Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara dramatis dengan
adanya pemeriksaan-pemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit
dan adanya fasilitas transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap
merupakan faktor utama dalam kematian maternal.

Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin,
terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat
segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang
memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk
pelayanan obstetri yang layak.

Perdarahan obstetri dapat terjadi setiap saat, baik selama kehamilan, persalinan,
maupun masa nifas. Oleh karena itu, setiap perdarahan yang terjadi dalam masa kehamilan,
persalinan dan nifas harus dianggap sebagai suatu keadaan akut dan serius, karena dapat
membahayakan ibu dan janin. Setiap wanita hamil, dan nifas yang mengalami perdarahan,
harus segera dirawat dan ditentukan penyebabnya, untuk selanjutnya dapat diberi pertolongan
dengan tepat.

Perdarahan pada masa kehamilan dapat diklasifikasikan berdasarkan umur kehamilan,


yaitu perdarahan pada hamil muda dan perdarahan pada hamil tua (antepartum). Perdarahan
pada hamil muda di antaranya :

a) Abortus.
 Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan. 


b) Molahidatidosa.
 Molahidatidosa adalah kehamilan abnormal dimana hampir seluruh vili


korialisnya mengalami perubahan hidrofik. 


c) Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) 


1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Abortus
a. Definisi

Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup luar
kandungan. Batasan abortus adalah umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan
berat janin kurang dari 500 gram.Sedangkan menurut WHO /FIGO adalah jika
kehamilan kurang dari 22 minggu, bila berat janin tidak diketahui.

Di Indonesia umumnya batasan untuk abortus adalah sesuai dengan definisi


Greenhill yaitu jika umur kehamilan kurang dari 20 minggu dan berat janin kurang
dari 500 gram. Abortus spontan dibagi menjadi abortus awal dan abortus yang
terlambat. Abortus awal terjadi sebelum usia kehamilan mencapai 12 minggu.
Abortus yang terlambat terjadi pada usia kehamilan 12 sampai 20 minggu.

b. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan kematian fetus adalah faktor ovum sendiri,


faktor ibu antara lain :

1. Kelainan Ovum
Menurut HERTIG dkk pertumbuhan abnormal dari fetus sering menyebabkan abortus
spontan .Pada ovum abnormal 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatid vili.
Abortus spontan yang disebabkan oleh karena kelainan dari ovum berkurang
kemungkinan kalau kehamilan sudah lebih dari satu bulan, artinya makin muda
kehamilan saat terjadinya abortus makin besar kemungkinan disebabkan oleh kelainan
ovum (50-80%).

2. Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi :

a. Kelainan genetik

Ada banyak sebab genetik yang berhubungan dengan abortus. Sebagian besar
abortus spontan disebabkan oleh kelainan kariotip dari embrio.Data ini berdasarkan

2
pada 50% kejadian abortus pada trimester pertama merupakan kelainan sitogenetik
yang berupa aneuploidi yang bisa disebabkan oleh kejadian nondisjuction meiosis
atau poliploidi dari fertilas abnormal dan separuh dari abortus kerana kelainan
sitogenetik pada trimester pertama berupa trisomi autosom.

Triplodi ditemukan pada 16% kejadian abortus di mana terjadi fertilisasi ovum
normal oleh 2 sperma (dispermi).Insiden trisomi meningkat dengan bertambahnya
usia. Trisomi (30% dari seluruh trisomi) adalah penyebab terbanyak abortus
spontan diikuti dengan sindroma Turner (20-25%) dan Sindroma Down atau
trisomi 21 yang sepertiganya bisa bertahan sehingga lahir.3 Selain kelainan
sitogenetik, kelainan lain seperti fertilisasi abnormal iaitu dalam bentuk tetraploidi
dan triploid dapat dihubungkan dengan abortus absolut.

Kelainan dari struktur kromosom juga adalah salah satu penyebab kelainan
sitogenetik yang berakibat aborsi dan kelainan ini sering diturunkan oleh ibu
memandangkan kelainan struktur kromoson pada pria berdampak pada rendahnya
konsentrasi sperma, infertelitas dan faktor lainnya yang bisa mengurangi peluang
kehamilan.

Selain itu, gen yang abnormal akibat mutasi gen bisa mengganggu proses
implantasi dan mengakibatkan abortus seperti mytotic dystrophy yg berakibat pada
kombinasi gen yang abnormal dan gangguan fungsi uterus.3 Gangguan genetik
seperti Sindroma Marfan, Sindroma Ehlers-Danlos, hemosistenuri dan
pseusoxantoma elasticum merupakan gangguan jaringan ikat yang bisa berakibat
abortus.3 Kelainan hematologik seperti pada penderita sickle cell anemia,
disfibronogemi, defisiensi faktor XIII mengakibatkan abortus dengan
mengakibatkan mikroinfak pada plasenta.

b. Faktor nutrisi dan lingkungan:

Diperkirakan 1-10% malformasi janin adalah akibat dari paparan obat, bahan
kimia atau radiasi yang umumnya akan berakhir dengan abortus. Faktor-faktor
yang terbukti berhubungan dengan peningkatan insiden abortus adalah merokok,
alkohol dan kafein.

Merokok telah dipastikan dapat meningkatkan risiko abortus euploid. Pada


wanita yang merokok lebih dari 14 batang per hari, risiko abortus adalah 2 kali

3
lipat dari risiko pada wanita yang tidak merokok.Rokok mengandung ratusan unsur
toksik antara lain nikotin yang mempunyai sifat vasoaktif sehingga menghambat
sirkulasi uteroplasenta. Karbon monoksida juga menurukan pasokan oksigen ibu
dan janin dan dapat mamacu neurotoksin.Meminum alkohol pada 8 minggu
pertama kehamilan dapat meningkatkan risiko abortus spontan dan anomali fetus.
Kadar abortus meningkat 2 kali lipat pada wanita yang mengkonsumsi alkohol 2
kali seminggu dan 3 kali lipat pada konsumsi tiap-tiap hari dibandingkan dengan
wanita yang tidak minum.

Mengkonsumsi kafein sekurangnya 5 gelas kopi perhari atau 500mg caffiene


satu hari dapat sedikit menambah risiko abortus dan pada mereka yang meminum
lebih dari ini, risikonya meningkat secara linier dengan tiap jumlah tambahan gelas
kopi.Pada penelitian lain, wanita hamil yang mempunyai level paraxantine
(metabolit kafine), risiko abortus spontan adalah 2 kali lipat daripada kontrol.

c. Faktor imunologi
Beberapa penyakit berhubungan erat dengan kejadian abortus. Diantaranya
adalah SLE dan Antiphospholipid Antibodies (aPA). ApA adalah antibodi spesifik
yang ditemukan pada ibu yang menderita SLE. Peluang terjadinya pengakhiran
kehamilan pada trimester 2 dan 3 pada SLE adalah 75%.Menurut penelitian,
sebagian besar abortus berhubungan dengan adanya aPA yang merupakan antibodi
yang akan berikatan dengan sisi negatif dari phosfolipid.3 Selain SLE,
antiphosfolipid syndrome (APS) dapat ditemukan pada preemklamsia, IUGR, dan
prematuritas. Dari international consensus workshop pada tahun 1998, klasifikasi
APS adalah:
1) Trombosis vaskular (satu atau lebih episode trombosis arteri, venosa atau
kapiler yang dibuktikan dengan gambaran Doppler, dan histopatologi)

2) Komplikasi kehamilan (3 atau lebih abortus dengan sebab yang tidak jelas,
tanpa kelainan anatomik, genetik atau hurmonal/ satu atau lebih kematian
janin di mana gambaran sonografi normal/ satu atau lebih persalinan prematur
dengan gambaran janin normal dan berhubungan dengan preeklamsia
berat,atau insufisiensi plasenta yang berat)

4
3) Kriteria laboratorium (IgG dan atau IgM dengan kadar yang sedang atau tinggi
pada 2 kali atau lebih dengan pemeriksaan jarak lebih dari 1 atau sama dengan
6 minggu)

4) Antibodi fosfolipid (pemanjangan koagulasi fospholipid, aPTT, PT, dan CT,


kegagalan untuk memperbaikinya dengan pertambahan dengan plasma platlet
normal dan adanya perbaikan nilai tes dengan pertambahan fosfolipid)

aPA ditemukan 20% pada perempuan yang mengalami abortus dan lebih dari
33% pada perempuan yang mengalami SLE. Pada kejadian abotus berulang,
ditemukan infark plasenta yang luas akibat adanya atherosis dan oklusi
vaskular.

3. Kelainan Sirkulasi plasenta :

Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit nefritis, hipertensi, toksemia gravidarum,
anomali plasenta, dan end ateritis villi korialis karena hipertensi menahun.

4. Penyakit pada ibu :

 Penyakit infeksi yang menyebabkan demam tinggi seperti pneumonia, tifoid,


rubeola, demam malta, dan sebagainya. Kematian fetus dapat disebabkan karena
toksin dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus disebabkan karena toksin
dari ibu atau invasi kuman atau virus pada fetus.
 Ada berbagai teori untuk menjelaskan keterkaitan infeksi dengan kejadian
abortus. Diantaranya adalah adanya metabolik toksik, endotoksin, eksotoksin,
dan sitokin yang berdampak langsung pada janin dan unit fetoplasenta. Infeksi
janin yang bisa berakibat kematian janin dan cacat berat sehingga janin sulit
untuk bertahan hidup.Infeksi plasenta akan berakibat insufisiensi plasenta dan
bisa berlanjut kematian janin.Infeksi kronis endometrium dari penyebaran
kuman genetalia bawah yang bisa mengganggu proses implantasi. Amnionitis
oleh kuman gram positif dan gram negatif juga bisa mengakibatkan
abortus.Infeki virus pada kehamilan awal dapat mengakibatkan perubahan
genetik dan anatomik embrio misalnya pada infeksi rubela, parvovirus, CMV,
HSV, koksakie virus, dan varisella zoster.
5. Kelainan pada traktus genitalia :

a. Anomali kongenital (hipoplasia uteri, uterus bikornis, dll)

5
b. Retroversia utei gravidi inkarserato

c. Perlengketan intra uteri ASAERMAN SYNDROME

d. Mioma uteri sub mukosa

e. Uterus terlalu cepat teregang (kehamilan ganda, mola)

f. Distorsia uterus, misalnya karena terdorong oleh tumor pelvis

g. Tidak sempurnanya persiapan uterus dalam menanti nidasi dari ovum yang
sudah dibuahi, seperti kurangnya progesteron atau estrogen, dan endometriris.

6. Inkompetensi cervix
Cervix longgar (tidak sempit lagi) sehingga mudah janin jatuh/ tidak tertahan di
dalam. Penyebabnyan curettage (krn perlukaan, infeksi) dan operasi konisasi (cervix
diangkat).

7. Antagonis Rhesus
Pada antagonis rhesus, darah ibu yang melalui plasenta merusak darah fetus, sehingga
terjadi anemia pada fetus yang berakibat meninggalnya fetus.

8. Kontrasepsi
Kontrasepsi oral atau agen spermicidal yang digunakan pada salep dan jeli kontrasepsi
tidak berhubungan dengan risiko abortus. Namun, jika pada kontrasepsi yang
menggunakan IUD, intrauterine device gagal untuk mencegah kehamilan, risiko
aborsi khususnya aborsi septik akan meningkat dengan signifikan.

c. Patogenesis

Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis kemudian


diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi
terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus.
Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya.

Pada kehamilan kurang dari 8 minggu hasil konsepsi itu biasanya dikeluarkan
seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada

6
kehamilan antara 8 sampai 14 minggu villi koriales menembus desidua lebih dalam,
sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna yang dapat menyebabkan
banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu keatas umumnya dikeluarkan setelah
ketuban pecah ialah janin, disusul beberapa waktu kemudian plasenta. Hasil konsepsi
keluar dalam berbagai bentuk, seperti kantong kosong amnion atau benda kecil yang
tidak jelas bentuknya (blighted ovum), janin lahir mati, janin masih hidup, mola
kruenta, fetus kompresus, maserasi, atau fetus papiraseus.

d. Klasifikasi

Abortus dapat dibagi atas dua golongan:

a. Abortus Spontan

Abortus spontan adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului faktor-faktor

mekanis ataupun medisinalis, semata-mata disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.


b. Abortus Provakatus (induced abortion)

Abortus provokatus adalah abortus yang disengaja, baik dengan memakai obat-obatan
maupun alat-alat. Abortus ini terbagi lagi menjadi:

a. Abortus Medisinalis (abortus therapeutica)
 Abortus medisinalis adalah abortus

karena tindakan kita sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat
membahayakan jiwa ibu (berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat
persetujuan 2 sampai 3 tim dokter ahli.

b. Abortus Kriminalis
 Abortus kriminalis adalah abortus yang terjadi oleh karena

tindakan-tindakan yang tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.

Berdasarkan gambaran klinis, abortus spontan dibagi menjadi :

1. Abortus Imminens (Threatened abortion/Abortus mengancam)

Adalah ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi

7
serviks. Proses awal dari suatu keguguran, yang ditandai dengan :

a) Perdarahan pervaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan


janin masih dalam intrauterine timbul pada pertengahan trimester pertama
b) Perdarahan biasanya sedikit, hal ini dapat terjadi beberapa hari.
c) Kadang nyeri, terasa nyeri tumpul pada perut bagian bawah menyertai
perdarahan.
d) Tidak ditemukan kelainan pada serviks dan serviks tertutup

Gambar 1. Abortus Imminens

2. Abortus Insipien (Inevitable abortion/Abortus sedang berlangsung)

ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih
dalam uterus. Ditandai dengan adanya :

a) robeknya selaput amnion dan adanya pembukaan serviks


b) terjadi kontraksi uterus untuk mengeluarkan hasil konsepsi
c) perdarahan per vaginam masif, kadang – kadang keluar gumpalan darah.
d) nyeri perut bagian bawah seperti kejang karena kontraksi rahim kuat.

8
Gambar 2. Abortus Insipiens

3. Abortus Kompletus (Abortus Lengkap)

ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah
keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong.

Tanda dan Gejala

a) Serviks menutup.
b) Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c) Gejala kehamilan tidak ada.
d) Uji kehamilan negatif.
e) Besar uterus tidak sesuai dengan umur kehamilan.

Gambar 3. Abortus Kompletus

4. Abortus Inkompletus

ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu


dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.

Gejala Klinis :

9
 Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
 Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya berupa stolsel (darah beku).
 Sudah ada keluar fetus atau jaringan
 Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati
kanalis servikalis terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada
kanalis servikalis atau kavum uteri, serta uterus yang berukuran lebih kecil
dari seharusnya.

Gambar 4. Abortus Inkompletus

5. Missed Abortion

ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil


konsepsi tertahan dalam uterus 8 minggu atau lebih

Gejala Klinis

- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai


mual dan muntah
- Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi.
- Mamae menjadi mengecil
- Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
pada 2-3 minggu setelah fetus mati.
- Pada pemeriksaan dalam serviks tertutup dan ada darah sedikit

10
- Pasien merasa perutnya dingin dan kosong

Gambar 5. Missed Abortion

6. Abortus Habitualis

Definisi abortus spontan yang berkali-kali (habitualis) telah dibuat berdasarkan


berbagai kriteria jumlah dan urutannya, tapi definisi yang paling mungkin diterima
saat ini adalah abortus spontan yang terjadi berturut-turut tiga kali atau lebih.

7. Abortus Infeksious

ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genital.

8. Abortus Septic

ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.

Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda – tanda sepsis, seperti
nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.

e. Pemeriksaan Diagnostik Penunjang

11
a. Laboratorium


Darah Lengkap :

- Kadar haemoglobih rendah akibat anemia haemorrhagik.


- LED dan jumlah leukosit meningkat tanpa adanya infeksi.

Tes Kehamilan :

- Penurunan atau level plasma yang rendah dari β-hCG adalah prediktif.
terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus spontan atau
kehamilan ektopik).

b. Ultrasonografi


USG transvaginal dapat digunakan untuk deteksi kehamilan 4 – 5

minggu.
 Detak jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia

kehamilan 5 – 6 minggu).
 Dengan melakukan dan menginterpretasi secara cermat,

pemeriksaan USG dapat digunakan untuk menentukan apakah kehamilan viabel atau
non-viabel.

Pada abortus imimnen, mungkin terlihat adanya kantung kehamilan (gestational


sac GS) dan embrio yang normal.

Pada abortus inkompletus, kantung kehamilan umumnya pipih dan iregular serta
terlihat adanya jaringan plasenta sebagai masa yang echogenik dalam cavum uteri.

Pada abortus kompletus, endometrium nampak saling mendekat tanpa visualisasi


adanya hasil konsepsi.

Pada missed abortion, terlihat adanya embrio atau janin tanpa ada detik jantung
janin.

Pada blighted ovum, terlihat adanya kantung kehamilan abnormal tanpa yolk sac
atau embrio.

f. Penatalaksanaan
1. Abortus Imminens

12
- Tirah baring
- Dilarang melakukan aktivitas fisik berlebih dan berhubungan seksual
- Jika perdarahan berhenti, lakukan ANC lanjutan
- Jika perdarahan berlanjut, kondisi janin dinilai konfirmasi kemungkinan
adanya penyebab lain dilakukan dengan segera.

2. Abortus Insipien

 Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :

- Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika


perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan dapat
diulang setelah 4 jam jika perlu
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
 Bila kehamilan > 16 minggu tunggu ekspulsi spontan kemudian dilakukan
evakuasi uterus dengan Aspirasi Vakum Manual (AVM).Jika evakuasi tidak
dapat dilakukan segera lakukan :
- Induksi oksitosin 20 unit dalam 500 ml NS atau RL mulai 8 tetes sampai
40 tetes/ menit, sesuai kondisi kontraksi uterus sampai terjadi pengeluaran
hasil konsepsi
- Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
 Lakukan Pemantauan Pasca Abortus

3. Abortus Kompletus

 Tidak perlu evakuasi lagi


 Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
 Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
 Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari
selama 2 minggu, jika anemia berat berikan tranfusi darah.

13
4. Abortus Inkompletus

Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan,dapat


dikeluarkan secara digital, atau cunam ovum kemudian dievakuasi

i. Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol


400 mg per oral
ii. Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan kuret
vakum (KV)
- Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, antibiotika prophilaksis
- Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap8
jam
- Bila anemia terapi dengan Fe kalau perlu transfusi darah

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadijanto B. Perdarahan pada kehamilan muda. Dalam: Sarwono Prawirohardjo. Ilmu


Kandungan. Edisi ke-4. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2009 : 460-
73.

2. Wiknjosastro H, Safiudin AB, Rachimahadhi T, editor. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo, Jakarta, 2000.

3. Mochtar R, Lutan D. Sinopsis Obstetri. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta, 1998.

4. F. G Cunningham, KJ. Leveno, SL. Bloom. Abortion in William Obstetrics, 22nd edition.
Mc-Graw Hill, 2005

5. McPhee S, Obsterics and obstretrics disoders,Current medical diagnosis and treatment,


2009 edition, Mc Graw Hill, 2008

6. Mansjoer A, TORCH. Editor Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani WI,


Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid pertama, Media
Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.

7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.


Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
8. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.
9. Trupin SR. Abortion. Emedicine Health. Editor: Stoppler MC. Available at
http://www.emedicinehealth.com/abortion/article_em.htm. Accessed on October 31st
2015.
10. Griebel CP, et all. Management of Spontaneous Abortion. University of Illinois College
of Medicine. Peoria.
11. Ware Branch, M.D. Recurrent Miscarriage. N Engl J Med 2010; 363: 1740-1747.
Available at http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp1005330. Accessed on
October 31st 2015.
12. Martaadisoebrata D.Buku Pedoman Pengelolaan Penyakit Trofoblas Gestasional. EGC
Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta. 2005.
13. Joewarini. Pendekatan Morfologi Pola Jaringan dan Morfofungsi Sel Trofoblas Pada
Mola Hidatidosa.Diakses dari http://www.Unaiir .com.2005

15
14. Saifuddin AB. Mola Hidatidosa dalam Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2001
15. Bratakoesoema D. Penyakit Trofoblas Gestasional dalam Buku Acuan Onkologi
Ginekologi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2006.
16. Hill L. Placental Abnormalities.Diagnostic Ultrasound Aplied to Obstetrics and
Gynecology. Second Edition. Lippincott Company. 1989
17. Chen P. Hydatiform mole. Diakses dari http://www.nlm.nih.gov/medlineplus.2004
18. Moore L, Hydatiform Mole.Diakses dari http://www.emedicine.com.2006
19. Merck.Hydatiform mole. The Female Reproductive System Merck Manual Home
Edition. Diakses dari http://www.merck.com.2003
20. Cunningham et al: Gestational Trofoblastis Tumor, Disease and Abnormalitas of the
plasenta, William Obstetric, 21th edition, Papleton & Lange Company, 2001: 836, 843-
45.
21. Hill A. Molar Pregnancy.Obgyn net. Diakses dari http://home.mpinet.net/dahmd
22. Chudliegh T, Problem of early pregnancy. Obstetri Ultrasound. 3rd edition. Elsevier
Churchill Livingstone. 2004
23. Novak, Hydatiform Mole and Choriocarcnoma in Novak’s Gynecologic and Obstetri
Pathology. Eight Edition.W.B. Saunders Company.1979
24. Diakses dari http://www.scielo.br
25. Silverberg S. Classification and Pathology of Gestational Trophoblastic Disease in Atlas
of Tumor Pathology. 1992
26. Soper J, Gestational Trophoblastic Disease. American College of Obstetricians and
Gynecologist Vol.108, no. 1, July 2006.
27. Vaisbuch A. Uncommon Causes of Twinning : Complete Hydatiform Mole with
Coexistent Twin in Multiple Pregnancy. Second Edition. Taylor & Francis Group.2005
28. 28. Supono. Ilmu Kebidanan. Palembang : Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya,
1985.
29. Wiknjosastro, Ilmu Kebidanan Edisi 2. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, 1999.
30. Lutan, Delfi, dkk. Sinopsis Obstetri, Edisi 2, Jakarta : EGC. 1998.
31. Chamberlain G, Phillip S. Turnbulls Obstetric. Third edition. Churcill Livingtone. 2001:
212-213

16
32. Prawirohardjo, S., 2005, Kehamilan Ektopik dalam Ilmu Kebidanan, Jakarta Pusat :
Yayasan Bina Pustaka.

17

Anda mungkin juga menyukai

  • Format Surat Lamaran SLTA 2021
    Format Surat Lamaran SLTA 2021
    Dokumen1 halaman
    Format Surat Lamaran SLTA 2021
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Online
    Surat Lamaran Online
    Dokumen5 halaman
    Surat Lamaran Online
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Online Mentah Nya
    Lamaran Online Mentah Nya
    Dokumen5 halaman
    Lamaran Online Mentah Nya
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Resume TM 4
    Resume TM 4
    Dokumen6 halaman
    Resume TM 4
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    Dokumen33 halaman
    Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Fishbone HT
    Fishbone HT
    Dokumen1 halaman
    Fishbone HT
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Revisi
    Revisi
    Dokumen9 halaman
    Revisi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Selesai
    Selesai
    Dokumen16 halaman
    Selesai
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Portofoli HT Emergensi
    Portofoli HT Emergensi
    Dokumen27 halaman
    Portofoli HT Emergensi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang Insip
    Borang Insip
    Dokumen31 halaman
    Borang Insip
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Dokumen21 halaman
    ABORTUS
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Baru
    Baru
    Dokumen19 halaman
    Baru
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen7 halaman
    Jiwa
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Ver
    Ver
    Dokumen6 halaman
    Ver
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Selesai
    Selesai
    Dokumen16 halaman
    Selesai
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen44 halaman
    PPT
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Print PORTOFOLIO
    Print PORTOFOLIO
    Dokumen21 halaman
    Print PORTOFOLIO
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat