Anda di halaman 1dari 4

BUDIDAYA KENTANG GRANOLA PADA STUDI KASUS KABUPATEN

HUMBANG HASUNDUTAN DEMI TERWUJUDNYA ‘FOOD ESTATE’

Oleh: Feronika N Sianturi

Eksistensi sektor pertanian di masa kini dirasa semakin melejit. Hal ini sesuai
dengan data BPS Indonesia (2019) menyatakan bahwa sektor pertanian memberikan
kontribusi terhadap PDRB sebesar 12.22% dari total 10 sektor lapangan usaha,
dimana yang membuktikan bahwa sektor pertanian sebagai motor penggerak
perekonomian bangsa Indonesia.
Kabupaten Humbang Hasundutan merupakan salah satu kabupaten di Provinsi
Sumatera Utara dengan topografi wilayahnya 48% berada pada ketinggian
1.000−1.500 mdpl. Keadaan alam tersebut memiliki potensi yang besar dalam
pengembangan usaha sektor pertanian khususnya di bagian hortikultura, maka perlu
diadakan pengelolan yang baik demi terwujudnya pertanian yang unggul.
Dengan elevasi di atas 100 mdpl, terdapat anekaragam komoditas hortikultura
bernilai ekonomi tinggi yang dapat dikembangkan seperti bawang putih, kentang,
bawang merah, kol, jeruk keprok, serta sayuran lainnya. Berdasarkan data BPS
Indonesia 2018, produksi kentang nasional tahun 2018 sebesar 1,28 juta ton
meningkat 10,3% dari tahun sebelumnya 1,16 juta ton. Sementara kebutuhan nasional
diproyeksikan sekitar 1 juta ton setahun, maka terjadi ekspor kentang tahun 2018
antaralain ke Singapura, Malaysia, Hongkong, Taiwan dan Timor Leste. Sehingga
melihat besarnya potensi Kabupaten Humbang Hasundutan, Kementerian Pertanian
mencanangkan pengembangan kawasan lumbung pangan (Food Estate) berbasis
komoditas Kentang varietas Granola di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Kentang varietas Granola merupakan salah satu kentang unggulan yang
dibudidayakan di Indonesia, khususnya di Sumatera Utara. Varietas ini mampu
menghasilkan produksi yang besar. Setiap 1 Ha lahan setidaknya dapat menghasilkan
umbi seberat 26,5 ton. Umbi kentang Granola berbentuk oval, dengan warna kulit
kuning sampai putih dan bermata dangkal. Sedangkan warna daging kentang ini
berwarna kuning.
Tanaman Kentang varietas Granola memiliki umur tanam 100-115 hari, dengan
tinggi tanaman 65 cm. Dimana luas areal tanam varietas ini mencapai 80-90% dari
total keseluruhan jenis kentang sayur yang dibudidayakan di Indonesia. Selain umur
tanamnya yang tergolong pendek serta produktifitasnya yang tinggi, kentang varietas
Granola juga tahan serangan penyakit PVA (Potato Virus A) dan PVY (Potato Virus Y).
Jika diasumsikan untuk lahan seluas 0,5Ha, petani mampu meraup keuntungan
kotor sebesar Rp 100 juta. Namun catatannya adalah sektor pertanian di bagian
tanaman kentang membutuhkan fokus usaha dengan memperhatikan tingkat
pengelolahan yang baik, sehingga ketika petani menerapkan pertanian yang teratur
dan terarah, niscaya pendapatan kotor yang diasumsikan dapat tercapai.
Adapun biaya produksi kentang rata-rata per Ha mencapai 80 hingga 90 juta per
Ha untuk sekali musim tanam 120 hari. Dengan hasil panen 20 hingga 25 ton per
hektar dan harga jual normal Rp 8.000 sampai Rp 10.000 per kg di tingkat petani. Para
petani di wilayah Humbang Hasundutan sepakat untuk harga kentang yang diambil
oleh stakeholder di harga Rp 7.500/kg dan terdapat 15 Ha yang berada dalam
naungan kerjasama dengan perusahaan setempat.
Peran Pemerintah Dalam Mengupayakan Food Estate
Konsep pengembangan pangan (Kentang Granola) dilakukan secara kompleks
dan beruntun, mulai dari kegiatan hulu hingga hilir di dalam satu kawasan. Rencana
pengembangan food estate merupakan kolaborasi antara petani dengan lintas
stakeholders termasuk pihak swasta yang akan bermitra dengan petani di wilayah
tersebut. Peraanan dari kegiatan perbenihan dalam menyiapkan benih bermutu dan
berkualitas juga turut dikembangkan demi menunjang pengembangan food estate.
Namun dibalik itu di awal usaha terdapat kendala yang dihadapi para petani,
yakni dari segi permodalan. Jika serius pihak bank siap memfasilitasi dan melakukan
pembiayaan terhadap usaha tani masyarakat. Disamping itu, pemerintah setempat
juga turut membantu petani dalam menerapkan sistem pola kerja bapak angkat,
dengan cara menghubungi perantau Humbang Hasundutan yang sukses.
Pemerintah Kabupaten Humbang Hasundutan (Pemkab Humbahas), melalui
kelompok tani resmi menjadi mitra PT Indofood Sukses Pangan Makmur Tbk (ISPM)
untuk mensuplai kebutuhan industrinya dari petani kentang. Pihak Indofood sudah
menetapkan Kecamatan Pollung, Lintongnihuta, Paranginan dan Sijamapolang
sebagai lokasi penanaman budidaya kentang dengan merangkul masyarakat yang
tergabung dalam kelompok tani.
Jalinan kerjasama yang dilakukan dengan pihak Indofood, membuat para petani
merasa terbantu. Pihak Indofood menyiapkan berbagai kebutuhan petani mulai dari
bibit, obat-obatan dan penyuluh profesional khusus di pertanian kentang. Hal ini
dilakukan demi mewujudkan dan mengembangkan daerah setempat menjadi lebih
maju.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan
memberi tanggapan, “Dan, nanti model-model ini bisa di-copy di tempat lain. Dengan
100 ribu hektar, 50 ribu hektar karena mekanis itu cost-nya lebih turun. Sehingga,
lumbung pangan bisa diimplementasikan dalam bentuk-bentuk seperti ini”. Hal ini
berarti terdapat harapan besar tehadap Kabupaten Humbang Hasundutan agar
menjadi „role model‟ bagi wilayah lainnya dalam pengimplementasian budidaya
Kentang Granola untuk terwujudnya swasembada pangan kentang nasional.
Menurut Luhut, tiga komoditas yaitu bawang merah, bawang putih dan kentang
cocok dibudidayakan di dataran tinggi seperti Humbang Hasundutan.
“Saya pikir (menanam) kentang, bawang merah, bawang putih, itu kelihatannya
akan subur di sana karena ketinggian 1400 meter bisa luasnya bisa berapa ribu
hektar,” kata Luhut.
Lebih lanjut Luhut menjelaskan, sekitar 30 ribu hektare lahan sudah siap
dimanfaatkan untuk budidaya tiga komoditas tersebut. Selain itu, pihaknya juga akan
melibatkan Balitbang pertanian dalam pemanfaatan lahan di Humbang Hasundutan.
Ke depan, arahnya untuk berkontribusi mencapai swasembada bawang putih.
Sementara itu kentang dikembangkan untuk skala industri yang selama ini sebagian
besar bahan bakunya masih diimpor. Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo
mengatakan bahwa ketiga komoditas tersebut mengandung nilai ekonomis tinggi dan
prospektif untuk dikembangkan.
“Bawang putih itu harganya mahal, kentang itu harganya mahal, bawang merah
itu harganya juga mahal. Dengan lahan yang kualitasnya bagus, kualitas hasil
produksinya juga bagus. Oleh karena itu intervensi yang dilakukan di sana adalah
dengan hi-tech,” ujar Syahrul saat berkunjung ke Ditjen Hortikultura, beberapa waktu
lalu.
Direktur Perbenihan Hortikultura, Sukarman mengatakan bahwa pengembangan
kawasan Lumbung Pangan (Food Estate) di Kabupaten Humbang Hasundutan
(Humbahas), membuka peluang tumbuhnya industri perbenihan hortikultura.
Sementara itu, Mentan Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan pembangunan
lumbung pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan termasuk dalam super prioritas
program pertanian (SP3). SP3 ditujukan pada lahan khusus berkualitas tinggi.
"Ini menjadi super prioritas program. Jadi SP3, super prioritas program pertanian.
Dan itu ditujukan pada lahan-lahan khusus yang berkualitas tinggi untuk komoditas
yang juga berkualitas tinggi," tutup Syahrul.

Terimakasih semoga bermanfaat.

AWC2020, Kementerian Pertanian.

Pegawai BKP KELAS II MEDAN

Anda mungkin juga menyukai