Anda di halaman 1dari 4

Nama : Gressya Latersia Br Purba

NIM : 142170011

Teori-teori Etika

ETIKA ABSOLUT VERSUS ETIKA RELATIF


Sampai saat ini masih terjadi perdebatan dan perbedaan pandangan di antara para etikawan
tentang apakah etika bersifat absolut atau relatif.
Penganut paham etika absolut meyakini bahwa ada prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak, berlaku universal kapan pun dan di mana pun.
Penganut etika relatif mengatakan bahwa tidak ada prinsip atau nilai moral yang berlaku
umum. Prinsip atau nilai moral yang ada dalam masyarakat berbeda-beda untuk masyarakat
yang berbeda dan untuk situasi yang berbeda pula.

PERKEMBANGAN PERILAKU MORAL


Perilaku moral adalah perilaku yang mengikuti kode moral kelompok masyarakat tertentu
(adat kebiasaan atau tradisi). Perilaku tidak bermoral berarti perilaku yang gagal mematuhi
harapan kelompok sosial tersebut. Perilaku di luar kesadaran moral adalah perilaku yang
menyimpang dari harapan kelompok sosial yang lebih disebabkan oleh ketidakmampuan yang
bersangkutan dalam memahami harapan kelompok sosial. Kebanyakan perilaku anak balita
dapat digolongkan ke dalam perilaku di luar kesadaran moral (unmoral behavior).
Perkembangan moral (moral development) bergantung pada perkembangan intelektual
seseorang.

BEBERAPA TEORI ETIKA


1. Egoisme
Rachel (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme
yaitu: egoisme psikologis dan egoisme etis. Egoisme psikologis adalah suatu teori yang
menjelaskan bahwa semua tindakan manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri
(selfish). Altruisme adalah suatu tindakan yang peduli pada orang lain atau
mengutamakan kepentingan orang lain dengan mengorbankan kepentingan dirinya.
Egoisme etis adalah tindakan yang dilandasi oleh kepentingan diri sendiri (self-
interest). mementingkan diri tidak selalu merugikan kepentingan orang lain.
2. Utilitarianisme
Utilitarianisme berasal dari kata Latin utilis, kemudian menjadi kata Inggris
utility yang berarti bermanfaat. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham
egoisme etis terletak pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari
sudut pandang kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari
sudut kepentingan orang banyak (kepentingan bersama, kepentingan masyarakat).
3. Deontologi
Istilah deontologi berasal dari kata Yunani deon yang berarti kewajiban.
Deontologi adalah pandangan etika normatif yang menilai moralitas suatu tindakan
berdasarkan kepatuhan pada peraturan.. Teori yang menilai suatu tindakan berdasarkan
hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
4. Teori Hak
Menurut teori hak, suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan
atau tindakan tersebut sesuai dengan hak asasi manusia (HAM). Namun sebagaimana
dikatakan oleh Bertens (2000), teori hak merupakan suatu aspek dari teori deontologi
(teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Hak asasi
manusia didasarkan atas beberapa sumber otoritas, yaitu: hak hukum (legal right), hak
moral atau kemanusiaan (moral, human right), dan hak kontraktual (contractual right).
Hak legal adalah hak yang didasarkan atas sistem atau yuridiksi hukum suatu negara,
di mana sumber hukum tertinggi suatu negara adalah Undang-Undang Dasar negara
yang bersangkutan. Hak moral dihubungkan dengan pribadi manusia secara individu,
atau dalam beberapa kasus dihubungkan dengan kelompok—bukan dengan
masyarakat dalam arti luas. Hak kontraktual mengikat individu-individu yang
membuat kesepakatan/kontrak bersama dalam wujud hak dan kewajiban masing-
masing pihak.
5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)
Teori keutamaan tidak menyatakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana
yang tidak etis. Bila ini ditanyakan pada penganut paham egoisme, maka jawabannya
adalah: suatu tindakan disebut etis bila mampu memenuhi kepentingan individu (self-
interest) dan suatu tindakan disebut tidak etis bila tidak mampu memenuhi kepentingan
individu yang bersangkutan. Teori ini tidak lagi memepertanyakan suatu tidakan, tetapi
berangkat dari pertanyaan mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh
seseorang agar bisa disebut sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang
mencerminkan manusia hina. Sebenarnya, teori keutamaan bukan merupakan teori
yang berdiri sendiri dan terpisah dari teori etika tindakan (deontologi, teleologi) karena
sifat keutamaan bersumber dari tindakan yang berulang-ulang.
6. Teori Etika Teonom
Sebenarnya setiap agama mempunyai filsafat etika yang hampir sama. Salah
satunya adalah teori etika teonom yang dilandasi oleh filsafat Kristen. Teori ini
mengatakan bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian
hubungannya dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik
jika sepadan dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila
tidak mengikuti aturan-aturan/perintah Allah sebagaimana telah dituangkan dalam
kitab suci.

ETIKA ABAD KE-20

Arti Kata “Baik” Menurut George Edward Moore


Kata baik adalah kunci dari moralitas, namun Moore merasa heran tidak satu pun etikawan
yang berbicara kata baik tersebut, seakan-akan hal itu sudah jelas dengan sendirinya. Ada yang
menafsirkan kata baik sebagai nikmat (kaum hedonis), memenuhi keinginan individu (etika
egoisme, etika psikologis), memenuhi kepentingan orang banyak (etika utilitarianisme),
memenuhi kehendak Allah (etika teonom), dan bahkan ada yang mengatakan kata baik tidak
mempunyai arti. Suatu kata tidak dapat didefinisikan jika kata tersebut tidak lagi terdiri atas
bagian-bagian sehingga tidak dapat dianalisis. Berdasarkan penjelasan ini, menurut Moore kata
baik tidak dapat didefinisikan. Baik adalah baik, titik. Setiap usaha untuk mendefinisikannya
akan selalu menimbulkan kerancuan.

Tatanan Nilai Max Scheller


Scheller sebenarnya membantah anggapan teori imperative category Immanuel Kant yang
mengatakan bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban karena
kewajiban itu sendiri. Manusia wajib memenuhi sesuatu untuk mencapai sesuatu yang baik,
dan yang baik itu adalah nilai. Jadi, inti dari tindakan moral adalah tujuan merealisasi nilai-
nilai dan bukan asal memenuhi kewajiban saja. Nilai-nilai bersifat material dan apriori.
Material di sini bukan dalam arti ada kaitan dengan materi, tetapi sebagai lawan dari kata
formal. Menurut Schaller, ada empat gugus nilai yang masing-masing mandiri dan berbeda
antara satu dengan yang lain, yaitu: (1) nilai-nilai sekitar enak atau tidak enak, (2) nilai-nilai
vital, (3) nilai-nilai rohani murni, dan (4) nilai-nilai sekitar roh kudus.

Etika Situasi Joseph Fletcher


Joseph Fletcher termasuk tokoh yang menentang adanya prinsip-prinsip etika yang bersifat
mutlak. Ia berpendapat bahwa setiap kewajiban moral selalu bergantung pada situasi konkret.
Sesuatu ketika berada dalam situasi tertentu bisa jadi baik dan tepat, tetapi ketika berada dalam
situasi yang lain bisa jadi jelek dan salah.

Pandangan Penuh Kasih Iris Murdoch


Iris Murdoch mengamati bahwa teori-teori etika pasca-Kant yang memusatkan
perhatiannya kepada kehendak bebas tidak mengenai sasaran. Menurut Murdoch, yang khas
dari teori-teori etika paasca-Kant adalah bahwa nilai-nilai moral dibuang dari dunia nyata.
Teori Murdoch menyatakan bahwa bukan kemampuan otonom yang menciptakan nilai,
melainkan kemampuan untuk melihat dengan penuh kasih dan adil. Hanya pandangan yang
adil dan penuh kasih yang menghasilkan pengertian yang betul-betul benar.

Pengelolaan Kelakuan Byrrhus Frederic Skinner


Skinner mengatakan bahwa pendekatan filsafat tradisional dan ilmu manusia tidak
memadai sehingga yang diperlukan bukanlah ilmu etika, tetapi sebuah teknologi kelakuan. Ia
mengacu pada ilmu kelakuan sederhana yang dikembangkan oleh Pavlov. Ide dasar Skinner
adalah menemukan teknologi/cara untuk mengubah perilaku. Apabila kita dapat merekayasa
kondisi-kondisi kehidupan seseorang, maka kita dapat merekayasa kelakuannya.

Prinsip Tanggung Jawab Hans Jonas


Etika tradisional hanya memperhatikan akibat tindakan manusia dalam lingkungan dekat
dan sesat. Etika macam ini tidak dapat lagi menghadapi ancaman global kehidupan manusia
dan semua kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu, Jonas menekankan pentingnya dirancang
etika baru yang berfokus pada tanggung jawab. Intinya adalah kewajiban manusia untuk
bertanggung jawab atas ketuhanan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa depan.

Kegagalan Etika Pencerahan Alasdair Maclntyre


Maclntyre mengatakan bahwa etika pencerahan telah gagal karena pencerahan atas nama
rasionalitas justru telah membuang apa yang menjadi dasar rasionalitas setiap ajaran moral,
yaitu pandangan teleologis tentang manusia. Yang dimaksud oleh Maclntyre adalah pandangan
dari Aristoteles sampai dengan pandangan Thomas Aquinas bahwa manusia sebenarnya
mempunyai tujuan hakiki (telos) dan bahwa manusia hidup untuk mencapai tujuan itu.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab 13
    Bab 13
    Dokumen1 halaman
    Bab 13
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Bab 19 & 29 142170011
    Bab 19 & 29 142170011
    Dokumen2 halaman
    Bab 19 & 29 142170011
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Tugas Aklk 1
    Tugas Aklk 1
    Dokumen14 halaman
    Tugas Aklk 1
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Bab 22,23,24
    Bab 22,23,24
    Dokumen2 halaman
    Bab 22,23,24
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Gressya Bab 28
    Gressya Bab 28
    Dokumen2 halaman
    Gressya Bab 28
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Bab 15 Dan 25
    Bab 15 Dan 25
    Dokumen3 halaman
    Bab 15 Dan 25
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Industri Migas
    Industri Migas
    Dokumen7 halaman
    Industri Migas
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • AuditSelesai
    AuditSelesai
    Dokumen25 halaman
    AuditSelesai
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Etika Bisnis
    Etika Bisnis
    Dokumen13 halaman
    Etika Bisnis
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Kelompok 4: Gressya Latersia BR Purba 142170009 Nike Claudia BR Karo 142170010
    Kelompok 4: Gressya Latersia BR Purba 142170009 Nike Claudia BR Karo 142170010
    Dokumen38 halaman
    Kelompok 4: Gressya Latersia BR Purba 142170009 Nike Claudia BR Karo 142170010
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Etika Bisnis
    Etika Bisnis
    Dokumen13 halaman
    Etika Bisnis
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Tugas Audit
    Tugas Audit
    Dokumen5 halaman
    Tugas Audit
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Critical Review
    Critical Review
    Dokumen1 halaman
    Critical Review
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Kertas Kerja No 3
    Kertas Kerja No 3
    Dokumen5 halaman
    Kertas Kerja No 3
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Hadoop 1
    Hadoop 1
    Dokumen5 halaman
    Hadoop 1
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • ETBIS
    ETBIS
    Dokumen12 halaman
    ETBIS
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Bab 13 Rencana Bisnis
    Bab 13 Rencana Bisnis
    Dokumen21 halaman
    Bab 13 Rencana Bisnis
    Tsabiet M
    Belum ada peringkat
  • Mengenal Ekonomi Migas
    Mengenal Ekonomi Migas
    Dokumen2 halaman
    Mengenal Ekonomi Migas
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Pengenalan Industri Mmigas
    Pengenalan Industri Mmigas
    Dokumen6 halaman
    Pengenalan Industri Mmigas
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Akuntansi Manajerial
    Akuntansi Manajerial
    Dokumen5 halaman
    Akuntansi Manajerial
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Critical Review
    Critical Review
    Dokumen1 halaman
    Critical Review
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • One To Many
    One To Many
    Dokumen9 halaman
    One To Many
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat
  • Flowchart Restoran
    Flowchart Restoran
    Dokumen5 halaman
    Flowchart Restoran
    Gressya Latersia Purba
    Belum ada peringkat