Buatlah sebuah deskripsi 1 halaman Font: Times New Roman, ukuran: 12, spasi: 1,5.
2. Jika jawaban Anda ‘benar’, menurut Anda, mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Begitu pula jika jawaban Anda ‘salah’, mengapa hal tersebut bisa terjadi? Faktor-
faktor apa yang menyebabkannya?
3. Apa tips yang bisa Anda berikan agar multikulturalisme dapat berjalan dengan
baik di Indonesia? Uraikan dan berikan contoh secara konkret!
Oleh
2201824053_Putri Rizki_DMBA
Kita semua mengetahui bahwa Indonesia memiliki sangat banyak keberagaman.
Untuk itu, sangat dibutuhkan pengamalan paham multikulturalisme. Pernyataan tersebut
memang benar adanya, yang saya pahami masyarakat multikultural merupakan masyarakat
yang terdiri dari berbagai macam suku bangsa dan budaya. Faktor utama yang mendorong
terbentuknya multikulturalisme adalah latar belakang (historis), kondisi geografis, dan
keterbukaan terhadap kebudayaan luar. Pada dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di
Indonesia merupakan akibat dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu
beragam dan luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana stiap
pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk suatu masyarakat. Dari
masyarakat tersebut terbentuklah sebuah kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu
saja hal ini berimbas pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.
Perlu bagi kita sebagai warga Negara Indonesia untuk memahami dan menghayati
paham multikulturalisme karena dalam konsep multikulturalisme, terdapat kaitan yang erat
bagi pembentukan masyarakat yang berlandaskan bhineka tunggal ika serta mewujudkan
suatu kebudayaan nasional yang menjadi pemersatu bagi bangsa Indonesia. Kondisi
Indonesia yang multikultural sangat bergantung pada bagaimana masyarakat membawanya.
Kondisi ini bisa dibawa pada jalur yang menjadikan multikultural sebagai suatu kekayaan dan
kekuatan bangsa, namun bisa juga pada jalur yang akan menjadi pemecah belah dan penyulut
konflik di masyarakat. Karena kemajemukan adalah hal yang tidak bisa disangkal, maka tidak
ada cara lain selain dengan teguh berkomitmen merawat keragaman ini menjadi sebuah
kemungkinan dan tidak menoleransi segala bentuk tindakan yang diindikasi dapat
menghancurkan tatanan masyarakat yang majemuk tersebut.
Konflik bernuansa SARA (Suku, Ras, Agama, dan Antar golongan) di berbagai daerah
di Indonesia saat ini kian banyak. Konflik tersebut kebanyakan dipicu oleh beberapa
kelompok tertentu yang dengan sengaja menyebarkan berita-berita yang bernuansa provokasi
dengan tujuan untuk menguntungkan kelompok tertentu namun dengan mengatasnamakan
background agama, suku, ras, dan budaya. Kesadaran masyarakat untuk hidup saling
berdampingan dan damai sesuai dengan makna Bhinneka Tunggal Ika seakan mulai luntur.
Akibat ego individu, atau kelompok tertentu ini dapat memunculkan konflik besar yang
membawa perpecahan. Bahkan pihak yang tidak terlibat pun terkena imbasnya. Sebetulnya,
multikulturalisme yang dimiliki oleh bangsa Indonesia ini memiliki optimisme tersendiri
untuk menjadi sebuah potensi kekayaan dan kekuatan bangsa, bukan justru menjadi sumbu
yang mudah tersulut oleh konfrontasi SARA.
2. Melakukan tugas dan kewajiban dengan orientasi demi kepentingan dan kebaikan
masyarakat, bukan pribadi dan golongan. Menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
rasa cinta dan sikap patriot terhadap tanah air, bangsa dan negara.
3. Menyebarkan rasa damai setiap saat yang bersumber dari kesadaran dan ketulusan.
4. Memiliki visi yang memancarkan kesucian jiwa yang menghasilkan kedamaian dan
kebahagiaan bagi semua. Tiada lagi perasaan iri hati dan dengki, serta bisa
memperlakukan semua anak bangsa secara adil tanpa dibayangi ikatan
primordialisme.
5. Memupuk cinta kasih murni tanpa ego. Berjiwa besar, mengakui persaudaraan antar
manusia, memperlakukan semua orang sebagai saudara dan mencintai sesama
sebagaimana mencintai diri sendiri.
6. Cinta damai dan anti kekerasan. Kekerasan hanya akan mengundang munculnya
kekerasan baru. Dengan anti kekerasan setiap orang atau kelompok sebagai
komponen bangsa ini akan dapat menata diri secara inklusif, mengedepankan
penerimaan tanpa diskriminasi, serta menghindari persaingan yang memicu konfik
kepentingan.