas dapat menghambat pertumbuhan tanaman, menurunkan indeks kandungan klorofil daun, menurunkan komponen hasil dan hasil biji kacang hijau maupun kacang tanah. Indeks kandungan klorofil, komponen hasil, dan hasil biji lebih sensitif terhadap pengaruh salinitas dibanding tinggi tanaman.