Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS KEDUNDUNG
JL. BY PASS KEDUNDUNG, TELP. (0321) 392028
MOJOKERTO

KERANGKA ACUAN
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TERKAIT KESEHATAN JIWA
PUSKESMAS KEDUNDUNG KOTA MOJOKERTO
TAHUN ANGGARAN 2018

I. PENDAHULUAN
Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kesehatan adalah hak azasi manusia,
oleh karenanya pembangunan kesehatan adalah sebagai salah satu upaya
pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran dan kemauan untuk
hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
Disamping itu, kesehatan juga merupakan investasi, oleh karena itu kesehatan
merupakan tanggung jawab bersama yaitu merupakan tanggung jawab pemerintah
serta seluruh masyarakat.
Dalam Undang-Undang No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis”. Kesehatan
jiwa merupakan bagian integral dari Kesehatan. Kesehatan Jiwa adalah suatu kondisi
mental yang sejahtera (mental wellbeing) yang memungkinkan hidup harmonis dan
produktif (harmonious and productive life), sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup
seseorang, dengan memperhatikan semua segi kehidupan manusia.

II. LATAR BELAKANG


Masalah kesehatan jiwa saat ini sebenarnya sangat serius dan perlu perhatian
khusus. Kebanyakan tidak disadari oleh masyarakat itu sendiri. Masyarakat akan
datang meminta pertolongan kepada petugas kesehatan atau orang lain bila dalam
dirinya terjadi adanya gangguan fisik, sedangkan bila masyarakat mengalami
gangguan jiwa, yang bersifat ringan biasanya dianggap kejadian normal sedangkan
yang sudah berat biasanya ditutupi dan mencari pengobatan alternatif dan tidak
perlu mencari pertolongan kepada petugas kesehatan maupun orang lain.
Sikap masyarakat kita yang mengucilkan serta mendiskriminasikan penderita
gangguan jiwa dan juga budaya kita yang merasa malu bila anggota keluarga kita
mengalami gangguan kesehatan jiwa turut memperparah upaya peningkatan
kesehatan jiwa. Oleh karena itu masyarakat perlu diberdayakan melalui berbagai
cara untuk membantu dan berperan aktif dalam pencegahan dan penaggulangan
masalah kesehatan jiwa.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) meramalkan bahwa hilangnya waktu produktif
akibat gangguan jiwa dan neurologik pada tahun 2020 akan meningkat menjadi
15% dibandingkan pada tahun 2000 yang hanya 12,3%.
Dari hasil Survay Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) tahun 1995 yang
dilaksanakan oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia pada penduduk di 11
kota menunjukkan bahwa 185 dari 1000 penduduk mempunyai gejala gangguan
kesehatan jiwa. Masalah gangguan jiwa berdasarkan gambaran klinik, ada atau
tidaknya gejala dan tanda serta intensitasnya keparahan, dapat digolongkan atas
Ringan (Mental Capacity Deficit) yaitu bila gejalanya menyebabkan gangguan
ringan dalam fungsi sosial atau pekerjaan, misalnya sulit berkonsentrasi setelah
bertengkar dengan anggota keluarga, depresi yang ringan, atau membolos.
Gangguan fungsi jiwa yang sedang (Mental Disfunction) adalah bila terdapat gejala
atau gangguan antara ”ringan” dan ”berat” misalnya suasana emosi yang datar,
bicara berputar-putar tidak jelas ujung pangkalnya, atau serangan panik sehingga
mendapat kesulitan dalam fungsi sosial, pekerjaan atau sekolah (konflik dengan
teman sekantor atau sekolah). Disintegrasi mental (Mental Disintegration) adalah
gejala atau gangguan fungsi yang berat misalnya ada ide bunuh diri atau
membunuh orang lain tanpa alasan yang jelas, sering mencuri, menelantarkan
keluarga, sering melakukan tindak kekerasan, tidak peduli dengan kebersihan dan
kesehatan pribadi.
Adapun hasil dari SKMRT 1995 adalah sebagai berikut :
 Masalah ketergantungan yang diakibatkan oleh 44,0%
NAPZA termasuk rokok dan alkohol (Mental Addiction)
 Defisit kemampuan mental (Mental Capacity Deficit) 34,0%
 Gangguan fungsi mental (Mental Disfunction) 16,2%

 Disintegrasi mental (Mental Disintegration) 5,8%

Hingga saat ini belum ada data nasional tentang kesehatan jiwa yang terbaru,
namun sebagai gambaran, berdasarkan pada hasil survay yang dilakukan oleh
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat yang bekerja sama dengan Biro Pusat
Statistik pada tahun 2001 di Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Subang
menunjukkan bahwa 34 – 40 % penduduk mengalami gangguan kesehatan jiwa,
sedang hasil case finding (penemuan kasus) di 24 kabupaten/kota di Jawa Barat
pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 36,7% pengunjung puskesmas menderita
gangguan mental emosional. Hasil penemuan kasus (case finding) kesehatan jiwa
ibu hamil dan ibu meneteki di 112 puskesmas dari 24 kabupaten/kota se Jawa
Barat pada tahun 2003 diperoleh hasil dari 2.928 responden yang terjaring,
terdapat 27% (798 orang) mengalami gangguan kesehatan jiwa.
Dilihat dari data-data tersebut diatas, sebenarnya dalam masyarakat kita banyak
terjadi gangguan jiwa tanpa disadari oleh masyarakat itu sendiri. Keadaan yang
demikian bila terus dibiarkan akan menjadi preseden (awal kejadian) yang buruk
pada peningkatan kualitas serta kesejahteraan masyarakat pada masa yang akan
datang.
Gangguan jiwa yang umum dijumpai di masyarakat adalah depresi, tindak
kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan NAPZA, skizofrenia, epilepsi,
penyakit alzheimer, kemunduran mental, kepikunan pada usia lanjut, gangguan jiwa
pada anak seperti autisme dan hiperaktifitas yang berlebihan, perilaku agresip pada
remaja, ketagihan merokok, penyalahgunaan alkohol dan lain-lainnya.
Masalah kesehatan jiwa yang terjadi di masyarakat tidak bisa dianggap ringan,
karena bila tidak ditangani dengan serius dapat menimbulkan dampak sosial di
masyarakat seperti meningkatnya angka kekerasan, kriminalitas, bunuh diri,
penganiayaan terhadap anak, perceraian, kenakalan remaja, penyalahgunaan
NAPZA yang dapat mengakibatkan terjadinya gangguan pada fisik, perjudian,
pengangguran, pelecehan seksual dan banyak lagi masalah sosial yang pada
akhirnya dapat merugikan masyarakat itu sendiri.
Untuk mengatasi masalah-masalah kesehatan jiwa tersebut diatas telah banyak
upaya yang dilakukan pemerintah, namun hasilnya belum optimal. Sejalan dengan
kebijakan otonomi daerah, dimana daerah diberikan wewenang yang lebih besar
untuk mengelola sistem kesehatan sendiri merupakan peluang yang besar dalam
upaya meningkatkan derajat kesehatan jiwa masyarakat. Salah satu upaya yang
diharapkan memiliki daya ungkit yang tinggi adalah melalui pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan jiwa.
Gangguan jiwa adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena
hubungannya denganorang lain, kesulitan karena persepsinya tentang kehidupan
dan sikapnya terhadapdirinya sendiri
Pemberdayaan masyarakat adalah kegiatan bertujuan untuk meningkatkan potensi
masyarakat agar mampu meningkatkan kualitas hidup yang lebih baik bagi seluruh
warga masyarakat melalui kegiatan-kegiatan swadaya.
III. TUJUAN
Tujuan Umum :
Sebagai acuan dalam kegiatan program kesehatan jiwa.

Tujuan Khusus :
Dapat melakukan pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa.

IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

VI. SASARAN
Kader, lurah, toga toma, pemegang program terkait

VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan akan dilaksanakan pada :
Tanggal : Januari 2018
Tempat : wilayah kerja UPT Puskesmas Kedundung
Waktu : 08.00 – selesai
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

Evaluasi Pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa, apakah sesuai jadwal


pada saat persiapan dan pelaksanaan kegiatan. Laporan evaluasi pelaksanaan
kegiatan Evaluasi Pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa harus disusun
pada tiap akhir kegiatan Evaluasi Pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa
oleh Penanggung jawab Upaya Kesehatan Jiwa..

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

Hasil pencatatan dan pelaporan kegiatan Evaluasi Pemberdayaan masyarakat terkait


kesehatan jiwa merupakan sumber data yang penting untuk pemantauan dan penilaian
perkembangan kegiatan Upaya Kesehatan Jiwa. Penanggung jawab Upaya Kesehatan
Jiwa membuat laporan tiap kegiatan Evaluasi Pemberdayaan masyarakat terkait
kesehatan jiwa paling lambat 1 minggu setelah pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan
masyarakat terkait kesehatan jiwa kepada Kepala Puskesmas. Evaluasi Pemberdayaan
masyarakat terkait kesehatan jiwa dilakukan setelah melaksanakan kegiatan
Pemberdayaan masyarakat terkait kesehatan jiwa.

Mojokerto , …..

Mengetahui
Kepala UPT Puskesmas Kedundung Pelaksana Program

Drg. ENI SURYAWATI AGUS SUYITNO, S.Kep.Ns


NIP. 19620704 198803 2 006 NIP. 19820315 200903 2 004

Anda mungkin juga menyukai