Anda di halaman 1dari 14

FAKTOR GEOMETRI (DISTORSI)

A. Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh faktor geometric terhadap ukuran dan bentuk
gambaran
B. Landasan Teori
Ada beberapa pengertian dari kualitas radiograf yaitu kemampuan radiograf
dalam memberikan informasi yang optimal dari obyek yang diperiksa.(Curry,
1984) atau kesanggupan radiograf untuk membentuk pola bayangan nyata
sesuai besarnya transmisi sinar-X yang mengenai film setelah menembus
obyek (Chesney, 1981).
Citraradiografi merupakan bentuk bayangan citra yang diperoleh sebagai
akibat dari sinar x melalui tubuh, mirip dengan bayangan pada tembok bila
melewatkan sinar matahari pada tubuh. Bayangan yang membentuk citra
radiografi haruslah dengan bentuk yang jelas dan tajam, dimana tingkat
pengaburannya berkurang. Pada praktek bentuk bayangan sering diikuti oleh
pengaburan, dimana tingkat pengaburan itu disebabkan oleh beberapa hal,
seperti :
a. Faktor Geometrik; yang berhubungan dengan pembentukan citra (misal :
ukuran, jarak.
b. Faktor Goyang; yang berhubungan dengan penderita (pasien) dan alat.
c. Faktor Fotografi atau intrinsik; yang berhubungan dengan bahan
perekam citra.
Distorsi merupakan perbandingan yang salah dari struktur yang direkam, bentuk
serta hubungan dengan struktur lainnya kurang betul. Hasil yang benar
diperoleh bila garis tengah struktur yang akan di foto berada sejajar
dengan film yang tegak lurus dengan pusat sinar-X. Hal ini sering terlihat
pada X-ray foto gigi, bila hal ini terjadi, maka X-ray foto gigi akan terlihat
bertumpuk satu sama lain, dapat lebih panjang atau lebih pendek.
Pembesaran tidak sama atau tidak rata dari berbagai bagian dari objek yang
sama yang disebut distorsi.
Radiograf berperan penting dalam menengakkan diagnosa. Bentuk gambaran yang
tidak sesuai dengan aslinya akan mengakibatkan berkurangnya ketepatan dalam
diagnosa. Perubahan bentuk (distorsi shape) gambaran disebabkan karena terjadi
pembesaran (magnifikasi yang tidak sama disetiap bagian obyek).
Distorsi dapat mengganggu diagnosis, distorsi gambar disebabkan antara lain
ketebalan objek, posisi objek terhadap sinar sentral,posisi obyek terhadap IR dan objek
bentuk.
1. Ketebalan Obyek (Object Thickness)
Pada obyek yang tebal OID untuk setiap bagian tidak sama maka
magnifikasi setiap bagian obyek tidak sama. Obyek yang tebal lebih
banyak mengalami distorsi dibanding obyek yang tipis. Dikarenakan obyek tipis yang
sejajar dengan kaset akan mengalami perbesaran yyang sama untuk setiap bagian baik
sinar oblik maupun sinar pusat.
Obyek dengan diameter yang sama tetapi memiliki ketebalan yang
berbeda akan menghasilkan image yang berbeda. Obyek yang sejajar
film, gambaran yang diperbesar akan berbentuk sama dengan obyek pada film
(berlaku untuk sinar pusat maupun sinar oblik). Ukuran dan bentuk bayangan dari
bola yang sama besar yang sejajar film tergantung letak lateralnya.
2. Posisi Obyek terhadap Sinar Sentral
Ukuran dan bentuk bayangan dari bola yang sama besar yang sejajar dengan film
tergantung letak lateralnya.
3. Distorsi Karena Bentuk Obyek
Distorsi akan semakin nyata pada obyek-obyek yang memiliki bentuk
yang tidak beraturan.

4. Distorsi Karena Posisi


Dua obyek yang sama dan sejajar film, tetapi jarak terhadap film tidak
sama maka mengakibatkan pembesaran tidak sama.
1) Ukuran dan bentuk bayangan dari obyek miring tergantung dr posisi
lateralnya dalam berkas sinar X.
2) Bentuk dan ukuran bayangan tergantung dari sudut inklinasi juga sinar yang
dipakai sentral/oblik.
3) Distorsi berkurang karena :
a) FFD bertambah
b) OFD berkurang
c) Sinar  obyek dan film

Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk mengurangi efek


yang ditimbulkan dari distorsi, antara lain :

1. Meminimalkan jarak film-obyek / FOD berarti mengurangi resiko


ketidaktajaman dan mengurangi perbesaran citra/bayangan yang
dibentuk pada film.
2. Pastikan metode proyeksi penyinaran yang diterapkan pada pasien
tidak mengakibatkan (objek) dalam hal ini pasien merasa kurang
nyaman sehinngga pasien cenderung bergerak dan akan
mengakibatkan ada jarak atau celah antara film dengan objek sehingga
efek magnifikasi (pembesaran) semakin besar.
3. Sebelum melakukan eksposi, pastikan garis tengah struktur sejajar
film tegak lurus dengan pusat sinar-X (Central Ray/CR).
C. Alat dan Bahan
1. Koin
2. Bola Pingpong
3. Spon
4. Meteran
5. Busur Derajat
6. Kaset dan film ukuran 24 X 30 cm
7. Alat Pencatat
8. Penggaris
9. Pesawat sinar X siap pakai
10. Hanger ukuran 24 x 30 cm
11. Jangka sorongPb

D. Prosedur
1. Menyusun koin berjajar dengan jarak antar koin sama (14,5cm) dengan titik pusat
pada koin bagian tengah.

2. Menyusun koin berjajar dengan jarak antar koin sama (11 cm) dengan titik pusat
pada koin bagian tepi.
3. Melakukan eksposi dengan FFD 100 cm, kV = 45, mA = 400, s = 0,01

4. Memproses film
5. Mengamati gambaran yang terjadi
6. Mengukur obyek asli dengan obyek pada hasil gambaran

7. Menyusun bola pingpong berjajar dengan jarak antar bola pingpong sama (12,5
cm) dengan titik pusat pada bola pingpong bagian tengah.
8. Menyusun bola pingpong berjajar dengan jarak antar bola pingpong sama (10cm)
dengan titik pusat pada bola pingpong bagian tepi.

9. Melakukan eksposi dengan FFD 100 cm, kV = 45, mA = 400, s = 0,01

10. Memproses film


11. Mengamati gambaran yang terjadi
12. Mengatur koin dengan penyudutan tertentu 35° diatas film
kemudian melakukan eksposing dilanjutkan dengan pemprosesan film dan
mengamati hasil yang diperoleh.
13. Mengatur koin dengan penyudutan tertentu 45°film kemudian melakukan
eksposing dilanjutkan dengan pemprosesan film dan mengamati hasil yang
diperoleh.

14. Mengulangi percobaan diatas dengan sinar penyudutan


15. Menganalisis hasil praktikum
E. HasilPraktikum
1. Koin
FFD = 100 cm
CP = padakoin yang di tengah
No. Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf
1 2,703 cm 2,7 cm
2 2,703 cm 2,7 cm
3 2,703 cm 2,7 cm

CP = Padakoin yang di tepi


No. Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf
1 2,703 cm 2,7 cm
2 2,703 cm 2,7 cm
3 2,703 cm 2,7 cm
2. Bola Tenis
FFD = 100 cm
CP = Pada bola tenis yang di tengah

No. Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf


1 3,75 cm 4,1 cm
2 3,75 cm 4,1 cm
3 3,75 cm 4,1 cm

CP = Pada bola tenis yang di tepi


No. Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf
1 3,75 cm 4,1 cm
2 3,75 cm 4,1 cm
3 3,75 cm 4,1 cm
3. Sudut
FFD = 100 cm
CP = Padakoin yang di tengah (350)
Sudut Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf
90o 2,703 cm 0,4 cm
35o 2,703 cm 2,6 cm
45o 2,703 cm 2,3 cm

CP = Padakoin yang di tepi (45o)


Sudut Diameter Sesungguhnya Diameter padaRadiograf
90o 2,703 cm 1,1 cm
35o 2,703 cm 1,2 cm
45o 2,703 cm 1,1 cm
A

F. Pembahasan
1. Koin
Koin 1, 2, 3, padaradiograf di dapatpengukuran diameter 2,7 cmbaikdengan
CP di tengahmaupun di tepikoin. Diameter
padaradiografinilebihpendek(shortening) dari diameter koinasli 2,703 cm.
haltersebutterjadidikarenakanpenggunaan FFD tidaktepat 100 cm
(tidakdilakukanpengukuran FFD).
Padaeksposipertamaobyekkoin yang pipihdan tipis dengan OFD 0 cm,
aarahsinar vertical tegakluruspadapertengahanobyekdan CP ditengahdan di
tepihasilnyasesuaidenganteori, ukuranpadahasilradiografsamatiapkoinnya.
2. Bola Tenis
Bola tenis 1, 2, 3, padaradiograf di dapatpengukuran diameter 4,1 cm
baikdengan CP di tengahmaupun di tepikoin. Diameter
padaradiografinilebihpanjang(elongasi) dari diameter bola tenisasli 3,75 cm. Hal
tersebutterjadidikarenakankurangketelitiandalampengukuran.
3. Sudut
Padaeksposipertama
a. Sudut 35o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 2,6 cm. Diameter
padahasilradiografinitidaksamadengan diameter padakoin yang sebenarnya
2,703 cm. Secarateoriinisesuaikarenapengaturansudut 35opadakointepat.
b. Sudut 45o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 2,3 cm. diameter
padaradiografinikurangdari diameter koinsebenarnya.
Sehinggakoininidapatdikatakanmengalamiforeshortening.
c. Sudut 90o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 0,4 cm. diameter
padaradiografinikurangdari diameter koinsebenarnya.
Sehinggakoininidapatdikatakanmengalamiforeshortening.

Padaeksposikedua

a. Sudut 35o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 1,2 cm. diameter


padaradiografinikurangdari diameter koinsebenarnya.
Sehinggakoininidapatdikatakanmengalamiforeshortening.
b. Sudut 45o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 1,1 cm. diameter
padaradiografinikurangdari diameter koinsebenarnya.
Sehinggakoininidapatdikatakanmengalamiforeshortening.
c. Sudut 90o, padahasilradiografdidapatpengukuran diameter 1,1 cm. diameter
padaradiografinikurangdari diameter koinsebenarnya.
Sehinggakoininidapatdikatakanmengalamiforeshortening.
G. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan
1. Distorsi adalah perubahan pada radiograf baik ukuran maupun bentuk
dari obyek yang difoto. Distorsi ada 2 jenis yaitu distorsi ukuran
(magnifikasi) dan distorsi bentuk (elongation & foreshirtening)
2. Dari hasil percobaan diatas diketahui bahwa jika pada suatu pemeriksaan
objek yang diperiksa tidak sejajar dengan kaset maka akan mengalami
distorsi bentuk. Semakin besar sudut objek terhadap film maka semakin
jelas distorsi bentuk yang terlihat.
3. Semakin tebal objek yang diperiksa dan semakin objek tidak berada pada
titik bidik kolimasi maka semakin mungkin terjadinya distorsi bentuk
berupa ukuran objek pada radiograf lebih panjang (elongation) dan juga jika
objek semakin jauh dari titik bidik kolimasi maka elongation yang terjadi
semakin besar.

Saran
Untuk menghindari terjadinya distorsi bentuk sebaiknya dilakukan:
1. Memastian bahwa objek yang akan diperiksa berada di pertengahan
kolimasi
2. Mengusahakan agar objek dengan kemiringan tertentu dapat sejajar
dengan film dengan tetap memperhatika kenyamanan dan keamanan
pasien.
H. Daftar Pustaka

Carlton, Richard R., Arlene M. Adler, 2001, Principles Of Radiographic Imaging,


An Art and A Science, Third Edition, Delmar, USA
Carrol, QB., 1985, “Principle of Radiographic Exposure Processing and
QualityContro”, Third Edition, USA, Charless C, Thomas Publisher.
Chember, H., 1983, “Pengantar Fisika Kesehatan” (diterjemahkan oleh Achmad
Toekiman), Semarang, IKIP Press.
Curry III, Thomas S., 1984, “ChristensensIntroduction to The Physics of
Diagnostic Radiology”, Third Edition, Lea and Eigher Philadelphia
Halmshaw, Ron and Kowol, Tom, ”Indikator Kualitas Gambar Radiografi
Industri”, Email: enquiries@ie-ndt.co.uk
Waaler, D and Hoffman, B, ”Image Rejects/Retakes Radiographic Challenges”

Anda mungkin juga menyukai