Anda di halaman 1dari 32

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keperawatan Komunitas


1. Pengertian
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan professional sebagai bagian
integral pelayanan kesehatan berbentuk pelayanan biologi, psikologi,
social, dan spiritual secara komprehensif, ditujukan kepada individu,
keluarga dan masyarakat baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup
manusia (Riyadi, 2007).

Komunitas adalah kelompok sosial yang tinggal dalam suatu tempat,


saling berinteraksi satu sama lain, saling mengenal serta mempunyai minat
dan interest yang sama (WHO). Komunitas adalah kelompok dari
masyarakat yang tinggal disuatu lokasi yang sama dengan dibawah
pemerintahan yang sama, area atau lokasi yang sama dimana mereka
tinggal, kelompok sosial yang mempunyai tujuan/minat yang sama
(Riyadi, 2007).

Keperawatan komunitas merupakan pelayanan kesehatan profesional


terhadap komunitas dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi dalam
upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan
penyakit, pelayanan kesehatan untuk menjamin terjangkaunya kesehatan
yang dibentuk dengan melibatkan masyarakat sebagai mitra dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan kesehatan (Riyadi,
2007)
.
Perawatan komunitas adalah perawatan yang diberikan dari luar suatu
institusi yang berfokus pada individu, kelompok dan masyarakat. Untuk
meningkatkan peran serta masyarakat dan proses kelompok serta

8
mendorong masyarakat dalam memecahkan masalah yang dihadapi, yang
pada akhirnya untuk memandirikan masyarakat diperlukan
pengorganisasian masyarakat (Naomi, 2002).
Pada perawatan kesehatan masyarakat harus mempertimbangkan beberapa
prinsip, yaitu:
a. Kemanfaatan
Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat
yang besar bagi komunitas (Riyadi, 2007). Intervensi atau pelaksanaan
yang dilakukan harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi
komunitas (ada keseimbangan antara manfaat dan kerugian). (Mubarak,
2005).
b. Kerjasama
Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat
berkelanjutan serta melakukan kerjasama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).
c. Secara Langsung
Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan
intervensi, klien dan lingkungannya termasuk lingkungan sosial,
ekonomi serta fisik mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan
(Riyadi, 2007).
d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau
kapasitas dari komunitas itu sendiri (Riyadi, 2007).
e. Otonomi
Komunitas diberi kebebasan untuk melakukan atau memilih alternatif
yang terbaik yang disediakan komunitas dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang ada (Mubarak, 2005).

Strategi pelaksanaan komunitas yang dapat digunakan dalam perawatan


kesehatan masyarakat adalah:
a. Pendidikan kesehatan (health promotion)

9
Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan
dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan, sehingga
masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa
melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan
(Naomi, 2002).

b. Proses kelompok (Group Process)


Bidang tugas perawat komunitas tidak bisa terlepas dari kelompok
masyarakat sebagai klien termasuk sub-sub sistem yang terdapat
didalamnya, yaitu: individu, keluarga, dan kelompok khusus.

c. Kerjasama dan kemitraan


Kemitraan adalah hubungan atau kerjasama antara dua pihak atau lebih,
berdasarkan kesetaraan, keterbukaan dan saling menguntungkan atau
memberikan manfaat (Depkes RI, 2005).

d. Pemberdayaan (Empowerment)
Konsep pemberdayaan dapat dimaknai secara sederhana sebagai proses
pemberian kekuatan atau dorongan sehingga membentuk interaksi
transformatif kepada masyarakat, antara lain: adanya dukungan,
pemberdayaan, kekuatan ide baru dan kekuatan mandiri untuk
membentuk pengetahuan baru (Palestin, 2007).

2. Peran Perawat Komunitas


Menurut pendapat Doheny (1982) ada beberapa elemen peran perawat
professional antara lain :
a. Care Giver
Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah
keperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang

10
telah diberikan kepada individu, keluarga dan masyarakat. Peran ini
diharapkan perawat mampu menerapkan hal-hal berikut ini :
1) Memberikan pelayanan keperarawatan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat sesuai diagnose masalah yang terjadi
melalui dari masalah yang bersifat sederhana sampai pada masalah
yang kompleks.
2) Memeperhatikan idividu dalam konteks sesui kehidupan klien ,
perawat harus memperhatikan klien berdasarkan kebutuhan
signifikan dari klien.
3) Perawat menggunakan proses keperawatan untuk mengidentifikasi
diagnosis keperawatan, mulai dari masalah fisik sampai psikologis.

b. Client Advocate (pembela klien)


Perawat komunitas berperan memberikan advocacy kepada klien
(komunitas). Setiap individu, kelompok, dan masyarakat berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan yang sederajat. Sistem pelayanan
kesehatan yang ada bersifat terbagi-bagi dan depersonalisasi.
Masyarakat miskin, kurang beruntung, tanpa asuransi kesehatan,
penduduk pendatang tidak merasakan pelayanan kesehatan yang
sederajat. Perawat komunitas memberikan arahan dan penjelasan
terhadap kompleksitas sistem pelayanan kesehatan yang tujuannya agar
masyarakat mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan.

c. Conselor (konseling)
Konseling adalah proses membantu klien untuk menyadari dan
mengatasi tekanan psikologis atau masalah sosial untuk membangun
hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Didalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual.
Peran perawat :

11
1) Mengidentifikasi perubahan pola interaksi klien terhadap keadaan
sehat sakitnya.
2) Perubahan pola interaksi merupakan “Dasar” dalam merencanakan
metode untuk meningkatkan kemampuan adaptasinya.
3) Memberikan konseling atau bimbingan penyuluhan kepada individu
atau keluarga dalam mengintegrasikan pengalaman kesehatan
dengan pengalaman yang lalu.
4) Pemecahan masalah di fokuskan pada masalah keperawatan

d. Educator (Pendidik)
Memberikan pengajaran atau informasi tentang kesehatan. Educator
role merupakan peran dominan perawat komunitas dalam memberikan
pelayanan keperawatan. Mayoritas klien (community) dalam kondisi
tidak sakit akut dan mampu menangkap informasi kesehatan. Perawat
harus signifikan dalam menjangkau populasi yang lebih luas.
Pemberian informasi dapat dilakukan pada institusi formal atau pilihan
sesuai dengan tingkat kemampuan masyarakat.

e. Collaborator (kolaborasi)
Perawat sebagai kalaborasi dapat dilaksanakan dengan cara berkerja
sama dengan tim kesehatan yang lain. Peran Sebagai Kolaborator
Perawat disini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan
yang terdiri dari dokter fisioterapis, ahli gizi, dan lain-lain dengan
berupaya meng- identifikasi pelayanan keperawatan yang diperlukan
termasuk diskusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk
pelayanan selanjutnya dalam kaitannya membantu mempercepat
penyembuhan klien.

f. Coordinator (Koordinasi)
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan serta
mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga

12
pemeberian pelayanan kesehatan dapat terarah serta sesuai dengan
kebutuhan klien.

g. Change Agent
Pembawa perubahan adalah seseorang yg berinisiatif membantu orang
lain membuat perubahan pada dirinya atau pada system (Kemp,1986).
Mengidentifikasi masalah, mengkaji motivasi pasien dan membantu
klien tuk berubah, menggali kemungkinan hasil dari alternatif,
mengkaji sumber daya menunjukan peran membantu, membina dan
mempertahankan hubungan membantu, membantu selama fase dari
proses perubahan dan membimbing klien melalui fase ini (Marriner
Torney)

3. Ciri-Ciri Komunitas
a. Interaksi diantara sesama anggota masyarakat
b. Menempati wilayah dengan batas-batas tertentu
c. Saling tergantung satu sama lainnya
d. Memiliki adat istiadat tertentu
e. Memiliki identitas bersama

4. Tipe - Tipe Masyarakat


Menurut Gilin and Gilin masyrakat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Dilihat dari sudut perkembangannya :
1) Cresive Institution
Lembaga masyarakat yang paling primer, merupakan lembaga-
lembaga yang secara tidak disengaja tumbuh dari adat-istiadat
masyarakat misalnya, yang menyangkut : hak milik, perkawinan,
agama, dan sebagainya.
2) Enacted institution
Lembaga kemasyarakatan yang sengaja dibentuk untuk memenuhi
tujuan tertentu misalnya yang menyangkut : lembaga utang-piutang,

13
lembaga perdagangan, pertanian, pendidikanyang kesemuanya
berakar pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat. Pengalaman-
pengalaman dalam melaksnakan kebiasaan-kebiasaan tersebut
disistematisasi, yang kemudian dituangkan ke dalam lembaga-
lembaga yang disahkan oleh negara.

b. Dari sudut sistem nilai yang diterima oleh masyarakat


1) Basic institution
Merupakan lembaga kemasyarakatan yang sangat penting untuk
memelihara dan mempertahankan tata tertib dalam masyarakat,
diantaranya keluarga, sekolah-sekolah yang dianggap sebagai
institusi dasar yang pokok.
2) Subsidiary institution
Lembaga-lembaga kemasyarakatan ynag muncul tetapi dianggap
kurang penting, karena untuk memenuhi kegiatan-kegiatan
tertentu saja. Misalnya pembentukan panitia rekrasi, pelantikan
atau wisuda bersama dan sebagianya.

c. Dari sudut penerimaan masyarakat


1) Approved/ sosial sanctioned institution
Adalah lembaga yang diterima oleh masyarakat seperti sekolah,
perusahaan, koperasi, dan sebagainya.
2) Unsanctioned institution
Adalah lembaga-lembaga masyarakat yang ditolak oleh
masyarakat, walaupun kadang-kadang masyarakat tidak dapat
memberantasnya, misalnya kelompok penjahat, pemeras, pelacur,
gelandangan dan pengemis dan lain-lain.

d. Dari sudut penyebarannya


1) General institution

14
Merupakan lembaga masyarakat didasarkan atas faktor
penyebarannya. Misalnya agama karena dikenal hampir semua
masyarakat di dunia.
2) Restricted institution
Merupakan lembaga-lembaga agama yang dianut oleh masyarakat
tertentu saja, misalnya Budha banyak dianut oleh Muangthai,
Vietnam, Kristen Katholik banyak dianut oleh masyarakat Italia,
Prancis, Islam oleh masyarakat Arab dan sebagainya.

e. Dari sudut fungsi


1) Operative institution
Merupakan lembaga masyarakat yang menghimpun pola-pola
atau tata cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan keluarga
yang bersangkutan seperti keluarga industri.
2) Regulative institution
Merupakan lembaga yang bertujuan mengawasi adat-istiadat atau
tata kelakuan yang tidak menjadi bagian mutlak daripada lembaga
itu sendiri, misalnya lembaga hukum diantaranya
kejaksaan,pengadilan dan sebagainya.

5. Konsep Model Keperawatan Komunitas


a. Model Sistem Imogene M. King (1971)
Komunitas merupakan suatu sistem dari subsistem keluarga dan
supra sistemnya adalah sistem sosial yang lebih luas. Subsistem yang
terdapat di komunitas saling berinteraksi, berinterelasi, dan
interdependensi, satu sama yang lain. Adanya gangguan atau stressor
pada salah satu subsistem akan mempengaruhi komunitas, misalnya
adanya gangguan pada salah satu subsistem pendidikan, dimana
masyarakat akan kehilangan informasi atau ketidaktahuan.
Akibatnya dapat menimbulkan masalah kesehatan atau

15
ketidaktahuan memodifikasi lingkungan sehingga memerlukan
intervensi keperawatan.

Keluarga sebagai subsistem komunitas merupakan sistem terbuka


dimana terjadi hubungan timbal balik antara keluarga dan komunitas
yang sekaligus sebagai umpan balik. Sesuai dengan model sistem
untuk mengkaji masalah komunitas. Intervensi keperawatan yang
dilakukan terkait dua sasaran unit pelayanan dasar dimana
masyarakat atau komunitas.

b. Model Adaptasi C. Roy (1976)


Aplikasi dari model adaptasi pada keperawatan komunitas tujuannya
adalah untuk mempertahankan perilaku adaptif dan merubah
perilaku maladaptif pada komunitas.Adapun upaya pelayanan
keperawatan yang dilakukan adalah untuk meningkatkan kesehatan
dengan cara mempertahankan perilaku adaptif. Intervensi
keperawatan ditujukan untuk menekan stressor dan meningkatkan
mekanisme adaptasi. Melalui model adaptasi, masalah komunitas
diharapkan dapat diatasi dengan atau meningkatkan perilaku adaptif
komunitas.

c. Model ”Self Care” D.E. Orem (1971)


Model ini tepat digunakan untuk keperawatan keluarga karena tujuan
akhir dari keperawatan keluarga adalah kemandirian keluarga dalam
melakukan upaya kesehatan yang terkait dengan lima tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah, mengambil keputusan
untuk mengatasi masalah, merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan kesehatan, memodifikasi lingkungan yang
dapat menunjang kesehatan dan menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan secara tepat.

16
Keperawatan mandiri adalah salah satu kemampuan dasar manusia
dalam menjaga fungsi tubuh dan kehidupan yang harus dimilikinya.
Menurut Orem, keperawatan mandiri adalah pelaksaan kegiatan
yang diprakarsai dan dilakukan oleh individu itu sendiri untuk
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupan, kesehatan
dan kesejahteraan sesuai keadaan sehat sakit (Orem, 1980).
Selanjutnya pandangan Orem, terkait dengan paradigma
keperawatan adalah sebagai berikut :
1) Individu adalah integrasi keseluruhan fisik, mental, psikologis
dan sosial dengan berbagai variasi tingkat kemampuan
keperawatan mandiri.
2) Self Care adalah refrensi untuk mengkaji kebutuhan dan pilihan
yang teliti bagaimana untuk memenuhi kebutuhan.
3) Keperawatan adalah pelayanan terhadap manusia, proses
interpersonal dan teknikal merupakan tindakan khusus.Tindakan
keperawatan untuk meningkatkan keperawatan mandiri dan
kemampuan perawatan mandiri yang terapeutik.Asuhan
keperawatan mandiri dapat digunakan dalam praktik keperawatan
keluarga.
4) Sasaran
a) Menolong klien atau keluarga untuk keperawatan mandiri
secara terapeutik.
b) Menolong klien bergerak ke arah tindakan asuhan mandiri.
c) Membantu anggota keluarga merawat anggota keluarga yang
mengalami gangguan.

d. Aplikasi Model Neuman pada Komunitas


Sesuai dengan teori Neuman, kelompok atau komunitas dilihat
sebagai klien dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu komunitas
yang merupakan klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai

17
pendekatan, yang terdiri dari 5 tahapan yaitu pengkajian, diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat


a. Faktor lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar masyarakat
mulai dari udara, tumbuh-tumbuhan, perumahan, pembatas daerah,
jarak, daerah penghijauan, binatang peliharaan, anggota
masayarakatnya, struktur yang dibuat oleh masyarakat, keindahan
alam, air, iklim, dll yang mempengaruhi keadaan masyarakat.

b. Faktor perilaku masyarakat


Perilaku masyarakat atau kebiasaan sangat besar pengaruhnya
terhadap masyarakat itu sendiri. Banyak perilaku atau kebiasaan
masyarakat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit dan
kematian seperti, minum air yang tidak dimasak, membuang kotoran
di sembarang tempat, makan makanan yang dikerubungi lalat,
membiarkan kuku kotor, dll.Banyak pula perilaku yang baik yang
dapat mengurangi penyakit seperti : menjaga kebersihan diri,
membiasakan cuci tangan dengan sabun, berolahraga secara teratur,
menjaga kebersihan lingkungan rumah, menjaga kebersihan makanan
dan minuman, dll.

c. Pelayanan kesehatan
Pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang diprogramkan oleh
pemerintah sesuai undang-undang untuk meningkatkan derajat
kesehatan individu, keluarga, masyarakat. Agar derajat kesehatan
masyarakat meningkat, masyarakat hendaknya dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada.

18
d. Faktor keturunan
Keluarga dibentuk dari individu dengan bermacam-macam gen dan
sifat yang mempengaruhi setiap individu dalam keluarga tersebut. Gen
dan sifat tersebut dapat diturunkan pada anak dan cucu dalam
keluarga, diturunkan pada anak cucu mereka.

2. Asuhan keperawatan komunitas


Asuhan keperawatan komunitas adalah proses keperawatan pada tingkat
masyarakat mencakup individu keluarga dan kelompok khusus yang
memerlukan pelayanan asuhan keperawatan (Naomi, 2002).
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal dari proses awal keperawatan
komunitas, yang bertujuan untuk mengunpulkan data di komunitas.
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan bermacam-macam cara
yaitu :
a. Winshiled survey adalah survei sekilas yang hasilnya berupa data
kasar yang masih perlu dikembangkan atau disempurnakan.
b. Observasi adalah pengamatan langsung pada setiap daerah yang
dilakukan survei.
c. Wawancara adalah komunikasi yang dilakukan secara langsung
dengan masyarakat, anggota kelompok (karang taruna, PKK, ibu-
ibu kader), tokoh masyarakat, dan tokoh agama.
d. Angket/kuesioner : alat yang digunakan dalam proses pengumpulan
data.
e. Studi dokumentasi terhadap data sekunder.
f. Survei struktur, yaitu masyarakat, anggota kelompok.

Selain metode diatas, data juga dapat diperoleh dari sumber data (data
primer dan data sekunder) :
a. Data primer

19
Data yang didapatkan dengan cara wawancara secara langsung dengan
masyarakat, instansi terkait (Puskesmas, KUA, Kaur Bang,
kecamatan, kelurahan, dan lintas sektor lainnya).
b. Data sekunder
Data yang diperoleh melalui dokumentasi dari instansi terkait
(Puskesmas, KUA, Kaur Bang, kecamatan, kelurahan, dan lintas
sektor lainnya.). Analisa data sekunder : data sensus, hasil penelitian,
masalah kesehatan dan sebagainya.

Pengumpulan data pada klien di masyarakat. Pengumpulan data yang


dilakukan melalui pengkajian meliputi beberapa hal antara lain :
pendidikan, lingkungan, keamanan dan transportasi, politik dan
pemerintahan, kesehatan dan pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi,
rekreasi.

Berikut adalah hal–hal yang perlu dikaji dalam melaksanakan asuhan


keperawatan komunitas yang dikemukan oleh Betty Neuman. Ada
delapan elemen inti dalam mengkaji komunitas (community core) yaitu:
a. Lingkungan fisik (Physical environment)
Komponen-komponen yang harus di kaji pada lingkungan fisik antara
lain :

Komponen Data / informasi

1) Konsep diri  Apa persepsi masing-masing anggota kelompok


terhadap temannya.
 Adakah peningkatan stress / depresi.
2) Riwayat  Kapan terjadi resiko penyakit.
kesehatan  Bagaimana pendapat masyarakat dalam menerima
perubahan program kesehatan.

20
 Distribusi : usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan,
pekerjaan, suku bangsa.
3) Statistik  Nilai / keyakinan.
 Tradisi khusus, bahasa.
4) Kultur  Bagaimana persepsi masyarakat tentang kesehatan.
 Adakah kepercayaan tertentu di masyarakat yang
mempengaruhi kesehatan.
5) Support  Adakah dukungan dari masyarakat, atau profesi lain
tentang kesehatan, dan bagaimana dukungannya.

Pemeriksaan fisik merupakan komponen kritis dalam pengkajian pasien


individual, begitu pula dalam pengkajian komunitas. Kelima indera kita
diperlukan untuk pemeriksaan fisik pasien, begitu pula dalam
pemeriksaan tingkat komunitas. Adapun komponen pemeriksaan fisik
untuk individu maupun tingkat komunitas adalah sebagai berikut :
1) Inspeksi
Infeksi adalah pemeriksaan seluruh indera, dalampemeriksaan
individu menggunakan alat otoskop, oftalmoskop, sedangkan pada
pemeriksaan fisik komunitas dalam komunitas dapat dilakukan
melalui Winshield Survey dan mengunjungi masyarakat.
2) Auskultasi
Jika pada pemeriksaan fisik pada individu dilakukan dengan alat
stetoskop, sedangkan pada pemeriksaan fisik komunitas dapat
dilakukan dengan cara mendengarkan aspirasi komunitas / warga.
3) Tanda vital
Pada pemeriksaan fisik individu dapat dilakukan dengan
menggunakan alat termometer, spigmanometer, sedangkan pada
pemeriksaan fisik komunitas dapat diperoleh dengan cara
observasi iklim, tanah, batas alam, dan sumber daya yang ada di
masyarakat baik sumber daya alam maupun sumber daya
masyarakat itu sendiri, selain itu dapat dilihat juga melalui tanda

21
aktivitas masyarakat seperti adanya pertemuan masyarakat;
banyaknya yang hadir.
4) Pemeriksaan sistem
Pemeriksaan sistem pada individu dimulai dari kepala sampai kaki,
namun dalam pemeriksaan fisik komunitas diperoleh dengan cara
observasi sistem sosial, termasuk perumahan, bisnis, tempat
ibadah, dan tempat yang sering dikunjungi oleh masyarakat.
5) Pemeriksaan laboratorium
Contoh pemeriksan laboratorium pada individu adalah tes
darah,foto rongten, CT- SCAN, dan tes lainnya, sedangkan pada
pemeriksaan fisik pada komunitas dilakukan dengan cara melihat
data sensus, pengkajian, dan survey perencanaan tindakan yang
akan dilakukan dimasyarakat.

b. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial


Data yang diperlukan tentang pelayanan kesehatan :
1) Jenis pelayanan yang ada dalam masyarakat (Puskesmas,
Posyandu, Pos obat desa, dll)
2) Biaya pelayanan
3) Sumber daya (masyarakat, lingkungan, keluarga, kelompok, dll)
4) Karakteristik pengguna pelayanan kesehatan.
5) Statistik pelayanan kesehatan misalnya : jumlah pengguna
pelayanan kesehatan perhari, perbulan, dan pertahun.

Data pelayanan sosial :


1) Jenis pelayanan sosial (kantor pos, KUA, dll)
2) Biaya pelayanan
3) Sumber daya (masyarakat, lingkungan, keluarga, kelompok, dll)
4) Karakteristik pelayanan sosial misalnya : pengguna pelayanan
sosial perhari, perbulan, dan pertahun.

22
c. Ekonomi
Karakteristik finansial
1) Rumah tangga
a) Rata-rata pendapatan
b) Persentase penduduk dibawah garis kemiskinan
c) Persentase penduduk penerima santunan
d) Persentase kepala keluarga yang tidak mampu
2) Individu
a) Pendapatan perorangan
b) Persentase individu miskin

d. Keamanan dan transportasi


1) Keamanan
2) Pelayanan atau perlindungan
3) Polisi
4) Sanitasi : limbah, sampah air kotor
5) Kualitas air
6) Transportasi (swasta pemerintah)

e. Politik dan pemerintahan


Pemerintahan : RT, RW, Lurah, Camat dan lainnya (bagaimana
organisasinya, fungsinya dan lain-lain). Kelompok pelayanan
masyarakat :
1) PKK
2) Karang taruna
3) Posyandu
4) LKMD
5) Panti
6) LSM
7) Politik (bagaimana kebijakan pemerintah).

23
f. Komunikasi
Komunikasi formal : koran ( jumlah, jenis, sirkulasi, frekuensi,
lingkup berita TV, radio, pos telekomunikasi). Komunikasi informal :
papan pengumuman (bagaimana cara penduduk menerima informasi).

g. Pendidikan
1) Status pendididkan (sekolah, tidak sekolah, belum sekolah)
2) Tingkat pendidikan (SD, SMP, SMA, Perguruan Tinggi)
3) Tipe atau macam sekolah (Negeri, Swasta, Sederajat)
4) Pendidikan yang tersedia didalam komunitas (SD, SMP, SMA,
Perguruan Tinggi)
5) Pendidikan diluar komunitas yang dapat di akses.

h. Rekreasi
1) Macam
2) Tempat
3) Pembayaran
4) Pengguna.

Setelah data diperoleh, kegiatan selanjutnya adalah pengolahan data,


dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a. Klasifikasi / katagorisasi data
b. Perhitungan persentase cakupan menggunakan Telly
c. Tabulasi data
d. Interprestasi data

Setelah dilakukan pengolahan data, kemudian data di analisis. Analisis


merupakan kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data
dengan kemampuan kognitif sehingga dapat diketahui kesenjangan atau
masalah yang dihadapi oleh masyarakat apakah itu masalah keperawatan
ataupun masalah kesehatan yang di hadapi oleh masyarakat. Dari hasil

24
analisis data tersebut dibuatlah prioritas masalah. Ada beberapa metode
yang dapat dilakukan dalam menentukan prioritas masalah antara lain :
a. Metode Delphi : yaitu memprioritaskan masalah dengan cara diskusi
masalah diambil dari stratifikasi Puskesmas (berupa Variabel atau
sub-sub Variabel).
b. Metode Del Beq (dengan pembobotan) : memprioritaskan masalah
dengan cara menentukan kriteria yaitu faktor-faktor yang dapat
menentukan tinggi rendahnya nilai permasalahan sehingga masalah
yang satu dengan yang lainnya dapat dibedakan

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan ditentukan setelah adanya prioritas masalah. Yang
dimaksud diagnosa keperawatan komunitas adalah : Respon masyarakat
terhadap masalah kesehatan (aktual/potensial) yang dapat diantisipasi
perawat. Diagnosa keperawatan menggambarkan masalah, respon,
kondisi masyarakat, mengidentifikasi faktor etiologi, karakteristik tanda
dan gejala.

3. Intervensi keperawatan
Perencanan diawali dengan prioritas masalah, diagnosa keperawatan,
perumusan tujuan jangka panjang, perumusan tujuan jangka pendek,
menetapkan rencana intervensi dan merumuskan rencana evaluasi.

Setelah memprioritaskan masalah dan menentukan diagnosa


keperawatan, langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana
keperawatan yang terdiri dari kegiatan berikut ini :
a. Merumuskan Tujuan
Tujuan umum dari intervensi keperawatan adalah masyarakat dapat
memahami dan mengerti sehat dan sakit; Meningkatnya kemampuan
individu, keluarga, kelompok khusus, dan masyarakat untuk
melaksanakan keperawatan dasar dalam rangka mengatasi masalah

25
kesehatan; tertanganinya keluarga rawan yang memerlukan
pembinaan dan pelayanan keperawatan; terlayaninya kelompok
khusus/panti yang memerlukan pembinaan dan pelayanan
keperawatan; terlayaninya kasus-kasus resiko tinggi yang memerlukan
tindak lanjut dan pelayanan keperawatan; kasus-kasus resiko tinggi
yang memerlukan pelayanan keperawatan di puskesmas dan di rumah;
memandirikan masyarakat. Tujuan dapat dibagi menjadi dua yaitu
tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
1) Tujuan jangka panjang adalah target akhir dari kegiatan atau hasil
akhir yang diharapkan dari rangkaian proses pemecahan suatu
masalah keperawatan. Biasanya berorientasi pada perilaku baik
mencakup keterampilan, pengetahuan dan sikap.
2) Tujuan jangka pendek adalah hasil yang diharapkan dari setiap
akhir kegiatan yang dilakukan pada waktu tertentu. Merupakan
tujuan untuk mencapai tujuan jangka panjang.
Pedoman menetapkan tujuan jangka panjang dan jangka pendek :
1) Dirumuskan terfokus pada klien
2) Tujuan jangka pendek berorientasi pada penyelesaian satu diagnosa
keperawatan.
3) Tujuan jangka pendek disesuaikan dengan penjabaran tujuan
jangka panjang
4) Tujuan jangka panjang terdiri dari indikator performance yang luas
dan abstrak
5) Tujuan jangka pendek terdiri dari indikator performance yang
spesifik
6) Mengembangkan tujuan didasarkan pada prinsip ilmiah dan
praktek

b. Menetapkan rencana intervensi


1) Merencanakan
a) Apa yang akan dilakukan?

26
b) Kapan akan dilakukan?
c) Bagaimana akan melakukan?
d) Siapa yang akan melakukan?
e) Berapa banyak yang akan dilakukan?
2) Memperhatikan
a) Program atau organisasi yang ada di komunitas
b) Situasi di dalam komunitas
c) Sumber daya yang ada di masyarakat (SDM, sumber daya
lingkungan)
d) Program lalu yang telah berlangsung
3) Menetapkan aktifitas untuk setiap tujuan
a) Merumuskan rencana evaluasi ke dalam kriteria dan standar
b) Kriteria adalah tolak ukur dari kegiatan tertentu.
c) Standar adalah tingkat penampilan ( performance ) sesuai tolak
ukur yang ada.
d) Dibuat sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

4. Implementasi
Langkah implementasi merupakan tahap realisasi dari rencana asuhan
keperawatan komunitas yang berfokus pada upaya : meningkatkan,
mempertahankan, memperbaiki kesehatan, mencegah penyakit, dan
rehabilitasi dengan strategi yang digunakan adalah :
a. Proses kelompok
Adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat dan
masyarakat sejak awal sampai akhir fase kegiatan (fase awal, fase
kerja, dan fase akhir).
b. Promosi kesehatan
Adalah aktifitas individu dari komunitas untuk meningkatkan gaya
hidup sehat.Pendapat lain tentang health promotion adalah
:aktifitas-aktifitas secara langsung bertujuan untuk meningkatkan
tingkat kesehatan dan aktualisasi individu, keluarga dan komunitas.

27
c. Parthnership (kerja sama)
Hal ini dilakukan oleh perawat bersama unsur lain yang terkait dan
bermanfaat jika perawat mampu :
1) Mengidentifikasi dan menjalin hubungan dengan klien.
2) Melakukan kolaborasi dengan pihak terkait ( pimpinan
masyarakat daerah, dan profesi lainya).
3) Memfasilitasi perluasan informasi dan menyatukan sumber-
sumber yang ada di masyarakat untuk pembangunan kesehatan.
4) Menjadi advokat bagi klien (masyarakat

5. Evaluasi
Kegiatan evaluasi adalah membandingkan hasil tindakan yang
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan, menilai efektifitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian sampai dangan
pelaksanaan, hasil penilaian keperawatan digunakan sebagai bahan
perencanaan selanjutnya apabila masalah belum teratasi. Evaluasi
dilakukan :
a. Untuk mengukur keberhasilan
b. Selama evaluasi mahasiswa mengumpulkan data dan menganalisa
data
c. Dilakukan bersama-sama masyarakat
d. Merupakan respon masyarakat terhadap program kesehatan.

Apa yang dievaluasi :


a. Relevansi program dengan kebutuhan masyarakat
b. Rencana yang dibuat
c. Efisiensi biaya
d. Efektifitas program
e. Dampak aktifitas program untuk jangka panjang

28
Jenis-jenis evaluasi :
a. Evaluasi formatif
1) Menilai aktifitas jangka panjang
2) Sifatnya sesaat
b. Evaluasi sumatif
1) Menilai aktifitas jangka panjang
2) Dilakukan di akhir program

29
B. Teori terkait masalah di komunitas
1. Hipertensi pada lansia
a. Definisi
Hipertensi adalah kondisi saat tekanan darah sistol lebih dari 140
mmHg atau tekanan diastolik lebih tinggi dari pada 90 mmHg
(Mansjoer Arief, 2001 : 58).

Hipertensi diartikan sebagai penyakit atau peningkatan tekanan darah


tinggi dimana tekanan darah meningkat melebihi batas normal.
Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih
(M. Hariwijaya dan Susanto: 45-47).

b. Etiologi
Ada dua golongan penyebab hipertensi : Hipertensi Esensial dan
Hipertensi Primer
1) Hipertensi Primer
Hipertensi primer adalah Hipertensi yang belum diketahui penyebab
dengan jelas yang disebut Hipertensi idiopatik. Faktor yang
mempengaruhi seperti genetik, lingkungan, bertambah usia, stress
psikologi, pola hidup/ konsumsi makanan siap saji, obesitas, alkohol,
merokok.
2) Hipertensi esensial
Hipertensi esensial/sekunder : hipertensi yang sudah diketahui
penyebabnya berupa penyakit atau kerusakan organ yang
berhubungan dengan cairan tubuh, misalnya: ginjal tidak berfungsi,
pemakain kontrasepsi oral.

c. Manifestasi klinik
1) Tekanan darah ada pada 140/90 mmHg atau lebih
2) Kepala terasa pusing
3) Sulit tidur dan sering gelisah

30
4) Sesak nafas
5) Leher belakang sering kaku
6) Gangguan penglihatan
7) Sulit berkonsentrasi
(M. Hariwijaya dan susanto, 2007: 53-55)

d. Evaluasi diagnostik
Pemeriksaan laboratorium rutin yang dilakukan sebelum melalui terapi
bertujuan menentukan adanya kerusakan organ dan faktor resiko lain
atau mencari faktor penyebab hipertensi biasanya dilakukan
pemeriksaan darah perifer lengkap, kimia darah (kalium, natrium,
kreatinin, gula darah puasa, kolestrol total, kolestrol HDL) dan EKG.

e. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada hipertensi berat yaitu jika tekanan
diastolik >130 mmHg atau tekanan darah yang terjadi secara mendadak
dan tinggi pada hipertensi ringan, sedangkan komplikasi yang terjadi
pada:
1) Mata
Pada mata berupa perdarahan pada retina, gangguan penglihatan
sampai dengan kebutaan.
2) Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat disamping kelainan koroner miokard.
3) Otak
Pada otak sering terjadi perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya
microaneurisme yang dapat menyebabkan kematian (Selamat
Suryono, 2001: 496-470).

31
f. Penatalaksanaan
Tujuannya adalah menurunkan resiko penyakit. Tujuan terapi adalah
mencapai dan mempertahankan tekanan sistolik dibawah 140 mmHg
tekanan diastolik dibawah 90 mmHg.
Modifikasi gaya hidup hipertensi dapat pula dengan pengobatan
tradisional diantaranya dengan mengkonsumsi mentimun, daun seledri,
belimbing dan bawang putih. Modifikasi gaya hidup cukup efektif
dapat menurunkan resiko, langkah – langkah untuk:
1) Menghindari mengkonsumsi makanan yang berlemak
2) Kontrol berat badan dan menghindari kegemukan
3) Membatasi alcohol
4) Meningkatkan kualitas fisik aerobik
5) Menghindari stress
6) Berhenti merokok
7) Periksa tekanan darah secara teratur

g. Pencegahan
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop high blood pressure) antara lain sebagai
berikut :
1) Mengurangi konsumsi garam
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 29gr
garam dapur untuk diet setiap hari.
2) Mengurangi kegemukan
Hindarkan kegemukan dengan menjaga berat badan normal atau
tidak berlebihan. Batas kegemukan adalah jika berat badan lebih
100% dari berat badan normal.
3) Membatasi konsumsi lemak
Dilakukan agar kolestrol darah tidak terlalu tinggi dapat
mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol dalam dinding
pembuluh. Jika endapan kolestrol bertambah menyumbat pembuluh

32
nadi dan mengganggu peredaran darah. Kadar kolestrol darah
dibatasi maksimal 200 – 250 gr/100cc serum darah himpunan ahli
jantung Amerika (Amerika Health Asosiation) menganjurkan
konsumsi kolestrol dalam makanan dibatasi tidak boleh lebih dari
300 mg/hari.
4) Olah raga teratur
Olah raga secara teratur dapat menyerap atau menghilangkan
endapan kolestrol pada pembuluh darah. Olah raga yang dimaksud
adalah latihan menggerakan semua sendi atau otot tubuh (latihan
isotonic / dinamik) seperti gerak jalan, berenang dan naik sepeda.
5) Makan banyak buah dan sayuran
Buah – buahan dan sayuran mengandung mineral dan vitamin. Buah
dan banyak mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan
darah.
6) Tidak merokok / minum alcohol
7) Latihan relaksasi dan meditasi
8) Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau
member ketenangan jiwa
9) Berusaha membina hidup yang positif
Dalam dunia yang modern dan yang penuh dengan persaingan
tuntutan dan tantangan yang memupuk menjadi tekanan atau beban
stress dan ketegangan (sehingga melampaui daya tahan, tubuh
individu akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa
tidur, maupun timbul hipertensi (dr.Lony Gunawan, 2001: 2006).

2. Lansia
a. Pengertian Lansia
Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1998 dinyatakan bahwa usia
60 tahun keatas adalah yang paling layak untuk disebut usia lanjut
(Tamher, S dan Noorkasiani, 2009 : 1).

33
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (Nugroho, 2000 : 19 ) batasan
lanjut usia adalah :
1) Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia antara 45
sampai 59 tahun.
2) Lanjut usia (elderly ) usia antara 60 sampai 74 tahun.
3) Lanjut usia tua (old) usia diatas 75 sampai 90 tahun
4) Usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun

Menurut Prof. Dr. Koesoemato Satyonegoro (Nugroho, 2000 : 20)


batasan lansia meliputi :

1) Lansia (Geriatric age) : lebih dari 65 atau 70 tahun


2) Lanjut usia muda (Young old) : usia 70- 75 tahun
3) Lanjut usia tua (old) : usia 75 – 80 tahun
4) Usia sangat tua (very old ) : usia lebih dari 80 tahun.

Smith dan smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi 3, yaitu


young old (64-74 tahun), middle old (75-84 tahun) dan old-old (lebih
dari 85 tahun).

Setyonegoro (1984) menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut


adalah orang yang berusia lebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi
dalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih
dari 80 tahun (very old). (Tamher, S dan Noorkasiani, 2009 : 2)
kalau dilihat pembagian umur beberapa ahli tersebut diatas, dapat di
simpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang telah
berumur 60 atau 65 keatas.

b. Proses Menua
Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki
diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

34
tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan
yang di derita. (Constantinides, 1994 dalam Nugroho, 2000:13)
Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut
secara ilmiah. Di mulai sejak lahir dan umumnya dialami pada
semua makhluk hidup (Nugroho,2000 : 13).

c. Teori Penuaan
1) Teori biologi teori ini berfokus pada proses fisiologi dalam
kehidupan seseorang dari lahir sampai meninggal. Teori biologi
dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Teori jam genetik menurut Hayflick (1995), secara genetik
sudah terprogram bahwa material di dalam inti sel dikatakan
bagaikan memiliki jam genetis terkait dengan frekuensi
mitosis. Teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa spesiesis-
spesiesis tertentu memiliki harapan hidup yang tertentu pula.
Manusia yang mempunyai rentang hidup maksimal sekitar 110
tahun, sel-selnya di perkirakan hanya mampu membelah
sekitar 50 kali, sesudah itu akan mengalami deteriorasi.
b) Teori interaksi seluler
Bahwa sel-sel satu sama lain saling berinteraksi dan
mempengaruni. Keadaan tubuh akan baik-baik saja selama sel-
sel masih berfungsi dalam suatu harmoni. Akan tetapi, bila
tidak lagi demikian, maka akan terjadi kegagalan mekanisme
feed back dimana lambat laun sel-sel akan mengalami
degenerasi (Berger, 1994 dalam Tamher, S dan Noorkasiani,
2009 : 19)
c) Teori mutagenesis somatik bahwa begitu terjadi pembelahan
sel (mitosis) akan terjadi “mutasi spontan” yang terus menerus
berlangsung dan akhirnya mengarah pada kematian sel.

35
d) Teori error katastrop
Bahwa eror akan terjadi pada struktur DNA, RNA dan sintesis
protein. Masing-masing eror akan saling menambah pada eror
yang lainnya dan berakumulasi dalam eror yang bersifat
katastrop (Kane, 1994 dalam Tamher, S dan Noorkasiani, 2009
: 19).
e) Teori pemakaian dan keausan
Teori biologis yang paling tua adalah teori pemakaian dan
keausan (tear and wear) di mana tahun demi tahun hal ini
berlangsung dan lama-kelamaan akan timbul deteriosasi.

2) Teori psikologi (Psychologic Theories Aging)


Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespon pada tugas
perkembangannya.
a) Teori Hierarki Kebutuhan Manusia Maslow
Dari hierarki Maslow, kebutuhan dasar manusia dibagi dalam
lima tingkatan dari mulai yang terendah kebutuhan fisiologi,
rasa aman, kasih sayang, harga diri dan sampai pada yang
paling tinggi yaitu aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi
kebutuhan tersebut dari mulai tingkat yang paling rendah
sampai ke tingkat yang paling tinggi.
b) Teori Individualism Jung
Menurut Carl Jung sifat dasar manusia terbagi menjadi dua
yaitu ekstrovert dan introvert. Individu yang telah mencapai
lansia dia akan cenderung introvert, dia lebih suka menyendiri
seperti bernostalgia tentang masa lalunya.
c) Teori delapan tingkat perkembangan erikson
Menurut Erikson tugas perkembangan terakhir yang harus
dicapai individu adalah ego integrity and dysapear. Jika
individu tersebut sukses mencapai tugas ini maka dia akan
berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana

36
(menerima diri apa adanya, merasa hidup penuh arti, menjadi
lansia yang bertanggung jawab, dan kehidupannya berhasil).
Namun jika individu tersebut gagal mencapai tahap ini maka
dia akan hidup penuh dengan keputusasaan (lansia takut mati,
penyesalan diri, merasakan kegetiran, dan merasa terlambat
untuk memperbaiki diri).
d) Optimalisasi selektif dengan kompensasi
Menurut teori ini kompensasi terhadap penurunan tubuh ada 3
elemen yaitu:
(1) Seleksi adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses
penuaan maka mau tidak mau harus ada peningkatan
pembatasan terhadap aktivitas sehar-hari.
(2) Optimalisasi lansia. Tetap mengoptimalkan kemampuan
yang masih dimiliki guna meningkatkan kehidupannya.
(3) Kompensasi aktivitas-aktivitas yang sudah tidak dapat
dijalankan karena proses penuaan diganti dengan aktivitas-
aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan
bermanfaat bagi lansia.
e) Teori Spiritual Pada dasarnya, ketika seseorang menjadi tua
akan menjadi :
(1) Menjauhkan diri dari hawa nafsu duniawi.
(2) Melaksanakan amanah agama yang dia anut, dengan
berdoa demi ketentraman hidup pribadi dan orang lain.
(3) Melalui pengalaman hidup, setiap orang akan berupaya
menjadi lebih arif dan akan mengembangkan dirinya ke
lebih yang berarti : melalui prestasi yang telah diraihnya di
kala muda, seseorang akan berupaya meraih milai-nilai
luhur di hari tua khususnya keserasian hidup dengan
lingkunganya. Kegiatan –kegiatan di atas tersebut
menyiapkan usia lanjut untuk kembali secara sempurna
dan utuh ke pangkuan Illahi.

37
d. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia
1) Sel : Sel lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukurannya,
berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan
intraseluler, menurunnya proporsi protein otak, otot, ginjal,
darah dan hati, jumlah sel otak menurun, dan terganggunya
mekanisme perbaikan sel.
2) Sistem syaraf
Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi (khususnya
dengan stress), mengecilnya saraf panca indra, dan kurang
sensitif terhadap sentuhan. Sistem pendengaran prebiaskusis
atau hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga
dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang
tinggi.
3) Sistem penglihatan
Hilangnya respon terhadap cahaya, kornea lebih berbentuk sferis
(bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi
katarak, daya adaptasi terahadap kegelapan lebih lambat,
menurunnya lapangan pandang ( berkurangnya luas pandangan).
4) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun, kehilangan elastisitas pembuluh
darah, dan tekanan darah meningkat.
5) Sistem regulasi
Pengaturan temperatur tubuh menurun (hipotermi) akibat
metabolisme yang menurun dan keterbatasan refleks menggigil
dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak sehingga
terjadi rendahnya aktivitas otot.
6) Sistem respirasi
Otot –otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, paru-paru kehilangan elastisitas,

38
menarik nafas lebih berat, kedalaman bernafas menurun,
kemampuan untuk batuk berkurang.
7) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indra pengecap menurun, esofagus melebar,
sensitifitas lapar menurun, asam lambung menurun, peristaltik
lemah dan biasanya timbul konstipasi, liver makin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan.
8) Sistem reproduksi
Atrofi ovarium dan uterus, atrofi payudara, pada laki-laki testis
masih memproduksi spermatozoa meskipun ada penurunan,
dorongan seksual menetap samapai usia siatas 70 tahun, selaput
lendir vagina menurun.
9) Sistem urinarius
Ginjal mengecil dan nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun, otot-otot vesika urinaria menjadi melemah, frekuensi
buang air seni meningkat, pembesaran prostat pada pria diatas
65 tahun.
10) Sistem endokrin
Produksi hormon insulin menurun, fungsi paratiroid dan
sekresinya tidak berubah, menurunnya fungsi aldosteron,
menurunnya sekresi hormon kelamin.
11) Sistem integumen
kulit mengerut dan keriput, permukaan kulit besar dan bersisik,
kulit kepala dan rambut menipis, berkurangnya elastisitas kulit,
kelenjar keringat berkurang jumlahnya dan fungsinya.
12) Sistem muskuloskeletal
Tulang kehilangan density (cairan) dan makin rapuh, persendian
membesar dan menjadi kaku, atrofi serabut otot.

39

Anda mungkin juga menyukai