F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
5
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
2.1. Bioremediasi
Istilah bioremediasi digunakan untuk menggambarkan pemanfaatan
mikroorganisme perombak polutan untuk membersihkan lingkungan tercemar.
Kemampuan perombakan tersebut berkaitan dengan kehadiran plasmid mikrobial
yang mengandung gen-gen penyandi berbagai enzim perombak polutan (Sudrajat,
1996). Menurut Citroreksoko (1996), proses bioremediasi didasari oleh
dekomposisi bahan organik di biosfer yang dilakukan oleh bakteri dan jamur
heterotropik. Mikroorganisme ini memiliki kemampuan memanfaatkan senyawa
organik alami (misalnya hidrokarbon minyak bumi) sebagai sumber karbon dan
energi. Proses dekomposisi yang terjadi menghasilkan karbon dioksida, metan,
air, biomassa mikroba dan hasil sampingan yang lebih sederhana dibanding
dengan senyawa awalnya.
Bioremediasi dipilih sebagai teknologi remediasi unggulan karena
teknologi ini mempunyai beberapa keuntungan dan dapat menyelesaikan
permasalahan pencemaran lingkungan secara murah dan tuntas (Gunalan,1996).
Wisnjnuprapto (1996) menjelaskan bahwa dua keuntungan utama teknologi
bioremediasi adalah biaya investasi yang rendah dan kemampuannya untuk
melaksanakan tugas di lapangan. Namun dalam memilih teknologi bioremediasi
tetaplah harus dipertimbangkan faktor kerugiannya. Tabel 1 menampilkan
keuntungan dan kerugian aplikasi bioremediasi.
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
6
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
7
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
8
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
9
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
10
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
11
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
12
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
13
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Komponen minyak dari bahan ini sebagian besar merupakan hidrokarbon yaitu
normal alkana atau n-parafin, isoalkana atau isoparafin, sikloalkana atau
naftalena, olefin dan campuran aromat dan olefin.
Beberapa senyawa polutan hasil pembakaran minyak diesel adalah
hidrokarbon, oksida nitrogen, partikulat, benzene, dan karbon monoksida.
Hidrokarbon minyak diesel sebagian besar berupa n-alkana sederhana tidak
bercabang, dengan kandungan senyawa poliaromatik kurang dari empat persen.
N-alkana dengan jumlah atom karbon 6-12 bisa melarutkan fosfolipida yang
menyusun membran sel mikroorganisme, walaupun demikian beberapa
mikroorganisme tertentu diketahui dapat memetabolisme senyawa-senyawa toksik
tersebut (Johnson, 2000)
Proses penguraian hidrokarbon oleh mikroorganisme dimulai dengan
terjadinya perlekatan mikroorganisme pada globula minyak, yang dilanjutkan
dengan proses pelarutan hidrokarbon oleh surfaktan yang diproduksi oleh
mikroorganisme tersebut. Hidrokarbon yang telah teremulsi ini selanjutnya
diserap ke dalam sel dan diurai melalui proses katabolisme. Untuk n-alkana,
proses katabolisme ini diawali dengan proses hidroksilasi n-alkana yang
menghasilkan alkan-l-o1, yang selanjutnya dioksidasi oleh enzim dehydrogenase
dan menghasilkan asam lemak. Jika sistem oksidasi mikroorganisme pengurai
hidrokarbon dapat berjalan secara optimal, maka asam lemak yang terbentuk ini
akan diurai sempurna menjadi energi, H2O dan CO2 melalui proses -oksidasi
(Godfrey, 1986).
Faktor-faktor yang mendukung proses bioremediasi minyak adalah faktor
fisik-kimia dan faktor biologi. Faktor fisik-kimia adalah komposisi kimia minyak,
kondisi fisik minyak, konsentrasi minyak, suhu, oksigen, nutrisi, salinitas,
tekanan, air aktivitas, dan pH, sedangkan faktor biologi adalah kemampuan
mikroorganisme itu sendiri. Menurut Cookson (1995), bioremediasi
membutuhkan faktor-faktor seperti yang terlihat pada Gambar 3.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
14
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Mikroorganisme
Sumber Penerima
Energi Elektron
Kelembaban pH
Nutrisi Suhu
Tidak adanya Metabolit Organisme
racun yang Dihasilkan Kompetitif
BIOREMEDIASI
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
15
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
16
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
f. Kadar Air
Kadar air merupakan salah satu faktor penting dalam bioremediasi.
Kandungan air tanah dapat mempengaruhi keberadaan kontaminan, transfer
gas dan tingkat toksisitas dari kontaminan. Kelembaban sangat penting untuk
hidup, tumbuh dan aktivitas metabolik mikroorganisme. Tanpa air,
mikroorganisme tidak dapat hidup dalam limbah minyak.
Mikroorganisme akan hidup aktif di daerah antara minyak dengan air. Selama
bioremediasi, jika kandungan air terlalu tinggi akan berakibat sulitnya oksigen
untuk masuk ke dalam tanah (Fletcher, 1991).
Bersihnya proses penguraian hidrokarbon oleh mikroorganisme
menyebabkan proses bioremediasi daerah yang tercemar minyak bumi menjadi
sangat menarik sebagai pelengkap dari metoda fisik dan kimia. Penerapan
bioremediasi ini pertama kali dilakukan oleh Environmental Protection Agency
(EPA) Amerika untuk mengatasi pencemaran minyak bumi di daerah Alaska,
Amerika akibat karamnya kapal Exxon Valdez pada bulan Maret 1989. Pada saat
itu, proses remediasi tidak menggunakan mikroorganisme pengurai hidrokarbon,
tetapi menggunakan nutrien (sumber nitrogen dan fosfor) untuk merangsang
mikroorganisme pengurai hidrokarbon yang ada secara alami untuk melakukan
proses penguraian lebih cepat walaupun metoda ini menunjukkan hasil yang baik
dan mikroorganisme pengurai hidrokarbon secara alami mungkin ada di daerah
yang tercemar, namun proses remediasi sebaiknya tidak hanya bergantung pada
mikroorganisme yang tersedia secara alami. Penambahan mikroorganisme
pengurai hidrokarbon dan penambahan nutrien atau bahan kimia lain yang dapat
mengoptimalkan kondisi kimia lingkungan akan mempercepat proses remediasi
(Shaheen, 1992).
Senyawa hidrokarbon minyak bumi berdasarkan kerentanannya agar dapat
didegradasi secara biologis dapat diklasifikasikan seperti dalam Tabel 5.
H H
F-XC A N GE F-XC A N GE
PD PD
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
17
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
!
W
W
O
O
N
N
y
y
bu
bu
to
to
k
k
lic
lic
18
C
C
w
w
m
m
w w
w
w
o
o
.d o .c .d o .c
c u-tr a c k c u-tr a c k
Impeller drive
gearmotor
Airlifts
Rake blades
Airlift supply