Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. TINJAUAN KASUS
1. Pengertian
Harga diri seseorang di peroleh dari diri sendiri dan orang lain.
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perilaku orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai
rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi
lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk
berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga
diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap
sebagai ancaman. (Keliat, 2011).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga,tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap
diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan
diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai
ideal diri. ( Yosep,2009)
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri
sendiri atau kemampuan diri yang negatif yang dapat secara langsung
atau tidak langsung diekspresikan. ( Towsend,2008)
Harga diri adalah penilaian tentang pencapaian diri dengan
menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. ( Keliat
BA,2006)
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga
diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi secara :
a. Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang tidak
sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll), harapan
akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
b. Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung
lama.

2. Komponen Konsep Diri


Konsep diri adalah semua pikiran, kepercayaan dan kenyakinan
yang diketahui tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam
berhubungan dengan orang lain (Fajariyah, 2012).
Ciri konsep diri menurut Fajariyah (2012) terdiri dari konsep
diri yang positif, gambaran diri yang tepat dan positif, ideal diri yang
realitis, harga diri yang tinggi, penampilan diri yang memuaskan, dan
identitas yang jelas. Konsep diri terdiri dari citra tubuh (body image),
ideal diri (self-ideal), harga diri (self-esteem), peran (self-role), dan
identitas diri (self-identity) (Suliswati, 2004).
a) Citra tubuh
Citra tubuh adalah sikap individu terhadap tubuhnya baik
disadari atau tidak disadari meliputi persepsi masa lalu atau
sekarang mengenai ukuran dan bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh. Citra tubuh sangat dinamis karena secara konstan
berubah seiring dengan persepsi dan pengalaman- pengalaman
baru. Citra tubuh harus realitis karena semakin dapat menerima
dan menyukai tubuhnya individu akan lebih bebas dan merasa
aman dari kecemasan. Individu yang menerima tubuhnya apa
adanya biasanya memiliki harga diri tinggi daripada individu yang
tidak menyukai tubuhnya (Suliswati, 2004).
b) Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaiman ia
seharusnya bertingkah laku berdasarkan standart pribadi. Standart
dapat berhubungan dengan tipe orang yang diinginkan/disukainya
atau sejumlah aspirasi, tujuan, nilai yang ingin diraih. Ideal diri,
akan mewujudkan cita-cita atau penghargaan diri berdasarkan
norma-norma sosial dimasyarakat tempat individu tersebut
melahirkan penyesuaian diri (Suliswati, 2004).
c) Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal
yang diperoleh dengan menganalisa seberapa sesuai perilaku
dirinya dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah perasaan
yang berasal dari penerimaan diri sendiri tanpa syarat, walaupun
melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetap merasa
sebagai orang yang penting dan berharga (Stuart,2006).
d) Peran
Peran adalah serangkaian pola sikap perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan oleh masyarakat dihubungkan dengan
fungsi individu didalam sekelompok sosial dan merupakan cara
untuk menguji identitas dengan memvalidasi pada orang berarti.
Setiap orang disibukkan oleh beberapa peran yeng berhubungan
dengan posisi setiap waktu sepanjang daur kehidupnya. Harga diri
yang tinggi merupakan hasil dari peran yang memenuhi kebutuhan
dan cocok dengan ideali diri (Suliswati, 2004).
e) Identitas diri
Prinsip penorganisasian kepribadian yang bertanggung
jawab terhadap kesatuan, kesinambungan, konsistensi, dan
keunikan individu. Prinsip tersebut sama artinya dengan otonomi
dan mencakup persepsi seksualitas seseorang. Pembentukan
identitas, dimulai pada masa bayi dan terus berlangsung sepanjang
kehidupan, tetapi merupakan tugas utama pada masa remaja
(Stuart, 2006).

3. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang. Dalam tinjuan life span history klien. Penyebab terjadinya
harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi
pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak
diterima. Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan
atau pergaulan. Harga diri rendah muncul saat lingkungan cenderung
mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuannya.( Yosep,2009)
Menurut Stuart & Sundeen (2006), faktor-faktor yang
mengakibatkan harga diri rendah kronik meliputi faktor predisposisi dan
faktor presipitasi sebagai berikut :
a. Faktor predisposisi
2) Faktor yang mempengaruhi harga diri
Meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak
realistik, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan
ideal diri yang tidak realistis.
3) Faktor yang mempengaruhi performa peran
Dimasyarakat umunya peran seseorang disesuai dengan jenis
kelaminnya. Misalnya seseorang wanita dianggap kurang
mampu, kurang mandiri, kurang obyektif dan rasional
sedangkan pria dianggap kurang sensitive, kurang hangat,
kurang ekspresif dibandingkan wanita. Sesuai dengan standar
tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak sesuai lazimnya
maka dapat menimbulkan konflik diri maupun hubungan sosial
4) Faktor yang mempengaruhi identitas pribadi
Meliputi ketidak percayaan, tekanan dari teman sebaya dan
perubahan struktur sosial. Orang tua yang selalu curiga pada
anak akan menyebabkan anak menjadi kurang percaya diri, ragu
dalam mengambil keputusan dan dihantui rasa bersalah ketika
akan melakukan sesuatu. Control orang yang berat pada anak
remaja akan menimbulkan perasaan benci kepada orang tua.
Teman sebaya merupakan faktor lain yang berpengaruh pada
identitas. Remaja ingin diterima, dibutuhkan dan diakui oleh
kelompoknya, (Stuart & Sundeen, 2006)
5) Faktor biologis
Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf
pusat yang dapat menimbulkan gangguan seperti:
a) Hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal,
temporal, dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).
b) Pertumbuhan dan perkembangan individu (Stuart, et al.
1995).
Adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja
hormon secara umum, yang dapat pula berdampak pada
keseimbangan neurotransmitter di otak, contoh kadar serotonin
yang menurun dapat mengakibatkan klien mengalami depresi
dan pada pasien depresi kecenderungan harga diri dikuasai oleh
pikiran-pikiran negatif dan tidak berdaya.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya
adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk
tubuh,kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum,
gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara
emosional atau kronik. Secara situasional karena trauma yang
muncul secara tiba-tiba, misalnya harus dioperasi, kecelakaan,
perkosaan atau dipenjara, termasuk dirawat dirumah sakit bisa
menyebabkan harga diri rendah disebabkan karena penyakit fisik
atau pemasangan alat bantu yang membuat klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat
saat dirawat.( Yosep,2009).
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping
individu yang tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik
positif, kurangnya system pendukung kemunduran perkembangan
ego, pengulangan umpan balik yang negatif, disfungsi system
keluarga serta terfiksasi pada tahap perkembangan
awal. (Townsend, 2008).
Masalah khusus tentang konsep diri disebabkan oleh setiap
situasi yang dihadapi individu dan ia tidak mampu menyesuaikan.
Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.
Stressor yang dapat mempengaruhi gambaran diri adalah
hilangnya bagian tubuuh, tindakan operasi, proses patologi penyakit,
perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh kembang
prosedur tindakan dan pengobatan. Sedangkan stressor yang dapat
mempengaruhi harga diri dan ideal diri adalah penolakan dan kurang
penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti, pola asuh
yang tidak tepat, misalnya selalu dituntut, dituruti, persaingan
dengan saudara, kesalahan dan kegagalan berulang, cita-cita tidak
terpenuhi dan kegagalan bertanggung jawab sendiri. Stressor
pencetus dapat berasal dari internal dan eksternal:
a. Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau
menyaksikan peristiwa yang mengancam kehidupan.
b. Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi
yang diharapkan dan individu mengalaminya sebagai
frustasi.
4. Jenis – jenis Harga Diri Rendah
Harga diri rendah merupakan penilaian individu tentang nilai
personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri yang tinggi adalah
perasaan yang berakar dalam penerimaan diri sendiri tanpa syarat,
walaupun melakukan kesalahan, kekalahan, dan kegagalan, tetapi
merasa sebagai seseorang yang penting dan berharga.
Gangguan harga diri rendah merupakan masalah bagi banyak orang
dan diekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai berat.
Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci diri sendiri
dan menolak diri sendiri. Gangguan diri atau harga diri rendah
dapat terjadi secara :
a. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,
kecelakaan,dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja.
Pada pasien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah karena
prifasi yang kurang diperhatikan. Pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan, harapan akan
struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai karena
dirawat/penyakit, perlakuan petugas yang tidak menghargai.
(Makhripah D & Iskandar, 2012)
b. Kronik
Yaitu perasaan negativ terhadap diri telah berlangsung lama,yaitu
sebelum sakit/dirawat. Pasien mempunyai cara berfikir yang
negativ. Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi
negativ terhadap dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang
maladaptive, kondisi ini dapat ditemukan pada pasien gangguan
fisik yang kronis atau pada pasien gangguan jiwa. (Makhripah D &
Iskandar, 2012)
5. Rentang Respon Harga Diri Rendah

Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasi

diri positif rendah identitas


Skema Rentang Respon Konsep Diri (sumber: Stuart, et al, 1988: 320)

Keterangan:

1. Aktualisasi diri adalah pernyataan diri positif tentang


latar belakang pengalaman nyata yang sukses diterima.
2. Konsep diri positif adalah individu mempunyai
pengalaman yang positif dalam beraktualisasi.
3. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri
adaptif dengan konsep diri maladaptif.
4. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam
kemalangan aspek psikososial dan kepribadian dewasa
yang harmonis.
5. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis
terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan
kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan
dirinya dengan orang lain.

6. Patofisiologi
Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan
interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga
sehingga merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu
yang mempunyai ketergantungan berlebihan pada orang lain, dan
kemudian dimunculkan dalam bentuk perilaku (Stuart, et al, 1998).
Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah
adalah kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas menurun,
destruksi pada orang lain, gangguan berhubungan perasaan irritable,
sikap negatif terhadap diri sendiri, ketegangan peran, pesimis terhadap
kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup terpolarisasi, menolak
kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas dan takut.
Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal
yang buruk mengarah pada kasus skizofrenia dan depresi.
Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya
stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan
sehari-hari dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak
efektif terhadap keadaan dirinya, tanggung jawabnya, serta koping
keluarga dalam menghadapi situasi yang dialami klien.
Harga diri rendah kronis terjadi merupakan proses kelanjutan dari
harga diri rendah situasional yang tidak diselesaikan. Atau dapat juga
terjadi karena individu tidak pernah mendapat feed back dari lingkungan
tentang perilaku klien sebelumnya bahkan mungkin kecenderungan
lingkungan yang selalu memberi respon negatif mendorong individu
menjadi harga diri rendah.
Harga diri rendah kronis terjadi disebabkan banyak faktor.
Awalnya individu berada pada suatu situasi yang penuh dengan stressor
(krisis), individu berusaha menyelesaikan krisis tetapi tidak tuntas
sehingga timbul pikiran bahwa diri tidak mampu atau merasa gagal
menjalankan fungsi dan peran. Penilaian individu terhadap diri sendiri
karena kegagalan menjalankan fungsi dan peran adalah kondisi harga
diri rendah situasional, jika lingkungan tidak memberi dukungan positif
atau justru menyalahkan individu dan terjadi secara terus menerus akan
mengakibatkan individu mengalami harga diri rendah kronis (Direja,
2011).
7. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik perilaku yang
terjadi pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut
Direktorat Kesehatan Jiwa DepKes RI (1998:35) adalah sebagai berikut:
a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri.
b. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu.
c. Mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya.
d. Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana
mestinya.
e. Menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.
f. Kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.
g. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.
h. Pembicaraan kacau.
i. Mengungkapkan adanya ketegangan peran.
j. Mudah tersinggung dan mudah marah.
k. Produktivitas menurun.
l. Pandangan hidup yang ekstrim.
m. Penolakan terhadap diri sendiri.
n. Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.
o. Merasa tidak adekuat.
p. Keluhan fisik dan penyalahgunaan zat.

Menurut Carpenito dalam keliat (2011) perilaku yang berhubungan


dengan harga diri rendah antara lain :

a. Mengkritik diri sendiri


b. Menarik diri dari hubungan sosial
c. Pandangan hidup yang pesimis
d. Perasaan lemah dan takut
e. Penolakan terhadap kemampuan diri sendiri
f. Pengurangan diri/mengejek diri sendiri
g. Hidup yang berpolarisasi
h. Ketidakmampuan menentukan tujuan
i. Merasionalisasi penolakan
j. Ekspresi wajah malu dan rasa bersalah
k. Menunjukkan tanda depresi ( sukar tidur dan sukar makan )

Sedangkan menurut Stuart (2006) tanda- tanda klien dengan harga


diri rendah yaitu :

a. Perasaan malu terhadap diri sendiri adalah akibat penyakit dan


akibat tindakan terhadap penyakit
b. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
c. Merendahkan martabat
d. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
e. Percaya diri kurang
f. Menciderai diri

8. Akibat Harga Diri Rendah


Menurut Karika (2015) harga diri rendah dapat berisiko terjadinya
isolasi sosial : menarik diri, isolasi soasial menarik diri adalah
gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptif mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial. Dan
sering dirtunjukan dengan perilaku antara lain :
1. Data subyektif
a) Mengungkapkan enggan untuk memulai hubungan
atau pembicaraan.
b) Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan
dengan orang lain.
c) Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh
orang lain.
2. Data obyektif
a) Kurang spontan ketika diajak bicara.
b) Apatis.
c) Ekspresi wajah kosong.
d) Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal.
e) Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak
mata saat bicara.

9. Mekanisme Koping Harga Diri Rendah


Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang
pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann
ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang
menyakitkan. Pertaahanan tersebut mencakup berikut ini :
a. Jangka pendek :
1) Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis
identitas diri ( misalnya, konser musik, bekerja keras,
menonton tv secara obsesif)
2) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti
semestara ( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama,
politik, kelompok, gerakan, atau geng)
3) Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga
yang kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
b. Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :
1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
c. Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi,
disosiasi,isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement, berbalik
marah terhadap diri sendiri, dan amuk ). (Stuart,2006)
10. Pohon Masalah
Isolasi Sosial (effect)

Harga Diri Rendah (core problem)

Koping Individu Tidak Efektif (cause)

Gambar : Mukhripah D& Iskandar (2012)

11. Penatalaksanaan Medis


Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah
dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :
a. Psikofarmaka
Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran
yang hanya diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2
golongan yaitu golongan generasi pertama (typical) dan
golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk golongan generasi
pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi
gugup). Obat yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone
(untuk ansietas), Aripiprazole (untuk antipsikotik). (Hawari,2001)
b. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul
lagi dengan orang lain, penderita lain, perawat dan dokter,
maksudnya supaya ia tidak mengasingkan diri lagi karena bila ia
menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik.
Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2005)
c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan
untuk skizofrenia yang ditunjukan pada kemampuan dan
kekurangan pasien. Teknik perilaku menggunakan latihan
keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam
komunikasi interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia
biasnya memusatkan pada rencana dan masalah dalam hubungan
kehidupan yang nyata.( Eko P,2014)
d. Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)
ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal
secara artifisial dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode
yang dipasang satu atau dua temples. Terapi kejang listrik
diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan dengan terapi
neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5
joule/detik. (Maramis, 2005)
B. RENCANA KEPERAWATAN TEORITIS
No. Klien No. Keluarga
SP 1P SP 1K
1. Melakukan bina hubungan 1. Melakukan bina hubungan
saling percaya saling percaya dengan keluarga
2. Menggali kemampuan positif 2. Mengkaji masalah-masalah
yang di miliki klien yang sering dihadapi keluarga
3. Bantu menentukan aktivitas dalam merawat klien
yang sudah dipilih oleh klien 3. Berikan pendidikan kesehatan
4. Latih klien untuk melakukan tentang pengertian harga diri
aktivitas yang sudah dipilih rendah
5. Nilai aktivitas yang sudah Berikan pendidikan kesehatan
klien lakukan tentang cara merawat klien
6. Berikan pujian 4. dengan harga diri rendah
7. Memasukkan kegiatan
aktivitas kedalam jadwal
harian
SP 2P SP 2K
1. Evaluasi kegiatan pada SP 1P 1. Latih keluarga dalam merawat
2. Melatih kegiatan kemampuan klien dengan harga diri rendah
positif kedua 2. Beri kesempatan keluarga untuk
3. Memasukkan kegiatan mempraktekan cara merawat
latihan aktivitas ke dua klien dengan harga diri rendah
kedalam jadwal kegiatan
harian klien
- SP 3K
1. Ajarkan keluarga untuk
membuat jadwal kegiatan
harian klien dan memantau
kegiatan klien sesui jadwal
2. harian
Menjelaskan follow up klien
setelah pulang
C. DAFTAR PUSTAKA
Aditama.Keliat. (2006). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2.
Jakarta: EGC. Keliat, C. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa
Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Depkes RI. Standar Pelayanan dan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1998.

Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri


Rendah. Jakarta: TIM.

Iskandar, M. D. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT


Refika

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:


CMHN(Basic Course). Jakarta: EGC

_________Proses kesehatan jiwa. Edisi 1. Jakarta : EGC. 1999

Maramis, F.W. (2005). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya :


Airlangga University Press

S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta :


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sari, Kartika. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan


Jiwa.Jakarta: CV.Trans Info Media

Stuart GW, Sundeen SJ. Buku saku keperawatan jiwa. Edisi 3. Jakarta :
EGC. 1998

_________ 1995, Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5 th ed.).


St. Louis Mosby Year Book.
Suliswati, et al. 2005, Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa, EGC,
Jakarta.

Sundari, S 2005, Kesehatan Mental Dalam Kehidupan, Rineka Cipta,


Jakarta.

Townsend. (2008). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket


Guide for Care Plan Construction. jakarta: EGC.

Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama. Bandung.

Anda mungkin juga menyukai