HIPERTENSI URGENSI
Oleh :
dr. MUHAMMAD BENNI
Konsulen :
dr. EVELIN VERONIKE Sp. PD
Pendamping :
dr. Suciati Lestari
Konsulen
3. Riwayat Pekerjaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Tinggal bersama suami
5. Lain-lain: -
DAFTAR PUSTAKA
1. Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
3. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., et al., 2003. The Seventh Report of the
Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. Vol 289 (19):
2560-72.
Hasil Pembelajaran :
LAPORAN KASUS
Nama : Ny.M
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 12 Maret 2020
ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 62 tahun datang ke IGD RSUD Muara Labuh tanggal 12
Maret 2020, pukul 12.30 WIB dengan D/ Hipertensi urgensi
PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tinggi Badan : 155 cm
BB : 70 kg
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7’C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorak :
- Cor
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis teraba di LMCS ICS V
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
o Kanan : ICS IV parasternal dekstra
o Kiri : ICS II midclavikula sinistra
o Atas : ICS II parasternal sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung murni reguler, murmur (-)
- Pulmo
Inspeksi : Simetris, kiri=kanan
Palpasi : Vokal fremitus, kiri=kanan
Perkusi : Sonor, kiri=kanan
Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Peristaltik (+)
Genitalia : (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-
LABORATORIUM
Hb :10,9 gr/dl
Lekosit :9.400/mm³
Hematokrit :29,0 %
Eritrosit :4.4/mm3
Trombosit :299.000/mm3
GDS :99 mg/dL
DIAGNOSIS
Hipertensi urgensi
SIKAP :
Awasi tanda tanda penurunan kesadaran, nyeri kepala dan vital sign
FOLLOW UP
Tanggal : 13 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB
S : nyeri kepala sudah mulai berkurang, mual (+),muntah (-),penurunan kesadaran (-), tidur (+)
O : KU Kes TD N R T
Sdg CMC 170/90 mmHg 96 x/m 24 x/m 36,8ºC
SIKAP:
TERAPI:
Diet RG II
FOLLOW UP
Tanggal : 14 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB
S : nyeri kepala sudah mulai berkurang dan relatif stabil (+), mual (-),muntah (-),penurunan
O : KU Kes TD N R T
Sdg CMC 150/80 mmHg 86 x/m 23 x/m 36,9ºC
SIKAP:
TERAPI:
Diet RG II
Lansoprazole 1x30 mg
Donperidon 3 x 1
Candesartan 1x16mg
Amlodipin 1x10mg
FOLLOW UP
Tanggal : 15 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB
SIKAP:
TERAPI:
Lansoprazole 1x30 mg
Donperidon 3 x 1
Candesartan 1x16mg
Amlodipin 1x10mg
Curcuma 3 x 1
Rencana
Sudah boleh rawat jalan kontrol rutin ke poli penyakit dalam dan makan makanan yang
rendah garam
BAB I
PENDAHULUAN
Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan
masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;
terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,
hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau
dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini
sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi
akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga,
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis
BAB II
12
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi
mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan
organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,
dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat
kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit
atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk
2.2. Etiologi
kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan
organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada
hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi
kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,
edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut,
13
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna)
Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam
menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi
krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa
penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis
2.4. Patofisiologi
Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,
meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat
menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima
retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan
udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan
penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160
14
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu
lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik
yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat
Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan
kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis
hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita
perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan
pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan
hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg,
sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan
mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa
15
Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi
pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena
arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat
terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu
membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh
memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar
Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang
terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi
aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan
lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping
sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran
16
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5
Tekanan Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal
darah
> 220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah
oliguria
Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hany dari
tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,
bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan
TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita
kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya
pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian
obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,
2.6. Diagnosis
17
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
2.6.1 Anamnesis 2
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting
ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.
18
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan
darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis
Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja
cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah
dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak
iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu
1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.
dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil
meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,
19
Biasa Mendesak
Tekanan darah > 180/110 > 180/110 > 220/140
(mmHg)
Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, sesak Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sering napas nokturia, dysarthria, kelemahan,
kali tanpa gejala kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada kerusakan Kerusakan organ target; Ensefalopati, edema paru,
organ target, tidak muncul klinis penyakit insufisiensi ginjal, iskemia
ada penyakit kardiovaskuler, stabil jantung
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat oral Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan berjangka kerja pendek laboratorium standar, terapi obat
obat oral, naikkan IV
dosis
Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus
20
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka panjang
nitroprusside menit sebagai infus menit setelah dapat menyebabkan keracunan tiosianat,
IV infus methemoglobinemia, asidosis, keracunan
sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV min methemoglobinemia; membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner
250 cc Glukosa jam
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat
Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah
21
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol 20% -25% dalam 2-3 jam
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, nicardipine 20% -25% dalam 2-3 jam
hemorrhage
Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.
Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi
tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi
emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat
diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi
intravena ( IV ).
2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan
dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,
bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action
5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual,
4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,
22
i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10
Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume
sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset
secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 –
bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,
duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan
9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf
simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60
23
actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai
10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-
titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau
beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit
pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus
obat.
1. Ensefalopati Hipertensi
Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari
tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,
bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,
reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang
dan Trimetapan.
Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat
dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila
24
akan mempercepat perbaikan
3. Feokromositoma
berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala,
palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.
meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya
adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah.
Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan
6. Perdarahan Intrakranial
karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah
tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-
25
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam
26
Translational Medicine. Vol 5.
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., et al., 2003. The Seventh Report of the
Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. Vol 289 (19):
2560-72.
27