STROKE
Oleh :
Fauziyyah Ramadhani
Adinda Syarifah Noor
Novia Rizki Aisyah
Elta Sholihah Putri
Preseptor :
Dr. Paulus Anam Ong, dr., Sp.S(K)
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron. Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi
meskipun neuron-neuron di otak mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif atau plastisitas pada otak
dalam situasi tertentu bagian-bagian otak dapat mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak. Otak, terdiri
dari otak besar yang disebut cerebrum, otak kecil disebut cerebellum dan batang otak disebut brainstem. Otak
merupakan jaringan yang paling banyak menggunakan energi yang didukung oleh metabolisme oksidasi glukosa.
Kebutuhan oksigen dan glukosa otak relatif konstan, hal ini disebabkan oleh metabolisme otak yang merupakan
proses yang terus menerus tanpa periode istirahat yang berarti. Bila kadar oksigen dan glukosa kurang dalam
jaringan otak maka metabolisme menjadi terganggu dan jaringan saraf akan mengalami kerusakan.
Secara struktural, cerebrum terbagi menjadi bagian korteks yang disebut korteks cerebri dan subkorteks
yang disebut struktur subkortikal. Korteks cerebri terdiri atas korteks sensorik yang berfungsi untuk mengenal,
interpretasi impuls sensosrik yang diterima sehingga individu merasakan, menyadari adanya suatu sensasi
rasa/indra tertentu. Korteks sensorik juga menyimpan sangat banyak data memori sebagai hasil rangsang sensorik
selama manusia hidup. Korteks motorik berfungsi untuk memberi jawaban atas rangsangan yang diterimanya.
Struktur sub-kortikal :
a. Basal ganglia; melaksanakan fungsi motorik dengan merinci dan mengkoordinasi gerakan dasar, gerakan
halus atau gerakan trampil dan sikap tubuh.
b. Talamus; merupakan pusat rangsang nyeri
c. Hipotalamus; pusat tertinggi integrasi dan koordinasi sistem saraf otonom dan terlibat dalam pengolahan
perilaku insting seperti makan, minum, seks dan motivasi
d. Hipofise; Bersama dengan hipothalamus mengatur kegiatan sebagian besar kelenjar endokrin dalam sintesa
dan pelepasan hormon.
Cerebrum terdiri dari dua belahan yang disebut hemisfer cerebri dan keduanya dipisahkan oleh fisura
longitudinalis. Hemisfer cerebri terbagi menjadi hemisfer kanan dan kiri. Hemisfer kanan dan kiri ini dihubungkan
oleh bangunan yang disebut corpus callosum. Masing-masing hemisfer serebri terdiri dari lobusfrontalis yang
merupakan area motorik primer yang bertanggung jawab untuk gerakan-gerakan voluntar, lobus parietalis
yang berperanan pada kegiatan memproses dan mengintegrasi informasi sensorik yang lebih tinggi tingkatnya,
lobus temporalis yang merupakan area sensorik untuk impuls pendengaran dan lobus oksipitalis yang
mengandung korteks penglihatan primer, menerima informasi penglihatan dan menyadari sensasi warna.
Cerebelum (Otak kecil) terletak di bagian belakang kranium menempati fosa cerebri posterior di bawah
lapisan durameter Tentorium Cerebelli. Di bagian depannya terdapat batang otak. Berat cerebellum sekitar 150
gr atau 8-8% dari berat batang otak seluruhnya. Cerebellum dapat dibagi menjadi hemisfer cerebelli kanan dan
kiri yang dipisahkan oleh vermis. Fungsi cerebellum pada umumnya adalah mengkoordinasikan gerakan-gerakan
otot sehingga gerakan dapat terlaksana dengan sempurna.
Batang otak atau Brainstem terdiri atas diencephalon, mid brain, pons dan medula oblongata. Merupakan
tempat berbagai macam pusat vital seperti pusat pernafasan, pusat vasomotor, pusat pengatur kegiatan jantung
dan pusat muntah, bersin dan batuk.
Medula Spinalis
Medula spinalis merupakan perpanjangan medula oblongata ke arah kaudal di dalam kanalis vertebralis
mulai setinggi cornu vertebralis cervicalis I memanjang hingga setinggi cornu vertebralis lumbalis I - II. Terdiri
dari 31 segmen yang setiap segmennya terdiri dari satu pasang saraf spinal. Dari medulla spinalis bagian cervical
keluar 8 pasang , dari bagian thorakal 12 pasang, dari bagian lumbal 5 pasang dan dari bagian sakral 5 pasang
serta dari coxigeus keluar 1 pasang saraf spinalis. Seperti halnya otak, medula spinalispun terbungkus oleh selaput
meninges yang berfungsi melindungi saraf spinal dari benturan atau cedera. Gambaran penampang medula
spinalis memperlihatkan bagian-bagian substansia grissea dan substansia alba.
Disepanjang medulla spinalis terdapat jaras saraf yang berjalan dari medula spinalis menuju otak yang
disebut sebagai jaras acenden dan dari otak menuju medula spinalis yang disebut sebagai jaras desenden.
Subsatansia alba berisi berkas-berkas saraf yang berfungsi membawa impuls sensorik dari sistem tepi saraf tepi
ke otak dan impuls motorik dari otak ke saraf tepi. Substansia grisea berfungsi sebagai pusat koordinasi refleks
yang berpusat dimedulla spinalis. Refleks-refleks yang berpusat di sistem saraf puast yang bukan medulla spinalis,
pusat koordinasinya tidak di substansia grisea medula spinalis. Pada umumnya penghantaran impuls sensorik di
substansia alba medula spinalis berjalan menyilang garis tenga. Impuls sensorik dari tubuh sisi kiri akan
dihantarkan ke otak sisi kanan dan sebaliknya. Demikian juga dengan impuls motorik. Seluruh impuls motorik
dari otak yang dihantarkan ke saraf tepi melalui medula spinalis akan menyilang.
Secara garis besar, sistem saraf dibagi menjadi 2, yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem
saraf pusat (SSP) terbentuk oleh otak dan medulla spinalis. Sistem saraf disisi luar SSP disebut sistem saraf tepi
(SST). Fungsi dari SST adalah menghantarkan informasi bolak balik antara SSP dengan bagian tubuh lainnya.
Upper Motor Neuron (UMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari korteks motorik serebri
atau batang otak yang seluruhnya dengan serat saraf-sarafnya ada di dalam sistem saraf pusat. Lower motor neuron
(LMN) adalah neuron-neuron motorik yang berasal dari sistem saraf pusat tetapi serat-serat sarafnya keluar dari
sistem saraf pusat dan membentuk sistem saraf tepi dan berakhir di otot rangka. Gangguan fungsi UMN maupun
LMN menyebabkan kelumpuhan otot rangka, tetapi sifat kelumpuhan UMN berbeda dengan sifat kelumpuhan
UMN. Kerusakan LMN menimbulkan kelumpuhan otot yang 'lemas', ketegangan otot (tonus) rendah dan sukar
untuk merangsang refleks otot rangka (hiporefleksia). Pada kerusakan UMN, otot lumpuh (paralisa/paresa) dan
kaku (rigid), ketegangan otot tinggi (hipertonus) dan mudah ditimbulkan refleks otot rangka (hiperrefleksia).
Berkas UMN bagian medial, dibatang otak akan saling menyilang. Sedangkan UMN bagian internal tetap berjalan
pada sisi yang sama sampai berkas lateral ini tiba di medulla spinalis. Di segmen medula spinalis tempat berkas
bersinap dengan neuron LMN. Berkas tersebut akan menyilang. Dengan demikian seluruh impuls motorik otot
rangka akan menyilang, sehingga kerusakan UMN diatas batang otak akan menimbulkan kelumpuhan pada otot-
otot sisi yang berlawanan.
Salah satu fungsi medula spinalis sebagai sistem saraf pusat adalah sebagai pusat refleks. Refleks adalah
jawaban individu terhadap rangsang, melindungi tubuh terhadap pelbagai perubahan yang terjadi baik
dilingkungan internal maupun di lingkungan eksternal. Kegiatan refleks terjadi melalui suatu jalur tertentu yang
disebut lengkung refleks.
Sistem Sistem
Karotid Vertebr
Anterior Posterior
Definisi
Stroke menurut WHO (World Health Organisation) adalah gangguan otak fokal ataupun global secara mendadak
yang disebabkan oleh gangguan vaskuler dan dapat menyebabkan kematian yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih.
Epidemiologi
Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan
sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil.
Prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes tertinggi di Sulawesi Utara (10,8‰), diikuti DI
Yogyakarta (10,3‰), Bangka Belitung dan DKI Jakarta masing-masing 9,7 per mil. Prevalensi Stroke
berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi terdapat di Sulawesi Selatan (17,9‰), DI Yogyakarta
(16,9‰), Sulawesi Tengah (16,6‰), diikuti Jawa Timur sebesar 16 per mil.
Prevalensi penyakit stroke pada kelompok yang didiagnosis nakes serta yang didiagnosis nakes atau
gejala meningkat seiring dengan bertambahnya umur, tertinggi pada umur ≥75 tahun (43,1‰ dan 67,0‰).
Prevalensi stroke yang terdiagnosis nakes maupun berdasarkan diagnosis atau gejala sama tinggi pada laki-laki
dan perempuan. Prevalensi stroke cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan pendidikan rendah baik yang
didiagnosis nakes (16,5‰) maupun diagnosis nakes atau gejala (32,8‰). Prevalensi stroke di kota lebih tinggi
dari di desa, baik berdasarkan diagnosis nakes (8,2‰) maupun berdasarkan diagnosis nakes atau gejala (12,7‰).
Prevalensi lebih tinggi pada masyarakat yang tidak bekerja baik yang didiagnosis nakes (11,4‰) maupun yang
didiagnosis nakes atau gejala (18‰).
Berdasarkan penelitian Gambaran Faktor Risiko Penderita Stroke Di Rumah Sakit Hasan Sadikin
Bandung Periode Januari - Desember 2011, terdapat 400 kasus stroke dengan 296 kasus stroke iskemik terbanyak,
penderita yang paling sering terserang stroke yaitu usia 50 - 59 tahun sebanyak 119 orang, jumlah penderita pria
lebih banyak, sebagian besar penderita stroke mempunyai faktor risiko tertinggi yaitu riwayat hipertensi sebanyak
388 pasien, 188 pasien riwayat dislipidemia, 127 pasien riwayat TIA, 76 pasien riwayat DM, 40 pasien riwayat
penyakit jantung, 31 pasien riwayat merokok, riwayat profil lipid yang paling berpengaruh adalah kadar kolestrol
HDL dan kolestrol total, dan angka mortalitas terbanyak pada 22 kasus stroke iskemik.
Dari penelitian tersebut didapatkan prevalensi kasus stroke terbanyak adalah stroke iskemik 74,0% dan
paling sering mengenai usia 50 - 59 tahun 29,8%. Jumlah penderita laki-laki lebih banyak 50,8% daripada
perempuan, 96,0% faktor risiko terbanyak adalah riwayat hipertensi, 47,0% riwayat dislipidemia, 31,8% riwayat
TIA, 19,0% riwayat DM, 10,0% penyakit jantung 10,0%, riwayat merokok 7,8%, 29% mempunyai kadar kolestrol
HDL rendah, 22,7% mempunyai kadar kolestrol total tinggi dan angka mortalitas tertinggi disebabkan oleh stroke
iskemik sebanyak 51,2%.
Klasifikasi
Iskemia
Merritt’s Neurology
- Aterosklerosis arteri besar
- Kardioemboli
- Infark arteri kecil (lakuner)
Perdarahan
Merritt’s Neurology
- Intraserebri
- Subaraknoid
- Malformasi arteri-vena
Faktor risiko
Dapat dimodifikasi
Mayor
- Hipertensi
- Penyakit jantung: atrial fibrilation, penyakit jantung koroner
- Diabetes melitus
Minor
- Dislipidemia
- Merokok
- Alkohol
- Obesitas
- Hiperkolesterolemia
- Penggunaan kontrasepsi
- Kelainan darah: polycitemia vera
Tidak dapat dimodifikasi
Peningkatan usia
Jenis kelamin (laki-laki lebih banyak dari wanita)
Ras
- Iskemik: kulit hitam > kulit putih > Asia
- Perdarahan: kulit hitam > Asia > kulit putih
Riwayat transient ischemic attack
Riwayat stroke
Riwayat keluarga dengan stroke
Stroke Infark
Definisi
Stroke infark atau disebut juga infark serebri terjadi akibat dua proses patofisiologis yaitu hilangnya suplai
oksigen dan glukosa akibat sumbatan pembuluh darah, atau beberapa perubahan metabolisme selular yang
terjadi akibat adanya kelainan membran sel.
Tingkat kejadian stroke infark lebih tinggi dibanding dengan stroke lainnya, yaitu sekitar 85% dengan
infark aterotrombotik 80% dan infark emboli 20%. Data di RS Hasan Sadikin Bandung periode 1 Januari
2004 – 30 Juni 2005 menunjukkan 37 pasien stroke kardioemboli (6,3%) dari 584 stroke infark.
Klasifikasi
Adam dan Viktor kemudian membagi stroke infark menjadi dua bagian besar yaitu aterotrombotik dan
kardioemboli, perbedaan antara keduanya adalah pada infark thrombus awalnya pembuluh darah tidak
tersumbat seluruhnya pada permulaan pembentukkannya sedangkan pada saat emboli lepas dan
menyumbat pembuluh darah seluruh lumen pembuluh darah dapat tersumbat. Selain itu, stroke
aterotrombotik dapat dibedakan dengan stroke kardioemboli dari sumber embolinya. Stroke
aterotrombotik memiliki sumber aterogenik emboli dari plak karotis, hasil dari stenosis karotis,
aterosklerotik pada pembuluh darah intracranial dan arteri penetrans yang mengakibatkan penurunan aliran
darah ke otak. Sedangkan pada stroke kardioemboli diakibatkan oleh emboli yang berasal dari jantung
yang disebabkan oleh fibrilasi atrium atau terdapat kelainan katup jantung.
Infark aterotrombotik merupakan thrombus yang disebabkan oleh plak aterosklerosis
Infark kardioemboli merupakan emboli dari jantung yang biasanya disebabkan oleh gangguan irama
jantung seperti fibrilasi atrium; kelainan katup jantung seperti rheumatic heart disease, mitral stenosis,
mitral regurgitation, endocarditis, prolapse katup mitral; kelainan dinding jantung seperti AMI,
kardiomiopati.
Infark tromboemboli merupakan emboli dari fragmen ateromatous plaque yang kemudian menyumbat
arteri yang lebih distal.
Infark aterotrombotik merupakan thrombus putih yang tersusun atas platelet, fibrin, dan sedikit sel darah
merah. Sedangkan infark kardioemboli disebut juga thrombus merah karena berasal dari jantung, yang
tersusun atas sel darah merah dan fibrin.
Faktor risiko
a) Faktor risiko yang dapat dimodifikasi :
Hipertensi, DM, penyakit jantung, merokok, TIA, kurang olahraga, kolesterol tinggi, atrial fibrilasi,
stenosis karotis, riwayat penyakit arteri, alkohol, dan penggunaan kontrasepsi.
b) Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
Umur
- Umur 50 tahun: 2 x resiko stroke
- Umur 65 tahun: 4 x resiko stroke
- Umur 75 tahun: 8 x resiko stroke
- Jenis kelamin terutama wanita
Bangsa
- Stroke infark: black > white > asia
- Stroke perdarahan: black > asia > white
Riwayat stroke / TIA
Riwayat keluarga dengan stroke
c) Faktor risiko tinggi yang dapat menyebabkan stroke infark:
- Bising jantung tanpa gejala klinis dengan angka kejadian 1,5% per tahun
- Riwayat infark miokard dengan angka kejadian 1,5% per tahun
- Stenosis karotis tanpa gejala klinis dengan angka kejadian 2% per tahun
- Fibrilasi atrium non-katup dengan angka kejadian 5% per tahun
- Riwayat TIA dengan angka kejadian 6% per tahun
- Riwayat iskemik stroke sebelumnya dengan angka kejadian 10% per tahun
Patomekanisme
Otak merupakan organ yang sangat aktif metabolismenya, dimana glukosan dan oksigen merupakan
substrat penting untuk pembentukan energi (ATP). Tiap menitnya otak membutuhkan O 2 500 ml dan glukosa
75-100 mg. ATP diperlukan untuk mempertahankan integritas neuron dan mempertahankan ion Ca 2+ diluar
sel dan ion K+ di dalam sel. Aliran darah otak (Cerebral Blood Flow/CBF) normal sebanyak 53 ml/100gr
otak/menit. Kecepatan metabolisme otak untuk oksigen (Cerebral Metabolism Rate for Oxygen/CMRO2)
sebanding dengan konsumsi O2 otak, yaitu sebesar 3,5 ml/100 mg/menit.
Infark serebri terjadi akibat dua proses patofisiologis yaitu hilangnya suplai oksigen dan glukosa
akibat sumbatan pembuluh darah, atau beberapa perubahan metabolisme selular yang terjadi akibat adanya
kelainan membran sel. Mekanisme infark aterotrombotik dapat berupa thrombus in situ dan tromboemboli
(artery to artery embolus). Trombus emboli merupakan trombus yang lepas dari arteri proksimal menuju ke
arteri yang lebih distal dan menyumbat arteri distal tersebut. Bila terjadi gangguan CBF akibat tersumbatnya
aliran darah oleh thrombus, maka maksimum kompensasi CBF akan terlampaui. Proses yang terjadi bila CBF
15-18 ml/100 mg akan terjadi electrical failure, CBF <15ml/100 mg akan terjadi perubahan somato-sensory
evoked potential, CBF 10-15 ml/100 mg maka sel neuron tidak berfungsi, namun masih hidup, dan jika CBF
<10 ml/100 mg maka akan terjadi kegagalan ionik dimana terjadi peningkatan K + ekstraseluler, pelepasan
asam lemak bebas, dan penurunan ATP sehingga menimbulkan asidosis intraseluler dan pada akhhirnya
menyebabkan kematian neuron.
Kondisi iskemia pada otak kemudian dapat menyebabkan infark, di mana jaringan parenkim otak
membengkak dengan cepat akibat kandungan air yang berlebih baik di luar maupun di dalam sel. Efek dari
iskemia sendiri dapat bersifat reversible maupun ireversibel tergantung dari derajat keparahan dan durasinya.
Cerebral blood flow (CBF) yang mencapai 10-12 mL/100 g/min dapat menyebabkan infark, sedangkan CBF
yang mencapai 6-8 mL/100g/min menyebabkan serangkaian kejadian: deplesi ATP, peningkatan Ca2+
intraseluler, peningkatan K+ ekstraselular, FFA teraktivasi dan menghancurkan fosfolipid membran neuron
sehingga free radicals terakumulasi, serta protein dan enzim intraselular mengalami denaturasi, dan asidosis
selular yang kemudian menyebabkan sel nekrosis. Parenkim otak yang mengalami infark terbagi atas 3 daerah:
1) focus infark – daerah yang sudah mengalami nekrosis
2) penumbra – daerah iskemik di mana sel masih mendapat vaskularisasi dan viabel namun sudah tidak dapat
berfungsi
3) daerah edema local/hiperemis – sel masih hidup dan berfungsi.
Proses pembentukan thrombus dimulai dari adanya jejas endothelial yang kemudian menstimulasi
terjadinya inflammation healing yaitu di mana mediator inflamasi keluar dan terjadi pembentukan platelet
plug di lokasi jejas. Pada lokasi jejas beberapa mediator teraktivasi seperti prostasiklin, vasomodulin, dan
thromboxane A2 sedangkan protein inhibisi koagulasi berkurang seperti protein C dan homocysteine.
Kemudian terjadi agregasi platelet, pembentukkan thrombin dan perubahan fibrinogen menjadi fibrin. Selain
itu, LDL juga terakumulasi di tunica media sehingga membentuk foam cell. Ketika thrombus yang terbentuk
menutupi >40% lumen pembuluh darah maka pembuluh darah sudah tidak dapat mengalami dilatasi sebagai
kompensasi sehingga lama kelamaan, thrombus dapat menutupi seluruh lumen dan menyebabkan iskemia.
Faktor risiko
Trombus lepas
Adhesi platelet & fibrin ke dinding arteri membentuk clot
Trombus
lepas dari Emboli Oklusi Arteri : iskemik
area lain
Glukosa di neuron
Depolarisasi neuron
Aktivasi fosfolipase
Mengubah membrane Aktivasi enzim NOS NO
sel Na, K, Ca
Menghancurkan lapisan
Penguraian dan
fosfolipid pada membrane neuron
Influx water kerusakan struktur vital
Diagnosis
1) Anamnesis : sesuaikan dengan tanda dan gejala, serta arahkan kepada salah satu tipe stroke sesuai
dengan yang sudah dijelaskan sebelumnya.
2) Pemeriksaan Fisik :
1. Kesadaran
Penentuan status kesadaran pada pasien stroke sangat penting, penurunan kesadaran pada penderita
stroke terjadi karena Tekanan Tinggi Intrakranial yang sangat hebat sehingga mampu menekan bagian
ARAS yang merupakan pusat kesadaran. Penurunan kesadaran menjadi tolok ukur pada penentuan
jenis stroke dengan menggunakan skoring baik dengan Sirijaj-Stroke-Score maupun Gajah mada
Stroke Score.
2. Tekanan darah
Salah satu faktor resiko mayor dari Stroke adalah Hipertensi. Pembagian Grade Hipertensi :
Mild : 140-159/90-99 mmHg
Moderate : 160-179/100-109 mmHg
Severe : 180-209/110-109 mmHg
Malignant : >210/>120 mmHg
Pengukuran tekanan darah sebaiknya dibandingkan dengan tangan disebelahnya. Apakah terdapat
perbedaan. Jika terdapat perbedaan yang besar maka kemungkinan terjadi kelainan pembuluh darah
(arteritis)
3. Denyut nadi
4. Heart rate
Pengukuran ini sangat penting, jumlah kontraksi jantung yang dihitung dibandingkan dengan nadi yang
di ukur. Pulsus defisit terjadi jika perbedaan heart rate dan nadi ≥20 x/mnt. Pulsus derfisit dapat
ditemukan pada artrial fibrilasi yang kemungkinan menjadi pencetus stroke.
5. Pernapasan
6. Suhu
7. Turgor dan gizi
Berperan dalam menentukan keadaan fisik dari pasien apakah termasuk golongan obesitas (faktor
resiko minor), dan turgor apakah pada pasien tersebut terjadi dehidrasi atau tidak.
8. Status Interna :
Kepala : Apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan
jantungnya maka dapat berkomplikasi menjadi stroke.
Leher : Apakah terdapat peningkatan JVP?, Terdapat Bruit? hal ini menunjukkan terdapat gangguan
aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor pencetus stroke (emboli)
Paru-paru : Penting pada pasien stroke yang sedang dirawat, karena komplikasi non neurologis
stroke salah satunya Pneumonia dan edema paru.
Jantung : Apakah ada pembesaran jantung? Bunyi Murmur? Kelainan katup jantung.? (Penyakit
Jantung merupakan faktor resiko mayor terjadinya stroke).
Pada pemeriksaan fisik stroke kardioemboli selalu ditemukan kelainan jantung berupa adanya
disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium, sick sinus syndrome), adanya bising jantung
(contoh: stenosis mitral, aorta stenosis kalsifikasi), gagal jantung kongestif (setelah AMI),
penyakit penyerta (contoh: SLE, endokarditis).
3) Pemeriksaan Penunjang
a. CT Scan
CT scan
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan baku emas untuk membedakan stroke infark dengan
stroke perdarahan.
Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan gambaran
hipodense sedangkan pada stroke perdarahan menunjukkan gambaran hiperdens.
b. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat sensitif).
c. Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau vertebrobasiler,
menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh darah.
Angiografi
d. Pemeriksaan penunjang lain : Pemeriksaan untuk menetukan faktor resiko seperti darah rutin,
komponen kimia darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit
darah, Thoraks Foto, EKG, Echocardiografi.
e. Sistem score untuk membedakan jenis stroke :
Siriraj Stroke Score (SSS)
Cara penghitungan :
SSS = (2,5 x kesadaran)+(2 x muntah)+(2 x nyeri kepala)+(0,1 x tekanan diastolik)-(3 x atheroma)
– 12
• Nilai SSS Diagnosa
• >1 Perdarahan otak
• < -1 Infark otak
• -1 < SSS < 1 Diagnosa meragukan (Gunakan kurva atau CT Scan)
Skor Gajah Mada (SGM)
Menggunakan 3 variabel pemeriksaan yaitu : Penurunan Kesadaran, nyeri kepala, dan refleks
babinski
Diagnosis Banding
Diagnosa banding berdasarakan anamnesa
Tatalaksana
Tatalaksana Umum Stroke Akut
• Tirah baring dengan posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat untuk mencegah postural hypertension
• Pemakaian kateter urin
• Diet rendah garam per NGT
• Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
• Penatalaksanaan hipertensi, hiperglikemi, hipoglikemi, dehidrasi
• Mobilisasi dan rehabilitasi dini
Struk pendarahan merupakan struk yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah di otak. Perdarahan
diklasifikasikan berdasarkan lokasi terjadinya. Pendarahan pada rongga epidural dan subdural seringkali
disebabkan oleh trauma. Pendarahan subaraknoid disebabkan karena trauma, atau pecahnya aneurisma
intrakranial atau malformasi arteri dan vena.
Patogenesis
- Pendarahan Subaraknoid
Disebabkan karena pecahnya saccular aneurysm, umunya terjadi pada :
1. Bagian proximal dari anterior communicating arteri
2. Posterior communicating arteri dari batang internal carotid
3. Cabang terbesar dari middle cerebral arteri
4. bifurkasi karotid terhadap middle dan anterior cerebral arteri.
Interpretasi :
- Nilai maksimal 15 memiliki prognosis yang paling baik
- Nilai maksimal 3 memiliki prognosis yang paling buruk
- Nilai 8 keatas memiliki kemungkinan perbaikan
- Nilai 3-5 berpotensi fatal, terutama jika disertai dengan pupil terfiksasi
Derajat berdasarkan Hust-Hest-Grading:
- Derajat 1 : Asimtomatik atau dengan nyeri kepala dan kaku leher
- Derajat 2 : Nyri kepala berat dengan kaku kuduk tanpa adanya defisit neurologis fokal
- Derajat 3 : Penurunan kesadaran, dan defisit neurologis fokal
- Derajat 4 : Persisten sopor
- Derajat 5 : Koma dan kekakuan
STATUS INTERNA
1. Kepala
Evaluasi apakah terdapat sianosis pada wajah dan lidah karena kemungkinan akibat kelainan jantung yang dapat
berkomplikasi menjadi struk, apakah terdapat memar akibat trauma yang dapat mencetus pendarahan intrakranial.
2. Leher
Evaluasi apakah terdapat peningkatan JVP, Vascular Bruit yang dapat hal ini menunjukkan ada tidaknya
gangguan aliran pada pembuluh darah yang dapat menjadi faktor pencetus stroke (emboli).
3. Paru-paru
Penting pada pasien struk yang sedang dirawat, karena komplikasi non neurologis stroke salah satunya pneumonia
dan edema paru.
4. Jantung
Evaluasi apakah ada pembesaran jantung, bunyi murmur, bunyi jantung tambahan, dan kelainan katup jantung
untuk mengetahui ada tidaknya penyakit jantung yang merupakan faktor resiko terjadinya stroke.
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Untuk mengetahui defisit fokal dan neurologis yang terjadi. Terdiri dari :
- Pemeriksaan tanda meningeal
- Pemeriksaan saraf kranial I-XII, terutama saraf kranial VII, dan XII.
- Pemeriksaan refkleks fisiologis
- Pemeriksaan refleks patologis
- Pemeriksaan refleks regresi
- Pemeriksaan motorik dan sensorik
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT scan
• Pemeriksaan ini merupakan CT scan
pemeriksaan baku emas untuk
membedakan stroke infark
dengan stroke perdarahan.
• Pada stroke karena infark,
gambaran CT scannya secara
umum adalah gambaran
hipodense sedangkan pada stroke
perdarahan menunjukkan
gambaran hiperdens.
2. Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat sensitif).
3. Pemeriksaan Angiografi.
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau vertebrobasiler,
menentukan ada tidaknya penyempitan, oklusi atau aneurisma pada pembuluh darah.
Angiografi
TATALAKSANA STROKE
Tatalaksana Prahospital Pada Stroke Akut
1. Deteksi
Beberapa gejala atau tanda yang mengarah pada diagnosis stroke antara lain hemiparesis, gangguan
sensorik satu sisi tubuh, hemianopia atau buta mendadak, diplopia, vertigo, afasia, disfagia, disartria,
ataksia, kejang atau penurunan kesadaran yang kesemuanya terjadi secara mendadak. Untuk
memudahkan digunakan istilah FAST (facial movement, arm movement, speech, test all three).
2. Pengiriman pasien
Bila terdapat kecurigaan serangan stroke, maka segera panggil ambulans gawat darurat untuk pengiriman
pasien ke fasilitas yang tepat untuk penanganan stroke.
3. Transportasi
Utamakan transportasi untuk pengiriman pasien ke rumah sakit yang dituju. Petugas ambulans gawat
darurat harus mempunyai kompetensi dalam penilaian pasien stroke pra rumah sakit. Saat men-transport
pasien, digunakan ambulans dengan fasilitas memadai dan disertai dengan petugas medis yang kompeten
terutama dalam tatalaksana stabilisasi dan resusitasi pasien.
Yang harus diperhatikan oleh petugas saat melakukan transport pasien di ambulans:
Jangan terlambat membawa ke rumah sakit yang tepat
Jangan memberikan cairan berlebihan kecuali pada pasien syok dan hipotensi
Hindari pemberian cairan glukosa/dekstrose kecuali pada pasien hipoglikemia
Jangan menurunkan tekanan darah, kecuali pada kondisi khusus
Catat waktu awitan serangan
Di Ruang Rawat:
1. Cairan (isotonic NaCl 0.9%, electrolyte : Na, K, Ca, Mg)
2. Nutrisi (jika tidak bisa, berikan melalu NGT)
3. Pencegahan dan penanganan komplikasi
1. Moore K, Dalley A, Agur A. Clinically oriented anatomy. Philadelphia: Wolters Kluwer Health/Lippincott
Williams & Wilkins; 2010.
2. Nouh A, Remke J, Ruland S. Ischemic Posterior Circulation Stroke: A Review of Anatomy, Clinical
Presentations, Diagnosis, and Current Management. Frontiers in Neurology. 2014;5.
3. Harrison’s Principle of Internal Medicine 19th ed.
4. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar. 2013.
5. Kartika D, Gambaran Faktor Risiko Penderita Stroke di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Periode
Januari-Desember 2011. Undergraduate thesis, Universitas Kristen Maranatha. 2012.
6. Ropper A, Samuels M. Adam and victor’s principle of neurology 10 th ed. New York: Mcgraw-Hill Medical;
2009.
7. Louis ED, Mayer SA, Rowland L. Merritt’s neurology. 13th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer.