Anda di halaman 1dari 8

KEMOPREVENSI UNTUK PENCEGAHAN

KANKER : FAKTA ATAU MITOS?

Nanda Ayu Puspita

Abstrak.Kemoprevensimasihmenjadiberdebatan dalam dunia kedokteran. Seperti halnya


pencegahan penyakit pada umumnya, kemoprevensi diarahkan untuk menghambat atau
memutarbalikkan proses perubahan sel-sel normal menjadi sel-sel ganas (karsinogenesis),
dengan memanfaatkan pengetahuan tentang patogenesis kanker, tahapan perkembangan sel
kanker, dan penemuan biomarker sebagai penanda kanker. Berbagai uji klinis telah
menunjukkan hasil negative maupun hasil positif kemoprevensi, untuk pencegahan kanker
payudara, kanker kolon,kanker prostat, dan berbagai macam kanker lainnya. Akan tetapi,
sampai saat ini kemoprevensi masih belum bisa diterima secara luas, bukan hanya karena
hasil akhirnya yang masih menjadi tanda tanya, namun juga perlu mempertimbangkan
keuntungan dan kerugian pemberian kemoprevensi yang notabene akan diberikan pada
populasi yang tergolong sehat. Oleh karena itu, tulisan ini akan mengupas kedua sisi
kemoprevensi, untuk dapat memberikan gambaran dibalik pro dan kontra pencegahan
kanker. (JKS 2016; 2: 112-119)

Kata kunci : Kemoprevensi, kanker.

Abstract. The experts are still debating about cancer chemoprevention. With regards to the
prevention of disease, the aim of chemoprevention is to inhibit or reverse the development of
cancerous cells from healthy and normal cells (carcinogenesis), by exploiting the advance
knowledge of cancer pathogenesis, cancer cell development, and the discovery of cancer
biomarkers. A vast number of clinical trials have reported both side of negative and positive
results from chemoprevention, for reducing the incidence of breast cancer, colon cancer,
prostate cancer, and many more. Nevertheless, chemoprevention is not widely accepted,
attributed to the big question of the endpoint to demonstrate the meaningful preventive effect,
and the risk-and-benefit of chemoprevention, as the intervention is given to relatively healthy
population. Accordingly, this review will expose both aspects of chemoprevention, in order to
provide a wider picture behind the controversial of cancer chemoprevention.
(JKS 2016; 2: 112-119)

Keywords : Chemoprevention, cancer.

Pendahuluan1 kanker untuk mengembangkan strategi


pencegahan kanker, yang meliputi
Kanker merupakan salah satu penyebab perubahan gaya hidup, pengaturan pola
kematian tertinggi diseluruh dunia. makan, dan pemberian zat-zat antikanker,
Berdasarkan laporan WHO, pada tahun atau yang dikenal dengan kemoprevensi
2012 tercatat 14 juta kasus baru kejadian (chemoprevention). Saat ini, para pakar
kanker dengan angka mortaliti sebesar 8.2 menilai bahwa langkah kemoprevensi
juta. WHO juga memperkirakan penderita merupakan salah satu pencegahan kanker
kanker akan terus meningkat mencapai 22 yang paling menjanjikan, walaupun masih
juta kasus dalam dua dekade mendatang terdapat kontroversi mengenai efektifitas
(1). Besarnya dampak kesehatan, sosial, supplemen ataupun obat-obatan dengan
dan ekonomi akibat kejadian kanker telah efek antikanker di kalangan klinisi (2).
mendorong perhatian para pakar di bidang Para peneliti semakin tertarik dengan
langkah pencegahan kanker setelah
Nanda Ayu Puspita adalah Dosen bagian Biokimia sejumlah studi kohort melaporkan
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala efektifitas tamoksifen, raloxifen, dan

112
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016

exemestane untuk pencegahan kanker (4). Proses ini tidaklah berlangsung secara
payudara (3). Walaupun beberapa studi cepat, melainkan melalui jangka waktu
juga melaporkan hasil negative efek yang cukup lama yang mencapai 10 tahun
kemoprevensi, seperti halnya kegagalan atau lebih (5). Dengan demikian, kanker
pemberian carotenoids dalam pencegahan merupakan penyakit kronis yang
kanker paru-paru, namun tidak sedikit berlangsung secara perlahan, dimulai
penelitian yang menunjukkan hasil positif dengan perubahan selular akibat paparan
kemoprevensi, seperti halnya penggunaan karsinogen (sinar ultraviolet, virus, atau
vaksin untuk pencegahan timbulnya zat-zat karsinogenik) yang mengakibatkan
kanker yang dipicu oleh virus, serta kerusakan DNA, terjadinya mutasi gen,
penggunaan NSAID untuk pencegahan dan kerusakan sel. Tahap ini dikenal
kanker (3). Tulisan ini akan membahas dengan proses inisiasi sel yang bersifat
secara ringkas mengenai beberapa aspek revesibel dan tidak membahayakan. Sel
kemoprevensi, yang meliputi sejarah, yang terinisiasi dapat bertahan dalam
perkembangan, dan tantangan yang kondisi stabil tanpa mengalami promosi
dihadapi. ataupun inisiasi kearah keganasan (dikenal
dengan istilah sel tumor). Namun dalam
beberapa kondisi tertentu sel-sel ini dapat
Karsinogenesisdankemoprevensi mengalami perubahan lebih lanjut untuk
Dalam defenisi preventive medicine, memasuki fase promosi, dimana terjadi
pencegahan timbulnya penyakit adalah perubahan susunan genetik yang diikuti
mencegah awitan suatu penyakit selama dengan proliferasi sel yang tidak
masa propatogenesis (sebelum timbulnya terkontrol. Sampai titik ini, perubahan
penyakit). Berkaitan dengan yang dialami sel masih bersifat reversible.
patogenesisnya, kanker didefenisikan Pada fase progresi, terjadi pertumbuhan sel
sebagai penyakit yang terjadi akibat yang sangat cepat akibat proliferasi sel
pertumbuhan sel-sel tubuh secara yang tidak terkontrol, atau dikenal dengan
abnormal, yang ditandai dengan sel kanker. Mengingat proses
kemampuan untuk bermetastasis dan perkembangan kanker yang bertahap dan
menyebar ke lokasi yang berbeda dengan berlangsung perlahan, maka para ahli
tempat pertumbuhan primernya. berpendapat bahwa tujuan utama
Karsinogenesis, atau proses perkembangan kemoprevensi adalah untuk mengganggu
sel-sel normal menjadi sel-sel kanker atau menghambat proses perkembangan
dibagi menjadi tiga fase yang berbeda; tahapan perubahan sel-sel normal menjadi
initiasi, promosi, dan progresi (Gambar 1) sel-sel ganas.

Inisiasi Promosi Progressi


(UV light, (perubahan (metastas
kerusakan genetik sel, is,
Sel Normal genetik, selular
Sel Ganas
pertumbuha
karsinoge n tak
keganasa
n) terkontrol) n)

Gambar 1. Patogensis kanke


mengurangi, atau mencegah proses
MekanismeKerjaKemoprevensi perkembangan ataupun perubahan sel-sel
Kemoprevensi didefenisikan sebagai normal menjadi sel-sel ganas (kanker) (6).
penggunaan zat-zat alami, sintetis, ataupun Definisi lain titik batas pencegahan kanker
biologis untuk mengembalikan, seperti disebutkan oleh Wu (2011) adalah

113
Nanda Ayu Puspita, Kemoprevensi Untuk Pencegahan Kanker : Fakta Atau Mitos?

sebelum sel-sel kanker menginvasi Faktor lingkungan, seperti paparan zat


membran basal utuk menyebar atau karsinogen dan infeksi virus, juga memilki
bermetastasis (3). Faktor mutasi genetik peranan yang kuat proses karsinogenesis.
yang diturunkan sudah terbukti dapat Sehingga, dalam aspek klinis,
meningkatkan resiko kejadian kanker, perkembangan sel kanker merupakan hasil
seperti halnya mutasi pada onkogen (Ras akhir dari kombinasi antara factor genetik
gene family) atau gen tumour-suppressor dan paparan dari lingkungan external, yang
(BRCA1 dan BRCA2) yang berkorelasi menjadi target utama intervesi
kuat dengan angka kejadian kanker paru- kemoprevensi
paru, kolon, pancreas, dan ovarium (7, 8).
.
Tabel 1. Mekanisme Kerja Kemoprevensi(2)(9)
Mekanisme kerja tumour-blockingagents
Menghilangkan/membersihkan radikal bebas (ROS)
Antioksidan
Induksi proses reparasi DNA (mempertahankan struktur DNA normal)
Blokade proses pengambilan/penyerapan zat karsinogen oleh sel
Meningkatkan penyerapan zat-zat yang melindungi sel dari karsinogen (protective agents)
Modifikasi flora intestinal (menimbulkan efek proteksi terhadap karsinogen)
Mekanisme kerja tumour-suppressing agents
Mengontrol perubahan expressi gen (apabila sudah terjadi mutase gen)
Inhibisi proliferasi sel (Inhibisi ornitihine decarboxylase)
Aktivitas antiinflamatori (inhibisi COX-2, inhibisi iNOS, antagonis reseptor leukotriene)
Induksi proses senenscence (terminasi sel/aging)
Induksi proses apoptosis (pada lesi neoplastic)
Modulasi transduksi signal selular (NF-κB)

Secara garis besar, kemoprevensi dikelompokkan ke dalam dua kategori berdasarkan titik
target pencegahan perkembangan sel kanker, yaitu tumour-blocking agents dan tumour-
suppressing agents(9). Kelompok pertama dikenal dengan tumour-blocking agents karena
bertujuan untuk melindungi sel-sel normal dari paparan ataupun efek negative karsinogen,
yang pada akhirnya akanmencegah ataupun menghambat kerusakan sel dan mutasi sel (2).
Tumour-blocking agent juga dikenal dengan istilah antimutagenesis. Beberapa mekanisme
kerja blocking agents (
Tabel 1) adalah dengan cara menghambat proses neoplasma setelah tejadi kerusakan
aktivasi zat-zat pro-karsinogen menjadi zat sel akibat paparan zat-zat karsinogen,
karsinogen, detoksifikasi zat karsinogen sehingga dikenal dengan istilah
yang sudah teraktifasi, menghambat antikarsinogenesis (11)(12). Beberapa
penyerapan zat karsinogen oleh sel-sel literatur melaporkan bahwa mekanisme
normal, menghambat proses inflamasi sel kerja suppressing agents melibatkan
akibat radikal bebas, ataupun memicu proses inhibisi jalur transduksi sinyal di
perbaikan DNA apabila sudah terjadi dalam sel. Sebagai contoh adalah inhibisi
kerusakan akibat paparan zat karsinogen nuclear factor-κB (NF-κB), yang diketahui
(10). Tumour-suppressing agents, menurut berperan penting dalam proses inflamasi
Wattenberg (1980), dibedakan dari dan progresi sel-sel kanker (13). Selain itu,
kelompok yang pertama karena bekerja terdapat beberapa target molekul lain yang
dengan cara menghambat perkembangan menjadi sasaran penting dalam mekanisme

114
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016

kerja antikarsinogenesis, seperti estrogen Walaupun demikian, klasifikasi ini


reseptor, retinoid reseptor, EFGR, COX-2, tidaklah bersifat mutlak karena mekanisme
androgen reseptor, dan aromatase (Tabel kerja kemoprevensi dapat berlangsung
2) (3). Dengan kata lain, blocking agents secara beririsan dan berkesinambungan
adalah inhibitor fase inisiasi, sedangkan dalam keseluruhan proses perkembangan
suppressing agents merupakan inhibitor sel kanker (9).
fase promosi dan progresi karsinogenesis.

Tabel 2. Target Molekular kemoprevensi (2)


Protein Faktor transkripsi Pretein kinase Enzim Lainnya
Chemokine NF-κB 1κBα kinase FTPase ICAM-1
Cyclin-D1 AP-1 EGFR Xanthine oxidase VCAM-1
MMP9 STAT1, STAT3, HER2 Haemeoxygenase ELAM-1
STAT5
COX-2 PPAR-γ AKT uPA TF
5-LOX Egr-1 JAK2 GST Bcl-2,
BCL-xl
iNOS EpRE TYK2 GSH-px P53
IL-12, IL-6, CBP JNK, Src MDR
IL-8
TNF Β-catenin PKC, PKA Telomerase

(AP-1=activator protein 1; CBP=CREB- terminal kinases; MDR=multi drug


binding protein; COX-2 = cyclooxygenase resistance; MMP9=matrix
2; EGFR=epidermal growth factor metallopeptidase 9; NFkB =nuclear factor-
receptor; Egr-1=early growth response kB; PKA=protein kinase A; PKC=protein
protein 1; ELAM-1=endothelial-leukocyte kinase C; PPARg= peroxisome
adhesion molecule 1; EpRE=energy per proliferator-activated receptor-g;
resource element; GSH=glutathione; STAT=signal transducer and activator of
GST=glutathione-S-transferase; transcription; TF=tissue factor;
HER2=human epidermal growth factor TNF=tumour necrosis factor;
receptor 2; ICAM-1=intercellular adhesion uPA=urokinase-type plasminogen
molecule 1; IL= interleukin; activator; VCAM-1=vascular cell adhesion
iNOS=inducible nitric oxide synthase; molecule 1).
JAK2=janus kinase 2; JNK=c-Jun N-
1985, Wattenberg menyebutkan lebih dari
20 kelas zat kimia yang berpotensi untuk
Sejarahkemoprevensidanperkembanga menghambat pertumbuhan sel tumor
npenelitiannya akibat paparan karsinogen. Lebih jauh lagi,
Pada awal tahun 1980-an, Kahl data National Cancer Institute (NCI), pada
melaporkan bahwa penambahan tahun yang sama, menyebutkan terdapat
antioksidan buthylated hydroxyanisole lebih dari 500 zat aktif yang dilaporkan
(BHA), butylated hydroxytoluene (BTA), memiliki aktifitas anti-karsinogenesis (15).
dan gallic acid ke dalam pakan hewan Selanjutnya, para peneliti mulai tertarik
percobaan dapat menghambat efek toksik untuk mengembangkan metode
zat-zat karsinogen yang dipaparkan kepada prencegahan kanker. Pada awalnya,
hewan-hewan percobaan tersebut (14). pendekatan yang dilakukan adalah dengan
Dalam sebuah review artikel pada tahun mengamati dan menganalisa efek

115
Nanda Ayu Puspita, Kemoprevensi Untuk Pencegahan Kanker : Fakta Atau Mitos?

komponen yang terkandung dalam Tamoxifen juga dilaporkan mengurangi


makanan, bahan herbal, atau obat-obatan resiko tumor dengan reseptor estrogen
yang dikonsumsi oleh populasi secara positif (69%). Selanjutnya, para peneliti
umum, dan mencari hubungannya dengan terus menggali efektifitas tamoksifen dan
pengurangan angka kejadian atau kematian berbagai obat-obatan lainnya dalam
akibat kanker, yang kemudian diikuti pencegahan kanker payudara melalui
dengan uji klinis yang lebih luas (2). berbagai projek penelitian seperti
Sebagai contoh, penelitian laboratorium International Breast Cancer Intervention
dengan menggunakan hewan percobaan di Study (IBIS)-1, IBIS-2, Study of Tamoxifen
awal 1980-an menunjukkan bahwa and Raloxifen (STAR), dan uji-uji klinis
penggunaan aspirin dan NSAID lainnya lainnya (2). Walaupun demikian, beberapa
dapat mengurangi resiko kejadian kanker penelitian juga melaporkan beberapa efek
usus besar (16). Selanjutnya, sebuah studi negatif penggunaan inhibitor reseptor
prospektif di Amerika yang melibatkan estrogen. Penggunaan tamoxifen
lebih dari 600 ribu responden melaporkan dilaporkan meningkatkan resiko kanker
bahwa penggunaan aspirin dalam dosis endometrial dan hyperplasia uterus, selain
rendah berhubungan dengan pengurangan resiko-resiko kardiovaskuler seperti
resiko kanker usus besar, yang diduga thromboemboli vena (19).
berkaitan dengan penghambatan sintesis
prostaglandin (17). Seiring dengan Keberhasilan kemoprevensi juga
perkembangan pesat penelitian dilaporkan dari penggunaan vaksin untuk
biomolekular sejak awal tahun 1990-an, mencegah kejadian kanker yang diinduksi
dan ditambah dengan berbagai bukti uji oleh virus, seperti halnya penggunaan
klinis maupun laboratoris yang vaksin hepatitis B dan vaksin human
mendukung efektifitas dan penggunaan
papilloma virus (HPV). Program imunisasi
aspirin serta NSAID lainnya sebagai salah
satu metode pencegahan kanker, yang hepatitis B di Taiwan yang dimulai pada
meliputi kanker kolon, kanker esofagus, tahun 1984 dan dievaluasi pada tahun 1994
kanker lambung, kanker, paru-paru, kanker menunjukkan terjadi penurunan angka
payudara, dan kanker ovarium. kejadian kasus kanker hepatoselular pada
anak-anak (20). Koutsky dkk (2002)
KeberhasilanDanKegagalanKemopreve melaporkan bahwa penggunaan vaksin
nsi HPV-16 (40 µg perdosis, diberikan pada
Pada tahun 1998, Fisher dkk pertama kali bulan ke 0, 2, dan 6 masa percobaan) dapat
melaporkan hasil positif uji klinis mengurangi insidensi neoplasia serviks
penggunaan tamoxifen, inhibitor reseptor yang disebebkan oleh infeksi HPV-16
estrogen, untuk pencegahan progresi (21). Beberapa uji klinis juga
kanker payudara. Projek ini dikenal
menunjukkan keberhasilan penggunaan
dengan namaBreast Cancer Prevention
Trial (BCPT) P-1 yang melibatkan lebih vaksin HPV untuk mengurangi resiko
dari 1300 wanita yang memiliki faktor- kejadian lesi pre-kanker, kanker
faktor resiko kanker payudara (18). vulvovaginal, dan kanker anal.
Pemberian tamoxifen dengan dosis 20 Keberhasilan ini kemudian di akui oleh
mg/hari selama 5 tahun dilaporkan FDA, yang mengeluarkan daftar obat-
mengurangi resiko invasive breast cancer
obatan/vaksin yang dapat digunakan untuk
sebesar 49% (p<0.0001) and non-invasive
breast cancer sebesar 50% (p<0.02). pengobatan lesi pre-kanker atau
pengurangan resiko kanker (

Tabel 3).

116
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016

Tabel 3 Obat-obat and vaksin yang disetujui olef FDA untuk kemoterapi / terapi lesi
pre-kanker (3)
Resiko kanker Intervensi pengobatan lesi pre-
kanker
Kanker payudara Tamoxifen, Raloxifen
Kanker dan Neoplasia servikal intraepithelial Vaksin HPV
Kanker dan Neoplasia vulvovaginal/anal Vaksin HPV
intraepithelial
Displasia esofagus Photofrin + PDT
Adenoma kolon Celecoxib
Displasia buli-buli Valrubicin, Bacillus Calmet Guerin
Aktinik keratosis Fluorouracil, Sodium diklofenak, 5-
aminolevulenic acid + PDT,
Masoprocol
Selainvaksindanestrogen inhibitor, masih Terlepas dari keberhasilan ataupun hasil
banyak zat-zat kemoterapi lain yang positif upaya pencegahan kanker, beberapa
sampai saat ini masih terus di teliti dalam uji klinis juga menunjukkan hasil negatif
hal efektifitasnya sebagai kemoterapi. kemoprevensi. Dua uji klinis penggunaan
Aspirin and beberapa NSAID lainnya telah beta karoten untuk pencegahan kanker
terbukti berhubungan dengan pengurangan paru-paru, the Alpha-Tocopherol,Beta-
resiko kanker ; kolon (43%), payudara Carotene (ATBC) dan Carotene and
(25%), paru-paru (28%), dan prostat (27%) Retinol Efficacy Trial (CARET),
(22). Akan tetapi, dibalik efektifitasnya menunjukkan bahwa, dengan pemberian
untuk kemoprevensi, COX inhibitor juga beta karoten selama 7 tahun, tidak terdapat
menyebabkan efek samping serius seperti pengurangan prevalensi kanker paru-paru
ulserasi usus dan lambung, resiko pada kelompok percobaan yang
perdarahan, dan resiko kardiovaskular. merupakan kelompok resiko tinggi kanker
Sehingga penggunaannya untuk paru-paru (perokok, bekas perokok, dan
kemoprevensi masih terus dipertanyakan. pekerja yang terpapar asap rokok/asbes
(24). Penggunaan selenium dan vitamin E
Untuk pencegahan kanker prostate, untuk pencegahan kanker prostat juga
penggunaan 5-alfa reductase inhibitor saat tidak menunjukkan hasil positif, setelah
ini sedang dikembangkan dengan dasar sebuah uji klinis melaporkan bahwa tidak
teori bahwa menghambat pengaktifan terdapat perbedaan yang signifikan
testosterone menjadi bahan aktifnya 5- terhadap pengurangan kejadian kanker
dihidrostestosteron akan mengurangi prostat, diantara group percobaan yang
proses signaling hormone androgen, yang mendapatkan alpha-tocoferol (vitamin
merupakan factor penting dalam E)/selenium dengan group yang
pathogenesis kanker prostat (3). Pada mendapatkan placebo (25).
tahun 2003, Thomson dkk melaporkan uji
klinis pemberian 5mg finasteride selama 7
tahun menunjukkan hasil positif untuk TantanganDanHarapan
mengurangi prevalensi kanker prostat Seperti halnya metode pencegahan
sebanyak 24.8% (p<0.001) (23). Efek penyakit lainnya, kemoprevensi
samping yang diakibatkan dengan merupakan benteng awal untuk megurangi
pemberian finasteride adalah gangguan angka kesakitan dan kematian akibat
fungsi seksual. kanker. Dua mekanisme penting dari
kemoprevensi adalah sebagai
antimutagenesis dan antikarsinogenesis.

117
Nanda Ayu Puspita, Kemoprevensi Untuk Pencegahan Kanker : Fakta Atau Mitos?

Walaupun bukti-bukti pendukung penentuan pengobatan berdasarkan standar


keberhasilan metode kemoprevensi, dari FDA (Food and Drug Administration),
sisi uji medis dan laboratoris, masih bias maka terdapat beberapa factor harus
dikatakan dalam tahap dini, sehingga
diperhatikan, seperti dosis yang diberikan,
penggunaan dan pemanfaatannya masih
belum diterima secara luas. Namun tidak efek samping yang ditimbulkan, serta
bias dipungkiri bahwa bukti-bukti yang biaya yang harus dikeluarkan. Dosis
ada telah memberikan setitik harapan kemoprevensi dapat dinilai dari studi in-
untuk para akademisi maupun klinisi untuk vivo maupun in-vitro, sedangkan penilaian
menggali lebih jauh metode kemoprevensi efek samping harus dilakukan lebih jauh
ini. lagi melalui berbagai tahapan uji klinis
Dalam menentukan obat-obatan ataupun yang meliputi fase I,II, dan III. Salah satu
komponen nutrisi untuk kemoprevensi, keberhasilan uji klinis kemoprevensi sudah
sudah banyak penelitian in-vivo maupun dikeluarkan oleh FDA, yang meyetujui 10
in-vitro yang dapat dijadikan referensi daftar obat-obatan untuk pengobatan lesi
awal. Walaupun demikian, sesuai standar prekanker yang dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker (

Tabel 3). karsinogen (9). Akan tetapi, untuk


mendeteksi efek kemoprevensi secara
Apabila ditinjau dari segi biaya, maka langsung tidaklah mudah karena biomarker
kemoprevensi menawarkan sisi positif (penanda) kanker yang sangat bervariasi
dengan biaya yang relative murah karena antara satu kanker dengan lainnya. Selain
(1) sebagian besar obat-obatan yang itu, terdapat variasi idividu yang sangat
memiliki efek kemoprotektif sudah besar terhadap respon kemoterapi yang
tersedia dipasaran (aspirin, dll), (2) zat-zat diberikan. Dengan demikian, masih sangat
nutrisi ataupun herbal yang menunjukkan diperlukan penelitian lebih lanjut untuk
efek kemoproteksi dapat dengan mudah mendeteksi keberhasilan kemoterapi
didapat di alam, atau terkandung didalam dengan menggunakan memanfaatkan
asupan makanan sehari-hari, (3) biaya teknologi penitian biomolecular, terutama
yang dikeluarkan akan lebih rendanh dalam menentukan biomarker penanda
apabila dibandingkan dengan biaya keberhasilan kemoterapi. Sehingga dimasa
pengobatan kemoterapi. depan, kanker dapat menjadi salah satu
penyakit yang dapat dicegah secara dini,
Intervensi kemoprevensi diarahkan kepada
seperti hal nya penyakit-penyakit kronis
kelompok populasi yang sehat namun
lainnya. Dengan demikian, angka
berada dalam kelompok resiko terkena
kesakitan dan kematian akibat kanker akan
kanker, seperti memiliki riwayat
predisposisi genetic ataupun paparan dapat dikurangi.
Daftar Pustaka Clinical Gastroenterology. 2011;25(4–
5):445-59.
1. Stewart B, Wild CP. World cancer report 4. Gescher A, Pastorino U, Plummer SM,
2014. World. 2015. Manson MM. Suppression of tumour
2. Steward W, Brown K. Cancer development by substances derived from
chemoprevention: a rapidly evolving the diet—mechanisms and clinical
field. British journal of cancer. implications. British Journal of Clinical
2013;109(1):1-7. Pharmacology. 1998;45(1):1-12.
3. Wu X, Patterson S, Hawk E. 5. Pitot HC. The molecular biology of
Chemoprevention – History and general carcinogenesis. Cancer. 1993;72(S3):962-
principles. Best Practice & Research 70.

118
JURNAL KEDOKTERAN SYIAH KUALA Volume 16 Nomor 2 Agustus 2016

6. Sporn MB. Approaches to prevention of colon cancer. New England Journal of


epithelial cancer during the preneoplastic Medicine. 1991;325(23):1593-6.
period. Cancer research. 1976;36(7 Part 18. Fisher B, Costantino JP, Wickerham DL,
2):2699-702. Redmond CK, Kavanah M, Cronin WM,
7. Rodenhuis S, van de Wetering ML, Mooi et al. Tamoxifen for prevention of breast
WJ, Evers SG, van Zandwijk N, Bos JL. cancer: report of the National Surgical
Mutational activation of the K-ras Adjuvant Breast and Bowel Project P-1
oncogene. New England Journal of Study. Journal of the National Cancer
Medicine. 1987;317(15):929-35. Institute. 1998;90(18):1371-88.
8. Modan B, Hartge P, Hirsh-Yechezkel G, 19. Vogel VG, Costantino JP, Wickerham
Chetrit A, Lubin F, Beller U, et al. Parity, DL, Cronin WM, Cecchini RS, Atkins
oral contraceptives, and the risk of JN, et al. Update of the national surgical
ovarian cancer among carriers and adjuvant breast and bowel project study
noncarriers of a BRCA1 or BRCA2 of tamoxifen and raloxifene (STAR) P-2
mutation. New England Journal of trial: preventing breast cancer. Cancer
Medicine. 2001;345(4):235-40. Prevention Research. 2010;3(6):696-706.
9. De Flora S, Ferguson LR. Overview of 20. Chang M-H, Chen C-J, Lai M-S, Hsu H-
mechanisms of cancer chemopreventive M, Wu T-C, Kong M-S, et al. Universal
agents. Mutation Research/Fundamental hepatitis B vaccination in Taiwan and the
and Molecular Mechanisms of incidence of hepatocellular carcinoma in
Mutagenesis. 2005;591(1):8-15. children. New England Journal of
10. Steele VE, Kelloff GJ. Development of Medicine. 1997;336(26):1855-9.
cancer chemopreventive drugs based on 21. Koutsky LA, Ault KA, Wheeler CM,
mechanistic approaches. Mutation Brown DR, Barr E, Alvarez FB, et al. A
Research/Fundamental and Molecular controlled trial of a human papillomavirus
Mechanisms of Mutagenesis. type 16 vaccine. New England Journal of
2005;591(1–2):16-23. Medicine. 2002;347(21):1645-51.
11. Wattenberg LW. Inhibitors of chemical 22. Harris R. Cyclooxygenase-2 (cox-2)
carcinogens. Journal of environmental blockade in the chemoprevention of
pathology and toxicology. 1980;3(4 Spec cancers of the colon, breast, prostate, and
No):35-52. lung. Inflammopharmacology.
12. De Flora S, Ramel C. Mechanisms of 2009;17(2):55-67.
inhibitors of mutagenesis and 23. Thompson IM, Goodman PJ, Tangen CM,
carcinogenesis. Classification and Lucia MS, Miller GJ, Ford LG, et al. The
overview. Mutation influence of finasteride on the
Research/Fundamental and Molecular development of prostate cancer. New
Mechanisms of Mutagenesis. England Journal of Medicine.
1988;202(2):285-306. 2003;349(3):215-24.
13. Karin M. Nuclear factor-κB in cancer 24. Group ACPS. The alpha-tocopherol, beta-
development and progression. Nature. carotene lung cancer prevention study:
2006;441(7092):431-6. design, methods, participant
14. Kahl R. Antioxidants and carcinogen characteristics, and compliance. Annals of
metabolism. Trends in Pharmacological epidemiology. 1994;4(1):1-10.
Sciences. 1982;3:72-4. 25. Lippman SM, Klein EA, Goodman PJ,
15. Ip C, Ganther HE. Combination of Lucia MS, Thompson IM, Ford LG, et al.
blocking agents and suppressing agents in Effect of selenium and vitamin E on risk
cancer prevention. Carcinogenesis. of prostate cancer and other cancers: the
1991;12(2):365-7. Selenium and Vitamin E Cancer
16. Pollard M, Luckert P. Indomethacin Prevention Trial (SELECT). Jama.
treatment of rats with dimethylhydrazine- 2009;301(1):39-51.
induced intestinal tumors. Cancer
treatment reports. 1979;64(12):1323-7.
17. Thun MJ, Namboodiri MM, Heath Jr
CW. Aspirin use and reduced risk of fatal

119

Anda mungkin juga menyukai