Anda di halaman 1dari 17

Jurnal Ekonomi Pembangunan

Volume 13, Nomor 2, Desember 2012, hlm.218-234

MODEL PARTISIPASI PETANI LAHAN KERING


DALAM KONSERVASI LAHAN

Suwarto1, Suwarto2, dan Sapja Anantanyu1


1 Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2 Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jalan Ir. Sutami 36 A Kentingan Surakarta
E -mail: suwar_uns@yahoo.co.id

Diterima 19 Desember 2011 / Disetujui 2 Agustus 2012

Abstract: The study intends to describe the participation of farmers in the dryland crop based
Land Conservation Index (LCI), describes the factors that affect the implementation of land
conservation, and develop models to improve the participation of farmers in land conservation.
Research carried out in Sub DAS upstream of Solo river. All of the food crop farmers from the
Pundung villages totaling 68 family heads as respondents. The results of a study of farmers in
conserving land at a moderate level. Model to improve the implementation of land conser-
vation is increasing: land area, ownership ruminants, a family member who worked, and level
of education, and empowerment to increase participation in land conservation in the para-
meter is still low, namely: planting plants to strengthen terracing, mulching or manure,
planting annual crops on sloping land, crop rotation, and a sense of responsibility of farmers.
Keywords: models of participation, conservation, food crops farm, dry land

Abstrak: Penelitian bermaksud mendiskripsikan partisipasi petani tanaman pangan lahan


kering dalam konservasi lahan berdasarkan Indeks Kegiatan Konservasi (IKK), menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan konservasi lahan, dan menyusun model untuk
meningkatkan partisipasi petani dalam konservasi lahan. Penelitian dilaksanakan di Sub DAS
Solo hulu. Semua petani tanaman pangan dari desa Pundung yang berjumlah 68 Kepala
keluarga dijadikan responden. Hasil penelitian memperlihatkan para petani melakukan kon-
servasi lahan pada tingkat sedang. Model untuk meningkatkan pelaksanaan konservasi lahan
yaitu meningkatkan: luas lahan, pemilikan ternak ruminansia, anggota keluarga yang bekerja,
dan tingkat pendidikan, serta pemberdayaan untuk peningkatan partisipasi dalam konservasi
lahan pada parameter yang masih rendah yaitu: penanaman tanaman penguat teras,
penggunaan mulsa atau pupuk kandang, penanaman tanaman tahunan pada lahan miring,
pergiliran tanaman, dan rasa tanggung jawab petani.
Kata kunci: model partisipasi, konservasi, usahatani tanaman pangan, lahan kering

PENDAHULUAN Tekanan penduduk atas lahan meluas ke semua


pelosok pedesaan di tanah air, termasuk ke
daerah-daerah lahan kering. Lahan kering seba-
Luas permukaan bumi yang potensial dipergu-
gian besar berada di daerah aliran sungai
nakan hanya sebesar 22 persen atau hanya
(DAS). Suripin (2004), Arsyad (2006) menjelas-
14.900 juta ha. Sesuai dengan semakin mening-
kan bahwa DAS dibatasi oleh pemisah topogra-
katnya kebutuhan pangan penduduk maka
fi, yang menerima air hujan, menampung, me-
penggunaan lahan pertanian meningkat (Mor-
nyimpan dan mengalirkan ke sungai, seterus-
gan, 2005). Dewasa ini kepemilikan lahan rata-
nya ke danau, dan atau ke laut. Rahim (2003),
rata per kapita penduduk dunia maupun di
Leopold, Wolman, dan Miller (Suripin, 2004),
Indonesia semakin menurun (Suripin, 2004).
dan Morgan (2005) menjelaskan bahwa melalui beragam, sesuai tingkat kesadaran petani, dan
pendekatan aliran sungai dapat dijadikan basis kondisi sosial ekonomi petani. Perlu dikaji ber-
pengelolaan lahan kritis. Mudah dipahami bah- bagai paremeter IKK yang telah dilaksanakan
wa terjadinya erosi umumnya bisa diketahui secara baik oleh para petani atau parameter-
melalui perubahan pola aliran sungai parameter yang yang belum dilaksanakan seca-
Wilayah DAS semakin ke hulu semakin ra baik oleh para petani.
bergelombang dan berbukit sehingga kemiring- Pengembangan konsep IKK sebagai tekno-
an lahan semakin besar. Penggunaan lahan logi bersifat spesifik lokasi penting untuk di-
seharusnya dilaksanakan selaras dengan ke- pergunakan memberdayakan para petani me-
mampuan lahan, pada lahan-lahan dengan ningkatkan partisipasi para petani tanaman
kemiringan lebih dari 15 persen tidak dianjur- pangan lahan kering dalam konservasi lahan.
kan untuk usahatani tanaman pangan, kecuali Peningkatan partisipasi petani dalam konser-
dengan syarat dibarengi dengan upaya-upaya vasi lahan di wilayah Sub DAS Solo Hulu yang
konservasi lahan secara baik. Lahan pada DAS pada hilirnya bermuara pada Waduk Gajah
hulu dengan kemiringan yang tinggi mempu- Mungkur Wonogiri penting untuk mewujud-
nyai potensi erosi yang tinggi pula. Budidaya kan usahatani yang berkelanjutan (lestari) serta
pertanian pada lahan dengan kemiringan tinggi mengurangi laju sedimentasi waduk.
jika dilaksanakan dengan tanpa memperhati- Kawasan DAS merupakan ekosistem yang
kan prinsip-prinsip konservasi lahan maka menyimpan sumberdaya alam seperti tanaman,
lahan akan menjadi tidak subur, bahkan kritis, tanah, dan air. Jika sumberdaya alam yang ter-
dengan produktivitas lahan rendah (Arsyad, kandung dalam suatu DAS tidak dikelola dan
2006). ditata dengan baik, maka dapat mengganggu
Para petani pada umumnya telah melaku- keseimbangan lingkungan hidup seperti: (1)
kan konservasi lahan walaupun dengan derajat terganggunya keseimbangan tata air yang di-
yang berbeda. Sebagian petani pada lahan cerminkan oleh fluktuasi debit maksimum dan
miring telah membuat teras bangku, namun minimum, (2) tingginya laju erosi dan sedimen-
belum sempurna, belum dilengkapi dengan tasi, (3) merosotnya tingkat kesuburan lahan
tanaman penguat teras. Tanaman penguat teras dan penurunan produktivitas lahan, (4) terjadi-
dapat berupa rumput pakan ternak atau tanam- nya bencana alam seperti banjir, tanah longsor,
an tahunan, tidak mudah diterima semua peta- atau kekeringan, dan (5) terancamnya kelesta-
ni karena alasan persaingan tanaman utama rian terutama umur guna waduk atau bangun-
yaitu tanaman padi, palawija, dan sayuran an air (Syehan dalam Triastono, 2006).
dengan tanaman penguat teras, atau karena Para petani di kawasan DAS hulu, sebagai-
petani tidak memiliki ternak ruminansia. Upa- mana para petani yang jauh dari kota, pada
ya konservasi lahan dengan pergiliran tanam- umumnya dengan sarana dan prasarana perhu-
an, pengolahan dan pembudidayaan tanaman bungan terbatas, sehingga para petani dapat
sesuai garis contour juga tidak mudah diadopsi, lebih bertumpu pada usahatani. Para petani
karena keterbatasan pengetahuan dan keteram- tersebut pada umumnya berusahatani tanaman
pilan pada sebagian petani. Demikian pula pangan, yaitu padi, palawija, dan sayur-mayur.
dalam penggunaan pupuk mulsa dan pupuk Merujuk kepada hasil penelitian Suwarto
kandang, sebagian petani tidak memiliki ternak (2007), jika pemilikan atau penguasaan lahan
ruminansia sebagai penghasil pupuk kandang. usahatani sempit, walaupun lahan dengan ke-
Tingkat partisipasi petani dalam konser- miringan tinggi, lebih dari 15 persen para pe-
vasi lahan dapat divaluasi melalui penerapan tani tersebut masih menggunakan untuk usaha-
parameter-parameter pelaksanaan konservasi tani tanaman pangan. Kondisi demikian dapat
lahan yang dalam hal ini merujuk kepada menimbulkan erosi, penurunan kesuburan dan
Triastono (2006), didekati dengan konsep In- produktivitas lahan.
deks Kegiatan Konservasi (IKK). Tingkat IKK Tujuan penelitian ini dirumuskan: (1) se-
pada lahan kering bagi para petani dapat suai konsep IKK penelitian ini mendiskripsikan

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 219
tingkat partisipasi petani lahan kering dalam bersifat irreplaceable. Konke dan Bertrand (Su-
konservasi lahan, (2) menjelaskan faktor-faktor warto, 2010), menekankan bahwa apabila lahan
sosial ekonomi petani apa saja yang berpe- (top soil) telah hilang, terendap di dasar sungai,
ngaruh terhadap IKK oleh para petani, (3) me- dan dasar laut maka dikatakan tidak mungkin
ngembangkan model IKK spesifik lokasi yang dikembalikan lagi dengan pengetahuan dan
sesuai untuk meningkatkan partisipasi petani teknologi yang kita miliki sekarang ini. Apabila
dalam konservasi lahan. tanah subur telah hilang maka diperlukan wak-
Pengertian Lahan Kering. Lahan kering tu bertahun-tahun atau bahkan ratusan tahun
adalah sehamparan lahan yang tidak pernah untuk mengembalikan tanah menjadi subur
tergenang atau digenangi air pada sebagian kembali. Sejalan dengan hal tersebut Santoso,
besar waktu dalam setahun atau dalam sepan- D.J. et al., (2004) dan Daiah, A. et al., (McLeod
jang tahun (Dariah, A., A. Rachman, dan U. dan Rahmianna (2009) menjelasdkan bahwa
Kurnia, 2004). Sebagaian besar lahan kering usahatani tanaman pangan secara intensif dan
mendapatkan air dari hujan sehingga disebut menetap pada lahan kering di daerah hujan tro-
lahan tadah hujan. Selari (Suwarto, 2010) men- pis dihadapkan pada masalah penurunan pro-
jelaskan bahwa lahan kering memiliki lapisan duktivitas lahan. Salah satu penyebabnya ada-
olah dan lapisan bawah dengan kadar air se- lah tanahnya peka terhadap erosi, berlereng,
panjang tahun berada di bawah kapasitas la- bereaksi asam, dan miskin unsur hara. Oleh
pang. karena itu untuk mencapai usahatani keberlan-
Selari (Suwarto, 2010) menjelaskan bahwa jutan maka usahatani harus menerapkan kon-
dewasa ini lahan kering memiliki arti yang servasi lahan.
semakin strategis karena berbagai pertimbang- Erosi Lahan. Morgan (2005) dan Arsyad
an seperti: (1) terus meningkatnya kebutuhan (2006) mendefinisikan erosi sebagai suatu pro-
pangan dan hasil-hasil pertanian lainnya, (2) ses pelepasan dan pengangkutan tanah atau ba-
semakin terbatasnya lahan-lahan yang cocok gian-bagian tanah dari suatu tempat ke tempat
untuk pembuatan sawah baru, mahalnya biaya lain oleh penyebab erosi. Menurut penyebab-
pembuatan sawah pada setiap kesatuan luas- nya atau media pengangkutannya, para ahli
nya, serta banyaknya konversi penggunaan membedakan dua jenis erosi yaitu erosi air dan
sawah untuk keperluan pembangunan lainnya, erosi angin. Lebih lanjut dijelaskan oleh Mor-
(3) masih terus bertambahnya angkatan kerja gan (2005), dan Arsyad (2006) bahwa untuk
baru yang terjun ke sektor pertanian karena daerah beriklim basah seperti Indonesia, erosi
terbatasnya kesempatan kerja pada luar sektor airlah yang menyebabkan kerugian yang besar.
pertanian, dan (4) konsekuensi dari pemba- Erosi lahan dan penurunan kesuburan la-
ngunan itu sendiri. Sejalan dengan itu, Hidayat han menjadi masalah utama di pegunugan Ne-
dan Mulyani dalam Dariah, A. et al., (2004) dan pal, dan di wilayah lainnya yang memiliki im-
M. K. McLeod dan Rahmianna (2009) menge- plikasi serius pada ketahanan pangan dan kehi-
mukakan bahwa lahan kering merupakan sum- dupan masyarakat lokal (Keathing et al, 1999
berdaya lahan yang memiliki potensi besar dan Shestha et al, 2004) dalam Tiwari et.al.,
untuk menunjang pembangunan pertanian di 2008).
Indonesia. Lahan kering di Indonesia meliputi Laju erosi tanah yang cepat terjadi pada
luasan lebih dari 140 juta ha (Hidayat dan sebagian besar daerah pertanian di seluruh
Mulyani dalam Dariah et al, 2004), kurang lebih dunia, dan dapat menyebabkan tanah menjadi
56 juta ha di antaranya (di luar Maluku dan marjinal. Dalam hal ini Pimmentel (Suripin,
Papua) sudah dipergunakan untuk pertanian 2004) mengemukakan bahwa rata-rata perkira-
(BPS, 2001). an kehilangan tanah terkecil di Eropa berkisar
Sebagai salah satu faktor produksi dalam antara 10-20 ton ha-1 tahun-1, lahan pertanian di
budidaya pertanian yang berasal dari alam, Amerika Serikat kehilangan lebih kurang 16 ton
lahan kering mempunyai sifat yang unik dan ha-1 tahun-1, dan Afrika, Amerika Selatan, dan
penting. Lahan adalah sumberdaya alam yang Asia kehilangan tanah mencapai 20-40 ton ha-1

220 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
tahun-1. Pande , V.C. et al., (2011) menjelaskan kemiringan dan semakin panjang lereng, maka
bahwa permasalahan degradasi lahan dan erosi tingkat erosi akan semakin besar. Pada lahan
telah menarik perhatian pengambil kebijakan yang miring terpaan air hujan menyebabkan
sejak lama. Rata-rata tahunan kehilangan nu- lebih banyak melemparkan partikel tanah ke
trient dari lahan karena erosi ditaksir sebesar udara arah bagian rendah. Selanjutnya semakin
5,37-8,4 juta ton. panjang lereng cenderung semakin banyak air
Di samping menurunkan kesuburan tanah, permukaan yang terakumulasi, sehingga aliran
erosi tanah menyebabkan problem lingkungan permukaan menjadi lebih dalam dan tinggi
di daerah hilir suatu DAS. Sedimen hasil erosi kecepatannya (Baver dalam Suripin, 2004).
mengendap dan mendangkalkan sungai-su- (3) Vegetasi. Vegetasi berfungsi sebagai pelin-
ngai, waduk, dan danau sehingga mengurangi dung atau penyangga antara atmosfir dan
kemampuan sumberdaya tersebut untuk iriga- tanah atau lahan Morgan (2005) dan Arsyad
si, pembangkit listrik, perikanan, navigasi, dan (2006). Suatu vegetasi yang baik seperti pada
rekreasi (Suripin, 2004). Dalam hal ini sedimen- rimba yang lebat atau rumput yang tebal dapat
tasi di waduk Gajah Mungkur sebagai hilir dari menghilangkan pengaruh hujan dan topograsi
sub DAS Solo Hulu, wilayah penelitian sudah terhadap erosi. Bagian vegetasi yang berada di
mencapai tingkat yang mengkhawatirkan (Mu- permukaan tanah seperti daun, ranting, dan
khlisin, M, 2007, Darmawan, A., 2009). batang menyerap energi perusak hujan, sedang-
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Erosi. kan bagian vegetasi yang berada di dalam
Suripin (2004) dan Arsyad (2006) menjelaskan tanah, yang terdiri atas sistem perakaran me-
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi erosi ningkatkan kekuatan mekanik tanah. Pengaruh
lahan yaitu iklim, topografi, vegetasi, dan tin- vegetasi terhadap aliran permukaan dan erosi
dakan campur tangan manusia. meliputi: (1) intersepsi air hujan, (2) mengu-
(1) Iklim. Faktor iklim yang mempengaruhi rangi kecepatan aliran permukaan, dan kekuat-
erosi adalah hujan, besarnya curah hujan, inten- an perusak hujan, dan (3) pengaruh akar, bahan
sitas, dan distribusi hujan sepanjang tahun organik (Arsyad, 2006)
menentukan kekuatan dispersi hujan atas lahan (4) Tanah. Berbagai jenis tanah atau lahan per-
pertanian, jumlah dan kekuatan aliran permu- tanian mempunyai kepekaan yang berbeda ter-
kaan serta tingkat kerusakan erosi yang terjadi hadap erosi (Arsyad, 2006), dalam hal ini Bas-
(Arsyad (2006). Jika lahan dalam keadaan ke- tos, G.S. and E. Lichtenberg (2001) Dariah, A., et
ring dan intensitas air hujan tinggi, maka agre- al., (2004b), dan Morgan (2005) menyebutnya
gat tanah akan pecah dengan cepat, infiltrasi sebagai erodibilitas tanah. Lebih jauh Morgan
tanah cepat berkurang permukaan tanah menja- (2005) dan Arsyad (2006) menjelaskan bahwa
di licin dan aliran permukaan dapat ditentukan sifat-sifat fisik dan kimia tanah yang mempe-
walaupun curah hujan hanya beberapa mm saja ngaruhi erosi yaitu: (a) sifat-sifat tanah yang
(Morgan, 2005). Angin adalah faktor lain yang mempengaruhi infiltrasi, permeabilitas dan
menentukan kecepatan jatuhnya butir hujan, kapasitas menahan air, dan (b) sifat-sifat tanah
dalam hal ini kecepatan maksimum jatuhnya yang mempengaruhi ketahanan struktur tanah
butir hujan adalah 33 km jam-1. Angin yang terhadap dispersi dan penghancuran agregat
berkecepatan lebih besar, kencang dapat mem- tanah oleh tumbukan butir-butir hujan dan alir-
perbesar kecepatan jatuhnya butir hujan se- an permukaan.
hingga dapat memperparah erosi (Arsyad, Di negara-negara tropis seperti Indonesia,
2006) kekuatan jatuhnya air hujan dan kemampuaan
(2) Topografi. Kemiringan dan panjang lereng aliran permukaan menggerus permukaan tanah
adalah dua kondisi yang paling berpengaruh menentukan besarnya erosi tanah (Dariah, A. et
terhadap aliran permukaan dan erosi. Kemi- al., (2004b). Dalam hal ini Rachman et al.,
ringan lereng dinyatakan dalam derajat atau (Dariah, A. et al., (2004b) pengelolaan lahan per-
persen. Dua titik yang berjarak 100 m yang tanian yang mengakumulasi sisa-sisa tanaman
mempunyai selisih setinggi 10 m membentuk berpengaruh baik terhadap kualitas lahan, yai-
lereng 10 persen (Arsyad, 2006). Semakin besar

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 221
tu terjadinya stabilitas agregat tanah, ketahanan atas permukaan tanah, dan (c) memperbaiki ka-
tanah (shear strengh), dan resistensi tanah terha- pasitas infiltrasi tanah dan absorpsi air yang
dap daya hancur terpaan air hujan (splash de- langsung akan menurunkan jumlah aliran per-
tachment) mukaan serta mempengaruhi waktu tercapai-
Konservasi Lahan. Konservasi lahan bertu- nya puncak aliran permukaan.
juan mendapatkan tingkat keberlanjutan pro- Cara-cara yang umum dan banyak dilaku-
duktivitas lahan dengan menjaga kehilangan kan yang termasuk dalam metode vegetasi
lapisan olah lahan di bawah ambang batas yang menurut Suripin (2004) yaitu: (a) permanen plant
diperkenankan (Suripin, 2004). Sejalan dengan cover, (b) strip cropping, (c) cropping rotation, (d)
itu, Morgan (2005) mengemukakan bahwa kon- residu management, dan (e) multiple cropping. Di
servasi lahan adalah upaya mengurangi kehi- samping itu dijelaskan oleh Suripin (2004) dan
langan lahan sehingga erosi yang terjadi seba- Arsyad (2006), bahwa penghutanan atau peng-
gaimana peristiwa secara alami, melalui berba- hijauan dan penanaman dengan tanaman penu-
gai strategi termasuk memahami proses erosi. tup tanah secara permanen juga termasuk upa-
Arsyad (2006) menjelaskan bahwa konservasi ya konservasi lahan dalam klsasifikasi metode
lahan sebagai pengawetan lahan yang dimak- vegetatif.
sudkan sebagai penempatan sebidang tanah (2) Metode Mekanik. Pada dasarnya meto-
pada cara penggunaan yang sesuai dengan ke- de mekanik dalam konservasi tanah dan air
mampuan tanah tersebut dan memperlakukan- ditujukan untuk: (a) memperlambat kecepatan
nya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlu- aliran permukaan dan (b) menampung dan
kan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Sejalan mengalirkan air permukaan dengan kekuatan
dengan itu DSCW (2004) dan Hudson (1991) yang tidak merusak. Cara-cara konservasi lahan
dalam Tiwari, K.R., et al., (2008) mendifinisikan yang termasuk dalam metode mekanik, yaitu:
konservasi lahan sebagai penggunaan sumber- (a) tillage, (b) contour ridges and furrows), (d)
daya lahan secara rasional, menerapkan pe- terraces), (e) water ways), dan (f) water retardance
ngendalian terhadap erosi, menggunakan pola structures, form pound, rorak, tanggul, dan
pertanaman yang tepat untuk meningkatkan sebagainya (Arsyad, 2006). Sejalan dengan itu,
produktivitas lahan dan mencegah degradasi Suripin (2004) menjelaskan bahwa usaha-usaha
lahan. yang dapat dilakukan dalam budidaya pertani-
Kohnke dan Betrand (Suwarto, 2010) an berwawasan konservasi lahan yaitu: (a) la-
mengungkapkan bahwa konservasi tanah ada- han diolah seperlunya saja, (b) pengolahan la-
lah penggunaan tanah secara bijaksana, teruta- han dilakukan sejajar garis contour, (c) pengo-
ma dengan mematuhi pengendalian erosi. Seja- lahan lahan sebaiknya diikuti pemberian mulsa,
lan dengan itu, Arsyad (2006) mengungkapkan jadi dalam hal ini dapat dipraktekkan beberapa
bahwa tiap kelas penggunaan tanah memerlu- macam metode konservasi secara simultan.
kan teknik tertentu. Pande, V.C. et al., (2011) (3) Metode Kimia.Struktur tanah merupa-
mengemukakan bahwa konservasi lahan perta- kan merupakan salah satu sifat tanah yang
nian sebagai obat atas permasalahan suatu menentukan kepekaan tanah tyerhadap erosi.
wilayah pertanian. Oleh karena itu sejak tahun 1950an telah dimu-
Selanjutnya secara sistematis Suripin (2004), lainya usaha-usaha untuk memperbaiki struk-
Dariah, A. et al. (2004), dan Arsyad (2006) men- tur tanah melalui pemberian preparat-preparat
jelaskan bahwa metode konservasi lahan secara kimia yang secara umum disebut pemantap
garis besar meliputi: (1) metode vegetatif, (2) tanah atau soil conditioner (Suripin, 2005, dan
metode mekanis dan (3) metode kimia. Arsyad, 2006). Metode ini untuk di Indonesia
(1) Metode Vegetatif. Metode vegetatif da- dan negara berkembang lainnya jarang diper-
lam konservasi lahan pada dasarnya ditujukan gunakan karena mahal. Arsyad (2006) menge-
untuk: (a) melindungi tanah terhadap daya pe- mukakan bahwa untuk memantapkan struktur
rusak butir-butir hujan yang jatuh, (b) melin- tanah dapat dipergunakan pemberian bahan
dungi tanah terhadap daya perusak aliran air di organik. Bahan organik tanah berperan sebagai

222 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
reservoir unsur hara, memperbaiki struktur umumnya pembuatan teras tersebut tidak sem-
tanah, drainase tanah, peredaran udara tanah, purna, seperti belum dilengkapi dengan tanam-
kapasitas tukar kation, kapasitas penyangga an penguat teras (Triastono, 2006, Suwarto,
tanah, kapasitas penahan air, dan sumber 2007). Tanaman penguata teras sangat penting
energi bagi mikro organisme tanah. dalam konservasi lahan. Kegiatan penanaman
IKK sebagai Parameter Partisipasi Masya- tanaman atau rumput penguat teras banyak di-
rakat Tani pada Konservasi Lahan. Sejalan lakukan oleh para petani yang memelihara ter-
dengan kaidah-kaidah konservasi lahan, dan nak ruminansia, karena tanaman tersebut sa-
dengan merujuk kepada Pakpahan (1992), Su- ngat potensial menjadi sumber pakan ternak
warto, (1995), Triastono (2006) maka valuasi bagai para peetani (Suwarto, 2007). Sebagian
partisipasi petani dalam konservasi lahan dapat petani enggan menanam rumput atau tanaman
didekati dengan Indeks Kegiatan Konservasi lain untuk penguat teras karena mengurangi
Lahan (IKK) meliputi: (1) pembuatan teras/ luas lahan yang ditanami tanaman pangan
galengan pada lahan miring, (2) penanaman (Dariah, A. et al. 1989) dalam Suwarto, 2010).
tanaman atau rumput penguat teras, (3) pengo- Pengolahan lahan sesuai garis contour telah
lahan lahan sesuai garis contour, (4) pembudi- diterapkan oleh para petani, misalnya para
dayaan tanaman sesuai garis contour (5) pergi- petani yang membajak lahan pada lahan yang
liran tanaman semusim, (6) penanaman tanam- telah dibuat teras. Walaupun demikian, seba-
an tahunan pada lahan yang kemiringannya gian petani belum melakukannya. Pembudida-
tinggi, (7) penggunaan mulsa atau pupuk kan- yaan tanaman sesuai garis contour dimaksud-
dang, (8) pemeliharaan teras atau galengan, (9) kan supaya barisan-barisan tanaman dapat me-
pembuatan saluran drainase, dan (10) rasa motong aliran permukaan air hujan sehingga
tanggung jawab petani atas konservasi lahan. dapat menekan laju erosi lahan (Arsyad, 2006,
Pelaksanaan kegiatan konservasi lahan dan Suripin, 2004). Para petani yang lahannya
para petani dapat bervariasi, sebagaimana yang sudah dibuat teras pada umumnya melakukan
terjadi di wilayah pertanian pada umumnya. hal tersebut, yaitu terutama untuk tanaman
Menurut Brown dan Shrestha (2000), Paudel semusim yang agak tinggi seperti jagung dan
dan Thapa (2004) dalam Tiwari et al. (2008) di ubi kayu (Suwarto, 2007).
samping ketersediaan berbagai teknologi kon- Para petani lahan kering di Pulau Jawa
servasi yang dapat dipilih dan diterapkan da- pada umumnya melakukan pergiliran tanaman
lam konservasi lahan, tingkat adopsi konservasi semusim sesuai pola tanam, padi pada musim
rendah dan penurunan kesuburan lahan terus tanam pertama dan palawija pada musim
berlangsung di wilayah pegunungan Nepal. tanam ke dua. Arsyad (2006) menjelaskan bah-
Sementara itu, berbagai pihak juga mengakui wa pergiliran tanaman yang terbaik sesuai kai-
bahwa penghargaan atas lahan sebenarnya dah konservasi lahan yaitu yang di antaranya
telah berlangsung lama, karena lahan adalah menggunakan tanaman leguminosa, yaitu ta-
faktor produksi yang penting dalam pertanian naman yang dapat mengikat nitrogen (N) bebas
(Suripin, 2004). Chouinard, H.H., et al., (2008) dari udara. Lebih jauh Arsyad (2006) menjelas-
menjelaskan bahwa motif petani melakukan kan bahwa di samping berguna dalam pence-
konservasi lahan dapat beragam yaitu motif gahan erosi, melalui pergiliran tanaman dapat
ekonomi, supaya produktivitas lahan dan pen- diperoleh keuntungan-keuntungan lain seperti:
dapatan usahatani meningkat atau alasan so- (1) mengendalikan hama dan penyakit karena
sial, sudah seharusnya para petani menjaga dapat memutus siklus hidup hama dan pe-
lahan supaya tetap subur, karena lahan perta- nyakit, (2) memberantas gulma, penanaman
nian juga milik generasi mendatang, atau kare- satu jenis tanaman tertentu trus-menerus akan
na rasa terima kasih kepada Tuhan yang harus meningkatkan pertumbuhan gulma jenis terten-
dilakukannya. tu, (3) mempertahankan dan memperbaiki sifat
Pembuatan teras pada lahan miring menu- fisik tanah, dan (4) memelihara keseimbangan
rut hasil-hasil penelitian pada umumnya telah unsur hara dalam tanah, karena absorpsi unsur
dilaksanakan oleh para petani. Namun pada

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 223
dari kedalaman dan freferensi yang berbeda. pertanian yaitu: (1) keamanan pangan tingkat
Penanaman tanaman tahunan pada lahan lokal maupun nasional, (2) penyerapan tenaga
yang kemiringannya tinggi penting dilakukan kerja pada agro industri, (3) penggunaan lahan
dalam konservasi lahan menggunakan metode pedesaan maupun wilayah urban secara efisien,
vegetatif, karena upaya tersebut dapat menekan dan (4) perlindungan atau penjagaan keamanan
laju erosi, atau dapat ditujukan untuk mence- lingkungan dan pedesaan. Dalam hal ini
gah tanah longsor. Hasil penelitian Triastono Chouinard, et.al., (2008) mengemukakan bahwa
(2006) di kabupaten Boyolali mendapatkan Pemerintah Amerika Serikat berperan aktif
lebih 90% para petani menanam tanaman keras dalam melaksanakan program konservasi la-
pada lahan yang miring. Penggunaan mulsa han. Dilaporkan bahwa anggaran untuk perta-
atau pupuk kandang dapat memperbaiki sifat nian Pemerintah Amerika Serikat sejak tahun
fisik lahan dan menambah kesuburan lahan, 2002 mencapai lebih dari $ 38 milyar untuk
aktivitas tersebut termasuk konservasi lahan program konservasi. Kerjasama pembiayaan
menggunakan metode vegetatif (Arsyad, 2006) atau shering pembiayaan dalam program kon-
dan Suripin, 2004). servasi lahan tersebut dilakukan antara peme-
Pemeliharaan teras atau galengan yaitu rintah dengan pemilik lahan pertanian.
aktivitas memelihara bangunan teras atau ga- Para petani mengelola lahan yang berbeda
lengan yang biasanya mengalami kerusakan dengan lahan yang dikelola petani lain dalam
akibat aliran permukaan air hujan. Aktivitas tingkat produktivitas, dan ketahanan terhadap
tersebut termasuk konservasi lahan mengguna- erosi, sehingga pilihan terhadap jenis konser-
kan metode mekanik (Arsyad, 2006, Suripin, vasi lahan juga berbeda (Lichtenberg, E., and R.
2004, dan Rahim, 2003). Para petani di kabu- Smitth-Ramirez, (2010). Sejalan dengan itu, par-
paten Gunung Kidul melakukan pemeliharaan tisipasi para petani dalam konservasi lahan da-
teras atau galengan dilakukan baik pada musim pat berbeda antarwilayah, sesuai jenis lahan,
penghujan maupun pada musim kemarau (Su- luas lahan, ketersediaan off farm dan non farm,
warto, 2007). Pembuatan saluran drainase dila- dan keberadaan program pemerintah (Chang,
kukan para petani supaya aerase tanah baik, H., and R.N. Boisvert, 2009). Ketersediaan off
terutama ditujukan untuk tanaman palawija. dan non farm menurunkan partisipasi dalam
Pembuatan dan pemeliharaan saluran drainase konsercvasi lahan di Amerika Serikat, karena
tersebut termasuk konservasi lahan mengguna- para petani mengurangi waktu berkeja pada
kan metode mekanik (Arsyad, 2006, Suripin, sektor pertanian (Chang, H., and R.N. Boisvert,
2004, dan Rahim, 2003). 2009). Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
Suwarto (1995) memasukkan parameter penelitian Suwarto (2007) pada lahan kering di
rasa tanggung jawab petani dalam meneliti per- kabupaten Gunung Kidul, dengan kondisi te-
sepsi petani terhadap konservasi lahan. Suatu kanan penduduk atas lahan sedemikian tinggi,
hal yang mengurangi rasa tanggung jawab ketika lapangan pekerjaan off farm dan non farm
petani atas konsevasi lahan yaitu masih terus sulit diakses maka tekanan penduduk atas
diharapkannya oleh sebagian petani adanya lahan semakin tinggi, hingga penduduk mem-
bantuan pemerintah dalam pelaksanaan kon- budidayakan tanaman pangan sampai pada
servasi lahan. punggung-punggung bukit berbatu yang tan-
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Petani dus.
Melaksanakan Konservasi Lahan. Menurut Partisipasi petani secara parsial meningkat
Lynch, L. dan W.N. Musser (2001), masalah ke- dengan tingginya luas lahan yang dimiliki.
tahanan pangan, kondisi ekonomi masyarakat Banyak pihak yang seperti Tiwari, K.R. at al.
setempat, dan nilai ketenteraman menimbulkan (2008), Asafu-Adjaye, J. ( 2008), Chang, H. et al.,
kebutuhan untuk nenentukan kebijakan dan (2009), Lichtenberg, E. et al., (2010), dan Pande,
penelitian dalam pengamanan lahan pertanian. V.C. et al., (2011), melaporkan bahwa luas lahan
Lebih jauh Gardner (Lynch, et al., 2001) me- usahatani menyebabkan meningkatnya partisi-
ngemukakan empat keuntungan yang dapat pasi petani dalam konservasi lahan. Hal ini
diperoleh dari menjaga produktivitas lahan

224 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
dapat sejalan motivasi para petani melaksana- katkan produktivitas lahan. Juga sertifikasi
kan konservasi lahan. Para petani yang berla- lahan dapat meningkatkan penggunaan input
han luas dapat mewakili kelompok petani yang produksi seperti pupuk organik, dan anorga-
melaksanakan konservasi lahan karena merasa nik, dan penggunaan input lainnya.
lahan yang dikelolanya adalah juga milik gene- Bukti pentingnya pelaksanaan konservasi
rasi mendatang sehingga harus dijaga kesubur- lahan di antaranya dicermati dengan adanya
annya, dan hal ini juga merupakan pengabdian kerja sama pembiayaan dalam pelaksanaan
kepada Tuhan (Wallace dan Clesrfield dalam konservasi lahan antara pemerintah dengan
Chouinard, et al., 2008). Dalam hal ini Asafu- para petani pemilik lahan. Menurut Lichten-
Adjaye, J. ( 2008) menjelaskan bahwa pelaksa- berg, E. et al., (2010) faktor-faktor yang dapat
naan konservasi lahan dimulai dari persepsi berpengaruh terhadap keikutsertaan para peta-
para petani dalam konservasi lahan. Hasil ni dalam program kerja sama pembiayaan kon-
penelitiannya mendapatkan faktor-faktor yang servasi lahan yaitu: umur petani, pendidikan
mempengaruhi persepsi para petani terhadap formal petani, luas penguasaan lahan, dan jum-
konservasi lahan yaitu umur, pendidikan, etnik, lah ternak ruminansia yang dipelihara petani.
dan jasa penyuluhan. Dalam hal ini faktor- Dalam hal ini Bastos, G.s. et al., (2001) menge-
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kon- mukakan bahwa kegiatan konservasi lahan
servasi lahan yaitu: keuntungan usahatani, luas yang menjanjikan akan meningkatkan produksi
lahan, jenis lahan, dan jasa penyuluhan. Karak- dan pendapatan para petani sepertinya menda-
teristik personal mempengaruhi persepsi, se- patkan kerjasama dalam pendanaan yang lebih
dangkan pelaksanaan konservasi dipengaruhi besar
oleh faktor fisik dan ekonomi. Konservasi lahan adalah kegiatan pemeli-
Tiwari, K.R. et al., (2008), dalam penelitian- haraan lahan pertanian yang bersifat investasi,
nya mengeksplorasi perbedaan faktor sosial yang dalam hal ini hasilnya tidak langsung bisa
ekonomi dan institusi berpengaruh terhadap dilihat dalam meningkatkan produksi pertani-
adopsi peningkatan teknologi konservasi lahan. an pada jangka pendek. Sejalan dengan itu
Melalui model logistik regresi, memprediksi dikemukakan oleh Pande, V.C. et al., (2011)
tujuh faktor yang mempengaruhi tingkat adop- bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi peta-
si yaitu meliputi: pendidikan kepala keluarga, ni mengambil keputusan untuk berinvestasi,
kasta, luas penguasaan lahan, jenis tanaman melakukan konservasi lahan yaitu luas pengua-
sayuran, pekerjaan angota keluarga pada off saan lahan pertanian, cas crop, dan tersedianya
farm, keanggotaan dalam kelompok pengem- kredit untuk melakukan konservasi. Luas pe-
bangan konservasi, dan penggunaan kredit. nguasaan lahan, pendapatan dari cas crop, ter-
Dalam hal ini Holden, S.T. et al., 2009 sedianya serta kredit jangka panjang yang
menjelaskan bahwa hak kepemilikan lahan da- lunak mencerminkan kemudahan bagi para
pat meningkatkan partisipasi para petani dalam petani untuk berinvestasi melakukan konser-
konservasi lahan. Pengakuan hak kepemilikan vasi lahan.
lahan (sertifikat) bukti yang bermanfaat unuk Mengenai faktor-faktor penyebab kritisnya
mendapatkan keamanan kepemilikan, serta ser- lahan di DAS bagian hulu yaitu selain karena
tifikat kepemilikan dapat dipergunakan untuk kondisi lingkungan fisik dan iklim setempat
mengakses kredit, atau peningkatan nilai lahan. yang mendukung terjadinya percepatan erosi
Biaya yang murah dalam pengurusan sertifikat diakibatkan pula oleh cara pengelolaan lahan
yang diterapkan di Ethiopia pada akhir 1990an yang kurang sesuai dengan kaidah-kaidah kon-
berkontribusi meningkatkan keamanan kepe- servasi. Hal ini disebabkan oleh kondisi penge-
milikan lahan dan menurunkan perselisihan tahuan dan sosial ekonomi petani di lahan
kepemilikan lahan. Keamanan kepemilikan la- kering kurang mendukung terciptanya penggu-
han telah meningkatkan investasi atas lahan, naan lahan secara lestari (Nasution, 2004).
seperti penanaman tanaman tahunan, perbaik- Sub DAS Solo Hulu. DAS Bengawan Solo
an manajemen konservasi lahan dan mening- meliputi tiga Sub DAS yaitu Sub DAS Solo

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 225
Hulu, Sub DAS Solo Hilir, dan Sub DAS Kali METODE PENELITIAN
Madiun (Darmawan, 2009). Sub DAS Solo hulu
berada pada lahan atas dari Waduk Gadjah
Penelitian dilaksanakan di Dusun Pundung,
Mungkur kabupaten Wonogiri, merupakan
Desa Kudi, Kecamatan Batuwarno Kabupaten
daerah didominasi lereng yang curam, dalam
Wonogiri yaitu wilayah pertanian yang berada
hal ini kawasan DAS Solo Hulu termasauk
di DAS Solo Hulu, yang pada hilirnya bernuara
kawasan kritis, berada di kabupaten Wonogiri
pada waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Seba-
(Pramono, BI., et al, 2010).
nyak 73 KK penduduk di wilayah Sub DAS
Kabupaten Wonogiri meliputi sekitar
Solo Hulu, di Dusun Pundung, dua KK petani
182.232 ha, dengan penutupan lahan yang
di antaranya menanami semua lahannya yang
dominan adalah tegal (35,88 persen), diikuti
miring dengan tanaman jati, tidak dijadikan
oleh pekarangan (20,96 persen), sawah (17,94
responden, demikian juga tiga KK petani tak
persen), hutan Negara 7,65 persen, hutan rakyat
berlahan, sebagai buruh tani tidak dijadikan
5,09 persen, dan sisanya merupakan penutupan
responden. Dua KK petani yang menanami
lahan lain-lain (12,48 persen) (Wonogiri Dalam
lahan usahataninya dengan kayu jati, dalam hal
Angka, 2007). Jika dilihat dari topografinya,
ini para petani tersebut dianggap telah melaku-
maka sebagian besar (65 persen) daerah Wono-
kan konservasi lahan secara benar. Warga
giri berbentuk perbukitan dengan lereng yang
tersebut mendapatkan lapangan pekerjaan pa-
terjal, areal landai (30 persen) dan hanya 5
da non farm sebagai mata pencaharian yang
persen merupakan areal datar. Kepemilikan
utama. Responden meliputi 68 KK dari semua
lahan oleh penduduk adalah hak milik sehing-
Kepala Keluarga tani tanaman pangan pada
ga lahan dimanfaatkan untuk tanaman semu-
lahan kering di wilayah penelitian.
sim, akibatnya tingkat erosi tinggi, kesuburan
Data yang dipergunakan dalam penelitian
lahan rendah, banjir dan pendangkalan waduk
ini terutama data primer, yaitu data aktivitas
Gajah Mungkur tidak terelakkan (Pramono,B.I.
konservasi lahan, meliputi semua aspek kegiat-
et al., 2010). Dalam hal ini sebagai suatu sistem,
an konservasi lahan, sesuai dengan pengukuran
akibat terjadinya erosi yang tinggi di wilayah
IKK. Di samping itu juga data profil atau
DAS Solo Hulu maka sedimentasi pada Waduk
karakteristik petani yang harus dicatat meliputi
Gajah Mungkur berlangsung cepat (Darwawan,
umur, pendidikan formal, jumlah anggota ke-
2009, dan Mukhlisin, 2007). Sedimentasi waduk
luarga, jumlah anggota keluarga yang bekerja,
Gajah Mungkur dari Sub DAS Solo Hulu rata-
dan luas penguasaan lahan.
rata 3.180.000 m3 tahun-1 (Mukhlisin, 2007).
Pengumpulan data primer dengan survai
Pemerintah Indonesia sebenarnya telah
(Singarimbun, 1989). Informasi mengenai data
melakukan upaya menekan laju erosi di wila-
primer juga diperkuat dengan melakukan wa-
yah DAS Solo Hulu. Pemerintah Indonesia de-
wancara kepada tokoh-tokoh masyarakat dan
ngan bantuan Bank Dunia melakukan mana-
petani dengan maksud untuk memperoleh
jemen DAS Solo Hulu melalui “The Upper Solo
informasi lebih lanjut, yang mampu menjelas-
(Wonogiri) Watershed Protection Project” di ba-
kan suatu gejala yang tidak terekam oleh kue-
wah Loan Agrreement No. 2930 IND yang ditan-
sioner yang disusun.
da tangani pada tanggal 20 April 1988 (Suripin,
2004). Walaupun demikian, mengingat masih
Metode Analisis Data
tingginya tingkat erosi di wilayah Sub DAS
Solo Hulu yang sebagian besar berupa lahan Tingkat Partisipasi Petani pada Konservasi
kering dengan kemiringan yang tinggi, maka Lahan. Valuasi tingkat partisipasi petani dalam
konservasi lahan di wilayah tersebut harus konservasi lahan sesuai model IKK meliputi: (1)
ditingkatkan pelaksanaannya. pembuatan teras/galengan pada lahan miring,
(2) penanaman tanaman atau rumput penguat
teras, (3) pengolahan lahan sesuai garis contour,
(4) pembudidayaan tanaman sesuai garis con-
tour (5) pergiliran tanaman semusim, (6) pena-

226 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
naman tanaman tahunan pada lahan yang adalah rasa tanggung jawab petani atas konser-
kemiringannya tinggi, (7) penggunaan mulsa vasi lahan
atau pupuk kandang, (8) pemeliharaan teras Tingkat partisipasi petani dalam konser-
atau galengan, (9) pembuatan saluran drainase, vasi lahan sesuai konsep IKK yang senyatanya
dan (10) rasa tanggung jawab petani atas kon- dilaksanakan oleh para petani yang mencapai
servasi lahan. Setiap item diberi penilaian se- kriteria rendah atau tidak baik menurut hasil
suai besarnya partisipasi para petani dalam penelitian secara matematik dapat dirumuskan:
konservasi lahan. Penilaian partisipasi para pe-
tani dalam konservasi lahan tersebut merujuk IKK1’ = f ( Xi’) ( 2)
kepada Suwarto (2010) diberikan dalam persen- i = 1 sampai dengan ≤10
tase (1 persen sampai dengan 100 persen). Be-
sarnya penilaian yang diperoleh dari jawaban Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisi-
petani merupakan tingkat IKK yang mencer- pasi Petani Lahan Kering dalam Konservasi La-
minkan upaya atau partisipasi para petani han, IKK Masyarakat Tani di Sub DAS
dalam konservasi lahan. Khusus untuk rasa Tingkat partisipasi para petani dalam kon-
tanggung jawab petani dalam konservasi lahan servasi lahan sesuai model IKK dapat dijelas-
diukur dalam Skala Likert, yang selanjutnya kan dengan model regresi berganda sebagai
dikonversikan ke dalam penilaian persentase. berikut:
Penggolongan IKK selanjutnya dibagi dalam
empat katagori sebagai berikut: IKK sangat IKK2 = α + β1Y1+ β2Y2 + β3Y3 + β4Y4 +
rendah, nilai partisipasi petani dalam konser-
vasi lahan 1,00 persen sampai dengan 25,00 β5Y5 + β6Y6 +  (3)
persen, IKK rendah, nilai partisipasi petani
dalam konservasi lahan 26,00 persen sampai Keterangan: IKK2 adalah indek kegiatan
dengan 50,00 persen, IKK sedang, nilai partisi- konservasi (%), α adalah intersep, βi adalah koe-
pasi petani dalam konservasi lahan 51,00 persen fisien regresi (i = 1 sampai dengan 6), Y1 adalah
sampai dengan 75,00 persen, IKK tinggi, nilai luas penguasaan lahan (ha), Y2 adalah ternak
partisipasi petani dalam konservasi lahan 76,00 ruminansia (ekor, standar sapi), Y3 adalah jum-
persen sampai dengan 100,00 persen. lah anggota rumah tangga (jiwa), Y4 adalah
Selanjutnya Tingkat partisipasi yang dapat jumlah anggota rumah tangga yang bekerja
dicapai petani dalam melaksanakan konservasi (orang), Y5 adalah umur Kepala Keluarga (ta-
lahan sesuai konsep IKK secara matematik hun), Y6 adalah pendidikan formal Kepala ke-
dapat dirumuskan: luarga petani (tahun),  adalah error term.
Faktor-faktor yang berpengaruh nyata ter-
IKK1 = f ( Xi) (1) hadap IKK menurut hasil penelitian, sesuai ha-
dimana i = 1 sampai dengan 10 sil analisis regresi berganda model 3 secara
matematik dapat dirumuskan:
Keterangan: IKK adalah Indeks Kegiatan Kon-
servasi, X1 adalah pembuatan teras/galengan IKK2’ = f (Yi’) (4)
pada lahan miring, X2 adalah penanaman ta- Yi’= i = 1 sampai dengan ≤ 6
naman atau rumput penguat teras, X3 adalah
pengolahan lahan sesuai garis contour, X4 ada- Keterangan: IKKL2’ adalah indeks kegiatan
lah pembudidayaan tanaman sesuai garis con- konservasi (%), Y1 adalah luas penguasaan la-
tour, X5 adalah pergiliran tanaman semusim, X6 han (ha), Y2 adalah ternak ruminansia (ekor,
adalah penanaman tanaman tahunan pada la- standar sapi), Y3 adalah jumlah anggota rumah
han yang kemiringannya tinggi, X7 adalah tangga (jiwa), Y4 adalah jumlah anggota rumah
penggunaan mulsa atau pupuk kandang, X8 tangga yang bekerja (orang), Y5 adalah umur
adalah pemeliharaan teras atau galengan, X9 Kepala Keluarga (tahun), Y6 adalah pendidikan
adalah pembuatan saluran drainase, dan X10 formal Kepala keluarga petani (tahun).
Untuk menguji model regresi berganda di-

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 227
Tabel 1. Petani Responden berdasar Luas Penguasaan Lahan Tanaman Pangan
Partisipasi Petani dalam Konservasi Lahan
Karakteristik Petani menurut Luas Penguasaan Lahan
< 0,5 ha ≥ 0,5 ha Rata-rata
(37 responden) (31 responden) (68 responden)
Umur (tahun) 50 54 52
Jum Kel (orang) 3 3 3
Kel Kerja (orang) 2 2 2
Pendidikan Kepala Kel (tahun) 5 6 6
Ternak Ruminansia (ekor) 1 1 1
Lahan Usahatani (m2) 3.069 8.063 5.526
Sumber: Analisis Data primer, 2011

pergunakan metode Ordinary Least Square (OLS). HASIL DAN PEMBAHASAN


Model dapat diuji apakah sesuai dengan asum-
si-asumsi klasik dan terhadap kesesuaian mo-
Petani Responden
del (Greene, 2002; Gudjarati, 2003). Pengujian
terhadap asumsi klasik ditujukan untuk menge- Semua responden adalah petani tanaman pa-
tahui apakah koefisien regresi estimasi merupa- ngan yang dapat dibedakan atas para petani
kan penaksir tak bias yang terbaik (Best Linear yang menguasai lahan < 0,5 ha dan para petani
Unbiased Estimator, BLUE). Jika pengujian me- yang memiliki lahan ≥ 0,5 ha (Tabel 1).
nunjukkan adanya pelanggaran terhadap asum- Sebagaimana data tersaji pada Tabel 1,
si klasik, analisis akan menggunakan metode rata-rata para petani memelihara ternak sapi,
Feasible Generalised Least Squares (FGLS), yaitu hal ini sangat membantu petani dalam menda-
suatu model yang diperbaiki sehingga terbebas patkan tambahan pendapatan serta sumber pu-
dari gangguan yang semula ditemui. Pengujian puk organik. Luas penguasaan lahan terbatas,
kesesuaian model dilakukan meliputi uji F, R2, para petani pada umumnya membudidayakan
dan uji t individual. tanaman pangan sebagai petani pemilik dan
Selanjutnya, hasil penelitian model konser- penggarap. Tercatat 66 petani adalah pemilik
vasi lahan untuk meningkatkan partisipasi penggarap, dua orang petani sebagai penyakap,
petani dalam melaksanakan konservasi lahan dan seorang petani pemilik pengarap dapat
spesifik lokasi di Sub DAS Solo Hulu sesuai menambah luas penguasaan lahannya dengan
persamaan 2 dan 4 dapat dirumuskan: menyewa.

IKK2’ = f (Xi’,Yi’) (5) Partisipasi Petani dalam Konservasi Lahan


Xi’; i = 1 sampai dengan ≤10 Hasil pengukuran partisipasi para petani dalam
Yi’; i = 1 sampai dengan ≤ 6 konservasi lahan yang menggunakan 10 para-
meter, rata-rata partisipasi para petani dalam
Keterangan: IKK2’ adalah model konser- konservasi lahan berada pada katagori sedang
vasi lahan untuk meningkatkan partisipasi yaitu mencapai 69,63 persen (Tabel 2).
petani dalam melaksanakan konservasi lahan Kegiatan konservasi lahan dengan pem-
spesifik lokasi di Sub DAS Solo Hulu, Xi’adalah buatan teras pada lahan yang miring (X1) telah
tingkat partisipasi petani dalam konservasi la- dilaksanakan dengan baik oleh para petani, hal
han sesuai konsep IKK yang senyatanya dilak- ini sejalan dengan penjelasan Bastos, G.S. et al.,
sanakan oleh para petani menurut hasil pene- (2001), Suripin (2004), dan Chouinard, H.H
litian yang mencapai kriteria rendah atau tidak et.al., (2008) bahwa telah sejak lama terdapat
baik; dan Yi’ adalah faktor-faktor yang berpe- penghargaan atas lahan dari para petani dan
ngaruh nyata terhadap IKK menurut hasil ana- pihak-pihak lainnya atas lahan sebagai sumber-
lisis regresi sesuai persamaan 3 dan 4. daya penting dalam produksi pertanian yang

228 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
Tabel 2. Partisipasi Para Petani dalam Konservasi Lahan sesuai IKK
Kegiatan Partisipasi Petani dalam Konservasi Lahan
Konservasi menurut Luas Penguasaan Lahan
< 0,5 ha (37 KK) (%) ≥ 0,5 ha (31 KK) (%) Rata-rata (68 KK)(%)
X1 85,00 79,92 82,46
X2 42,07 43,01 42,54
X3 100,00 100,00 100,00
X4 100,00 100,00 100,00
X5 55,95 60,00 57,97
X6 29,19 32,97 31,08
X7 51,18 39,97 45,58
X8 84,08 86,02 85,05
X9 78,24 85,81 82,02
X10 69,41 69,74 69,57
Rata-rata 69,51 69,74 69,63
Sumber: Analisis Data Primer, 2011

Keterangan: KK adalah Kepala Keluarga, X1 adalah pembuatan teras/galengan pada lahan miring, X2 adalah
penanaman tanaman atau rumput penguat teras, X3 adalah pengolahan lahan sesuai garis contour, X4 adalah
pembudidayaan tanaman sesuai garis contour, X5 adalah pergiliran tanaman semusim, X6 adalah penanaman
tanaman tahunan pada lahan yang kemiringannya tinggi, X7 adalah penggunaan mulsa atau pupuk kandang,
X8 adalah pemeliharaan teras atau galengan, X9 adalah pembuatan saluran drainase, dan X10 adalah rasa
tanggung jawab petani atas konservasi lahan.

harus dijaga kelestariannya. Dalam hal ini ban- Pergiliran tanaman semusim (X5) belum
tuan dari Pemerintah Indonesia untuk melalui sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh
lintas sekoral dilakukan banyak sejak tahun para petani dengan baik, hingga parameter ini
1970an (Tiastono, 2006). baru mancapai tingkat sedang. Sebagain petani
Penanaman tanaman atau rumput penguat tidak menanam tanaman kacang-kacangan
teras (X2) dan penanaman tanaman tahunan yang dapat mengikat N2 bebas dari udara da-
pada lahan yang kemiringannya tinggi (X6) lam melakukan pergiliran tanaman dalam satu
masih dilaksanakan pada tingkat yang rendah. tahun. Hal tersebut dapat disebabkan karena
Hal tersebut bagi petani tanaman pangan de- pertimbangan tertentu, misalnya pemilikan ba-
ngan luas lahan yang terbatas, mereka bersikap han tanaman, pengalaman sebelumnya berke-
seperti penjelasan (Dariah, A. et al. dalam naan dengan harga produk, atau penguasaan
Suwarto (2010) bahwa penanaman tanaman ta- teknologi budidaya.
hunan atau rumput penguat teras akan mengu- Penggunaan mulsa atau pupuk kandang
rangi luas lahan yang ditanami tanaman pa- (X7), pelaksanaannya masih rendah, hal terse-
ngan. but menunjukkan perluya pemberdayaan kepa-
Pengolahan lahan sesuai garis contour (X3) da para petani untuk melaksanakan pemupuk-
dan pembudidayaan tanaman sesuai garis con- an organik secara baik. Sebagaimana data pada
tour (X4) telah dilaksanakan secara baik oleh Tabel 1, rata-rata petani sudah memiliki ternak
para petani, hal tersebut sejalan dengan pada sapi, tetapi setelah ditelusuri ternyata tidak
umumnya para petani telah membuat teras merata kepemilikannya. Sebanyak 37 petani
pada lahannya yang miring, sehingga pelaksa- atau 54 persen dari responden tidak memeli-
naan pengolahan lahan dan pembudidayaan hara sapi. Bagi para petani yang tidak memeli-
tanaman sesuai garis contour mudah dilaksana- hara sapi atau ternak lain setara sapi maka akan
kan. Pelaksanaan konservasi lahan tersebut kesulitan dalam menyediakan mulsa atau pu-
sejalan dengan pelaksanaan konservasi lahan di puk organik dalam memelihara lahannya. Pen-
wilayah lahan kering kabupaten Gunung Kidul, tingnya penggunaan bahan organik dilaporkan
wilayah tetangga kabupaten Wonogiri (Su- Idjudin, A.A. et al., (2006) dalam penelitiannya
warto, 2007). mengatasi lahan kritis di kabupaten Gunung

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 229
Kidul yang dilakukan selama 4,5 tahun dengan Pengaruh karakteristik petani terhadap IKK
pemberian 5 -10 ton ha-1 pupuk organik yang disajikan data hasil analisis regresi berganda
dikombinasikan dengan perlakuan lainnya ber- pada Tabel 3. Model regresi yang disusun dapat
hasil menanggulangi lahan kritis. dipergunakan, dalam hal ini F-tabel nyata pada
Pelaksanaan pemeliharaan teras atau ga- taraf kesalahan 1%, tidak mengandung multicol-
lengan (X8) dan pemeliharaan saluran drainase linearity yang serius. Nilai korelasi antarvariabel
(X9) telah dilaksanakan oleh para petani secara bebas terbesar 0,6975 yaitu antara jumlah ang-
baik. Hal tersebut menyiratkan bahwa para gota keluarga yang bekerja dengan jumlah ang-
petani sebenarnya berupaya melaksanakan gota keluarga. Nilai adjusted R2 sebesar 0,2251,
konservasi lahan, terutama yang mudah dilak- model mengindikasikan adanya heteroscedastici-
sanakan dengan tenaga kerja sendiri. Mengenai ty, hal tersebut ditunjukkan oleh hasil test hete-
rasa tanggung jawab para petani dalam konser- roscedasticity pada keempat model signifikan.
vasi lahan (X10) yang baru mencapai tingkat Untuk mengatasi pelanggaran terhadap kaidah
sedang, hal tersebut karena sebagian para peta- homoskedastisitas tersebut dilakukan dengan
ni masih mengharapkan adanya uluran tangan menggunakan regresi model heteroscedasticity.
pihak pemerintah untuk melaksanakan konser- Nilai Likelihood Ratio (LR) nyata pada taraf
vasi lahan secara baik. Hal tersebut bisa dime- kesalahan 5 persen, dan ke dua model heterosce-
ngerti jika bantuan pemerintah tersebut terha- dasticity, yaitu model varlin dan stdlin dapat
dap pekerjaan yang berat, memerlukan biaya memperbaiki model OLS. Model heteroscedasti-
mahal seperti pembuatan teras. Para petani city dengan varlin mendapatkan hasil koefisien
berlahan luas juga menerima bantuan sharing regresi nyata terbanyak yaitu 4 variabel, diper-
pembiayaan di negara maju dalam melakukan gunakan untuk menjelaskan model regresi.
konservasi lahan (Batos, G.S. et al., (2001) dan Sebagaimana hasil analisis, jumlah anggota
Chouinard, H.H. et.al., (2008). keluarga yang bekerja meningkatkan partisipasi
Sesuai hasil penelitian, maka tingkat parti- para petani dalam konservasi lahan, hal terse-
sipasi para petani dalam konservasi lahan pada but mudah dipahami. Banyaknya tenaga kerja
parameter yang telah mencapai katagori tinggi yang dapat bekerja maka peluang untuk dapat
seyogyanya dapat terus dipertahankan, sebalik- melaksanakan konservasi lahan juga semakin
nya pencapaian partisipasi yang masih rendah besar, hal ini karena para petani dapat mela-
hingga sedang maka harus ditingkatkan. kukan konservasi lahan dengan tenaga kerja
sendiri, tidak harus mengupah yang dapat me-
Faktor-faktor Sosial Ekonomi Petani yang ningkatkan biaya produksi dalam usahatani.
Berpengaruh terhadap IKK Umur petani tidak berpengaruh terhadap

Tabel 3. Hasil Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kegiatan konservasi Lahan


di Sub DAS Solo Hulu
Model OLS Heteros. (Varlin)
Variabel Koef. Reg. t-hit. Koef. Reg. t-hit.
Umur (Tahun) 0,40384E-01 0,3767 -0,35140E-02 -0,1071
Jumlah anggota RT (jiwa) -0,59965 -0,4550 -0,51031 -0,4692
Jumlah anggota RT yang bekerja (orang) 3,5893 1,926 2,8440* 2,508
Pendidikan formal i (tahun)
Ternak ruminansia (ekor) 1,0643* 2,440 0,77350** 6,748
Luas penguasaan lahan (ha) 3,8144** 3,355 2,9061** 5,994
-0,96395E-04 -0,4346 0,21405E-03** 3,510
Konstanta 1,752** 7.265 56.768** 14.53
adjusted R2 0,2251 0,2251
F-hitung 475,48**
Sumber: Analisis Data Primer, 2011
Keterangan: *)= nyata pada α = 5%, **) = nyata pada α = 1%, RT = Rumah Tangga

230 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
penerapan konservasi lahan, umur dapat berke- ternak dari rumput dan tanaman penguat teras
naan dengan pengalaman para petani dalam lahan usahataninya. Mengenai pertimbangan
konservasi lahan. Rata-rata para petani respon- para petani, Lichtenberg, E., and R. Smitth-
den telah berumur 52 tahun, pada umumnya Ramirez (2010) menjelaskan bahwa di Amerika
para petani telah menerima sosialisasi usaha- Serikat jumlah ternak yang dipelihara peternak
tani termasuk konservasi lahan sejak lama, atau menentukan pilihan petani untuk bergabung
sejak kecil, karena pada umumnya mereka dalam kerjasama pembiayaan untuk program
hidup dan dibesarkan dalam keluarga petani. konservasi lahan.
Jumlah anggota RT tidak berpengaruh ter- Luas penguasaan lahan juga meningkatkan
hadap partisipasi dalam konservasi lahan, di partisipasi para petani dalam konservasi lahan.
lain pihak jumlah anggota RT yang bekerja Para petani kecil mempunyai kebutuhan utama
berpengaruh terhadap partisipasi para petani bahan pangan, fenomena tersebut nampak jelas
dalam konservasi lahan, dalam hal ini rata-rata di masyarakat, bahwa para petani kecil, walau-
anggota RT tiga orang dan rata-rata tenaga pun lahan usahataninya berkemiringan tinggi,
kerja yang bekerja adalah dua orang. Hasil pada umumnya masih menggunakan lahan ter-
penelitian ini menunjukkan semakin banyak sebut untuk tanaman pangan. Jika petani berla-
anggota keluarga yang bekerja maka pelaksa- han luas, maka para petani dapat membudida-
naan konservasi lahan akan semakin baik. Hal yakan tanaman sesuai kelas kemampuan lahan
tersebut diduga sebagian penduduk menggu- (Suwarto, 2007). Terdapatnya peluang bagi para
nakan waktu utamanya untuk bekerja pada petani bekerja pada off farm dan non farm didu-
sektor pertanian. Banyaknya anggota RT be- ga akan menurunkan tekanan penduduk atas
kerja maka diperoleh pendapatn yang lebih lahan, sehingga lambat laun para petani akan
besar, di antaranya dapat dipergunakan untuk menggunakan lahan secara bijaksana, sesuai
pekerjaan on farm seperti melakukan konservsi kemampuan lahan. Pada umumnya banyak ahli
lahan. seperti Asafu-Adjave, J. (2008), Chang, H. et.al,
Pendidikan formal meningkatkan partisi- (2009), dan Lichtenberg, E. et.al., (2010) menje-
pasi para petani dalam konservasi lahan. Hal laskan bahwa luas lahan adalah faktor penting
tersebut diduga dengan semakin tinggi tingkat yang mempengaruhi petani melaksanakan ke-
pendidikan petani, waka wawasan para petani giatan konservasi lahan
juga meningkat, termasuk meningkatnya kesa-
daran dalam melaksanakan konservasi lahan. Model IKK Spesifik Lokasi yang Sesuai un-
Sejalan dengan hal tersebut Asafu-Adjaye tuk Meningkatkan Partisipasi Petani dalam
(2008) menjelaskan bahwa persepsi pendidikan Konservasi Lahan
mempengaruhi persepsi individu terhadap
Model spesifik lokasi yang berguna untuk
suatu obyek. Lebih jauh dijelaskan oleh Mugni-
meningkatkan partisipasi para petani dalam
syah et al., (2001) bahwa tingkat pendidikan
konservasi lahan dapat diketahui dari hasil
mempengaruhi pekerjaan on farm, yaitu dalam
valuasi mengenai tingkat partisipasi petani
menentukan input produksi.
dalam konservasi lahan (Tabel 2) dengan faktor-
Pemilikan atau penguasaan ternak rumi-
faktor yang berpengaruh nyata dalam partisi-
nansia meningkatkan partisipasi para petani
pasi petani dalam konservasi lahan (Tabel 3).
dalam konservasi lahan. Para petani pemelihara
Dari Tabel 2 kita ketahui bahwa kegiatan kon-
ternak menghasilkan kotoran ternak yang ke-
servasi lahan yang masih rendah hingga sedang
mudian dipergunakan untuk membuat pupuk
menurut konsep IKK yaitu: penanaman tanam-
kandang atau pupuk organik yang penting da-
an rumput penguat teras, penggunaan mulsa
lam konservasi lahan. Di samping itu, para pe-
atau pupuk kandang, dan pergiliran tanaman
tani peternak pada umumnya juga menanam
semusim. Selanjutnya faktor-faktor yang berpe-
rumput, misalnya rumput gajah pada teras-
ngaruh nyata meningkatkan partisipasi petani
teras (galengan) lahan usahataninya, sehingga
dalam konservasi lahan sesuai hasil analisis
para petani tersebut dapat memperoleh pakan
regresi yaitu: jumlah anggota RT yang bekerja

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 231
(orang), pendidikan formal petani (tahun), ter- Dalam hal ini dapat diketahui bahwa pelaksa-
nak ruminansia (ekor), dan luas penguasaan naan pekerjaan konservasi lahan yang menggu-
lahan (ha) nakan tenaga kerja manusia dilakukan secara
Oleh karena itu, maka model yang baik baik oleh para petani.
untuk dapat meningkatkan partisipasi dalam Sesuai pencapaian pelaksanaan konservasi
konservasi lahan yaitu membantu memberda- lahan bagi para petani, faktor-faktor yang ber-
yakan para petani agar senantiasa mendapat- pengaruh nyata terhadap partisipasi para peta-
kan penidikan (non formal) meliputi usahatani ni dalam konservasi lahan yaitu jumlah anggota
berkelanjutan, memberdayakan para petani un- Rumah Tangga yang bekerja (orang), pendidik-
tuk dapat memiliki atau memelihara ternak an formal petani (tahun), ternak ruminansia
ruminansia, serta memberdayakan agar pe- (ekor), dan luas penguasaan lahan (ha). Dalam
nguasaan lahannya mencapai luasan optimal, hal ini umur petani dan jumlah anggota Rumah
sehingga dapat mempergunakan lahannya se- Tangga tidak berpengaruh nyata dalam partisi-
suai kemampuan lahan. Dalam hal partisipasi pasi petani dalam konservasi lahan.
petani dalam konservasi lahan kiranya dapat Sesuai hasil penelitian, model yang baik
dilakukan pemberdayaan petani dalam pena- untuk dapat meningkatkan partisipasi petani
naman tanaman rumput penguat teras, penggu- dalam konservasi lahan meliputi pengelolaan
naan mulsa atau pupuk kandang, dan pergilir- atas faktor-faktor yang berpengaruh nyata da-
an tanaman semusim di antaranya mengguna- lam meningkatkan partisipasi petani dalam
kan tanaman legumenoseae. konservasi lahan yaitu: pendidikan, pemeliha-
raan ternak ruminansia, dan luas penguasaan
lahan, serta pemberdayaan petani atas penca-
SIMPULAN
paian parameter IKK yang masih rendah yaitu:
pemberdayaan petani dalam penanaman ta-
Rata-rata para petani responden berpartisipasi naman rumput penguat teras, penggunaan
pada tingkat sedang dalam konservasi lahan. mulsa atau pupuk kandang, dan pergiliran
Penanaman tanaman atau rumput penguat tanaman semusim diantaranya menggunakan
teras, penanaman tanaman tahunan pada lahan tanaman legumenoseae.
yang kemiringannya tinggi, dan penggunaan Langkah-langkah penting dalam pember-
mulsa atau pupuk kandang baru dilaksanakan dayaan petani wilayah penelitian yaitu untuk
pada tingkat rendah. Hal tersebut karena para dapatnya para petani mengintegrasikan ternak
petani yang kebanyakan berlahan sempit sem- ruminansia dalam usahatani, dalam jangka
pit tersebut utamanya berupaya dapat semak- pendek mungkin dapat diatasi dari subsidi atau
simal mungkin menanam tanaman pangan pa- kredit produksi dari pemerintah, dan penye-
da lahan usahataninya. Di samping itu, seba- diaan jasa pendidikan non formal. Sejalan de-
gian besar petani tidak memiliki ternak sapi ngan penguasaan lahan yang terbatas bagi para
sehingga kesulitan mendapatkan mulsa atau petani, untuk menurunkan tekanan penduduk
pupuk kandang. atas lahan sehingga petani dapat menggunakan
Pergiliran tanaman semusim pelaksanaan- lahan secara bijaksana, perlu diteliti pengem-
nya pada tingkat sedang, sebagaian petani be- bangan dan pemberdayaan petani ke arah off
lum mengintegrasikan tanaman kacang-kacang- farm, dan juga non farm, sehingga menambah
an dalam pergiliran tanaman, hal ini dapat lapangan pekerjaan dan pendapatan bagi para
disebabkan pertimbangan situasional, seperti petani
penguasaan bahan tanaman, harga, atau per-
timbangan teknis budidaya. Pembuatan teras
atau galengan pada lahan miring, pengolahan DAFTAR PUSTAKA
lahan sesuai garis contour, pembudidayaan ta-
naman sesuai garis contour, pemeliharaan teras Arsyad, S. 2006. Konservasi Tanah dan Air. Bo-
atau galengan, dan pembuatan saluran drainasi gor: IPB Press.
telah dilaksanakan secara baik oleh para petani.

232 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234
Asafu-Adjaye, J. 2008. Factors Affecting the pada Lahan Kering. Pusat Penelitian dan
Adoption of Soil Conservation Measures: Pengembangan Tanah dan Agroklimat.
A Case Study of Fijian Cane Farmers. Bogor: 11-34. Badan Penelitian dan Pe-
Journal of Agriculture and Resource Eco- ngembangan Pertanian, Departemen Per-
nomics. 33 (1): 99-17. Logan, UT, United tanian.
State. Western Agriculture Economics Dariah, A., H. Subagyo, C. Tafakresnanto, dan
Association. S. Marwanto. 2004b. Kepekaan Tanah
Bastos, G.S. and E. Lichtenberg. 2001. Priorities terhadap Erosi. Dalam Teknologi Konser-
in Cost Sharing and Water Conservation: vasi Tanah pada Lahan Kering. Pusat Peneli-
A Revealed Preference Study. Land Eco- tian dan Pengembangan Tanah dan Agro-
nomics. 77 (4): 533-547 ISSN 0023-769 © klimat. Bogor: 1-10. Badan Penelitian dan
2001 by the Board of Regents of the Uni- pengembangan Pertanian, Departemen
versity of Wisconsin System. Pertanian.
BPS. 2008. Wonogiri dalam Angka 2007. Wono- Holden, S.T., K. Deininger, and H. Ghebru.
giri: Badan Pusat Statistk Wonogiri dan 2009. Impacts of Low-Cost Land Certifi-
BAPPEDA Kabupaten Wonogiri. cation on Investment and Productivity.
BPS. 2001. Statistik Indonesia. Jakarta: Badan American Journal of Agro Economic. 91
Pusat Statistik Indonesia. (2):359-373.
Chang, H., and R.N. Boisvert. 2009. Distin- Idjudin, A.A, Subroto, Ps, dan S. Marwanto.
guishing between Whole-Farm vs. Partial- 2006. Pengaruh Teknik Konsrvasi terha-
Farm Participation in the Conservation dap Perbaikan Lahan Kritis. Jurnal Tanah
Reserve Program. Land Economics. 85 (1): dan Air: 7 (1): 92-100. Yogyakarta. Jurusan
144-161 ISSN 0023-769; E-ISSN 1543-8325 Ilmu Tanah UPN.
© 2009 by the Board of Regents of the Greene, W.H. 2002. Econometric Analysis. New
University of Wisconsin System. York, Toronto, Singapore. Macmillan Pu-
Chouinard, H.H., T. Paterson, P.R. Wand- blishing Company.
schneider, and A.M. Ohler. 2008. Will Gudjarati, D.N. 2003. Basic Econometrics, Forth
Farmers Trade Profits for Stewardship? Ed. Boston: Mc Graw Hill.
Heterogeneous Motivations for Farm Lichtenberg, E., and R. Smitth-Ramirez. 2010.
Practice Selection. Land Economics. 84(1): Slippage Conservation Cost Sharing. Ame-
66-82 ISSN 0023-769; E-ISSN 1543-8325 by rican Journal of Agroeconomy. 93 (1): 113-
The Board of Regents of the University of 129.
Wisconsin System.
Lynch, L. and W.N. Musser. 2001. A Relative
Darwawan, A. 2009. Evaluasi Penggunaan La- Efficiency Analysis of Farmland Preser-
han Berdasarkan Konsep Fasies Gunung vation Programs. Land Economics. 77(4):
Api untuk Menunjang Peraturan Zona 577-594 ISSN 0023-769 by The Board of
dalam Tata Ruang (Studi Kasus Wilayah Regents of the University of Wisconsin
Sub-DAS Keduang, DAS Bengawan Solo System.
Hulu, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Ja-
M.K.McLeod and Rahmianna. 2009. Upland
wa Tenngah). Buletin Geologi Tata Ling-
Soils for Crop Production in Indonesia-Con-
kungan (Buletin of Environmental Geo-
straints and Opportunities. Proceedings
logy): 19 (2): 5--59
Internasional Seminar, Upland for Food
Dariah, A., A. Rachman, dan U. Kurnia. 2004. Security, November 7-8 2009, Purwokerto
Erosi dan Degradasi Lahan Kering di In-
donesia. Dalam Teknologi Konservasi Tanah

Model Partisipasi Petani Lahan Kering (Suwarto, Suwarto, dan Sapja) 233
(Indonesia): 25-33. Faculty of Agriculture, Pramono, B. I. 2010. Laporan Hasil Penelitian
Jenderal Soedirman University. Peningkatan Produktivitas Lahan Miring
Morgan, RPC. 2005. Soil Erotion and Conserva- Berbahan Induk Kapur dengan Sistem
tion. Third Edition. Main Street, Malden, Agroforestri untuk Ketahanan Pangan
MA 02148-5020. USA: Balckwell Publish- dan Pengendalian Erosi, program Intensif
ing. Riset Terapan. Kementerian Kehutanan
Badan Penelitian dan pengembangan
Mugniesyah, S.S.M. and K. Mizuno. 2001. Gen-
Kehutanan, Balai Penelitian Kehutanan
der, Poverty and Peasant Houshold Survival
Solo.
Strategies A Case Study in Dry Land Village
in West Java. Proceedings of The 1st Santoso, D., J. Purnomo, I.G.P. Wigena, dan E.
Seminar, Toward Harmonization between Tuherkih. 2004. Teknologi Konservasi
Development and Environmental Conserva- Tanah Vegetatif. Dalam Teknologi Konser-
tion in Biological Production, February 21- vasi Tanah pada Lahan Kering. Pusat Peneli-
23, 2001. Japan:63-78. Yayoi Auditorium tian dan Pengembangan Tanah dan Agro-
Graduate School of Agricultural and Life klimat. Bogor: 77-108. Badan Penelitian
Sciences, The University of Tokyo. dan Pengembangan Pertanian, Departe-
men Pertanian.
Mukhlisin, M. 2007. Envronmental Study Im-
pact of Sediment Flushing on Down- Singarimbun, M., 1989. Metode dan Proses Pe-
stream Area Case Study: Planning of Sedi- nelitian. Singarimbun, M., dan S. Effendi.
ment Flushing on Gadjah Mungkur DAM, (eds). Metode Penelitian Survai. LP3ES,
Wonogiri, Central Java. Semarang: Waha- Jakarta:1-15.
na TEKNIK SIPIL. 12 (2): 139-149 Suripin. 2004. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan
Nasution, M. 2004. Diversifikasi Titik Kritis Air. Yogyakarta: Andi.
Pembangunan Pertanian Indonesia. Dalam Tiwari, K.R., B.K. Sitaula, I.L.P. Nyborg, and
Pertanian Mandiri. Pandangan Strategis G.S. Paudel. 2008. Determinants of Farm-
Para Pakar untuk Kemajuan Pertanian ers’ Adoption of Improved Soil Conser-
Indonesia. Jakarta: Penebar Swadaya. vation Technology in Middle Mountain
Pakpahan, A., Syafaat, A. Purwoto, H.P. Saliem, Watershed of Central Nepal. Enveronmen-
dan G.S. Hardono, 1992. Kelembagaan tal Management. 42: 210-222. DOI 10.1007/
Lahan dan Konservasi Tanah dan Air. Pusat s00267-008-9137-z © Springer Science +
Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian, Ba- Business Media, LLC 2008.
dan Penelitian dan pengembangan Perta- Triastono, J. 2006. Pengaruh Penerapan Tekno-
nian. Bogor. logi Konservasi Crop-Livestock System
Pande , V.C., R.S. Kurothe, H.B. Singh, and S.P. (CLS) terhadap Usahatani di DAS Serang
Tiwari. 2011. Incentives for Soil and Water Hulu, Kabupaten Boyolali. Disertasi, Se-
on Farm in Ravines of Gujarat: Policy Im- kolah Pascasarjana Universitas Gadjah
plication for Future Adoption. Agricul- Mada. Yogyakarta (unpublished).
tural Ecomomics Research Review. Vol.24
January-June 2011. Pp 109-118

234 Jurnal Ekonomi Pembangunan Volume 13, Nomor 2, Desember 2012: 212-234

Anda mungkin juga menyukai