1.3 Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami mengenai penanganan dan mampu memberikan asuhan keperawatan pada pasien
dengan trauma thorax
2. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu memahami definisi trauma thorax
2. Mahasiswa mampu memahami etiologi dari trauma thorx
3. Mahasiswa mampu memahami Menifestasi Klinis dari trauma thorax
4. Mahasiswa mampu memahami Patofisiologi dari trauma thorax
5. Mahasiswa mampu memahami Komplikasi trauma thorax
6. Mahasiswa mampu memahami Penatalaksanaan trauma thorax
7. Mahasiswa mampu memahami Asuhan Keperawatanpasien trauma thorax
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 DEFINISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44 tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat
telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.(Hudak,
1999).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau
tumpul.(Lap.UPF bedah, 1994).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax
ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax
akut
2.3 ETIOLOGI
1. Trauma tembus
a. Luka Tembak
b. Luka Tikam / Tusuk
2. Trauma tumpul
a. Kecelakaan kendaraan bermotor
b. Jatuh
c. Pukulan pada dada
2.4 KLASIFIKASI
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke mediastinum/daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam, traumatik atau spontan.
3. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) ; trauma (penyedotan luka rongga dada) ; iatrogenik (“pleural tap”, biopsi paaru-paru,
insersi CVP, ventilasi dengan tekanan positif)
1. Tamponade jantung :
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus jantung.
b. Gelisah.
c. Pucat, keringat dingin.
d. Peninggian TVJ (tekanan vena jugularis).
e. Pekak jantung melebar.
f. Bunyi jantung melemah.
g. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure.
h. ECG terdapat low voltage seluruh lead.
i. Perikardiosentesis keluar darah (FKUI, 1995).
2. Hematotoraks :
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan (FKUI, 1995).
3. Pneumothoraks :
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas.
b. Gagal pernapasan dengan sianosis.
c. Kolaps sirkulasi.
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas yang terdengar jauh atau tidak terdengar sama sekali.
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik (Ovedoff, 2002).
2.6 PATOFISIOLOGI
Trauma dada sering menyebabkan gangguan ancaman kehidupan. Luka pada rongga thorak dapat membatasi kemampuan
jantung untuk memompa darah atau kemampuan paru untuk pertukaran udara dan oksigen darah. Bahaya utama berhubungan dengan
luka dada biasanya berupa perdarahan dalam dan tusukan terhadap organ Hipoksia, hiperkarbia, dan asidosis sering disebabkan oleh
trauma thorax. Hipokasia jaringan merupakan akibat dari tidak adekuatnya pengangkutan oksigen kejaringan oleh karena hipivolemia
( kehilangan darah ), pulmonary ventilation/perfusionmismatch ( contoh kontusio, hematoma, kolapsalveolus ) dan perubahan dalam
tekanan intrat thorax ( contoh : tension pneumothorax, pneumothoraxterbuka ). Hiperkarbia lebih sering disebabkan oleh tidak
adekuatnya ventilasi akibat perubahan tekanan intrathorax atau penurunan tingkat kesadaran. Asidosis metabolik disebabkan oleh
hipoperfusi dari jaringan ( syok ).
Fraktur igamerupakan komponen dari dinding thorax yang paling sering mngalami trauma, perlukaan pada iga sering bermakna,
Nyeri pada pergerakan akibat terbidainya iga terhadap dinding thorax secara keseluruhan menyebabkan gangguan ventilasi. Batuk
yang tidak efektif intuk mengeluarkan sekret dapat mengakibatkan insiden atelaktasis dan pneumonia meningkat secara bermakna dan
disertai timbulnya penyakit paru – paru. Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral dan
parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab
tersering dari pnerumotoraks akibat trauma tumpul.Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang
pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara kedua permukaan pleura. Adanya udara di
dalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya jaringan paru.
Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak mengalami ventilasi sehingga tidak ada
oksigenasi. Ketika pneumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada sisi yang terkena dan pada perkusi hipesonor. Foto toraks pada
saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis. Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube lpada sela
iga ke 4 atau ke 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi atau aspirasi saja, maka akan
mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks
dilakukan untuk mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan tekanan positif tidak boleh
diberikan pada penderita dengan pneumotoraks traumatik atau pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks
intraoperatif yang tidak terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tubeHemothorax. Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi
paru atau laserasi dari pembuluh darah interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh trauma tajam atau trauma tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapat menyebabkan terjadinya hemotoraks.
WOC
Trauma Thorax
( Sucking Wound )
2.7 PROGNOSIS PENYAKIT
1. Open Pneumothorak
Timbul karena trauma tajam, ada hubungan dengan rongga pleura sehingga paru menjadi kuncup.Seringkali terlihat sebagai luka pada
dinding dada yang menghisap pada setiap inspirasi (sucking chest wound).Apabila luban ini lebih besar dari pada 2/3 diameter
trachea, maka pada inspirasi udara lebih mudah melewati lubang dada dibandingkan melewati mulut sehingga terjadi sesak nafas yang
hebat.
2. Tension Pneumothorak
Adanya udara didalam cavum pleura mengakibatkan tension pneumothorak. Apabila ada mekanisme ventil karena lubang pada paru
maka udara akan semakin banyak pada sisi rongga pleura, sehingga mengakibatkan :
a. Paru sebelahnya akan terekan dengan akibat sesak yang berat
b. Mediastinum akan terdorong dengan akibat timbul syok
c. Pada perkusi terdengar hipersonor pada daerah yang cedera, sedangkan
d. pada auskultasi bunyi vesikuler menurun.
3. Hematothorak masif
Pada keadaan ini terjadi perdarahan hebat dalam rongga dada.Ada perkusi terdengar redup, sedang vesikuler menurun pada auskultasi.
4. Flail Chest
Tulang iga patah pada 2 tempat pada lebih dari 2 iga sehingga ada satu segmen dinding dada yang tidak ikut pada pernafasan. Pada
ekspirasi segmen akan menonjol keluar, pada inspirasi justru masuk kedalam yang dikenal dengan pernafasan paradoksal.
5. Kontusio Paru
Adalah memarnya paru-paru akibat tekanan tiba-tiba yang disebabkan oleh trauma tumpul dada.Pneumonia adalah komplikasi utama
yang dapat terjadi akibat kebocoran plasma ke dalam ruang interstitial dan alveoli.
6. Fraktur Iga
Cedera yang serius karena organ-organ yang dibawahnya (jantung, hati, limpa, paru-paru, esophagus, diafragma) beresiko untuk
rusak.
7. Kontusio Jantung
Cedera pada miocard akibat trauma tumpul dada.Gangguan irama jantung dan temponade jantung adalah komplikasi utama yang
dapat terjadi.
2.8 KOMPLIKASI
1. Iga : fraktur multiple dapat menyebabkan kelumpuhan rongga dada.
2. Pleura, paru-paru, bronkhi : hemo/hemopneumothoraks-emfisema pembedahan.
3. Jantung : tamponade jantung ; ruptur jantung ; ruptur otot papilar ; ruptur klep jantung.
4. Pembuluh darah besar : hematothoraks.
5. Esofagus : mediastinitis.
6. Diafragma : herniasi visera dan perlukaan hati, limpa dan ginjal
2.10 PENCEGAHAN
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor penyebab nya, seperti menghindari terjadinya
trauma yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
2.12 PENATALAKSANAAN
2.12.1 Prehospital
1. Primary survey
Yaitu dilakukan pada trauma yang mengancam jiwa, pertolongan ini dimulai dengan menggunakan teknik ABCDE (Airway,
breathing, circulation, Disability, Exposure)
2. Berusaha menstabilkan tanda-tanda vital dengan:
a. Mempertahankan saluran napas yang paten dengan pemberian oksigen
b. Mengontrol tekanan darah berdasarkan kondisi pasien
c. Pemasangan infuse
d. Pemeriksaan kesadaran
e. Jika dalam keadaan gawat darurat, dapat dilakukan massage jantung
f. Dalam keadaan stabil dapat dilakukan pemeriksaan radiology seperti Foto thorak
c. Circulatoin
Denyut nadi penderita harus dinilai kualitas dan keteraturannya.Pada penderita hipovolemia, denyut nadi arteri radialis dan arteri
dorsalis pedis mungkin tidak teraba oleh karena volume yang kecil.Tekanan darah dan tekanan nadi harus diukur dan sirkulasi perifer
dinilai melalui inspeksi dan palpasi kulit untuk warna dan temperatur.Vena leher harus dinilai apakah distensi atau tidak.Pada keadaan
tension pneumotoraks atau cedera diafragma, distensi vena mungkin tidak tampak pada penderita.
Perfusi harus dipertahankan dengan mengendalikan perdarahan, infus cairan dan darah melalui IV berkaliber besar sesuai
indikasi, dekompresi tension pneumotoraks atau tamponade pericardium, atau torakotomi terbuka dengan kompresi aorta dan masase
jantung internal.
kaji denyut jantung, >100 kali per menit merupakan tanda signifikan
monitoring tekanan darah, tekanan darah <>
periksa waktu pengisian kapiler / CRT
kaji adanya peningkatan suhu pada klien
d. Disability
Kaji tingkat kesadaran baik kualitatif maupun kuantitas
Tingkat kesadaran kualitatif: compos mentis, somnolen, sopor, apatis, koma
Tingkat kesadaran kuantitatif: dengan penilaian GCS (E,V,M)
e. Exposure
Sumber penyebab gagal nafas, adakah kelemahan pada sistem syaraf dengan cara mengkaji reflek fisiologis dan patologis
Mengkaji kekuatan otot dan cidera pada klien
B. SECONDARY SURVAY
Anamnesa
Tanggal MRS :
Tanggal Pengkajian :
No. Registrasi :
Diagnosa Medis :
Pengumpulan Data
1. Identitas
Nama Pasien :
Usia :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Agama :
2. Status Kesehatan
a. Keluhan utama
Keluhan yang dirasa paling terasa dan paling menonjol.
b. Riwayat penyakit sekarang
Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah penyebab dari timbulnya penyakit yang diderita
c. Riwayat peenyakit dahulu
Perlu ditanyakan apakah klien pernah mengalami penyakit seperti ini atau pernah punya penyakit menular atau menurun.
d. Riwayat penyakit keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini, penyakit keturunan (DM, HT).
3. Pengkajian 11 Fungsional Gordon
a. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
Biasanya klien tidak mengetahui tentang factor resiko yang menyebabkan klien menderita suatu penyakit pneumothoraks. Perlu dikaji
juga bagaimana prilaku sehat klien sehari-hari dan seperti apa pencegahan penyakit yang diderita?
b. Pola Nutrisi Metabolik
Biasanya status nutrisi klien tidak mengalami gangguan (adekuat).Tidak terjadi penurunan nafsu makan, Berat badan.Selain itu, perlu
dikaji juga bagaimana intake dan output makanan serta keseimbangan cairan tubuh klien?
c. Pola Elimasi
Biasanya klien tidak mengalami gangguan dalam pola eliminasi baik itu BAB dan BAK masih dalam keadaan normal.Perlu dikaji
juga bagaimana frekurnsi, konsistensi dari eliminasi klien.
d. Pola Aktivitas latihan
Klien mengalami gangguan dalam beraktivitas disebabkan oleh sesak napas dan batuk yang dideritanya. Pada kasus didapatkan klien
mengalami batuk produktif, pernafasan kausmul, perkusi dada : Kanan redup dari sela iga 1-3 : kiri, redup dari sela iga 1-6. Terdapat
ronhi, batuk produktif, sputum kental berwarna putih, penggunaan otot batu napas (-), pernapasan kasmaul, kedalaman dangkal,
fremitus kiri, batuk berdarah (-).
e. Pola Istirahat Tidur
Biasanya klien akan mengalami gangguan tidur akibat sesak napas dan batuk produktif disertai dengan sputum yang dialaminya.
Biasanya klien akan sering terbangun di malam hari. Selain itu. Tanyakan berapa jam klien tidur dan beristirahat efektif dalam sehari.
f. Pola Persepsi Kognitif
Biasanya klien tidak mengalami gangguan penginderaan (penglihatan,pendenagran,penciuman,perabaan, dan pembauan) dan proses
kognitif (berpikir, mengambil keputusan).
g. Pola Persepsi Konsep Diri
Biasanya klien tidak begitu mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Ketika ditanyakan mengenai penyakitnya,klien hanya
menjawab seperlunya saja. Tanyakan pandangan klien terhadap dirinya.
Pemeriksaan Fisik
a. Sistem Pernapasan :
Sesak napas
Nyeri, batuk-batuk.
Terdapat retraksi klavikula/dada.
Pengembangan paru tidak simetris.
Fremitus menurun dibandingkan dengan sisi yang lain.
Pada perkusi ditemukan Adanya suara sonor/hipersonor/timpani, hematotraks (redup)
Pada auskultasi suara nafas menurun, bising napas yang berkurang/menghilang.
Pekak dengan batas seperti garis miring/tidak jelas.
Dispnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
Gerakan dada tidak sama waktu bernapas.
b. Sistem Kardiovaskuler :
Nyeri dada meningkat karena pernapasan dan batuk.
Takhikardia, lemah
Pucat, Hb turun /normal.
Hipotensi.
c. Sistem Persyarafan :
Tidak ada kelainan.
d. Sistem Perkemihan.
Tidak ada kelainan.
e. Sistem Pencernaan :
Tidak ada kelainan.
f. Sistem Muskuloskeletal - Integumen.
Kemampuan sendi terbatas.
Ada luka bekas tusukan benda tajam.
Terdapat kelemahan.
Kulit pucat, sianosis, berkeringat, atau adanya kripitasi subkutan.
g. Sistem Endokrine :
Terjadi peningkatan metabolisme.
Kelemahan.
Definisi : Ketidakmampuan untuk dan suara nafas yang bersih, tidak Informasikan pada klien dan
membersihkan sekresi atau ada sianosis dan dyspneu(mampu kluarga tentang suctioning
obstruksi dari saluran pernafasan mengelurkan sputum,mampu Minta pasien nafas dalam
untuk mempertahankan kiebersihan bernafas dengan mudah,tidak ada sebelum suction dilakukan
jalan nafas. suara nafas abnormal)
Berikan O2 dengan menggunakan
Menunjukkan jalan nafas yang paten
nasal untuk memfasilitassi suction
Batasan Karakteristik : ( klien tidak merasa tercekik, irama
nasotrakeal
- Tidak ada batuk nafas,frekuensi pernafasan dalam
Gunakan alat yang steril setiap
- Suara napas tambahan rentang normal,tidak ada suara
melakukan tindakan
- Perubahan frekuensi napas nafas abnormala)
Anjurkan passien untuk istirahat
- Perubahan irama napas Mampu mengidentifikasikan dan
dan nafass dalam setelah kateter
- Sianosis mencegah faktor yang dapat
dikeluarkan dari nasotrakeal
- Kesulitan berbicara atau menghambat bjalan nafas
Monitor status oksigen pasien
mengeluarakan suara
Ajarkan keluarga bagaimana cara
- Penurunan bunyi napas
melakukan suction
- Dipsneu
- Sputum dalam jumlah yang Hentikan suction dan berikan
berlebihan oksigen apabila pasien
- Batuk yang tidak efektif menunjukkan
- Orthopneu bradikardi,peningkatan saturassi
- Gelisah O2 ,dll.
- Mata terbuka lebar
Airway Management
Faktor Yang berhubungan: Buka jalan nafas, gunakan teknik
Lingkungan: chin lift atau jaw thrust bila perlu
- Perokok pasif Posisikan pasien untuk
- Pengisap asap memaksimalkan ventilasi
- Merokok Identifikasi pasien perlunya
Obstruksi jalan nafas: pemasangan alat jalan nafas
- Spasme jalan nafas buatan
- Mokus dalam jumlah berlebihan Pasang mayo bila perlu
- Eksudat dalam jalan alveoli Lakukan fisioterapi dada jika
- Mareti asing dalam jalan nafas perlu
- Adanya jalan nafas buatan
Keluarkan sekret dengan batuk
- Sekresi bertahan/sisa sekresi
atau suction
- Sekresi dalam bronki
Auskultassi suara nafass , catat
Fisiologis:
adanya suara tambahan
- Jalan nafas alergik
- Asma Lakukan suction pada mayo
- Penyakit paru obstruktif kronik Berikan bronkodilator bila perlu
- Hiperplasihiperplasi dinding Berikan pelembab udara kassa
bronkial basah NaCl lembab
- Infeksi Atur intake untuk cairan
Disfungsi neuromuskular mengoptimalkan keseimbangan
Monitor rspirasi dan status O2
3.3 IMPLEMENTASI
Dari hasil entervensi yang telah tertulis implementasi / pelaksanaan yang dilakukan disesuaikan dengan keadaan pasien
dirumah sakit pekasanaan perupakan pengelolahan dan perwujudan, dan rencana tindakan yang meliputi beberapa bagian, yaitu
validasi, rencana keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data.
3.4 EVALUASI
1. Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang keresahan klien dengan berdasar tujuan yang telah ditetapkan.
2. Dalamevaluasi tujuan tersebut terdapat 3 alternatif yaitu :
- Tujuan tercapai : Pasien menunjukkan perubahan dengan
standart yang telah ditetapkan.
- Tujuan tercapai sebagian : Pasien menunjukkan perubahan sebagai
sebagian sesuai dengan standart yang telah
ditetapkan.
- Tujuan tidak tercapai : Pasien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali.
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma thorax dapat timbul karena trauma tajam, sedemikian rupa sehingga ada hubungan udara luar dan dengan rongga pleura,
sehingga paru menjadi kuncup, Seringkali hal ini terlihat sebagai luka pada dinding dada yang menghisap pada setiap
inspirasi/sucking chost wound.
Pencegahan trauma thorax yang efektif adalah dengan cara menghindari faktor penyebab nya, seperti menghindari terjadinya
trauma yang biasanya banyak dialami pada kasus kecelakaan dan trauma yang terjadi berupa trauma tumpul serta menghindari
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yag biasanya disebabkan oleh benda tajam ataupun benda tumpul yang
menyebabkan keadaan gawat thorax akut.
4.2 SARAN
Mahasiswa harus mampu memahami mengenai pengertian, penyebab, epidemologi, anatomi dan fisiologi pada thorak,
penatalaksanaan trauma dada, tanda dan gejala, pemeriksaan diagnostik untuk trauma dada, agar dalam menjalankan proses
keperawatan dapat membuat intervensi dan menjalankan implementasi dengan tepat sehingga mencapai evaluasi dan tingkat
kesembuhan yang maksimal pada klien trauma dada. Selain itu, mahasiswa juga dapat memperbanyak ilmu dengan mengunjungi
seminar dan membaca dari berbagai sumber.
DAFTAR PUSTAKA
Engram, Barbara. 2010. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol. 1.Jakarta : EGC
Nurafif, Huda Amin. 2013. Aplikasi Keperawatan Berdasarkan diagnosa Medis dan NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Mediaction.
Purnama, Feby Tentorium. Primary Survay Pada Trauma.http://febypurnama-tentorium.blogspot.com/2010/04/primary-survey-pada-trauma-
toraks.html. Diakses tanggal 7 Juni 2014 Pukul 15.02 WIB
Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. (2002).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
__________.Asuhan Keperawatan Trauma Thorax.http://putriatkinson.blogspot.com/2013/09/asuhan-keperawatan-trauma-thoraks.html. di
akese tanggal 7 Juni 2014 Pukul 15.02 WIB