Anda di halaman 1dari 19

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama
pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya.
Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat
ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14
hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat. (Depkes
RI, 2012).
Menurut WHO tahun 2013 di dunia angka kematian anak akibat
pneumonia atau infeksi saluran pernafasan akut yang mempengaruhi paru
paru dinyatakan menjadi penyebab kematian sekitar 1,2 juta anak setiap
tahun. Dapat dikatakan setiap jam ada 230 anak di dunia yang meninggal
karena pneumonia ( WHO, 2013).
Peranan dan keterlibatan orang tua sangat berpengaruh terhadap
penurunan angka kematian ISPA pada balita. Namun saat ini peranan orang
tua belum jelas terlihat, terkadang orang tua belum mampu mengenali gejala
ISPA yang dialami oleh anak. Pengetahuan orang tua yang benar tentang
ISPA dapat membantu mendeteksi dan mencegah penyakit ISPA lebih
awal.Kurangnya informasi merupakan penyebab rendahnya pengetahuan bagi
orang tua.Salah satu upaya yang dapat dilakukan sebagai pemberian
informasi adalah melalui pendidikan kesehatan.Ratna & Titih (2008).
Pendidikan kesehatan merupakan penggunaan proses pendidikan
secara terencana untuk mencapai tujuan kesehatan (Sanjaya, 2008).
Pendidikan kesehatan mengupayakan perilaku masyarakat untuk menyadari
atau mengetahui cara memelihara kesehatan, menghindari atau mencegah
hal-hal yang merugikan kesehatan dan kemana seharusnya mencari
pengobatan bilamana sakit (Notoatmodjo, 2007).

1
Dari latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik untuk
mengangkat makalah ini yang berjudul “ Asuhan Keperawatan Komunitas
Pada Anak dengan ISPA”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Konsep Dasar ISPA ?
2. Apa Definisi ISPA?
3. Apa etiologi ISPA ?
4. Bagaimana Patopisiologi terjadinya ISPA ?
5. Apa tanda dan gejala ISPA ?
6. Apa saja Klasifikasi ISPA ?
7. Apa saja Faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA ?
8. Bagaimana penatalaksanaan/pencegahanISPA ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan Komunitas Pada Anak dengan ISPA ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Konsep Dasar ISPA.
2. Untuk mengetahui Definisi ISPA.
3. Untuk mengetahui etiologi ISPA.
4. Untuk mengetahui bagaimana Patopisiologi terjadinya ISPA.
5. Untuk mengetahui tanda dan gejala ISPA.
6. Untuk mengetahui Klasifikasi ISPA.
7. Untuk mengetahui Faktor yang mempengaruhi penyakit ISPA.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan/pencegahanISPA.
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan Komunitas Pada Anak
dengan ISPA.

2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar ISPA


Kesehatan adalah hak setiap orang. Masalah kesehatan sama
pentingnya dengan masalah pendidikan, perekonomian dan lain sebagainya.
Usia balita dan anak-anak merupakan usia yang rentan penyakit. Hingga saat
ini salah satu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat adalah ISPA
(Infeksi Saluran Pernapasan Akut) .
ISPA masih merupakan masalah kesehatan yang penting karena
menyebabkan kematian bayi dan balita yang cukup tinggi yaitu kira-kira 1
dari 4 kematian yang terjadi.Setiap anak diperkirakan mengalami 3-6 episode
ISPA setiap tahunnya. 40% -60% dari kunjungan di puskesmas adalah oleh
penyakit ISPA (Anonim,2009)
Hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor misalnya, rendahnya
tingkat pendidikan sehingga pengetahuan mengenai kesehatan juga masih
rendah atau faktor ekonomi yang menyebabkan tingkat kesehatan kurang
diperhitungkan.

B. Definisi
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14
hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari
hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti :
sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung sampai 14
hari yang dapat ditularkan melalui air ludah, darah, bersin maupun udara
pernafasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat. (Depkes
RI, 2012).
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit yang
menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran pernafasan, mulai dari
hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

3
adneksanya seperti sinus, rongga telingga tengah, dan pleura (Kepmenkes,
2002).
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian / lebih dari saluran nafas mulai hidung
alveoli termasuk adneksanya (sinus rongga telinga tengah pleura) (Depkes,
2013).

C. Etiologi
1. Virus: coronavirus merupakan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
penyakit ISPA dan penyebarannya coronavirus bisa dialihkan lewat udara
pada enderita batuk ataupun bersin. Influenza merupakan virus yang amat
menular menyababkan timbulnya flu penyebarannya lewat udara dengan
batuk dan bersin, adenovirus( sekelompok virus yang menginfeksi selaput
dari saluran pernafasan (Wijayaningsih, 2013, hal. 2)
2. Biasanya bakteri dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2
tahun yang kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan
musim kemarau ke musim hujan juga menimbulkan resiko serangan ISPA.
3. Beberapa faktor lain diperkirakan berkontribuksi terhadap kejadian ISPA
adalah rendahnya asupan antioksidan, status gizi kurang, buruknya sanitasi
lingkungan.(Wijayaningsih, 2013, hal. 2)

D. PATOFISIOLOGI
Penularan penyakit ISPA dapat terjadi melalui udara yang telah
tercemar, bibit penyakit masuk kedalam tubuh melalui pernapasan, oleh
karena itu maka penyakit ISPA ini termasuk golongan Air Borne
Disease. Sebagian besar penularan melalui udara dapat pula menular melalui
kontak langsung, namun tidak jarang penyakit yang sebagian besar
penularannya adalah karena menghisap udara yang mengandung unsur
penyebab atau mikroorganisme penyebab. Saluran pernapasan atas (akut)
secara langsung terpajang lingkungan namun infeksi relatif jarang terjadi
berkembang menjadi infeksi saluran pernapasan bawah yang mengenai
bronkus dan aveoli. Silia bergerak dengan retmis untuk mendorong mokus

4
dan semua mikroorganisme yang terperangkap didalam mokus, keatas
nasofaring tempat mokus tersebut dapat dikeluarkan melalui hidung lalu
ditelan.
Apabila dapat lolos dari mekanisme pertahanan tersebut ke saluran
pernapasan atas maka mikroorganisme akan dihadang oleh lapisan pertahanan
yang ke tiga (sistem imun) untuk mencegah mikroorganisme tersebut sampai
disaluran napas bawah. Respon ini diperantarai oleh limfosit, tetapi juga
melibatkan sel-sel darah putih lainnya, misalnya makrofak, niotrofil, dan sel
mast yang tertarik ke daerah tempat proses peradangan berlangsung. (Marni,
2014, hal. 26)

E. TANDA DAN GEJALA


Sebagian besar balita dengan infeksi salura pernafasan atas
memberikan gejala yang amat penting yaitu batuk . infeksi saluran pernafasan
bagian bawah memberikan beberapa tanda lainyaseperti nafas yang cepat dan
retraksi dada. Semua ibu dapat mengenali batuk tetapi tidak mungkin
mengenali tanda-tanda lainya dengan mudah. Selain itu ISPA pada balita juga
di kenali yaitu flu, demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 c
dan di sertai sesak nafas (Arief,2011)

F. KLASIFIKASI
Menurut hidayat, N (2009) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
1. Bukan peneumonia : mencakup kelompok pasien balita dengan batuk
yang tidak menunjukan gejala peningkatan frekuensi nafas dan tidak
menunjukan adanya tariakan dinding dada bagian bawah ke arah dalam
.contohnya adanya common cold, faringitis, tongsilitis dan otitis.
2. Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya batuk dan kesukaran
bernafas , diagnosa gejala ini berdasarkan usia. Batas frekuensi nafas
cepat pada anak berusia dua bulan sampai <1 tahun adalah 50 kali
permenit dan untuk anak usia 1 sampai <5 tahun adalah 40 kali permenit

5
3. Peneumonia berat Berdasarkan hasil pemeriksaan dapat dibuat suatu
klasifikasi penyakit ISPA. Klasifikasi ini dibedakan untuk golongan
umur dibawah 2 bulan dan untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun.

G. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT ISPA


Faktor resiko timbulnya ISPA (Marni, 2014) :
a. Faktor Demografi
Faktor demografi terdiri dari 3 aspek yaitu :
a. Jenis Kelamin
Bila dibandingkan antara orang laki-laki dan perempuan, laki - orang
lakilah yang banyak terserang penyakit ISPA karena mayoritas laki-
laki merupakan perokok dan sering berkendaraan, sehingga mereka
sering terkena polusi udara.
b. Usia
Anak balita dan ibu rumah tangga yang lebih banyak terserang
penyakit ISPA.Hal ini disebabkan banyaknya ibu rumah tangga
yang memasak sambil menggendong anaknya.
c. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh
dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus oleh petugas
kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat terhadap
gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus ISPA
yang datang ke pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan berat.
Hal tersebut disebabkan oleh kurang mengerti cara serta pencegahan
agar tidak mudah terserang penyakit ISPA.
b. Faktor Biologis
Faktor biologis terdiri dari 4 aspek yaitu (Marni, 2014) :
1. Status Gizi
Menjaga status gizi yang baik, sebenarnya bisa juga mencegah atau
terhindar dari penyakit terutama penyakit ISPA.Misal dengan
mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna dan memperbanyak
minum air putih, olah raga yang teratur serta istirahat yang

6
cukup.Tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
menigkat, sehingga dapat mencegah virus ( bakteri) yang akan masuk
dalam tubuh.
2. Berat Badan Lahir
Riwayat Berat Badan Lahir merupakan keadaan berat badan ketika
lahir, yang diukur sesaat setelah dilahirkan. Berdasarkan Suyami dam
Sunyoto (2004), Riwayat Berat Badan Lahir merupakan faktor yang
mempengaruhi system kekebalan tubuh. Pada balita dengan riwayat
BBLR yaitu berat badan kurang dari 2500 gram pada saat lahir,
menyebabkan system kekebalan tubuh belum sempurna, sehingga
daya tahan tubuhnya rendah. Hal ini menyebabkan anak rentan dan
mudah terserang penyakit infeksi.Sesuai dengan penelitian
Sugihartono dan Nurjazuli (2012), bahwa bayi lahir dengan berat
badan rendah mempunyai resiko menderita ISPA lebih tinggi
dibandingkan dengan bayi yang lahir dengan berat badan normal.
3. Pemberian Air Susu Ibu
Berbagai penelitian telah mengkaji manfaat pemberian Air Susu Ibu
(ASI) ekslusif dalam hal menurunkan mortalitas bayi, menurunkan
morbiditas melalui imunitas alami bayi, mengoptimalkan
pertumbuhan bayi, membantu perkembangan kecerdasan anak, dan
membantu memperpanjang jarak kehamilan bagi ibu (Fikawati et al,
2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan.
4. Status Imunisasi
Imunisasi adalah vaksin yang terdiri dari basil hidup yang
dilemahkan atau dihilangkan virulensinya.Vaksin imunisasi
merangsang kekebalan, meningkatkan daya tahan tubuh tanpa
menyebabkan kerusakan. Status Imunisasi balita menggambarkan
riwayat pemberian vaksin imunisasi pada balita sesuai dengan usia
balita dan waktu pemberian.
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (Depkes, 2008).Dalam
penurunan angka kejadian ISPA dengan memberikan imunisasi

7
lengkap pada anak.Imunisasi terbagi atas imunisasi dasar yang wajib
dan imunisasi yang penting.Sebelum anak berusia di atas dua tahun
kelengkapan imunisasi dasar harus dipenuhi.Anak balita dikatakan
status imunisasinya lengkap apabila telah mendapat imunisasi secara
lengkap menurut umur dan waktu pemberian.
c. Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu (Marni,
2014)
1. Keberadaan Asap Dapur
Pencemaran udara di dalam rumah banyak terjadi di Negara-negara
berkembang. Diperkirakan setengah dari rumah tangga di dunia,
memasak dengan bahan bakar yang belum diproses seperti kayu, sisa
tanaman dan batubara sehingga akan melepaskan emisi sisa
pembakaran di dalam ruangan tersebut. Pembakaran pada kegiatan
rumah tangga dapat menghasilkan pencemaran udara di dalam rumah
adalah asap dapur. Asap dari bahan bakar kayu merupakan faktor
resiko dengan kejadian ISPA pada balita. Penelitian Keman (2005)
menunjukan anak balita yang tinggal di rumah dengan bahan bakar
yang digunakan adalah kayu memiliki resiko terkena ISPA sebesar 2,8
kali lebih besar dibandingkan anak balita yang tinggal di rumah
dengan jenis bahan bakar yang digunakan minyak/gas.
2. Keberadaan Perokok
Kebiasaan merokok di dalam rumah dapat menimbulkan asap yang
tidak hanya dihisap oleh perokok, taetapi juga dihisap oleh orang yang
ada disekitarnya termasuk anak-anak. Satu batang rokok yang dibakar
anak mengeluarkan sekitar 4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas
karbonmonoksida, nitrogen oksida, hydrogen cianida, ammonia,
akrolein, acetilen, benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-
ethyl cathecol, ortcresorperyline dan lainnya, sehingga paparan asap
rokok dapat mengingkatkan risiko kesakitan pernafasan khususnya
pada anak berusia kurang dari 2 tahun.

8
Asap rokok yang diisap oleh perokok adalah asap mainstream
sedangkan asap dari ujung rokok yang terbakar dinamakan asap
slidestrea. Polusi udara yang diakibatkan oleh asap slidestream dan
asap mainstream yang sudah teekstrasi dinamakan asap tangan kedua
atau asap tembakau lingkungan. Mereka yang menghisap asap inilah
yang dinamakan perokok pasif atau perokok terpaksa. Terdapat
seorang perokok atau lebih dalam rumah akan memperbesar risiko
anggota keluarga menderita sakit, seperti gangguan pernapasan,
memperburuk asma dan memperberat penyakit angina pectoris serta
dapat meningkatkan resiko untuk mendapat serangan ISPA khususnya
pada balita. Anakanak yang oran tuanya perokok lebih mudah terkena
penyakit saluran pernapasan seperti flu, asma pneumonia dan penyakit
saluran pernapasan lainnya.
Gas berbahaya dalam asap rokok merangsang pembentukan lendir,
debu dan bakteri yang tertumpuk tidak dapat dikeluarkan,
menyebabkan bronchitis kronis, lumpuhnya serat elastin di jaringan
paru mengakibatkan daya pompa paru berkurang, udara tertahan di
paru-paru dan mengakibatkan pecahnya kantong udara.

H. PENCEGAHAN/PENATALAKSANAAN ISPA
Pencegahan ISPA Menurut Depkes RI tahun 2012 antara lain :
a. Menjaga kesehatan gizi
Menjaga kesehatan gizi yang baik akan mencegah atau terhindar
dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA. Misalnya
dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna,
banyak minum air putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat
yang cukup. Kesemuanya itu akan menjaga badan tetap sehat.
Dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh akan semakin
meningkat, sehingga dapat mencegah virus atau bakteri penyakit
yang akan masuk ke tubuh.

9
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak
maupun orang dewasa.Immunisasi dilakukan untuk menjaga
kekebalan tubuh supaya tidak mudah terserang berbagai macam
penyakit yang disebabkan oleh virus / bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan
mengurangi polusi asap dapur atau asap rokok yang ada di dalam
rumah. Hal tersebut dapat mencegah seseorang menghirup asap
yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang
baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap
segar dan sehat bagi manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/
bakteri yang ditularkan oleh seseorang yang telah terjangkit
penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam
tubuh.Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara
yang umumnya berbentuk aerosol (suspensi yang melayang di
udara).Adapun bentuk aerosol yakni Droplet, Nuclei (sisa dari
sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara
droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara
bibit penyakit).

10
BAB 3
TINJAUAN KASUS

Kasus
Menurut data dari dinas kesehatan (Dinkes) Palu, pada tahun 2018
mayoritas penyakit ISPA sebanyak 2.194. Tahun 2017 jumlah pasien ISPA pada
kelompok usia 5 tahun keatas tercatat sebanyak 321 kasus dari jumlah penduduk
Kota Palu 385.380 jiwa. Tahun 2016 hanya tercatat sebanyak 107 kasus.
Sedangkan pada kelompok usia dibawah 5 tahun, untuk tahun 2017 turun menjadi
2.174 dari 2.508 kasus pada tahun 2016. Dari 13 Puskesmas yang ada, Puskesmas
Sangurara untuk tahun 2017 ini tercatat paling besar mendapat kunjungan pasien
ISPA. Jumlahnya 439 pada kelompok usia dibawah 5 tahun dan 6 kasus untuk
kelompok usia diatas 5 tahun. Mata pencaharian yang menjadi sumber utama
penduduk kota palu yaitu pertanian, sebagian yang lainnya ada sebagai pedagang
dan nelayan.

A. PENGKAJIAN
A. Pengkajian
1. Data inti :
a. Demografi :
Menurut data dari dinas kesehatan (Dinkes) Palu, pada tahun 2018
mayoritas penyakit ISPA sebanyak 2.194. Tahun 2017 jumlah
pasien ISPA pada kelompok usia 5 tahun keatas tercatat sebanyak
321 kasus dari jumlah penduduk Kota Palu 385.380 jiwa.
b. Status Perkawinan :
Status Perkawinan Mayoritas Penduduk Kota Palu sudah menikah.
c. Nilai, Agama dan Kepercayaan
Penduduk Kota Palu mayoritas beragama Islam 89,33%, Kristen
7,99%, Hindu 1,02%, Budha 0,4%. (Badan Pusat Statistik Kota
Palu )

11
2. 8 Data Sub system
a. Lingkungan Fisik
Karakteristik lingkungan yang kurang baik karena banyak polusi
udara dan penduduk laki-laki mayoritas merokok. Polutan
lingkungan dapat mengiritasi mukosa saluran nafas sehingga
memudahkan terjadinya infeksi di saluran nafas.
b. Kesehatan dan Pelayanan social
Untuk pelayanan kesehatan di Kota Palu tersedia Beberapa
Puskesmas.
c. Ekonomi
Rata-rata pendapatan rumah tangga dari usaha pertanian mencapai
13,36 juta rupiah per tahun atau 1,11 juta rupiah per bulan.
Kontribusi pendapatan dari sector pertanian sebesar 48,81 %.
(Badan Pusat Statistik Kota Palu)
d. Keamanan dan Transportasi
Karena pendapatan di kota palu cukup baik sehingga banyak yang
menggunakan kendaraan bermotor.
e. Komunikasi
Komunikasi di kota Palu di bilang cukup baik, ada alat
komunikasi juga yang menunjang seperti Handphone.
f. Pendidikan
Status Pendidikan Kota Palu Mayoritas berpendidikan
SMP/SMA/Sederajat.
g. Rekreasi
Mayoritas warga dalam memanfaatkan waktu luangnya yaitu
berkumpul bersama keluarga atau sekedar nonton tv ada juga
sebagian yang liburan atau malah bekerja di lading karena suber
utama mata pencaharian penduduk kota palu yaitu pertanian.

B. Analisa Data
1. Data Primer : Banyak Warga yang mengatakan bahwa anak nya yang
sesak nafas karena saluran pernapasan atas nya tersumbat, kemudian

12
sering batuk dan pilek. Juga kebanyakan warga belum mengetahui
mengenai penanganan ISPA.
2. Data Sekunder : Menurut Profil Kesehatan kota Palu bahwa banyak
laki-laki yang merokok dan lingkungan di kota palu agak kurang baik
bagi anak karena banyak polusi.

C. Diagnosa dan Intervensi keperawatan komunitas


1. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan ekspansi
paru.
2. Risiko tinggi terhadap infeksi b/d ketidak mampuan warga dalam
memelihara lingkungan yang baik.

Tabel: Skoring Prioritas


No Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkat Total
masalah untuk perubahan an
dipecahkan: positif jika terhadap
1: Rendah diatasi : kualitas
2 :sedang 0 : tidak ada hidup bila
3 :Tinggi 1 : rendah diatasi:
2 : sedang 0 : tidak
3 : tinggi ada
1 : rendah
2 : sedang
3 : Tinggi

1. Pola Nafas tidak


efektif berhubungan
dengan penurunan
ekspansi paru.
3 3 3 9
2. Risiko tinggi terhadap
infeksi b/d ketidak
8

13
mampuan warga 3 2 3
dalam memelihara
lingkungan yang baik.

14
Dx.Kep. RencanaKegiatan Evaluasi
No Tujuan
Komunitas Strategi Intervensi Kriteria Hasil Evaluator
1. Pola Nafas tidak Setelah dilakukan - Pendidikan 1. Beri tahu posisi 1. Warga mampu melakukan Kader
efektif tindakan Kesehatan semi fowler cara batuk efektif dan
berhubungan keperawatan Rasional: untuk relaksasi nafas dalam Tenaga
dengan penurunan selama 3 kali memaksimalkan dengan benar. Kesehatan
ekspansi paru. kunjungan rumah ekspansi paru 2. Warga mengetahui cara
2. Ajarkan batuk
diharapkan : mengontrol ketika terjadi
efektif dan tekhnik
Pola Nafas kembali kekambuhan.
relaksasi nafas
normal.
dalam.
Rasional: untuk
mengatur pola
nafas.

15
2. Risiko tinggi Setelah dilakukan - Pendidikan 1. Kaji pengetahuan 1. Warga mampu
terhadap infeksi tindakan Kesehatan Warga tentang mengetahui cara Kader
b/d ketidak keperawatan bagaimana memelihara lingkungan
mampuan warga selama 3 kali lingkungan yang yang baik dan sehat. Tenaga
dalam memelihara kunjungan rumah baik 2. Warga mengetahui kesehatan
lingkungan yang Rasional: untuk
diharapkan : manfaaat atau pentingnya
baik. mengetahui tingkat
Warga mampu lingkungan yang baik dan
pengetahuan Warga
memelihara sehat.
tentang lingkungan
lingkungan, dan
yang baik.
menjauhkan
2. Motivasi Warga
anaknya dari asap
agar memelihara
rokok.
lingkungan yang
baik
Rasional: untuk
menciptakan
lingkungan yang
baik.

16
17
BAB 4
PENUTUP

A. Kesimpulan
ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari.
Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai
gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya seperti : sinus, ruang telinga
tengah dan selaput paru. Penyebabnya yaitu bisa oleh bakteri, virus, dan
riketsia.Penatalaksanaan nya yaitu lebih ke menjaga kesehatan gizi pada anak agar
tetap baik, memberikan imunisasi atau vaksin pada anak agar menjaga kekebalan
tubuh nya, kemudian menjaga kebersihan perorangan dan juga lingkungannya.

B. Saran
Bagi perawat komunitashendaknya melakukan penyuluhan/pendidikan
kesehatan kepada masyarakat terutama pada ibu-ibu yang mempunyai anak agar
masyarakat mengetahui bahayanya penyakit ISPA.
Bagi masyarakat pada umumnya khususnya ibu-ibu yang mempunyai anak
lebih menjaga personal hygine nya karena semua penyakit berawal dari kebersihan
diri.Dan juga lingkungannya terjaga agar tetap bersih karena lingkungan juga
sangat berpengaruh apalagi terdapat lingkungan yang kotor karena itu sarang nya
penyakit.
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa mengetahui mengenai
apa itu ISPA, tanda dan gejalanya, serta bisa melakukan Asuhan Keperawatan
yang sesuai terhadap klien anak yang terkena penyakit ISPA.

18
Daftar Pustaka

Baek, A. Ricard. 2016. Asuhan Keperawatan ISPA. [online]. Tersedia di


http://rikardbaek.blogspot.com/2016/10/asuhan-keperawatan-ispa.html
[Tanggal akses 19 Desember 2018]
Fajar, Rendy. 2018. Asuhan keperawatan komunitas dengan ISPA. [online]. Tersedia di
http://www.academia.edu/6698917/Asuhan-keperawatan-komunitas-dg-ispa-2-
copy[tanggal akses 19 Desember 2018]
Lestari, Novi I. 2016. [online]. Tersedia di https://novindahlest.blogspot.com [tanggal
Akses 20 Desember 2018
Saputri, A. Khotimah, 2018. Proses Keperawatan Komunitas Pada Pasien
ISPA.[online]. Tersedia di
http://www.academia.edu/10008411/PROSES_KEPERAWATAN_KOMUNIT
AS_PADA_PASIEN_ISPA [tanggal akses 19 Desember 2018]
Suparyanto. 2013. Sekilas Tentang Infeksi Saluran Pernafasan Atas. [online]. Tersedia
di http://dr-suparyanto.blogspot.com/2013/05/sekilas-tentang-infeksi-
saluran.html [tanggal akses 19 Desember 2018]

19

Anda mungkin juga menyukai

  • LP Tumbang
    LP Tumbang
    Dokumen11 halaman
    LP Tumbang
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Sap TB
    Sap TB
    Dokumen4 halaman
    Sap TB
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • SAP Kompres Hangat
    SAP Kompres Hangat
    Dokumen3 halaman
    SAP Kompres Hangat
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Sap Si
    Sap Si
    Dokumen5 halaman
    Sap Si
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • SAP Kompres Hangat
    SAP Kompres Hangat
    Dokumen3 halaman
    SAP Kompres Hangat
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Syok
    LP Syok
    Dokumen12 halaman
    LP Syok
    Wulan Nurlaelasari
    100% (1)
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen9 halaman
    LP Kista Ovarium
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Stroke Infark
    LP Stroke Infark
    Dokumen18 halaman
    LP Stroke Infark
    Sambel Korekiblis Pakkumis
    83% (6)
  • SAP Thypoid
    SAP Thypoid
    Dokumen7 halaman
    SAP Thypoid
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Sap Nafas
    Sap Nafas
    Dokumen4 halaman
    Sap Nafas
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru
    Ca Paru
    Dokumen13 halaman
    Ca Paru
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • BBLSR
    BBLSR
    Dokumen11 halaman
    BBLSR
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Sap Vulva Hygiene
    Sap Vulva Hygiene
    Dokumen12 halaman
    Sap Vulva Hygiene
    Dewi Sartika
    100% (2)
  • Askep Asfiksia
    Askep Asfiksia
    Dokumen20 halaman
    Askep Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Terapi Modalitas
    Terapi Modalitas
    Dokumen20 halaman
    Terapi Modalitas
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Diare Adalah Su
    Diare Adalah Su
    Dokumen10 halaman
    Diare Adalah Su
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Kista Ovarium
    LP Kista Ovarium
    Dokumen9 halaman
    LP Kista Ovarium
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Typhoid
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Dokumen15 halaman
    Laporan Pendahuluan Typhoid
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP CKD
    LP CKD
    Dokumen7 halaman
    LP CKD
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Gea
    LP Gea
    Dokumen12 halaman
    LP Gea
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan
    Laporan Pendahuluan
    Dokumen11 halaman
    Laporan Pendahuluan
    Ai Kusniati
    Belum ada peringkat
  • LP Asfiksia
    LP Asfiksia
    Dokumen13 halaman
    LP Asfiksia
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • KRISIS
    KRISIS
    Dokumen16 halaman
    KRISIS
    Firman Isentana
    Belum ada peringkat
  • LP Febris
    LP Febris
    Dokumen13 halaman
    LP Febris
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Sap DM
    Sap DM
    Dokumen5 halaman
    Sap DM
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP DM
    LP DM
    Dokumen12 halaman
    LP DM
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • Ca Paru
    Ca Paru
    Dokumen13 halaman
    Ca Paru
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP CKD
    LP CKD
    Dokumen12 halaman
    LP CKD
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat
  • LP Sol
    LP Sol
    Dokumen10 halaman
    LP Sol
    Wulan Nurlaelasari
    Belum ada peringkat