Anda di halaman 1dari 11

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI AKTIVITAS BERMAIN PADA ANAK USIA


1-3 TAHUN DI RUANG MELATI II
RSUD Dr. MOEWARDI

DI SUSUN OLEH :
1. Belladina Tiya Saputri (SN171035)
2. Saifudin (SN171154)
3. Supriyanto (SN171186)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SETIKES KUSUMA HUSADASURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2017 / 2018
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TERAPI AKTIVITAS BERMAIN PADA ANAK USIA
1-3 TAHUN DI RUANG MELATI II
RSUD Dr. MOEWARDI

A. LATAR BELAKANG
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
.Menurut Piaget kemampuan kognitif adalah hasil dari
hubungan perkembangan otak dan system nervous dan pengalaman-
pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi dengan
lingkungannya (Kliegman dkk, 2012).
Kemampuan kognitif anak dapat ditunjukan dengan cara
melaksanakan kegiatan bermain menggunakan alat permainan yang
mengandung unsur atau nilai edukatif. Menurut Soetjiningsih (2012) APE
(Alat Permainan Edukatif), dapat mengoptimalkan perkembangan anak,
disesuaikan dengan usia dan tingkat perkembangannya. Permainan
puzzle, merupakan jenis permainan edukatif untuk melatih pola pikir anak
dalam menyusun potongan-potongan menjadi satu kesatuan yang
mempunyai bentuk yang utuh (Wahyuni & Maureen dalam Astuti,
2014).
Ruang Melati II RSUD Dr. Moewardi Surakarta merupakan ruang
anak dimana pasien yang dirawat adalah pasien anak yang menjalani rawat
inap dengan berbagai macam jenis penyakit anak. Ruangan ini akan di
gunakan sebagai tempat terapi bermain. Sasaran terapi bermain ini adalah
anak-anak yang di rawat di ruangan tersebut yang berumur 1-3 tahun.
Anak-anak padamasaini (1-3 tahun)anakdipersiapkanuntuksekolah,
dimanapancaindradansistemreseptorpenerimaanrangsanganserta proses
memoriharussudahdipersiapkansehingga nantinyaanak akan
mampubelajardenganbaik, proses
belajarpadamasainiadalahdengancarabermain. Permainan edukatif (tebak
benda)dan mewarnai gambarmenjadi salah satu media bagi perawat untuk
mampu mengenali tingkat perkembangan anak

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Anak diharapkan dapat melanjutkan tumbuh kembangnya,
mengembangkan aktifitas dan kreatifitas melalui pengalaman bermain
dan beradaptasi efektif terhadap stress karena penyakit dan dirawat.
2. Tujuan khusus
Setelah mengikuti permainan selama 30 menit anak akan
mampu:
a) Mengembangkan kreativitas dan daya pikirnya
b) Mengekspresikan perasaannya selam menjalani perawat.
c) Mengekspresikan rasa senangnya terhadap permainan
d) Beradaptasi dengan lingkungan
e) Mempererat hubungan antara perawat dan anak

C. JENIS PERMAINAN
Jenis permainan yang akan digunakan yaitu bermain tebak benda dan
mewarnai gambar.

D. MEDIA
1. Kotak box (berisi mainan buah dan binatang)
2. Buku bergambar dan pensil warna

E. MEKANISME PERMAINAN
1. Permainan yang akan digunakan yaitu bermain tebak benda anak
diminta untuk duduk melingkar, kemudian dari fasilitator akan
memanggil satu- persatu, anak diminta untuk mengambil benda
yang ada pada box (kotak) yang sudah tersedia.
2. Anak diminta untuk mewarnai gambar yang sudah ada di depannya
dengan pensil warna yang sudah disediakan.

F. PESERTA
Untuk kegiatan ini peserta yang dipilih adalah pasien di Ruang Melati 2
yang memenuhi kriteria :
1. Usia 1-3 tahun.
2. Tidak mempunyai keterbatasan fisik.
3. Pasien kooperatif.
4. Peserta terdiri dari : anak usia 1-3 tahun sebanyak minimal 4 orang.
5. Kondisinyasudahmembaik.
G. SETTING TEMPAT

Keterangan :
: Co Leader : Pasien : Depan

: Leader : Fasilitator

H. WAKTU PELAKSANAAN
1. Hari/tanggal : Kamis, 23 November 2017
2. Waktu : 11.00 WIB
3. Tempat : Ruang terapi bermain Bangsal MelatiII

I. PENGORGANISASIAN
Jumlah leader 1 orang, co leader 1 orang, fasilitator 1 orang dengan
susunan sebagai berikut :
Leader : Supriyanto
Co Leader : Saifuddin
Fasilitator : Belladina T.S
J. RENCANA PELAKSANAAN
No. Kegiatan Waktu Subyek Terapi
1. Persiapan 5 menit Ruangan, alat, anak dan
- Menyiapkan ruangan keluarga
- Menyiapkan alat-alat
- Menyiapkan anak dan
keluarga
- Kontrak waktu dan
tujuan
2. Proses 20 - Menjawab salam dan
- Membuka terapi menit memperkenalkan diri,
bermain dengan memperhatikan
mengucapkan salam - Bermain bersama
dan mempekenalkan dengan antusias dan
diri mengungkapan
- Menjelaskan tujuan perasaannya
dan manfaat terapi
bermain pada anak
dan keluarga
- Menjelaskan cara
permainan
- Mengajak anak
bermainpuzzle dan
mewarnai gambar
- Mengevaluasi respon
anak dan keluarga.
3. Penutup 5 menit Memperhatikan dan
- Menyimpulkan dan menjawab salam
mengucapkan salam

K. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Sarana disiapkan pagi hari sebelum acara di mulai.
b. Media dipersiapkan 1 hari sebelum pelaksanaan kegiatan.
c. SAP dikonsultasikanpadapembimbingklinikdanakademik.
d. Struktur peran telah ditentukan 1 hari sebelum pelaksanaan.
e. Kontrak dengan keluarga pasien/anak yang akan diberi terapi
bermain dilakukan 1 hari sebelum dan pagi hari sebelum kegiatan
dilaksanakan.
2. Evaluasi Proses
a. Leader dibantu co leader memandu terapi bermain dari awal
hingga akhir kegiatan.
b. Respon anak baik selama proses bermain berlangsung.
c. Anak tampak aktif selama proses bermain berlangsung.
d. Anak mau dan dapat bermain tebak benda dan mendengarkan suara
binatang dengan baik dan didampingi oleh fasilitator .
e. Keluarga ikut membantu anak selama pelaksanaan proses bermain.
f. Kegiatan berjalan dengan lancar dan tujuan mahasiswa tercapai
dengan baik.
g. Masing-masing mahasiswa bekerja sesuai dengan tugasnya
masing-masing.
3. Evaluasi Hasil
a. Anak dapat mengembangkan motorik halus dengan menghasilkan
satu gambar yang warnai
b. Anak dapat mengikuti kegiatan dengan baik
c. Anak merasa senang
d. Anak tidak takut lagi dengan perawat
e. Orang tua dapat mendampingi kegiatan anak sampai selesai
f. Orang tua mengungkapkan manfaat yang dirasakan dengan
aktifitas bermain

L. DAFTAR HADIR
No. Nama Peserta Keterangan Hadir
1
2
3
4

M. DAFTAR PUSTAKA

Fadlillah. M, dkk. (2014). PendidikanAnakUsiaDini. Jakarta:


KencanaPrenadamediaGroup
Imam, Saeful. 2008. Jelaskan Prosedur Medis Agar Anak Tidak Lagi
Menangis, Diambil pada tanggal 22 Februari 2008,
Available:http://www.tabloid-nakita.com
Kliegman, Robert, M., dkk (2012). Ilmu Kesehatan Anak Nelson Ed.
15, Vol.1. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. (2012). Konsep Bermain Pada Anak dalam Tumbuh
Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta :
EGC
N. LAMPIRAN
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan
atau mempraktikkan keterampilan, memberikan ekspresi terhadap
pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan dan
berpilaku dewasa. (aziz alimul, 2009)
Berdasarkan pengertian tentang media Audio streaming, maka
dapat disimpulkan bahwa media Audio streaming merupakan permainan
edukatif yang dapat merangsang kemampuan mengenal nama hewan dan
suara hewan, yang dimainkan dengan melihat dan mendengarkan audio
streaming untuk mengetahui sejauh mana pemahaman anak terhadap
mengenal hewan dan suara hewan.

2. Tujuan Bermain
Tujuan bermain pada anak yaitu memberikan kesenangan maupun
mengembangkan imajinsi anak. Sebagai suatu aktifitas yang memberikan
stimulus dalam kemampuan keterampilan, kognitif, dan afektif sehingga
anak akan selau mengenal dunia, maupun mengembangkan kematangan
fisik, emosional, dan mental sehingga akan membuat anak tumbuh
menjadi anak yang kreatif, cerdas dan penuh inovatif.

3. Fungsi Bermain
Fungsi utama bermain adalah merangsang perkembangan sensoris-
motorik, perkembangan intelektual, perkembangan social, perkembangan
kreativitas, perkembangan kesadaran diri, perkembangan moral dan
bermain sebagai terapi.
1. Perkembangan Sensoris – Motorik
Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motorik
merupakan komponen terbesar yang digunakan anak dan bermain
aktif sangat penting untuk perkembangan fungsi otot. Misalnya, alat
permainan yang digunakan untuk bayi yang mengembangkan
kemampuan sensoris-motorik dan alat permainan untuk anak usia
toddler dan prasekolah yang banyak membantu perkembangan
aktivitas motorik baik kasar maupun halus.
2. Perkembangan Intelektual
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi
terhadap segala sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama
mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur dan membedakan objek.
Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk memecahkan
masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar
memecahkan masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan
untuk mencapai kemampuan ini, anak menggunakan daya pikir dan
imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering anak melakukan
eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
3. Perkembangan Social
Perkembangan social ditandai dengan kemampuan berinteraksi
dengan lingkungannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar
memberi dan menerima. Bermain dengan orang lain akan membantu
anak untuk mengembangkan hubungan social dan belajar
memecahkan masalah dari hubungan tersebut. Pada saat melakukan
aktivitas bermain, anak belajar berinteraksi dengan teman, memahami
bahasa lawan bicara, dan belajar tentang nilai social yang ada pada
kelompoknya. Hal ini terjadi terutama pada anak usia sekolah dan
remaja. Meskipun demikian, anak usia toddler dan prasekolah adalah
tahapan awal bagi anak untuk meluaskan aktivitas sosialnya
dilingkungan keluarga.
4. Perkembangan Kreativitas
Berkreasi adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu dan
mewujudkannya kedalam bentuk objek dan/atau kegiatan yang
dilakukannya. Melalui kegiatan bermain, anak akan belajar dan
mencoba untuk merealisasikan ide-idenya. Misalnya, dengan
membongkar dan memasang satu alat permainan akan merangsang
kreativitasnya untuk semakin berkembang.
5. Perkembangan Kesadaran Diri
Melalui bermain, anak mengembangkan kemampuannya dalam
mengatur mengatur tingkah laku. Anak juga akan belajar mengenal
kemampuannya dan membandingkannya dengan orang lain dan
menguji kemampuannya dengan mencoba peran-peran baru dan
mengetahui dampak tingkah lakunya terhadap orang lain. Misalnya,
jika anak mengambil mainan temannya sehingga temannya menangis,
anak akan belajar mengembangkan diri bahwa perilakunya menyakiti
teman. Dalam hal ini penting peran orang tua untuk menanamkan
nilai moral dan etika, terutama dalam kaitannya dengan kemampuan
untuk memahami dampak positif dan negatif dari perilakunya
terhadap orang lain
6. Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya,
terutama dari orang tua dan guru. Dengan melakukan aktivitas
bermain, anak akan mendapatkan kesempatan untuk menerapkan
nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada
dalam lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan
belajar nilai moral dan etika, belajar membedakan mana yang benar
dan mana yang salah, serta belajar bertanggung-jawab atas segala
tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut mainan teman
merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat
permainan sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk
bertanggung-jawab terhadap tindakan serta barang yang dimilikinya.
Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi anak usia toddler dan
prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan
nasihat. Oleh karena itu, penting peran orang tua untuk mengawasi
anak saat anak melakukan aktivitas bermain dan mengajarkan nilai
moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.

Anda mungkin juga menyukai