INDONESIA”
Disusun Oleh :
Eko Mardianto (193110184)
LAMPUNG
2019
Pengertian Keadilan Keadilan
Menurut Noor Ms Bakry Istilah keadilan berasal dari pokok kata adil,
yang berarti memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang
telah menjadi haknya, baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun
terhadap Tuhan. Adil dalam sila Keadilan sosial ini adalah khusus dalam artian
adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil terhadap diri sendiri serta adil
terhadap Tuhan. Keadilan dalam sila kelima ini diartikan sifat-sifat dan keadaan
yang sesuai dengan hakikat adil untuk mengakui hak sesama.
Dalam Pancasila sila ke-5 berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia” yang artinya seluruh warga Indonesia berhak mendapatkan keadilan
yang merata.
Sila ke-5 yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengandung
sebelasmakna, yaitu:
2
1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3
Ada tiga prinsip keadilan sosial yang dikemukakan oleh Suryawasita
(1989), yaitu keadilan atas dasar hak, keadilan atas dasar jasa, dan keadilan atas
dasar kebutuhan. Keadilan atas dasar hak adalah keadilan yang diperhitungkan
berdasarkan hak untuk diterima oleh seseorang. Keadilan atas dasar jasa adalah
keadilan yang diperhitungkan berdasarkan seberapa besar jasa yang telah
seseorang berikan. Sedangkan keadilan atas dasar kebutuhan adalah keadilan yang
diperhitungkan berdasarkan yang seseorang butuhkan.
Nilai yang terkandung dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
Yang Adil dan Beradab , Persatuan Indonesia, serta Kerakyatan yang Dipimpin
oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan atau Perwakilan.
1) Keadilan Distributif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga negara terhadap negara dan
dalam masalah ini pihak wargalah yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
4
mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara. Plato
berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan subtansi rohani umum dari
masyarakat yang membuat dan menjadi kesatuannya. Dalam masyarakat yang adil
setiap orang menjalankan pekerjaan menurut sifat dasarnya paling cocok baginya.
Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan untuk yang lainnya disebut
keadilan legal.
3) Keadilan Komulatif
Yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya
secara timbal balik. Keadilan ini bertujuan untuk memelihara ketertiban
masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan ini
merupakan asan pertalian dan ketertiban dalam masyarakat. Semua tindakan yang
bercorak ujung ekstrem menjadikan ketidak adilan dan akan merusak atau bahkan
menghancurkan pertalian dalam masyarakat.
5
mengantarai kaum elite dan kaum yang termarjinalkan telah mengindikasikan
adanya masalah ketidakadilan sosial di Indonesia.
Salah satu contoh konkret adalah kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi
Papua. Berdasarkan hasil studi dan penelitian yang dilakukan LIPI pada 2008,
wacana pembangunan dalam perspektif rakyat Papua dimaknai sebagai upaya
negara dalam melakukan marjinalisasi rakyat Papua dan mengenalkan sistem
kapitalisme yang bermuara pada eksploitasi sumber alam di Tanah Papua. Selain
itu, mereka yang relatif lebih diuntungkan dari pembangunan di Tanah Papua
adalah warga pendatang (Widjojo, dkk., 2009).
Ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh para penduduk asli Papua ini
secara jelas dinyatakan oleh mantan Ketua DPRD Papua (1974-1977) dan Wakil
Gubernur (1977-1982) Ellyas Paprindey. Menurutnya, perasaan tidak puas,
ketidakadilan bagi rakyat Papua dalam pembangunan—khususnya untuk
meningkatkan kesejahteraan—mengakibatkan munculnya tuntutan kemerdekaan
oleh masyarakat Papua (Maniagasi, 2001). Hal ini juga didukung oleh hasil studi
dan penelitian yang dilakukan Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan
Kemitraan Masyarakat Sipil Indonesia (YAPPIKA) yang menyatakan bahwa para
penduduk Papua merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah dan aparat
keamanan yang dianggap lebih berpihak kepada kaum pemilik modal yang
merupakan masyarakat pendatang dibandingkan dengan penduduk asli Papua.
Alat-alat produksi juga dikuasai kaum pendatang, sehingga penduduk lokal sangat
tergantung kepada mereka. Selain itu, masyarakat lokal juga sulit mencapai akses
ke pasar, sehingga membatasi pengembangan produk pertanian dan pengolahan
hasil bumi lainnya (Raweyai, 2002). Daftar panjang ketidakadilan yang diterima
rakyat Papua itu ditambah lagi dengan penanganan konflik di Papua yang
cenderung diabaikan atau hanya diselesaikan secara sepihak, sehingga tidak hanya
menimbulkan kebingungan, kecurigaan serta apatisme di kalangan masyarakat
Papua (Widjojo, dkk., 2009).
6
bersenjata maupun kelompok ideologi (Widjojo, dkk., 2009). Salah satu contoh
kelompok identitas lokal tersebut adalah Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang
sering kali bersikap antipemerintah dan menyuarakan keinginan sebagian
masyarakat Papua untuk memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Jika keadaan ketidakadilan ini terus berlanjut, dapat diprediksi dalam
beberapa tahun ke depan Indonesia akan kehilangan Papua— sebagaimana telah
terjadi dengan Timor Leste—sebagai salah satu bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Ancaman terhadap integrasi bangsa seperti ini tidak boleh dibiarkan terus
berlanjut. Berangkat dari Suryawasita (1989), bahwa fokus utama dari asas
keadilan sosial adalah perhatian pada nasib anggota masyarakat yang terbelakang,
maka terhadap anggota masyarakat yang terbelakang inilah fokus perhatian perlu
lebih diberikan, sehingga mereka juga tetap dapat merasakan keadilan social
sebagai bagian dari bangsa Indonesia (Suryawasita, 1989). Keadilan dan persatuan
di Indonesia haruslah mengacu pada sikap peduli yang berimbang, bukan hanya
terfokus pada salah satu bagian Pancasila, Keadilan Sosial atau wilayah saja.
Redistribusi sumber daya kesejahteraan yang merata oleh negara sebagai agensi
publik perlu diperhatikan dan diimplementasikan dengan lebih sempurna (Bagir,
dkk., 2011).
7
solusi konkret bagi permasalahan ketidakadilan sosial yang berujung pada
disintegrasi bangsa. Pemberdayaan atau pengembangan sumber daya manusia
yang dimaksud dapat berupa pelatihan atau pendidikan, seperti yang telah
dilakukan oleh Prof. Yohanes Surya yang bersedia memberi diri untuk mendidik
sejumlah siswa Papua berprestasi. Apabila seluruh elemen masyarakat, termasuk
masyarakat yang paling terbelakang, diikutsertakan dalam pembangunan dan
dapat memberikan sumbangsih yang nyata, rasa kesatuan bangsa akan dapat lebih
kental terlihat dalam setiap individu bangsa.
• Dampak Positif :
1. Perlakuan yang adil dalam berbagai kehidupan atau tidak diskriminasi
2. Menghilangkan politik dinasti (kekuasaan turun menurun; dari orang
tua ke anaknya)
3. Kamakmuran masyarakat yang berkeadilan, meratakan keadilan tanpa
memandang status dan kepentingan
4. Keseimbangan yang adil dalam antara kehidpan pribadi dan
masyarakat
5. Keseimbangan yang adil antara kebutuhan jasmani dan rohani, materi
dan spiritual
• Dampak Negatif :
1. Membedakan fasilitas umum antara pejabat dan rakyat biasa.
2. Keadilan hanya untuk golongan tertentu, dalam artian menindak suatu
permasalahan selalu tebang pilih dan menguntungkan pihak yang
seharusnya salah
3. Membeda-bedakan perhatian antar suku
8
Solusi dari masalah yang ditimbulkan sila “Keadilan Sosial bagi
Seluruh Rakyat Indonesia”
6. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal bersifat pemborosan dan gaya
hidup mewah.
9. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama.
10. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata
dan berkeadilan sosial.
9
10