Anda di halaman 1dari 11

ANALISA REDAMAN SERAT OPTIK TERHADAP KINERJA SISTEM

KOMUNIKASI SERAT OPTIK MENGGUNAKAN METODE OPTICAL LINK


POWER BUDGET

Endy Kusuma Wadhana1),Ir. Heru Setijono, M.Sc2)


Bidang minat rekayasa fotonika, Jurusan Teknik Fisika,Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember-Surabaya 60111
E-mail: 1)ndy_kusuma@yahoo.co.id

Abstrak
Pada penelitian ini telah dilakukan analisis redaman serat optik terhadap sistem komunikasi serat optik
di jalur Rungkut ke Malang ruas Gempol di PT. Telkom Indonesia, Divisi SKSO Arnet SBT menggunakan
kabel serat optik Single Mode Step Index tipe G.652. Alat bantu yang digunakan untuk pengambilan data pada
penelitian ini adalah Power Meter, JDSU MTS 8000, dan perangkat NMS (Network Monitoring System) yang
berfungsi untuk Monitoring level daya dari Rungkut ke Malang. Digunakan metode link power budget untuk
mengetahui kinerja dari sistem komunikasi kabel serat optik akibat dari redaman yang terjadi di sepanjang kabel
serat optik berdasarkan nilai daya ouput yang diterima di Receiver. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa
pada jalur Rungkut ke Malang ruas Gempol redaman tertinggi di sepanjang kabel serat optik jatuh di daerah
gempol pada jarak 32.050 km, dengan nilai redaman total 10.119 dB, dan redaman per kilometer 0,34 dB/km,
berdasarkan hasil dari pengamatan menggunakan alat JDSU MTS 8000 redaman tersebut diakibatkan oleh
tekukan kabel (Mikro Bending) pada jarak 26,734 km. Nilai redaman tertinggi tersebut masih berada dibawah
nilai dari standart ITU (International Telecomunication Union) no. T-REC-G.651-199802-I yaitu 0.35
dB/km. Dari nilai redaman serat optik, maka hasil analisa link power budget yang didapatkan adalah nilai R X
dari hasil perhitungan lebih kecil jika dibandingkan dengan nilai daya yang bekerja pada perangkat NMS
(Network Monitoring System) pada saat pengukuran, dengan nilai error 0.1%, maka kinerja dari sistem
komunikasi serat optik pada jalur tersebut dalam keadaan normal dan dapat digunakan untuk beroperasi karena
daya output masih bisa diterima oleh Receiver di perangkat.

Kata kunci : Serat Optik, Redaman Serat, SKSO, Link power budget.

I. PENDAHULUAN pada PT. Telkom divisi Arnet SBT, dari data


redaman dan daya yang terjadi di PT. Telkom divisi
1.1 Latar belakang Arnet SBT ini, maka dilakukan penelitian untuk
Meningkatnya kebutuhan akan komunikasi data, menganalisa kinerja sistem komunikasi serat optik
terutama sistem komunikasi serat optik yang pada yang diakibatkan oleh redaman dan daya yang
akhir-akhir ini berkembang pesat mendorong untuk bekerja di sepanjang kabel serat optik.
membuat dan mengembangkan berbagai metode dan
teknologi yang dapat digunakan untuk 1.2 Perumusan masalah
mengakomodasi kebutuhan dalam kapasitas besar Berdasarkan latar belakang diatas, maka
dan kecepatan tinggi dari sistem tersebut. Seiring permasalahan yang dihadapi dalam penelitian adalah
dengan peningkatan dan pengembangan Bagaimana cara melakukan perhitungan dan
menggunakan kabel serat optik sebagai media perbandingan redaman serat dari jenis kabel serat
transmisi data, maka juga sering terjadi faktor optik G.652 yang merujuk pada rekomendasi ITU.T
hilangnya informasi yang diakibatkan oleh rugi–rugi tentang spesifikasi penggunaan kabel serat optik
yang terjadi disepanjang kabel serat optik, salah satu sehingga didapatkan suatu analisa redaman kabel
rugi–rugi tersebut adalah rugi daya yang diakibatkan terhadap kinerja dari sistem komunikasi serat optik
oleh redaman di sepanjang kabel serat optik, yang pada jalur konfigurasi Rungkut – Malang Ruas
mengakibatkan perubahan daya dari pemancar optik Gempol dengan jalur konfigurasi Rungkut –
(Transmitter) hingga mencapai di penerima optik Sukodono di PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk
(Receiver). divisi Arnet Surabaya Timur, serta bagaimana cara
menganalisa rugi daya yang diterima oleh receiver
Permasalahan redaman dan daya optik juga
menggunakan perhitungan link power budget agar
mempunyai hubungan dengan perencanaan sesuai dengan nilai daya (Rx sensitivity) pada
pemasangan instalasi sistem komunikasi kabel serat spesifikasi di perangkat. jalur konfigurasi Rungkut –
optik ketika sistem tersebut mengalami gangguan Malang Ruas Gempol, di PT. Telekomunikasi
disepanjang kabel serat optik , dalam hal ini terjadi Indonesia, Tbk divisi SKSO Arnet Surabaya Timur

Halaman 1 dari 10
digunakan adalah daya yang bekerja pada
1.3 Tujuan Penelitian sistem yang terdapat pada perangkat yang
Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan dimonitoring oleh NMS (Network
perhitungan rugi daya yang terjadi di sepanjang Monitoring System).
kabel serat optik pada sistem komunikasi serat optik 7. Analisa ini dilakukan menggunakan link
(SKSO), serta melakukan analisis kinerja dari sistem power budget.
komunikasi serat optik menggunakan metode link
power budget, di PT. Telkom Indonesia-Jatim, divisi 1.5 Sistematika penulisan laporan
Arnet Surabaya Timur. Dan membandingkan data Laporan penelitian disusun secara sistematis
perhitungan dan data pengukuran yang didapatkan dibagi dalam beberapa bab diantaranya :
di lapangan. a. BAB I Pendahuluan.
Berisi tentang latar belakang perumusan
1.4 Batasan Masalah masalah, pendekatan ilmiah yang diambil,
Untuk mempertajam dan memfokuskan tujuan dan kontribusi yang diberikan dalam
permasalahan dalam penelitian ini, beberapa batasan perkembangan ilmu pengetahuan dan
masalah yang diambil diantaranya adalah adalah teknologi, hingga sistematika penulisan
sebagai berikut: laporan.
1. Parameter yang digunakan pada analisa b. BAB II Dasar Teori.
redaman serat adalah : redaman di sepanjang Tinjauan pustaka yang melatar-belakangi
kabel serat optik, nilai daya Tx dan daya Rx perumusan masalah dan pendekatan-
dengan panjang gelombang 1550 nm di Jalur pendekatan ilmiah yang diambil untuk
konfigurasi Rungkut – Malang ruas Gempol analisa sistem.
dan jalur konfigurasi Rungkut – Sukodono di c. BAB III Metodologi Penelitian.
PT. Telkom Indonesia-Jatim, divisi Arnet Berisi tentang diagram alir penelitian,
Surabaya Timur. peralatan yang digunakan beserta
2. Analisa menggunakan link power budget spesifikasi dan rangkaian eksperimen yang
yang bertujuan untuk mencari nilai daya dari digunakan dalam proses pengambilan data,
transsiver (TX) hingga menuju ke receiver serta terdapat langkah-langkah yang
(RX). digunakan untuk mencapai tujuan dari
3. Penelitian ini hanya menganalisa kinerja dari penelitian.
SKSO akibat pengaruh redaman serat optik, d. BAB IV Analisa dan pembahasan.
redaman sambungan, redaman konektor yang Analisa hasil , pengukuran dan perhitungan
mengakibatkan penurunan daya pada Kabel sistem yang telah dibuat.
serat optik. Komponen dan Faktor– Faktor e. BAB V Kesimpulan dan saran.
pendukung lain pada sistem komunikasi serat Bagian penutup yang teridiri dari
optik yang mempengaruhi kegagalan dari kesimpulan (hal-hal yang telah dikerjakan)
sistem diabaikan. dan saran (hal-hal yang belum dan
4. Data yang diambil adalah data redaman pada memungkinkan untuk dikerjakan) untuk
jalur konfigurasi Rungkut-Malang ruas penelitian yang lebih lanjut.
Gempol serta jalur konfigurasi Rungkut-
Sukodono, untuk titik ukur redaman BAB II DASAR TEORI
menggunakan jalur kontingensi Rungkut-
Gempol dan Rungkut – Sukodono, Serat Optik
sedangkan titik ukur daya dilakukan di jalur
Serat optik merupakan media saluran
konfigurasi Rungkut-Gempol, Rungkut-
transmisi berbahan dasar kaca atau plastic (S iO2)
Sukodono serta Rungkut-Malang ruas
yang digunakan untuk penyaluran gelombang
gempol.
dielektrik yang bekerja berdasarkan waktu, dengan
5. Data redaman dari Gempol ke Malang
menggunakan cahaya sebagai media penyampaian
menggunakan data dari PT. Telkom yang
berada di Malang, dan nilai Rx Sensitivity informasi, sumber cahaya yang digunakan adalah
laser karena laser mempunyai sifat pola penyebaran
adalah -27 dBm.
6. Alat bantu pengukuran untuk redaman kecil, kecerahan dan koherensi tinggi. Bentuk dari
serat optik adalah silender, karaketristik bahan
menggunakan JDSU MTS-8000 sedangkan
struktur penyusun serat optik mempengaruhi sifat –
pengukuran daya menggunakan optikal
sifat transmisi pemandu gelombang optik. Hal ini
power meter, untuk melakukan perhitungan
link power budget maka daya yang akan berpengaruh dalam perambatan sinyal optik

Halaman 2 dari 10
sepanjang serat optik, Efisiensi dari serat optik
ditentukan oleh kemurnian dari bahan penyusun
gelas. Semakin murni bahan gelas, semakin sedikit
cahaya yang diserap oleh serat optik. Gambar 2.1 konstruksi sederhana serat optik
Perambatan atau propagasi gelombang [Agilent Technologies, 1996]
sepanjang pemandu gelombang dapat digambarkan
dalam bentuk kumpulan gelombang terpandu yang Sistem Komunikasi Serat Optik
dinamakan mode (moda) terpandu. Tiap moda Sistem komunikasi serat optik menggunakan
terpandu merupakan pola garis medan listrik dan sinyal-sinyal informasi dalam bentuk energi cahaya
medan magnet yang diulang – ulang sepanjang serat yang disalurkan melalui serat optik. Sinyal
pada interval sama terhadap panjang gelombang. informasi yang dikirirmkan tersebut, dapat berupa
(Keiser . 1987) Pembagian Serat optik dapat dilihat sinyal audio, video ataupun data dalam bentuk
dari 2 macam perbedaan : sinyal elektrik dan kemudian diubah menjadi sinyal
optik sebelum ditransmisikan melalui serat optik.
1. Berdasarkan mode yang dirambatkan Untuk mengubah sinyal listrik menjadi sinyal optik
a. Single mode diperlukan suatu sumber optik yang dapat
Serat optik dengan core yang sangat kecil, menghasilkan cahaya yang intensitasnya dapat
diameter mendekati panjang gelombang diatur sesuai dengan sinyal elektrik yang
sehingga cahaya yang masuk ke dalamnya tidak mengendalikannya. Begitu pula pada sisi penerima,
dipantulkan ke dinding cladding. diperlukan Detektor optik yang dapat mengubah
b. Multi mode sinyal optik menjadi sinyal elektrik sesuai dengan
Serat optik dengan diameter core yang agak aslinya. Blok diagram sederhana dari sistem
besar yang membuat laser di dalamnya akan komunikasi serat optik ditunjukan berdasar gambar
terpantul-pantul di dinding cladding yang dapat 3.2.
menyebabkan berkurangnya bandwidth dari
serat optik jenis ini.
2. Berdasarkan indeks bias core
a. Step indeks
Pada serat optik step indeks, core memiliki
indeks bias yang homogen.
b. Graded indeks
Pada graded indeks ini indeks bias core
semakin mendekat ke arah cladding maka
semakin kecil. Jadi pada graded indeks, pusat
core memiliki nilai indeks bias yang paling
besar. Serat graded indeks memungkinkan untuk
membawa bandwidth yang lebih besar, karena Gambar 3.2 Alur Sistem Komunikasi Serat Optik
pelebaran pulsa yang terjadi dapat
diminimalkan. BAB III. Metodologi Penelitian

Pada umumnya serat optik terdiri dari dua bahan Metodologi penelitian yang kami gunakan
dengan karakter optis yang berbeda untuk cladding dalam proses analisa redaman serat terhadap kinerja
dan core. Seperti tertera pada Gambar 2.1, yang sistem komunikasi kabel laut serat optik adalah
sebagai berikut:
mencantumkan struktur dasar dari pembentuk serat
optik. Komposisi core menduduki 85 % dari total 1. Studi literatur mengenai konsep :
fiber yang memandu cahaya, yang tersusun dari a. Konfigurasi Sistem Komunikasi Serat
bahan silikon oksida, dan dilapisi dengan serat kaca, Optik,.
dan pada umumnya core memiliki index bias yang b. Pengukuran redaman serat menggunakan
lebih tinggi daripada cladding. [Schott, 2002] JDSU MTS-8000 dan perhitungan anggaran
daya optik yang diakibatkan oleh redaman
serat menggunakan Optikal Power Meter
dan NMS (Network Monitoring System) .
c. Faktor-faktor redaman yang terjadi pada
Kabel Serat Optik.
d. Analisa redaman serat yang terjadi pada
konfigurasi Rungkut-Malang Ruas Gempol
Halaman 3 dari 10
terhadap kinerja Sistem Komunikasi Kabel yang terjadi di sepanjang kabel serat optik, alat ukur
Serat Optik dengan menggunakan metode ini ini bekerja berdasarkan domain waktu yang
Link power budget merupakan tangkapan dari sinar pantul ketika laser
e. Penerapan teknologi Wavelength Division ditembak kedalam kabel serat optik untuk
Multiplexing (WDM) pada SKSO. mengidentifikasi inti karakteristik dari fiber optik
karakterisasi. Pada pengukuran redaman serat
2. Penentuan Variabel penelitian, dilakukan secara link point to point yang di ukur
a. Variabel pertama berupa, daya TX dan dari ujung ke ujng secara original ke end dan end ke
daya RX jalur konfigurasi Rungkut – original, item yang dapat diukur pada alat ukur ini
Malang, daya TX dan daya RX jalur adalah koefisien atenuasi, refleksi, dan poin
konfigurasi Rungkut – Gempol, daya TX kesalahan, berdasarkan fungsi jarak.
dan RX pada jalur konfigurasi Rungkut
– Sukodono.
b. Variabel kedua adalah variabel yang
berupa nilai redaman yang diakibatkan
oleh redaman serat, redaman
sambungan, redaman konektor, dari
redaman tersebut diketahui nilai
redaman total dan redaman per
kilometer yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik pada jalur kontingensi
Rungkut-Gempol, jalur konfigurasi
Gambar 3.3 JDSU MTS-8000
Rungkut-Malang dan jalur konfigurasi
Rungkut – Sukodono.
2. Alat Ukur Daya
Level daya dengan satuan dBm ini
3. Penentuan sampel penelitian, Penelitian ini
merupakan salah satu faktor terpenting yang dapat
adalah bentuk penelitian yang dilakukan
mempengaruhi redaman kabel, semakin kecil daya
secara eksperimental, dikarenakan pada
diberikan pada sistem komunikasi serat optik maka
penelitian ini dilakukan berdasarkan
semakin kecil daya yang ditangkap oleh detektor
pendekatan ilmiah yang mengacu kepada
optik yang mengakibatkan waktu dalam
standart operasional procedure yang
penyampaian informasi semakin lama. Untuk
diterapkan oleh PT. Telkom Indonesia
pengukuran level daya pada penelitian Tugas Akhir
Divisi Arnet Surabaya Timur. Pada langkah
ini menggunakan 2 unit yaitu unit pertama yang
penentuan sampel ini, sampel yang
berfungsi sebagai transivier adalah menggunakan
digunakan adalah :
Optical Light Source dan unit kedua befungsi
1. Menentukan Konfigurasi Link kabel. sebagai receivier menggunakan Opticial Power
2. Menentukan titik ukur event di sepanjang
Meter
kabel serat optik.

4. Penentuan alat pengambil dan/atau pengolah


data. Alat bantu pengukuran untuk redaman
menggunakan JDSU MTS-8000 sedangkan
pengukuran daya menggunakan optikal
power meter, untuk melakukan perhitungan
link power budget maka daya yang
digunakan adalah daya yang bekerja pada
sistem yang terdapat pada perangkat yang
dimonitoring oleh NMS (Network Gambar 3.4 Alat Ukur Daya
Monitoring System).
3. Kabel Serat Optik yang digunakan.
3.1 Alat Ukur yang digunakan : Pada pengukuran redaman kabel ini
1. Alat Ukur Redaman : Berdasarkan fungsi menggunakan jenis kabel single mode yang merujuk
yang digunakan pada penelitian ini alat ukur yang pada rekomendasi ITU.T single mode dibedakan
digunakan menggunakan JDSU MTS–8000 alat menjadi berbagai jenis diantaranya G.655 dan G.652
ukur ini terdapat banyak fungsi, salah satu fungsi yang membedakan jenis kabel ini adalah pada
nya adalah untuk mengukur redaman akibat event pengaruh redaman dan dispersi yang terjadi, jika
Halaman 4 dari 10
jenis kabel G.652 redaman yang terjadi kecil, Lokasi
Pengukuran II

sedangkan nilai dispersi besar, juga diameter Core Optic al Termi nal Box A
Kabel Fiber
Optik
Optical Te rmi na l Box A

G.652 lebih kecil. Sedangkan untuk jenis kabel 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

G.655 nilai redaman yang terjadi cenderung lebih


besar jika dibandingkan dengan jenis G.652
dikarenakan material penyusun G.655 berbeda, Pacth
Core
JDS U MTS-8000
sedangkan untuk nilai dispersi kecil, diameter core (OTDR) Power Meter
(dBm)
pada G.655 lebih besar jika dibandingkan dengan Light Source

1550 nm
diameter core G.652.
Gambar 3.7 Rangkaian Eksperiment

Pada gambar 3.15 adalah merupakan rangkaian


yang dilakukan di lapangan, pada rangkaian ini
terdapat skema JDSU yang digunakan untuk
mengukur redaman, didalam perangkat JDSU ini
terdapat OTDR yang berfungsi untuk
Gambar 3.5 Patch cord serat optik mengidentifikasi event yang terjadi pada kabel serat
optik, prinsip kerja dari OTDR ini adalah cahaya
ditembakkan menggunakan laser, kemudian sinar
dari laser diteruskan menuju kabel serat optik
berdasarkan funsi waktu terhadap simpangan yang
terjadi akibat perubahan fase akan terpantul kembali
ke cermin, di dalam OTDR dan tertangkap oleh
photodetektor, dari photodetektor diolah kembali
oleh osciloscope sehingga sinar yang oleh detektor
optik bisa terbaca oleh osciloscope.
Proses pengukuran redaman serat ini dilakukan
berdasarkan jumlah core yang kosong di tiap OTB
(Optical Terminal Box), dari OTB ‘A’ akan
dihubungkan ke OTB ‘B’ yang mempunyai jarak
tertentu, untuk menghubungkan OTB ‘A’ ke OTB
‘B’ memnggunakan konektor serta kabel serat optik
satu core (Patch core).

BAB IV
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN

Bab IV pada penelitian tugas akhir ini


merupakan metode pengolahan dan
pendefinisian hasil dari pengukuran yang terdiri
dari data awal hasil pengukuran, data hasil
perhitungan, analisa data, dan pembahasan.

4.1 Data Pengukuran.


Gambar 3.6 Flowchart metodologi penelitian
Dari metodologi penelitan maka dilakukan
pengukuran daya dan redaman, pengukuran
3.2 Rangkaian Eksperimental : dilakukan pada jalur Rungkut ke Waru dan
Pada rangakaian eksperiment ini adalah Rungkut ke Sukodono, hasil dari kedua
merupakan suatu gambaran dari penelitian yang pengukuran digunakan untuk mengetahui
dilakukan, setelah mengidentifikasi dari peralatan karakteristik kabel yang digunakan.
yang digunakan maka untuk rangkaian eksperiment
ini terdapat pada gambar 3.7 Tabel 4.1 Nilai rata rata hasil pengukuran daya
Rungkut ke Gempol menggunakan Powe Meter

Halaman 5 dari 10
No. Core Pin / Tx (Light Pout / Rx (Power Jarak Asli Jarak Redaman (dB) (dB/km)
(Meter) Lokasi Total
Source) Meter) kejadian (dB)
( Rungkut ) ( Gempol ) (Meter)
Daya Input Daya Output 1. 37 32009.83 2938.74 10.119 0.272 0.182
(dBm) ( dBm) 2. 38 32009.83 2938.74 8.523 0.275 0.188
1. 37 4.33 -6.82
3. 11 32050.65 2755.07 10.911 0.250 0.211
2. 38 4.33 -8.12
4. 12 32050.65 2765.27 8.797 0.258 0.223
3. 11 4.33 -8.40
4. 12 4.33 -7.59 5. 15A 37438.34 4877.49 9.180 0.398 0.204
5. 15 A 4.33 -7.03 6. 16A 37438.34 4877.49 8.981 0.310 0.195
6. 16 A 4.33 -7.06 7. 17A 37387.32 4877.49 10.220 0.357 0.204
7. 17 A 4.33 -7.58 8. 18A 37387.32 4877.49 9.201 0.448 0.206
8. 18 A 4.33 -7.93
Tabel 4.4 Hasil pengukuran Redaman
(Rungkut ke Sukodono) pada jarak terjauh
Tabel 4.2 Nilai rata rata hasil pengukuran daya Menggunakan JDSU MTS 8000.
Rungkut ke Sukodono menggunakan Power Meter No. Core/ Keterangan
No. Core Pin / Tx (dBm) Pout / Rx (dBm) Port
Kabel Serat Optik Redaman Patahan
(Rungkut) (Sukodono ) (dB) (dB/km)
Jarak Asli Jarak Redaman
(Meter) Lokasi Total
Daya Input Daya Output kejadian (dB)
(dBm) ( dBm) (Meter)
1. 11 17737.03 923.46 6.321 0.561 0.291
1. 37 4.33 - 6.82
2. 14 8405.51 3242.31 1.865 0.606 0.217
2. 38 4.33 -10.10
Perhitungan menggunakan hasil Power Meter.
Pada Sub bab ini berisi tentang perhitungan
4.2 Pengukuran Redaman. redaman, dengan perhitungan link power budget.
Pengukuran redaman dilakukan menggunakan Dengan menggunakan persamaan 1. maka data
alat ukur JDSU MTS-8000, dalam alat ukur pehitungan dapat dilihat pada tabel 4.5
JDSU pengukuran dilakukan menggunakan
panjang gelombang 1550 nm, Parameter yang Loss = (Pin – Pout) / L............................
Tabel 4.5 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
digunakan untuk mengukur redaman pada alat
Gempol menggunakan Powe Meter
ukur JDSU MTS-8000, adalah Indexs of No Core/ Port Daya Input Daya Jarak Redaman/km
refraction yang diatur pada nilai 1.465, nilai (dBm) Output (Km) (dB)
( dBm)
panjang gelombang pada nilai 1550 nm, jenis 1. 37 4.33 -6.82 32.00
0.34
fiber yang digunakan adalah Single Mode. 2. 38 4.33 -8.12 32.00
Metode yang terdapat pada alat ukur JDSU 0.38
3. 11 4.33 -8.40 32.05
MTS 800 adalah sellmeir ST. Pengukuran 0.39
4. 12 4.33 32.05
redaman ini dilakukan pada jalur Rungkut ke -7.59 0.37
5. 15A. 4.33 -7.03 37.43 0.30
Gempol, dan Rungkut ke Sukodono.
Pengamatan dilakukan pada nilai redaman yang 6. 16A 4.33 -7.06 37.43 0.30

dihasilkan pada tiap nomer port pada link yang 7. 17A 4.33 -7.58 37.38 0.31

digunakan, penagamatan redaman dilakukan 8. 18A 4.33 -7.93 37.38 0.32


berdasarkan event yang terjadi di sepanjang
kabel serat optik. Tabel 4.6 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
Sukodono menggunakan Powe Meter
Tabel 4.3 Hasil pengukuran Redaman No Core/ Daya Daya Jarak Redaman/km
Port Input Output (Km) (dB)
(Rungkut ke Gempol) pada jarak terjauh (dBm) ( dBm)
Menggunakan JDSU MTS 8000.
No. Core/ Keterangan 1. 11 4.33 -6.82 17.73 0.59
Port
Kabel Redaman Patahan

Halaman 6 dari 10
2. 14 4.33 -10.10 84.05 1.63 14 8405.51 2.1 1 0.48 3.88 0.46

Sehingga didapatkan garfik hubungan redaman


dengan jarak pada gambar 3. 8 Dari perhitungan dan pengukuran, maka
Hubungan redaman total dengan jarak pada Core 37
nilai redaman
hasil
diperbandingkan, hasil dari data perbandingan ini
14 perhitungan
pada Core 37
tedapat pada tabel 4.9
12
Redaman(dB)

10
8 Linear (nilai
redaman hasil
6 perhitungan
pada Core 37)
4
2
0
1.94 4.44 5.18 9.47 11.1 21.3 23.3 24.3 24.7 24.9 26.3 26.7 29.1 32
Jarak (Km)

Gambar 3.8 Grafik Hubungan Redaman dengan jarak


Tabel 4.9 Perbandingan Nilai Redaman
Perhitungan secara teoritis. No. Nomer Perhitungan Redaman/km Perhitungan Jarak
Dengan menggunakan persamaan 2. maka Core Redaman/km berdasarkan Redaman/km kabel
perhitungan ini dapat diketahui, untuk hasil dari Berdasarkan alat ukur menurut (Km)
alat Power redaman Standart
nilai perhitungan terdapat pada tabel 4.7 Meter ITU.T
1. 37 0.34 0.31 0.36 32.00983
 f ( dB )  PanjangKab el ( Km )  LossKabel ( dB )
2. 38 0.38 0.26 0.36 32.00983
c ( dB )  JumlahKone ktor  Losskonekt or ( dB )
3. 11 0.39 0.34 0.36 32.05065
 s ( dB )  JarakTotalKabel   1  LossSambun gan
   4. 12 0.37 0.27 0.36 32.05065
 2 
5. 15A 0.30 0.24 0.35 37.43834
Loss/km = αf/L (dB) 6. 16A 0.30 0.23 0.35 37.43834
∑loss = (αf + αc + αs + Loss Pigtel
...............................................................................(2) 7. 17A 0.31 0.27 0.35 37.38732
) (dB) 8. 18A 0.32 0.24 0.35 37.38732
Tabel 4.7 hasil perhitungan redaman Rungkut ke
11. 11 0.59 0.36 0.38 17737.03
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
Gempol) 12. 14 1.63 0.22 0.46 8405.51
Core. Panjang kabel αf αC αS ∑Loss Loss/Km
(Km) (dB) (dB) (dB) (dB) (dB)
Perbandingan nilai redaman hasil pengukuran, perhitungan
dengan standart ITU. T
37 32.00983 8 1 2.25 11.55 0.36 1.8
1.6
1.4
Redaman (dB)

38 32.00983 8 1 2.25 11.55 0.36 1.2


1 perhitungan
0.8 pengukuran
11 32.05065 8.01 1 2.25 11.56 0.36 0.6 standart ITU.T
0.4 Core 11
Core 17A pengukuran
Core 37 Core 12 Core 15A Core 18A pengukuran
0.2 Core 38 Core 16A
12 32.05065 8.01 1 2.25 11.56 0.36 0
32.01 32.01 32.051 32.051 37.438 37.438 37.387 37.387 17737 8405.5
Jarak (Km)

15A 37.43834 9.35 1 2.65 13.30 0.35


Gambar 3.8 Grafik perbandingan nilai redaman

16A 37.43834 9.35 1 2.65 13.30 0.35


Perhitungan Link power budget.
17A 37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35 Untuk mencari perhitungan link poweer budget,
terhadap nilai daya receiver, menggunakan
18A 37.38732 9.34 1 2.65 13.29 0.35 persamaan 3.
P Rx  P Tx  (  Loss  M arg in )
Tabel 4.8 hasil perhitungan redaman Rungkut ke Dimana :
PS = Loss daya Total (∑total) yang diperbolehkan
Gempol berdasarkan standart ITU.T (Rungkut ke
pada sistem.
Sukodono) P (Rx) = Daya pada receiver.
Core. Panjang kabel αf αC αS ∑Loss Loss/Km
(Km) (dB (dB) (dB) (dB) (dB) P (T x) = Daya Transmitter pada perangkat
11 4.43 1 1.18 6.91 0.38
17737.03

Halaman 7 dari 10
∑Loss = jumlah loss yang terjadi di sepanjang kabel sepanjang jalur yang digunakan untuk melakukan
serat optik. penelitian, nilai redaman yang dihasilkan adalah
Margin = nilai yang digunakan untuk mengkompensasi nilai dari hasil pengukuran dan perhitungan dari
redaman yang terjadi pada kabel serat optik. nilai tersebut akan dibandingkan dengan standart
Data yang dipergunakan untuk perhitungan link nilai redaman yang digunakan oleh PT. Telkom,
power budget terdapat pada tabel 4.10 seperti tercantum pada bab 3, yaitu mengenai
Tabel 4.10 Data Spesifikasi sistem penentuan alat ukur, untuk pengambilan data
Core Tx (dBm) Rx(dBm) ∑Loss Jarak Margin
no Pengukuran Pengukuran (dB) total (dB) redaman ini menggunakan dua buah alat ukur, alat
NMS NMS (Km) ukur yang pertama adalah alat ukur daya
37 13.98 -18.92 29 91.00983 6 menggunakan power meter dan light source, dan
38 13.98 -18.92 29 91.00983 6
11 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6
alat ukur kedua adalah menggunakan OTDR
12 13.98 -18.92 29.01 91.05065 6 didalam Alat JDSU MTS-8000. pengambilan data
15A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6 level daya di sepanjang kabel serat optik
16A 13.98 -18.92 30.75 96.43834 6 menggunakan power meter dan laser source secara
17A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6 Original ke End dan dari End ke Original, bertujuan
18A 13.98 -18.92 30.74 96.38732 6
untuk mengetahui kondisi fisik dari kabel serat
Sehingga data perhitungan yang diperoleh optik, dalam hal ini dapat dilihat dari nilai daya
diperbandinglkan dengan hasil pengukuran di NMS, input yang dipancarkan oleh power meter dengan
daaata tersebut terdapat pada tabel 4.11 nilai daya output yang diterima oleh power meter,
pembacaan alat ukur ini menggunakan satuan dBm
Core Rx Pengukuran (NMS) Rx Perhitungan Rx Sensitivity
(dBm) (dBm) (dBm) (Desibel milliwat) karena data yang diambil adalah
merupakan fungsi dari daya per desibel daya yang
-18.28 -21.02 - 27 dihasilkan. Pengambilan data level daya ini
37 dilakukan dengan 10 kali pengambilan data pada
-18.9 -21.02 - 27 tiap core baik secara Original ke End dan dari End
38
ke Original , core yang digunakan pada jalur
-18.88 -21.03 - 27
11 Rungkut-Gempol berjunlah 8 core sedangkan core
-18.9 -21.03 - 27 yang digunakan pada jalur Rungkut-Sukodono
12 berjumlah 2 core. Pengambilan core yang digunakan
-20.22 -22.77 - 27 dalam penelitian ini merupakan pemilihan dari
15A
-20.38 - 27
beberapa core yang terpasang di OTB. Core yang
-22.77
16A digunakan jalur Rungkut-Gempol pada penelitian ini
-20.4 -22.76 - 27 adalah sebagai bahan evaluasi ketika setelah
17A dilakukan perbaikan jalur Rungkut ke Gempol.
-20.4 -22.76 - 27 Sedangkan untuk core yang digunakan pada jalur
18A
Rungkut-Sukodono adalah pemilihan dari jumlah
Dan grafik hasil perbandingan terdapat pada beberapa jumalh core yang kosong yang mempunyai
gambar 3.8 status idle (core yang kosong, dan sewaktu
diperlukan, core ini siap untuk dipasang), pada hasil
Grafik Perbandingan link power budget antara pengukuran pengukuran level daya ini didapatkan hasil, baik
dengan perhitungan pengukuran secara Original ke End dan dari End ke
-17
Original untuk nilai daya input dari light source
-17.5
91.01 91.01 91.051 91.051 96.438 96.438 96.387 96.387 adalah 4.33 dBm, pengambilan data input ini
Level daya Rx(dBm)

-18
perhitungan dilakukan dengan cara pengukuran light source
pengukuran
-18.5
Core 37
dengan power meter menggunakan patch cord dan
Core 11
-19 Core 38
Core 12 adapter (sambungan patch cord) sebelum alat ini
-19.5 digunakan untuk mengukur pada jalur Rungkut-
-20
Core 15A Core 17A
Gempol dan Rungkut-Sukodono. Setelah daya input
-20.5 Core 16A
Core 18A
didapatkan maka pengukuran kedua dilakukan untuk
-21 mengukur nilai dari daya disepanjang kabel serat
Jarak (Km)
optik pada jalur Rungkut-Gempol dan jalur
Rungkut-Sukodono, dari nilai hasil pengukuran
Gambar 3.8 Grafik perbandingan Link power budget.
sebanyak 10 kali secara Original ke End dan dari
4.3 Analisis Hasil penelitian
End ke Original pengukuran yang dihasilkan dirata-
Pada analisis redaman ini, membahas
rata sehingga didapatkan salah satu pembahasan dari
mengenai redaman kabel serat optik yang terjadi di
hasil hasil yang telah didapat pada core no. 37 yang

Halaman 8 dari 10
mempunyai nilai input daya yang dipancarkan dari hasil perhitungan redaman secara teoritis didapatkan
rungkut oleh light source bernilai 4.33 maka daya pada jalur Rungkut ke Gempol hasil untuk core no.
yang diterima oleh power meter bernilai -6.82 dBm, 37 bernilai redaman total 0.39 dB, core no. 38
penangkapan oleh power meter didapatkan nilai bernilai 0.35dB, core 11 bernilai 0.35 dB, core 12
minus (-) mempunyai arti bahwa pada nilai daya - bernilai 0.36 dB, core 15A bernilai 0.35 dB, core
6.82 dBm level daya yang bekerja disepanjang kabel 16A bernilai 0.3 dB, core 17A bernilai 0.33 dB,
adalah berkisar 0.1 mW, berdasarkan perhitungan core 18A bernilai 0.36 dB. Seangkan dari hasil
pada sub bab 4.2.1 redaman yang dihasilkan oleh perhitungan teoritis jalur Rungkut ke Sukodono
daya bernilai 0.34 dB/kilometer, pada nilai dari didapatkan hasil untuk core no. 11 bernilai 0.59 dB,
redaman yang dihasilkan dari pengukuran daya jika dan core no. 14 bernilai 1.43 dB.
disesuaikan oleh standart nilai redaman yang Dari hasil perhitungan tersebut, analisa
diterapkan oleh PT. Telkom dengan pada tabel 3.1 redaman di sepanjang kabel serat optik
bernilai 3 dB/ km dapat dinyatakan sistem tersebut diperbandingkan dengan hasil redaman dari alat
untuk redaman 0.34 dB/km mendekati nilai normal, ukur serta hasil redaman dari perhitungan daya. Dari
sehingga tidak diperlukan penambahan alat untuk hasil perbandingan tersebut diperoleh, hasil dari
mengkompensasi redaman, dikarenakan dengan pengukuran dilapangan lebih kecil daripada hasil
nilai redaman 0.34 dB/km selebihnya jika sistem perhitungan secara toeritis, hal ini menunjukkan
beroperasi, maka akan dikompensasi oleh margin bahwa instalasi jaringan kabel serat optik pada jalur
dari daya yang bekerja pada perangkat. Begitu juga Rungkut ke Gempol serta rungkut ke Sukodono
sama dengan core no. 38 hingga sampai core no. layak untuk dioperasikan. Pada tabel 4.17
18A. Pada perhitungan redaman serta perbandingan didapatkan hasil nilai redaman/Km redaman terbesar
dengan alat ukur di lapangan dari daya dari core no. disepanjang kabel serat optik untuk jalur Rungkut ke
37 hingga core no. 18A redaman tertinggi terjadi gempol terjadi pada core no. 11. dikarenakan pada
pada core no. 11, dikarenakan pada saat core no. 11. pada jarak 29.295 Km terjadi patahan
pembandingan dengan hasil alat ukur redaman dengan total redaman 10.758 dB. Patahan tersebut
menggunakan OTDR di alat JDSU MTS-8000 pada yang mengakibatkan degradasi sinar, sehingga
jarak 32.050 Km jalur Rungkut-Gempol yang terjadi ketika sampai pada jarak 32.050 Km total redaman
didapatkan patahan hingga bernilai 0.211 dB, yang dihasilkan menjadi 10.911, hal ini diakibatkan
sehingga redaman total yang terjadi sebesar 10.911 oleh banyak faktor salah satu faktor penyebabnya
patahan tersebut diakibatkan karena pada saat adalah perbedaan jenis kabel serat optik yang
perbaikan jaringan kabel, kabel serat optik yang digunakan, solusi untuk mengkompensasi redaman
digunakan berbeda jenis, untuk jenis kabel sebelum pada core no. 38 ini adalah disambung (splice)
jarak 5.183 Km menggunakan kabel G.652 ulang, atau diberikan varibale attenuator untuk
sedangkan untuk setelah jarak 5.183 Km, mengkompensasi daya yang hilang. Sedangkan
menggunakan kabel jenis G.653. Dari perbedaan pada jalur Rungkut ke Sukodono didapatkan hasil
fisik dari jenis G.652 dan G.653 terdapat pada untuk nilai redaman yang tertinggi terdapat pada
diameter core yang disambung (Splice), yang core no. 14, setelah dilakukan pengecekkan ulang,
mengakibatkan pola penyebaran berkas tidak merata pada core no. 14 redaman terbesar jatuh pada jarak
akbibat dari nilai indeks bias dari core dan cladding 8.405 Km, jika dibandingkan dengan core no. 11
berbeda, untuk diameter core dan cladding jenis jalur rungkut ke sukodono, jika redaman jatuh pada
G.652 bernilai 50 µm dan diameter core dan jarak 8.405 Km maka pengiriman sinar jatuh pada
cladding jenis G.653 bernilai 62.5 µm. daerah sepanjang, setelah dikonfirmasi ke
Sedangkan pada analisa redaman sepanjang, konektor yang berada pada OTB yang
berikutnya, pengukuran redaman kedua dilakukan digunakan untuk melakukan true connect ke
menggunakan OTDR di JDSU MTS-8000, Sukodono tidak berfungsi, sehingga redaman jatuh
pengukuran dilakukan secara Original ke end, pada daerah Sepanjang, namun dari hasil
dikarenakan pada penelitian diberi perijinan untuk perbandingan pengukuran redaman di lapangan
melakukan pngambilan data secara Original ke End. dengan perhitungan secara teoritis, didapatkan hasil
dari hasil pengukuran di OTDR didapatkan hasil pada pengukuran dilapangan jalur Rungkut ke
redaman Total dan redaman per kilometer di setiap Sukodono mempunyai nilai yang kecil jika
core, untuk melakukan perbandingan hasil dibandingkan dengan perhitungan teoritis hal ini
pengukuran redaman dengan hasil perhitungan instalasi jaringan kabel untuk lokasi Rungkut
redamaan secara teoritis, maka redaman total dan menuju ke Sukodono, serta Rungkut menuju ke
redaman perkilometer baik dari pengukuran maupun Sepanjang layak untuk dioperasikan.
dari perhitungan secara teoritis diambil pada jarak
maksimum hingga berakhir pada titik ukur end. Dari 4.2.3 Analisis link power budget.

Halaman 9 dari 10
Analisis link power budget digunakan untuk power budget dibandingkan dengan nilai RX
mengetahui tingkat kinerja dari pemasangan sensitivity (-27 dBm) nilai daya hasil perhitungan
jaringan kabel yang baru sebelum dioperasikan ke tersebut lebih kecil, maka jika sistem tersebut
dalam perangkat. Analisis ini bertujuan untuk digunakan untuk transmisi dalam keadaan normal.
menyesuaikan apakah sistem jika disesuaikan Dari pengukuran serta perhitungan link
dengan redaman yang terjadi di sepanjang kabel power budget yang didapatkan pada jalur Rungkut-
serat optik dan daya yang bekerja pada perangkat Malang didapatkan hasil pada tabel 4.19, dari tabel
transmisi, bisa bekerja dengan baik maupun tersebut jika dilihat nilai Rx pada core 37 hingga
sebaliknya. Pengambilan daya Tx dan daya Rx core 18A digunakan untuk transmisi ke Malang,
dilakukan dari pengamatan di NMS (Network maka pada perhitungan link power budget dengan
Monitoring System) yang berada di ruang transmisi. menggunakan daya transmitt 13.98 dBm pada
Pada penelitian ini link power budget perangkat, maka kinerja dari sistem tersebut layak
digunakan untuk menghitung daya dari transmitter untuk dioperasionalkan dengan kondisi normal.
hingga sampai pada receiver optik dan hasil akhir
dari perhitungan ini akan dibandingkan dengan nilai BAB V
Rx sensitivity didalam perangkat Transmisi, KESIMPULAN DAN SARAN
pehitungan link power budget dilakukan pada jalur
Rungkut ke Malang menggunakan ruas Gempol. 5.1 Kesimpulan
Sedangkan untuk jalur Rungkut ke Sukodono tidak Berdasarkan Hasil analisis redaman kabel serat
dilakukan analisa link power budget, dikarenakan optic terhadap kinerja system komunikasi serat optic
pada jalur Rungkut ke Sukodono tidak terdapat menggunakan metode link power budget, maka
NMS (Network Monitoring System), salah satu dari dapat dibuat kesimpulan sebagai berikut :
area wilayah pengoperasisan NMS mencakup pada 1. jika ditinjau dari fungi pengukuran redaman di
daerah transmisi Rungkut-Malang yang berada pada sepanjang kabel serat optik, pada hasil dari
topologi jaringan Ring 5 wilayah operasional pengukuran dilapangan, alat ukur yang sesuai
Telkom Arnet SBT. untuk mengukur redaman adalah menggunakan
Perhitungan link power budget dilakukan OTDR di JDSU MTS-8000, dikarenakan pada
dengan cara penjumlahan dari redaman (∑Loss) di alat ukur OTDR pengukuran lebih valid karena
sepanjang kabel serat optik dengan nilai Margin didalam perangkat OTDR terdapat parameter
yang digunakan untuk mengkompensasi redaman Dead Zone, Dynamics Range, Event Zone, serta
yang terjadi, pada perhitungan redaman kabel End Of Fiber. Jika menggunakan alat ukur
didapatkan hasil pada sub bab 4.2.1, dari nilai hasil power meter, hanya mengetahui kondisi dari
perhitungan redaman tersebut ditambahkan dengan kabel serat optik.
nilai redaman yang terjadi pada jalur Gempol ke 2. Berdasarkan hasil dari perbandingan nilai
Malang, untuk nilai redaman dari Gempol ke redaman yang dihasilkan dari pengukuran
Malang adalah 17.45 dB yang didapatkan dilapangan dengan perhitungan secara teoritis
berdasarkan asumsi dari operator di Telkom pada jalur Rungkut-Gempol, didapatkan hasil
Malang, dikarenakan wilayah dan wewenag dari untuk nilai redaman tertinggi terdapat pada core
Tekom Rungkut hingga mencapai Gempol, no. 11 dengan nilai total redaman 10.911 dB
sedangkan untuk jarak jaringan kabel dari Rungkut pada jarak 32.050 Km, dan redaman per
ke malang didapatkan dari penjumlahan jarak kabel kilometer bernilai 0.39 dB, hal ini diakibatkan
dari Rungkut ke Gempol dengan Gempol Ke oleh beberapa faktor salah satu diantaranya
Malang, pada jarak Rungkut ke Gempol diketahui adalah perbedaan kabel yang digunakan pada
dari alat ukur OTDR di JDSU-MTS 8000, jarak saat penyambungan berlangsung. Sedangkan
yang diambil adalah jarak maksimum dari total pada jalur Rungkut-Sukodono nilai redaman
pengukuran. Sedangkan untuk jarak dari Gempol ke tertinggi terdapat pada core no. 14 dengan nilai
Malang didapatkan nilai 59 Km, jarak tersebut total redaman 14.606 dB dan redaman
didapatkan dari hasil konfirmasi Telkom Rungkut perkilometer adalah 0.48 dB, redaman tertinggi
kepada Telkom Malang. terjadi karena sewaktu dilakukan pengecekan
Data dari hasil perhitungan link power ulang, konektor yang digunakan untuk
budget didapatkan untuk core 37 dengan daya yang melakukan true connect ke sukodono
bekerja sebesar 13.98 dBm dan jarak transmisi mengalami kerusakan, sehingga pada saat
91.009 Km serta redaman total 26.9 dB maka daya pembacaan di alat ukur, pengukuran redaman
yang diterima receiver sebesar -18.92 dBm, yang jatuh pada daerah sepanjang.
berarti pada kinerja sitem daya yang bekerja sebesar 3. Pada hasil perbandingan pengukuran dilapangan
0.01 mW. Jika daya dari hasil perhitungan link serta perhitungan secara teoritis, hasil yang

Halaman 10 dari 10
didapatkan nilai dari pengukuran lebih kecil jika Manyar Surabaya, Tugas Akhir : Fisika-ITS
dibandingkan dengan hasil perhitungan, dari Surabaya, 1999
hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa instalasi Biodata Penulis
jaringan kabel Rungkut-Gempol dan jalur Nama : Endy Kusuma Wardhana
Rungkut-Sukodono, berdasarkan analisis NRP : 2408100.508
redaman pada jalur tersebut dalam keadaan TTL : Mojokerto, 7 Agustus 1987
normal dan dapat digunakan untuk beroperasi. Alamat : Jl. Made Rejo, no. 04
4. Dari hasil perhitungan untuk melakukan analisis perumnas made. Lamongan .
kinerja dari sistem menggunakan core 37 hingga Riwayat Pendidikan :
18A pada jalur Rungkut-Malang ruas gempol , 1992 – 1999 : SDN Made IV Lamongan.
didapatkan bahwa nilai RX dari hasil 1999 – 2002 : SLTPN 1 Lamongan.
perhitungan lebih kecil bila dibandingkan 2002 – 2005 : SMA N 2 Lamongan.
dengan nilai RX sensitivity di perangkat, jika 2005 – 2008 : D3. Teknik Instrumentasi ITS
core tersebut digunakan untuk transmisi maka 2008 – Sekarang : S1 Lintas Jalur Teknik Fisika-ITS
kinerja dari sistem komunikasi serat optik dalam
keadaan normal, dikarenakan nilai margin masih
dapat untuk mengkompensasi redaman yang
terjadi.
5.1 Saran
Saran dari penelitian mengenai analisa redaman
serat optik ini adalah pada saat melakukan
perencanaan dari pemasangan jaringan kabel yang
baru maupun penyambungan ulang maka
diusahakan untuk menggunakan kabel yang sejenis.
Sedangkan untuk penelitian selanjutkan diharapkan
agar melakukan penelitian untuk memprediksi umur
dan keandalan dari penggunaan kabel serat optik.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Meyer, Jurgen R. Introduction to Classical and
Modern Optics. Prentice Hall, Inc United
States of America. 1989
[2] Keiser, Gerd. Optical Fiber Communication.
,Mc Grow Hill.1989
[3] PT. Telkom, Tbk, Dasar Sistem Transmisi
Serat Optik, Bandung , 2000
[4] Penelitian oleh Akhmad Ludfy Engineer Lab
Transport – Telkom Risti. Divisi R n D dengan
judul “Redaman dan Dispersi : Parameter
Budget Link Transmisi NGN”.
[8] Oguz C- elikel, Mehmet Ku¨ c-u¨ kog˘ lu,
Murat Durak, Farhad Samadov. TUBITAK-
Ulusal Metroloji Enstitusu (UME)41470,
Gebze, Kocaeli, Turkey. 2004 “Determination
of attenuation coefficients of single mode
optical fiber standards to be used in OTDR
calibrations”.
[9] S. SHIBATA and S. TAKAHASHI, Ibaraki
Electrical Communication Laboratory, Nippon
Telegraph and Telephone Public Corporation,
Tokai, Ibaraki, Japan. 1976 “EFFECT OF
SOME MANUFACTURING CONDITIONS
ON THE OPTICAL LOSS OF COMPOUND
GLASS FIBERS
[10] Nufus. Hayatun, Perhitungan Rugi-Rugi Pada
Sistem Komunikasi Serat Optik Di STO

Halaman 11 dari 10

Anda mungkin juga menyukai