Anda di halaman 1dari 8

1.

PAPARAN KASUS
“Saya sering mulas terutama setelah makan. Pil-pil ini dan cairan yang dicoba
tampaknya berfungsi untuk sementara waktu, tetapi kemudian efeknya hilang”
George Anderson adalah pria berusia 58 tahun dengan keluhan heartburn 4-5
kali seminggu selama 4 bulan terakhir, termasuk episode regurgitasi. Setelah itu dia
merasa asam di mulutnya. Heartburn dan regurgitasi sering terjadi setelah makan,
tetapi ada kalanya dia mengalami gejala-gejala ini di antara jam makan. Gejala-gejala
ini membuatnya terbangun di malam hari kira-kira seminggu sekali. Dia melaporkan
tidak ada kesulitan untuk menelan makanan atau cairan. Dia mencoba cairan extra
milanta terlebih dahulu lalu kemudian tablet Famotidin yang direkomendasikan rekan
kerjanya. Maalox memberikan sedikit mengurangi gejalanya tetapi dia harus
meminumnya beberapa kali sehari. Dia meminum Famotidin 10 mg 2x saheri untuk
satu minggu. Ini bekerja sementara waktu tetapi tidak memberikan efek yang cukup.
Riwayat Penyakit. Hipertensi 12 tahun
SH. Pasien sudah menikah dengan dua anak, dia bekerja sebagai informasi
spesialis teknologi untuk perusahaan besar. Dia minum satu sampai 2 bir sehari
setelah bekerja, 4-5 hari perminggu. Dia memiliki 25 paket pertahun riwayat
penggunaan tembakau dan saat ini merokok 1 pak / hari.
Obat saat ini.
Amlodipin 5 mg 1x1
Gliburid 5 mg 2x1
Aspirin 81 mg sehari
Ibuprofen 200 – 400 mg untuk pengobatan sakit kepala dan nyeri.
Alergi. Penicilin
Keturunan. Afrika – Amerika
Pemeriksaan Fisik.
Tekanan darah : 149/89 mmHg
Nadi : 87 x / menit
Pernapasan : 17 x / menit
Suhu tubuh : 36 oC
Tinggi badan : 5 kaki 10 inci
Berat badan : 99 kg
2. TEORI PENYAKIT
GERD (gastroesophageal reflux disease) merupakan penyakit kronis pada
saluran cerna bagian atas yang terjadi karena asam lambung dengan derajat keasaman
tinggi naik ke kerongkongan hingga menyebabkan nyeri di ulu hati (heartburn).
Penekanan yang tidak normal pada esophageal sphincter bagian bawah (otot di bagian
bawah kerongkongan yang memisahkan kerongkongan dengan lambung) akan
menyebabkan asam lambung mengalir ke kerongkongan. Terkait dengan GERD, ada
banyak faktor yang menyebabkan naiknya asam lambung, termasuk pola konsumsi
makanan yang tidak seimbang, tekanan pada perut ibu hamil yang bertambah seiring
dengan pertumbuhan janin menyebabkan arus balik isi lambung ke kerongkongan,
merokok yang memicu kerusakan selaput lendir, meningkatkan sekresi asam, dan
melemahkan LES, dan mengonsumsi makanan atau minuman yang mengandung
cokelat, bawang merah, bawang putih, kopi, teh, alkohol, tomat, cabai, dan soda
berlebihan
Keadaan ketika cairan lambung refluks kedalam esofagus dan menyebabkan
gejala dan/atau komplikasi yang mengganggu. Gejala yang mengganggu didefinisikan
sebagai gejala ringan yang terjadi dua hari dalam seminggu atau gejala sedang berat
yang terjadi satu hari dalam seminggu, meskipun ini bukan batasan yang baku.
Meskipun tidak ada gejala, ditemukannya komplikasi struktural (esofagitis,
perdarahan, struktur, esofagitis barret serta adenokarsinoma) juga disebut penyakit
refluks gastroesofageal. (Tanto, Criss dkk. 2014)
Klasifikasi. Sindrom simptomatik adalah refluks esofageal tanpa adanya lesi
struktural, atau pemeriksaan lebih lanjut untuk menilai kerusakan struktural belum
dilakukan. Pasien dengan sindrom refluks tipikal menjadi dua keluhan klasik, yaitu
heartburn dan atau regurgitasi. Pasien dengan sindrom nyeri dada non kardiak yang
dominan tanpa adanya gejala refluks tipikal.
Sindrom dengan lesi esofagus terdiri atas esofagitis refluks, striktur, esofagitis
barret, dan adenokarsinoma esofagus. Esofagitis ditemukan pada kurang dari 50%
pasien dengan refluks esofagus sementara striktur terjadi pasa <5% pasien. Esofagus
Barret adalah keadaan ketika epitel skuamosa esofagus digantikan oleh metaplasia
kolumnar. Prevalensi esofagus barret 8-15% namun di Asia lebih rendah yaitu 0,92%.
Esofagus barret merupakan faktor resiko utama adenokarsinoma meningkat hingga
20x lipat bila ditemukan esofagus barret. (Tanto, cris dkk. 2014)
3. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Patofisiologi penyakit GERD (gastroesophageal reflux disease) terjadi karena
masuknya konten dari gaster ke dalam esofagus atau refluks gastroesofageal yang
berlangsung secara kronis. Refluks merupakan salah satu proses yang secara fisiologi
dapat terjadi, akan tetapi sistem gastrointestinal memiliki mekanisme anti-refluks
yang sangat baik. Gangguan mekanisme anti-refluks ini dapat menyebabkan GERD
yang berlangsung secara kronis. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, di antaranya
paparan konten gaster, masalah sfingter esofagus, gangguan motilitas gastrointestinal,
hipersensitivitas esofagus, hernia hiatus, kelainan mukosa. (Tan, Hoan Tjay. 2007)

4. MANIFESTASI KLINIK
A. SUBJEKTIF
 Merasa tersedak makanan dalam kerongkongan, sulit menelan, atau cegukan.
 Merasa panas atau nyeri di dada. Kadang-kadang, gejala ini menyebar ke
leher.
 Rasa asam di mulut.
 Batuk atau bengek.
 Suara serak.
 Sakit tenggorokan
B. OBJEKTIF
 GD endoskopi
 Rontgen perut dan usus
 Pengukuran tekanan di kerongkongan
 Pengukuran PH di esofagus dalam waktu 14 jam
(Tan, Hoan Tjay. 2007).
5. MANAJEMEN TERAPI
A. TERAPI NON FARMAKOLOGI
Penatalaksanaan yang direkomendasikan :
- Penurunan berat badan (overweight)
- Menaikkan posisi kepala ketika tidur
- Menghindari makan terlalu malam
- Berhenti merokok
- Menghindari makanan yang dapat memicu gejala GERD seperti coklat, jeruk,
kopi, makanan berlemak, makanan pedas, alkohol

B. TERAPI FARMAKOLOGI
- Obat-obat dari golongan penghambat pompa proton, bekerja dengan cara
memblok pompa proton yang terdapat di membran sel parietal lambung
sehingga menghambat sekresi asam lambung oleh sel parietal secara
irreversibel. Seperti omeprazole, lansoprazole, pantoprazole
- Obat-obat dari golongan antagonis reseptor H2 bekerja dengan cara memblok
reseptor histamin di membran sel parietal lambung. Seperti Ranitidin,
Famotidin

6. TABEL DRP
NO DRP KET SOLUSI
1 Ada obat tidak ada indikasi Ada Dihentikan
2 Ada indikasi tidak ada obat - -
3 Interaksi obat - -
4 Over dose - -
5 Under dose - -
6 Pemilihan obat yang tidak tepat Ada Diganti dengan golongan PPI
7 Gagal terapi obat -
8 Reaksi obat yang tidak dikehendaki Ada Dihentikan
7. ANALISA KASUS METODE SOAP
S (Subjektif) : Keluhan Heartburn, mulas setelah makan, terbangun di malam
hari, merasa asam di mulutnya
O (Objektif) : TD : 149/89 mmHg
Nadi : 87x/menit
Pernapasan : 17x/menit
Suhu : 36’C
BB : 99 kg
TB : 5 kaki 10 inch
A (Assesment) : Pasien mengalami Gerd + Hipertensi stage 1
P (Planning) : Golongan PPI dengan dosis standar
- Omeprazole 1 x 20 mg
Amlodipine 1 x 5 mg

8. REKOMENDASI TERAPI OBAT


a. Amlodipin 5 mg
Alasan : Tekanan darah menunjukkan HT stage 1 yaitu 149/89mmHg.
Berdasarkan umur, tekanan darah dan ras kulit hitam baik menggunakan golongan
diuretik Thiazid atan CCB contonya Amlodipin. (Tanto, cris. 2014)
b. Omeprazole
Alasan : Untuk penggunaan Antasida hanya bermanfaat untuk meringankan gejala
dan tidak menyembuhkan kerusakan mukosa. Pemilihan PPI digunakan karena
PPI merupakan pilar utama penatalaksanaan GERD paling cepat menghilangkan
gejala dan kerusakan mukosa. (Tanto, cris. 2014)
9. INFORMASI OBAT
NO INFORMASI YANG DISAMPAIKAN URAIAN
1 Nama obat & indikasi - Amlodipin : menurunkan
tekanan darah
- Omeprazole : menghambat
sekresi asam lambung,
mengurangi Heartburn
2 Cara pemakaian - Amlodipine 1 x 5 mg setelah
makan
- Omeprazole 1 x 20 mg sebelum
makan
3 Apa yang dilakukan jika lupa minum obat Obat tetap dilanjutkan dengan
mempertahankan waktu minum
dan dosis
4 Lama terapi - Terapi Amlodipine digunakan
terus menerus sesuai dosis
- Terapi Omeprazole digunakan
selama 4 minggu
5 Apa yang diperhatikan saat minum obat - Indikasi : khasiat/kegunaan dari
suatu obat
- Kontraindikasi : penggunaan
obat tidak dianjurkan karena
dapat meningkatkan resiko pada
pasien dengan kondisi tertentu
- Peringatan&perhatian : hal-hal
yang perlu dicermati saat
mengkonsumsi atau
menggunakan obat tersebut,
misal tidak boleh mengendarai
kendaraan
- Efek samping : efek yang tidak
diinginkan yang mungkin saja
terjadi setelah minum obat pada
takaran lazim, misalnya mual,
mengantuk
- Aturan pakai : mencakup cara
mengkonsumsi obat, takaran
obat termasuk cara penggunaan
obat seperti sebelum makan
- Cara penyimpanan : obat
disimpan pada keadaan dan
tempat yang aman agar tidak
mengurangi mutu obat
6 Tindakan apa yang dilakukan jika terjadi Segera kembali ke dokter
respon yang tidak diinginkan
7 Interaksi obat dengan obat Tidak ada
Interaksi obat dengan makanan Tidak ada
8 Cara penyimpanan obat Amlodipin & Omeprazole
disimpan pada suhu kamar, tidak
terkena cahaya matahari langsung
9 Kapan harus diulang & dihentikan - Amlodipin diminum selama
menjalankan terapi
- Omeprazole diminum selama
menjalankan terapi
10. PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini membahas resep yang berkaitan penyakit GERD
(Gastroesophageal Refluks Disease). Dimana pasien mengalami gejala heartburn,
regurgitasi (rasa nyeri menekan di dada secara tiba – tiba yang kadang disalah artikan
sebagai salah satu penyakit jantung) dan mulut berasa asam yang kesemua gejala itu
merupakan gejala dari GERD.
Penggunaan Antasida dan AH2 yang dikonsumsi pasien dapat digunakan pada
penderita GERD tapi tidak untuk menyembuhakan apabila telah mengelami gejala
reguritasi. Penggunaan OAINS juga dapat memperparah GERD yang dialami.
Penggunaan Antasida dan AH2 pasien karena saran dari temannya, sebaiknya untuk
pasien harus melakukan pemeriksaan dan konsultasi dulu pada dokter agar dapat
menggunakan diberikan obat yang baik.
Penggunaan Gliburid sebagai obat penurunan Glukosa darah merupakan hal
yang kurang tepat karena tidak terdapat keluhan, pemeriksaan laboratorium dan hasil
diagnosa pasien dari dokter.
Penggunaan Amlodipin sudah tepat karena selain pada riwayat pasien yang
telah terkena hipertensi selama 12 tahun. Juga tepat pada keadaan pasien yang yang
merupakan suku Afrika – Amerika yang berkulit hitam.

11. KESIMPULAN
Berdasarkan Analisi SOAP dan DRP yang dilakukan maka dapat diberi saran
penggunaan obat yaitu teruskan Amlodipin 5 mg sekali sehari, dan pemberian
Omeprazole 20 mg sekali sehari selama 14 hari untuk terapi penyembuhan. Dan
disarankan kepada pasien untuk memperbaiki pola hidup dengan berhenti merokok,
berhenti minum minuman beralkohol dan berolahraga.
12. DAFTAR PUSTAKA
Tan, Hoan Tjay.2007. Obat-obat penting.
Kemenkes RI. 2010. ISO Indonesia. PT. ISFI. Jakarta
Medscape
Tanto, Cris dkk. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius : Jakarta
ISO Farmakoterapi

Anda mungkin juga menyukai