Anaisis Aspek Badan Hukum
Anaisis Aspek Badan Hukum
PERSEROAN TERBATAS
Perseroan Terbatas ( PT ) adalah badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan
memenuhi persyaratan dan peraturan pelaksananya (pasal 1 ayat 1).
Perseroan memperoleh status badan hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh
Menteri Hukum & HAM RI (dh. Menteri Kehakiman) dan pengesahan diberikan paling
lama 60 hari setelah permohonan diterima secara lengkap dan memenuhi persyaratan.
Setelah akta tersebut disahkan, wajib didaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan
diumumkan dalam Berita Negara RI.
Pengumuman ini (PN. Percetakan Negara) supaya perseroan terbatas yang telah
disahkan dapat berperan secara sempurna sebagai suatu badan hukum sebagaimana
yang diharapkan oleh para pendiri tanpa membebani direksi dengan tanggungjawab
renteng apabila mereka melakukan segala tindakan hukum untuk kepentingan
perseroan.
Akta pendirian yang telah disahkan Menteri Hukum & HAM RI wajib didaftarkan oleh
Direksi dalam Daftar Perusahaan dan wajib diumumkan dalam Berita Negara &
Tambahan Berita Negara RI.
Pengumuman ini (PN. Percetakan Negara) supaya perseroan terbatas yang telah
disahkan dapat berperan secara sempurna sebagai suatu badan hukum sebagaimana
yang diharapkan oleh para pendiri tanpa membebani direksi dengan tanggungjawab
renteng apabila mereka melakukan segala tindakan hukum untuk kepentingan
perseroan.
Modal
Dalam UU PT pengaturan mengenai jenis modal, yaitu terdiri dari :
-Modal Dasar ( min. 20 Juta )
-Modal Ditempatkan ( min. 25 % dari modal dasar )
-Modal Disetor ( min 50 % dari modal ditempatkan )
Saham
Nilai nominal saham harus dicantumkan dalam mata uang Republik Indonesia
Pemegang Saham
Pemegang saham perseroan harus lebih dari 1 (satu) orang, karena pada dasarnya sebagai
badan hukum perseroan dibentuk berdasarkan perjanjian. Apabila perseroan kemudian hanya
dimiliki oleh seorang, dalam waktu 6 (enam) bulan pemegang saham harus menjual sahamnya,
apabila tidak maka tanggungjawab menjadi pribadi dan atas permohonan pihak yang
berkepentingan Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan.
Organ Perseroan
-Organ perseroan adalah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Direksi dan Komisaris.
-Untuk menjadi Direksi dan Komisaris diharuskan memenuhi persyaratan tertentu yang pada
intinya harus mempunyai akhlak dan moral yang baik dilihat dari pengembangan suatu usaha.
-Di dalam UUPT diatur secara tegas tata cara pemanggilan RUPS, sahnya RUPS dan quorum,
sehingga apabila dalam penyelenggaraan RUPS hal-hal tersebut tidak dipenuhi, RUPS menjadi
tidak sah.
PT sudah mempunyai status badan hukum yang diatur dalam pasal Pasal 1 butir 1
UUPT, PT juga mempunyai kekayaan yang terpisah (Pasal 24 ayat (1) UUPT),
mempunyai kepentingan sendiri (Pasal 82 UUPT), mempunyai tujuan tertentu (Pasal 12
huruf b UUPT), dan mempunyai organisasi teratur (Pasal 1 butir 2 UUPT).^Tanggung
jawab para pendiri PT.beserta direksi PT,komisaris PT diatur dalam Pasal 11 UUPT,
Pasal 1 butir 4 UUPT,dan Pasal 97 UUPT^Status pemegang saham diatur dalam Pasal 3
ayat (1) UUPT serta Pasal 3 ayat (2) UUPT
2. PERSEKUTUAN KOMANDITER
Berdasarkan ketentuan pasal 19 KUHD Persekutuan Komanditer adalah suatu perseroan yang
dibentuk oleh satu orang atau lebih dimana salah satu pihak bertanggung jawab seluruhnya dan
pihak lain sebagai pelepas uang. Di dalam persekutuan Komanditer ada 2 anggota yaitu anggota
persekutuan diam ini bersifat pasif artinya mereka hanya cukup melepaskan uang saja tapi juga
akan memperoleh bagian keuntungan atau sebaliknya juga turut memikul kerugian dan anggota
persekutuan aktif artinya mereka itulah yang mengelola perusahaan. Cara membagi keuntungan
dan kerugian persekutuan disesuaikan dengan besar kecilnya resiko dan jumlah modal yang
dimasukkan dalam perusahaan.
-Persaman : sama-sama dapat diangkatnya seorang atau lebih komisaris yang bertugas
mengawasi kebijaksanaan persero atas pengelolaan persekutuan.
-Perbedaan : pada P.T pertanggungjawabannya hanya sebatas modal yang dimasukkannya saja,
sedangkan pada persekutuan komanditer apabila pengurusnya meninggal dunia maka
persekutuan akan bubar.
Ketentuan berakhirnya persekutuan komanditer diatur dalam KUH Perdata pasal 1646
s.d 1652 serta KUH Dagang pasal 31 s.d 35 antara lain:
3. PERSEKUTUAN FIRMA
Yang dimaksud persekutuan firma adalah tiap-tiap perserikatan yang didirikan untuk
menjalankan usaha bersama di dalam satu nama yang terlihat pada adanya nama bersama
(misalnya : adanya papan nama firma) dan adanya tanggung jawab yang bersifat solider yang
diatur dalam pasal 18 KUHD.
Dalam hal hubungan ke dalam anggota firma diberi kebebasan yang seluas-luasnya
untuk mengatur firmanya sebagaimana diatur dalam pasal 1624 s.d 1641 KUH Perdata,
tetapi kebebasan tidak boleh bertentangan dengan isi pasal 1634 dan 1635 KUH Perdata
yang memuat:
4. KOPERASI
Pendirian Koperasi dan Status Badan Hukum
A. Koperasi adalah Subjek Hukum : Persoonrecht
Dari pandangan Hukum Umum yang saya baca dalam buku General Priciple of Law and State,
Hans Kelsen, bahwa yang dimaksud sebagai Subjek Hukum ialah manusia dan badan hukum.
Hal ini tertuang dalam berbagai UU termasuk Pasal 1653 hingga 1665 KUH Perdata. Yang unik
adalah ketik badan hukum yang tidak memiliki fisik seperti manusia namun dianggap (seolah-
olah) sebagai seorang manusia. Sedangkan dalam Pasal 1653 dapat diketahui bahwa jenis
perkumpulan (badan hukum), berdasarkan pembentukannya dapat dikategorikan sebagai
badan hukum yang didirikan oleh pemerintah, yang diakui keberadaanya, yang diperbolehkan
atau diizinkan keberadaanya, dan yang didirikan dengan maksud tertentu oleh siapa saja.
Maka koperasi termasuk dalam kategori badan hukum yang didirikan dengan maksud tertentu
yang termaktub dalam Anggaran Dasar. Dengan menjadinya koperasi sebagai badan hukum,
koperasi maka harus terpenuhi syarat sahnya badan hukum yakni cakap untuk memiliki
kekayaan yang terpisah dengan anggotanya, serta semua yang dilakukan oleh pengurus atas
nama badan hukum koperasi merupakan tanggung jawab dari badan hukum koperasi tersebut.
Untuk masalah kapan, syarat-syarat serta ketentuan mengenai perolehan status badan hukum
sangat kasuistis tergatung pada ketentuan hukum prosedur yang berlaku.
D. Syarat-syarat Pendirian
Syarat utama pendirian koperasi dengan mengacu pada UU 12/1992 tentang Perkoperasian
yakni minimal didirikan oleh 20 orang anggota. Setelah anggota menentukan tujuan hubungan
hukum, serta anggaran yang setidak-tidaknya harus memuat daftar nama pendiri, nama dan
tempat kedudukan koperasi, maksud serta tujuan serta bidang usaha, keanggotaan, Rapat
Anggota, pengelolaan, permodalan, jangka waktu berdirinya, pembagian sisa hasil usaha, serta
sangksi.
5. YAYASAN
Yayasan dapat dikatakan sebagai badan hukum, berarti Yayasan adalah subyek hukum. Yayasan
sebagai subyek hukum karena memenuhi hal-hal sebagai berikut
• Yayasan adalah perkumpulan orang
• Yayasan dapat melakukan perbuatan hukum dalam hubungan-hubungan hukum
• Yayasan mempunyai kekayaan sendiri
• Yayasan mempunyai pengurus
• Yayasan mempunyai maksud dan tujuan
• Yayasan mempunyai kedudukan hukum
• Yayasan mempunyai hak dan kewajiban
• Yayasan dapat digugat dan menggugat di muka pengadilan
Dengan berlakunya Undang-undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 Jo Nomor 28 tahun 2004,
Pasal 1 ayat (1) dengan tegas menyebutkan bahwa, ” Yayasan adalah badan hukum yang terdiri
atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang
sosial, keagamaan dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.” Walaupun Undang-
undang ini tidak secara tegas menyatakan Yayasan adalah badan hukum non profit/nirlaba,
namun tujuannya yang bersifat sosial, keagamaan dan kemanusiaan itulah yang menjadikan
Yayasan sebagai suatu badan hukum non profit/nirlaba, Yayasan yang telah didirikan dan tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana diatas dapat memperoleh status badan hukum dengan cara
menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan ketentuan Undang-undang ini, dengan mengajukan
permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 (satu) tahun terhitung sejak
tanggal Undang-undang ini mulai berlaku.Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran
Dasarnya dalam jangka waktu yang ditentukan, tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di
depan namanya dan dapat dibubarkan berdasarkan Putusan Pengadilan atas permohonan
Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan. Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa, ”Pengurus
adalah organ Yayasan yang melaksanakan kepengurusan Yayasan.” Jadi disini terlihat
kekuasaan Pengurus sangatlah besar, karena Undang-undang Yayasan tidak mengatur secara
tegas apa saja yang menjadi wewenang Pengurus, penjelasan pasal 31 ayat (1) hanya
mengatakan “cukup jelas” untuk pernyataan ini, sehingga dapat dikatakan operasional Yayasan
semata-mata bergantung pada Pengurus, maka Pengurus yang tidak bermaksud baik, dengan
sangat mudah dapat menggeser tujuan semula Yayasan, menjadi suatu kegiatan usaha dengan
tujuan mengejar keuntungan atau memperkaya diri sendiri. Yayasan tidak mengejar
keuntungan, sehingga hasil usaha Yayasan juga tidak dapat dibagikan kepada semua organ
Yayasan, seperti yang disebutkan dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001
bahwa, ”Yayasan tidak boleh membagikan hasil kegiatan usaha kepada Pembina, Pengurus dan
Pengawas,” kemudian pasal 5 juga menyebutkan bahwa, ”Kekayaan Yayasan baik berupa uang,
barang maupun kekayaan lainnya yang diperoleh Yayasan berdasarkan Undang-undang ini,
dilarang dialihkan atau dibagikan secara langsung atau tidak langsung kepada Pembina,
Pengurus dan Pengawas, karyawan atau pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap
Yayasan.” Pasal 31 ayat (1) menyebutkan bahwa,” Pengurus adalah organ Yayasan yang
melaksanakan kepengurusan Yayasan.” Kemudian pasal 35 ayat (1) menyebutkan
bahwa,”Pengurus Yayasan bertanggung jawab penuh atas kepengurusan untuk kepentingan dan
tujuan Yayasan serta berhak mewakili Yayaan baik di dalam dan di luar Pengadilan.” Kalau
melihat rumusan pasal-pasal diatas, Pengurus mempunyai tugas yang sangat berat, yaitu
bertanggungjawab secara penuh dan besar atas maju mundurnya dan terselenggaranya dengan
baik suatu Yayasan, bahkan dalam Pasal 35 ayat (5) disebutkan bahwa,” setiap Pengurus
bertanggungjawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan dalam menjalankan
tugasnya tidak sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar, yang mengakibatkan kerugian
Yayasan atau pihak ketiga.
6. PERSEKUTUAN PERDATA
Bentuk kerjasama untuk mencari keuntungan yang paling sederhana baik cara pendirian
maupun cara pembubarannya yang tidak memerlukan persyaratan formal adalah persekutan
perdata sebagaimana diatur di dalam KUH Perdata Buku III, Bab 8 pasal 1618 s.d. 1652.Jadi,
yang dimaksud persekutuan perdata adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau
lebih mengikatkan diri untuk memasukkan sesuatu dalam persekutuan dengan maksud untuk
mencari keuntungan. Yang dimaksud memasukkan sesuatu dapat berupa uang, barang,
goodwill, konsesi, cara kerja, tenaga biasa dan lain-lain.Cara pendirian persekutuan perdata
dimulai saat ditandatanganinya akta pendirian di notaris dan selanjutnya didaftarkan di
Kepaniteraan Pengadilan negeri dan akan mendapatkan nomor register dari Pengadilan atas
persekutuan perdata yang didirikan dan biaya ditetapkan oleh notaris.Berakhirnya persekutuan
perdata diatur di dalam pasal 1646 KUH Perdata, apabila :
1. Karena jangka waktu berdirinya pesekutuan perdata tersebut sudah habis;
2. Karena barang yang menjadi obyek persekutuan perdata itu menjadi lenyap, atau telah
diselesaikannya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan perdata tersebut;
3. Karena salah seorang angota persekutuan perdata meninggal dunia, dikuratil, jatuh failit;
4. Karena anggota persekutuan perdata itu sendiri meminta agar persekutuan dibubarkan.
Diambil dari :
elisa.ugm.ac.id/files/demuji/FRsaO6OA/ASPEK%20HUKUM%20BISNIS.ppt
http://mhugm.wikidot.com/artikel:002
http://yahyazein.blogspot.com/2008/11/status-hukum-yayasan.html
http://wongndoko.blogspot.com/2008/03/bakul-jahe-badan-usaha-dan-kaidah.html
http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-makalah-tentang/hukum-bisnishttp://jas