TINJAUAN KHUSUS
25
Arie Hamzah Iskandar, Pengertian Arsitektur Menurut Para Ahli, diakses dari
http://ariehamzahiskandar.blogspot.co.id/2014/09/dunia-arsitek.html, pada tanggal 12 Maret 2017
pukul 09.45
26
Ibid
110
Menurut Robert Venturi :
Arsitektur adalah sebuah permainan tanda, dimana di dalamnya
terdapat hubungan antara penanda (signifier) dan petanda
(signified).27
27
Robert Venturi, Complexity and Contrdiction, New York, 1966.
111
Menggunakan ide Michael Foucault dari new episteme yang
memecahkan humanisme, Eisenman mengedepankan bahwa modern
arsitektur menjauhkan manusia dari pusat bumi ini, memperkenalkan
ide bahwa sesuatu kepemilikan dan fungsionalisme dapat diubah
menjadi atemporal dan mode dekomposisi. Suatu metode desain
dengan bentukan yang diyakini berasal dari seri bagian-bagian – tanda
tanpa makna. Bila ini terdengar familiar, pastilah karena dekonstruksi
telah menjadi salah satu fakultas seni terkemuka di Ivy League, dan
sekarang telah menjadi suatu ortodoks/ paham.
112
metafisik. Arsitek-arsitek yang mempelopori aliran ini adalah Peter
Eisenman, Bernard Tschumi, Daniel Libeskind, Fujii, Frank Gehry,
Rem Koolhas, Zaha Hadid, Morphosis/ Thom Mayne dan Hejduk, tapi
bukan Foster, Rogers, Hopkins, Maki dan Pei. Merekalah pembentuk
dekonstruksi dengan melanjutkan gerakan modern dengan cara
mengelaborasi dan menggabungkan bentukan yang kompleks.
28
Encyclopedia of Contemporary Literary Theory (Toronto: University of Toronto Press, 1993)
paragraf pertama.
29
Jackie Craven, Modernism – Picture Dictionary of Modern Architecture, diakses dari
http://architecture.about.com/library/blgloss-deconstructivism.htm, pada tanggal 14 Maret
2017 pukul 12.25
113
memiliki sifat dekonstruksi di dalamnya sebagaimana dimaksudkan
adalah adanya proses dislocation, de-composing, dan de-coding.
(Charles Jencks, 1980).
30
Kelompok 2 Universitas Kristen Petra, Bab V Arsitektur Dekonstruksi, diakses dari
http://www.oocities.org/sta5_ar530/tugas_kelompok/kelompok2/V.htm, pada tanggal
14 Maret 2017 pukul 00.46
114
estetika yang melengkapi secara nyata, tetapi bahkan merupakan
anti sintesa yang berlawanan antara satu dengan yang lainnya.
Mencakup hal-hal yang bersifat konflik dari pada
menggambarkan suatu objek dengan perbandingan ukuran yang
sebenarnya, dalam arti setiap karyanya tidak berskala dan tidak
dapat diukur dengan tepat.
115
III.2.3. Aliran-aliran dalam Arsitektur Dekonstruksi
Ada beberapa perbedaan aliran dalam dekonstruksi, yang mana
dipengaruhi oleh pergerakan masing-masing arsitek. Pada dasarnya ada
kecenderungan 4 bagian dekonstruksi yang mana nantinya tiap arsitek
akan memiliki cirri khas aliran sendiri yang akan dibahas pada contoh
kasus berikutnya. Bagian dekonstruksi:31
1. Fragmentation and Discontinuity
Pecahan dan diskontinu. Aliran ini dianut oleh Frank Gehry – yang
mana memecahkan keseluruhan bentukan menjadi berbagai bagian
pecahan dan menjajarkan pecahan-pecahan tadi dengan filsafat
seni.
31
Ibid
116
Koolhas; representasi hermetic milik Eisenman. Kemudian
kesemuanya itu dikombinasikan dengan suatu bentuk dan bahasa
yang lain, yang mana keduanya sangat bersifat personal dan anti
architectural.
32
Ibid
117
Terpecah-pecah, terbagi-bagi (fragmented), tidak jelas
bentuknya (destructive).
Arsitek adalah metafisika.
2. Gaya yang dianut :
Kontradiksi antar elemen bangunan, ada irama.
Kompleksitas disjungsi, kecenderungan kaku; kacau; bengkok
dan berbeda dari yang lain.
Ruang eksplosif dengan lantai miring (tilted floors); cocktail
sticks; penyimpangan/ pembengkokan (warps); distorsi;
anamorfisme.
Bentuk abstrak yang ekstrim.
Frenzled cacophony; violated perfection; random noise.
Tidak adanya keterikatan antara bentuk dan ruang yang ada di
dalamnya.
Estetika nol derajat (degree zero), kekosongan erotik mesin
(machine eroticism).
Ornamen pokoknya : pemecahan/ fractal; skala; self similiarity;
catachresis; apocalypse.
Memperlihatkan kode pribadi.
Pro-restricted metaphors: planetary arch; flying beam/ balok
melayang; knife blades; fish bananas.
Memunculkan kembali sejarah yang ada.
Kehancuran semu.
Simbolik pribadi.
3. Ide desainnya antara lain :
Non place sprawl; grid point; teori chaos/ kehancuran.
Fungsi indeterminan.
Ahistorikal dan neo konstruktivis.
Mengandung banyak kata-kata yang halus (rhetorically
redundant).
118
Ruang dan massa yang saling berpenetrasi – ‘chora’.
Objek skulptur yang tidak berkesinambungan.
Patahan, ruang yang terjadi karena ‘ketidaksengajaan’.
Dekomposisi, pemusatan ulang.
Ketidakharmonisan, ‘random noise’.
119
Membahas dekonstruksi dalam arsitektur tidak bisa dilepaskan dari
preseden-preseden yang dihasilkan oleh arsitek-arsitek yang
dikelompokkan dalam arsitek dekonstruksi seperti: Frank Gehry, Peter
Eisenman, Zaha Hadid, Bernard Tschumi, dan Rem Koolhas.
Penelusuran preseden sangat diperlukan untuk menemukan arah
kecenderungan dari paradigma (pola) suatu model sebagai produk dan
objek yang kongkrit dalam mempresentasikan image.33
1. Frank Gehry
Frank Gehry memulai dari beberapa rumah tinggal di
California, kemudia museum Aerospace di Santa Monica, dan
restoran ikan di Kobe. Kesemuanya tampak sebagai suatu ekspresi
sculptural (barang seni) dari pada suatu wadah fungsi. Sosok solid
masif mengesankan kenihilan atau suatu presence of absence.
Di dalam mengkomposisikan ruang dan bidang tidak
Nampak prinsip-prinsip order dari arsitektur klasik yang digunakan,
seperti: unity, harmony, dan balance. Secara keseluruhan, bangunan
meninggalkan citra sebagai suatu komposisi yang retak, terpuntir,
dan berkesan belum selesai.
2. Peter Eisenman
Peter Eisenman yang melambung oleh karya-karyanya yang
dekonstruktif seperti House X, mendasarkan komposisi ruang-
ruangnya pada komposisi diwarnai oleh berbagai patahan, ruang-
ruang melayang, dan balok-balok yang berkesan berterbangan.
Secara keseluruhan komposisi ruangnya sangat naratif dan
mampu mengungkapkan komposisi superposisi dari sebuah
perjalanan sejarah masa silam, merasakan masa kini, dan sekaligus
melayangkan lamunan ke masa datang.
33
Agus Dharma, Paradigma Konseptual Arsitektur Dekonstruksi, Universitas Gunadarma, hlm. 3-
4.
120
3. Rem Koolhaas
Rem Koolhaas mendasarkan karya-karyanya pada konsep
kombinasi tipologi. Beberapa karya besarnya seperti apartemen di
Belanda, Berlin, dan Florida membuktikan bahwa tipologi akan
menjadi acuan utama dalam menampilkan blok-blok maupun fasad
yang sangat diwarnai oleh sosok-sosok abstrak yang terdiri dari
kotak-kotak kaca yang sangat repetitive dan tiba-tiba dipecahkan
oleh beraneka ragam motif garis seperti segitiga merah, balkon-
balkon kuning, dan kotak-kotak biru. Baik dari penggunaan bahan
maupun pemilihan warnanya Nampak jelas tidak lebih hanya
merupakan merupakan unsur komersial dari pada artisitik.
4. Zaha Hadid
Zaha hadid menjulangkan struktur berlapis yang berkesan
lentur pada karya-karyanya. Denah bersusun dengan dimensi yang
berbeda akan menciptakan komposisi void dan solid yang sangat
kaya dan sekaligus tidak efektif. Filosofi anti tercermin dalam
berbagai konsep “dis-” dan “de-” pada semua karyanya yang anti
pusat, anti as, anti simetri, anti seimbang, anti selaras, dan anti
fungsi. Berbagai hal tersebut diatas telah menempatkan dirinya sulit
dikelompokkan dalam arsitektur pasca-fungsionalis karena bukan
termasuk pasca-modern maupun neo-klasik. Karyanya sebenarnya
cenderung kepada pasca-strukturalis atau sejalan dengan
dekonstruksi.
5. Bernard Tschumi
Bernard Tschumi dalam pendekatan perancangannya menggunakan
teori manhattan transcript yaitu transgresi dan regresi. Teori ini
mendasarkan studi gerak manusia sebagai dasar untuk
menggerakkan titik, garis, dan bidang dalam membentuk ruang.
Hasilnya bisa dilihat pada Parc de la Villette yang merupakan
gambaran nyata dari ideology dekonstruksi. Dari ideology ini, style
bangunan dapat terbaca. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa
121
dekonstruksi bukan syle (gaya) melainkan suatu proses yang dapat
menghasilkan banyak style.
2. Anti-Sintesis
Konsep anti-sintesis mengandung konsep penolakan
terhadap padangan bahwa arsitektur adalah sintesis. Suatu hasil yang
berasal dari rangkaian proses analisis dari elemen yang programatis.
34
Ibid, hlm 4-6.
122
Merasa tidak puas dengan apa yang dihasilkan melalui program
yang sistematis, dekonstruksi berpaling pada nilai yang lebih hakiki
yang akan menurunkan aturan yang seirama dengan hokum alam
yaitu nilai intuisi.
Karena intuisi lebih mewadahi otoritas dalam proses
visualisasi, maka arsitektur akan lebih merupakan sebuah hipotesis
dari pada sintesis. Dalam konteks ini, hubungan antara analisis dan
sintesis merupakan hubungan yng bersifat “disjunctive” atau “or”
atau ekivalensi.
3. Anti-Fungsional
Dekonstruksi mendasarkan paham bahwa antara bentuk
(form) dan fungsi (function) bukan merupakan hubungan yang
dependent melainkan lebih pada hubungan independent. Hal ini
sejalan pula dengan konsep disjunctive yang telah desibutkan diatas.
Style yang lahir dari prinsip anti-fungsi ini akan membawa
pertanyaan mengenai metoda merancang yang dipakai. Metoda
merancang merupakan suatu proses kegiatan kreatif.
Kecenderungan yang mungkin timbul dari apabila kegiatan kreatif
ini memuaskan, maka akan dijadikan suatu kegiatan rutin. Dalam
beberapa hal, kegiatan rutin ini akan membatasi kegiatan kreatif dan
munculnya kegiatan kreatif dalam kegiatan rutin merupakan
prosedur yang alami.
Hubungan yang bersifat independent antara form dan
function memberi peluang bagi penggunaan metode kreatif seperti
superposisi, fragmentasi, dan kombinasi yang berdasar pada prinsip-
prinsip matematis seperti hal nya yang dilakukan Tschumi pada
Parc de la Villette.
4. Anti-Order
123
Order akan menghasilkan ekspresi keutuhan dan kestabilan.
Order dalam arsitektur yang berakar pada arsitektur klasik seperti
unity, balance, dan harmony, akan memberi kecenderungan pada
pembentukan ruang yang figuratif.
Arsitektur dekonstruksi bukan mengarah pada
kecenderungan ruang dan objek yang figuratif karena arsitektur
yang figuratif akan memperkuat keabsolutan order. Disamping itu,
order melahirkan bentuk-bentuk geometri yang programatis yang
akan berlawanan dengan konsep visualisasi simbol/ makna yang
retorikal, tidak fixed, dan multivalen. Karena makna adalah sesuatu
yang kontekstual, tergantung atas nilai masyarakat sesaat.
124
semrawut yang menunjuk kepada kejujuran yang sejujur-jujurnya.
Penggunaan warna sebagai aksen juga ditonjolkan dalam komposisi
arsitektur dekonstruksi sedangkan penggunaan tekstur kurang berperan.
Bangunan yang menggunakan langgam arsitektur dekonstruksi
memiliki tampilan yang terkesan ‘tidak masuk akal’, dan memiliki
bentukan abstrak yang kontras melalui permainan bidang dan garis yang
simpang siur. Pada arsitektur dekonstruksi yang dikomunikasikan
adalah:35
a. unsur-unsur yang paling mendasar, essensial, substansial yang
dimiliki oleh arsitektur.
b. Kemampuan maksimal untuk berarsitektur dari elemen-elemen yang
essensial maupun substansial.
35
Anto, Arsitektur Dekonstruksi, diakses dari http://arsitekturdekonstruksi.blogspot.co.id/,
pada tanggal 12 Maret 2017 pukul 10.09
36
Andreas Papadakis (Ed.), Deconstruction III, London, 1990.
125
Menggunakan konfigurasi spasial tertentu untuk program
yang sama sekali berbeda; misalnya bangunan gereja digunakan
untuk tempat bowling. Menempatkan suatu konfigurasi spasial pada
lokasi yang tidak berkaitan; misalnya museum diletakkan dalam
bangunan struktur parkir, atau beauty parlour dalam sebuah gudang.
2. Transprogramming
Mengkombinasikan dua program yang sifat dan konfigurasi
spasialnya berbeda; misalnya planetarium dikombinasikan dengan
roller-coaster, perpustakaan dengan track balap mobil.
3. Dispogramming
Mengkombinasikan dua program sedemikian rupa sehingga
konfigurasi ruang program pertama mengkontaminasi program dan
konfigurasi ruang kedua; misalnya supermarket dikombinasikan
dengan perkantoran.
37
Ibid
126
Menata arsitektur yang kompleks tanpa rujukan pada kaidah desain
tradisional seperti komposisi, hierarki, keteraturan, tetapi pada
konsep “disjunction”, disosiasi dan fragmentasi.
Memutarbalik oposisi klasik seperti bentuk-fungsi, struktur-
ekonomi, dan menggantikannya dengan konsep konfiguiti dan
superimposisi, permutasi dan substitusi.
127
added to structure”, digantikan oleh “existing between”, “almost
this or almost that, but not quite either”.
Pemahaman arsitektur secara tekstual dalam kaitan dengan
“ortherness”, “trace” dan “absence”.
Eisenman dalam proyek “Romeo and Juliet” untuk Venice Biennale
1986 mencoba memperlakukan lahan sebagai “palimpsest” dan
“quarry” yang memiliki jejak-jejak memori dan potensi untuk
digali lebih lanjut, sementara dalam proyek “House X” ia mencoba
menghindari adanya pusat di dalam rumah.
128
Dalam tulisan ini dibahas beberapa pemikiran Derrida yang mempunyai
hubungan langsung dengan rancangan.38
2. Pembalikan Hierarki
Differensiasi secara ketat menghasilkan perbedaan dua
kutub yang dipertentangkan secara diamatral (oposisi
binari). Pandangan ini lebih jelas terlihat dalam faham Strukturalis
yang diajukan oleh Ferdinand de Sausure dalam linguistik atau C.
38
Kelompok 6 Universitas Kristen Petra, Bab V Arsitektur Dekonstruksi, diakses dari
http://www.oocities.org/sta5_ar530/tugas_kelompok/kelompok6/BABV.htm, pada tanggal 12
Maret 2017 pukul 10.27
129
Levi-Strauss dalam Antropologi. Strukturalisme dalam memahami
fenomena selalu mengadakan pemilahan (differensiasi) ke dalam
elemen-elemen yang merupakan hasil abstraksi.
130
Suatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu
proses berulang (iteratif) pada konteks yang berbeda. Dalam
Arsitektur, penggunaan metaphor secara berulang-ulang akan
membuka pemahaman yang lebih baik tehadap makna yang
dimaksudkan.
39
Ibid
131
Diantara semua, kelompok ini yang paling konservatif,
masih mengutamakan prinsip abstraksi dan mengutamakan fungsi
mengoptimalkan kemungkinan hasil industri bahan dan
prefabrikasi namun dengan memfragmentasi potongan-potongan,
konteks dan program prefabrikasi tersbeut dan hasilnya adalah
kumpulan ruang dan obyek yang terfragmentasi. Yang termasuk
kelompok ini : Gunther Behnish & Partner, Jean Nouvel, Helmut
Jahn, Emilio Ambasz, Steven Hall, Eric Owen Moss
3. Textualist
Kelompok ini melihat bahwa arsitektur yang ada sebagai
“built Language” yang tidak mampu lagi mencerminkan struktur
dan kebenaran yang ada, seperti halnya kata sebagai tanda tidak
mampu serta merta menyampaikan makna (kelompok ini
sebenarnya termasuk kelompok dekonstruksi Derridean). Denah
dan tampak bangunan yang ada hanyalah menampilkan bias yang
pucat (topeng) dari struktur-struktur kenyataan yang ada, terlalu
banyak yang diredam (repressed). Untuk itu struktur-struktur
yang diredam (absence) perlu ditampilkan dengan mengangkat
konflik-konflik internal yang ada. Bernard Tschumi sebagai salah
satu eksponen kelompok ini menyatakan :
132
“Menciptakan arsitektur adalah membayangkan “cation”
dengan cara yang kreatif dan produktif yaitu lewat narasi dengan
medium kata (bahasa), fotografi dan gambar”.
4. New Mythologist
Utopia merupakan mitos yang selalu ada pada setiap kurun
waktu, karena tiada harapan tanpa utopia. Utopia Arsitektur
Modern adalah dunia yang satu, utuh dan
nyaris sama (international style) yang telah gagal memenuhi misi
kemanusiaannya. Utopia kedua adalah kebalikannya:
Dystopia atau vision of self-destruction yang tidak berkembang
karena kesadaran manusia untuk tetap mempertahankan
kehidupan. Kelompok ingin menciptakan suatu utopia sebagai
suatu mitologi baru, suatu dunia yang lain yang lokasi dan
kaitannya dengan masa lalu, masa kini dan mendatang tidak
dikenali. Diilhami cerita dan film fiksion seperti Star Wars, Blader
Runner dan Star Trek kelompok ini menggagas proyek-proyek
imajiner yang menerobos kungkungan gravitasi, iklim, langgam
dan semua tatanan yang ada. Yang termasuk kelompok ini: Paulo
Soleri, Lebbeus Woods, Hodgetts & Fung Design Associates.
5. Technomoprisme
Pada mulanya manusia menciptakan alat (tehnologi) hanya
sebagai perpanjangan tangannya, namun dengan berkembangnya
teknologi, hubungan manusia dengan teknologi sudah demikian
menyatu. Telekomunikasi jarak jauh telah menghapuskan jarak
dan waktu dan pada gilirannya mengubah tatanan sosial bangsa-
bangsa. Dibidang kedokteran, organ tubuh manusia sudah bisa
133
digantikan dengan peralatan/ mesin. Sebagai penerus proyek
modern yang belum selesai, kelompok ini mengakomodasi
teknologi dan membuatnya menjadi artefak yang tidak hanya
menjadi teknologi bisa dilihat sebagai usaha mengekstensi,
manipulasi, mediasi, representasi serta memetakan self-nya. Yang
termasuk kelompok ini: Macdonald + Salter, Toyo Ito, Morphosis
Architects, Holt, Hinshaw, PFAU, Jones.
40
Ibid
41
Ibid
134
Dekonstruksi Konstruksi Bidang, seperti pada “Best Products”
karya James Wines dan site atau “Berlin Museum” karya
Libeskind.
Dekonstruksi Konstruksi Baja, seperti pada karya-karya Coop
Himmelblau.
Dekonstruksi Konstruksi Kulit, yang masih jarang ditemukan.
135
Tidak adanya ruang yang terjadi karena fungsional seperti pada
bangunan arsitektur modern. Pada tampak terlihat cocktail sticks
yang menopang bangunannya dengan ‘tidak pasti’.
Bentuk bangunan miringnya diekstrimkan sebagai ciri utama
arsitektur dekonstruksi, sehingga nampak sekali massa
bangunan bukan didapat dari hasil proyeksi denah.
Banyaknya sudut bangunan yang muncul tanpa adanya
penjelasan dari segi fungsinya. Hal itu semata-mata
dimunculkan untuk segi estetikanya.
136
temui di Amerika, Chicago, penggunaan baja dan kaca dengan
denah tipikal dianggap sebagai bentukan arsitektur yang sangat
menarik. Sedangkan bagi para arsitek dekonstruksi khususnya dan
post modern pada umumnya, penggunaan material modern tidak
hanya sekedar menerapkannya pada bangunan sebagai hasil dari
kemajuan teknologi yang ada. Akan tetapi, mereka menerapkannya
ke bangunan berdasarkan imajinasi mereka, berdasarkan kebutuhan
mereka akan estetika yang kerap dilupakan dalam arsitektur modern.
Sehingga dapat terlihat berbagai alternatif pengaplikasian material
ke bangunan dalam berbagai bentuk yang baru. Kaca tidak lagi
terbatas persegi, namun bila diolah sesuai tampak bangunan,
dimungkinkan saja untuk menggunakannya dalam bentuk
trapezium. Kolom-kolom baja yang awalnya lurus dari lantai dasar
sampai atas, dapat dibuat lain dengan memiringkannya. Sistem
strukturnya pun masih kuat.
137
dikomposisi ulang hingga mendapatkan bentukan baru yang
kiranya sesuai dengan filosofisnya.
Gunther memiringkan dengan ekstrim dinding bangunannya
sebagai salah satu bentuk ‘protes/ menentang’ arsitektur modern
yang mengenal dinding itu haruslah tegak lurus bentuknya.
Dari tampak terlihat bentukan-bentukan baru bernuansa abstrak
dengan garis-garis miring dan bentuk bangunan yang seakan-
akan mau runtuh.
Gunther menggunakan banyak bentuk abstrak yang tidak
beraturan dan tidak beralasan. Ia dijuluki arsitek dekonstruksi
dengan aliran abstracting the open-end.
138
Sumber: Andreas Papadakis, Deconstruction II, New York, 1994, hlm. 86.
139
Hal inilah yang kemudian menjadikan bangunan ini termasuk
sebagai objek post modern, karena bangunan ini seolah-olah hidup dan
berirama.Tidak ada kesan kaku dan terikat. Semuanya terlihat sangat
lugas. Berbeda dengan arsitektur modern yang kaku dan tidak ‘hidup’
sama sekali. Akan tetapi kesinambungannya dengan arsitektur modern
terlihat dari pemakaian material modern dan ide bentukan massa asal
yang berasal dari bentuk geometri. Bentuk yang tersusun horizontal
namun brutal dan dinamis, sesuai dengan situasi Hongkong sendiri.
Peak Club Building direncanakan sebagai suatu fasilitas untuk
bersenang-senang semata. Penampilannya mewah, dan digunakan untuk
masyarakat kelas atas. Sistem struktur yang unik merupakan bentuk
keseluruhan dari bangunan ini, yang terdiri dari 3 balok berbentuk
linear, yang disusun secara tidak beraturan, membentuk sudut yang
berbeda. Dan disatukan dengan permainan ruang-ruang kosong yang
bervariasi dan terletak di antara balok-balok tersebut.
140
Dari bentuk bangunannya tersebut, maka tak heran bila Zaha
dimasukkan ke dalam dekonstruksi aliran neo constructivist, di mana
system konstruksi bangunan dibuat seefisien mungkin sebagai dasar
perancangannya. Dapat berarti menciptakan suatu system struktur yang
tidak pernah terpikir sebelumnya, dan ternyata mampu mendukung
seluruh bangunan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan, menurut Zaha,
suatu bangunan haruslah dirancang dengan bertolak dari pemikiran-
pemikiran sebagai berikut :
141
Bangunan menggambarkan sesuatu yang abstrak dan liar, bahkan
mungkin menjadi brutal.
Bangunan adalah pemersatu ruang dalam dan ruang luar. Antara
bangunan dan lingkungan sekitar, merupakan kesatuan yang utuh
dan saling melengkapi.
Bangunan adalah tempat untuk melaksanakan aktifitas yang
berbeda-beda. Karena itu, maka bangunan juga terdiri dari elemen-
elemen atau bentuk yang berbeda dan disatukan oleh sistem sirkulasi
dengan penonjolan sistem konstruksi.
Pembedaan aktifitas dilakukan dengan pembedaan elemen-elemen
bangunannya. Selain itu, juga berfungsi untuk menghindari kesan
monoton. Sebagaimana banyak ditemui pada arsitektur modern.
Banyaknya bangunan Zaha yang menggunakan flying beam
membuatnya dijuluki sebagai arsitek dekonstruksi aliran anti-
gravitational space. Banyaknya balok yang melayang menciptakan
bangunan seolah-olah tidak ada yang menopang semakin menambah
cirri khas dekonstruksi bangunannya.
142
Gambar 3.6 Peak Club Drawings
Sumber: http://www.zaha-hadid.com/architecture/the-peak-leisure-club/, pada
tanggal 12 Maret 2017
A. Konsep Desain
Desain Heydar Aliyev Pusat memiliki kesan yang terus
menerus, hubungan fluida antara plaza sekitarnya dan interior
bangunan sebagai satu kesatuan yang dapat diakses oleh semua
143
warga sebagai bagian dari kain perkotaan Baku, yang didedikasikan
untuk perayaan kolektif budaya Azeri kontemporer dan tradisional.
Formasi yang rumit seperti undulations, bifurcations, lipatan, dan
infleksi memodifikasi permukaan plaza ini ke lanskap arsitektur
yang melakukan banyak fungsi: ‘menyambut’, ‘memeluk’, dan
mengarahkan pengunjung melalui berbagai tingkat interior. Dengan
sikap ini, bangunan mengaburkan perbedaan konvensional antara
objek arsitektur dan lansekap kota, selubung bangunan dan plaza
perkotaan, bentuk dan tanah, interior dan eksterior.
144
Fluiditas dalam arsitektur tidak baru untuk wilayah ini.
Dalam arsitektur Islam, baris, grid, atau urutan kolom mengalir
tanpa batas, seperti pohon di hutan, membangun ruang non-hirarkis.
Pola kaligrafi dan hiasan terus menerus mengalir dari karpet ke
dinding, dinding untuk langit-langit, langit-langit untuk kubah,
membangun hubungan mulus dan mengaburkan perbedaan antara
unsur-unsur arsitektur dan tanah yang mereka huni. Tujuannya
adalah untuk berhubungan dengan pemahaman sejarah arsitektur,
tidak melalui penggunaan mimikri atau suatu nilai tetap (norma)
membatasi untuk ikonografi masa lalu, melainkan dengan
mengembangkan interpretasi tegas kontemporer, mencerminkan
pemahaman yang lebih bernuansa. Menanggapi penurunan tipis
topografi yang mebuat lahan terbagi menjadi dua bagian, proyek ini
membuat lanskap bertingkat yang mebiarkan koneksi alternatif dan
rute antara plaza publik, bangunan, dan parkir bawah tanah. Solusi
ini menghindari penggalian tambahan dan TPA, dan berhasil
mengubah sebuah kelemahan menjadi fitur desain utama.
145
frame. Untuk mencapai skala besar ruang bebas kolom yang
memungkinkan pengunjung untuk mengalami fluiditas interior,
elemen struktur vertikal diserap oleh selubung bangunan dan sistem
dinding tirai (curtain). Geometri permukaan tertentu mendorong
solusi struktural yang tidak konvensional, seperti pendekatan
melengkung 'booting column' untuk membentuk lengkungan dari
permukaan tanah ke Barat bangunan, dan 'pas' meruncing dari balok
kantilever yang mendukung selubung bangunan ke timur site.
146
Gambar 3.10 Pembangunan Heydar Aliyev Center
Sumber: https://en.wikiarquitectura.com/building/Heydar-Aliyev-Cultural-Center/,
pada tanggal 1 Maret 2017
Dalam komposisi arsitektur ini, jika permukaan adalah
musik, maka bagian sambungan antara panel adalah irama. Sejumlah
penelitian dilakukan pada geometri permukaan untuk
merasionalisasi panel tetap menjaga kelangsungan seluruh
bangunan dan lanskap. Sambungannya mempromosikan
pemahaman yang lebih besar dari skala proyek yang menekankan
transformasi menerus dan gerak tersirat dari geometri fluida,
menawarkan solusi pragmatis untuk masalah konstruksi praktis
seperti manufaktur, penanganan, transportasi dan perakitan; dan
menjawab permasalahan teknis seperti menahan gerakan karena
defleksi, beban eksternal, perubahan suhu, aktivitas seismik dan
beban angin.
III.3.4. Extension Totte Denver Art Museum The Eye and The Wing
147
Gambar 3.11 Denver Art Museum
Sumber:
http://images.adsttc.com/media/images/571d/68c0/e58e/cea1/2000/000a/slidesho
w/DAM_D_2156B(c)BitterBredt.jpg?1461545144,
pada tanggal 3 Maret 2017
148
Gambar 3.10 Bentuk Tajam Denver Art Museum
Sumber:
http://images.adsttc.com/media/images/571d/6901/e58e/cea1/2000/000c/slidesho
w/Detail_with_Denver_Public_Library_(right)(c)BitterBredt.jpg?1461545209,
pada tanggal 3 Maret 2017
Pada salah satu bangunan hasil rancangannya ini terlihat
pemakaian flying beams, karena dari tampak bangunannya sendiri
sudah miring dan tidak beraturan. Dasar bentuk bangunannya tidak
jelas, seakan-akan berasal dari persegi untuk bentuk dua
dimensinya, namun kemudian digabungkan dengan bentuk segitiga
dalam bentuk tiga dimensinya. Tilted floors and walls/ lantai dan
dinding yang miring jelas terlihat dari tampak. Terlebih karena
bangunan memang seakan-akan segera rubuh dengan adanya
kemiringan-kemiringan tersebut. Namun Libeskind berhasil
menggabungkan semuanya itu dan menghasilkan bentukan yang
memang dinamis dan sebelumnya tidak dapat ditemukan dalam
aliran arsitektur modern. Daniel kerap dijuluki sebagai arsitek
dekonstruksi yang beraliran between the lines, karena ia berada di
antara modern dan neo modern serta berupaya menggabungkan
keduanya hingga mendapatkan suatu desain baru
149