Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Histologi berasal dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan
dan logos yang berarti ilmu. Jadi histologi berarti suatu ilmu yang menguraikan
struktur dari hewan secara terperinci dan hubungan antara struktur
pengorganisasian sel dan jaringan serta fungsi-fungsi yang mereka lakukan.
Jaringan merupakan sekumpulan sel yang tersimpan dalam suatu kerangka
struktur atau matriks yang mempunyai suatu kesatuan organisasi yang mampu
mempertahankan keutuhan dan penyesuaian terhadap lingkungan diluar batas
dirinya (Bavelander, 1998).
Menurut Wikipedia I (2009), histologi adalah bidang biologi yang
mempelajari tentang struktur jaringan secara detail menggunakan mikroskop
pada sediaan jaringan yang dipotong tipis. Histologi dapat juga disebut sebagai
ilmu anatomi mikroskopis. Dalam mempelajari ilmu histologi terdapat sediaan
atau preparat, yang dalam pembuatannya disebut mikroteknik. Pembuatan
sediaan jaringan tersebut dilakukan melalui beberapa tahapan seperti fiksasi,
pemendaman dan pemotongan kemudian pemulasan atau pewarnaan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana cara pembuatan preparat/sediaan jaringan histologi ?
2. Apa saja kelebihan dan kekurangan prosedur pembuatan preparat
histologi ?

C. Tujuan dan Kegunaan


1. Mengetahui prosedur/metode dalam pembuatan preparat histologi
2. Mengetahui kelebihan dan kekurangan prosedur pembuatan preparat
histologi

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Histologi
Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh
dan cara jaringan ini menyusun organ-organ. Akar kata Yunani histo dapat di
terjemahkan sebagai ‘jaringan’ atau ‘jaring’ karena kebanyakan jaringan
merupakan jarring filamen dan serat yang saling terjalin, baik selular maupun
non selular, dengan lapisan membranosa.(Bavelander, 1998)
Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu sel
dan matriks ekstrasel. Matriks ekstrasel terdiri atas banyak jenis molekul, dan
kebanyakan diantaranya sangat rumit dan membentuk struktur kompleks,
seperti serabut dan membrane basal. Fungsi matriks ekstrasel ini adalah sebagai
penunjang mekanis bagi sel-sel, mengangkut nutrient ke sel-sel, dan membawa
katabolit dan produk sekresi. Walaupun menghasilkan matriks ekstrasel, sel
tersebut di pengaruhi dan kadang di atur oleh molekul-molekul matriks.
Sehingga terdapat semacam interaksi intensif antara sel-sel dan matriks.
Setiap jaringan dibentuk oleh beberapa jenis sel dan secara khas oleh
asosiasi sel dan matriks ekstrasel yang spesifik. Asosiasi yang khas ini akan
mempermudah pengenalan sejumlah besar subtype jaringan. Kebanyakan
organ dibentuk oleh kombinasi beberapa jenis jaringan, kecuali susunan saraf
pusat, yang hampir seluruhnya terdiri atas jaringan saraf. Kombinasi yang tepat
dari jaringan-jaringan tersebut memungkinkan berfungsinya setiap organ dan
organisme secara keseluruhan.
Ukuran sel dan matriksnya yang kecil menyebabkan histology
bergantung pada penggunaan mikroskop. Kemajuan di bidang kima, biologi
molecular, fisiologi, imunologi dan patologi serta interaksi di antara bidang-
bidang tersebut sangat penting untuk memperoleh pengetahuan yang lebih baik
dibidang bilogi jaringan. Pembiasaan dengan alat dan metode setiap cabang
ilmu sangat penting untuk memahami topic pembelajaran dengan baik,

2
sehingga makalah ini akan membahas beberapa metode yang di pakai dalam
mempelajari sel dan jaringan.(Affuwa,2007)

B. Prosedur Histologi
Dalam pembuatan preparat histologis, ini dilakukan berbagai tahapan
prosedur diantaranya Fiksasi, Washing, Dehidrasi, Clearing, Impregnasi,
Embedding, Cutting, dan Staining. Berikit penjelasan dari prosedurnya:
(Botanika,2008)
1. Fiksasi
Proses fiksasi adalah proses perendaman preparat organ ke dalam
larutan fiksatif dalam hal ini bouins yang dilakukan selama 24 jam.

2. Washing
Proses washing tersebut untuk menghilangkan larutan bouins yang ada
pada preparat dengan menggunakan alkohol 70%.

3. Dehidrasi
Dehidrasi digunakan untuk menghilangkan air dalam jaringan. Bahan
yang digunakan untuk dehidrasi harus mampu menggantikan fungsi air.

4. Clearing
Digunakan pada jaringan agar alkohol yang terdapat pada jaringan dapat
keluar.

5. Impregnasi
Impregnasi dilakukan untuk mengeraskan dan mengkakukan jaringan
agar jaringan terlihat jelas bagian-bagian dan lebih mudah dilakukan
proses pemotongan.

3
6. Embedding
Proses yang digunakan untuk meletakkan pada lempengan blok dan diisi
dengan parafin cair yang ditutupi oleh cassette dan deckle.

7. Cutting
Cutting yaitu proses tahap pemotongan jaringan dengan menggunakan
pisau mikrotom.

8. Staining
Proses pewarnaan pada jaringan jantung. Agar memperjelas bagian-
bagian jaringan pada hewan.

C. Pembuatan Sediaan Jaringan


Pekerjaan membuat jaringan hingga siap untuk di amati di sebut
histoteknik atau mikroteknik. Prosedur yang paling sering digunakan dalam
mempelajari jaringan persiapan sediaan histology atau irisan jaringan yang
dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Dengan mikroskop cahaya,
jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena organ
dan jaringan biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut
harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusen dan kemudian
dilekatkan di atas kaca objek sebelum jaringan tersebut dapat diperiksa.
Sediaan jaringan (preparat) mikroskopik yang ideal harus dibuat
sedemikian rupa sehingga jaringan pada sediaan tersebut tetap memiliki
struktur dan komposisi molekul yang sama seperti di tubuh. Akan tetapi pada
praktiknya, hal ini jarang dapat dilakukan dan hampir selalu ada artefak ,
distorsi, dan hilangnya komponen-komponen akibat proses persiapannya.
Berikut tahapan-tahapan dasar yang diterapkan pada pembuatan preparat
(sediaan) jaringan histology: (Robby,2000)

4
1. Fiksasi
Jika preparat yang permanen dikehendakai, jaringan harus difiksasi.
Untuk menghindari jaringan pencernaan jaringan oleh enzim di dalam sel atau
oleh bakteri dan untuk mempertahankan struktur dan komponen molekul,
potongan organ harus diolah dengan tepat, sebelum atau secepat mungkin
setelah organ diangkat dari tubuh hewan. Fiksasi dapat dilakukan secara
kimiawi atau dengan cara fisika. Pada fiksasi kimiawi, jaringan biasanya
direndam dalam larutan yang menstabilkan atau dalam bahan pengikat yang
disebut bahan fiksasi. Karena bahan fiksasi memerlukan waktu untuk meresap
sepenuhnya kedalam jaringan, jaringan tersebut biasanya dipotong menjadi
fragmen kecil sebelum difiksasi untuk mempermudah pnetrasi bahan fiksasi
dan untuk menjamin pengawetan jaringan.
Salah satu bahan fiksasi terbaik untuk pemeriksaan mikroskop cahaya
rutin adalah larutan dapar isotonic dari formaldehid 37%. Formaldehida dan
glutaradelhida, yaitu bahan fiksasi lain yang banyak di pakai, diketahui bereaksi
dengan gugus amina protein jaringan. Pada glutaradelhida, kerja fiksasinya
diperkuat karena zat ini merupakan dialdehida yang dapat membentuk ikatan-
silang antarprotein.

2. Pemendaman dan Pemotongan


Jaringan umumnya dipendam dalam medium padat untuk memudahkan
pemotongan. Untuk memperoleh sediaan yang tipis dengan mikrotom,
jaringan harus di infiltrasi sesudah fiksasi dengan substansi pemendam yang
member sifat padat pada jaringan. Bahan pemendaman meliputi paraffin, dan
dammar plastik. Paraffin digunakan secara rutin untuk mikroskop cahaya,
dammar digunakan baik pada mikroskop cahaya maupun electron.
Proses pemendaman atau impregnasi jaringan biasanya didahului oleh
dua tahap utama yaitu pengeringan (dehydration) dan
penjernihan (clearing). Air mula-mula dihilangkan dari potongan jaringan

5
yang ingin di pendam dengan cara merendamnya berturut-turut secara bertahap
dalam larutan etanol dan air, biasanya dari etanol 70% sampai 100%
(pengeringan). Etanol kemudian digantikan dengan larutan yang dapat
bercampur dengan alcohol dan media pemendaman. Sewaktu jaringan di
infiltrasi oleh pelarut, jaringan biasanya menjadi jernih (transparan). Setelah
jaringan tersebut dipenuhi oleh larutan, jaringan dimasukkan dalam paraffin
cair di dalam oven, pada suhu 52-60. Panas akan menguapkan pelarut dalam
jaringan dan celah jaringan yang ditinggalkan akan diisi dengan paraffin.
Setelah dikeluarkan dari oven, potongan jaringan dengan paraffin didalamnya
akan menjadi keras.
Blok keras yang berisi jaringan kemudian diletakkan pada suatu alat
disebut mikrotom dan di iris dengan pisau baja atau pisau kaca mikrotom
menjadi potongan setebal 1-10 satuan jarak lain yang umum digunakan dalam
histology adalah nanometer dan angstrom. Lembaran jaringan diapungkan
diatas air dan dipindahkan keatas kaca objek untuk dipulas.

3. Pemulasan
Agar dapat dipelajari dibawah mikroskop, sediaan biasanya harus
dipulas atau diwarnai karena kebanyakan jaringan tidak berwarna. Oleh sebab
itu, sejumlah metode pemulasan jaringan telah dirancang agar berbagai unsure
jaringan jelas terlihat dan dapat dibedakan satu dengan yang lain. Kebanyakan
pewarna ini bersifat sebagai senyawa asam atau basa dan cenderung
membentuk ikatan elektrostatik (garam) dengan radikal yang dapat terionisasi
di jaringan. Komponen jaringan dengan muatan netto negative (anionic) lebih
mudah di pulas dengan pewarna basa yang disebut basofilik, sedangkan
komponen kationik, seperti protein dengan banyak gugus amino yang
terionisasi, memiliki afinitas untuk pewarna asam dan disebut asidofilik.
Contoh pewarna basa adalah biru toluidin, biru alcian dan biru metilen.
Hematoksilin bekerja seperti pewarna basa, artinya zat ini memulas komponen
basofilik jaringan. Komponen jaringan utama yang mengionisasi dan bereaksi

6
dengan pewarna basa akan mengikat zat basa karena adanya asam dalam
komposisi jaringan tersebut. Contoh pewarna asam misalnya G jingga (orange
G), eosin dan asam fukhsin memulas komponen asidofilik jaringan seperti
mitokondria, granula skretoris, dan kolagen.
Dari semua pewarna, kombinasi hematoksilin dan eosin (H&E) yang
paling banyak dipakai. Hematoksilin memulas DNA intisel dan struktur asam
lainnya di sel (seperti bagian sitoplasma yang kaya-RNA dan matriks tulang
rawan) menjadi biru. Sebaliknya, eosin memulas sitoplasma dan kolagen
menjadi merah muda. Selain terdapat banyak pewarna lainnya misalnya
trikom yang berfungsi menampakan inti dan sitoplasma dengan jelas
serta membantu membedakan komponen jaringan ekstrasel daripada H&E.
Dasar kimiawi untuk prosedur pemulasan lainnya lebih sulit dari pada
interaksi elektrostatik yang mendasari basofilia dan asidofilia. DNA secara
spesifik dapat diidentifikasikan dan dikuantifikasi dalam inti sel dengan
menggunakan reaksi feulgen, pada reaksi ini, gula deoksiribosa dihidrolisis
oleh asam hidroklorat lemah, yang diikuti dengan pengolahan dengan
reagen asam periodat dan schiff (PAS). Teknik PAS didasarkan pada
transformasi gugus 1,2-glikol yang terdapat dalam gula menjadi residu aldehid,
yang lalu bereaksi dengan reagen Schiff untuk menghasilkan warna magenta
atau ungu.
Polisakarida membentuk suatu kelompok yang sangat heterogen di
jaringan dan terdapat baik dalam bentuk bebas atau kombinasi dengan protein
dan lipid. Karena kandungan gula heksosnya, sejumlah besar polisakarida juga
dapat diperlihatkan dengan reaksi PAS. Polisakarida bebas yang berlimpah
disel hewan merupakan glikogen, yang dapat diperlihatkan oleh PAS di hati,
otot lurik, dan jaringan lain yang menimbunnya.
Rantai gula bercabang pendek melekat pada asam amino glikoprotein
sehingga kebanyakan glikoprotein terpulas positif oleh PAS.
Glikosaminoglikan (GAG) merupakan polisakarida anionic yang berantai
panjang dan tidak bercabang dan mengandung gula teraminasi. Banyak

7
glikosaminoglikan yang disintesis ketika melekat pada inti protein dan
membentuk suatu golongan makromolekul yang disebut proetoglikan, yang
menjadi bahan penting matriks ekstra sel (ECM) ketika disekresi.
Material basofilik atau yang terpulas positif dengan PAS selanjutnya
dapat diidentifikasi oleh pengolahan awal sediaan jaringan melalui pencernaan
enzim dengan suatu enzim yang secara spesifik mencerna suatu substra, dan
membiarkan bagian lainnya yang berdekatan. Pada banyak prosedur, struktur
tertentu seperti inti sel menjadi terlabel, tetapi bagian sel lain sering tidak
tampak. Dalam hal ini, pulasan balik (counterstain) digunakan untuk
memberikan informasi tambahan. Pemulas balik biasanya adalah pewarna
tunggal yang diberikan pada suatu sediaan dengan metode lain untuk
mempermudah pengenalan inti atau struktur lain.
Struktur yang kaya akan lipid paling baik diperlihatkan dengan zat
pewarna yang larut-lipid untuk menghindari langkah persiapan seperti
pengolahan dengan panas, xylene, paraffin, yang dapat membuang lipid.
Sediaan beku dipulas dalam larutan alcohol yang tersaturasi dengan suatu
pewarna lipofilik seperti sudan black. Zat warna larut dalam dropet lipid sel dan
struktur lain yang kaya lipid, yang menjadi terpulas hitam.
Metode khusus untuk menemukan kolesterol, fosfolipid, dan glikolipid
bermanfaat pada diagnosis penyakit metabolic dengan terjadinya akumulasi
barbagai jenis lipid didalam sel. Selain pemulasan jaringan dengan pewarna,
teknik impregnasi logam yang biasanya menggunakan garam perak merupakan
metode yang umum dalam memperlihatkan serat matriks ekstrasel tertentu dan
element sel spesifik di jaringan saraf. (Caroko,2009)
Lama keseluruhan prosedur, mulai dari saat fiksasi sampai pengamatan
jaringan di bawah mikroskop cahaya dapat memerlukan waktu dari 12 jam 2,5
hari, yang bergantung pada ukuran jaringan, bahan fiksasi, media pemendaman
dan metode pemulasan. Langakah terakhir sebelum pengamatan adalah
melekatkan kaca penutup pada kaca objek dengan media perekat.

8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah pembuatan preparat
jaringan histology adalah sebagai berikut:
1. Histologi merupakan ilmu yang memepelajari tentang jaringan tubuh
dan cara jaringan ini menyusun organ-organ.
2. Jaringan dibentuk oleh dua komponen yang saling berinteraksi yaitu
sel dan matriks ekstrasel yang berukuran mikroskopis, sehingga
dalam pengamatannya diperlukan mikroskop.
3. Sebelum melakukan pengkajian, diperlukan adanya sediaan
jaringan, yang cara pembuatannya disebut histoteknik.
4. Tahapan dalam pembuaatan sediann jaringan adalah fiksasi,
pemendaman dan pemotongan, pemulasan dan berakhir dengan
penempatan kaca penutup pada kaca objek.

B. Saran
Penulisan makalah yang berjudul “PROSEDUR DASAR PRODUKSI
SEDIAAN HISTOLOGI PERMANEN JARINGAN HEWAN” ini masih
banyak kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu besar harapan penulis untuk
mengkritisi makalah ini, baik dari segi isi maupun dari segi penulisan makalah.

9
DAFTAR PUSTAKA

Affuwa. 2007.Jaringan pada Hewan.http://affuwa.wordpress.com. Diakses pada


tanggal 17 Maret 2009.

Bavelander G, dkk. 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

Botanika. 2008. Fixation mbedding sectioning.http//botanika.biologija.org. Diakses


tanggal 17 Maret 2009.

Caroko, Edhi. dkk. 2009. Berharap Menjaring Devisa dari Si Nila


http://www.majalahtrust.com/bisnis/peluang/806.php. [diakses tanggal 24
maret 2009].

Robby N, dkk. 2000. Histologi. Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.

Makassar.

Wikipedia I. 2009. Histologi. http://id.wikipedia.org/wiki/Histologi. [Diakses 15

Maret 2009].

10

Anda mungkin juga menyukai