Disusun Oleh:
Kelompok 3
Ghina Firyal Rahmani 214118088
Ani Sulastri 214118081
Ike Nurjanah 214118018
Vima Yunita 214118002
Siti Ayu Rahayu 214118055
Ahmad Faisal Maruf 214118053
Rio Afrizal 214118072
Ageng May W 214118077
Waktu : 30 Menit
sekolah.
Peserta mampu mengetahui dampak yang terjadi pada anak usia sekolah yang
Metode
Pengorganisasian
Moderator :
Penyaji :
Fasilitator :
Notulen :
Kegiatan Penyuluhan
G.
Job desribtion
1. Moderator: memimpin jalannya suatu acara
2. Penyaji: menyampaikan materi
3. Fasilitator: memotivasi, membimbing dan menemani anak sekolah
4. Notulen: mencatat dan menyimpulkan semua yang ada dalam acara
Evaluasi
Struktur
Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana yang digunakan
Proses
berlangsung
Hasil
Kyle , T., & Carman, S. (2015). Buku ajar keperawatan pediatri. Jakarta: EGC.
Musbikin Imam. (2012). Pintar mengatasi masalah tumbuh kembang anak.Jogjakarta: Flash
Books.
Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. (2016). Tumbuh kembang anak ed. 2. Jakarta: EGC.
Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik wong, Ed. 6, Vol.1. Jakarta: EGC.
http://psikodemia.com/tahapan-perkembangan-psikososial-eric-erikson/
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
Anak usia sekolah adalah pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak
dianggap mulai bertanggung jawab atas perilaku dirinya sendiri, dalam hubungan
dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan
pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). Anak
usia sekolah menjalani kehidupan yang penuh tuntutan dan tantangan. Perubahan usia
6 sampai 18 tahun sangat luas dan mencakup seluruh area pertumbuhan dan
akan diterima sebagai anggota masyarakat yang produktif (Potter & Perry, 2009).
Perkembangan pada anak usia sekolah ditandai dengan pertumbuhan fisik, maturasi
Maturasi organ dapat berbeda sesuai dengan usia atau jenis kelamin. Maturasi organ
tetap cukup konsisten sampai akhir usia sekolah. Masa usia sekolah disebut juga
Anak usia sekolah, mengalami waktu pertumbuhan fisik progresif yang lambat,
yang cepat. Fokus dunia mereka berkembang dari keluarga ke guru, teman sebaya, dan
pengaruh luar lainnya. Pada tahapan ini anak akan menjadi semakin mandiri. Usia
sekolah adalah waktu berlanjutnya maturasi atau kematangan karaketristik fisik, sosial,
dan psikologis anak (Kyle & Carman, 2015). Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2016) pada
anak usia sekolah, anak mulai berpikir logis, egosentris berkurang, memori dan
formal, pertumbuhan fisik lambat, kekuatan dan keterampilan atletik meningkat, teman
sebaya sangat penting bagi dirinya, teman sebaya dapat mempengaruhi konsep dirinya,
Fisik
Diawal masa usia sekolah, anak perempuan dan laki-laki memiliki tinggi dan berat
badan yang sama dan tampak lebih kurus dan lebih anggun daripada beberapa
tahun sebelumnya. Pada akhir masa usia sekolah, sebagian besar anak perempuan
mulai melampaui tinggi badan dan berat badan anak laki-laki. Perbedaan antara
anak perempuan dan laki-laki lebih jelas terlihat di akhir masa sekolah menengah
dan dapat menjadi ekstrem. Perbedaan dalam hubungan antara tinggi dan berat
badan ini, dalam pola pertumbuhan harus dijelaskan kepada orang tua dan anak.
Maturasi organ dapat berbeda sesuai dengan usia atau jenis kelamin.
Psikososial
Selama waktu ini anak mengembangkan rasa harga diri mereka dengan terlibat dalam
mengembangkan keterampiilan kognitif dan sosialnya. Anak menjadi lebih tertarik untuk
mempelajari hal-hal yang baru. Orang tua, guru, pelatih, dan perawat anak usia sekolah
harga diri.
Kognitif
mengoordinasi informasi tentang dunianya dari dimensi yang berbeda. Anak mampu
melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir melalui suatu tindakan,
mengklasifikasikan atau membagi beberapa hal ke dalam set yang berbeda dan
Selama masa usia sekolah, rasa moralitas anak terbentuk ssecara konstan. Ia ingin
menjadi orang baik bagi orang tua, teman, dan guru dan bagi dirinya sendiri. Pada
tahap ini, anak dapat menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk
tindakan. Perilaku anak usia sekolah yang lebih tua dibimbing oleh keinginannya
untuk bekerja sama dan oleh rasa penghargaannya terhadap orang lain. Selama
Keterampilan Motorik
Keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami kematangan selama masa
meningkat.
Sensorik
Semua indera matang di awal masa usia sekolah. Anak usia sekolah biasanya
memiliki ketajaman visual. Selain itu kontrol muskular okular pandangan perifer, dan
diskriminasi warna terbentuk secara utuh pada anak berusia 7 tahun. Progran
pendengaran yang berat biasanya didiagnosis pada masa bayi, tetapi yang tidak
berat seringkali tidak didiagnosis sampai anak memasuki sekolah dan mengalami
kesulitan belajar atau bicara. Anak harus diperiksa terhadap defisit pendengaran
penciuman sudah matang pada anak usia sekolah ini dengan menggunakan
wewangian yang telah dikenal baik oleh anak, seperti wangi cokelat, buah-buahan,
atau wangi lainnya yang telah dikenal baik oleh anak. Selain itu anak usia sekolah
membedakan dingin dari panas, lembut dari kelas, dan tumpul dari tajam.
Keterampilan bahasa terus meningkat selama masa usia sekolah dan kosakata
meningkat. Anak usia sekolah mulai menggunakan lebih banyak tata bahasa yang
kompleks seperti kata jamak dan kata benda. Kelompok ini cenderung meniru orang
tua, anggota keluarga, atau orang lain. Karena ini model peran sangat penting.
Pola sifat tempramental yang diidentifikasi di masa bayi dapat terus mempengaruhi
perilaku anak usia sekolah, menganalisis situasi masa lalu dapat memberikan
petunjuk tentang cara seseorang anak dapat bereaksi terhadap situasi yang baru
atau berbeda. Anak dapat berekasi berbeda dari waktu ke waktu karena
pengalaman dan kemampuan mereka. Harga diri adalah pandangan anak tentang
nilai individual mereka. Jika anak usia sekolah menganggap diri mereka berharga,
mereka akan memiliki konsep diri yang positif dan harga diri tinggi. Kesuksesan ini
tidak teratur dengan beragam ukuran, bentuk, dan kemampuan yang terlihat. Ini adalah
waktu ketika anak membandingkan diri mereka dengan teman sebaya dan harga diri
merupakan masalah utama. Jika anak usia sekolah di hospitalisasi, pertumbuhan dan
hosputalisasi dan apa yang akan terjadi. Ia sering kali khawatir tentang rasa nyeri atau
perubahan yang dapat terjadi pada tubuhnya. Anak usia sekolah mungkin tidak masuk
sekolah dan tidak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak usia sekolah
terbiasa mengontrol perawatan dirinya sendiri dan menetapkan pilihan tentang makanan
dan aktivitasnya.
Tahap perkembangan psikososial anak usia sekolah menurut Erik Ericson adalah
individu diharapkan mulai menempuh pendidikan formal. Orang tua harus selalu
Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia
tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan
orangtua. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses
karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap
Bermain kasti, basket, dan bola kaki (olahraga). Kegiatan ini baik untuk melatih otot
kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi, dan
Lompat jauh, hamper sama dengan bola kaki manfaatnya, akan tetapi anak mendapat
Lari marathon
Kegiatan outbound, anak dapat melatih keberanian, survival, dan kedekatan dengan
alam serta sadar pentingnya menjaga keharmonisan antar manusia dan makhluk
hidup lainnya
Membuat seni kerajinan tangan, misalnya menyulam, membuat boneka dari kain perca
Stimulasi kognitif
dipelajari disekolah. Akan tetapi kemampuan kognitif dapat lebih optimal apabila otak
kanan mendapat stimulasi. Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih
responsive, kreatif dan flexible. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak usia sekolah
diantaranya :
Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua baiknya
memperhatikan kondisi anak. Contohnya : ketika anak sudah atau mulai bosan,
seharusnya secara otomatis materi yang disampaikan pada anak dibumbui atau
diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang
dan gembira.
Stimulasi otak kanan untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat juga dilakukan
dengan kegiatan music and movement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan
Stimulasi afeksi
kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau
Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik atau tidak, serta konsekuensinya.
Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukannya dengan baik atau lebih
Berikan konsekuensi negative terhadap tingkah laku anak yang kurang baik, sesuai
Stimulasi spiritual
Sifat spiritual berkaitan dengan kesadaran adanya sang pencipta. Di sinilah anak
belajar tentang kewajiban tertentu sesuai ajaran agamnya masing-masing. Selain itu,
kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari
alam semesta ini. Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis
Mengaitkan materi pelajaran atau hal-hal yang ada disekitarnya dengan kebesaran
Memutarkan video tentang berbagai hal yang menajubkan di alam dengan kebesaran
Sang Pencipta
Berdiskusi tentang berbagai hal yang dapat anak lakukan sebagai manusia yang
sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan, ketika menemukan jalan
keluar dari kesulitan, kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan
pemurah
Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas kesehatan, kemanan,
Membuat lingkungan yang menerima dan memberi toleransi pada anak dalam
berkegiatan. Temani anak saat bereksplorasi. Biarkan dia bebas memilih apa yang
akan dikerjakan, selama tetap dalam koridor keamanan, kesehatan, dan kebaikan
dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu
dan tampak canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki
vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera
ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan
akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis.
Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik. Salah satu perkembangan
motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang
semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta
kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam
bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut
“ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah
tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada
kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang
hal yang menyenangkan bagi sebagian besar anak. Namun yang perlu diwaspadai
adalah jika anak belum dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan
baik menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak dalam
Belum bisa mewarnai dengan rapi. Salah satu cara untuk melatih motorik
halus anak ialah dengan member gambar menarik untuk diwarnai. Biasanya anak
temannya yang lebih bagus. Hal yang perlu diperhatikan yaitu jika anak enggan untuk
Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa contoh gangguan perkembangan fisik
motorik yang nampak pada anak usia dini baik motorik kasar maupun halus:
Berat badan yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang
Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak
Jenis gangguan kognitif pada anak adalah kondisi yang mempengaruhi keterampilan
berfikir anak tersebut. Anak dengan masalah contohnya gangguan itu akan memiliki
keterampilan anak untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal. Sebab itu,
wajib diketahui macam-macam gangguan kognitif pada anak agar diketahui kondisi
tumbuh kembangnya sejak dini dan mencegah agar tak mengganggu kehidupannya
Speech Delay (Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Keterlambatan Berbicara) Speech
delay adalah jenis gangguan kognitif pada anak yang mengganggu keterampilan
anak untuk berbicara. Selain itu, jenis gangguan kognitif pada anak ini juga
menghambat segal hal yang berkaitan dengan produksi bahasa dan kata kata pada
anak semisal dengan membaca, menulis. Hal ini dipengaruhi sebab dengan semakin
beragamnya konsumsi gadget pada anak menjadikan interaksi sosial anak anak
menjadi berkurang dan membentuk pribadi anak anak menjadi cenderung introvert
dan individualis. Dimana diusia anak seharusnya anak anak bisa mengenal dunia
bermain dan dunia berinteraksi dengan teman temannya serta mengenal beragam hal
baru termasuk belajar bebicara dan segala hal yang berkaitan dengan produksi
bahasa dan kata kata. Hal ini justru tidak anak anak dapatkan, dengan hadirnya
peralatan tersebut dan konsumsi yang tidak terkontrol menjadikan dunia anak
sebagaimana mestinya. Untuk mengatasi hal ini tentunya, sebagai ayah dan ibu
sebisa mungkin harus mampu mengontrol dan memberikan pengawasan yang cukup
dan akan memudahkan anak anak dalam hal berkomunikasi. Namun demikian,
membatasi dan mengawasi penggunaannya adalah hal yang akan lebih bijak
perkembangan ini bervariasi dan berbeda beda di masing masing anak. Namun
perkembangan ini biasanya bertahap dari mulai perkembangan motirk kasar dan
kasar sudah dikuasai akan berlanjut pada perkembangan kognitif halus yang
akan berfungsi dengan semakin baik. Gerakan yang bersifat umum dan tidak
teratur akan berkembang menjadi grakan spesifik yang teratur dan bertujuan.
Hanya saja, jika perkembangan otidak pada anak tidak berkembang dengan
optimal sebab jenis gangguan kognitif pada anak tertentu maka hal ini akan juga
Jenis gangguan kognitif pada anak tentang kebiasaan mungkin menjadi suatu usaha
anak yang dilakukan dalam rangka untuk mengalahkan atau meredam stres yang
seringkali dijumpai pada anak diantaraya adalah menggikit kuku, memukul dirinya
usaha menyakit dirinya sendiri. Semua anak yang mengalami jenis gangguan
kognitif pada anak kebiasaan umumnya akan menunjukan perilaku yang aneh,
namun hal ini tergantung pada frekuensi dari kebiasaan tersebut. Contohnya, anak
yang menghisap jempol mungkin bagian dari pertumbuhannya, namun jika kebiasaan
ini terbawa hingga anak berusia 8 tahun keatas, hal ini patut diwaspadai.
Jenis gangguan kognitif pada anak dalam psikologis pada anak bisa meliputi
jenis gangguan kognitif pada anak dalam psikologis ini dapat dilatarbelakangi oleh
sebab sebab contohnya pola pengasuhan yang diberikan ayah dan ibu, masalah
anak tidak mampu menahan beban tersebut dan tidak mampu menyalurkannya
dengan baik.
Masalah jam tidur yang terlalu panjang dan terlalu singkat pada anak mungkin
mengindikasikan jenis gangguan kognitif pada anak tidur padanya. Jenis gangguan
kognitif pada anak sewaktu tidur tidak dapat dianggap sebagai hal yang sepele sebab
hal ini akan berdampak pada tahap perumbuhan yang mungkin memiliki efek
merugikan pada keterampilan kognitif anak. Untuk itu, peran ayah dan ibu disini
sangat dibutuhkan dimana anda harus senantiasa mampu mengendalikan jam tidur
anak pada waktu yang seharusnya. Hindari pula menjadikan anak terjaga sampai
larut malam yang akan menjadikan jam biologisnya aneh. Keberagaman ayah dan ibu
seringkali memberikan toleransi tidur larut malam saat waktu liburan sekolah tiba.
Namun setelah jam sekolah anak mulai berlaku, sebaiknya sesuaikan kembali waktu
Rasa panik adalah hal yang wajar terjadi pada anak anak, namun selama hal
tersebut masih diambang batasnya. Saat anak seringkali terlihat cemas dan
bahkan kecemasan ini sampai merugikan anak anak contohnya menjadikan anak
anak tidak bisa tidur, ketidakutan terhadap individu lain. Maka hal ini haruslah
diwapadai dan segera minta bantuan psikolog atau tenaga ahli untuk membantu
pada anak kecemasan yang menyerang anak anak mungkin dipengaruhi sebab
sebab trauma mendalam, memiliki jenis gangguan kognitif pada anak obsesif