Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengertian sehat dapat digambarkan sebagai suatu kondisi fisik, mental


dan sosial seseorang yang tidak saja bebas dari penyakit atau gangguan
kesehatan melainkan juga menunjukan kemampuan untuk berinteraksi dengan
lingkungan dan pekerjaannya (Perry, Potter. 2005: 5).

Paradigma baru dalam aspek kesehatan mengupayakan agar yang sehat


tetap sehat dan bukan sekedar mengobati, merawat atau menyembuhkan
gangguan kesehatan atau penyakit. Oleh karena iu, perhatian utama dibidang
kesehatan lebih ditujukan ke arah pencegahan terhadap kemungkinan
timbulnya penyakit serta pemeliharaan kesehatan seoptimal mungkin.

Status kesehatan seseorang, menurut blum (1981) ditentukan oleh empat


faktor yakni:

1. Lingkungan, berupa lingkungan fisik (alami, buatan), kimia (organik/


anorganik,logam berat, debu), biologik (virus, bakteri, microorganisme)
dan sosial budaya (ekonomi, pendidikan, pekerjaan).
2. Perilaku yang meliputi sikap, kebiasaan, tingkah laku.
3. Pelayanan kesehatan: promotif, perawatan, pengobatan, pencegahan
kecacatan, rehabilitasi.
4. Genetik, yang merupakan faktor bawaan setiap manusia.

Pekerjaan mungkin berdampak negatif bagi kesehatan akan tetapi


sebaliknya pekerjaan dapat pula memperbaiki tingkat kesehatan dan
kesejahteraan pekerja bila dikelola dengan baik. Demikian pula status
kesehatan pekerja sangat mempengaruhi produktivitas kerjanya. Pekerja yang

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
1
sehat memungkinkan tercapainya hasil kerja yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pekerja yang terganggu kesehatannya.
Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas, beban,
dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992).
Adanya undang-undang kesehatan kerja di setiap negara mempunyai
dampak yang begitu besar untuk kondisi kesehatan di tempat kerja. Tujuan
dari hukum ini adalah untuk menciptakan kondisi kerja yang lebih aman dan
lebih sehat bagi para pekerja (Suddarth. 2002: 27).
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah
kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya
(total health of all at work). Sebenarnya hal ini merupakan keuntungan bagi
pemilik lapangan pekerjaan atau para pengusaha untuk menyediakan
lingkungan kerja yang aman karena hasilnya adalah pengurangan biaya yang
berhubungan dengan absennya pekerja, perawatan pekerja di rumah sakit dan
kecacatan (Suddarth. 2002: 27).
Menurut Suma’mur (1976), Kesehatan kerja merupakan spesialisasi ilmu
kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja/
masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya baik
fisik, mental maupun sosial dengan usaha preventif terhadap
penyakit/gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan dan
lingkungan kerja serta terhadap penyakit umum.
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari hari
sering disebut dengan safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu
pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik
jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada
umumnya serta hasil budaya dan karyanya.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
2
Dari segi keilmuan diartikan sebagai suatu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja.
Pengertian Kecelakaan Kerja (accident) adalah suatu kejadian atau
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan terhadap manusia, merusak
harta benda atau kerugian terhadap proses (Depkes RI No. 3, 1998).
Menurut International Labour Organization (ILO), setiap tahun terjadi
1,1 juta kematian yang disebabkan oleh karena penyakit atau kecelakaan
akibat hubungan pekerjaan. Sekitar 300.000 kematian terjadi dari 250 juta
kecelakaan dan sisanya adalah kematian karena penyakit akibat hubungan
pekerjaan, dimana diperkirakan terjadi 160 juta penyakit akibat hubungan
pekerjaan baru setiap tahunnya (Pusat Kesehatan Kerja, 2005)
Soekotjo Joedoatmodjo, Ketua Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Nasional (DK3N) menyatakan bahwa frekuensi kecelakaan kerja di
perusahaan semakin meningkat, sementara kesadaran pengusaha terhadap
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) masih rendah, yang lebih
memprihatinkan pengusaha dan pekerja sektor kecil menengah menilai K3
identik dengan biaya sehingga menjadi beban, bukan kebutuhan. Direktur
Operasi dan Pelayanan PT Jamsostek (Persero), Djoko Sungkono menyatakan
bahwa Data angka kecelakaan kerja tahun 2011 lalu mencapai, 99.491 kasus.
Jumlah tersebut kian meningkat dibanding tahun sebelumnya. Pada tahun
2007 terjadi sebanyak 83.714 kasus, tahun 2008 sebanyak 94.736 kasus,
tahun 2009 sebanyak 96.314 kasus, dan tahun 2010 sebanyak 98.711 kasus.
Untuk pada 2011 terdapat 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan
kerja per hari.
Konsep kesehatan kerja dewasa ini semakin banyak berubah, bukan
sekedar “kesehatan pada sektor industri” saja melainkan juga mengarah
kepada upaya kesehatan untuk semua orang dalam melakukan pekerjaannya
(total health of all at work).

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
3
Sebagai suatu usaha dalam pencegahan kecelakaan kerja di bidang
keperawatan dikembangkan suatu spesialisasi perawatan yang disebut dengan
perawatan kesehatan kerja (occupational health nursing).
Perawat okupasional dapat bekerja diunit tunggal dalam lingkungan
industri, menjadi konsultan paruh waktu atau dengan waktu yang terbatas,
atau menjadi anggota dari tim indisiplener yang terdiri dari pekerja kesehatan
yang bervariasi seperti perawat, dokter, fisiolog pelatih, pendidik kesehatan,
konsulen, ahli gizi, ahli teknik keselamatan, dan hygine industri (Suddarth.
2002: 27).
Perawat kesehatan okupasional mempunyai fungsi dalam beberapa cara
yang dapat memberikan perawatan langsung pada pekerja yang sakit,
melakukan program pendidikan kesehatan untuk anggota staf perusahaan, aau
menyususn program kesehatan yang ditujukan untuk mengembangkan
perilaku kesehatan tertentu, seperti makan dengan benar dan olah raga yang
cukup, serta bagaimana menggunakan alat-alat perlindungan dan pentingnya
penggunaan alat-alat tersebut bagi keselamatan kerja, serta hygine pada setiap
pekerja (Suddarth. 2002: 27).
Maka dari itu, perawat harus mempunyai pengetahuan tentang peraturan
pemerintah yang menyangkut kesehatan kerja dan memahami legalsasi yang
berhubungan, serta semua hal yang bersangkutan tentang kesehatan kerja,
keselamatan kerja serta kecelakaan kerja (K3) (Suddarth. 2002: 27).
Dalam makalah ini penulis akan menjelaskan tentang semua yang
berhubungan dengan K3 disertai dengan contoh asuhan keperawatan
kesehatan kerja. Diharapkan dengan makalah ini nantinya dapat dijadikan
acuan bagi mahasiswa keperawatan lain untuk dapat membantu
meningkatkan kesehatan kerja dengan menerapkan asuhan keperawatan
kesehatan kerja yang komprehensif dan kompeten.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
4
B. Rumusan Masalah

Bagaimana asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan


kerjakomunitas pekerja perusahaan batu bara CV. Rizky Maha Karya Utama
di Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Utara?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Setelah menyelesaikan pengalaman praktik keperawatan komunitas


pada kesehatan kerja, mahasiswa mampu menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada setiap area pelayanan keperawatan di
komunitas dan pengorganisasian komunitas.

2. Tujuan Khusus

Setelah menyelesaikan praktik keperawatan komunitas pada


kesehatan kerja, mahasiswa mampu:
a. Menerapkan strategi yang tepat dalam mengkaji komunitas pekerja
b. Menentukan diagnosa kesehatan dan keperawatan komunitas pekerja
yang spesifik berdasarkan analisa epidemiologi
c. Menerapkan pendidikan kesehatan yang spesifik dan strategi
organisasi komunitas pekerja dalam mengadakan perubahan serta
peningkatan kesehatan komunitas pekerja
d. Melaksanakan perawatan kesehatan komunitas pekerja berdasarkan
faktor risiko personal, sosial dan lingkungan
e. Mengkoordinasi sumber-sumber yang ada di komunitas untuk
meningkatkan kesehatan komunitas pekerja
f. Mendemonstrasikan karakteristik peran profesional, berpikir kritis,
belajar mandiri dengan keterampilan komunitas yang efektif dan
kepemimpinan di dalam komunitas pekerja.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
5
D. Manfaat

1. Untuk Pemerintah Setempat


Mendapatkan data dan informasi kependudukan dan kondisi wilayah
perusahaan.

2. Untuk Puskesmas

a. Mendapatkan informasi dan data kesehatan di wilayah kerja


b. Memperluas kerjasama antara mahasiswa dan pihak Puskesmas
c. Dapat bekerjasama dalam upaya peningkatan status kesehatan
masyarakat dan komunitas pekerja di wilayah kerja.

3. Untuk Mahasiswa

a. Dapat mengaplikasikan konsep kesehatan komunitas pada kesehatan


kerja secara nyata kepada para pekerja
b. Belajar menjadi model profesional dalam menerapkan asuhan
keperawatan komunitas pada kesehatan kerja
c. Meningkatkan kemampuan berfikir kritis, analitis, dan bijaksana dalam
menghadapi dinamika pekerja
d. Meningkatkan keterampilan komunikasi, kemandirian dan hubungan
interpersonal.

4. Untuk Pekerja dan Masyarakat

a. Mendapatkan kesempatan seluas-luasnya untuk berperan aktif dalam


upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit
b. Mendapatkan kemampuan untuk mengenal, mengerti dan menyadari
masalah kesehatan dan mengetahui cara penyelesaian masalah
kesehatan yang dialami
c. Pekerja dan masyarakat mengetahui gambaran status kesehatannya dan
mempunyai upaya peningkatan status kesehatan tersebut.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
6
5. Untuk Institusi Pendidikan

a. Mendapatkan data dan informasi kondisi wilayah perusahaan


b. Memperluas kerjasama melalui mahasiswa
c. Mengembangkan model praktik keperawatan komunitas pada kesehatan
kerja dari teori yang didapat.

E. Waktu dan Tempat

a. Waktu

Kegiatan praktik keperawatan komunitas pada kesehatan kerja ini

dilaksanakan pada tanggal 23 Juli s/d 28 Juli 2018. Pembagian waktu

program praktik keperawatan komunitas pada kesehatan kerja adalah

sebagai berikut:

Pembekalan direncanakan selama 1 hari. Praktik langsung di

lapangan (komunitas pekerja) yang meliputi pemberdayaan komunitas

pekerja, pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi serta loka

karya mini seluruhnya selama 6 hari.

b. Tempat

Lokasi yang menjadi sasaran praktik mahasiswa yaitu pekerja di

PT. Mitra Indah Lestari dengan anak perusahaan CV. Rizky Maha

Karya Utama, Kelurahan Sungai Siring, Kecamatan Samarinda Utara.

F. Metode

Metode praktik yang digunakan adalah metode pemecahan masalah

dengan menggunakan pendekatan asuhan keperawatan komunitas yang

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
7
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan komunitas, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi. Dalam pengkajian menggunakan data dengan alat

bantu seperti questioner, wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik yang

dilakukan di setiap pekerja kemudian data diolah dan dilakukan perencanaan

bersama pekerja untuk memecahkan masalah yang telah ditemukan.

Pendekatan proses keperawatan meliputi:

Pemberdayaan masyarakat, pengkajian data kesehatan, menegakkan

masalah kesehatan bersama pekerja, melakukan perencanaan keperawatan

bersama pekerja, melaksanakan tindakan bersama pekerja, mengevaluasi hasil

asuhan keperawatan komunitas pada kesehatan kerja..

G. Sistematika Penulisan Laporan

Dalam penyusunan laporan ini, dibagi dalam beberapa bab yaitu:

Bab I : Berisi Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, waktu

dan tempat pelaksanaan, metode dan sistematika penulisan laporan.

Bab II : Berisi tinjauan kepustakaan, meliputi konsep keperawatandan

kesehatan kerja.

Bab III : Berisi hasil kegiatan praktik Keperawatan Komunitas pada

Kesehatan Kerjayang terdiri dari; pengkajian dan analisa data, skoring dan

prioritas masalah kesehatan, plan of action, diagnosa keperawatan komunitas

pekerja, rencana keperawatan komunitas, implementasi dan evaluasi

keperawatan komunitas pekerja.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
8
Bab IV : Berisi pembahasan yang terdiri dari analisa data yang telah

ditemukan, kegiatan, pembahasan pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi, dan evaluasi.

Bab V :Berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kesehatan Kerja dan Keselamatan Kerja

Menurut Sumakmur (1988) kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam

ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar

pekerja/masyarakat pekerja beserta memperoleh derajat kesehatan yang

setinggi-tingginya, baik fisik, atau mental, maupun sosial, dengan usaha-

usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan-gangguan

kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,

serta terhadap penyakit-penyakit umum. Kesehatan kerja memiliki sifat

sebagai berikut:

1. Sasarannya adalah manusia

2. Bersifat medis.

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin,

pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan (Sumakmur,

1993).Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi distribusi baik

barang maupun jasa (Dermawan, Deden. 2012: 189).

Keselamatan kerja memiliki sifat sebagai berikut:

1. Sasarannya adalah lingkungan kerja

2. Bersifat teknik.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
10
B. Prinsip Dasar Kesehatan Kerja

Upaya kesehatan kerjaadalah upaya penyesuaian antara kapasitas,


beban, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat
tanpa membahayakan dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilingnya,
agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal (UU Kesehatan Tahun 1992).
Konsep dasar dari upaya kesehatan kerja ini adalah mengidentifikasi
permasalahan, mengevaluasi, dan dilanjutkan dengan tindakanpengendalian.
Sasaran kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek kesehatan dari
pekerjaitu sendiri (Effendi, Ferry. 2009: 233).

C. Faktor Risiko di Tempat Kerja

Dalam melakukan pekerjaan perlu dipertimbangkan berbagai potensi


bahaya serta resiko yang bisa terjadi akibat sistem kerja atau cara kerja,
penggunaan mesin, alat dan bahan serta lingkungan disamping faktor
manusianya.
Istilah hazard atau potensi bahaya menunjukan adanya sesuatu yang
potensial untuk mengakibatkan cedera atau penyakit, kerusakan atau kerugian
yang dapat dialami oleh tenaga kerja atau instansi. Sedang kemungkinan
potensi bahaya menjadi manifest, sering disebut resiko. Baik “hazard”
maupun “resiko” tidak selamanya menjadi bahaya, asalkan upaya
pengendaliannya dilaksanakan dengan baik.

Di tempat kerja, kesehatan dan kinerja seseorang pekerja sangat


dipengaruhi oleh (Effendi, Ferry. 2009: 233):
1. Beban Kerja berupa beban fisik, mental dan sosial sehingga upaya
penempatan pekerja yang sesuai dengan kemampuannya perlu
diperhatikan. Beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik yang
terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
11
2. Kapasitas Kerja yang banyak tergantung pada pendidikan, keterampilan,
kesegaran jasmani, ukuran tubuh, keadaan gizi dan sebagainya. Kapasitas
kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik
serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Kondisi atau tingkat kesehatan
pekerja sebagai modal awal seseorang untuk melakukan pekerjaan harus
pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk bekerja dapat
dipengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja, dll.
3. Lingkungan Kerja sebagai beban tambahan, baik berupa faktor fisik,
kimia, biologik, ergonomik, maupun aspek psikososial.Kondisi
lingkungan kerja (misalnya, panas, bising, berdebu, zat-zat kimia, dll)
dapat menjadi beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan
tersebut secara sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan
atau penyakit akibat kerja.

Kapasitas, beban, dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen utama


dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kerja yang baik dan optimal (Effendi,
Ferry. 2009: 233).
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang
berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan
pekerjaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa status kesehatan
masyarakat pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan di tempat
kerja dan lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehata
kerja, perilaku kerja, serta faktor lainnya (Effendi, Ferry. 2009: 233).

D. Ruang Lingkup Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja


dengan pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis, dalam
hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan yang bertujuan untuk
(Effendi, Ferry. 2009: 233):

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
12
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat
pekerja disemua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental,
maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang
diakibatkan oleh keadaan atau kondisi lingkungannya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam
pekerjaannya dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-
faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan
yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

E. Tujuan Keselamatan Kerja

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakuakn


pekerjaan atau kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas
nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

F. Dasar Hukum
Dasar hukum tentang kesehatan dan keselamatan kerja adalah Undang-
undang RI No.13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan Pasal 86 (Dermawan,
Deden. 2012: 190):
1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan
atas:
a. Keselamatan dan kesehatan kerja
b. Moral kesusilaan
c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta
nilai-nilai agama.
2. Untuk melindungi keselamatan kerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
13
Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

G. Kecelakaan Kerja
Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor 03 /MEN/1998
tentang Tata Cara Pelaporan dan Pemeriksaan Kecelakaan bahwa yang
dimaksud dengan kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak dikehendaki
dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban manusia dan atau
harta benda.
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan
yang terjadi pada waktu bekerja pada perusahaan. Tak terduga, oleh karena
dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesenjangan, lebih-lebih dalam
bentuk perencanaan (Dermawan, Deden. 2012: 189).
Kesehatan dan Keselamatan Kerja atau K3 adalah suatu sistem program
yang dibuat bagi pekerja maupun pengusaha sebagai upaya pencegahan
(preventif) timbulnya kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja
dalam lingkungan kerja dengan cara mengenali hal-hal yang berpotensi
menimbulkan kecelakaan kerja dan penyakit akibat hubungan kerja, dan
tindakan antisipatif bila terjadi hal demikian. Tujuan dari dibuatnya sistem ini
adalah untuk mengurangi biaya perusahaan apabila timbul kecelakaan kerja
dan penyakit akibat hubungan kerja. Namun, patut disayangkan tidak semua
perusahaan memahami arti pentingnya K3 dan bagaimana implementasinya
dalam lingkungan perusahaan.
1. Penyebab kecelakaan kerja
Secara umum, dua penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah
penyebab dasar (basic causes) dan penyebab langsung (immediate
causes)
a. Penyebab dasar
1) Faktor manusia atau pribadi, antara lain karena kurangnya
kemampuan fisik, mental, dan psikologis, kurang atau lemahnya

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
14
pengetahuan dan keterampilan (keahlian), stress, dan motivasi
yang tidak cukup atau salah.
2) Faktor kerja atau lingkungan, antara lain karena ketidakcukupan
kemampuan kepemimpinan dan/atau pengawasan, rekayasa
(engineering), pembelian atau pengadaan barang, perawatan
(maintenance), alat-alat, perlengkapan, dan barang-barang atau
bahan-bahan, standart-standart kerja, serta berbagai
penyalahgunaan yang terjadi di lingkungan kerja.
b. Penyebab langsung
1) Kondisi berbahaya (kondisi yang tidak standart/unsafe condition),
yaitu tindakan yang akan menyebabkan kecelakaan misalnya
peralatan pengaman, pelindung atau rintangan yang tidak
memadai atau tidak memenuhi syarat, bahan dan peralatan yang
rusak, terlalu sesak atau sempit, sistem-sistem tanda peringatan
yang kurang memadai, bahaya-bahaya kebakaran dan ledakan,
kerapian atau tata letak (houskeeping) yang buruk, lingkungan
berbahaya atau beracun (gas, debu, asap, uap, dan lainnya),
bising, paparan radiasi, serta ventilasi dan penerangan yang
kurang (B, Sugeng. 2003)
2) Tindakan berbahaya (tindakan yang tidak standart/unsafe act),
yaitu tingkah laku, tindak tanduk atau perbuatan yang dapat
menyebabkan kecelakaan misalnya mengoperasikan alat tanpa
wewenang, gagal untuk memberi peringatan dan pengamanan,
bekerja dengan kecepatan yang salah, menyebabkan alat-alat
keselamatan tidak berfungsi, memindahkan alat-alat keselamatan,
menggunakan alat yang rusak, menggunakan alat dengan cara
yang salah, serta kegagalan memakai alat pelindung atau
keselamatan diri secara benar (B, Sugeng. 2003).

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
15
2. Kerugian yang disebabkan kecelakaan akibat kerja
Kecelakaan menyebabkan lima jenis kerugian, antara lain:

a. Kerusakan: Kerusakan karena kecelakaan kerja antara lain bagian


mesin, pesawat alat kerja, bahan, proses, tempat, & lingkungan kerja.
b. Kekacauan Organisasi: Dari kerusakan kecelakaan itu, terjadilah
kekacauan dai dalam organisasi dalam proses produksi.
c. Keluhan & Kesedihan: Orang yang tertimpa kecelakaan itu akan
mengeluh & menderita, sedangkan kelurga & kawan-kawan sekerja
akan bersedih.
d. Kelainan & Cacat: Selain akan mengakibatkan kesedihan hati,
kecelakaan juga akan mengakibatkan luka-luka, kelainan tubuh
bahkan cacat.
e. Kematian: Kecelakaan juga akan sangat mungkin merenggut nyawa
orang & berakibat kematian.

Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya


yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan. Biaya tersebut dibagi
menjadi biaya langsung & biaya tersembunyi.
Biaya langsung adalah biaya pemberian pertolongan pertama
kecelakaan, pengobatan, perawatan, biaya rumah sakit, biaya angkutan,
upah selama tak mampu bekerja, kompensasi cacat & biaya perbaikan
alat-alat mesin serta biaya atas kerusakan bahan-bahan. Sedangkan biaya
tersembunyi meliputi segala sesuatu yang tidak terlihat pada waktu atau
beberapa waktu setelah kecelakaan terjadi.

3. Pencegahan kecelakaan akibat kerja


Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:
a. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan
mengenai kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan,
kontruksi, perwatan & pemeliharaan, pengwasan, pengujian, & cara

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
16
kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha & buruh, latihan,
supervisi medis, PPPK, & pemeriksaan kesehatan.
b. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah mati
atau tak resmi mengenai misalnya kontruksi yang memnuhi syarat-
syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-
praktek keselamatan & hygiene umum, atau alat-alat perlindungan
diri.
c. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-
ketentuan perundang-undangan yang diwajibkan.
d. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat & ciri-ciri bahan-bahan
yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian
alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan
gas & debu, atau penelaahan tentang bahan-bahan & desain paling
tepat untuk tambang-tambang pengangkat & peralatan pengangkat
lainnya.
e. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek
fisiologis & patologis faktor-faktor lingkungan & teknologis, &
keadaan-keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.
f. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan
yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

H. Penyakit Akibat Kerja


Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan,
alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan demikian
penyakit akibat kerja merupakan penyakit yang artifisial atau man made
disease (Dermawan, Deden. 2012: 193).
Menurut peraturan menteri tenaga kerja RI nomor: PER-01/MEN/1981
tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja bahwa yang dimaksud
dengan penyakit akibat kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang disebabkan
oleh pekrjaan atau lingkungan kerja. Beberapa ciri penyakit akibat kerja
adalah dipengaruhi oleh populasi pekerja, disebabkan oleh penyebab yang

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
17
spesifik, ditentukan oleh pemajanan ditempat kerja, ada atau tidaknya
kompensasi. Contohnya adalah keracunan timbel (Pb), abestosis, dan silikosis
(B, Sugeng. 2003).
Pada simposium internasional mengenai penyakit akibat hubungan
pekerjaan yang diselenggarakan oleh ILO (international Labour Organization)
di Linz, Austria, dihasilkan definisi menyangkut penyakit akibat kerja sebagai
berikut:
1. Penyakit akibat kerja-occupational disease
Adalah penyakit yang mempunyai penyebab yang spesifik atau
asosiasi yang kuat dengan pekerjaan, yang pada umumnya terdiri dari
satu agen penyebab yang sudah diakui.
2. Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan-work related disease
Adalah penyakit yangt mempunyai bebrapa agen penyebab, dimana
dengan faktor resiko lainnya dalam berkembangnya penyakit yang
mempunyai etiologi kompleks.
3. Penyakit yang mengenai populasi kerja-disease of fecting working
populations
Adalah penyakit agen penyebab ditempat kerja, namun dapat
diperberat oleh kondisi pekerjaan yang buruk bagi kesehatan.

WHO membedakan empat kategori penyakit akibat kerja (Dermawan,


Deden. 2012: 193):
1. Penyakit yang hanya disebabkan oleh pekerjaan, misalnya
Pneumoconiosis.
2. Penyakit yang salah satu penyebabnya adalah pekerjaan, misalnya
karsinoma bronkhogenik.
3. Penyakit dengan pekerjaan merupakan salah satu penyebab di antara
faktor-faktor penyebab lainnya, misalnya bronkhitis kronis.
4. Penyakit dimana pekerjaan memperberat suatu kondisi yang sudah ada
sebelumnya, misalnya asma.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
18
Dalam peraturan menteri tenaga kerja dan transmigrasi Nomor: PER-
01/MEN/1981 dicantumkan 30 jenis penyakit, sedangkan pada keputusan
Presiden RI Nomor 22/1993 tentang penyakit yang timbul karena hubungan
kerja memuat jenis penyakit yang sama dengan tambahan penyakit yang
disebabkan bahan kimia lainnya termasuk bahan obat. Jenis-jenis penyakit
akibat kerja tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pneumokoniosis disebabkan oleh debu mineral pembentukan jaringan


parut (silikosis, antrakosiliksis, asbestosis) dan silikotuberkulosis yang
silikosisnya merupakan faktor utama penyebab cacat atau kematian.
2. Penyakit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) yang disebabkan
oleh debu logam keras.
3. Penykit paru dan saluran pernafasan (bronkopulmoner) atau byssinosis
yang disebabkan oleh debu kapas, vlas, hnep (serat yang diperoleh dari
batang tanaman cnnabis sativa), dan sisal (serat yang diperoleh dari
tumbuhan agave sisalana, biasanya dibuat tali).
4. Asma akibat kerja yang disebabkan oleh penyebab sensitisasi dan zat
perangsang yang dikenal yang berada dalam proses pekerjaan.
5. Alveolitis alergica yang disebabkan oleh faktor dari luar sebagai akibat
penghirupan debu organik.
6. Penyakit yang disebabkan oleh berilium (Be) atau persenyawaannya
yang beracun.
7. Penyakit yang disebabkan oleh kadmium (Cd) atau persenyawaannya
yang beracun.
8. Penyakit yang disebabkan oleh fosforus (P) atau persenyawaannya yang
beracun.
9. Penyakit yang disebabkan oleh kromium (Cr) atau persenyawaannya
yang beracun.
10. Penyakit yang disebabkan oleh mangan (Mn) atau persenyawaannya
yang beracun.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
19
11. Penyakit yang disebabkan oleh arsenik (As) atau persenyawaannya yang
beracun.
12. Penyakit yang disebabkan oleh merkurium/raksa (Hg) atau
persenyawaannya yang beracun.
13. Penyakit yang disebabkan oleh timbel (Pb) atau persenyawaannya yang
beracun.
14. Penyakit yang disebabkan flourin (F) atau persenyawaannya yang
beracun.
15. Penyakit yang disebabkan oleh karbon disulfida.
16. Penyakit yang disebabkan oleh derivat halogen dari persenyawaan
hidrokarbon alifatik atau aromatik yang bercun.
17. Penyakit yang disebabkan oleh benzema atau homolognya yang beracun.
18. Penyakit yang disebabkan oleh derivat nitro dan amina dari benzena atau
homolognya yang beracun.
19. Penyakit yang disebabkan oleh nitrogliserin atau ester asam nitrat
lainnya.
20. Penyakit yang disebabkan oleh alkohol, glikol, atau keton.
21. Penyakit yang disebabkan olehgas atau uap penyebab asfiksia atau
keracunan seperti CO, hidrogen sianida, hidrogen sulfida atau derivatnya
yang beracun, amoniak, seng, braso, dan nikel.
22. Kelainan pendengarayang disebabkan oleh kebisingan.
23. Penyakit yang disebabkan oleh getaran mekanik (kelainan-kelainan otot,
urat, tulang persendian dan pembuluh darah tepi atau saraf tepi).
24. Penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan dalam udara yang bertekanan
tinggi.
25. Penyakit yang disebabkan oleh radiasi elektromagnetik dan radiasi yang
mengIon.
26. Penyakit kulit atau dermatosis yang disebabkan oleh fisik, kimiawi atau
biologis.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
20
27. Kanker kulit epitelioma primer yang disebabkan oleh Ter, Pic, bitumen,
minyak mineral, antrasena, atau persenyawaan, produk dan residu dari
zat-zat tersebut.
28. Kanker paru atau mesotelioma yang disebabkan oleh asbes.
29. Penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
didapat dalam suatu pekerjaan resiko kontaminsai khusus.
30. Penyakit yang disebabkan oleh suhu tinggi atau rendah, panas radiasi,
atau kelembapan udara yang tinggi.
31. Penyakit yang disebabkan oleh bahan lainnya termasuk bahan obat.

Faktor penyebab penyakit akibat kerja


Faktor penyebab penyakit akibat kerja sangat banyak, tergantung pada
bahan yang digunakan dalam proses kerja, lingkungan kerja ataupun cara
kerja, sehingga tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Pada umumnya faktor penyebab dapat dikelompokkan dalam 5 golongan:


1. Golongan fisik: suara (bising), radiasi, suhu (panas/dingin), tekanan yang
sangat tinggi, vibrasi, penerangan lampu yang kurang baik.
2. Golongan kimiawi : bahan kimiawi yang digunakan dalam proses kerja,
maupun yang terdapat dalam lingkungan kerja, dapat berbentuk debu,
uap, gas, larutan, awan atau kabut.
3. Golongan biologis: bakteri, virus, jamur
4. Golongan fisiologis: biasanya disebabkan oleh penataan/desain tempat
kerja dan cara kerja/beban kerja.
5. Golongan psikososial: lingkungan kerja yang mengakibatkan stres psikis,
monotomi kerja, tuntutan pekerjaan dan lain-lain.

I. Ergonomi
1. Pengertian Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha
menyerasikan pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
21
dengan tujuan tercapainya produktivitas dan efisiensi yang setinggi-
tingginya melalui pemanfaatan manusia seoptimal mungkin. Di beberapa
negara Ergonomi diistilahkan Arbeitswissenschaft (Jerman),
Biotechnology (Skandinavia), Human (factor) Engineering atau Personal
Research di Amerika Utara. (Budiono, Sugeng, 2003).

2. Ruang lingkup ergonomi


Penerapan ergonomi/ruang lingkup ergonomi meliputi
(Setyaningsih, Yuliani, 2002):
a. Pembebanan kerja fisik
Beban fisik yang dibenarkan umumnya tidak melebihi 30-40%
kemampuan maksimum seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari.
Untuk mengukur kemampuan kerja maksimum digunakan
pengukuran denyut nadi yang diusahakan tidak melebihi 30-40 kali
per menit di atas denyut nadi sebelum bekerja. Di Indonesia beban
fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan seorang
pekerja dianjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali
mengangkat atau mengangkut.
b. Sikap tubuh dalam bekerja
Sikap pekerjaan harus selalu diupayakan agar merupakan sikap
ergonomik. Sikap yang tidak alamiah harus dihindari dan jika hal ini
tidak mungkin dilaksanakan harus diusahakan agar beban statis
menjadi sekecil-kecilnya. Untuk membantu tercapainya sikap tubuh
yang ergonomik sering diperlukan pula tempat duduk dan meja kerja
yang kriterianya disesuaikan dengan ukuran anthropometri pekerja.
Ukuran anthropometri tubuh yang penting dalam ergonomi adalah:
1) Berdiri
2) Tinggi badan berdiri
3) Tinggi bahu
4) Tinggi siku
5) Tinggi pinggul

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
22
6) Depan
7) Panjang lengan
8) Duduk
9) Tinggi duduk
10) Panjang lengan atas
11) Panjang lengan bawah dan tangan
12) Jarak lekuk lutut sampai dengan garis punggung
13) Jarak lekuk lutut sampai dengan telapak

Keadaan bekerja sambil berdiri, mempunyai kriteria


1) Tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm di bawah tinggi siku.
2) Pekerjaan yang lebih membutuhkan ketelitian, tinggi meja yang
digunakan 10-20 cm lebih tinggi dari siku.
3) Pekerjaan yang memerlukan penekanan dengan tangan, tinggi
meja 10-20 cm lebih rendah dari siku.
4) Mengangkat dan mengangkut. Beberapa faktor yang
berpengaruh pada proses mengangkat dan mengangkut adalah
beratnya beban, intensitas, jarak yang harus ditempuh,
lingkungan kerja, ketrampilan dan peralatan yang digunakan.
Untuk efisiensi dan kenyamanan kerja perlu dihindari manusia
sebagai “alat utama” untuk mengangkat dan mengangkut.
c. Sistem manusia–mesin
Penyesuaian manusia-mesin sangat membantu dalam
menciptakan kenyamanan dan efisiensi kerja. Perencanaan sistem ini
dimulai sejak tahap awal dengan memperhatikan kelebihan dan
keterbatasan manusia dan mesin yang digunakan interaksi manusia-
mesin memerlukan beberapa hal khusus yang diperhatikan,
misalnya:
1) Adanya informasi yang komunikatif
2) Tombol dan alat pengendali baik

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
23
3) Perlu standard pengukuran anthropometri yang sesuai untuk
pekerjaannya.
d. Kebutuhan kalori
Konsumsi kalori sangat bervariasi tergantung pada jenis
pekerjaan. Semakin berat kegiatan yang dilakukan semakin besar
kalori yang diperlukan. Selain itu pekerjaan pria juga membutuhkan
kalori yang berbeda dari pekerja wanita. Dalam hal ini perlu
diperhatikan juga saat dan frekuensi pemberian kalori pada pekerja.
1) Pekerja Pria
Pekerjaan ringan: 2400 kal/hari
Pekerjaan sedang: 2600 kal/hari
Pekerjaan berat : 3000 kal/hari
2) Pekerja Wanita
3) Pekerjaan ringan: 2000 kal/hari
4) Pekerjaan sedang: 2400 kal/hari
5) Pekerjaan berat: 2600 kal/hari
e. Pengorganisasian kerja
Pengorganisasian kerja berhubungan dengan waktu kerja, saat
istirahat, pengaturan waktu kerja gilir (shift) dari periode saat
bekerja yang disesuaikan dengan irama faal tubuh manusia. Waktu
kerja dalam 1 hari antara 6-8 jam. Dengan waktu istirahat ½ jam
sesudah 4 jam bekerja. Perlu juga diperhatikan waktu makan dan
beribadah. Termasuk juga di dalamnya terciptanya kerjasama antar
pekerja dalam melakukan suatu pekerjaan serta pencegahan
pekerjaan yang berulang (repetitive).
f. Lingkungan kerja
Dalam peningkatan efisiensi dan produktifitas kerja berbagai
faktor lingkungan kerja sangat berpengaruh. Berbagai faktor
lingkungan yang berpengaruh misalnya suhu nyaman untuk bekerja
adalah 24-26O C.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
24
g. Olahraga dan kesegaran jasmani
Kegiatan olahraga dan pembinaan kesegaran jasmani
dibutuhkan untuk meningkatkan produktivitas. Oleh karena itu, tes
kesehatan sebelum bekerja/tes kesegaran jasmani perlu dilakukan
sebagai tahap seleksi karyawan.
h. Musik dan dekorasi
Musik dapat meningkatkan kegairahan dan produktivitas kerja
dengan mempertimbangkan jenis, saat, lama dan sifat pekerjaan.
Dekorasi dan pengaturan warna dapat memberikan kesan jarak,
kejiwaan dan suhu. Misalnya:
1) Biru: jarak jauh dan sejuk
2) Hijau: menyegarkan
3) Merah: dekat, hangat, merangsang
4) Orange: sangat dekat, merangsang.
i. Kelelahan
Kelelahan adalah mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari
kerusakan lebih lanjut dan memerlukan terjadinya proses pemulihan.
Sebab-sebab kelelahan diantaranya adalah monotomi kerja, beban
kerja yang berlebihan, lingkungan kerja jelek, gangguan kesehatan
dan gizi kurang.

J. Alat Pelindung Diri (PPE)


Persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri (personal protective
equipment–PPE) tercantum dalam personal protective equipment at work
regulation 1992. Dalam menyediakan perlindungan terhadap bahaya, prioritas
pertama seorang majikan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan
daripada individu (Ridley. 2006: 142). Ada prinsip umum yang harus diikuti:

1. PPE yang efektif harus:


a) Sesuai dengan bahaya yang dihadapi
b) Terbuat dari material yang akan tahan dengan bahaya tersebut

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
25
c) Cocok bagi orang yang akan menggunakannya
d) Tidak mengganggu kerja operator yang bekerja
e) Memiliki konstruksi yang sangat kuat
f) Tidak mengganggu PPE lain yang sedang dipakai secara bersamaan
g) Tidak meningkatkan risiko terhadap pemakainya.
2. Operator-operator yang menggunakan PPE harus memperoleh:
a) Informasi tentang bahaya yang dihadapi
b) Instruksi tentang tindakan pencegahan yang perlu diambil
c) Pelatihan tentang penggunan peralatan dengan benar
d) Konsultasi dan diizinkan pemilih PPE yang tergantung pada
kecocokannya
e) Pelatihan cara memelihara dan menyimpan PPE
f) Instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

Contoh-contoh perlindungan PPE (Ridley. 2006: 143-144)


Bagian tubuh PPE

 Kepala  Helm keras, helm empuk, topi,

harnet, atau pemangkasan rambut.

 Telinga  Tutup telinga (ear murf) dan

sumbat telinga (ear plug)

 Mata  Kacamata pelindung (googles),

pelindung wajah, goggles khusus.

 Paru  Masker wajah, respirator, alat

bantu pernafasan.

 Tangan  Sarung tangan pelindung, sarung

tangan tahan bahan kimia, sarung

tangan insulasi.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
26
 Kaki  Sepatu pengaman, selubung kaki

(gaiter) dan sepatu pengaman.

 Krim pelindung.
 Kulit
 Pelindung yang kedap seperti
 Torso dan tubuh
sarung tangan dan celemek.

 Pakaian bertekanan udara


 Keseluruhan tubuh
(pressurized suits)

K. Tujuan Penerapan Keperawatan Kesehatan Kerja


Secara umum, tujuan keperawatan kesehatan kerja adalah menciptakan
tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan hyperkes dapat diperinci
sebagai berikut (Rachman. 1990):
1. Agar tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja selalu
dalam keadaan sehat dan selamat
2. Agar sumber-sumber produksi dapat berjalan secara lancar tanpa adanya
hambatan.

L. Fungsi dan Tugas Perawat dalam Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fungsi dan tugas perawat dalam usaha keselamatan dan kesehatan kerja
(K3) di industri adalah sebagai berikut (Effendy, Nasrul. 1998):
1. Fungsi perawat
a. Mengkaji masalah kesehatan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan pekerja
c. Melaksanakan pelayanan kesehatan dan keperawatan terhadap
pekerja
d. Melakukan penilaian terhadap asuhan keperawatan yang dilakukan
2. Tugas perawat
a. Mengawasi lingkungan pekerja

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
27
b. Memelihara fasilitas kesehatan perusahaan
c. Membantu dokter dalam pemeriksaan kesehatan pekerja
d. Membantu melakukan penilaian terhadap keadaan kesehatan pekerja
e. Merencanakan dan melaksanakan kunjungan rumah dan perawatan
di rumah kepada pekerja dan keluarga yang mempunyai masalah
kesehatan
f. Ikut berperan dalam penyelenggaraan pendidikan K3 terhadap
pekerja
g. Ikut berperan dalam usaha keselamatan kerja
h. Memberikan pendidikan kesehatan mengenai KB terhadap pekerja
dan keluarganya
i. Membantu usaha penyelidikan kesehatan pekerja
j. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan K3.

M. Diagnosis Spesifik Penyakit Akibat Kerja


Secara teknis penegakan diagnosis dilakukan dengan cara berikut ini (B,
sugeng. 2003):

1. Anamnesis (wawancara) meliputi, identitas, riwayat kesehatan, riwayat


penyakit, dan keluhan yang dialami saat ini.
2. Riwayat pekerjaan
a. Sejak pertama kali bekerja (kapan mulai bekerja di tempat tersebut)
b. Kapan, bilamana, apa yang dikerjakan, bahan yang digunakan, jenis
bahaya yang ada, kejadian sama pada pekerja lain, pemakaian alat
pelindun diri, cara melakukan pekerjaan, pekerjaan lain yang
dilakukan, kegemaran (hobi), dan kebiasaan lain (merokok, alkohol)
c. Sesuai tingkat penegtahuan, pemahaman pekerjaan.
3. Membandingkan gejala penyakit sewaktu bekerja dan dalam keadaan
tidak bekerja

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
28
a. Pada saat bekerja maka gejala timbul atau menjadi lebih berat, tetapi
pada saat tidak bekerja atau istirahat maka gejala berkurang atau
hilang.
b. Perhatikan juga kemungkinan pemajanan di luar tempat kerja.
c. informasi tentang ini dapat ditanyakan dalam anamnesa atau dari
data penyakit di perusahaan.
4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan catatan
a. Tanda dan gejala yang muncul mungkin tidak spesifik.
b. Pemeriksaan laboratorium membantu diagnostik klinis.
c. Dugaan adanya penyakit akibat bekerja dilakukan juga melalui
pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis.
5. Pemeriksaan laboratorium khusus atau pemeriksaan biomedis
a. Seperti pemeriksaan spirometri dan rontgen paru (pneumokoniosis-
pembacaan standart ILO).
b. Pemeriksaan audiometri.
c. Pemeriksaan hasil metabolit dalam darah dan urine.
6. Pemeriksaan atau pengujian lingkungan kerja atau data hygine
perusahaan yang memerlukan:
a. Kerjasama dengan tenaga ahli hygine perusahaan.
b. Kemampuan mengevaluasi faktor fisik dan kimia berdasarkan data
yang ada.
c. Pengenalan secara lengsung sistem kerja dan lama pemakaian.
7. Konsultasi keahlian medis dan keahlian lain
a. Seringkali penyakit akibat kerja ditentukan setelah ada diagnosis
klinis, kemudian dicari faktor penyebabnya di tempat kerja, atau
melalui pengamatan (penelitian) yang relatif lebih lama.
b. Dokter spesialis lainnya, ahli toksikologi, dan dokter penasehat
(kaitannya dengan kompensasi).

Menurut (Dermawan, Deden. 2012: 194-197), Untuk dapat mendiagnosis


penyakit akibat kerja pada individu perlu dilakukan suatu pendekatan

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
29
sistematis untuk mendapatkan informasi yang diperlukan dan
menginterpretasinya secara tepat. Pendekatan tersebut dapat disusun menjadi
7 langkah yang dapat digunakan sebagai pedoman:

1. Tentukan diagnosis klinisnya


Diagnosis klinis harus dapat ditegakkan terlebih dahulu, dengan
memanfaatkan fasilitas-fasilitas penunjang yang ada, seperti umumnya
dilakukan untuk mendiagnosis suatu penyakit. Setelah diagnosis klinik
ditegakkan dapat dipikirkan lebih lanjut apakah penyakit tersebut
berhubungan dengan pekerjaan atau tidak.
2. Tentukan pajanan yang dialami oleh tenaga kerja selama ini
Pengetahuan mengenai pajanan yang dialami oleh seorang tenaga
kerja adalah esensial untuk dapat menghubungkan suatu penyakit dengan
pekerjaannya. Untuk ini perlu dilakukan anamnesa mengenai riwayat
pekerjaannya secara cermat dan teliti, yang mencakup :
a. Penjelasan mengenai semua pekerjaan yang telah dilakukan oleh
penderita secara kronologis.
b. Lamanya melakukan masing-masing pekerjaan.
c. Bahan yang diproduksi.
d. Materi (bahan baku) yang digunakan.
e. Jumlah pajanananya.
f. Pemakaian alat perlindungan diri (masker).
g. Pola waktu terjadinya gejala.
h. Informasi mengenai tenaga kerja lain (apakah ada yang mengalami
gejala serupa).
i. Informasi tertulis yang ada mengenai bahan-bahan yang digunakan
(MSDS, label, dan sebagainya).
3. Tentukan apakah pajanan tersebut memang dapat menyebabkan penyakit
tersebut.
Apakah terdapat bukti-bukti ilmiah dalam kepustakaan yang
mendukung pendapat bahwa pajanan yang dialami menyebabkan

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
30
penyakit yang diderita. Jika dalam kepustakaan tidak ditemukan adanya
dasar ilmiah yang menyatakan hal tersebut diatas, maka tidak dapat
ditegakkan diagnosa penyakit akibat kerja. Jika dalam kepustakaan ada
yang mendukung, perlu dipelajari lebih lanjut secara khusus mengenai
pajanan sehingga dapat menyebabkan penyakit yang diderita
(konsentrasi, jumlah, lama dan sebagainya).
4. Tentukan apakah jumlah pajanan yang dialami cukup besar untuk dapat
mengakibatkan penyakit tersebut.
Jika penyakit yang diderita hanya dapat terjadi pada keadaan pajanan
tertentu, maka pajanan yang dialami pasien di tempat kerja menjadi
penting untuk diteliti lebih lanjut dan membandingkannya dengan
kepustakaan yang ada untuk dapat menetukan diagnosis penyakit akibat
kerja.
5. Tentukan apakah ada faktor-faktor lain yang mungkin dapat
mempengaruhi.
Apakah ada keterangan dari riwayat penyakit maupun riwayat
perkerjaannya, yang dapat mengubah keadaan pajanan, misalnya
penggunaan APD, riwayat adanya pajanan serupa sebelumnya sehingga
resikonya meningkat. Apakah pasien mempunyai riwayat kesehatan
(riwayat keluarga) yang mengakibatkan penderita lebih rentan/lebih
sensitif terhadap pajanan yang dialami.
6. Cari adanya kemungkinan lain yang dapat merupakan penyebab
penyakit.
Apakah ada faktor lain yang dapat merupakan penyebab penyakit?
Apakah penderita mengalami pajanan lain yang diketahui dapat
merupakan penyebab penyakit. Meskipun demikian, adanya penyebab
lain tidak selalu dapat digunakan untuk menyingkirkan penyebab di
tempat kerja.
7. Buat keputusan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh pekerjaannya.
Sesudah menerapkan ke enam langkah di atas perlu dibuat suatu
keputusan berdasarkan informasi yang telah didapat yang memiliki dasar

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
31
ilmiah. Seperti telah disebutkan sebelumnya, tidak selalu pekerjaan
merupakan penyebab langsung suatu penyakit, kadang-kadang pekerjann
hanya memperberat suatu kondisi yang telah ada sebelumnya. Hal ini
perlu dibedakan waktu menegakkan diagnosis. Suatu pekerjaan/pajanan
dinyatakan sebagai penyebab suatu penyakit apabila tanpa melakukan
pekerjaan atau tanpa adanya pajanan tertentu, pasien tidak akan
menderita penyakit tersebut pada saat ini.
Sedangkan pekerjaan dinyatakan memperberat suatu keadaan apabila
penyakit telah ada atau timbul pada waktu yang sama tanpa tergantung
pekerjaannya, tetapi pekerjaannya/pajanannya memperberat/
mempercepat timbulnya penyakit.

N. Penerapan Lonsep Lima Tingkatan Pencegahan Penyakit/Five Level and


Prevention Diseases (Leavel and Clark) Pada Penyakit Akibat Kerja
(Effendi, Ferry. 2009: 238)
1. Peningkatan kesehatan (health promotion)
Misalnya; pendidikan kesehatan, meningkatkan gizi yang baik,
pengembangan kepribadian, perusahaan yang sehat dan memadai,
rekreasi, lingkungan kerja yang memadai, penyuluhan perkawinan dan
pendidikan seksual, konsultasi tentang keturunan dan pemeriksaan
kesehatan periodik.
2. Perlindungan khusu (spesific protection)
Misalnya; imunisasi, hygine perorangan, sanitasi lingkungan, serta
proteksi terhadap bahaya dan kecelakaaan kerja.
3. Deteksi dini dan pengobatan tepat (early diagnosis and prompt
treatment)
Misalnya; diagnosa dini setiap keluhan dan pengobatan segera serta
pembatasan titik-titik lemah untuk mencegah terjadinya komplikasi.
4. Membatasi kecacatan (disability limitation)

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
32
Misalnya; memeriksa dan mengobati tenaga kerja komprehensif,
mengobati tenaga kerja secara sempurna, dan pendidikan kesehatan.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
Misalnya; rehabilitasi dan mempekerjakan kembali para pekerja
yang menderita cacat. Sedapat mungkin perusahaan mencoba
menempatkan karyawan-karyawan cacat di jabatan yang sesuai,
menyediakan tempat kerja yang dilindungi, dan terapi kerja di rumah
sakit.

O. Promosi Kesehatan dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Promosi kesehatan, pencegahan dan kontrol penyakit, kesejahteraan,
penurunan faktor risiko, dan pelayanan kesehatan preventifadalah beberapa
istilah yang digunakan pada program kesehatan di lahan kerja (Anderson.
2007: 451).
Promosi kesehatan digunakan untuk menunjukkan sebuah proses
pembelajaran para pekerja mengenai bagaimana cara meningkatkan kesehatan
dan kualitas hidup mereka dengan mengembangkan gaya hidup yang baru.
Proses promosi kesehatan di lahan kerja biasanya dimulai dari pekerja yang
mendapat pengetahuan mengenai perilaku, risiko kesehatan atau proses
penyakit (Anderson. 2007: 451).
Perawat kesehatan kerja sering kali bertanggung jawab terhadap program
promosi kesehatan di lahan kerja dan berada pada posisi yang tepat untuk
menciptakan kemitraan dengan komunitas. Apabila suatu organisasi tidak
memiliki perawat kesehatan kerja, program kesehatan menjadi tanggung
jawab staf keamanan kerja atau staf departemen sumber daya manusia atau
staf departemen keuangan. Proses keperawatan untuk meningkatkan
kesehatan di lahan kerja berfokus pada keseluruhan populasi perusahaan dan
mungkin meluas kepada individu yang menjadi tanggungan pekerja
(pasangan dan anak) (Anderson. 2007: 451).
Aktivitas promosi kesehatan seluruh pekerja, termasuk manajemen.
Langkah berikutnya adalah menciptakan kesadaran terhadap isu-isu kesehatan

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
33
melalui pendidikan internal perusahaan, skrining, dan intervensi yang
berfokus pada gaya hidup.

1. Jenis aktivitas promosi kesehatan


Aktivitas yang lazim dilakukan dalam upaya mempromosikan
kesehatan atau mencegah cedera dan penyakit di lahan kerja adalah olah
raga, penghentian merokok, perawatan punggung, dan program
manajemen stres. Ada tiga jenis promosi kesehatan di lahan kerja
(Anderson. 2007: 451), yaitu:

a. Program kesadaran, meningkatkan tingkat pengetahuan dan minat


pekerja (contoh, dengan selebaran, seminar dan surat kabar).
b. Aktivitas perubahan perilaku, membantu para partisipan
mengembangkan perilaku yang lebih sehat (contoh, menghentikan
kebiasaan merokok,olah raga teratur, dan nutrisi sehat).
c. Lingkungan penunjang, menciptakan peluang kerja yang
meningkatkan gaya hidup sehat (contoh, penyediaan makanan
rendah lemak di cafetaria, kelas aerobik di tempat kerja,
menyediakan waktu senggang untuk skrining kesehatan, kudapan
sehat di etalase makanan).

Sebelum memutuskan untuk memilih jenis program promosi


kesehatan yang ditawarkan, penting untuk menentukan konsistensi
program dengan misi dan tujuan perusahaan. Perhatikan juga biaya dan
manfaat aktivitas, baik bagi pengusaha maupun para pekerja. Apabila
menyadari potensi manfaat finansial yang akan di dapat dari aktivitas ini,
seperti penurunan angka ketidak hadiran atau meningkatkan hasil kerja,
kebanyakan pekerja ikut berpartisipasi dalam program promosi kesehatan
karena alasan pribadi (seperti menurunkan berat badan, meningkatkan
kebugaran fisik). Para pekerja memiliki keinginan untuk merasa atau
terlihat lebih baik atau mengalami peningkatan kualitas hidup. Apabila
kedua kebutuhan, baik kebutuhan organisasi dan para pekerja terpenuhi,

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
34
program kesehatan ini akan mendapat dukungan luas dan partisipasi yang
tinggi dari pekerja dan mencapai kesuksesan besar.

2. Perencanaan program promosi kesehatan (Anderson. 2007: 452-458)


a. Pengkajian kebutuhan
Kuesioner dan penilaian risiko kesehatan umumnya digunakan
untuk mengidentifikasi minat pekerja terhadap topik pendidikan dan
menggambarkan kondisi kesehatan saat ini serta perilaku yang aman.
Kesehatan pekerja dan catatan asuransi juga dapat digunakan
untuk mengidentifikasi prevalensi penyakit kronik pekerja yang
perlu ditangani. Catatan keamanan, format kompensasi pekerja atau
wawancara dengan manajer dan pekerja adalah sumber tambahan
untuk menentukan kebutuhan promosi kesehatan pekerja dan
perusahaan.
Setelah mengidentifikasi kebutuhan promosi kesehatan, anda
dapat membantu perawat kesehatan kerja atau komite penasehat
perencanaan dalam menjamin dukungan manajemen terhadap
program promosi kesehatan. Presentasi proposal atau catatan
eksekutif sering kali merupakan salah satu langkah awal dalam
meyakinkan manajemen mengenai manfaat proyek. Suatu
pendekatan perencanaan bisnis untuk mengomunikasikan program
anda dapat digunakan untuk menciptakan kesamaan persepsi dan
pengertian terhadap proyek dari semua orang yang ada di dalam
organisasi. Di bawah ini adalah contoh dari sebuah perencanaan
bisnis:
1) Catatan eksekutif: sebuah kesimpulan singkat mengenai rencana
promosi kesehatan, termasuk di dalamnya tujuan (contoh, untuk
menurunkan strain punggung bagian bawah), metode (contoh,
dilakukan melalui 3 kali pertemuan , masing-masing selama 30
menit), keuntungan yang dapatdiharapkan (contoh, lebih sedikit
absen pada hari kerja, peningkatan produktivitas), biaya

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
35
(contoh, biaya program, seperti brosur, selebaran, waktu
pengajaran, insentif, ketidak hadiran, dan biaya tak terduga,
seperti biaya akibat penurunan asuransi dan klaim kompensasi
pekerja).
2) Tujuan: secara jelas menggambarkan apa yang ingin dicapai dan
rasional. Termasuk tujuan Masyarakat Sehat 2010 (Healthy
People 2010 Objectives) untuk dewasa sehat.
3) Metode: bagaimana, bilamana, dan dimana rencana akan
diwujudkan ke dalam tindakan. Uraikan setiap tugas yang harus
diselesaikan (contoh, rancangan brosur dan selebaran serta
diseminasi) dan individu yang bertanggung jawab untuk
melaksanakan tugas tersebut, beserta batas waktu penyelesaian
program. Jelaskan isi program, termasuk mengundang
pembicara tamu, demonstrasi ulang, dan metode untuk
meningkatkan partisipasi pekerja serta adaptasi dari perilaku
yang diajarkan. Selain itu, tentukan juga tujuan dan objektif
program. Tujuan program dapat berupa: Delapan puluh persen
pekerja yang telah menjalani program perawatan punggung
melaporkan penurunan pengajuan izin sakit yang berhubungan
dengan nyeri punggung bawah. Objektif program dapat berupa:
Setelah mengikuti pembelajaran demonstrasi mengenai prosedur
mengangkat yang benar, 90% pekerja berpartisipasi akan
mendemonstrasikan prosedur mengangkat yang benar.
4) Manfaat yang diharapkan: Tulislah hasil program (contoh,
jumlah absensi pekerja karena nyeri punggung bawah menurun).
Ide yang bagus jika dalam proposal, dicantumkan jumlah
absensi pekerja pada tahun terkahir dan besarnya presentase
keberhasila program yang diajukan dalammenurunkan
ketidakhadiran. Selain itu, cantumkan pula pada laporan Anda,
nama perusahaan lain hasil temuan Anda dari literatur yang

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
36
mengimplementasikan program serupa, beserta keberhasila yang
dicapai oleh perusahaan tersebut.
5) Biaya: Proyeksi akurat dari biaya program (material, waktu para
pengajar, insentif), dan profit yang diharapkan dari penurunan
ketidakhadiran dan peningkatan produktivitas.

2. Implementasi program promosi kesehatan


Marketing adalah bagian esensial dari keberhasilan implementasi
program. Termasuk di dalam beberapa strategi Marketing adalah:

a. Poster. Harus tampak profesional. Judul dan kata-kata yang menarik


adalah unsur penting (contoh, “Weigh To Go” untuk penurunan
program berat badan). Ganti poster secara teratur untuk tetap
menarik perhatian.
b. Surat elektronik/e-mail. Hitungan mundur kegiatan; memberikan
pertanyaan kuis berkaitan dengan kesehatan dan memberikan
jawaban serta rasionalnya pada hari berikutnya.
c. Surat kabar kesehatan. Detail mengenai cerita keberhasilan, seperti
cerita mengenai deteksi dini melanoma maligna, program penurunan
berat badan dengan program jalan kaki, individu yang menderita
tekanan darah tinggi sampai ia berpartisipasi dalam skrining
kesehatan, dan bagaimana perubahan sederhana dari gaya hidup
dapat membantu individu mengontrol penyakit (tanpa pengobatan).
d. Surat dari pimpinan perusahaan atau manajer keuangan.
Memberikan kesempatan kepada perusahaan untuk melaksanakan
skrining kesehatan, mengumumkan bahwa perusahaan akan
membayar sebagian atau seluruh biaya dari program penghentian
kebiasaan merokok/tes skrining kesehatan, atau mengizinkan atan
jual-beli kebutuhan kesehatan selama 2 jam dengan kehadiran
program kesejahteraan.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
37
e. Memberikan hadiah insentif kepada pekerja yang ikut berpartisipasi,
seperti kaus oblong, topi, sampel tabir surya, kudapan buah-buahan,
botol minuman.

3. Evaluasi program promosi kesehatan


Proses evaluasi memberikan kesempatan untuk menentukan hasil
yang dicapai dari program promosi kesehatan dan mengarahkan
peningkatan pelayanan kesehatan kepada para pekerja. Evaluasi struktur,
program, proses pelaksanaan program dan hasil program adalah tiga
pendekatan yang umum dilakukan dalam meninjau ulang jaminan mutu.
a. Termasuk dalam evaluasi struktur adalah (1) meninjau ulang
mekanisme pelaporan yang diberikan kepada manajemen beserta
dukungan terhadap program promosi kesehatan; (2) menentukan
keadekuatan fasilitas fisik untuk menunjang program; (3)
mengidentifikasi peralatan dan persediaan yang digunakan; (4)
mengidentifikasi kebutuhan kepegawaian dan kualifikasinya; (5)
menganalisis demografik pekerja dan kebutuhan status kesehatan;
(6) menentukan apakah misi, tujuan, dan objektif program
diformulasikan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan para pekerja
dan kebutuhan bisnis pengusaha.
b. Evaluasi proses mencakup (1) apakah aktivitas promosi kesehatan
sesuai dengan kondisi; (2) apakah program promosi kesehatan di
bentuk untuk memenuhi kebutuhan di lahan kerja (saatnya anda
melakukan perbandingan terhadap pengkajian awal kebutuhan), dan
(3) apakah terdapat pendokumentasian dan pencatatan.
c. Evaluasi hasil berfokus pada (1) apakah tujuan dan objektif yang
diharapkan dapat dicapai; (2) apakah program membawa hasil yang
positif; (3) apakah hasil kesehatan menunjukkan pencegahan
penyakit/ pengetahuan pekerja tentang perawatan diri,
mengembalikan fungsi atau menurunkan ketidaknyamanan; (4)
bagaimana perbandingan keuntungan yang dicapai program dengan

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
38
biaya program; dan (5) kepuasan (dari pekerja, pengusaha, dan
orang-orang yang bergantung pada pekerja) terhadap kualitas
pelayanan promosi kesehatan yang diterima. Metode yang lazim
digunakan untuk evaluasi adalah skala rating pascaprogram,
observasi, dan wawancara dengan para pekerja tentang pendapat,
sikap, dan kepuasan mereka terhadap program. Tinjauan ulang bagan
dan catatan dapat dilakukan untuk menentukan perbedaan singkat
morbiditas dan mortalitas.

Asuhan Keperawatan Kesehatan Kerja


CV. Rizky Maha Karya Utama |
39

Anda mungkin juga menyukai