Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sekarang ini tampaknya perlu dibaca sebagai warisan sekaligus kekayaan
kebudayaan intelektual yang mampu memberikan konstribusi terhadap lahirnya
para intelektual muslim. Di samping sebagai lembaga pendidikan, pesantren juga
sebagai wadah pengkaderan, sehingga wajar apabila pembentukan pola pikir santri
sangat tergantung pada pola komunikasi yang diterapkan oleh lembaga pesantren.
Komunikasi juga merupakan aktifitas manusia yang sangat penting bahkan
tiada hari tanpa komunikasi, sepanjang detak jantung masih ada. Bahkan orang
yang melakukan meditasi-pun pada hakikatnya sedang melakukan komunikasi,
termasuk orang yang sedang bertapa di suatu tempat yang dianggap keramat,
komunikasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan kita. Kita semua
berinteraksi dengan sesama dengan cara melakukan komunikasi. Komunikasi dapat
dilakukan dengan cara yang sederhana sampai cara yang kompleks, namun
sekarang ini perkembangan teknologi telah merubah cara kita berkomunikasi secara
drastis.

B. Rumusah Masalah
1. Apa itu komunikasi Pesantren ?
2. Apa kelebihan dan kekurangan sistem pembelajaran Bandongan di PMDS ?
3. Apa sulusi untuk mengatasi kelemahan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Komunikasi Pesantren
2. Untuk mengetahui kekurangan dan kelebihan sistem pembelajaran Bandongan di
PMDS
3. Untuk mengetahui sulusi dalam mengatasi

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Pesantren


Pondok Pesantren dasarnya adalah suatu lembaga pendidikan yang
menyediakan asrama atau pondok (pemondokan), sebagai tempat tinggal bersama
sekaligus tempat belajar para santri dibawah bimbingan kyai. Istilah pesantren
berasal dari kata pe-santri-an, dimana “santri” berarti murid dalam Bahasa Jawa.
Istilah pondok berasal dari bahasa Arab funduq ( ‫ ( فندق‬yang berarti penginapan.
Jadi, Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan Islam yang tumbuh serta diakui
masyarakat sekitar, dengan sistem asrama (kompleks) dimana santri-santri
menerima pendidikan agama melalui sistem pengajian atau madrasah yang
sepenuhnya berada dibawah kedaulatan dari leadership seorang kiai yang bersifat
karismatik serta independen dalam segala hal.
Fenomena pondok pesantren di nusantara dapat pula didekati melalui
perspektif komunikasi. Atau bisa kita sebut dengan “istilah” komunikasi pesantren.
Sebagai sebuah institusi pendidikan agama Islam khas Indonesia, kyai adalah
komunikator yang berperan menyampaikan pesan ajaran Islam kepada para
santrinya sehingga dapat diteliti tentang model atau pola komunikasi kyai-santri.
Sebagai tokoh elit, pengasuh pondok pesantren memiliki kharisma kepemimpinan
yang mampu mempengaruhi masyarakat luas sehingga kajian komunikasi dapat
meneliti tentang pengaruh pesan-pesan kyai dalam menentukan pilihan politik
masyarakat.

B. Sistem Pembelajaran Pesantren Modern Datok Sulaiman


Pondok Pesantren Datok Sulaiman (PMDS) berdiri sejak tahun 1403 H /
1982 M. Pendirinya ada 7 orang yaitu KHM Hasyim selaku pendiri utama, KH

2
Abdul Rasyid As’ad, Dra Hj A Sitti Ziarah Makkajareng, Drs KH Jabani, Dr KH
Syarifuddin Daud MA, Prof Dr HM Said Mahfud Lc. MA, dan Drs KH Ruslin.
Adapun sistem pembelajaran yang digunakan yaitu Sitem bandongan atau
seringkali disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5
sampai 500) mendengarkan seorang guru/kyai yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku islam dalam bahasa arab. Setiap
murid memperhatikan buku/kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti
maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok
kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya lingkaran murid, atau
sekelompok santri yang belajar dibawah bimbingan seroang guru.

C. Kelebihan
1. Praktis dan cepat karena bisa mengajar banyak santri sekaligus
2. Pemahaman yang baik karena materi sering diulang
3. Meminimalisir pemahaman yang melenceng dari yang di ajarkan.
4. Lebih cepat dan efisien

D. Kelemahan
1. Materi pembelajaran lambat.
2. Kesulitan memahami pelajaran karena jumlah santri sangat banyak.
3. Tidak ada interaksi antara Kiayi dan santri.
4. Tidak ada timbal balik dalam komunikasi.
5. Komunikasi tidak efektif.
6. Komunikasi hanya informasi saja bagi komunikan.
7. Media komunikasi terbatas.

E. Teori Komunikasi Publik


Adapun teori yang digunakan yaitu Instrumental learning.
Instrumental learning adalah salah teori belajar yang digagas oleh Carl I.
Hovland, I.L Kelley, dan H.H Kelley (1953). Instrumental learning adalah model

3
klasik persuasi yang mengkombinasikan karakteristik sumber (daya tarik dan
kredibilitas), insentif daya tarik pesan (takut, penerimaan sosial, pengetahuan yang
tepat), dan pengulangan serta penempatan pesan untuk memprediksi perubahan
yang terjadi dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku.

F. Solusi
Berdasarkan teori Instrumental Learning maka solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi kelemahan pada sistem pembelajaran bandongan pondok Pesantren
Modern Datok Sulaiman (PMDS) Palopo yaitu:
1. Membuat kelompok belajar
2. Mendatangi rumah kiayi
3. Menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif
4. Mengadakan dialog

4
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Adapun sistem pembelajaran yang digunakan yaitu Sitem bandongan atau
seringkali disebut sistem weton. Dalam sistem ini sekelompok murid (antara 5
sampai 500) mendengarkan seorang guru/kyai yang membaca, menerjemahkan,
menerangkan dan seringkali mengulas buku-buku islam dalam bahasa arab. Setiap
murid memperhatikan buku/kitabnya sendiri dan membuat catatan-catatan (baik arti
maupun keterangan) tentang kata-kata atau buah pikiran yang sulit. Kelompok
kelas dari sistem bandongan ini disebut halaqah yang artinya lingkaran murid, atau
sekelompok santri yang belajar dibawah bimbingan seroang guru.
Instrumental learning adalah salah teori belajar yang digagas oleh Carl I.
Hovland, I.L Kelley, dan H.H Kelley (1953). Instrumental learning adalah model
klasik persuasi yang mengkombinasikan karakteristik sumber (daya tarik dan
kredibilitas), insentif daya tarik pesan (takut, penerimaan sosial, pengetahuan yang
tepat), dan pengulangan serta penempatan pesan untuk memprediksi perubahan
yang terjadi dalam pengetahuan, sikap, dan perilaku.
Berdasarkan teori Instrumental Learning maka solusi yang ditawarkan untuk
mengatasi kelemahan pada sistem pembelajaran bandongan pondok Pesantren
Modern Datok Sulaiman (PMDS) Palopo yaitu Membuat kelompok belajar,
Mendatangi rumah kiayi, Menggunakan metode pembelajaran yang lebih efektif
dan Mengadakan dialog

Anda mungkin juga menyukai