0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
23 tayangan2 halaman
Dokumen ini membahas standar prosedur pelayanan kedokteran tentang manajemen nyeri di rumah sakit. Prosedur ini bertujuan agar pasien merasa nyaman dan mendapatkan pengobatan nyeri yang tepat. Prosedur ini meliputi pengkajian nyeri pasien, evaluasi efektivitas penanganan nyeri, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mengelola dan mengurangi nyeri.
Dokumen ini membahas standar prosedur pelayanan kedokteran tentang manajemen nyeri di rumah sakit. Prosedur ini bertujuan agar pasien merasa nyaman dan mendapatkan pengobatan nyeri yang tepat. Prosedur ini meliputi pengkajian nyeri pasien, evaluasi efektivitas penanganan nyeri, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mengelola dan mengurangi nyeri.
Dokumen ini membahas standar prosedur pelayanan kedokteran tentang manajemen nyeri di rumah sakit. Prosedur ini bertujuan agar pasien merasa nyaman dan mendapatkan pengobatan nyeri yang tepat. Prosedur ini meliputi pengkajian nyeri pasien, evaluasi efektivitas penanganan nyeri, serta memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara mengelola dan mengurangi nyeri.
MTMH/SPO/HPK/015/I/2015 00 1/2 Ditetapkan Standar Prosedur Direktur Utama Operasional Tanggal Terbit 5 Januari 2015
dr. Mutiara, MKT
I. Pengertian Menyiapkan pasien dan keluarga tentang strategi mengurangi nyeri atau menurunkan nyeri ke level kenyamanan yang diterima oleh pasien. Memfasilitasi pasien untuk tindakan pengurangan nyeri
II. Tujuan Agar pasien dapat segera mendapatkan pengobatan atau manajemen nyeri yang tepat, tidak merasakan nyeri yang menggangu dan merasa nyaman selama berada di Rumah Sakit.
III.Kebijakan Sesuai SK Direktur No.008/SK/MTMH/XI/2011 tentang Kebijakan Hak
Pasien dan Keluarga.
IV. Prosedur 1. Lakukan pengkajian yang komprehensif tentang nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor presipitasi. 2. Amati perlakuan non verbal yang menunjukkan ketidak nyamanan, khususnya ketidakmampuan komunikasi efektif. 3. Gunakan pengukuran kontrol nyeri sebelum nyeri meningkat 4. Lakukan verifikasi tingkat ketidaknyamanan dengan pasien, catat perubahan pada rekam medik. 5. Evaluasi keefektifan pengukuran kontrol nyeri yang dilakukan dengan pengkajian terus-menerus terhadap pengalaman nyeri 6. Modifikasi pengukuran kontrol nyeri pada respon pasien 7. Dorong istirahat yang adekuat/tidur untuk memfasilitasi penurunan nyeri 8. Anjurkan pasien untuk mendiskusikan pengalaman nyeri, sesuai keperluan 9. Identifikasi dampak pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup. 10. Evaluasi pasca mengalami nyeri termasuk riwayat individu/keluarga mengalami nyeri kronik atau yang menimbulkan ketidakmampuan. 11. Evaluasi bersama klien tentang efektifitas pengukuran kontrol paska nyeri yang dapat digunakan. 12. Bantu pasien dan keluarga untuk memperoleh dukungan. 13. Bersama keluarga mengidentifikasi kebutuhan untuk mengkaji kenyamanan pasien dan merencanakan monitoring tindakan. 14. Beri informasi yang akurat untuk mendukung pengetahuan keluarga dan respon untuk pengalaman nyeri. PELAYANAN KEDOKTERAN TENTANG MANAJEMEN NYERI
Standar Prosedur No. Dokumen No. Revisi Halaman
Operasional MTMH/SPO/HPK/015/I/2015 00 2/2
15. Melibatkan keluarga dalam modalitas penurun nyeri, jika mungkin.
16. Beri informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama berakhir, antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur. 17. Ajarkan kepada pasien untuk mengontrol faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien mengalami ketidaknyamanan (misal: temperature ruangan, cahaya, kebisingan). 18. Mengajarkan pada pasien bagaimana mengurangi atau menghilangkan faktor yang menjadi presipitasi atau meningkatkan pengalaman nyeri (misal: ketakutan, kelemahan, monoton, dan rendahnya pengetahuan) 19. Pilih dan implementasikan berbagai pengukuran (misal: farmakologi, nonfarmakologi, dan interpersonal) untuk memfasilitasi penurun nyeri. 20. Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat. 21. Jelaskan tentang penggunaan analgetik untuk penurun nyeri yang optimal. 22. Gunakan strategi komunikasi terapeutik yang dapat diterima tentang pengalaman nyeri dan merasa menerima respon pasien terhadap nyeri. 23. Mengajarkan kepada pasien untuk mempertimbangkan jenis dan sumber nyeri ketika memilih strategi penurun nyeri. 24. Anjurkan pasien memantau nyerinya sendiri dan intervensi segera 25. Ajarkan teknik penggunaan nonfarmakologi (misal: biofeedback, TENS, hypnosis, relaksasi, guided imagery, terapi musik, distraksi, terapi bermain, terapi aktivitas, acupressure, terapi dingin/panas, dan pijatan 26. Pantau kepuasan pasien dengan manajemen nyeri pada rentang spesifik