Anda di halaman 1dari 27

Portofolio kasus kedaruratan medik

HIPERTENSI URGENSI

Oleh :
dr. MUHAMMAD BENNI

Konsulen :
dr. EVELIN VERONIKE Sp. PD

Pendamping :
dr. Suciati Lestari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RSUD MUARA LABUH
SOLOK SELATAN
2020
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Muhammad Benni
Topik : Kasus kedaruratan Medik
Judul Portofolio : Hipertensi Urgensi
Konsulen : dr. Evelin Veronike Sp.PD
Pendamping : dr. Suciati Lestari

Muara Labuh, / /2020

Pendamping Dokter Internsip

dr. Suciati Lestari dr. Muhammad Benni

Konsulen

dr. Evelin Veronike Sp.PD

Borang Portofolio Kasus Medik


No. ID dan Nama
MUhammad Benni
Peserta
No. ID dan Nama
RSUD Muara Labuh
Wahana
Topik Kasus Medik
Tanggal (kasus) / /2020
Nama Pasien Ny. M No.RM 11xxxx

Pendamping dr. Suciati Lestari


Konsulen dr. Evelin Veronike Sp.PD
Tempat Presentasi Aula RSUD Muara Labuh Solok Selatan
Objek Presentasi
󠆯Keilmuan 󠆯Keterampilan 󠆯Penyegaran 󠆯Tinjauan Pustaka
󠆯Diagnostik 󠆯Manajemen 󠆯Masalah 󠆯Istimewa
󠆯 󠆯Lansia 󠆯
󠆯Neonatus 󠆯Anak 󠆯Remaja 󠆯Dewasa
Bayi Bumil
Seorang pasien wanita usia 62 tahun keluhan nyeri kepala hebat yang
󠆯Deskripsi sangat menggangu aktivitas 2 jam yang lalu, mual (+), muntah (+) 1x
dirumah, riwayat hipertensi (+)
Menegakkan diagnosis, penatalaksanaan, dan edukasi hipertensi
󠆯Tujuan
emergensi
Bahan 󠆯Kasus 󠆯
󠆯Tinjauan Pustaka 󠆯Riset
Bahasan Audit
󠆯Diskusi
Cara 󠆯Presentasi dan
󠆯E-mail 󠆯Pos
Membahas Diskusi
No. Registrasi :
Data Pasien Nama: Ny. M 62 tahun
11xxxx
Nama RS: RSUD Muara Terdaftar sejak :
Telp : (0755) 70462
Labuh 09/11/2019
Data utama untuk Bahan Diskusi
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Hipertensi Urgensi
2. Riwayat Penyakit sekarang : Hipertensi (+)

3. Riwayat Pekerjaan:
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga
4. Kondisi Lingkungan Sosial dan Fisik:
Tinggal bersama suami
5. Lain-lain: -
DAFTAR PUSTAKA

1. Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam

Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis

cetakan ketiga. InternaPublishing. Jakarta. Hal 426-432.

2. Aronow, W.S., 2017. Treatment of hypertensive emergencies. Annals of

Translational Medicine. Vol 5.

3. Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., et al., 2003. The Seventh Report of the

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. Vol 289 (19):

2560-72.

Hasil Pembelajaran :

1. Mampu mengidentifikasi pasien dengan hipertensi emergensi


2. Mampu mendiagnosis hipertensi emergensi
3. Mampu mengetahui tatalaksana hipertensi emergensi

LAPORAN KASUS
Nama : Ny.M
Umur : 62 tahun
Pekerjaan : IRT
Tanggal Masuk : 12 Maret 2020

ANAMNESIS
Seorang pasien wanita usia 62 tahun datang ke IGD RSUD Muara Labuh tanggal 12
Maret 2020, pukul 12.30 WIB dengan D/ Hipertensi urgensi

Riwayat Penyakit Sekarang :


 Nyeri hebat seluruh bagian kepala (+).
 Nyeri kepala menjalar sampai bagian pundak (+).
 Mual (+).
 Muntah (+)
 Nyeri kepala mengganggu aktivitas (+)
Riwayat Penyakit Dahulu :
, penyakit hipertensi
Riwayat Penyakit Keluarga :
Tidak ada riwayat keluarga mempunyai penyakit keturunan, menular dan kejiwaan.

PEMERIKSAAN FISIK
KU : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tinggi Badan : 155 cm
BB : 70 kg
TD : 180/100 mmHg
Nadi : 110 x/menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu : 36,7’C
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar
Thorak :
- Cor
 Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
 Palpasi : Iktus cordis teraba di LMCS ICS V
 Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
o Kanan : ICS IV parasternal dekstra
o Kiri : ICS II midclavikula sinistra
o Atas : ICS II parasternal sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung murni reguler, murmur (-)
- Pulmo
 Inspeksi : Simetris, kiri=kanan
 Palpasi : Vokal fremitus, kiri=kanan
 Perkusi : Sonor, kiri=kanan
 Auskultasi : Vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : Peristaltik (+)
Genitalia : (-)
Ekstremitas : Edema -/-, Refleks Fisiologis +/+, Refleks Patologis -/-

LABORATORIUM
Hb :10,9 gr/dl
Lekosit :9.400/mm³
Hematokrit :29,0 %
Eritrosit :4.4/mm3
Trombosit :299.000/mm3
GDS :99 mg/dL

EKG : Sinus takikardi

DIAGNOSIS
Hipertensi urgensi

SIKAP :
 Awasi tanda tanda penurunan kesadaran, nyeri kepala dan vital sign
FOLLOW UP
Tanggal : 13 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB

S : nyeri kepala sudah mulai berkurang, mual (+),muntah (-),penurunan kesadaran (-), tidur (+)

O : KU Kes TD N R T
Sdg CMC 170/90 mmHg 96 x/m 24 x/m 36,8ºC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Abdomen : Peristaltik (+)

Extremitas : Edema (-)

SIKAP:

 Kontrol keadaan umum, tanda vital, tanda tanda penurunan kesadaran

 Bed rest total

TERAPI:

 Diet RG II

 IVFD Asering 12 jam/kolf

 Inj Omeprazole 1x40 mg


 Inj ondansentron 3x4mg
 Candesartan 1x16mg
 Amlodipin 1x10mg

FOLLOW UP
Tanggal : 14 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB
S : nyeri kepala sudah mulai berkurang dan relatif stabil (+), mual (-),muntah (-),penurunan

kesadaran (-),tidur (+)

O : KU Kes TD N R T
Sdg CMC 150/80 mmHg 86 x/m 23 x/m 36,9ºC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Abdomen : Peristaltik (+)

Extremitas : Edema (-)

SIKAP:

 Kontrol keadaan umum, tanda vital, penurunan kesadaran

 Bed rest total

TERAPI:

 Diet RG II

 IVFD Asering 12 jam/kolf

 Lansoprazole 1x30 mg
 Donperidon 3 x 1
 Candesartan 1x16mg
 Amlodipin 1x10mg

FOLLOW UP
Tanggal : 15 Maret 2020 Jam : 08.00 WIB

S : nyeri kepala (-), mual (-),muntah (-),penurunan kesadaran (-),tidur (+)


O : KU Kes TD N R T
Sdg CMC 140/80 mmHg 82 x/m 22 x/m 37,1ºC

Mata : Konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-

Abdomen : Peristaltik (+)

Extremitas : Edema (-)

SIKAP:

 Kontrol keadaan umum, tanda vital, penurunan kesadaran

 Bed rest total

TERAPI:

 Lansoprazole 1x30 mg
 Donperidon 3 x 1
 Candesartan 1x16mg
 Amlodipin 1x10mg
 Curcuma 3 x 1

Rencana

 Sudah boleh rawat jalan kontrol rutin ke poli penyakit dalam dan makan makanan yang
rendah garam
BAB I
PENDAHULUAN

Hipertensi atau tekanan darah tinggi diderita oleh hampir semua golongan

masyarakat di seluruh dunia. Jumlah mereka yang menderita hipertensi terus bertambah;

terdapat sekitar 50 juta (21,7%) orang dewasa Amerika yang menderita hipertensi,

Thailand 17%, Vietnam 34,6%, Singapura 24,9%, Malaysia 29,9%. Di Indonesia,

prevalensi hipertensi berkisar 6-15%.1

Menurut perkiraan, sekitar 30% penduduk dunia tidak terdiagnosa adanya

hipertensi (underdiagnosed condition). Hal ini disebabkan tidak adanya gejala atau

dengan gejala ringan bagi mereka yang menderita hipertensi. Sedangkan, hipertensi ini

sudah dipastikan dapat merusak organ tubuh, seperti jantung (70% penderita hipertensi

akan merusak jantung), ginjal, otak, mata serta organ tubuh lainnya. Sehingga,

hipertensi disebut sebagai silent killer.1

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut

menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi

krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis

hipertensi menjadi kurang dari 1 %.2

BAB II

12
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Definisi

Hipertensi darurat (emergency hypertension) : kenaikan tekanan darah

mendadak (sistolik ≥180 mm Hg dan / atau diastolik ≥120 mm Hg) dengan kerusakan

organ target yang bersifat progresif, sehingga tekanan darah harus diturunkan segera,

dalam hitungan menit sampai jam. Tekanan darah yang sangat tinggi dan terdapat

kerusakan organ, sehingga tekanan darah harus diturunkan dengan segera (dalam menit

atau jam) agar dapat membatasi kerusakan yang terjadi. Tingginya tekanan darah untuk

dapat dikategorikan sebagai hipertensi darurat tidaklah mutlak, namun kebanyakan

referensi di Indonesia memakan patokan >220/140.

2.2. Etiologi

Hipertensi emergensi merupakan spektrum klinis dari hipertensi dimana terjadi

kondisi peningkatan tekanan darah yang tidak terkontrol yang berakibat pada kerusakan

organ target yang progresif. Berbagai sistem organ yang menjadi organ target pada

hipertensi emergensi ini adalah sistem saraf yang dapat mengakibatkan hipertensi

ensefalopati, infark serebral, perdarahan subarakhnoid, perdarahan intrakranial; sistem

kardiovaskular yang dapat mengakibatkan infark miokard, disfungsi ventrikel kiri akut,

edema paru akut, diseksi aorta; dan sistem organ lainnya seperti gagal ginjal akut,

retinopati, eklamsia, dan anemia hemolitik mikroangiopatik.

Faktor Resiko Krisis Hipertensi


 Penderita hipertensi tidak minum obat atau tidak teratur minum obat.
 Kehamilan
 Penderita hipertensi dengan penyakit parenkim ginjal.
 Pengguna NAPZA
 Penderita dengan rangsangan simpatis tinggi. (luka bakar, trauma kepala,
penyakit vaskular/ kolagen)

2.3. Klasifikasi Hipertensi

13
Table 1. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa
Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1
140-159 mmHg 90-99 mmHg
(Hipertensi ringan)
Stadium 2
160-179 mmHg 100-109 mmHg
(Hipertensi sedang)
Stadium 3
180-209 mmHg 110-119 mmHg
(Hipertensi berat)
Stadium 4
210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
(Hipertensi maligna)

Penderita hipertensi yang tidak terkontrol sewaktu - waktu bisa jatuh kedalam

keadaan gawat darurat. Diperkirakan sekitar 1-8% penderita hipertensi berlanjut

menjadi “Krisis Hipertensi”, dan banyak terjadi pada usia sekitar 30-70 tahun. Tetapi

krisis hipertensi jarang ditemukan pada penderita dengan tekanan darah normal tanpa

penyebab sebelumnya. Pengobatan yang baik dan teratur dapat mencegah insiden krisis

hipertensi menjadi kurang dari 1 %.

2.4. Patofisiologi

Bentuk manapun dari hipertensi yang menetap, baik primer maupun sekunder,

dapat dengan mendadak mengalami percepatan kenaikan dengan tekanan diastolik

meningkat cepat sampai di atas 130 mmHg dan menetap lebih dari 6 jam. Hal ini dapat

menyebabkan nekrosis arterial yang lama dan tersebar luas, serta hiperplasi intima

arterial interlobuler nefron-nefron. Perubahan patologis jelas terjadi terutama pada

retina, otak dan ginjal. Pada retina akan timbul perubahan eksudat, perdarahan dan

udem papil. Gejala retinopati dapat mendahului penemuan klinis kelainan ginjal dan

merupakan gejala paling terpercaya dari hipertensi maligna.

Otak mempunyai suatu mekanisme otoregulasi terhadap kenaikan ataupun

penurunan tekanan darah. Batas perubahan pada orang normal adalah sekitar 60-160

14
mmHg. Apabila tekanan darah melampaui tonus pembuluh darah sehingga tidak mampu

lagi menahan kenaikan tekanan darah maka akan terjadi udem otak. Tekanan diastolik

yang sangat tinggi memungkinkan pecahnya pembuluh darah otak yang dapat

mengakibatkan kerusakan otak yang irreversible.

Pada jantung kenaikan tekanan darah yang cepat dan tinggi akan menyebabkan

kenaikan after load, sehingga terjadi payah jantung. Sedangkan pada hipertensi kronis

hal ini akan terjadi lebih lambat karena ada mekanisme adaptasi. Penderita

feokromositoma dengan krisis hipertensi akan terjadi pengeluaran norefinefrin yang

menetap atau berkala.

Gambar 1. Skema Patofisiologi Hipertensi Emergensi

Aliran darah ke otak pada penderita hipertensi kronis tidak mengalami

perubahan bila Mean Arterial Pressure ( MAP ) 120 mmHg – 160 mmHg, sedangkan

pada penderita hipertensi baru dengan MAP diantara 60 – 120 mmHg. Pada keadaan

hiper kapnia, autoregulasi menjadi lebih sempit dengan batas tertinggi 125 mmHg,

sehingga perubahan yang sedikit saja dari TD menyebabkan asidosis otak akan

mempercepat timbulnya oedema otak. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa

terjadi melalui beberapa cara:

15
 Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi sehingga mengalirkan lebih

banyak cairan pada setiap detiknya.

 Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak

dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.

Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang

sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan. Inilah yang terjadi

pada usia lanjut, dimana dinding arterinya telah menebal dan kaku karena

arteriosklerosis. Dengan cara yang sama, tekanan darah juga meningkat pada saat

terjadi vasokonstriksi, yaitu jika arteri kecil (arteriola) untuk sementara waktu

mengkerut karena perangsangan saraf atau hormon di dalam darah.

 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan

darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu

membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh

meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Sebaliknya, jika aktivitas

memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak cairan keluar

dari sirkulasi maka tekanan darah akan menurun.

2.5. Manifestasi Klinis

Gambaran klinis krisis hipertensi umumnya adalah gejala organ target yang

terganggu, diantaranya nyeri dada dan sesak nafas pada gangguan jantung dan diseksi

aorta; mata kabur dan edema papilla mata; sakit kepala hebat, gangguan kesadaran dan

lateralisasi pada gangguan otak; gagal ginjal akut pada gangguan ginjal; di samping

sakit kepala dan nyeri tengkuk pada kenaikan tekanan darah umumnya. Gambaran

klinik hipertensi darurat dapat dilihat pada table 2.

16
Tabel 2. Gambaran Klinik Hipertensi Darurat 5
Tekanan Funduskopi Status neurologi Jantung Ginjal Gastrointestinal

darah
> 220/140 Perdarahan, Sakit kepala, Denyut jelas, Uremia, Mual, muntah

mmHg eksudat, edema kacau, gangguan membesar, proteinuria

papilla kesadaran, kejang. dekompensasi,

oliguria

Table 3. Hipertensi Emergensi (darurat)

Tingginya TD yang dapat menyebabkan kerusakan organ sasaran tidak hany dari

tingkatan TD aktual, tapi juga dari tingginya TD sebelumnya, cepatnya kenaikan TD,

bangsa, seks dan usia penderita. Penderita hipertensi kronis dapat mentolelir kenaikan

TD yang lebih tinggi dibanding dengan normotensi, sebagai contoh : pada penderita

hipertensi kronis, jarang terjadi hipertensi ensefalopati, gangguan ginjal dan

kardiovaskular dan kejadian ini dijumpai bila TD Diastolik > 140 mmHg. Sebaliknya

pada penderita normotensi ataupun pada penderita hipertensi baru dengan penghentian

obat yang tiba-tiba, dapat timbul hipertensi ensefalopati demikian juga pada eklampsi,

hipertensi ensefalopati dapat timbul walaupun TD 160/110 mmHg.

2.6. Diagnosis

17
Diagnosis hipertensi emergensi harus ditegakkan sedini mungkin, karena hasil
terapi tergantung kepada tindakan yang cepat dan tepat. Tidak perlu menunggu hasil
pemeriksaan yang menyeluruh walaupun dengan data-data yang minimal kita sudah
dapat mendiagnosis suatu krisis hipertensi.
2.6.1 Anamnesis 2
Sewaktu penderita masuk, dilakukan anamnesa singkat. Hal yang penting
ditanyakan :
a. Riwayat hipertensi, lama dan beratnya.
b. Obat anti hipertensi yang digunakan dan kepatuhannya.
c. Usia, sering pada usia 30 – 70 tahun.
d. Gejala sistem syaraf ( sakit kepala, pusing, perubahan mental, ansietas ).
e. Gejala sistem ginjal ( gross hematuri, jumlah urine berkurang )
f. Gejala sistem kardiovascular ( adanya payah jantung, kongestif dan oedem paru,
nyeri dada ).
g. Riwayat penyakit glomerulonefrosis, pyelonefritis.
h. Riwayat kehamilan, tanda- tanda eklampsi.

2.6.2 Pemeriksaan fisik 2,4


Pada pemeriksaan fisik dilakukan pengukuran tekanan darah dikedua lengan,
mencari kerusakan organ sasaran ( retinopati, gangguan neurologi, payah jantung
kongestif, diseksi aorta ). Palpasi denyut nadi di keempat ekstremitas. Auskultasi untuk
mendengar ada atau tidak bruit pembuluh darah besar, bising jantung dan ronki paru.
Perlu dibedakan komplikasi krisis hipertensi dengan kegawatan neurologi
ataupun payah jantung, kongestif dan oedema paru. Perlu dicari penyakit penyerta lain
seperti penyakit jantung koroner.
2.6.3 Pemeriksaan penunjang 2,4
 Pemeriksaan laboratorium awal : urinalisis, Hb, Ht, ureum, kreatinin, gula darah
dan
elektrolit.
 Pemeriksaan penunjang: elektrokardiografi, foto thorak
 Pemeriksaan penunjang lain bila memungkinkan: CT scan kepala,
ekokardiogram, ultrasonogram.
2.7. Penatalaksanaan

18
Tujuan pengobatan pada keadaan darurat hipertensi ialah menurunkan tekanan

darah secepat dan seaman mungkin yang disesuaikan dengan keadaan klinis

penderita. Pengobatan biasanya diberikan secara parenteral dan memerlukan

pemantauan yang ketat terhadap penurunan tekanan darah untuk menghindari

keadaan yang merugikan atau munculnya masalah baru.

Obat yang ideal untuk keadaan ini adalah obat yang mempunyai sifat bekerja

cepat, mempunyai jangka waktu kerja yang pendek, menurunkan tekanan darah

dengan cara yang dapat diperhitungkan sebelumnya, mempunyai efek yang tidak

tergantung kepada sikap tubuh dan efek samping minimal.

Penurunan tekanan darah harus dilakukan dengan segera namun tidak

terburu-buru. Penurunan tekanan darah yang terburu-buru dapat menyebabkan

iskemik pada otak dan ginjal. Tekanan darah harus dikurangi 25% dalam waktu

1 menit sampai 2 jam dan diturunkan lagi ke 160/100 dalam 2 sampai 6 jam.

Medikasi yang diberikan sebaiknya per parenteral (Infus drip, BUKAN

INJEKSI). Obat yang cukup sering digunakan adalah Nitroprusid IV dengan

dosis 0,25 ug/kg/menit. Bila tidak ada, pengobatan oral dapat diberikan sambil

merujuk penderita ke Rumah Sakit. Pengobatan oral yang dapat diberikan

meliputi Nifedipinde 5-10 mg, Captorpil 12,5-25 mg, Clonidin 75-100 ug,

Propanolol 10-40 mg. Penderita harus dirawat inap.

Tabel 4: Algoritma untuk Evaluasi Krisis Hipertensi 3,5

Parameter Hipertensi Mendesak Hipertensi Darurat

19
Biasa Mendesak
Tekanan darah > 180/110 > 180/110 > 220/140
(mmHg)

Gejala Sakit kepala, Sakit kepala hebat, sesak Sesak napas, nyeri dada,
kecemasan; sering napas nokturia, dysarthria, kelemahan,
kali tanpa gejala kesadaran menurun
Pemeriksaan Tidak ada kerusakan Kerusakan organ target; Ensefalopati, edema paru,
organ target, tidak muncul klinis penyakit insufisiensi ginjal, iskemia
ada penyakit kardiovaskuler, stabil jantung
kardiovaskular
Terapi Awasi 1-3 jam; Awasi 3-6 jam; obat oral Pasang jalur IV, periksa
memulai/teruskan berjangka kerja pendek laboratorium standar, terapi obat
obat oral, naikkan IV
dosis

Rencana Periksa ulang dalam Periksa ulang dalam 24 Rawat ruangan/ICU


3 hari jam

Adapun obat hipertensi oral yang dapat dipakai untuk hipertensi mendesak
(urgency) dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5: Obat hipertensi oral 3,5
Obat Dosis Efek / Lama Kerja Perhatian khusus

Captopril 12,5 - 25 mg PO; 15-30 min/6-8 jam ; Hipotensi, gagal ginjal,


ulangi per 30 min ; SL, SL 10-20 min/2-6 jam stenosis arteri renalis
25 mg
Clonidine PO 75 - 150 ug, ulangi 30-60 min/8-16 jam Hipotensi, mengantuk, mulut
per jam kering
Propanolo 10 - 40 mg PO; ulangi 15-30 min/3-6 jam Bronkokonstriksi, blok
l setiap 30 min jantung, hipotensi ortostatik
Nifedipin 5 - 10 mg PO; ulangi 5 -15 min/4-6 jam Takikardi, hipotensi, gangguan
e setiap 15 menit koroner
SL, Sublingual. PO, Peroral
Sedangkan untuk hipertensi darurat (emergency) lebih dianjurkan untuk
pemakaian parenteral, daftar obat hipertensi parenteral yang dapat dipakai dapat dilihat
pada tabel 6.

Tabel 6: Obat hipertensi parenteral 3,5


Obat Dosis Efek / Lama Perhatian khusus
Kerja

20
Sodium 0,25-10 mg / kg / langsung/2-3 Mual, muntah, penggunaan jangka panjang
nitroprusside menit sebagai infus menit setelah dapat menyebabkan keracunan tiosianat,
IV infus methemoglobinemia, asidosis, keracunan
sianida.
Selang infus lapis perak
Nitrogliserin 500-100 mg 2-5 min /5-10 Sakit kepala, takikardia, muntah, ,
sebagai infus IV min methemoglobinemia; membutuhkan sistem
pengiriman khusus karena obat mengikat
pipa PVC
Nicardipine 5-15 mg / jam 1-5 min/15-30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
sebagai infus IV min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi
Klonidin 150 ug, 6 amp per 30-60 min/ 24 Ensepalopati dengan gangguan koroner
250 cc Glukosa jam
5% mikrodrip
5-15 ug/kg/menit 1-5 min/ 15- 30 Takikardi, mual, muntah, sakit kepala,
Diltiazem sebagi infus IV min peningkatan tekanan intrakranial; hipotensi

Pada hipertensi darurat (emergency) dengan komplikasi seperti hipertensi

emergensi dengan penyakit payah jantung, maka memerlukan pemilihan obat yang tepat

sehingga tidak memperparah keadaannya. Pemilihan obat untuk hipertensi dengan

komplikasi dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7: Obat yang dipilih untuk Hipertensi darurat dengan komplikasi 2,5
Komplikasi Obat Pilihan Target Tekanan Darah

Diseksi aorta Nitroprusside + esmolol SBP 110-120 sesegera mungkin


AMI, iskemia Nitrogliserin, nitroprusside, Sekunder untuk bantuan

21
nicardipine iskemia
Edema paru Nitroprusside, nitrogliserin, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Gangguan Ginjal Fenoldopam, nitroprusside, labetalol 20% -25% dalam 2-3 jam
Kelebihan katekolamin Phentolamine, labetalol 10% -15% dalam 1-2 jam
Hipertensi ensefalopati Nitroprusside 20% -25% dalam 2-3 jam
Subarachnoid Nitroprusside, nimodipine, nicardipine 20% -25% dalam 2-3 jam

hemorrhage
Stroke Iskemik nicardipine 0% -20% dalam 6-12 jam
AMI, infark miokard akut; SBP, tekanan sistolik bood.

Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi

Obat anti hipertensi oral atau parenteral yang digunakan pada krisis hipertensi

tergantung dari apakah pasien dengan hipertensi emergensi atau urgensi. Jika hipertensi

emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat

diruangan intensive care unit, ( ICU ) dan diberi salah satu dari obat anti hipertensi

intravena ( IV ).

1. Sodium Nitroprusside : merupakan vasodelator direkuat baik arterial maupun

venous. Secara i. V mempunyai onsep of action yang cepat yaitu : 1 – 2 dosis 1 – 6

ug / kg / menit. Efek samping : mual, muntah, keringat, foto sensitif, hipotensi.

2. Nitroglycerini : merupakan vasodilator vena pada dosis rendah tetapi bila dengan

dosis tinggi sebagai vasodilator arteri dan vena. Onset of action 2 – 5 menit,

duration of action 3 – 5 menit. Dosis : 5 – 100 ug / menit, secara infus i. V. Efek

samping : sakit kepala, mual, muntah, hipotensi.

3. Diazolxide : merupakan vasodilator arteri direk yang kuat diberikan secara i. V

bolus. Onset of action 1 – 2 menit, efek puncak pada 3 – 5 menit, duration of action

4 – 12 jam. Dosis permulaan : 50 mg bolus, dapat diulang dengan 25 – 75 mg setiap

5 menit sampai TD yang diinginkan. Efek samping : hipotensi dan shock, mual,

muntah, distensi abdomen, hiperuricemia, aritmia, dll.

4. Hydralazine : merupakan vasodilator direk arteri. Onset of action : oral 0,5 – 1 jam,

22
i.v : 10 – 20 menit duration of action : 6 – 12 jam. Dosis : 10 – 20 mg i.v bolus : 10

– 40 mg i.m Pemberiannya bersama dengan alpha agonist central ataupun Beta

Blocker untuk mengurangi refleks takhikardi dan diuretik untuk mengurangi volume

intravaskular. Efeksamping : refleks takhikardi, meningkatkan stroke volume dan

cardiac out put, eksaserbasi angina, MCI akut dll.

5. Enalapriat : merupakan vasodelator golongan ACE inhibitor. Onsep on action 15 –

60 menit. Dosis 0,625 – 1,25 mg tiap 6 jam i.v.

6. Phentolamine ( regitine ) : termasuk golongan alpha andrenergic blockers. Terutama

untuk mengatasi kelainan akibat kelebihan ketekholamin. Dosis 5 – 20 mg secar i.v

bolus atau i.m. Onset of action 11 – 2 menit, duration of action 3 – 10 menit.

7. Trimethaphan camsylate : termasuk ganglion blocking agent dan menginhibisi

sistem simpatis dan parasimpatis. Dosis : 1 – 4 mg / menit secara infus i.v. Onset

of action : 1 – 5 menit. Duration of action : 10 menit. Efek samping : opstipasi,

ileus, retensia urine, respiratori arrest, glaukoma, hipotensi, mulut kering.

8. Labetalol : termasuk golongan beta dan alpha blocking agent. Dosis : 20 – 80 mg

secara i.v. bolus setiap 10 menit ; 2 mg / menit secara infus i.v. Onset of action 5 –

10 menit Efek samping : hipotensi orthostatik, somnolen, hoyong, sakit kepala,

bradikardi, dll. Juga tersedia dalam bentuk oral dengan onset of action 2 jam,

duration of action 10 jam dan efek samping hipotensi, respons unpredictable dan

komplikasi lebih sering dijumpai.

9. Methyldopa : termasuk golongan alpha agonist sentral dan menekan sistem syaraf

simpatis. Dosis : 250 – 500 mg secara infus i.v / 6 jam. Onset of action : 30 – 60

menit, duration of action kira-kira 12 jam. Efek samping : Coombs test ( + )

demam, gangguan gastrointestino, with drawal sindrome dll. Karena onset of

23
actionnya bisa takterduga dan kasiatnya tidak konsisten, obat ini kurang disukai

untuk terapi awal.

10. Clonidine : termasuk golongan alpha agonist sentral. Dosis : 0,15 mg i.v pelan-

pelan dalam 10 cc dekstrose 5% atau i.m.150 ug dalam 100 cc dekstrose dengan

titrasi dosis. Onset of action 5 –10 menit dan mencapai maksimal setelah 1 jam atau

beberapa jam. Efek samping : rasa ngantuk, sedasi, hoyong, mulut kering, rasa sakit

pada parotis. Bila dihentikan secara tiba-tiba dapat menimbulkan sindroma putus

obat.

Pengobatan khusus krisis hipertensi

1. Ensefalopati Hipertensi

Pada Ensefalofati hipertensi biasanya ada keluhan serebral. Bisa terjadi dari

hipertensi esensial atau hipertensi maligna, feokromositoma dan eklamsia. Biasanya

tekanan darah naik dengan cepat, dengan keluhan : nyeri kepala, mual-muntah,

bingung dan gejala saraf fokal (nistagmus, gangguan penglihatan, babinsky positif,

reflek asimetris, dan parese terbatas) melanjut menjadi stupor, koma, kejang-kejang

dan akhirnya meninggal. Obat yang dianjurkan : Natrium Nitroprusid, Diazoxide

dan Trimetapan.

2. Gagal Jantung Kiri Akut

Biasanya terjadi pada penderita hipertensi sedang atau berat, sebagai akibat

dari bertambahnya beban pada ventrikel kiri. Udem paru akut akan membaik bila

tensi telah terkontrol.

Obat pilihan : Trimetapan dan Natrium nitroprusid. Pemberian Diuretik IV

24
akan mempercepat perbaikan

3. Feokromositoma

Katekolamin dalam jumlah berlebihan yang dikeluarkan oleh tumor akan

berakibat kenaikan tekanan darah. Gejala biasanya timbul mendadak : nyeri kepala,

palpitasi, keringat banyak dan tremor. Obat pilihan : Pentolamin 5-10 mg IV.

4. Deseksi Aorta Anerisma Akut

Awalnya terjadi robekan tunika intima, sehingga timbul hematom yang

meluas. Bila terjadi ruptur maka akan terjadi kematian. Gejala yang timbul biasanya

adalah nyeri dada tidaj khas yang menjalar ke punggung perut dan anggota bawah.

Auskultasi : didapatkan bising kelainan katup aorta atau cabangnya dan perbedaan

tekanan darah pada kedua lengan. Pengobatan dengan pembedahan, dimana

sebelumnya tekanan darah diturunkan terlebih dulu dengan obat pilihan :

Trimetapan atau Sodium Nitroprusid.

5. Toksemia Gravidarum Gejala yang muncul adalah kejang-kejang dan

kebingungan. Obat pilihan : Hidralazin kemudian dilanjutkan dengan klonidin.

6. Perdarahan Intrakranial

Pengobatan hipertensi pada kasus ini harus dilakukan dengan hati-hati,

karena penurunan tekanan yang cepat dapat menghilangkan spasme pembuluh darah

disekitar tempat perdarahan, yang justru akan menambah perdarahan. Penurunan

tekanan darah dilakukan sebanyak 10-15 % atau diastolik dipertahankan sekitar 110-

120 mmHg Obat pilihan : Trimetapan atau Hidralazin.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alwi, I., Salim, S., Hidayat, R., Kurniawan, J., et al., 2016. Krisis Hipertensi, dalam

Penatalaksanaan di bidang Ilmu Penyakit Dalam. Panduan praktis klinis

cetakan ketiga. InternaPublishing. Jakarta. Hal 426-432.

Aronow, W.S., 2017. Treatment of hypertensive emergencies. Annals of

26
Translational Medicine. Vol 5.

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., et al., 2003. The Seventh Report of the

Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure: the JNC 7 report. JAMA. Vol 289 (19):

2560-72.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Format Surat Lamaran SLTA 2021
    Format Surat Lamaran SLTA 2021
    Dokumen1 halaman
    Format Surat Lamaran SLTA 2021
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Online
    Surat Lamaran Online
    Dokumen5 halaman
    Surat Lamaran Online
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen2 halaman
    Surat Lamaran
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Lamaran Online Mentah Nya
    Lamaran Online Mentah Nya
    Dokumen5 halaman
    Lamaran Online Mentah Nya
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Resume TM 4
    Resume TM 4
    Dokumen6 halaman
    Resume TM 4
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    Dokumen33 halaman
    Kelompok3 140918114317 Phpapp02
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Fishbone HT
    Fishbone HT
    Dokumen1 halaman
    Fishbone HT
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Selesai
    Selesai
    Dokumen16 halaman
    Selesai
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang Insip
    Borang Insip
    Dokumen31 halaman
    Borang Insip
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Revisi
    Revisi
    Dokumen9 halaman
    Revisi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Referat Req11
    Referat Req11
    Dokumen17 halaman
    Referat Req11
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Borang
    Borang
    Dokumen56 halaman
    Borang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Baru
    Baru
    Dokumen19 halaman
    Baru
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • ABORTUS
    ABORTUS
    Dokumen21 halaman
    ABORTUS
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Jiwa
    Jiwa
    Dokumen7 halaman
    Jiwa
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Sungsang
     Sungsang
    Dokumen24 halaman
    Sungsang
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Dokumen1 halaman
    Daftar Isi
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Ver
    Ver
    Dokumen6 halaman
    Ver
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Selesai
    Selesai
    Dokumen16 halaman
    Selesai
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Hijau
    Hijau
    Dokumen32 halaman
    Hijau
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • PPT
    PPT
    Dokumen44 halaman
    PPT
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat
  • Print PORTOFOLIO
    Print PORTOFOLIO
    Dokumen21 halaman
    Print PORTOFOLIO
    MuhammadBenni
    Belum ada peringkat