Disusun oleh
Beatus Sitompul
Daftar Isi
Daftar Isi....................................................................................................................................... 2
Sekilas Musik Liturgi................................................................................................................... 3
1. Dokumen Gereja mengenai Musik Liturgi.............................................................................3
2. Martabat Musik Liturgi.......................................................................................................... 3
3. Musik Jenis Apa Yang Tergolong Musik Liturgi?.....................................................................4
Panduan Praktis Bagi Organis Dalam Liturgi................................................................................... 5
1. Alat Musik Liturgi.................................................................................................................. 5
2. Jenis Organ........................................................................................................................... 5
3. Spesifikasi Organ.................................................................................................................. 5
4. Perlengkapan Organ Dan Penggunaannya............................................................................6
5. Organis Memiliki Kepekaan Terhadap Citarasa Musik...........................................................7
6. Standar Kemampuan Organis............................................................................................... 7
7. Fungsi Organ Dan Organis.................................................................................................... 8
8. Keseimbangan Volume Suara Alat Musik dengan Nyanyian Umat......................................11
9. Membedakan Jenis Nyanyian.............................................................................................. 11
10. Penggunaan Organ Pada Masa Adven Dan Prapaska..........................................................11
11. Organis Bukan Pemimpin Nyanyian.................................................................................... 12
Nyanyian dalam Liturgi Ekaristi dan Ibadat Sabda........................................................................13
Urutan Nyanyian Liturgi Ekaristi.................................................................................................... 14
Ilmu Harmoni sebagai Pembentuk Pola Iringan Organ Gereja.......................................................15
12. Pengertian Ilmu Harmoni.................................................................................................... 15
13. Tangga Nada....................................................................................................................... 15
14. Tangga Nada Diatonis Mayor dan Minor.............................................................................. 15
15. Pembentukan Harmoni / Akor Dari Tangganada Diatonis Mayor.........................................16
A. Sejarah perkembangan musik dari satu suara (monofoni) menjadi polifoni.......................................................16
B. Akor................................................................................................................................................................... 17
C. Perbedaan Mayor dan Minor............................................................................................................................18
D. Akor Primer dan Sekunder................................................................................................................................18
E. Akor Tersier.......................................................................................................................................................19
F. Kedudukan Akor................................................................................................................................................20
16. Fungsi dan Peranan Akor.................................................................................................... 20
17. Menyusun Akor-akor dalam Alunan Melodi.........................................................................21
18. Teknik Penjarian Akor.......................................................................................................... 24
19. Memadukan Akor dengan Melodi........................................................................................ 29
20. Pedal Bass (Bas Kaki).......................................................................................................... 31
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 3
C – D – E – F – G – A – B – C’
do re mi fa sol la si do
1 2 3 4 5 6 7 i
1 1 ½ 1 1 1 ½
Bicara tangga nada, yang terlintas dalam pikiran adalah bahwa urutan nada-nada tersebut dimulai
dengan nada do. Hal itu disebabkan karena nada do merupakan nada yang biasa dipakai untuk membentuk
suatu tangga nada. Namun sebenarnya, tangga nada ada juga yang dimulai dengan la. Tangga nada yang
dimulai dengan nada la disebut dengan Tangga Nada Diatonis Minor.
C – D – E – F – G – A – B – C’
la si do re mi fa sol la
6 7 1 2 3 4 5 6
1 ½ 1 1 ½ 1 1
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 4
Jarak-jarak tersebut menjadi pola yang mutlak, dan disebut pola jarak mutlak. Dalam pola itu terdapat
dua jenis jarak, yaitu satu laras (1) dan setengah (½) laras. Hal ini menunjukkan bahwa di antara nada yang
berjarak satu laras masih ada nada. Nada antara yang berjarak satu laras tersebut dinamai nada kromatis.
Dengan kata lain, nada kromatis adalah nada di antara nada-nada pokok yang berjarak satu laras.
Dalam organ, nada-nada kromatis itu diberi warna hitam. Seperti halnya nada mutlak masing-masing
mempunyai nama, demikian juga nada kromatis masing-masing mempunyai nama. Masing-masing nada
kromatis memiliki dua nama, yaitu nama berdasarkan penaikannya (kres) dan nama berdasarkan
penurunannya (mol). Dengan demikian nada kromatis dapat dibagi atas dua kelompok, yaitu berkres dan
bermol. Nada berkres ialah nada kromatis yang penamaannya berawal dari nada pokok sumber penaikannya
½ laras, sementara nada bermol ialah nada kromatis yang penamaannya berawal dari nada pokok sumber
penurunannya ½ laras. Nama nada berkres selalu berawal dari nada pokok tambah akhiran –is, sementara
nama nada bermol selalu berawal dari nada pokok tambah akhiran –es (s). Nama nada kromatis itu
selengkapnya digambarkan sebagai berikut:
Dari gambaran di atas terlihat beberapa nada yang mempunyai dua nama, namun ketinggiannya
sama, yaitu cis = des, dis = es, fis = ges, gis = as, ais = bes. Nada-nada yang mempunyai dua nama tapi
ketinggiannya sama disebut nada enharmonis.
Dalam notasi angka, hal tersebut juga dapat kita perhatikan sebagai berikut:
di ri fi sel li (le)
/1 /2 /4 /5 /6
1 -----|---- 2 -----|---- 3 ---- 4 ----|----- 5 ----|----- 6 -----|---- 7 ---- i
\2 \3 \5 \6 \7
ra ma sèl le(lo) sa
Dalam papan nada organ, nada kromatis itu ditempatkan sebagai berikut:
cis dis fis gis cis dis fis gis
ais ais
des es ges as des es ges as
bes bes
C D E F G A cB d e f g a b
c1
A. Akor
Akor ialah tiga buah nada atau lebih yang dibunyikan serentak. Nada-nada yang dipergunakan tidak
sembarang pilih, melainkan melalui aturan atau syarat agar terwujud suatu kepaduan atau harmoni.
Akor secara mendasar terdiri dari tiga buah nada. Nada pertama disebut prime menjadi root atau basis nada.
Nada kedua ialah terts, yaitu nada ketiga dari root. Nada ketiga disebut kwint, yaitu nada kelima dari root.
Untuk lebih jelasnya, digambarkan dalam rentang interval nada berikut ini!
Do – re – mi – fa – sol – la – si – do
1 1 ½ 1 1 1 ½
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 5
Dengan menggabungkan tiga buah nada atau lebih berdasarkan aturan: Prim – terts – kuint, akor
dapat dibeda-bedakan berdasarkan tingkatannya dalam tangga nada sebagai berikut:
Ketujuh akor dalam tabel di atas merupakan akor dasar. Seluruh susunan akor yang lain merupakan
turunan dari akor-akor ini. Dalam tabel juga tampak ada tiga sifat akor, yaitu mayor, minor, dan diminished.
Namun yang paling mendasar adalah akor mayor dan minor. Karena itu bahasan utama adalah akor mayor
dan minor.
Tingkat I IV V VI II III
T 1 3 5 S 4 6 1 D 5 7 2 sm 6 1 3 st 2 4 6 m 3 5 7
T S D m
Kedudukan 3 5 1 3 6 1 4 7 2 5 1 3 6 4 6 1 5 7 3
3 3 3
Akor
T S D m
5 1 3 5 1 4 6 2 5 7 3 6 1 6 2 4 6 2 4
5 5 5
C F G Am Em Dm
Jika
C/G F/A G/B Am/C Em/F Dm/G
C = do
C/G F/C G/D Am/E Em/A Dm/B
Keterangan : C/G dibaca C on G, artinya Akor yang berbunyi adalah C tetapi nada paling
rendahnya (bas) adalah nada G
D. Akor Tersier
Yang termasuk akor tersier adalah akor- akor yang disebut janggal atau disonan, yaitu
a. Akor yang mengalami penambahan jumlah nada pembentuk menjadi 4 nada, disebut akor septime.
Nada keempat itu diambil dari nada ketujuh (septim kecil).
Maka interval nada pembentuk akor septime adalah 2 – 1 ½ – 1½ contohnya: I7 : 1 – 3 – 5 – 7\
Dalam akor mutlak (huruf) dituliskan seperti ini: C7, D7, Es7, Fdim, G7, As7 dsb.
b. Akor-akor yang mengalami perubahan jumlah interval pada nada-nada pembentuknya sehingga
berubah sifat menjadi:
1) Berkurang (diminished). Interval nada pembentuknya : 2 – 1, contohnya : IV0 : 4 – 6\ – 1>
Dalam akor mutlak (huruf) dituliskan seperti ini: Cdim, Ddim, Esdim, Fdim, Gdim, Asdim dsb.
atau C0 , D0 , Dis0 , Es0 , G0 , A0 .
2) Bertambah (augmented), interval nada pembentuknya : 2 – 2, contohnya : I+ : 1 – 3 – 5/
Dalam akor mutlak (huruf) dituliskan seperti ini: Caug, Daug, Esaug, Faug, Gaug, Asdim dsb. atau
C+ , D+ , Dis+ , Es+ , G+ , A+ .
3) Ditahan (suspended), interval nada pembentuknya : 2½ – 1, contohnya : V4-3 : 5< – 1 – 2
Dalam akor mutlak (huruf) dituliskan seperti ini: Csus , Dsus4, Essus4, Fsus4, Gsus4, Assus4 dsb. atau
4
C4 3 , D4 3 , Dis4 3 , Es4 3 , G4 3 , A4 3 .
E. Kedudukan Akor
Kedudukan akor pada akor dasar belum ada variasi, hal ini berarti ketentuan membunyikan akor nada alas
harus didahulukan (khususnya untuk bas).
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 8
Sedangkan pada akor balikan / inversi dapat digunakan untuk memvariasi khususnya nada bas. Nada alas
pada akor balikan tidak lagi dijadikan bas, akan tetapi nada bas dapat dipindah ke nada terts atau kwint.
Penggunaan akor balikan ini amat penting ketika kita ingin membuat harmoni SATB dalam koor maupun
membuat iringan organ dengan sistem SATB. Aturan atau cara menentukan pembalikan-pembalikan akor
merupakan pembahasan pada tingkat selanjutnya.
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 10
Sering akor Median berperan sebagai variasi ketika akord Dominan diulangi.
Pertama : VI-V-IV-V-II-V7-I.
Kedua : VI-V-IV-III-II-V7-I.
iii. PERAN AKOR TERSIER
1. Peranan akor mayor yang diminorkan
Sebagai penghubung antara akor Subominant ke Tonika
IV --- ke --- I, tambah akor penghubung, menjadi: IV – IVm – I
Sebagai Modulasi. (Penghubung untuk mengganti/menaikkan nada dasar ke
tingkat second berikutnya):
Misalnya dari tangga nada C = do ke D = do: I – VIM – IIM (IIM sekarang menjadi
Tonika baru)
2. Peranan akor minor yang dimayorkan
Sebagai penghubung antara Tonika ke akor Supertonika mayor
I --- ke --- II M, tambah akor penghubung, menjadi: I – VIM – IIM
Sebagai penghubung antara Tonika ke SubMedian atau ke SubMedian mayor.
I --- ke --- VI, ditambah akor penghubung, menjadi: I – IIIM – VI (VIM)
Sebagai penghubung antara akor Tonika ke Dominan
I --- ke ---- V, ditambah akor penghubung, menjadi : I – IIM – V
3. Peranan Leading Tone
Posisi not ketujuh dalam tangganada diatonik mayor disebut leading tone. Nada atau not
yang menuntun. Menuntun ke mana? Ke puncak terakhir tangganada diatonik mayor
sejauh setengahnada. Ini berarti leading tone menuju Tonika satu oktaf lebih tinggi dari
Tonika paling bawah atau paling rendah; jarak antara kedua posisi not ini memang
setengahnada. Dalam tangganada diatonik mayor C, leading tone adalah B (si); ia menuju
C (do) paling tinggi.
Dalam aturan harmoni tradisional Barat, akor yang memakai leading tone sebagai not
basnya bisa berubah ke akord diatonik mana saja kecuali ke akord Supertonika atau
Subominan. Salah: VII0-IIm, VII0-IV. Betul: VII0-I, VII0-IIIm, VII0-V, B0-Am. Akor leading
tone bisa dipakai sebagai variasi akor Dominan ketujuh balikan pertama sebelum akord
Tonika. Balikan pertama akor Dominan ketujuh dalam tangganada diatonik mayor C
adalah B-D-F-G (si-re-fa-sol).
Jika iringan lagu dibuat dengan tiga nada akor di tangan kiri dan melodi di tangan
kanan, leading tone ini sulit dirasakan, kalau tidak pakai bas kaki. Kalau organnya
hanya manual, Leading tone akan jelas jika permainannya menggunakan sistem
harmoni SATB, karena dengan sistem ini nada bas jelas terdengar.
4. Peranan Akor-Akor Janggal / Disonan
a. Peranan akor Septime
I ---- ke ---> IV, tambah akor penghubung, menjadi: I - I7 - IV
I ---- ke ---> VI, tambah akor penghubung, menjadi: I – IIIM7 – VI
I ---- ke ---> II, tambah akor penghubung, menjadi : I – VIM7 - II
b. Peranan akor Diminished
Untuk memberi suasana tegang sebagai pemutus suatu penggalan dengan
penggalan lainnya dalam suatu lagu: I --- IV --- I0 --- I
Untuk menghubungkan Tonika ke Supertonika : I – V0 – II
Untuk menghubungkan Tonika ke SubMedian : I – IIIM – VI
Antara I – IIIM juga masih bisa disisipkan VIIm, menjadi : I – VIIm – IIIM – VI
c. Peranan akor Augmented
Sebagai jembatan antara akor I --- ke --- VI, tambah akor penghubung, menjadi I --- I +
--- VI
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 12
klavir atas
tangan kanan
klavir
bawah
tangan kiri
klavir bawah
pedal bas tangan kiri
(root dari akor
dengan kaki
kiri)
Jika organ yang tersedia hanya memiliki satu klavir saja maka baik melodi maupun akor dimainkan
pada papan nada yang sama. Sementara bas tidak dimainkan kecuali dengan memakai fasilitas auto-bas
ako melo
r di
Untuk tingkat lanjut, bas dapat dimainkan dengan tangan kiri, sementara melodi dan aransemen suara
variasi ataupun paduan akornya dimainkan di tangan kanan, seperti digambarkan berikut ini.
bas
variasi melod
i
Tangan Tangan kanan
kiri
Kalau buku nyanyian yang dimainkan adalah buku koor, dimana terdapat partitur sopran, alto, tenor
dan bas, organis sebaiknya mengikuti alur partitur itu dengan cara merangkum nada sopran, alto, tenor dan
bas secara vertical menjadi akor tiga atau empat suara di tangan kiri. Untuk masing-masing birama. Dalam
satu birama dapat dibuat 1 akor atau lebih tergantung alunan melodi.
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 13
Sebaiknya memang lagu-lagu yang sudah memiliki SATB dibunyikan SATB di organnya, dengan pola umum,
yaitu tangan kanan memainkan sopran dan alto, sementara tangan kiri memainkan tenor dan bas. Cara ini
tentu belum dapat dilakukan oleh organis pemula. Sekarang hal itu tidak kita bahas. Yang kita bahas adalah
penjarian akor di tangan kiri, dengan 2 cara yaitu Penjarian Absolut (Tetap) dan Penjarian Variabel (Tidak
tetap).
1. Penjarian Tetap
Dalam penjarian mutlak, kelima jari tangan kiri memiliki pasangan tetap untuk tuts-tuts yang telah
ditentukan dan berlaku untuk semua nada dasar. Dengan demikian jari-jari tersebut harus
dipasangkan terhadap not-not huruf (balok) sebagai berikut:
ako melo
r di
Dalam pola ini, akor-akor dinamai dengan simbol huruf seperti C, D, Am, Cm, C 7, G7 dan lain-lain.
Dengan cara ini, semua akor dalam semua nada dasar dimainkan dengan posisi jari yang tetap. Semua
akor dimainkan dalam rentang tuts F oktaf I sampai E oktaf II. Sesungguhnya penjarian seperti ini
berpadanan dengan sistem melodi notasi balok, dimana lagunya ditulis dengan nada mutlak: c – d – e
– f – g – a – b – c’ dan sebagainya. Berikut ini adalah contoh-contoh penjarian akor dengan sistem
Penjarian Tetap.
C Cm C7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Cis/Des Cism/Desm Cis 7/Des7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 14
D Dm D7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Dis/Es Dism/Esm Dis 7/Es7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
E Em E7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E F D E Fm D E Fm 7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Fis/Ges Fism/Gesm Fis 7/Ges7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
G Gm G7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Gis/As Gism/Asm Gis 7/As7
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 15
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
A Am A7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Ais/Bes Aism/Besm Ais 7/Bes7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
B Bm B7
F G A B C F G A B C F G A B C
D E D E D E
Pola penjarian mutlak seperti ini bagi kebanyakan pemula yang ingin cepat dapat bermain organ,
agaknya sulit. Tetapi untuk standar yang lebih baik, pola itu harus diketahui dan diterapkan.
untuk menghasilkan
Jari tangan kiri
bunyi:
Kelingking Si, Do,
Manis Re,
Tengah Mi
Telunjuk Fa
Jempol Sol, la
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 16
Dengan demikian penjarian untuk masing-masing tingkatan akor mempunyai bentuk (susunan jari)
yang sama untuk setiap lagu dari nada dasar apa pun. Perhatikan posisi (jarak) jari-jari untuk keenam
tingkat akor sebagai berikut:
Praktekkanlah posisi jari dalam susunan akor di atas. Letakkanlah jari-jari pada oktaf kedua, kecuali
nada si (7) berada pada oktaf pertama. Mulailah dengan nada dasar C=do. Perhatikan dan sesuaikan
dengan gambar berikut!
C Melodi
lagu
C = do
Sekali lagi, keuntungan pola penjarian seperti ini adalah bahwa entah nada apapun nada dasar (kunci)
suatu lagu, akornya dapat disusun berdasarkan tingkat-tingkat akor.
Dalam hal ini apa keistimewaan KELINGKING? Lihat dan ketahui nada dasar suatun lagu yang akan
dimainkan. Posisi dasar dari kelingking menjadi posisi nada dasar (kunci). Contoh, C = do, maka
kelingking terletak pada tuts C. Sesudah itu letakkanlah jari seperti gambar di atas.
Perhatikan pula nada dasar G = do berikut ini.
Oktaf Oktaf II Oktaf III
I
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 17
C = do
Cara seperti ini tergolong mudah karena hanya memakai akor-akor dasar yaitu tujuh tingkatan. Untuk
mengiringi lagu-lagu liturgi, cara seperti ini cukup memadai.
5. Dalam tangga nada minor, nada dasar suatu lagu menjadi dasar pembentukan akor SubMedian.
Sebagai contoh, jika nada dasar suatu lagu adalah C=la, maka akor C menjadi SubMedian.
6. Setelah mengetahui akor Tonika suatu lagu, kita dengan mudah menentukan akor-akor lainnya.
Sebagai contoh, untuk nada dasar C=do, dimana C adalah akor prime-nya, dengan mudah ditentukan:
a. Dm adalah akor Supertonika (II)
b. Em adalah akor Median (III)
c. F adalah akor Subominan (IV)
d. G adalah akor Dominan (V)
e. Am adalah akor Subominant (VI)
f. Bdim adalah akor Leadingtone (VII)
7. Akor ditempatkan atau dimainkan tepat pada pukulan kuat (tesis) yaitu pada pukulan pertama dan
pukulan ketiga untuk birama perempatan. Untuk birama pertigaan cukup pada pukulan pertama saja.
Perhatikan kembali potongan lagu ini:
I IV V IV I
_== __== _== _==
5 6 . 5 3 5 | 1> 2> . 1> 6 . | 7 7 . 1> 2> 3> | 1> 7 . 6 5 . |
Ye-sus memanggil…………..
8. Seluruh nada dalam masing-masing birama menjadi dasar pemilihan akor. Himpunan nada itu jika
diurutkan akan membentuk suatu akor. Tetapi ada kalanya suatu atau beberapa nada dalam suatu
birama dihitung sebagai nada ampiran. Dengan kata lain, nada itu “gugur” untuk membentuk suatu
akor dasar (primer maupun sekunder).
Perhatikan contoh potongan lagu ”Trimalah Ya Bapa” dan “Ya Hati Yesus Raja Cinta” berikut ini:
_== _____ _____ ______ __== ___ __==
__==
3. 4 | 5 5 3 5 4 4 2 4 | 3 3 2 1 | 2 5< . 5< | 1 . 1 | 2 .
3 1 . 2 | 3 . | .
I V7 I V
I V
Nada 2 adalah nada ampiran yang
Adapula kalanya dalam satu birama terdapat dua akor atau lebih, seperti dalam lagu ini:
Akornya: I V I V I V I
___ ___ ___ ____
4/4 5< | 1 7< 1 2 1 2 | 3 5 5 4 | 3 4 2 1 2 | 1 . 0
Ya ha- ti Ye- sus ra- ja cin-ta di-tem-bus-i tombak be-ngis,
9. Untuk lagu yang berbirama pertigaan, contohnya ¾, pada umumnya akor hanya ditempatkan pada
bagian pukulan pertama dari setiap birama (tesis). Namun demikian, ada kalanya birama-birama
tertentu, oleh karena susunan nada ataupun karena penekanan syairnya, akor muncul di ketukan
kedua ataupun ketiga. Perhatikan contoh berikut ini!
I I I I V V
5 . 6 5 | 3 . . | 5 . 6 5 | 3 . . | 2> . 2> | 7 . . dst.
Ma-lam ku- dus su- nyi se- nyap…………………………..
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 19
Pedal-pedal bas kaki dimainkan berdasarkan akor. Root dari setiap akor atau tingkatan akor menjadi
nada bas kaki. Tetapi untuk tingkat selanjutnya. Nada bas kaki tidak hanya root (prime) tapi dapat juga terts
dan kuintnya, yang disebut dengan pembalikan akor (inversi akor). Hal ini telah disinggung dalam
pembahasan mengenai kedudukan akor. Perhatikan tabel berikut ini.
Bagaimana menentukan penggunaan nada bas, nada pokok, pembalikan pertama atau pembalikan kedua,
sangat bergantung pada progresi akor. Nada terts dan kuint dalam pedal bas
Untuk lagu-lagu tertentu, selain nada prime (root) ada kalanya nada kuint (urutan kelima dalam tiga nada
pembentuk akor) dibunyikan. Hal ini bertujuan membentuk variasi agar kesan hampa menjadi hilang. Nada
kuint dibunyikan pada ketukan-ketukan bertekanan, misalnya: pada bagian subtesis (misalnya dalam birama
perempatan), bagian suku kata bertekanan kuat. Namun nada kuint juga bisa menggantikan nada root di
bagian tesis demi mengalirnya nada bas secara berurutan.
Demikian pula nada terts ada kalanya menjadi nada bas. Nada terts jadi nada bas dimaksudkan sebagai
variasi bas. Nada terts ini member kesan progress, menekan akor untuk segera masuk ke akor tujuan
berikutnya,misalnya dari tingkat satu menuju tingkat IV. Tingkat I tersebut dapat dibuat basnya menjadi nada
tertsnya.
Dalam memainkan bas kaki ini, perlu diindahkan hal-hal berikut ini:
Bas kaki berfungsi untuk memberi tekanan (tesis) dalam birama-birama lagu.
Untuk lagu-lagu gerejawi pada umumnya cukup dibunyikan pada bagian tesis atau subtesis yang
terdapat pada alunan irama lagu.
Untuk sebagian lagu gereja yang bercorak inkulturasi, diperlukan pola irama bas.
Nada bas kaki tidak sama dengan suara bas manusia dalam koor, menurut buku iringan organ Madah
Bakti. Untuk itu, janganlah setiap nada dalam melodi diberi iringan bas kaki. Hal ini akan membuat
gaduh dan tidak jelas lagi irama atau pola lagu. Hal ini tentu terkait dengan penggunaan organ
electone yang biasanya basnya sangat kuat dan rendah.
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018
Mari Belajar Menjadi Organis Gereja - Tahap Pertama 20
Namun menurut Buku Iringan Organ Puji Syukur, nada bas organ sama dengan nada bas koor, dapat
dimainkan dengan tangan kiri, ataupun dengan pedal bas kaki. Dengan pengandaian penggunaan
buku koor PS atau buku Organ PS yang memang nada-nada basnya sudah diatur secara seimbang.
Paroki St. Petrus dan Paulus, Batu Lima - Pematangsiantar – Beatus Sitompul – Nopember 2018