Anda di halaman 1dari 12

SIFAT KIMIA TANAH DAN PERTUMBUHAN TANAMAN KARET

(Havea brasiliensis Muell. Arg) PADA TANAH GAMBUT YANG


DITUMBUHI DAN TIDAK DITUMBUHI Mucuna bracteata

THE SOIL CHEMICAL PROPERTIES AND THE GROWHT OF RUBBER


TREES (Havea brasiliesis Muell. Arg) IN PEAT SOIL THAT OVERGROWN
Mucuna bracteata AND NOT OVERGROWN Mucuna bracteata

Ajunfadil Aristio 1, Wardati 2, Wawan 2


Program Studi Agroteknologi, Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Riau, kode 18193, Pekanbaru
aristioaf@gmail.com

ABSTRACT

One effort to improve the chemical properties of peat soils and the growth
of rubber trees is by planting a legume cover crop Mucuna bracteata. The
research aims to determine the chemical properties of the soil and the growth of
rubber trees in peat soils without overgrown Mucuna bracteata with peat soils ex
overgrown Mucuna bracteata and peat soil that overgrown Mucuna bracteata.
The research was conducted in January – March 2016 in peat land at social
plantation areal of PT. RAPP Teluk Meranti. The research was conducted by
survey method where the determination of location specified by Stratified
Random Sampling method and the determination of sample point specified by
Simple Random Sampling method. The results showed that peat soil which is
overground Mucuna bracteata has a pH value, C-organic, N-total, P-total, KTK,
KB and the growth of rubber trees better than peat soils ex overgrown Mucuna
bracteata and peat soils withouth overgrown Mucuna bracteata.
Keywords : Peat soil, chemical properties, Mucuna bracteata, rubber.

PENDAHULUAN
Lahan gambut di Indonesia ini, lahan gambut digunakan untuk
merupakan salah satu sumber daya pengembangan HTI, perkebunan
alam yang memiliki potensi untuk (seperti sawit, karet dan kelapa),
dilakukan pengembangan di sektor pertanian tanaman pangan dan
perkebunan. Indonesia memiliki luas hortikultura (seperti padi, sayuran,
sekitar 15 juta hektar lahan gambut. dan buah-buahan). Lahan gambut
Dari luasan tersebut, sekitar 3,867 juga digunakan sebagai sumber mata
juta hektar lahan gambut terdapat di pencaharian masyarakat di sekitar
Provinsi Riau, atau sekitar 60% dari hutan rawa gambut yang berupa hasil
total luas gambut yang terdapat di hutan non kayu seperti getah, buah-
Sumatera tersebar di Riau (BB buahan dll.
Litbang SDLP, 2011). Lahan gambut yang digunakan
Lahan gambut juga memiliki untuk hutan tanaman industri saat ini
fungsi ekonomis yang besar. Dewasa menjadi salah satu isu yang sensitif

1. Mahasiswa Fakultas Pertanian, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Pertanian, Universitas Riau

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 1


dalam konteks perubahan sistem dikembangkan dan diharapkan
pengelolaan hutan dari hutan alam ke menjadi usaha agribisnis yang
HTI. Hutan tanaman industri adalah berbasis lateks dan kayu yang
hutan tanaman yang dikelola dan memiliki daya saing tinggi,
diusahakan berdasarkan prinsip mensejahterakan, berwawasan
pemanfaatan yang optimal, dengan lingkungan dan berkelanjutan
memperhatikan kelestarian (Deptan, 2007).
lingkungan dan sumber daya alam. Tanah gambut memiliki
Perubahan kapasitas simpanan banyak kendala jika dimanfaatkan
karbon yang tergantung pada lahan untuk perkebunan karet. Salah
gambut tersebut merupakan hal yang satunya adalah tanah gambut
sangat diperhatikan. memiliki sifat kimia yang kurang
Penataan ruang areal-areal mendukung pertumbuhan dan
bergambut pada hutan tanaman produktivitas tanaman. Tanah
industri perlu dilakukan agar dapat gambut memiliki pH tanah rendah
dipertahankan sesuai dengan bahkan sangat rendah, kadar unsur
Permenhut No. P.03/Menhut-II/2008 hara N, P, K, Ca dan Mg yang
dimana setiap unit manajemen rendah, juga kejenuhan basa yang
diwajibkan untuk melakukan rendah. Masalah lain pada tanah
deliniasi mikro dan makro yang gambut jika terbuka akan
bertujuan untuk mengidentifikasi menyebabkan evaporasi menjadi
areal yang harus dipertahankan tinggi. Hal tersebut mengakibatkan
sebagai kawasan lindung, dan areal tanah gambut pada lapisan atas
yang dapat dikembangkan sebagai menjadi kering dan akan
tanaman pokok serta areal mempengaruhi pertumbuhan sistem
pengembangan tanaman kehidupan perakaran pada tanaman karet.
untuk peningkatan kesejahteraan Pengelolaan gambut secara
masyarakat sekitar hutan. berkelanjutan perlu dilakukan agar
Berdasarkan Permenhut No. tetap dapat diusahakan sebagai lahan
70/Kpts-II/1995, No. 246/Kpts- pertanian. Solusi yang diharapkan
II/1996 tentang tata ruang HTI, perlu dapat mengatasi masalah sifat kimia
dilakukan alokasi lahan untuk pada tanah gambut tersebut yaitu
tanaman kehidupan yang dengan penanaman Mucuna
menghasilkan hasil hutan bukan bracteata (MB) yang berfungsi
kayu yang bermanfaat bagi sebagai tanaman Legume Cover
masyarakat. Adapun salah satu Crop (LCC).
tanaman kehidupan yang dapat Mucuna bracteata yang
diusahakan yaitu tanaman karet memiliki bintil akar dapat menambat
dimana tanaman ini merupakan nitrogen dari udara sehingga akan
tanaman yang berfungsi sebagai menambah unsur N di dalam tanah,
hutan dan sekaligus dapat mengurangi erosi di permukaan
bermanfaat bagi masyarakat. tanah, meminimalisir run off,
Pemanfaatan lahan gambut memperkaya bahan organik tanah,
untuk produksi karet di Provinsi Riau memperbaiki struktur tanah dan
terus mengalami perkembangan. mengendalikan gulma (Dutta, 1970).
Tanaman karet diperkirakan Mucuna bracteata juga diharapkan
memiliki prospek yang cerah untuk memiliki efektivitas dalam
JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 2
mengurangi emisi GRK dari suhu Bahan yang digunakan dalam
tanah gambut yang terjaga, dimana penelitian ini adalah lahan gambut
makin rendah suhu tanah maka emisi yang ditumbuhi LCC Mucuna
GRK semakin rendah. Menanam bracteata, bekas ditumbuhi Mucuna
Mucuna bracteata, selain bracteata, tidak ditumbuhi Mucuna
mengurangi emisi juga bracteata dan tanaman karet
meningkatakan sekuestrasi karbon berumur ± 5 tahun yang sudah ada di
dan menjaga kelembaban tanah. Areal Tanaman Kehidupan PT.
Efektivitas Mucuna bracteata RAPP.
terhadap perbaikan sifat kimia tanah Alat yang digunakan dalam
gambut dan pengaruhnya terhadap penelitian ini adalah bor gambut,
pertumbuhan tanaman karet menjadi plastik transparan, kertas label,
persoalan karena belum diketahui meteran, tali rapia, kertas label,
seberapa besar pengaruhnya dan spidol, pisau cutter, gunting,
perbedaannya pada tanah gambut cangkul, parang, alat tulis, kamera,
tanpa penanaman Mucuna bracteata. pH meter, timbangan analitik, oven,
Peningkatan unsur hara dan bahan dan peralatan lainnya yang
organik pada tanah gambut juga dibutuhkan untuk analisis tanah di
belum diketahui secara pasti pada laboratorium.
tanah gambut yang ditumbuhi Penelitian ini dilakukan
Mucuna bracteata. dengan metode survei yang
Penelitian ini bertujuan untuk penentuan lokasinya ditentukan
membandingkan sifat kimia tanah dengan metode Stratified Random
dan pertumbuhan tanaman karet Sampling, yaitu sampel diambil di
antara tanah gambut yang tidak ada lahan tanaman karet yang tidak
penanaman Mucuna bracteata ditumbuhi Mucuna bracteata, lahan
dengan tanah gambut bekas bekas ditumbuhi Mucuna bracteata
penanaman Mucuna bracteata dan dan lahan yang masih ditumbuhi
dengan tanah gambut yang masih ada Mucuna bracteata.
penanaman Mucuna bracteata. Penentuan titik sampel
dilakukan dengan metode Simple
BAHAN DAN METODE Random Sampling, dimana diambil 5
titik sampel untuk masing-masing
Penelitian ini dilaksanakan di areal tanaman karet. Total titik
lahan gambut yang ditanami tanaman sampel yang didapat adalah 15 titik.
Pengamatan juga dilakukan pada
karet dengan jarak tanam 5m x 4m
tanaman karet yaitu dengan
pada Areal Tanaman Kehidupan PT. mengambil data ukuran lingkar
RAPP Kecamatan Teluk Meranti, batang. Tanaman karet yang
Kabupaten Pelalawan. Lokasi ini dijadikan sampel yaitu sebanyak 4
terletak antara ketinggian 2,5-3,0 m tanaman yang berada disekitar titik
dpl, dengan keadaan topografi datar sampel sehingga total unit sampling
(0-3 %). Penelitian ini telah tanaman adalah 60 unit.
Data yang diperoleh dari hasil
dilaksanakan selama ± 3 bulan, yaitu
penelitian dianalisis secara statistik
dari bulan Januari 2016 sampai deskriptif dan ditampilkan dalam
Maret 2016. bentuk tabel.
JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 3
HASIL DAN PEMBAHASAN Mucuna bracteata (tanpa mucuna),
bekas ditumbuhi Mucuna bracteata
Sifat Kimia Tanah Gambut (mucuna mati), dan masih
Hasil analisis sifat kimia pH, ditumbuhi Mucuna bracteata
C-Organik, N, P dan C/N tanah (mucuna hidup) ditampilkan pada
gambut yang tidak ditumbuhi Tabel 1.

Tabel 1. Rerata pH, C-Organik, N, P dan C/N pada tanah gambut tanpa Mucuna
bracteata, Mucuna bracteata mati dan Mucuna bracteata hidup.

N-Total P-Total
Perlakuan pH C-Organik (%) C/N
(%) (ppm)
Tanpa mucuna 3,75SM 31,32T 0,86ST 29,46 36,42ST
Mucuna mati 3,94SM 32,20T 0,95ST 32,43 33,89ST
Mucuna hidup 4,18SM 37,01T 1,03ST 39,03 35,93ST
Keterangan: SM = Sangat masam, T = Tinggi, ST = Sangat tinggi

Hasil analisis sifat kimia tanaman Mucuna bracteata dimana


tanah pada Tabel 1 menunjukkan hasil dekomposisi tersebut berupa
bahwa tanah gambut dengan Mucuna asam-asam organik. Bahan organik
bracteata hidup memiliki nilai pH, dari Mucuna bracteata mampu
C-organik, N-total, dan P-total lebih meningkatkan pH tanah karena
tinggi dibandingkan dengan tanah bahan organik yang terdekomposisi
gambut dengan Mucuna bracteata dan termineralisasi melepaskan
mati dan tanah gambut tanpa unsur-unsur hara termasuk basa-
Mucuna bracteata, sementara nilai basa. Aktifitas basa-basa tersebut
C/N pada tanah gambut tanpa mampu meningkatkan nilai pH tanah
Mucuna bracteata lebih tinggi akibat berkurangnya pengaruh asam-
dibandingkan dengan tanah gambut asam organik. Menurut Syarief
di Mucuna bracteata hidup dan (1985) bahwa reaksi tanah yang
Mucuna bracteata mati. bersifat masam yang disebabkan oleh
Peningkatan pH tanah ion H+ pada larutan tanah dapat
gambut terjadi pada lahan yang dikurangi dengan menggunakan
terdapat mucuna hidup dikarenakan senyawa yang bersifat basa.
Mucuna bracteata yang masih hidup Persentase kandungan C-
di areal tegakan tanaman karet pada organik (Tabel 1) pada tanah gambut
tanah gambut mampu meningkatkan memiliki nilai yang sangat tinggi.
tingkat bahan organik tanah melalui Peningkatan C-organik pada Mucuna
input tutupan biomassa tanaman dari bracteata hidup dan Mucuna
waktu ke waktu. Pertumbuhan bracteata mati disebabkan oleh
biomassa tanaman akan menurunkan bahan organik yang disumbangkan
suhu tanah dan meningkatkan Mucuna bracteata yang mengalami
populasi mikroorganisme tanah. dekomposisi menghasilkan asam-
Mikroorganisme tanah berkaitan asam organik sehingga terjadi
dengan proses dekomposisi bahan penambahan bahan organik ke dalam
organik yang disumbangkan dari tanah. Menurut Syukur dan Indah

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 4


(2006), semakin banyak aplikasi Mucuna bracteata sebanyak kurang
pupuk organik yang ditambahkan ke lebih 66% berasal dari gas N2 hasil
dalam tanah, maka semakin besar simbiosis dengan bakteri rhizobium.
peningkatan kandungan C-organik Bakteri rhizobium membantu proses
dalam tanah. pembentukan bintil akar untuk
Menurut Stevenson (1994), menambat N2 dari udara. Menurut
asam humat dan asam fulvat Dutta (1970), bintil akar menandakan
merupakan bagian yang memiliki adanya simbiosis mutualisme antara
peran besar dalam reaksi kimia dari tanaman kacangan dengan bakteri
bahan organik. Semakin tinggi bahan Rhizobium sehingga dapat
organik yang ditambahkan maka memfiksasi nitrogen bebas menjadi
semakin banyak kandungan asam- nitrogen yang tersedia bagi tanaman.
asam organik yang akan Sebagian besar nitrogen pada
meningkatkan kadar C-organik. tanah gambut adalah dalam bentuk
Menurut Hillel (1996), sebaran akar organik. Penambahan bahan organik
dan akar-akar yang mati terus dari tanaman Mucuna bracteata
berlangsung, terutama rambut- menjadi sumber utama N tanah
rambut akar juga dapat merangsang setelah mengalami dekomposisi.
aktivitas mikroorganisme yang dapat Setiap perubahan dari Mucuna
menyumbangkan bahan organik ke bracteata akan merubah kadar N-
dalam tanah. Islami dan Utomo organik yang juga berarti kadar N-
(1995) dalam Junedi (2010), total tanah. Mucuna bracteata akan
menyatakan bahwa perakaran menghasilkan protein dan asam-asam
tanaman yang mati merupakan amino yang diperoleh dari proses
makanan bagi mikroorganisme tanah dekomposisi. Protein dan asam-asam
yang selanjutnya hasil amino yang diperoleh terurai
dekomposisinya akan menambah menjadi ammonium (NH4+) dan
bahan organik tanah. nitrat (NO3-) yang merupakan
Kandungan N-total (Tabel 1) penyumbang terbesar N dalam tanah.
pada tanah gambut dengan Mucuna Menurut Hasanudin (2003),
bracteata hidup juga menunjukkan peningkatan N-total tanah diperoleh
peningkatan. Peningkatan N-total langsung dari hasil dekomposisi
pada tanah gambut yang terdapat bahan organik yang akan
Mucuna bracteata hidup disebabkan menghasilkan ammonium (NH4+)
oleh bahan organik dari tanaman dan nitrat (NO3-).
penutup tanah Mucuna bracteata Peningkatan nilai P-total pada
dimana penambahan N berasal dari tanah gambut yang terdapat Mucuna
dekomposisi Mucuna bracteata. bracteata hidup dipengaruhi oleh
Hakim et al. (1986), menyatakan bahan organik dari tanaman Mucuna
bahwa dekomposisi bahan organik bracteata, dan mineral-mineral di
akan menghasilkan senyawa yang dalam tanah. Peningkatan P-total
mengandung N. juga disebabkan oleh asam-asam
Adanya bintil akar pada organik yakni asam humat dan asam
tanaman M. bracteata juga fulvat. Berdasarkan penelitian
mempengaruhi peningkatan nilai N Munardi (2006) menunjukkan bahwa
pada tanah gambut. Menurut Karyudi asam fulvat mempunyai peran yang
dan Siagian (2005), hara nitrogen lebih besar daripada asam humat
yang diperoleh dari tumbuhan

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 5


dalam pelepasan unsur fosfat (P) Mucuna bracteata yang lebih mudah
dalam tanah. terdekomposisi oleh mikroorganisme
Sebagian kadar P di dalam tanah.
tanah gambut berada dalam bentuk Berdasarkan hasil analisis
organik, dan harus dimineralisasi nisbah C/N pada tanah gambut tanpa
sebelum menjadi tersedia bagi Mucuna bracteata didapatkan nilai
tanaman. Istomo (2006), menyatakan yg lebih tinggi yaitu 36,42
bahwa P dalam tanah dominan dibandingkan tanah gambut dengan
berasal dari pelapukan batuan, Mucuna bracteata hidup yang
sedangkan P dalam tanah gambut nilainya 35,93 dan tanpa M.
berasal dari P organik. bracteata 33,89. Hal tersebut
Menurut Maas et al. (1993) menjelaskan bahwa, pada tanah
dalam Suryanto (1994), tanah gambut tanpa Mucuna bracteata
gambut memiliki kemampuan memiliki kandungan N yang lebih
menyerap pupuk P nisbi rendah rendah yang mengakibatkan nisbah
karena tanah gambut banyak C/N menjadi lebih tinggi
mengandung gugus fungsional dibandingkan tanah gambut yang
dengan berat molekul rendah seperti ditumbuhi Mucuna bracteata.
asam sitrat, oksalat dan malat Menurut Noor (2001), nisbah C/N
maupun gugus fungsional dengan yang tinggi (C/N > 20)
berat molekul tinggi berupa asam mengindikasikan tingkat
humat dan fulvat. Gugus tersebut dekomposisi yang belum lanjut,
memiliki muatan negatif, sehingga semakin tinggi nilai nisbah C/N
diperlukan jembatan kation agar maka semakin rendah tingkat
unsur P dapat tersedia. dekomposisi yang terjadi.
Secara umum, tanah gambut Hasil analisis sifat kimia
yang ditumbuhi Mucuna bracteata basa-basa dapat ditukar, KTK dan
memiliki tingkat dekomposisi yang KB tanah gambut yang tidak ada
lebih lanjut daripada tanah gambut penanaman Mucuna bracteata, bekas
yang tidak ditumbuhi Mucuna penanaman Mucuna bracteata mati
bracteata. Hal tersebut berkaitan dan masih ada penanaman Mucuna
dengan bahan organik dari tanaman bracteata disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata basa-basa dapat ditukar, KTK dan KB pada tanah gambut tanpa
Mucuna bracteata, Mucuna bracteata mati dan Mucuna bracteata hidup.

Basa-basa dapat ditukar


K Ca Mg Na KTK
Perlakuan KB (%)
(me/100g)
(me/100g)
Tanpa mucuna 0,16SR 0,40SR 0,50R 0,01SR 70,79ST 1,51R
Mucuna mati 0,65SR 1,11SR 0,65R 0,02SR 87,69ST 2,77R
Mucuna hidup 0,19SR 1,69SR 0,90R 0,01SR 88,88ST 3,15R
Keterangan: SR = Sangat rendah, R = Rendah, ST = Sangat tinggi

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 6


Hasil analisis sifat kimia tanah ketebalan gambut. Lahan gambut
pada Tabel 2 menunjukkan bahwa yang masuk dalam kategori dalam
tanah gambut dengan Mucuna pada lokasi penelitian menyebabkan
bracteata hidup memiliki nilai basa-basa yang dikandungnya
kapasitas tukar kation (KTK) lebih menjadi rendah dan reaksi tanah
tinggi dibandingkan tanah gambut menjadi masam. Driessen (1977),
dengan Mucuna bracteata mati dan menyatakan bahwa semakin tebal
tanah gambut tanpa Mucuna gambut, maka kandungan abu
bracteata. Persentase KB pada tanah semakin rendah, kandungan Ca dan
gambut dengan Mucuna bracteata Mg akan menurun dan reaksi tanah
hidup juga memiliki nilai lebih tinggi menjadi lebih masam. Kandungan
dibandingkan tanah gambut dengan basa-basa yang rendah disertai
Mucuna bracteata mati dan tanah dengan nilai KTK yang tinggi
gambut tanpa Mucuna bracteata, menyebabkan ketesediaan basa-basa
sedangkan nilai basa-basa dapat menjadi rendah.
ditukar beragam. Nilai tukar kation pada tanah
Konsentrasi kation basa Ca dan gambut umumnya sangat tinggi,
Mg pada tanah gambut dengan termasuk nilai KTK pada tanah
Mucuna bracteata hidup memiliki gambut yang telah diteliti. Hal
nilai yang lebih tinggi dibandingkan tersebut ditunjukkan pada tanah
dengan Mucuna bracteata mati dan gambut dengan Mucuna bracteata
tanpa Mucuna bracteata. Hal hidup yang memiliki nilai KTK
tersebut disebabkan oleh bahan 88,88 me/100g, Mucuna bracteata
organik Mucuna bracteata. Menurut mati 87,69 me/100g dan tanpa
Sevindrajuta (1996), bahan organik Mucuna bracteata memiliki KTK
dari Mucuna bracteata akan 70,79 me/100g (Tabel 2). Menurut
mengalami proses dekomposisi yang Sulaeman et al. (2005), kisaran nilai
disebabkan aktifitas jasad hidup kapasitas tukar kation >40 cmol/kg
tanah (makrofauna tanah). Hasil masuk dalam kategori sangat tinggi.
pelapukan dari reaksi enzimatik Peningkatan KTK tanah
membebaskan senyawa-senyawa disebabkan oleh bahan organik
sederhana Ca, Mg dan unsur-unsur Mucuna bracteata yang mengalami
hara lainnya. dekomposisi menghasilkan senyawa-
Secara keseluruhan, nilai kation senyawa organik sehingga dapat
basa-basa dapat ditukar yang terlihat meningkatkan KTK tanah.
pada Tabel 2 tergolong rendah. Hal Peningkatan senyawa organik
tersebut terjadi karena tanah gambut ditunjukkan oleh peningkatan C-
itu sendiri memiliki karakteristik organik (Tabel 1). Menurut Hakim et
unsur hara makro terutama kation al. (1986), KTK tanah gambut sangat
basa yang rendah. Supangat dan dipengaruhi oleh kandungan bahan
Aprianis (2009), menyatakan bahwa organik tanah. Bahan organik
secara keseluruhan kondisi memiliki gugus fungsional yang
kesuburan tanah gambut memiliki dapat menyumbangkan muatan
kandungan unsur hara Ca, Mg, dan negatif dari bahan pada tanah.
Na yang tergolong rendah. Muatan negatif dari bahan organik
Kandungan basa-basa dapat tersebut mampu mempertukarkan
ditukar yang rendah pada tanah kation dalam tanah sehingga mampu
gambut berhubungan dengan meningkatkan kapasitas tukar kation

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 7


tanah. Hardjowigeno (2010), Kandungan basa-basa yang rendah
menjelaskan bahwa tanah-tanah disertai nilai KTK yang tinggi
dengan kandungan bahan organik menyebabkan ketersediaan basa-basa
tinggi mempunyai KTK lebih tinggi menjadi rendah. Rendahnya
daripada tanah-tanah dengan kandungan basa-basa pada tanah
kandungan bahan organik rendah. gambut berhubungan erat dengan
Meningkatnya nilai KTK pada proses pembentukannya yang lebih
tanah gambut dengan Mucuna banyak dipengaruhi oleh air hujan.
bracteata hidup juga diikuti oleh Meskipun persentase kejenuhan
meningkatnya KB dimana persentase basa dalam tanah gambut yang
tertinggi terdapat pada tanah gambut ditumbuhi Mucuna bracteata
dengan Mucuna bracteata hidup mengalami peningkatan, nilai
yang memiliki nilai 3,15%. tersebut masih tergolong rendah.
Peningkatan KB dalam tanah Secara umum kejenuhan basa yang
disebabkan oleh penambahan bahan baik agar tanaman dapat menyerap
organik dari Mucuna bracteata yang basa-basa dengan mudah adalah
mengalami dekomposisi sekitar 30% (Soepardi dan
menghasilkan senyawa-senyawa Surowinoto, 1982 dalam Noor,
organik. Semakin tinggi bahan 2001). Menurut Hartati et al. (2011),
organik maka semakin meningkatkan gambut di daerah pedalaman
KTK tanah. Kalimantan Tengah dan pantai timur
Nilai KB tanah merupakan Riau memiliki nilai KB <10%. Hal
persentase dari total KTK yang ini disebabkan lahan gambut
diduduki oleh kation-kation basa Indonesia terbentuk di atas tanah
yaitu K, Ca, Mg, dan Na terhadap miskin hara dan atau hanya
jumlah total kation yang diikat dan mendapatkan hara dari air hujan
dapat dipertukarkan oleh koloid. (ombrogen).

Lingkar Batang Tanaman Karet

Hasil pengamatan lingkar batang Mucuna bracteata mati dan


tanaman karet di lahan gambut yang ditumbuhi Mucuna bracteata
tidak ditumbuhi Mucuna bracteata, disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Rerata lingkar batang tanaman karet di lahan gambut yang tidak
ditumbuhi Mucuna bracteata, Mucuna bracteata mati dan ditumbuhi
Mucuna bractetata.
Perlakuan Lingkar Batang (cm)
Tanpa mucuna 45,83
Mucuna mati 51,33
Mucuna hidup 54,66

Hasil pengamatan pada Tabel meningkatkan pertumbuhan tanaman


3 menunjukkan bahwa tanaman karet karet. Hal tersebut dapat dilihat dari
yang ditumbuhi mucuna dapat nilai rata-rata lingkar batang tanaman

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 8


karet yang ditumbuhi mucuna lebih mucuna sehingga bahan organik dari
besar yaitu 54,66 cm jika Mucuna bracteata terdekomposisi
dibandingkan dengan tanaman karet dengan baik dan unsur hara menjadi
tanpa mucuna yang hanya memiliki tersedia bagi tanaman karet. Nugroho
nilai rata-rata 45,83 cm. Nusyirwan et al. (2006), menyatakan bahwa
(2011), menjelaskan pertumbuhan peran penting Mucuna bracteata
tanaman karet dengan penutup tanah dalam peningkatan dinamika
Mucuna bracreata menunjukkan populasi mikroorganisme pada areal
pertumbuhan yang lebih baik pertanaman karet belum
dibandingkan dengan pertumbuhan menghasilkan maupun sudah
karet dengan penutup tanah alami menghasilkan. Hal ini
yang ditunjukkan oleh pertumbuhan mengindikasikan tingkat kesuburan
lingkar batang. biologi tanah yang baik.
Pertumbuhan lingkar batang Hooper et al. (2001),
pada tanaman karet yang terdapat menyatakan bahwa semakin
mucuna hidup memiliki lingkar melimpah fauna tanah berkorelasi
batang yang lebih besar. Hal tersebut positif dengan tingginya biomasa
dipengaruhi oleh jumlah tanaman. Nahmani dan Lavelle
mikroorganisme tanah khususnya (2002), menyatakan bahwa semakin
makrofauna tanah. Dari pengamatan melimpah fauna tanah juga
yang telah dilakukan, tanah gambut berkorelasi positif dengan kandungan
yang terdapat mucuna hidup tersebut nutrisi dalam tanah sehingga
memiliki jumlah makrofauna tanah tanaman karet dapat tumbuh dengan
yang lebih banyak dibandingkan baik karena ketersediaan unsur hara
tanaman karet yang tidak terdapat yang cukup.

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan hidup, Na dan K tertinggi terdapat
Berdasarkan hasil penelitian pada Mucuna bracteata mati.
yang telah diuraikan pada bagian 2. Tanah gambut yang masih
sebelumnya maka dapat disimpulkan ditumbuhi Mucuna bracteata
sebagai berikut: dapat meningkatkan
1. Tanah gambut yang masih pertumbuhan tanaman karet
ditumbuhi Mucuna bracteata dibandingkan dengan yang tidak
dapat meningkatkan nilai pH, C- ditumbuhi Mucuna bracteata dan
organik, N-total, P-total, KTK, Mucuna bracteata mati.
dan KB dibandingkan dengan
yang tidak ditumbuhi Mucuna 5.2. Saran
bracteata dan Mucuna bracteata Budidaya tanaman karet di
yang mati, sedangkan nilai basa- lahan gambut sebaiknya ditanami
basa dapat ditukar beragam, Mucuna bracteata untuk
dimana Ca dan Mg tertinggi meningkatkan sifat kimia pada tanah
terdapat pada Mucuna bracteata gambut dan meningkatkan
pertumbuhan tanaman karet.

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 9


DAFTAR PUSTAKA
Hillel, D. 1996. Introduction to Soil
BB Litbang SDLP (Balai Besar Physics. Department of Plant
Penelitian dan Pengembangan and Soil Sciences, University
Sumberdaya Lahan Pertanian). of Masschusetts, Armhest,
2011. Laporan tahunan 2011: Massachusetts.
Konsorsium penelitian dan
pengembangan perubahan
iklim pada sector pertanian. Hooper, D. U., D. E. Bignell, V. K.
Balai Besar Penelitian dan Brown, L. Brussaard, J. M.
Pengembangan Sumberdaya Dangerfield, D. H. Wall, G. W.
Lahan Pertanian: Bogor. Korthals, P. Smilauer, C. van
Dijk and W. H. van der Putten.
Deptan. 2007. Prospek dan arah 2001. Linking Above and
pengembangan agribisnis Below-ground Biodiversity:
karet Edisi kedua. Badan Abundance and Trophic
Penelitian dan Pengembangan Complexity in Soil as a
Pertanian. Response to Experimental
Plant Communities on
Driessen, P. M. 1977. Peat soils. In: Abandoned Arable Land.
Soils and Rice. IRRI, Functional Ecology 15:506-
Philippines. 514.

Dutta, A. C. 1970. Botany for Istomo. 2006. Evaluasi dan


Degree Student. Oxfort Penyesuaian Sistem
University Press. England. Silvikultur Hutan Rawa
Gambut, Khususnya Jenis
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Ramin di Indonesia.
Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Prosiding Workshop Nasional
Diha, G. B. Hong, H. H. Alternatif Kebijakan dalam
Bailey. 1986. Dasar-Dasar Pelestarian dan Pemanfaatan
Ilmu Tanah. Universitas Ramin. Bogor. Pusat Penelitian
Lampung, Lampung. dan Pengembangan Hutan dan
Konservasi Alam.
Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu
Tanah. Edisi ketiga. PT. Junedi, H. 2010. Perubahan Sifat
Mediyatama Sarana Perkasa. Fisika Ultisol Akibat
Jakarta. Konversi Hutan Menjadi
Lahan Pertanian. J.
Hasanudin. 2003. Peningkatan Hidrolitan 1:2:10-14.
Ketersediaan dan Serapan N
dan P Serta Hasil Tanaman Karyudi dan N. Siagian. 2005.
Jagung Melalui Inokulasi Peluang dan Kendala dalam
Mikoriza, Azotobakter dan Pengusahaan Tanaman
Bahan Organik Pada Ultisol. Penutup Tanah di
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. Perkebunan Karet. Balai
5(2): 83-89.
JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 10
Penelitian Karet Sungei Putih. HERE BATCH IV UNSRI,
Sumatera Utara. Indralaya.

Mindawati, N., A. Irawan, I. Mansur, Sevindrajuta. 1996. Peranan cacing


dan O. Rusdiana. 2010. tanah (Pontoscolex
Analisis Sifat-sifat Tanah di corethrurur) dan macam
Bawah Tegakan Eucalyptus bahan organik dalam
urograndis. Fakultas perbaikan beberapa sifat
Kehutanan IPB. Bogor. fisika Ultisol Rimbo Data dan
hasil kedelai. Tesis. Program
Munardi, 2006. Peran Asam Humat Pascasarjana Universitas
dan Fulvat dari Bahan Andalas. Padang.
organik dalam Pelepasan P
Terjerap Pada Andisol. Stevenson, F. J. 1994. Humus
Ringkasan Disertasi (tidak Chemistry: Genesis,
dipublikasikan). Program Composition and Reaction.
Pascasarjana Universitas Sec. Edition. John Willey &
Brawijaya. Malang. Sons Inc. New York.

Sulaeman, Suparto dan Eviati. 2005.


Nahmani, J., and P. Lavelle. 2002.
Petunjuk Teknis: Analisis
Effects of heavy Metal
Kimia Tanah, Tanaman, Air
Pollution on Soil Macrofauna
dan Pupuk. Balai Penelitian
in a Grassland. European
Tanah. Bogor.
Journal of Soil Biology.
France.
Supangat, A. B. dan Aprianis, Y.
2009. Status Kesuburan
Noor, M. 2001. Pertanian Lahan Tanah Gambut pada Lahan
Gambut: Potensi dan Hutan Tanaman Acacia
Kendala. Kanisius: crassicarpa. Studi Kasus di
Yogyakarta. HPHTI PT. Arara Abadi, Riau.
Prosiding Ekspose Hasil-Hasil
Nugroho, P., A. Istianto, Siagian, dan Penelitian BPHPS Kuok.
Karyudi. 2006. Potensi Badan Litbang Kehutanan:
Mucuna bracteata dalam Pekanbaru.
Pengembalian Hara pada
Areal Karet TBM. Proseding Suryanto. 1994. Improvement of
Lokakarya Nasional Budidaya the P Nutrient Status of
Tanaman Karet 2006. Medan. Tropical Ombrogenous Peat
Soils from Pontianak,
Nusyirwan. 2011. Pertumbuhan Indonesia. Phd Thesis.
dan Produksi Tanaman University Gent.
Karetserta Kandungan Hara
Tanah dan Gulma dengan Syarief, Saifudin. 1985. Ilmu Tanah
Penutup Tanah Mucuna Pertanian. Pustaka Bandung.
bracreata. Laporan Penelitian, Bandung.
Research Grand Kegiatan IM-

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 11


Syukur, A dan N. M. Indah. 2006. Hasil Tanaman Jahe Di
Kajian Pengaruh Pemberian Inceptisol Karanganyar.
Macam Pupuk Organik Jurnal Ilmu Tanah Dan
Terhadap Pertumbuhan Dan Lingkungan Vol. 6 (2).

JOM Faperta UR Vol. 4 No. 1 Februari 2017 12

Anda mungkin juga menyukai