Anda di halaman 1dari 1

Pembahasan

Gymnospermae merupakan tumbuhan memiliki biji terbuka atau biji telanjang atau tidak
tertutup oleh daging buah. Terbagi atas empat divisi, yaitu Conyferophyta, Cycadophyta,
Ginkgophyta, dan Gnetophyta. (Deden, 2008, p. 157).
Kelompok tumbuhan ini merupakan kelompok tumbuhan yang memiliki pembuluh sejati.
Istilah conifer mengacu pada runjung (strobilus) yang dimiliki oleh tumbuhan ini. Sebagian besar
memiliki bentuk hidup pohon besar dan selalu hijau (evergreen). (Purves, 2009, p. 444).
Pada pertumbuhan gymnospermae kadang-kadang berupa helaian serupa kulit, cukup besar
ataupun berbentuk jarum atau sisik-sisik kecil. Bunga berkelamin satu berumah satu atau dua,
telanjang. Bunga jantan mirip untai, benang sari banyak, tangkai sari dengan ujung perisai.
(Gembong, 2009, p. 114).
Pinophyta atau Gymnospermae meruapak suatu kelompok tumbuhan yang sudah ada sejak
jaman palazikum. Kelompok yang lebih kecil dari pinophyta berkembang pada akhir
mesozoikum seiring punahnya dinasaurus. Pada knezoikum hanya tinggal 4 kelas denga adanya
penambahan jumlah kelompok gnetopsida. Didaerah tropis hanya ditemukan 3 kelas yaitu
cydopsida, coniferopida dan gnetopsida (Marck, 2006: 456).
Keprimitifan dan kemajuan suatu takson dalam pinophyta ditentukan oleh kemajuan ciri
yang dimilikinya, secara morfologi dan anatomi ciri-ciri tersebut dapat diamati. Berdasarkan
studi kepustakaan secara tidak langsung, diketahui bahwa keterbukaan ovulum menunjukkan ciri
primitive sedangkan ciri pola kecambahan yang monopodial lebih primitive (Litvak, 2008: 1147).
Tumbuhan runjung atau pinophyta lebih dikenal dengan nama konifer (conifer),
merupakan sekelompok tumbuhan berbiji terbuka (Gymnospermae) dengan ciri yang paling jelas
yaitu memiliki runjung sebagai pembawa biji (Anonim, 2009: 17).

Daftar Pustaka
Anonym. 2009. Petunjuk Botani Phanerogamae, Bandung: UPI Press.
Marck, RN. 2006. The Fate Of Alien Conifers In Long Term Plantings Pinophyta. Journal of
Diversity, Vol. 1(12): 456-466.
Litvak, Mercy. 2008. Identifikasi Pinophyta. Journal of Anatomy. Vol. 1(9): 1147-1149.
Hasanuddin. 2014. Botani Tumbuhan Tinggi. Banda Aceh: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Syiah Kuala.
Mukhsin, Yamin. 2006. Karakteristik Pohon Karet di Kawasan Hutan Sumatra Indonesia. Jurnal
Ilmu Tumbuh-Tumbuhan. Vol. 4 (1): 30-33.
Raven, Ahn. 2009. The Diversity of Monocotyledone. Botani Journals. 8: 5-15.

Anda mungkin juga menyukai