Anda di halaman 1dari 6

BIOSFER, Vol. VII, No.

1, Maret 2014

Hubungan antara Pengetahuan tentang Mikrobiologi dengan


Sikap Higienis Mahasiswa Pendidikan Biologi

The Correlation between Knowledge of Microbiology and


Biology Education Students Hygiene Attitude

Bayuni Indriani, Muzajjanah, Ratna Dewi Wulaningsih


Corresponding author; email: bayuniindrianilubis@yahoo.com

Abstract
Diseases can be caused by pathogenic microorganism that appears due to unhygienic attitude.
Hygiene attitude have to be integral part of human life. The increasing of hygiene attitude can
be reached by continuous education. The right knowledge that can forms and increases hygiene
attitude is microbiology. The aim of this research is to know the correlation between knowledge
of microbiology and Biology Education Students’ Hygiene Attitude. It was conducted at Jurusan
Biologi FMIPA UNJ on April-May 2012. The method of this research that used is descriptive
method with survey technique. The samples of this research are 50 Biology education studentsof
class 2008. Samples were taken by simple random sampling technique. Prerequsite tests that
used were normality test of Kolmogorov-Smirnov by SPSS 16.0 and Test of Homogenity of
Variances (levene statistic) by SPSS 16.0. Statistic test which used was nonparametric technique
by correlation test of Spearman Rank by SPSS 16.0. Result of the research shows that there
is correlation between knowledge of microbiology and Biology Education Students’ Hygiene
Attitude.

Keyword: hygiene attitude, knowledge of microbiology


Pendahuluan Pengetahuan adalah hasil tahu setelah
Pola hidup tidak bersih turut melakukan penginderaan terhadap suatu
andil dalam mencetuskan penyakit. objek tertentu (Notoatmodjo, 2003). Hasil
Timbulnya penyakit dapat disebabkan oleh pengamatan terhadap objek dan informasi
mikroorganisme. Kurangnya kebersihan yang baru diperoleh akibat interaksi seseorang
diri dan lingkungan merupakan pendorong dengan lingkungannya akan menyatu
timbulnya berbagai penyakit yang disebabkan dalam pikirannya untuk membentuk suatu
oleh mikroorganisme patogen. Hal ini dapat pengetahuan. Oleh karena itu, pengamatan
dicegah melalui upaya penyehatan lingkungan seseorang terhadap suatu objek atau peristiwa
dan peningkatan sikap higienis. dapat menghasilkan turunan mental berupa
Sikap higienis memegang peranan ingatan dari apa yang diamati, dan ini disebut
penting dalam pencegahan penyakit dan pengetahuan (Lachman, 2000). Faktor-faktor
selayaknya menjadi bagian integral dari yang mempengaruhi pengetahuan antara lain:
kehidupan masyarakat. Sikap tersebut harus usia, intelegensi, lingkungan, sosial budaya,
tertanam sejak kecil, sehingga terbiasa pendidikan, informasi dan pengalaman
dengan pola hidup bersih dan sehat hingga (Notoatmodjo, 2003).
dewasa. Namun demikian, perubahan Mikrobiologi adalah mata kuliah yang
sikap membutuhkan edukasi yang terus- wajib ditempuh oleh mahasiswa Pendidikan
menerus. Salah satu faktor yang berperan Biologi. Mikrobiologi adalah kajian
dalam pembentukan dan perubahan sikap mengenai organisme hidup yang berukuran
adalah pengetahuan. Pengetahuan yang tepat mikroskopis. Dunia mikroorganisme terdiri
untuk membentuk dan meningkatkan sikap dari lima kelompok mikroorganisme:
higienis adalah pengetahuan yang berkaitan bakteri, protozoa, virus, algae dan cendawan
dengan mikroorganisme penyebab timbulnya mikroskopik (Pelczar dan Chan, 2005).
penyakit, yaitu pengetahuan mikrobiologi. Kajian mikrobiologi adalah bentuk, struktur,
ISSN : 0853 2451 43
BIOSFER, Vol. VII, No. 1, Maret 2014

reproduksi, fisiologi, metabolisme, klasifikasi, 2012. Populasi target pada penelitian ini
distribusinya di alam, hubungan satu dengan adalah seluruh siswa mahasiswa Pendidikan
yang lain serta peranan dalam kehidupan Biologi FMIPA-UNJ. Populasi terjangkaunya
manusia (Dwidjoseputro, 2003). adalah mahasiswa Pendidikan Biologi
Sikap adalah reaksi atau respons angkatan 2008 yang telah mengambil mata
seseorang yang masih tertutup terhadap suatu kuliah Mikrobiologi. Sampel diambil dari
stimulus atau objek (Notoatmodjo, 2008). mahasiswa Pendidikan Biologi angkatan
Sikap adalah intensitas perasaan positif atau 2008 yang terdiri dari kelas pendidikan
negatif yang ditunjukkan kepada sebuah Biologi Reguler dan kelas pendidikan Biologi
obyek psikologis. Obyek psikologis dalam Non Reguler sebanyak 50 mahasiswa dengan
hal ini dapat berupa simbol, individu, kalimat, teknik simple random sampling.
slogan, ataupun ide-ide yang ditunjukkan ke Data pengetahuan pada penelitian
arah individu yang dapat membedakannya ini didapatkan melalui tes pengetahuan
menjadi efek yang positif maupun yang mikrobiologi, sedangkan data sikap higienies
negatif (Thrustone, 1946 dalam Azwar, diperoleh dengan menggunakan kuesioner.
2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi Analisis data yang digunakan untuk mengukur
sikap antara lain: pengalaman pribadi, hubungan antara pengetahuan mikrobiologi
pengaruh orang lain yang dianggap penting, dengan sikap higienis adalah uji Spearman
pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga Rank dengan α=0,05 dengan SPSS 16.
pendidikan dan lembaga agama (Azwar,
2008). Hasil
Higienis berasal dari kata “hygiene” Berdasarkan hasil tes pengetahuan
yang dalam bahasa Yunani berarti cabang mikrobiologi, skor tertinggi adalah 76 dan
ilmu kedokteran yang berhubungan dengan skor terendah adalah 31. Distribusi frekuensi
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan skor pengetahuan mikrobiologi ditampilkan
khalayak ramai secara umum (Ramali, 2000). pada gambar 1.
Hygiene adalah usaha kesehatan masyarakat 15
yang mempelajari pengaruh kondisi 15
12
lingkungan terhadap kesehatan manusia,
Jumlah Responden

12
upaya mencegah timbulnya penyakit karena 9
pengaruh lingkungan dan upaya membuat 9 8
kondisi lingkungan sedemikian rupa sehingga 6
dapat menjamin pemeliharaan kesehatan 3
(Budioro, 2001). 3 2
1
Diharapkan dengan pengetahuan 0
tentang mikrobiologi, mahasiswa Pendidikan
9

9
-6

-7

-7

-8

-8

-9

-9
65

70

75

80

85

90

95

Biologi dapat meningkatkan kesadaran akan


Interval
keberadaan dan bahaya mikroorganisme di
lingkungan sekitar sehingga berdampak Gambar 1. Diagram Skor Pengetahuan
pada peningkatan sikap higienis. Berdasarkan Mikrobiologi
hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan Berdasarkan gambar 1, frekuensi
penelitian untuk mengetahui hubungan tertinggi skor pengetahuan mikrobiologi
antara pengetahuan tentang mikrobiologi terdapat pada interval kelas ke-5, yaitu 59-
dengan sikap higienis mahasiswa Pendidikan 65 dengan frekuensi 13 (26%). Sedangkan
Biologi. frekuensi terendah skor pengetahuan
mikrobiologi terdapat pada interval kelas ke-1,
Metode Penelitian yaitu pada 31-37 dengan frekuensi 2 (4%).
Penelitian ini dilakukan di Jurusan Skor rata-rata sebesar 56,66 dan simpangan
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu baku sebesar 11,58.
Pengetahuan Alam, Universitas Negeri 1. Sikap Higienis
Jakarta (FMIPA-UNJ), pada bulan April–Mei Berdasarkan hasil kuesioner sikap

44 ISSN : 0853 2451


BIOSFER, Vol. VII, No. 1, Maret 2014

higienis, skor tertinggi adalah 95 dan skor responden, dan hal tsb mempengaruhi
terendah adalah 65. Distribusi frekuensi skor sikap responden.
sikap higienis ditampilkan pada gambar 2. h. Sebanyak 100% responden menyatakan
15
bahwa media massa membawa pesan
13 positif tentang sikap higienis dan hal
11
Jumlah Responden

12 tersebut mempengaruhi sikap responden.


9 8
i. Sebanyak 100% responden menyatakan
7 bahwa pendidikan membawa pesan positif
6
6 tentang sikap higienis dan hal tersebut
2 3 mempengaruhi sikap responden.
3
j. Sebanyak 100% responden menyatakan
0 bahwa ajaran agama membawa pesan
7

9
-3

-4

-5

-5

-6

-7

-7
positif tentang sikap higienis dan hal
31

38

45

52

59

66

73
tersebut mempengaruhi sikap responden.
Gambar 2. Diagram Skor Sikap Higienis k. Sebanyak 74% responden menyatakan
bahwa dirinya telah bersikap higienis
Berdasarkan gambar 2, Frekuensi dalam kehidupan sehari-hari.
tertinggi skor sikap higienis terdapat pada
interval kelas ke-3, yaitu 75-79 dengan A. Uji Prasyarat Analisis Data
frekuensi 15 (30%). Frekuensi terendah skor 1. Uji Normalitas
sikap higienis terdapat pada interval kelas Hasil perhitungan uji normalitas
ke-7, yaitu 95-99 dengan frekuensi 1 (2%). Kolmogorov-Smirnov menggunakan
Skor rata-rata sebesar 80,44 dan simpangan SPSS 16.0 menunjukkan taraf signifikansi
baku sebesar 6,51. untuk variabel pengetahuan mikrobiologi
2. Wawancara Tertulis sebesar 0,016 < 0,05; berarti data populasi
Data wawancara tertulis ini sebagai berdistribusi tidak normal. Sedangkan
data pendukung. taraf signifikansi untuk variabel sikap
a. Sumber pengetahuan mikrobiologi higienis sebesar 0,200 > 0,05; berarti data
responden berasal dari perkuliahan (78%), populasi berdistribusi normal.
media cetak (18%), media elektronik (2%)
dan keluarga (2%). 2. Uji Homogenitas
b. Sebanyak 100% responden menyatakan Berdasarkan hasil perhitungan dengan
bahwa memiliki pengetahuan mikrobiologi Test of Homogenity of Variances dengan
itu penting. levene ststistics menggunakan SPSS
c. Sebanyak 100% responden menyatakan 16.0, didapatkan taraf signifikansi untuk
bahwa bersikap higienis itu penting variabel pengetahuan mikrobiologi
d. Sebanyak 70% responden menyatakan sebesar 0,000 < 0,05, yang berarti data
memiliki pengalaman pribadi dalam populasi tidak homogen. Sedangkan taraf
bersikap higienis. signifikansi untuk variabel sikap higienis
e. Sebanyak 96%, orang tua responden sebesar 0,061> 0,05, yang berarti data
menekankan pentingnya bersikap higienis populasi homogen.
dan responden mengikuti anjuran/perintah
tsb. B. Uji Hipotesis
f. Sebanyak 80% responden menyatakan Dikarenakan data pengetahuan
bahwa teman-teman sekelompok mereka mikrobiologi berasal dari populasi yang
sudah bersikap higienis dan responden tidak berdistribusi normal, maka selanjutnya
mengikuti sikap tsb. dilakukan uji hipotesis nonparametrik dengan
g. Sebanyak 94% responden menyatakan menggunakan rumus Spearman Rank dengan
bahwa sudah terdapat budaya higienis SPSS 16.0. Berdasarkan out put, hasil koefisien
(kebiasaan dan norma) di lingkungan korelasi Spearman’s rho adalah 0,190 yang
rumah dan lingkungan sekolah/kampus berarti tolak H0 karena lebih besar dari 0.
ISSN : 0853 2451 45
BIOSFER, Vol. VII, No. 1, Maret 2014

Maka, terdapathubungan antara pengetahuan tidak akan mengakibatkan kerugian apa-apa


tentang mikrobiologi dengan sikap higienis pada diri responden. Oleh karena itu, tidak
mahasiswa Pendidikan Biologi. akan menjadi masalah jika mendapat skor
pengetahuan mikrobiologi yang rendah.
Pembahasan Hal ini dapat menyebabkan ketidakseriusan
Hasil uji hipotesis penelitian responden dalam pengerjaan tes sehingga
menunjukkan koefisien korelasi Spearman’s mengakibatkan rendahnya skor pengetahuan
rho yang didapat sebesar 0,19. Artinya, terdapat mikrobiologi.
hubungan antara pengetahuan mikrobiologi Hubungan yang signifikan antara
dengan sikap higienis mahasiswa Pendidikan pengetahuan tentang mikrobiologi dengan
Biologi. Berdasarkan interval nilai koefisien sikap higienis mahasiswa Pendidikan Biologi
korelasi dan tingkat hubungan, maka berarti terdapat hubungan yang berarti antara
hubungan antara pengetahuan mikrobiologi variabel pengetahuan tentang mikrobiologi
dengan sikap higienis mahasiswa Pendidikan dengan variabel sikap higienis. Nilai korelasi
Biologi tergolong sangat rendah. Hal ini yang sangat rendah yaitu 0,19 menunjukkan
dimungkinkan karena tidak seimbangnya bahwa pengetahuan mikrobiologi hanya
skor pengetahuan mikrobiologi dengan skor memberikan pengaruh sebesar 19% terhadap
sikap higienis. Rata-rata skor pengetahuan sikap higienis. Sedangkan sisanya, yakni
mikrobiologi tergolong rendah yaitu hanya sebesar 81% dipengaruhi oleh faktor-faktor
sebesar 56,66. Sedangkan rata-rata skor sikap lain, yakni pengalaman pribadi responden
higienis sebesar 80,44. yang berhubungan dengan bersikap higienis,
Rendahnya skor pengetahuan pengaruh orang lain yang dianggap penting,
mikrobiologi dapat disebabkan karena pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga
berbagai faktor. Salah satunya ialah faktor pendidikan dan lembaga agama. Faktor-faktor
kejenuhan belajar. Kejenuhan atau kebosanan ini juga yang mengakibatkan tingginya rata-
belajar seseorang dapat disebabkan oleh: rata skor sikap higienis, yakni sebesar 80,44.
1) kehilangan motivasi pada suatu level Faktor pertama adalah pengalaman
pengetahuan, 2) muculnya kemampuan pribadi responden yang berkaitan dengan
seseorang telah sampai pada batas bersikap higienis, baik pengalaman yang
maksimalnya dalam belajar, 3) persaingan menyenangkan maupun pengalaman yang
yang ketat yang menuntut belajar keras dan tidak menyenangkan. Pengalaman yang
4) keyakinan yang tidak sama antara standar menyenangkan contohnya ketika responden
akademik minimum dan standar yang ia buat tidak mudah jatuh sakit karena bersikap
sendiri (Syah, 2003). higienis, sedangkan pengalaman yang tidak
Faktor lainnya ialah tidak adanya menyenangkan misalnya ketika responden
penghargaan berarti yang diterima oleh terjangkit diare karena membeli makanan di
responden bila mendapatkan skor pengetahuan tempat yang tidak terjaga kebersihannya.
mikrobiologi yang tinggi. Penghargaan yang Adanya pengalaman pribadi mengenai
diterima oleh responden hanya penghargaan bersikap higienis yang dialami responden
kecil sebagai tanda terima kasih karena telah menjadi salah satu faktor tingginya skor rata-
berkenan menjadi subjek penelitian. Karena rata sikap higienis. Hal ini sejalan dengan
ketiadaan penghargaan (seperti nilai mata pernyataan Azwar (2008) bahwa pengalaman
kuliah mikrobiologi) inilah yang mungkin pribadi dapat menjadi dasar pembentukan
menjadikan responden berpikir bahwa tes ini sikap seseorang, asalkan pengalaman tersebut
tidaklah penting baginya sehingga responden meninggalkan kesan yang kuat pada diri orang
tersebut tidak terlalu serius dalam pengerjaan tersebut.
tes pengetahuan mikrobiologi. Berikutnya adalah pengaruh orang
Faktor berikutnya ialah tidak lain yang dianggap penting, yakni orang tua
adanya hukuman bila skor pengetahuan dan teman-teman sekelompok. Sebesar 96%
mikrobiologi responden rendah. Rendahnya responden mengikuti sikap orang tua yang
skor pengetahuan mikrobiologi responden menekankan pentingnya bersikap higienis
46 ISSN : 0853 2451
BIOSFER, Vol. VII, No. 1, Maret 2014

dalam kehidupan sehari-hari. Sebesar 80% sikap tersebut. Tanpa disadari, kebudayaan
responden mengikuti teman sekelompok yang telah menanamkan garis pengaruh sikap
sudah bersikap higienis. Anjuran dan perintah seseorang terhadap berbagai masalah (Azwar,
orang tua untuk bersikap higienis diikuti oleh 2008). Dalam hal ini, budaya higienis di
responden. Demikian pula dengan teman- lingkungan sekitar para responden telah
teman sekelompok, yang dianggap sudah mempengaruhi sikap mereka.
bersikap higienis diikuti oleh responden. Berdasarkan aspek media massa,
Adanya pengaruh orang yang seluruh responden menyatakan bahwa media
dianggap penting oleh responden merupakan massa membawa pesan positif tentang
salah satu faktor terbentuknya sikap higienis sikap higienis. Hal ini membawa pengaruh
responden. Hal ini seperti yang diungkapkan kepada para responden dalam bentuk arahan
Azwar (2008), bahwa pada umumnya, terhadap sikap mereka. Hal ini sejalan dengan
individu cenderung untuk memiliki sikap yang penjelasan Azwar (2008) bahwa media massa
konformis atau searah dengan sikap orang membawa pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dianggapnya penting. Kecenderungan yang dapat mengarahkan opini seseorang.
ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk Adanya informasi baru mengenai suatu hal
berafiliasi dan menghindari konflik dengan memberikan landasan kognitif baru bagi
orang yang dianggapnya penting tersebut. terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
Pada masa anak-anak dan remaja, orang tua Pesan-pesan sugestif yang dibawa
biasanya menjadi figur yang paling berarti oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat,
bagi anak. Interaksi antara anak dan orang tua akan memberi dasar afektif dalam menilai
merupakan determinan utama sikap anak. sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap
Selain orang tua, teman sekelompok tertentu. Walaupun pengaruh media massa
juga merupakan orang yang dianggap tidaklah sebesar pengaruh interaksi individual
penting. Bagi seorang anak, persetujuan atau secara langsung, namun dalam proses dan
kesesuaian sikap diri dengan sikap teman pembentukan sikap, peranan media massa
sekelompok adalah sangat penting untuk tidaklah kecil.
menjaga status afiliasinya dengan teman- Berdasarkan aspek pendidikan dan
teman, untuk menjaga agar ia tidak dianggap agama, seluruh responden menyatakan bahwa
asing atau dikucilkan dari kelompok. pendidikan dan agama mengajarkan untuk
Sedangkan ketidaksesuaian dengan sikap bersikap higienis dan hal itu mempengaruhi
orang tua menjadi berkurang pentingnya dan sikap mereka. Lembaga pendidikan dan
bahkan ketidaksesuaian itu dapat dianggapnya agama sebagai sistem mempunyai pengaruh
sebagai suatu bentuk independensi atau dalam pembentukan sikap dikarenakan
kemandirian yang dapat dibanggakannya. lembaga agama meletakkan dasar pengertian
Selanjutnya adalah faktor budaya dan konsep moral dalam diri individu.
higienis. Dalam hal ini, budaya higienis Pemahaman akan baik dan buruk, garis
maksudnya adalah norma dan kebiasaan pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak
higienis yang berlaku di suatu lingkungan boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan
masyarakat. Berdasarkan aspek budaya dan pusat keagamaan serta ajaran agamanya.
higienis di lingkungan sekitar, mayoritas Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama
responden menyatakan bahwa sudah terdapat sangat menentukan sistem kepercayaan, maka
budaya higienis di lingkungan mereka. tidaklah mengherankan bila konsep tersebut
Hal itu pun mempengaruhi sikap mereka, ikut berperan dalam pembentukan sikap
sehingga mereka cenderung bersikap individu terhadap suatu hal.
higienis. Kebudayaan dimana seseorang
hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh Kesimpulan
besar terhadap pembentukan sikap orang Terdapat hubungan antara pengetahuan
tersebut. Seseorang memiliki sikap tertentu tentang mikrobiologi dengan sikap higienis
dikarenakan dia mendapat reinforcement mahasiswa Pendidikan Biologi.
(penguatan, ganjaran) dari masyarakat untuk
ISSN : 0853 2451 47
BIOSFER, Vol. VII, No. 1, Maret 2014

Daftar Pustaka Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Kesehatan


Azwar, Saifuddin. (2008). Sikap Manusia Masyarakat, Ilmu dan Seni. Jakarta: PT
(Teori dan Pengukurannya). Yogyakarta: Rineka Cipta
Pustaka Pelajar. Nurgiyantoro, Burhan Gunawan dan Marzuki.
Budioro, B. (2001). Pengantar Ilmu Kesehatan (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian
Masyarakat. Semarang: Universitas Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Diponegoro Mada University Press
Dwidjoseputro. (2003). Dasar-dasar Pelczar, M. J. & Chan, E. C. S. (2005). Dasar-
Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan. Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press
Lachman, Roy & Earl C. Butterfield. (1999). Ramali, Ahmad dan Pamoentjak. (2000).
Cognitive Psychology and Information Kamus Kedokteran : Arti dan Keterangan
Processing: An Introduction. New Jersey: Istilah. Jakarta : Djambatan
Lawrence Erlbaum Ass. Publisher Syah, Muhibbin. (2003). Psikologi Belajar.
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

48 ISSN : 0853 2451

Anda mungkin juga menyukai