Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengantar

Kepemimpinan berasal dari kata “pimpin” yang berarti tuntun, bina atau bimbing.
Pimpin dapat pula berarti menunjukkan jalan yang baik dan benar, tetapi dapat pula berarti
mengepalai pekerjaan atau kegiatan. Dengan demikian, kepemimpinan adalah hal yang
berhubungan dengan proses menggerakkan, memberikan tuntunan, binaan dan bimbingan,
menunjukkan jalan, memberi keteladanan, mengambil resiko, mempengaruhi dan meyakinkan
pihak lain, mengarahkan dan masih banyak lagi artinya.

Dalam setiap organisasi harus memiliki pemimpin agar berjalan dengan baik. Tanpa
adanya pemimpin tentu sangat sulit dan tidak mudah dalam menjalankan semua elemen dan
komponen yang ada dalam organisasi tersebut. Seorang pemimpin tidak begitu saja dipilih dan
ditentukan. Terdapat kriteria-kriteria tertentu yang harus dimiliki olehnya. Segenap
kemampuan dalam berpikir dan berbuat menjadi pertimbangan yang sangat urgent
diperhatikan.

Beragam kepemimpinan yang dibuat oleh setiap pemimpin di dunia ini, cara dan
pandangan mengenai suatu permasalahan menjadi daya dari kepemimpinan seseorang. Maka
tidak bisa dielakkan lagi kalau menjadi seorang pemimpin memiliki tanggung jawab dan peran
yang sangat berat. Tetapi itu semua dapat diatasi bila ia memiliki cara dan strategi yang baik
dan sesuai dengan kondisinya, maka penyusun akan menguraikan materi kepemimpinan yang
efektif dalam makalah ini sehingga penulis berharap dapat menambah ilmu pengetahuan bagi
pembaca.

1
BAB II
IDENTITAS JURNAL

A. Identitas Jurnal I (Nasional)

Judul Jurnal :Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Meningkatkan


Mutu Pendidikan di MTs. Swasta Miftahul Falah Sunggal
Kabupaten Deli Serdang
Nama Penulis : Mustapid, Ahmad Ibrahim Hasibuan, Candra Wijaya
Tahun Terbit : Januari 2019
Kota Terbit : Medan
Penerbit : ANTHROPOS
Vol/ISSN : 2460-4593

Ringkasan Isi Jurnal


PENDAHULUAN
Pemimpin dalam madrasah merupakan seorang tenaga fungsional guru yang
diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar
mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan
murid yang menerima pelajaran. Dengan ini Kepala madrasah bisa dikatakan sebagai
pemimpin di satuan pendidikan yang tugasnya menjalankan menejemen satuan
pendidikan yang dipimpin. Pada tingkat operasional, Kepala madrasah adalah orang
yang berada di garis terdepan yang mengkoordinasikan upaya meningkatkan
pembelajaran yang bermutu. Kepala madrasah diangkat untuk menduduki jabatan
bertanggung jawab mengkoordinasikan upaya bersama mencapai tujuan pendidikan
pada level sekolah yang dipimpin.
Kepala Madrasah adalah unsur pelaksana administrasi dengan tugas dan
tanggung jawab menjalankan kegiatan administrasi sehari-hari. Dengan tidak
mengecilkan arti keterlibatan komponen yang lain, pegawai merupakan komponen
yang paling penting dalam tercapainya tujuan organisasi (A’yuni, Q., (2016). Kepala
madrasah dituntut untuk untuk memiliki ide inovasi-inovasi demi mengembangkan
lembaga di madrasah yang dipimpinnya. Peran inovator kepala madrasah antara lain
melaksanakan pembaruanpembaruan dalam pembelajaran. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Madrasah

2
dalam usaha memajukan pendidikan perlu adanya peranan kepala madrasah dalam hal
sebagai pendidik, manajer, administrator, supervisor, pemimpin, pencipta iklim kerja
dan wirausahawan serta mengatur bahwa kepala madrasah harus memiliki kompetensi
dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya. Fungsi utama kepala madrasah sebagai
pemimpin pendidikan adalah menciptakan adanya proses belajar mengajar, sehingga
guru-guru dapat mengajar dengan caranya masing-masing dan peserta didik dapat
belajar dan menerima pelajaran dengan baik.
Permasalahan pendidikan dewasa ini terus muncul seiring upaya untuk
penyempurnaan sistem pendidikan nasional. Permasalahan itu setidaknya
dilatarbelakangi tempat berdirinya madrasah, antara madrasah yang berada dipedesaan
atau diperkotaan. Madrasah yang berada di daerah pedesaan dan diperkotaan pasti akan
berbeda baik dari sarana prasarana, sumber daya manusia, ataupun manajemen yang
ada disuatu madrasah. Suatu madrasah di daerah terpencil dan diperbatasan masyarakat
di daerah ini tertinggal dalam pembangunan baik itu ekonomi, infrastuktur maupun
pendidikan. Yang paling utama adalah faktor yang cukup berpengaruh adalah faktor
kepemimpinan kepala madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah merupakan
kemampuan untuk menggerakan faktor-faktor yang mempengaruhi tujuan pendidikan
di madrasah. Kepemimpinan kepala madrasah dapat menentukan keberhasilan maupun
kualitas pendidikan disebuah sekolah.
Mutu pendidikan hendaknya mampu menghasilkan lulusan yang terampil,
mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang terpenting lagi adalah
moralnya baik. Peningkatan mutu pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana
pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan
tenaga kependidikan lainnya.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan
pendekatan deskriptif analisis yaitu metode penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang sebagai objek penelitian
dan perilaku yang dapat diamati sehingga merupakan rinci dari suatu fenomena yang
diteliti (Sugiyono, 2006: 137). Metode kualitatif deskriptif ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomenafenomena yang ada, baik fenomena
yang bersifat alamiah ataupun rekayasa manusia (Syaodih, 2012: 72). Penelitian ini

3
dilakukan di MTs. Swasta Miftahul Falah jalan Paya Bakung No.34 Desa Sumber
Melati diski kecamatan Sunggal kabupaten Deli Serdang. Sedangkan subjek penelitian
yang di maksud dalam penelitian ini yaitu orang-orang yang menjadi sumber dalam
penelitian dan dapat memberikan informasi terkait dengan penelitian yang akan di
laksanakan. Di dalam penelitian ini subjek yang diambil adalah kepala madrasah, wakil
kepala madrasah bidang kurikulum, pegawai administrasi, guru, dan siswa MTs. Swasta
Miftahul Falah Diski. Peneliti memilih subjek secara berantai yaitu setelah subjek awal
di wawancarai, maka akan berlanjut kepada subjek berikutnya secara terus-menerus
sampai data dapat terpenuhi sesuai dengan kebutuhan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan data yang diproleh dari pihak sekolah bahwa MTs Swasta Miftahul
Falah terakreditasi B, ini memberikan gambaran bahwa kepemimpinan madrasah
memiliki keseriusan dalam memimpin madrasah untuk mendapatkan mutu pendidikan
yang baik. Satu hal yang unik budaya yang diterapkan di MTs Swasta Miftahul Falah
Diski yaitu budaya senyum, salam, sapa. Sekilah hal ini merupakan yang biasa, tetapi
jika dilihat pada praktek dilapangan bahwa dengan budaya ini tercipta iklim warga
madrasah yang memiliki hubungan kekeluargaan. Karena antara guru dan murid atau
sesama warga disekolah saling senyum, sapa dan salam sehingga warga madrasah
saling transparan dan percaya. Dengan munculnya hal tersebut maka warga madrasah
dengan dorongan dari dalam dirinya untuk melaksanakan peraturan madrasah.

Peran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan Mutu MTs Swasta Miftahul Falah
Diski Untuk meningkatkan mutu madrasah sudah tentu merupakan peran semua warga
madrasah dalam keseriusannya dalam meningkatkan mutu. Di balik itu semua, kepala
madrasah merupakan faktor utama yang memiliki peran dalam meningkatkan mutu
madrasah. Kepala madrasah fungsi utamanya adalah sebagai manager, dengan
demikian kepala madrasah memfasilitasi dan memberikan kesempatan yang luas
kepada guru untuk dapat melaksanakan kegiatan kegiatan pengembangan profesi
melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah
maupun di luar sekolah. Dalam hal ini, berdasarkan pengamatan peneliti kepala
madrasah MTs Swasta Miftahul Falah Diski telah melakukan hal tersebut. Dalam
meningkatkan kualitas pendidikan, kepala madrasah MTs Swasta Miftahul Falah Diski

4
menempatkan guru pada jabatan profesional dengan mengadakan
pembinaanpembinaan terhadap guru melalui rapat-rapat evaluasi kinerja guru. Ada
beberapa hal yang dilakukan oleh kepala madrasah MTs Swasta Miftahul Falah Diski
dalam memberikan pembinaan tersebut antara lain sebagai berikut: 1) Pembinaan
Tanggung Jawab Guru Madrasah; 2) Pembinaan Kedisiplinan Guru; 3) Program
pelaksanaan kegiatan pembelajaran; dan 4) Pemberian penghargaan bagi guru
berprestasi dan sanksi bagi guru yang indispliner.

Pada pembinaan tanggung jawab guru, kepala madrasah telah membuat


perencanaan penyusunan program maka memungkinkan kegiatan yang akan
dilaksanakan berjalan dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil dengan baik pula.
Penyusunan program merupakan bagian dari proses manajemen yang memiliki arti
penting. Program kepala madrasah yang disusun meliputi program pembinaan tanggung
jawab guru dalam melaksanakan tugasnya, yaitu terkait dengan persiapan program
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran.

B. Identitas Jurnal II (Internasional)

Judul Jurnal :Leadership for Innovation in Healthcare: An Exploration


Nama Penulis : Philip Weintraub, Martin McKee
Tahun Terbit : 2018
Kota Terbit : London UK
Penerbit : IJHPM
Vol/ISSN : 138–144

Ringkasan Isi Jurnal


PENDAHULUAN
Perspektif ini muncul dari pengalaman melakukan studi empiris organisasi yang
dibuat dalam Layanan Kesehatan Nasional Inggris untuk mendorong inovasi untuk
keuntungan pasien, seperti teknologi baru dan model perawatan. Diskusi kami dengan
mereka yang memiliki peran kepemimpinan dalam organisasi-organisasi ini
menunjukkan keinginan untuk tinjauan singkat konsep dan teori yang dapat
menginformasikan pemikiran mereka. Perspektif ini berupaya memberikan ulasan

5
seperti itu. Karena istilah 'kepemimpinan' dan 'inovasi' adalah inti dari perspektif ini,
penting untuk mendefinisikannya sejak awal. Untuk tujuan saat ini, kami telah
mengambil definisi kepemimpinan yang ditetapkan oleh Yukl1 sebagai “proses
mempengaruhi orang lain untuk memahami dan menyetujui tentang apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan proses memfasilitasi upaya individu dan
kolektif untuk mencapai tujuan bersama. "Inovasi didefinisikan sebagai" serangkaian
kegiatan luas yang melibatkan penciptaan dan implementasi konsep dan produk baru
bagi suatu organisasi.
Banyak yang telah ditulis tentang proses inovasi, memeriksa bagaimana suatu
kebutuhan diidentifikasi dan suatu solusi dikembangkan dan diimplementasikan.
Literatur ini telah mempertimbangkan banyak masalah, termasuk peran pemangku
kepentingan yang berbeda, misalnya dalam pemerintahan dan industri, dan insentif
yang mereka hadapi, 3 budaya organisasi yang mendorong inovasi, 4 dan faktor-faktor
yang mempengaruhi difusi inovasi.5 Demikianlah dalam kesehatan sektor,
kecenderungan untuk berinovasi telah dijelaskan oleh karakteristik individu yang
terlibat, organisasinya, dan konteksnya.6 Ada juga banyak literatur tentang
kepemimpinan inovasi, terutama di bidang manufaktur dan sektor teknologi. Namun,
meskipun perlu terus inovasi, ada kekurangan literatur seperti itu dari sektor kesehatan,
7 dengan studi di National Institutes of Health (NIH) mendanai peneliti genetika
menyimpulkan bahwa “kepemimpinan dan peran manajemen dalam penelitian telah
menerima sedikit empiris pemeriksaan ”8. Kebutuhan mendesak untuk mengisi celah
ini literatur ditekankan dalam penelitian terbaru oleh Lombardi et al.9 Mereka
menggambarkan "urgensi eksistensial" untuk mengadopsi radikal inovasi untuk
mengubah sistem kesehatan AS, yang disebabkan oleh berkurangnya dolar federal yang
digunakan untuk penelitian kesehatan di AS Amerika Serikat dan apa yang mereka lihat
sebagai kurangnya pengetahuan di antara, dalam pekerjaan mereka, Organisasi
Kesehatan Akademik berada di AS Tenggara.

PERTANYAAN PENELITIAN

Pertanyaan penelitian Pertanyaan kami adalah “teori dan konsep mana yang
telah terbukti mendorong, atau menghambat, kemampuan untuk memimpin proses
inovasi di sektor kesehatan? "Kami telah mendekati ini melalui sintesis naratif.21 Kita
mulai dengan mendaftar a serangkaian teori dan konsep dari literatur yang lebih luas di
kepemimpinan untuk inovasi dan kemudian mencari contoh dari sektor kesehatan,

6
melalui serangkaian pencarian elektronik basis data. Fokus utama kami adalah pada
studi empiris, jika relevan, kami mencatat keberadaan orang lain yang dipilih yang
spekulatif, mengusulkan tetapi tidak menguji teori dan konsep. Pendekatan kami
bersifat eksploratif dan berulang, dan sementara kami telah melakukan proses pencarian
terstruktur untuk mengidentifikasi studi, kami menyadari bahwa ini tidak mungkin
lengkap diberikan berbagai disiplin ilmu, outlet publikasi, dan terminologi yang
terlibat.

Dalam hal ini, kami mengakui ketidakmungkinan menjadi lengkap dicatat oleh
Wisdom et al di ulasan sistematis mereka tentang inovasi yang “tidak perlu termasuk
setiap makalah yang diterbitkan tentang topik tersebut. Strategi pencarian yang
digunakan untuk mengidentifikasi literatur ini adalah dilaporkan secara rinci dalam file
tambahan Tinjauan Literatur Proses Inovasi Kita sekarang membahas berbagai teori
dan konsep yang diidentifikasi. Kami merujuk, sebagaimana mestinya, ke fase-fase
dalam proses inovasi. Beberapa kerangka kerja telah diusulkan, seperti itu oleh Smith
dan Kaluzny, yang memiliki empat fase, kesadaran (pengakuan kesenjangan antara
kinerja yang diharapkan dan aktual), identifikasi (mengembangkan solusi untuk
menutup celah ini), implementasi, dan pelembagaan, sehingga solusinya menjadi
terintegrasi ke dalam kegiatan rutin dan salah satunya kami telah memilih, oleh Tidd
dan Bessant, yang juga mengidentifikasi empat fase, Cari, Pilih, Implementasikan dan
Capture. 10 Dalam ‘Cari” fase proses inovasi, pemimpin / manajer perlu membangun
jalur dan proses yang jelas untuk membawa yang baru ide / peluang menjadi perhatian
pimpinan senior. Untuk ‘Pilih’ di antara aliran ide / peluang yang berkelanjutan, sebuah
organisasi kesehatan harus memiliki rencana strategis untuk memandu pemimpin /
manajer untuk memilih dari apa yang sering menjadi pilihan di antara berbagai ide /
peluang ini, yang sebagian besar akan terlihat, di Setidaknya pada pandangan pertama,
masuk akal dan mana yang didasarkan pada yang terbaik niat manusia. Dalam fase
‘Implementasi’, ide / peluang diwujudkan. Ini mungkin dalam formulir dari: (1) Inovasi
Produk (misalnya, terapi obat baru); (2) Proses Inovasi (yang dapat berkisar dari model
baru dan kompleks perawatan atau bahkan tindakan sederhana seperti menggunakan
sukarelawan untuk memberi makan pasien rawat inap); (3) Inovasi Posisi (mis. Perform
pemantauan elektronik jarak jauh dari pasien yang sebelumnya dirawat RSUD); dan
Inovasi Paradigma (misalnya, pasien yang menggerakkan ide / penciptaan peluang
dalam organisasi kesehatan) . Untuk 'Menangkap' manfaat organisasi dari suatu inovasi

7
strategi membutuhkan penyebaran kepemimpinan yang terakumulasi dan pengetahuan
manajemen dan administrasi / teknis keterampilan yang diperoleh dalam tiga fase
inovasi sebelumnya, ditambah kapasitas untuk meluncurkan, menyebar, dan
mempertahankan inovasi. Kita juga mengakui bahwa inovasi mungkin mengganggu
atau tidak, dengan mantan didefinisikan dalam Komisi Eropa baru-baru ini kertas panel
ahli sebagai inovasi radikal yang menggantikan yang lebih tua struktur organisasi,
tenaga kerja, proses, produk, layanan dan teknologi, berbeda dengan yang ada langkah-
langkah tambahan.

TEORI DAN KONSEP

Teori dan Konsep Menciptakan Iklim Psikologis untuk Inovasi Iklim psikologis
organisasi telah disebut sebagai faktor dalam kemampuannya untuk menjadi inovatif.
Weng et al mengusulkan bahwa organisasi yang mendukung akan mendorong
karyawan untuk mengubah "ide-ide kreatif menjadi inovatif keluaran ”dan, dalam
sebuah penelitian terhadap 439 perawat Taiwan dalam empat rumah sakit, menemukan
bahwa iklim organisasi yang mendukung mendorong kreativitas dan perilaku inovatif.
Jacobs et al meneliti iklim psikologis dalam studi inovasi dan implementasi oleh masing
- masing dokter yang berpartisipasi dalam Onkologi Klinik Komunitas National
National Institute AS Program, menemukan bahwa itu dapat memiliki efek positif pada
Fase 'Implementasi' dengan menggambarkan "hubungan langsung antara iklim
implementasi dan implementasi efektivitas ”sebagai salah satu temuan paling penting.

Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa para pemimpin hendaknya berupaya


membina iklim seperti itu. Namun iklim psikologis yang mendukung bukan, dengan
sendirinya, jaminan kesuksesan dalam inovasi dan mensyaratkan bahwa perhatian para
pemimpin / manajer dikhususkan untuk masalah organisasi dan individu (yaitu,
'Konteks' [misalnya, ekonomi; politik; dan lingkungan operasi dan 'Kohesi Kelompok').
Helfrich et al menjelaskan suatu kerangka kerja untuk adopsi inovasi kompleks untuk
digunakan dalam kesehatan organisasi. berdasarkan pada yang pertama kali dipelajari
dalam suatu manufaktur lingkungan, misalnya oleh Klein dan Sorra. Helfrich et al
menyimpulkan bahwa keberhasilan implementasi kompleks inovasi tergantung pada
"dukungan manajemen dan inovasi-nilai cocok, yang berkontribusi pada organisasi
'Iklim' untuk implementasi.

8
Pertukaran Anggota Pemimpin Teori pertukaran pemimpin-anggota (LMX)
berfokus pada hubungan dua arah antara pemimpin dan masing-masing followers.
Kualitas hubungan ini memengaruhi perilaku bawahan. Hubungan berkualitas tinggi
adalah berdasarkan kepercayaan dan rasa hormat sering melampaui ruang lingkup
pekerjaan. Dengan kata lain, kualitas LMX hubungan diukur dengan sejauh mana
karyawan anggap kepemimpinan mereka adalah "bertindak demi kepentingan terbaik
mereka, peduli, mendukung, loyal, dan dapat diandalkan ”(hlm. 133). LMX kualitas
tinggi, ketika disertai dengan pemberdayaan dan dukungan kepemimpinan, telah
ditemukan terkait dengan efektivitas yang lebih besar di Indonesia semua fase dari
proses inovasi. Studi kuantitatif tim manajemen senior di rumah sakit Inggris
menemukan bahwa proses kelompok, khususnya hubungan antara pemimpin / manajer
dan anggota organisasi yang diteliti, adalah yang utama prediktor inovasi, meskipun
jumlahnya inovatif individu-individu terbaik meramalkan seberapa radikal inovasi akan
menjadi. Sumber daya di luar batas minimum untuk menyelesaikan tugas dilakukan
tidak memprediksi inovasi. Modal Sosial Sementara LMX prihatin dengan angka dua,
hubungan antara keduanya individu, seorang pemimpin dan pengikut, modal sosial
berkaitan dengan jaringan hubungan yang lebih luas di antara orang-orang yang tinggal
dan bekerja di masyarakat atau organisasi tertentu. Ada yang luas literatur tentang hal
ini, yang jauh melampaui apa yang bisa termasuk dalam perspektif ini, dan yang telah
ditinjau dalam detail di tempat lain. Fokus kami adalah pada modal sosial yang
menghubungkan pemimpin / manajer melalui aset relasional dan jaringan tersebut
pembeli dan penyedia layanan kesehatan, organisasi akademik, instansi pemerintah dan
terkait, non-pemerintah organisasi, dan kelompok industri dan profesional.

Kejelasan Kepemimpinan Kejelasan kepemimpinan (dalam kaitannya dengan


peran anggota tim) ditemukan untuk mendorong inovasi organisasi dalam sebuah
penelitian dari 3147 responden di tim kesehatan di Amerika Kerajaan. Studi kuantitatif
ini fokus pada tiga jenis tim kesehatan: 98 tim kesehatan primer (PHCT), 113 tim
kesehatan mental masyarakat (CMHT), dan 72 tim perawatan kanker payudara (BCT).
Laporan diri kuesioner diselesaikan oleh 1156 responden dari 98 PHCT, 1443
responden dari 113 CMHT, dan 548 responden dari 72 BCT. Mereka mencari persepsi
responden tentang tim berfungsi, inovasi, kepemimpinan, dan efektivitas. Itu Temuan
menunjukkan pentingnya bukan hanya satu pemimpin saja, tetapi juga untuk manajer
yang menunjukkan kepemimpinan di semua tingkatan organisasi. Inovasi lebih

9
mungkin terjadi ketika pemimpin / manajer organisasi memahami tujuannya dan di
mana tingkat partisipasi dan komitmen tim yang tinggi keunggulan hadir.

Reflektifitas Tim Pendukung Organisasi yang inovatif telah mengidentifikasi


pentingnya langkah-langkah yang memfasilitasi refleksi oleh anggota tim sebagai
inovasi yang mendorong, terutama dalam tekanan tinggi lingkungan di mana ada beban
kerja yang berat, kencang tenggat waktu, ekspektasi tinggi dan yang kurang optimal
lingkungan kerja. Organisasi inovatif ini percaya bahwa para pemimpin / manajer harus
didorong untuk menciptakan peluang bagi anggota tim untuk merefleksikan di dalam
dan di luar lingkungan kerja tradisional. Pengalaman Perusahaan 3M sangat
berpengaruh. Sejak 1940-an ia telah mendorong ribuan karyawan teknisnya, terlepas
dari peran mereka, untuk menggunakan 15% dari jam mingguan mereka yang dibayar
(yaitu, Aturan 15% 3M) untuk mencerminkan / mengerjakan ide-ide independen.
Organisasi seperti Perusahaan 3M, telah mengungguli pesaing mereka karena ide-ide
inovatif yang dihasilkan oleh semua karyawan dihargai, mengarah pada hasil bisnis
yang lebih baik.44 Sebuah studi oleh Schippers et al45 menemukan bahwa pemimpin /
manajer yang mendorong reflektivitas tim dapat mempromosikan inovasi dalam
kondisi kerja yang kurang optimal. 45 studi kuantitatif sectional termasuk 1156 anggota
dari 98 tim kesehatan primer di Inggris. Namun demikian para peneliti tidak mengetahui
isi reflektif proses, termasuk: jika dan seberapa sering sesi refleksif berlangsung tempat;
apa yang dibahas; dan bagaimana hasil diskusi dalam inovasi. Selain itu, mereka tidak
bisa memastikan keberhasilan inovasi sebelumnya mungkin telah mempengaruhi yang
diamati hasil.

Budaya Organisasi Yang Mendukung Inovasi Aspek

Budaya tertentu dapat memfasilitasi transmisi pesan dari pemimpin / manajer


ke suatu organisasi dan buat mereka lebih jelas dipahami. Pesan semacam itu khusus
efektif bila ditemani oleh individu yang memberi penghargaan pengambilan risiko.50
Dalam studi kuantitatif 658 peserta dari Firma hukum Australia, pemimpin / manajer
yang digunakan secara efektif Tiga lapisan budaya Schein dalam pesan organisasi
(yaitu, pengaturan nilai-nilai budaya, norma dan artefak) memiliki yang lebih besar
kepastian bahwa komunikasi mereka diterima dan dibimbing perilaku inovatif.51 Di
bidang kesehatan, studi tentang kepala petugas informasi di rumah sakit Jerman
mengaitkan kemampuan mereka untuk berinovasi dengan kehadiran "terstruktur

10
dengan baik, diformalkan dan lingkungan yang berorientasi strategi. ”52 Pemimpin
yang menciptakan organisasi dengan budaya itu menekankan keberhasilan, dorongan
dan penghargaan pengambilan risiko lebih mungkin untuk sukses, di semua fase inovasi
proses. Budaya organisasi dalam organisasi kesehatan dapat diukur dan telah dikaitkan
dengan kinerja rumah sakit dan perbedaan hasil pasien. Ada beberapa studi
menunjukkan bagaimana hal itu dapat diubah, meskipun ada tidak dikaitkan dengan
kecenderungan untuk inovasi.

Gaya Kepemimpinan Senior Antusiasme, kepemimpinan opini dan visi Ketua


Pejabat Eksekutif (CEO) dianggap sebagai penentu penting dari kesuksesan organisasi
dalam berinovasi. Misalnya, CEO kepemimpinan mendorong inovasi dengan
menciptakan lingkungan dengan hubungan kerja yang berkualitas tinggi. Antusias dan
CEO visioner (yaitu gaya kepemimpinan transformasional) tercipta budaya organisasi
yang mendorong pengetahuan terbuka integrasi dan pembelajaran penting untuk
inovasi. Gaya kepemimpinan telah dipelajari secara luas dalam banyak hal sektor,
termasuk penelitian yang berfokus pada inovasi. Untuk contoh, studi kuantitatif dari
1.340 orang, termasuk mengelola direktur dan CEO dari 227 perusahaan profesional
dan unit bisnis di enam negara (termasuk Amerika Kerajaan dan Amerika Serikat),
mencakup ‘Kisaran Penuh Model Kepemimpinan ’dan‘ Perspektif Echelon Atas
’(yaitu, fokus pada pengaruh kepemimpinan senior dalam membina inovasi) dan
kerangka kerja 'Kepemimpinan Visioner' (yaitu, the pentingnya kepemimpinan senior
untuk mempengaruhi inovasi oleh mengartikulasikan visi-Kepemimpinan
Transformasional yang kredibel Gaya). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk
menentukan apakah kepemimpinan strategis mempengaruhi produk atau inovasi
administrasi. Studi menemukan bahwa strategi kepemimpinan mempengaruhi inovasi
eksklusif dari efek ukuran dan budaya organisasi, di antara faktor-faktor lain. Di sektor
kesehatan, penelitian tentang gaya kepemimpinan telah berfokus pada isu-isu seperti
peran mereka sebagai prediktor pasien hasil, penghindaran burnout, kepuasan atau
retensi perawat dan profesional kesehatan lainnya, dan perubahan dalam fokus
organisasi. Kepemimpinan untuk inovasi agak kurang. Sebuah pelajaran perawat di Iran
menemukan bahwa kepemimpinan kewirausahaan adalah terkait dengan perilaku
inovatif. Sebuah studi dilakukan di antara para profesor medis di Imperial College,
London, ditemukan bahwa gaya kepemimpinan tidak berkorelasi dengan konvensional
ukuran kinerja akademik, seperti publikasi dan kutipan, tetapi gaya kepemimpinan

11
transformasional, dicirikan oleh atribut ideal, perilaku ideal, motivasi inspirasional,
stimulasi intelektual, dan pertimbangan individu adalah prediktor yang sangat
signifikan hasil kepemimpinan, termasuk upaya, efektivitas, dan kepuasan.

Diskusi Temuan Utama Kami

Telah mengidentifikasi delapan teori dan konsep yang mungkin berguna bagi
mereka yang dituntut dengan memupuk inovasi di Internet sektor kesehatan, meninjau
pengalaman penerapannya di konteks khusus ini. Meskipun buktinya terbatas, kami
berharap ulasan singkat ini akan membantu mereka yang berperan sebagai mereka
mengembangkan gaya kerja mereka sendiri. Peringatan diperlukan. Seperti yang dicatat
Creswell69, manajemen teori harus dapat memprediksi fenomena (yaitu, kesehatan
inovasi dalam hal ini). Namun, tidak ada jaminan itu mereka akan mengarah pada hasil
yang diprediksi dalam semua situasi. Oleh karena itu, para pemimpin / manajer sektor
kesehatan perlu berolahraga uji tuntas dalam penerapan teori-teori kepemimpinan ini dan
konsep dalam praktik. Mereka terutama harus mempertimbangkan organisasi 'Konteks'
di mana teori-teori kepemimpinan ini dan konsep diterapkan. Dalam kasus tertentu,
kepemimpinan adalah "sifat yang muncul dari interaksi antara pemimpin / manajer,
anggota organisasi dan situasi ”(V. Iles, Komunikasi Pribadi, 13 Mei 2018).
Kepemimpinan selalu penting di semua tingkatan sektor kesehatan. Demikian pula,
organisasi kesehatan selalu diharapkan untuk berinovasi, baik dalam hal adopsi
perawatan baru dan model perawatan. Namun, di beberapa negara ada harapan tumbuh
yang banyak kesehatan organisasi, seperti Pusat Ilmu Kesehatan Akademik lakukan lebih
banyak, secara eksplisit bekerja untuk mengembangkan, mengevaluasi, dan
mengimplementasikan inovasi.

Mereka yang memimpin organisasi ini menghadapi banyak tantangan. Mereka


harus menyeimbangkan banyak pesaing tanggung jawab, menggabungkan perawatan
pasien berkualitas tinggi dengan keadaan penelitian seni. Mereka harus mengelola
dengan sangat terampil, sering individualistis, profesional yang memiliki perbedaan
Agenda, tidak selalu selaras dengan agenda organisasi. Mereka harus terlibat dengan
berbagai pemangku kepentingan, termasuk mereka yang membayar perawatan pasien
dan mereka yang membayar untuk penelitian. Dan mereka harus mengelola kemitraan
yang kompleks, biasanya mencakup sektor publik dan swasta, dengan kompleksitas yang
dapat diciptakan ini. Sementara kepemimpinan dalam beberapa sektor, terutama

12
manufaktur dan teknologi, telah menjadi subjek dari sejumlah besar penelitian, kelompok
pemimpin ini, sejauh ini, kurang mendapat perhatian dari peneliti. Jelas, banyak
penelitian tentang kepemimpinan tidak bisa hanya diterapkan pada sektor ini, paling tidak
karena kompleksitas organisasi yang terlibat. Ada publikasi yang menetapkan proposal
bagaimana seharusnya para pemimpin tersebut dilatih tetapi ada jauh lebih sedikit pada
apa yang berhasil, atau tidak, ketika mereka berusaha untuk memperbaiki gaya
kepemimpinan mereka, hubungan mereka dengan bawahan mereka, budaya organisasi
mereka dan banyak lagi. Di bagian berikutnya, kami menetapkan tiga bidang di masa
depan penelitian yang dapat membantu untuk memahami faktor-faktor itu mendukung
peningkatan kepemimpinan untuk inovasi dalam perawatan kesehatan.

Penemuan masa depan Pendekatan

Kami telah memungkinkan kami untuk mengambil perspektif yang luas teori dan
konsep yang mungkin relevan dengan kepemimpinan untuk inovasi dalam perawatan
kesehatan. Ini berusaha untuk mengatasi tantangan, bagi mereka yang terlibat dalam
bidang ini, mencari melalui literatur yang besar, tetapi terfragmentasi. Namun, itu juga
diizinkan kami untuk mengidentifikasi beberapa area di mana penelitian masa depan bisa
berguna: 1. Ada kebutuhan untuk penelitian lebih lanjut tentang ‘Alignment of Gaya
Kepemimpinan ’di sektor kesehatan, melihat caranya itu bermain di empat fase proses
inovasi. Bersamaan, penelitian ini harus mencakup pemeriksaan gaya kepemimpinan
yang terletak pada kontinum dari positif ke gaya kepemimpinan negatif termasuk
Otentik, Transformasional, Transaksional, Aversive atau Laissez- gaya kepemimpinan
organisasi yang adil.44,47,48 Misalnya, menciptakan Iklim Psikologis untuk Inovasi
mungkin diharapkan untuk mendorong para pemimpin / manajer merasa aman untuk
melakukannya memperkenalkan peluang baru di fase ‘Cari’ untuk ide / peluang baru
sesuai harapan dan inovasi dihargai. Oleh karena itu, pemimpin / manajer mungkin
memiliki lebih sedikit menyebabkan rasa takut dari kecemburuan internal karena mereka
memperkenalkan ide yang mungkin dimiliki orang lain dalam organisasi telah diabaikan
di masa lalu. 2. Kami percaya bahwa 'Kohesi Kelompok' perlu lebih jauh mempelajari
perannya dalam inovasi di sektor kesehatan. Kohen dan Bailey, menarik bukti dari sektor
lain, telah mencatat bagaimana “'Kohesi Kelompok' [Penekanan ditambahkan]
berhubungan positif dengan kinerja. Tiga analisis meta dan beberapa studi empiris
menemukan sedikit hingga sedang hubungan positif antara 'Kohesi Kelompok' dan
kinerja. Ini adalah temuan kuat di bidang yang dimiliki sudah lama dipelajari.

13
BAB III

KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

A. Kelebihan Jurnal I
1. Antara judul dengan isi sudah relevan materi tentang peran kepemimpinan di
sekolah
2. Dalam jurnal ini memaparkan tentang adanya kebersamaan menghasilkan
murid yang berilmu, beriman, bertaqwa dan berprilaku islami
3. Kepemimpinan madrasah memiliki keseriusan dalam memimpin madrasah
untuk mendapatkan mutu pendidikan yang baik
4. Sekolah juga menerapkan budaya senyum, salam, dan sapa
5. Kepala Madrasah mampu menempatkan guru pada jabatan profesional dengan
mengadakan pembinaan pembinaan terhadap guru melalui rapat-rapat evaluasi
kinerja guru.
6. Jurnal tersebut memaparkan kedisiplinan terhadap penghargaan bagi guru
berprestasi dan sanksi bagi guru yang indispliner
7. Kepala madrasah telah membuat perencanaan penyusunan program maka
memungkinkan kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan baik,
sehingga dapat mencapai hasil dengan baik pula
8. Pemberian motivasi merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan
keberhasilan kepala sekolah dalam memimpin madrasahnya.
9. Jurnal tersebut menjelaskan bagian kepemimpinan juga menyediakan fasilitas
dan sarana parasana pembelajaran yang memadai sehingga proses pembelajaran
dapat berlangsung dengan nyaman
10. Berdasarkan pengamat penelitian kepala madrasah telah menjalankan peran
kepemimpinannya secara baik itu tercermin dari iklim kerja yang
menyenangkan. Kepala madrasah tidak memberikan batasan atau perbedaan
antara kepala madrasah dengan seluruh dewan guru
11. Jurnal tersebut juga memaparkan konsep kepemimpinan kepala madrasah
12. Kepemimpinan kepala madrasah menerapkan selalu musyawarah kepada
seluruh dewan guru, staf dan tata usaha dalam menetapkan setiap keputusan
yang akan diambil.
13. Seorang kepala madrasah mempunyai beberapa peran diantaranya sebagai
manajer, leader, educator, administrator, inovator, motivator dan supervisor.

14
Maka kepala madrasah berhak dalam menentukan suatu keputusan atau
kebijakan dalam pengelolaan suatu proses pendidikan.

B. Kelebihan Jurnal II
1. Jurnal memaparkan kepemimpinan teori dan konsep dari literatur yang lebih
luas di kepemimpinan untuk inovasi dan kemudian mencari contoh dari sektor
kesehatan, melalui serangkaian pencarian elektronik basis data.
2. Memaparkan organisasi harus memiliki rencana strategis untuk memandu
pemimpin / manajer untuk memilih dari apa yang sering menjadi pilihan di
antara berbagai ide / peluang ini, yang sebagian besar akan terlihat, di
Setidaknya pada pandangan pertama, masuk akal dan mana yang didasarkan
pada yang terbaik niat manusia
3. Teori dan Konsep menciptakan iklim psikologis untuk inovasi iklim psikologis
organisasi telah disebut sebagai faktor dalam kemampuannya untuk menjadi
inovatif
4. Para pemimpin hendaknya berupaya membina iklim seperti itu. Namun iklim
psikologis yang mendukung bukan, dengan sendirinya, jaminan kesuksesan
dalam inovasi dan mensyaratkan bahwa perhatian para pemimpin / manajer
dikhususkan untuk masalah organisasi dan individu (yaitu, 'Konteks' [misalnya,
ekonomi; politik; dan lingkungan operasi dan 'Kohesi Kelompok'). Helfrich et
al menjelaskan suatu kerangka kerja untuk adopsi inovasi kompleks untuk
digunakan dalam kesehatan organisasi
5. Budaya tertentu dapat memfasilitasi transmisi pesan dari pemimpin / manajer
ke suatu organisasi dan buat mereka lebih jelas dipahami. Pesan semacam itu
khusus efektif bila ditemani oleh individu yang memberi penghargaan
pengambilan risiko.

15
C. Kekurangan Jurnal I
1. Dalam jurnal tersebut dijelaskan Kepala madrasah bukan satu-satunya yang
bertanggung jawab penuh melainkan terhadap suatu sekolah, karena masih
banyak faktor lain yang perlu diperhitungkan seperti: guru, peserta didik, dan
lingkungan yang mempengaruhi proses pembelajaran
2. Menjadi kepala madrasah tidaklah mudah dikarenakan Kepala madrasah
dituntut untuk untuk memiliki ide inovasi-inovasi demi mengembangkan
lembaga di madrasah yang dipimpinnya.
3. Pemimpin harus memiliki kompetensi dalam menjalankan tugas pokok dan
fungsinya.
4. Seorang pemimpin harus siap untuk memiliki banyak tugas dalam mengelola
sekolah ataupun bawahannya
5. Rendahnya tanggung jawab sebagian kepala madrasah merupakan faktor
penghambat tumbuhnya kepala madrasah profesional
6. Birokrasi yang masih dipengaruhi faktor feodalisme dimana para pejabat lebih
suka dilayani daripada melayani masih melekat di lingkungan Dinas Pendidikan

D. Kekurangan Jurnal II
1. Kurangnya sarana dan prasarana pendidikan seperti perpustakaan,
laboraturium, bengkel kerja (workshop), pusat sumber belajar, dan
perlengkapan pembelajaran sangat menghambat tumbuhnya kepala sekolah
profesional
2. Lulusan kurang mampu bersaing dengan cara dan model dalam mengubah dan
memperbaiki nilai Ujian Nasional yang berakibat pada rendahnya kemampuan
bersaing dari lulusan pendidikan sekolah banyak disebabkan oleh kualitas
hasil lulusan yang belum sesuai dengan target lulus
3. Rendahnya kepercayaan masyarakat masyarakat Indonesia pada umumnya
masih memiliki tingkat keperayaan yang kurang terhadap produktivitas
pendidikan
4. Rendahnya produktivitas kerja antara lain disebabkan oleh rendahnya etos
kerja dan disiplin
5. Tidak mampu membiasakan budaya baik untuk sekolah atau pihak pendidikan

16
BAB IV

ANALISIS JURNAL

Kepemimpinan yang efektif akan mewujudkan harapan tercapainya tujuan organisasi


secara maksimal dengan memanfaatkan sumber daya yang ada, baik sumber alam maupun
sumber daya manusianya. Seorang pemimpin dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari,
baik di kehidupan keluarga yang ada didalamnya ada kepala keluarga, maupun ketika
bermasyarakat ada pemimpin adatnya. Peran kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki
karakter khusus yang mencakup kepribadian, pengetahuan, dan profesional.

Maka dari itu berdasarkan jurnal yang saya kritik dapat dilihat perbandingannya dari
kedua jurnal tersebut, yaitu dari kedua jurnal maka yang dapat dikatakan jurnal terbaik yaitu
jurnal pertama, karena jurnal tersebut membahas secara jelas dan rinci tentang seorang
pemimpin seperti apa yang patut kita ikuti dan kita terapkan dalam sekolah. Kepemimpinan
kepala madrasah tersebut dapat melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin dengan baik. Di
dalam jurnal tersebut juga memaparkan tentang kedisiplinan antara kepala madrasah dengan
guru, antara murid dengan guru. Kepala madrasah juga menerapkan kebiasaan-kebiasaan sopan
santun saat bertemu dengan orang yang lebih tua di lingkungan sekolah tersebut yang patut kita
bawa untuk menjadi seorang pemimpin kelak. Kepala madrasah menerapkan musyawarah
kepada seluruh dewan guru, staf dan tata usaha dalam menetapkan setiap keputusan yang akan
diambil. Kemudian menjelaskan peran kepemimpinan kepala madrasah yang sangat baik.

Menurut saya, jurnal tersebut dapat dijadikan refrensi untuk kita sebagai seorang
mahasiswa yang akan membutuhkan informasi sebagai seorang pemimpin. Kepemimpinan
pendidikan dalam jurnal tersebut juga kegiatan yang dapat mempengaruhi orang lain untuk
bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain
dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Kepemimpinan pendidikan juga adalah suatu
kemampuan dan proses mempengaruhi, membimbing, mengkoordinir, dan menggerakkan
orang lain yang ada hubungannya dengan pengembangan ilmu pendidikan dan pelaksanaan

17
pendidikan kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif didalam pencapaian tujuan-tujuan
pendidikan dan pengajaran.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Mutu pendidikan hendaknya mampu menghasilkan
lulusan yang terampil, mampu sesuai dengan tingkat pendidikannya, jujur dan yang
terpenting lagi adalah moralnya baik. Peningkatan mutu pendidikan yang lebih
berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem
evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Pencapaian dan peningkatan mutu pendidikan menjadi sebuah harapan,
keinginan, tuntutan dan pandangan yang tidak semua orang bisa mengembannya.
Dalam hal ini diperlukan seorang kepala madrasah yang profesional. Kepala madrasah
yang menerima murid sebanyakbanyaknya, memiliki fasilitas sehebat-hebatnya,
menghasilkan lulusan dengan kualitas setinggitingginya, semua itu tertumpu pada
seorang kepala madrasah. Maka dari itu kepala madrasah sebagai pemimpin harus jeli
dalam membaca peluang dan ancaman yang akan datang, apabila kepala madrasah tidak
memperhatikan penentuan keberhasilan maupun kualitas pendidikan disebuah
madrasah maka madrasah tersebut akan sulit untuk mencapai mutu pendidikan yang
berkualitas

B. Saran
Penulisan makalah yang berjudul “CJR” ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, oleh karena itu besar harapan penulis untuk mengkritisi makalah ini, baik
dari segi isi maupun dari segi penulisan makalah.

18

Anda mungkin juga menyukai