Anda di halaman 1dari 19

PEDOMAN

RUMAH SAKIT SAYANG IBU DAN BAYI


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang menjadi
indikator kualitas kesehatan masyarakat disuatu negara ternyata masih tergolong
tinggi di Indonesia. Menurut Survei Demografi kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2017 Angka kematian Ibu 201 per 100.000 kelahiran hidup Angka kematian Neonatus
19 per 1000 Kelahiran hidup, Angka kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup.
Berdasarkan MDGs th 2015 diharapkan Angka kematian Ibu menurun menjadi 102
per 100.000 kelahiran hidup dan Angka kematian Bayi menurun menjadi 23 per 1000
kelahiran hidup.

Berbagai program telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan AKI dan


AKB diantaranya adalah melalui Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.
Pelayanan kesehatan ibu dan bayi merupakan pelayanan yang berkesinambungan
dan saling terkait. Kesehatan bayi ditentukan sejak bayi dalam kandungan. Disisi lain
kesehatan ibu dapat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya.
Berdasarkan hal tersebut maka upaya penurunan AKI dan AKB merupakan kegiatan
yang saling terkait.

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap tingginya AKI dan AKB adalah
proses rujukan yang masih belum mantap, antara lain karena rujukan yang terlambat
dan ketidaksiapan fasiitaskesehatan terutama ditingkat rujukan primer
(PUSKESMAS) dan tingkat rujukan sekunder (RS Kabupaten / Kota) untuk
melakukan Pelayanan Obstetrik Neonatus Emergensi Komprehensif (PONEK).

Dalam rangka ikut mensukseskan program pemerintah, Sahid Sahirman


Memorial Hospital mengadakan upaya peningkatan mutu pelayanan dengan
melaksanakan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna
menuju Rumah sakit Sayang Ibu Dan Bayi.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan bayi secara terpadu dalam
upaya menurunkan Angka kematian Ibu ( AKI ) dan Angka Kematian Bayi (
AKB )
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatnya pemberian ASI Eksklusif.
b. Terlaksananya Perawatan Metode kanguru.
c. Meningkatnya pelayanan antenatal care.
d. Meningkatnya pelayanan konseling kesehatan maternal dan neonatal.
e. Terselenggaranya pelayanan persalinan aman dan bersih.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 2


f. Terselenggaranya Inisiasi Menyusui Dini
g. Terselenggaranya pelayanan rawat gabung dan emergency neonatal care.
h. Terselenggaranya pelayanan imunisasi dan tumbuh kembang.
i. Terselenggara pelayanan rujukan dua arah dengan sarana kesehatan lain.
j. Terlaksananya audit maternal perinatal rumah sakit secara periodik dan tindak
lanjut.
k. Terbentuknya kelompok pendukung ASI.

C. Sasaran
75 % Program RSSIB dapat terlaksana.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 3


BAB II
DEFINISI

A. Definisi
Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB) adalah rumah sakit pemerintah maupun
swasta, umum maupun khusus yang telah melaksanakan 10 langkah menuju
perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu
dan paripurna
2. Identifikasi masalah dalam pelaksanaan perlindungan ibu dan bayi secara terpadu
dan paripurna
3. Sebagai dasar pembinaan RS tersebut menuju rumah sakit sayang ibu dan bayi dan
mempertahankan serta mengembangkannya.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 4


BAB III
RUANG LINGKUP RSSIB

A. Pada pelayanan di rumah sakit diperlukan sarana, prasarana, IGD, Poliklinik, Kamar
bersalin, Ruang nifas, Kamar operasi, Kamar rawat Intensif (HCU/ICU/NICU/PICU), unit-
unit penunjang : Radiologi, laboratorium, farmasi, gizi, ruang rawat inap dll.

B. Pelayanan di IGD adalah pelayanan pertama bagi kasus gawat darurat obstetric dan
neonatal yang memerlukan organisasi yang baik (Tim PONEK 24 jam), pembiayaan
termasuk sumber pembiayaan, SDM yang baik dan terlatih, mengikuti perkembangan
tehnologi pada pelayanan medis.

C. Poliklinik adalah pelayanan rawat jalan bagi ibu hamil dan menyusui.Disini tenaga
kesehatan (SpOG, Bidan, perawat dll) dapat memberikan pelayanan dan konseling
mengenai kesehatan ibu dan bayi termasuk KB, imunisasi, gizi dan tumbuh
kembang.Tersedia juga pojok laktasi untuk menyusui.

D. Kamar bersalin adalah ruangan tempat ibu melakukan persalinan, dimana selalu ada
bidan jaga 24 jam, yang dilengkapi dengan peralatan 9 forcep, vakum dan peralatan
resusitasi bayi) dan depo obat-obatan gawat darurat kebidanan.

E. Kamar operasi adalah ruangan tempat dilakukan operasi Caesar, yang dilengkapi
dengan peralatan, obat-obatan dan unit tranfusi darah.

F. Ruang nifas merupakan ruang perawatan paska persalinan yang meliputi pengelolaan
tentang menyusui, infeksi, perdarahan sisa plasenta dan defisiensi episiotomy.Disini
juga baiknya tersedia ruangan dan aktifitas senam nifas.

G. Penunjang diagnostic dan penunjang dalam pengobatan merupakan pendukung dalam


pelaksanaan program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 5


BAB IV
TATA LAKSANA

A. Langkah 1
Ada kebijakan tertulis tentang manajemen yang mendukung pelayanan kesehatan ibu
dan bayi termasuk pemberian ASI eksklusif dan Perawatan Metode Kanguru (PMK)
untuk BBLR.

1. Direktur rumah sakit membuat kebijakan tertulis tentang :


a) Pelaksanaan program RSSIB dengan penerapan 10 langkah perlindungan ibu
dan bayi secara terpadu dan paripurna.
b) Penetapan Pokja/Komite di rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan dan evaluasi program RSSIB.
c) Pemberian ASI termasuk IMD yang secara rutin dikomunikasikan kepada
petugas kesehatan.
d) Pelaksanaan PMK bagi BBLR.
e) Ada pemberian keringanan/pembebasan atas biaya perawatan/tindakan/rujukan
kasus resiko tinggi dan kasus gawat darurat obstetric dan neonatal bagi
penderita yang tidak mampu.
f) System rujukan pelayanan ibu dan bayi dengan system regionalisasi.
g) Kerjasama dengan kelompok pendukung ASI dan Posyandu di wilayahnya
tentang proses rujukan pasca persalinan dalam rangka monev ASI eksklusif dan
PMK pada BBLR.
h) Semua kebijakan di atas harus dikomunikasikan kepada seluruh petugas RS.
2. Direktur rumah sakit membuat SK tentang Pemberian ASI dan penerapan kode
pemasaran PASI yang secara rutin dikomunikasikan kepada seluruh petugas RS dan
dipampangkan.
3. Direktur rumah sakit menandatangani protat-protap pelaksanaan progam RSSIB
terpadu yang telah dibuat oleh Pokja/Komite dan cara/format pelaporan, seperti:
a) Kegawatdaruratan kebidanan
b) Kegawatdaruratan neonatal
c) Pelayanan antenatal
d) Persalinan bersih dan aman (APN) termasuk persalinan yang ditunggu oleh suami
dan keluarga.
e) Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin K1 injeksi
(untuk bayi normal setelah IMD, bayi sakit setelah resusitasi) dan salep/tetes
mata.
f) Perawatan nifas dan rawat gabung
g) Perawatan PMK untuk bayi BBLR dan premature.
h) Pencegahan infeksi nosokomial
i) Pelaksanaan 10 langkah keberhasilan menyusui (termasuk IMD, membantu ibu
dalam masalah pelekatan dan cara menyusui yang benar, on demand, ASI
eksklusif).
j) Tindakan medis dan operasi Caesar
k) Hygiene perineum

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 6


l) Pengaturan jadwal dokter, perawat dan bidan sehingga pelayanan siap 24 jam
m) Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan untuk pasien
n) Pelayanan penunjang laboratorium dan radiologi
o) Keluarga Berencana
p) Imunisasi
q) Audit Maternal Perinatal
4. Adanya pertemuan berkala untuk melakukan evaluasi program RSSIB

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa:


a. Kebijakan yang kemungkinan belum tercakup tentang perlindungan ibu dan bayi
sesuai standar yang ideal
b. Pengembangan penelitian yang berdampak terhadap perlindungan kesehatan ibu
dan bayi
c. Publikasi dan dokumentasi hasil-hasil penelitian
d. Setiap RS mempunyai ruang dan klinik laktasi dengan konselor menyusui yang
siap 24 jam

B. Langkah 2
Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal.

1. Adanya pelayanan antenatal sesuai standar pelayanan kebidanan pada ibu hamil
2. Melakukan penapisan dan pengenalan dini kehamilan resiko tinggi dan komplikasi
kehamilan
3. Mengadakan kegiatan senam hamil
4. Memberikan informasi kepada ibu hamil mengenai keuntungan pemberian ASI,
manajemen laktasi, penyuluhan gizi dan penyuluhan “perubahan pada ibu dan janin
serta kebutuhan setiap trimester kehamilan, persiapan persalinan, tanda-tanda
bahaya”
5. Mempertimbangkan tindakan-tindakan yang dilakukan ibu berlatar belakang
kepercayaan/agama dan tradisi/adat setempat
6. Diterapkannya upaya pencegahan infeksi dalam pelayanan antenatal
7. Melibatkan suami saat pemeriksaan & penyuluhan konseling
8. Memberikan konseling kepada ibu hamil yang terinfeksi HIV
9. Semua petugas di bagian kebidanan dan anak dapat memberikan informasi kepada
ibu-ibu yang habis melahirkan mengenai cara menyusui yang benar dan pentingnya
ASI.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Upayakan membuat sendiri bahan materi yang baik dan benar
b. Menggunakan multimedia secara bertahap (cetakan, kaset, video,film)
c. Upayakan membuat soundsistem disemua unit RS untuk penyuluhan masal
melalui PKMRS

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 7


d. Upayakan setiap pegawai RS mengetahui tentang RS Sayang ibu dan bayi dan
kita mengharapkan mereka sebagai “key person” dilingkungan dimana mereka
tinggal.

C. Langkah 3
Menyelenggarakan persalinan bersih & aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan Inisiasi Menyusu Dini dan kontak kulit ibu-bayi.
1. Melakukan penapisan resiko persalinan dan pemantauan persalinan
2. Diterapkannya standar pelayanan kebidanan pada persalinan
3. Adanya fasilitas kamar bersalin sesuai standar
4. Adanya fasilitas pencegahan infeksi sesuai standar
5. Adanya fasilitas peralatan resusitasi dan perawatan bayi baru lahir
6. Adanya fasilitas kamar operasi sesuai standar
7. Inisiasi Menyusu Dini : skin to skin contact, perhatikan tanda-tanda bayi siap
menyusu, bayi mulai menghisap.
8. Perawatan bayi baru lahir (perinatologi) termasuk pemberian vitamin K1 injeksi &
tetes/salep mata (tetrasiklin/eritromisin).
9. Adanya pelatihan berkala bagi dokter, bidan dan perawat (inhouse training) dalam
penanganan persalinan aman dan penanganan pada bayi baru lahir
10. Adanya pelatihan IMD neonates
11. Penanggung jawab program perinatal resiko tinggi dan program RSSIB
berkoordinasi melalui pertemuan lintas sector maupun lintas program secara rutin.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Menambah sarana dan prasarana fisik untuk setiap rumah sakit harus
mempunyai dua buah OK dan VK dan peralatan 3 set.
b. Pengembangan unit perawatan neonates resiko tinggi.

D. Langkah 4
Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Komprehensif
(PONEK)
1. Adanya standar pelayanan terhadap kasus potensial resiko tinggi, kasus resiko
tinggi dan kasus gawat darurat obstetric dan neonatal
2. Adanya pelayanan tranfusi yang dapat dilaksanakan 24 jam
3. Tindakan operatif dapat dilaksanakan 24 jam
4. Kesiapan pelayanan kebidanan 24 jam
5. Ada dokterjaga 24 jam yang telah mengikuti pelatihan penanggulangan gawat
darurat kebidanan dan neonatal
6. Ada fasilitas unit gawat darurat kebidanan dan fasilitas pelayanan:
HCU/ICU/NICU/PICU sesuai standard an kompetensi
7. Adanya pelatihan bagi Dr.SpOG, Dr.SpA, dokter, bidan dan perawat tentang
pelayanan obstetric neonatal emergency komprehensif
8. Adanya pelatihan untuk penanganan bayi kurang bulan dengan Perawatan
Metode Kanguru

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 8


RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :
a. Upayakan secara bertahap melakukan pelatihan hingga mencapai 100%
terutama di unit terkait, misalnya RS yang mempunyai NICU dengan tenaga
terlatih
b. Memperbaiki proses pelatihan sesuai hasil evaluasi
c. Pengembangan unit gawat darurat neonatus resiko tinggi

E. Langkah 5
Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu
ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
1. Praktekkan rawat gabung ibu dan bayi bersama 24 jam sehari
2. Adanya pemantauan infeksi nosokomial pada bayi yang dirawat gabung
3. Melakukan manajemen laktasi dan perawatan bayi
4. Adanya tata tertib/jam kunjungan bayi dan ibu
5. Adanya larangan promosi susu formula di RS dan lingkungannya
6. Melaksanakan pemberian ASI sesuai kebutuhan bayi atau sesering semau bayi
7. Tidak memberikan minuman atau makanan kepada bayi baru lahir selain ASI
kecuali ada indikasi medis
8. Melaksanakan Perawatan Metode Kanguru untuk bayi kurang bulan/BBLR
(Kangaroo Mother Care)
9. Memberitahu ibu bagaimana cara menyusui yang benar
10. Tidak memberikan dot/kempeng pada bayi
11. Tetap mempertahankan laktasi walaupun harus terpisah dari bayinya
12. Adanya fasilitas ruang nifas sesuai standar
13. Melakukan perawatan nifas
14. Melakukan hygiene perineum
15. Pencegahan infeksi nosokomial pada ibu yang dirawat

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Meningkatkan kualitas bahan dan alat peraga untuk demonstrasi
b. Pelaporan keberhasilan menyusui
c. Adanya pelayanan perinatal lanjutan (pelayanan follow up diluar rumah sakit atau
kunjungan rumah)
d. Pemberian susu formula hanya atas indikasi medis dan keadaan-keadaan khusus
e. Persediaan susu formula bukan untuk pemberian gratis
f. Pengembangan penelitian tentang keberhasilan menyusui (ASI)

F. Langkah 6
Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
1. RS sebagai Pembina wilayah rujukan
2. Menyediakan pelayanan ambulan 24 jam
3. Melaksanakan umpan balik rujukan

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 9


4. Menyelenggarakan pelatihan PONEK atau pelatihan yankes ibu bayi lainnya bagi
semua petugas yang terkait dan bagi petugas Puskesmas/rumah bersalin dan
bidan praktek swasta di wilayah lingkup rujukan
5. Membina jejaring rujukan ibu bayi dengan sarana kesehatan lain di wilayah
binaannya.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa:


a. Membentuk keterpaduan dalam system rujukan di kabupaten/kota
b. Mengevaluasi pelaksanaan rujukan
c. Pengembangan penelitian tentang system rujukan
d. Dokumentasikan hasil-hasil evaluasi

G. Langkah 7
Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
1. Menyelenggarakan konseling dan pelayanan imunisasi bayi di RS sesuai dengan usia
2. Memantau tumbuh kembang bayi sejak lahir (stimulasi, deteksi dan intervensi dini
tumbuh kembang)
3. Memantau pemberian ASI eksklusif pada bayi
4. Penanganan penyakit bayi sesuai standar.

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Pengembangan penelitian tentang imunisasi
b. Publikasikan dan dokumentasikan hasil-hasil penelitian

H. Langkah 8
Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan &
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya
1. Menyelenggarakan konseling mengenai KB dan kontrasepsi termasuk metode
Amenorrhea Laktasi (LAM) untuk pasien dan suami sebelum meninggalkan RS
2. Menyelenggarakan pelayanan KB paripurna termasuk kontrasepsi baik untuk
perempuan maupun pria
3. Menyelenggarakan konseling mengenai kesehatan reproduksi termasuk konseling
pranikah

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa:


a. Pengembangan penelitian tentang keluarga berencana
b. Pengembangan metode baru kontrasepsi pria
c. Penanganan kekerasan pada ibu dan bayi
d. Publikasi & dokumentasi hasil-hasil penelitian

I. Langkah 9
Melaksanakan Audit Maternal dan perinatal rumah sakit secara periodic dan tindak
lanjut
1. Komite medik agar dapat bertindak sebagai tim AMP yang mengadakan
pertemuan secara rutin yang berfungsi melaksanakan audit, tidak mencari

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 10


kesalahan tetapi membantu mencari solusi serta menghilangkan hambatan medic
dan non medic
2. Membina tim AMP kabupaten/kota dalam permasalahan kasus maternal perinatal
3. Menyelenggarakan program surveillance untuk pemantauan dan evaluasi kasus
maternal/perinatal
4. Melakukan intervensi dan tindak lanjut dalam menurunkan Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi
5. Menyebarluaskan laporan AMP dan tindak lanjutnya secara rutin

RS mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen (SIM)/Data kesakitan/data
kematian ibu dan bayi dapat diperoleh secara cepat dan mudah serta akurat
melalui komputerisasi
b. Pengembangan penelitian tentang rumah sakit yang mampu secara proaktif
melakukan AMP di kabupaten/kota.

J. Langkah 10
Memberdayakan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ASI
eksklusif dan PMK.
1. Adanya kelompok binaan rumah sakit sebagai pendukung ASI dan PMK, dimana
anggota kelompok ini akan saling membantu dan mendukung pemberian ASI eksklusif
termasuk pelaksanaan PMK
2. Adanya fasilitas tempat penitipan anak dan bayi bagi pegawai RS dan lingkungannya
3. Adanya ruang menyusui
4. Mendokumentasikan kegiatan kelompok pendukung ASI

RS dapat mengembangkan pelaksanaan program berupa :


a. Melatih anggota pendukung ASI yang diluar RS (Posyandu, ibu-ibu yang pernah
melahirkan di RS) sehingga mampu berperan dalam kelompok pendukung ASI.
b. Melakukan pemantauan dan evaluasi terhadap semua kelompok ASI yang dibina
dan menjadi tanggungjawab RS
c. Mengupayakan adanya peningkatan jumlah kelompok pendukung ASI yang
dibina RS berkoordinasi dengan dinas kabupaten/kota
d. Mengupayakan merujuk ibu yang baru melahirkan setelah pulang kerumah
kepada kelompok pendukung ASI terdekat dengan menggunakan formulir rujukan
e. Mendata jumlah kelompok pendukung ASI
f. Mendokumentasikan permasalahan dan pemecahan masalah kelompok
pendukung ASI
g. Adanya kelompok pendukung ibu bayi lainnya

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 11


BAB V
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring dan Evaluasi


1. Monitoring dilakukan oleh TIM PONEK dengan bertangung jawab pada Ka Dept
Medis Sahid Sahirman Memorial Hospital
2. Evaluasi kegiatan dilakukan satu tahun satu kali

B. Laporan
Pencatatan dan pelaporan RSSIB adalah keseluruhan proses pendataan pelaksanaan
kegiatan perlindungan ibu secara terpadu dan paripurna dimana petugas pencatatan
dan pelaporan serta jalur dan terapan telah ditetapkan secara jelas.
Hasil evaluasi dilaporkan kepada Ka Dept Medis untuk selanjutnya dilaporkan kepada
Direktur Sahid Sahirman Memorial Hospital untuk ditindak lanjuti.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 12


LAMPIRAN

DOKUMENTASI BUKTI : SUPERVISI DENGAN FORMAT CEK LIST SUPERVISI

UNIT : TIM PONEK

RUMAH SAKIT : SAHID SAHIRMAN MEMORIAL HOSPITAL

PERIODE SUPERVISI : …………….

NO RUANG LINGKUP SUPERVISI TANGGAL/JAM TEMUAN TINDAK LANJUT

1. Ada kebijakan Manajemen tentang mendukung a) Pelaksanaan IMD segera setelah bayi
pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk lahir.
Pemberian ASI Eksklusif dan Perawatan
Metode Kanguru (PMK) untuk bayi BBLR
b) Pelaksanaan PMK bagi BBLR

c) Ada pemberiaan keringanan /


pembebasan atas biaya perawatan
/tindakan / rujukan kasus resiko tinggi
dan kasus gawat darurat obstetric dan
neonatal bagi penderita yang tidak
mampu
d) System rujukan pelayanan ibu dan bayi
dengan system regionalisasi
e) Kerjasama dengan kelompok
pendukung asi dan pos yandu di
wilayahnya tentang proses rujukan
pasca persalinan dalam rangka monev
ASI ekslusif dam PMK pada BBLR
2. Penyelenggaraan Pelayanan Antenatal a) Tersedianya Poliklinik Kebidanan untuk
ANC (ante natal care)
b) Tersedianya Poliklinik Anak

c) mengadakan kegiatan senam ibu hamil

d) edukasi tentang manfaat pemberian ASI

e) memberikan konseling kepada ibu hamil


dengan HIV
f) diterapkannya upaya pencegahan
infeksi dalam pelayanan antenatal
g) melibatkan suami saat pemeriksaan
dan penyuluhan konseling
3. Penyelenggaraan persalinan bersih dan aman a) melakukan penapisan resiko persalinan
serta penanganan pada bayi baru lahir dengan dan pemantauan persalinan
Inisiasi Menyusui Dini dan kontak kulit ibu-
bayi
b) diterapkannya standar pelayanan
kebidanan dan persalinan

c) adanya fasilitas kamar bersallin yang


sesuai standar
d) adanya fasilitas pencegahan infeksi
sesuai standar
e) adanya fasilitas peralatan resusitasi dan
perawatan bayi baru lahir
f) adanya fasilitas kamar operasi sesuai
standar
g) inisiasi menyusui dini : skin to skin
contact, perhatikan tanda-tanda bayi
siap menyusui

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 2


h) perawatan bayi baru lahir (perinatology)
termasuk pemberian vitamin K1
/phytonadion (prohem ) injeksi, serta
tetes/salep mata
i) adanya pelatihan berkala bagi dokter,
bidan dan perawat dalam penanganan
pada bayi baru lahir
j) adanya pelatihan IMD Neonatus

4. Menyelenggarakan Pelayanan Obstetrik dan a) Ada dokter jaga 24 jam yang telah
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) mengikuti pelatihan penanggulangan
gawat darurat kebidanan dan neonatal

b) Kesiapan pelayanan kebidanan 24 jam

c) Adanya standar pelayanan terhadap


kasus potensial resiko tinggi, kasus
resiko tinggi dan kasus gawat darurat
obstetric dan neonatal

d) Tindakan operatif dapat dilaksanakan


24 jam
e) Adanya pelayanan transfusi dan
laboratorium 24 jam
f) Tersedianya fasilitas unit gawat darurat
kebidanan dan fasilitas pelayanan :
ICU/NICU
g) Adanya pelatihan bagi
Dr.SpOG,dr,SpA,dokter,bidan dan
perawat tentang Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal Emergensi
h) Adanya pelatihan untuk penanganan
bayi kurang bulan dengan perawatan
metode kanguru.

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 3


5. Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk a) pelaksanaan rawat gabung-ibu dan bayi
nifas, rawat gabung termasuk membantu ibu bersama 24 jam sehari
menyusui yang benar dan pelayanan
neonatus sakit.
b) Pemantauan infeksi nosocomial pada
bayi yang dirawat gabung
c) melakukan manajeman laktasi dan
perawatan bayi
d) Adanya tata tertib / jam berkunjung ibu
dan bayi
e) adanya larangan promosi susu formula
di rumah sakit dan lingkungannya
f) melaksanakan pemberian ASI sesuai
kebutuhan bayi dan sesering semau
bayi
g) Tidak memberikan minuman atau
makanan kepada bayi baru lahir selain
ASI kecuali indikasi medis
h) Perawatan mode kanguru

i) Mengedukasi kepada ibu dan keluarga


mengenai perawatan bayi selama rawat
gabung
j) Memberitahu ibu
bagaimanacaramenyusui yang benar

k) Tidak memberikan dot /kempeng pada


bayi
l) Tetap mempertahankan laktasi
walaupun harus terpisah dari bayinya
m) Adanya fasilitas ruang nifas sesuai
standar

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 4


n) Melakukan perawatan nifas

o) Melakukan hygine perineum

p) Pencegahan infeksi nosocomial pada


ibu yang di rawat
6. Pelayanan rujukan dua arah dan membina a) RS sebagai Pembina wilayah rujukan
jejaring rujukan pelayanan ibu dan bayi
dengan sarana kesehatan lain
b) menyediakan pelayanan ambulans 24
jam
c) melaksanakan umpan balik rujukan

d) Menyelenggarakan pelatihan PONEK


atau pelatihan yankes ibu bayi lainnya
bagi semua petugas yang terkait dan
bagi petugas Puskesmas / rumah
bersalin dan bidan praktek swasta di
wilayah lingkup rujukan
e) Membina jejaring rujukan ibu bayi
dengan sarana kesehatan lain diwilayah
binaannya
7. Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi a) Menyelenggarakan konseling dan
dan tumbuh kembang pelayanan imunisasi bayi di RS sesuai
dengan usia
b) Memantau tumbuh kembang bayi sejak
lahir [stimulasi,deteksi dan intervensi
dini tumbuh kembang ]
c) Memantau pemberian ASI Eksklusif
pada bayi
d) .Penaganan penyakit bayi sesuai
standar

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 5


8. Menyelenggarakan pelayanan keluarga a) Menyelenggarakan pelayanan KB
berencana termasuk pencegahan dan paripurna termasuk kontrasepsi baik
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan untuk pria dan wanita
serta kesehatan reproduksi lainnya.
b) Melaksanakan konseling mengenai
papsmear bagi wanita yang sudah
pernah melakukan hubungan suami-istri
9. Menyelenggarakan audit maternal dan a) Komite medik agar dapat bertindak
perinatal rumah sakit secara periodik dan sebagai tim audit maternal dan perinatal
tindak lanjut yang mengadakan pertemuan secara
rutin yang berfungsi melaksanakan
audit, tidak mencari kesalahan tetapi
membantu mencari solusi serta
menghilangkan hambatan medik dan
non medic
b) Melakukan intervensi dan tindak lanjut
dalam menurunkan angka kematian ibu
dan angka kematian bayi
c) Menyebarluaskan laporan AMP dan
tindak lanjut secara rutin
10. Memberdayakan kelompok pendukung ASI a) Melakukan pelatihan bagi bidan dan
dalam menindaklanjuti pemberian ASI perawat sebagai pendukung ASI dan
eksklusif dan PMK PMK, dimana mereka akan saling
membantu dan mendukung pemberian
ASI eksklusif termasuk pelaksanaan
PMK
b) Adanya fasilitas tempat penitipan anak
dan bayi bagi pengawai RS dan
lingkugannya
c) Adanya ruang menyusui

d) Mendokumentasikan kegiatan kelompok


pendukung ASI

Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 6


Lampiran SK No. 325/01.8/SSMH/XI/2018 Pedoman RSSIB | 7

Anda mungkin juga menyukai