Anda di halaman 1dari 132

FILSAFAT

Muhammad Fajrin Bin Sirajuddin, cST.

FILSAFAT
(Secara etimologi/pemenggalan kata)
(Philo) (Sopia)
(Cinta Kebijaksanaan)

(Sumber Ilmu Pengetahuan)


Epistimologi Ontologi Axiologi
(Apa) (Ada) (Bagaimana)

Filsafat Ragu Kebenaran ADA


Kebenaran
Filsafat lahir dari sebuah keragu-raguan.
Berfikir  gerak akal
Ide Realita

P1(tidak tahu) P2(tahu)


*Proses dari tidak tahu menjadi tahu
Kebenaran
*kesesuaian antara Ide dan Realita
☻ Epistimologi (dengan APA ilmu itu dikatakan sebagai sumber ilmu
pengetahuan

[Mazhab Berfikir]
1. Rasional  menggunakan pendekatan “Akal”
2. Empiris  menggunakan pendekatan “Indra”
3. Skriptualis  menggunakan pendekatan “Teks”
4. Idealis  menggunakan pendekatan “Ide”
 Empirisme
Untuk mengetahui bahwa itu adalah pengetahuan maka digunbakan
INDRA. Apa benar adanya atau mustahil?
Keterbatasannya : - Pembiasan cahaya pada Air (sendok akan
terlihat bengkok bila dimasukkan pada gelas
yang berisi air).

materi persiapan PPD-B 1


- Fenomena fatamorgana (melihat adanya air di
tengah jalan saat terik matahari)
 Skriptualis
Sumber kebenaran dengan mengkombinasikan empiris + rasional yang
tertuang dalam teks (baik itu wahyu atau bukan)
Keterbatasan : Sebuah kitab/ teks tidak dapat diterima (dibenarkan)
oleh semua kalangan.
 Idealis
Idealis  gabungan antara Rasional + Empiris
Keterbatasan : tidak semua yang kita fikirkan benar adanya.
Misalnya, berfikir kenyang saat lapar maka kita tetap akan lapar
(tidak kenyang).
 Rasional
Rasional  gabungan antara Ide + Empiris, kesesuaian antara Ide
dan Realitas.

☻ Ontologi (mengetahui sesuatu bahwa itu benar ADAnya)


► Esensi (unsur/hakekat penyusun)  gelas yang dipakai menulis (kalau
ada) dapat dikatakan sebagai pulpen.
► Eksistensi (benar/ wujud)

Mustahil ADA Mungkin ADA Niscaya ADA


*(ADA di Ide tapi belum ada di Realita)

☻ Axiologi (BAGAIMANA sesuatu itu dikatakan kebenaran)

► Etika ( berbicara tentang baik atau buruknya sesuatu)


► Estetika (berbicara tentang indah atau tidak indahnya sesuatu)
► Logika (berbicara tentang benar atau salahnya sesuatu)

materi persiapan PPD-B 2


Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab

‫ف ل سة‬, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata
ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan
(sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang ―pencinta kebijaksanaan‖ atau
―ilmu‖. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir
ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah
disebut "filsuf".

Definisi kata filsafat bisa dikatakan merupakan sebuah problema falsafi pula. Tetapi paling tidak
bisa dikatakan bahwa ―falsafah‖ itu kira-kira merupakan studi daripada arti dan berlakunya
kepercayaan manusia pada sisi yang paling dasar dan universal. Studi ini didalami tidak dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan problem
secara persis, mencari solusi untuk ini, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi
tertentu dan akhirnya dari proses-proses sebelumnya ini dimasukkan ke dalam sebuah dialektik.
Dialektik ini secara singkat bisa dikatakan merupakan sebuah bentuk daripada dialog.

Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal ini
membuat filasafat sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu bisa dikatakan banyak menunjukkan segi
eksakta, tidak seperti yang diduga banyak orang.

Klasifikasi filsafat
Di seluruh dunia, banyak orang yang menanyakan pertanyaan yang sama dan membangun tradisi
filsafat, menanggapi dan meneruskan banyak karya-karya sesama mereka. Oleh karena itu filsafat
biasa diklasifikasikan menurut daerah geografis dan budaya. Pada dewasa ini filsafat biasa dibagi
menjadi: ―Filsafat Barat‖, ―Filsafat Timur‖, dan ―Filsafat Timur Tengah‖.

Filsafat Barat

‗‗‗Filsafat Barat‘‘‘ adalah ilmu yang biasa dipelajari secara akademis di universitas-universitas di
Eropa dan daerah-daerah jajahan mereka. Filsafat ini berkembang dari tradisi falsafi orang Yunani
kuno.

Plato, Aristoteles, Thomas Aquinas, Réne Descartes, Immanuel Kant, Georg Hegel, Arthur
Schopenhauer, Karl Heinrich Marx, Friedrich Nietzsche, dan Jean-Paul Sartre.

Filsafat Timur

‗‗‗Filsafat Timur‘‘‘ adalah tradisi falsafi yang terutama berkembang di Asia, khususnya di India,
Tiongkok dan daerah-daerah lain yang pernah dipengaruhi budayanya. Sebuah ciri khas Filsafat
Timur ialah dekatnya hubungan filsafat dengan agama. Meskipun hal ini kurang lebih juga bisa
dikatakan untuk Filsafat Barat, terutama di Abad
materi persiapan PPD-B 3
Pertengahan, tetapi di Dunia Barat filsafat ‘an sich‘ masih lebih menonjol daripada agama. Nama-
nama beberapa filsuf: Siddharta Gautama/Buddha, Bodhidharma, Lao Tse, Kong Hu Cu, Zhuang Zi
dan juga Mao Zedong.

Filsafat Timur Tengah

‗‗‗Filsafat Timur Tengah‘‘‘ ini sebenarnya mengambil tempat yang istimewa. Sebab dilihat dari
sejarah, para filsuf dari tradisi ini sebenarnya bisa dikatakan juga merupakan ahli waris tradisi
Filsafat Barat. Sebab para filsuf Timur Tengah yang pertama-tama adalah orang-orang Arab atau
orang-orang Islam (dan juga beberapa orang Yahudi!), yang menaklukkan daerah-daerah di sekitar
Laut Tengah dan menjumpai kebudayaan Yunani dengan tradisi falsafi mereka. Lalu mereka
menterjemahkan dan memberikan komentar terhadap karya-karya Yunani. Bahkan ketika Eropa
setalah runtuhnya Kekaisaran Romawi masuk ke Abad Pertengahan dan melupakan karya-karya
klasik Yunani, para filsuf Timur Tengah ini mempelajari karya-karya yang sama dan bahkan
terjemahan mereka dipelajari lagi oleh orang-orang Eropa. Nama-nama beberapa filsuf Timur
Tengah: Avicenna(Ibnu Sina), Ibnu Tufail, Kahlil Gibran (aliran romantisme; kalau boleh disebut
bergitu)dan Averroes.

Munculnya Filsafat
Filsafat, terutama Filsafat Barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke 7 S.M.. Filsafat
muncul ketika orang-orang mulai berpikir-pikir dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan
lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkan diri kepada agama lagi untuk mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.

Banyak yang bertanya-tanya mengapa filsafat muncul di Yunani dan tidak di daerah yang beradab
lain kala itu seperti Babilonia, Yudea (Israel) atau Mesir. Jawabannya sederhana: di Yunani, tidak
seperti di daerah lain-lainnya tidak ada kasta pendeta sehingga secara intelektual orang lebih bebas.

Orang Yunani pertama yang bisa diberi gelar filsuf ialah Thales dari Mileta, sekarang di pesisir
barat Turki. Tetapi filsuf-filsuf Yunani yang terbesar tentu saja ialah: Sokrates, Plato dan
Aristoteles. Sokrates adalah guru Plato sedangkan Aristoteles adalah murid Plato. Bahkan ada yang
berpendapat bahwa sejarah filsafat tidak lain hanyalah ―Komentar-komentar karya Plato belaka‖.
Hal ini menunjukkan pengaruh Plato yang sangat besar pada sejarah filsafat.

Sejarah Filsafat Barat


Sejarah Filsafat Barat bisa dibagi menurut pembagian berikut: Filsafat Klasik, Abad Pertengahan,
Modern dan Kontemporer.

materi persiapan PPD-B 4


Klasik

―Pra Sokrates‖: Thales - Anaximander - Anaximenes - Pythagoras - Xenophanes – Parmenides -


Zeno - Herakleitos - Empedocles – Democritus - Anaxagoras

"Zaman Keemasan": Sokrates - Plato - Aristoteles

Abad Pertengahan

"Skolastik": Thomas Aquino

Modern

Machiavelli - Giordano Bruno - Francis Bacon - Rene Descartes - Baruch de Spinoza- Blaise Pascal
- Leibniz - Thomas Hobbes - John Locke - George Berkeley - David Hume - William Wollaston -
Anthony Collins - John Toland]] - Pierre Bayle - Denis Diderot - Jean le Rond d'Alembert - De la
Mettrie - Condillac - Helvetius - Holbach - Voltaire - Montesquieu - De Nemours - Quesnay -
Turgot - Rousseau - Thomasius - Ch Wolff - Reimarus - Mendelssohn - Lessing - Georg Hegel -
Immanuel Kant - Fichte - Schelling - Schopenhauer - De Maistre - De Bonald - Chateaubriand - De
Lamennais - Destutt de Tracy - De Volney - Cabanis - De Biran - Fourier - Saint Simon - Proudhon
- A. Comte - JS Mill - Spencer - Feuerbach - Karl Marx - Soren Kierkegaard - Friedrich Nietzsche -
Edmund Husserl

Kontemporer

Jean Baudrillard - Michel Foucault - Martin Heidegger - Karl Popper - Bertrand Russell - Jean-Paul
Sartre – Albert Camus - Jurgen Habermas - Richard Rotry - Feyerabend- Jacques Derrida - Mahzab
Frankfurt

 Filosofi meluaskan pandangan serta mempertajam pikiran--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani,
1941, karya yang ditulis di masa pembuangan politik di Banda Neira oleh kolonialis Belanda.

 Filosofi berguna untuk penerangkan pikiran dan penetapan hati. Ia membawa kita ke dalam alam
pikiran, alam nurani semata-mata. Dan oleh karena itu melepaskan kita daripada pengaruh tempat
dan waktu. Dalam pergaulan hidup, yang begitu menindas akan rohani, sebagai di tanah
pembuangan Digul, keamanan perasaan itu perlu ada--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani,
1941.

 Siapa yang hidup dalam dunia pikiran, dapat melepaskan dirinya daripada gangguan hidup sehari-
hari--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Apa sebenarnya yang disebut filosofi, lebih baik jangan dipersoalkan pada permulaan
menempuhnya. Akan hilang jalan nanti karena banyak ragam dan paham. Tiap-tiap ahli berlainan
pendapatnya tentang apa yang dikatakan filosofi. Tiap-tiap filosofpun lain-lain pula tujuannya--

materi persiapan PPD-B 5


Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Filosofi orang sebut juga berpikir merdeka dengan tiada dibatasi kelanjutannya--Mohammad Hatta,
Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Filosofi meninjau dengan pertanyaan apa itu, dari mana dan ke mana. Di sini orang tidak mencari
pengetahuan sebab dan akibat dari pada sesuatu masalah--seperti yang diselidiki oleh ilmu--,
melainkan orang mencari tahu tentang apa yang sebenarnya pada barang atau masalah itu, dari
mana jadinya dan ke mana tujuannya--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Filosofi memandang alam sebagai satu soal yang bulat. Ia mencari pengetahuan yang selesai
tentang alam dan penghidupan. Itulah yang dicarinya senantiasa dengan tak pernah sampai ke
penghabisannya--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Filosofi mencukil soalnya lebih dalam. Ia tidak puas menilik sesuatunya dari jurusan sebagaimana
adanya. Sering ia bertanya, apakah barang yang lahir itu barang yang sebenarnya ataukah hanya
bayangan daripada suatu pokok atau sifat yang lebih dalam letaknya?--Mohammad Hatta, Alam
Pikiran Yunani, 1941.

 Ada masanya yang filosofi hampir bertaut dengan agama, sebagai pada permulaan tarikh Masehi
dan di masa Zaman Tengah. Dalam Zaman Tengah filosofi kedudukannya hanya sebagai anggota
akal untuk menyuluhi kebenaran yang lebih sempurna, yang didapat sebagai wahyu yang
diturunkan Tuhan--Mohammad Hatta, Alam Pikiran Yunani, 1941.

 Filsafat itu memberi ketenangan pikiran dan kemantapan hati, meski sekalipun menghadapi maut--
Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.

 Pekerjaan berfilsafat itu ialah berpikir. Hanya makhluk manusia yang telah tiba di tingkat berpikir,
yang berfilsafat--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.

 Berfilsafat ialah berpikir dengan insaf. Yang dimaksud dengan berpikir dengan insaf ialah berpikir
dengan teliti, menurut suatu aturan yang pasti--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat
Metafisika 1947.

 Ilmu-ilmu yang lain itu mewatasi yang diperiksanya dan dipikirkannya pada suatu bahagian dari
alam, atau pada suatu kumpulan peristiwa, filsafat menyelidiki dan memikirkan seluruh alam,
seluruh kenyataan--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.

 Berfilsafat itu menghendaki berpikir dan menyelidiki yang bebas, yaitu yang bukan saja tidak terikat
kepada sesuatu ilmu, tetapi juga tidak terikat kepada sesuatu kepercayaan dari semula, suatu
dogma dll. Baginya tidak ada yang suci, tidak ada yang pantang, segalanya dibawanya ke gelanggang
pikiran dan penyelidikan--Sutan Takdir Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.

 Dalam tujuannya yang tunggal, yaitu kebenaran, yang tak dapat dimadui itulah letaknya kebesaran,
kemuliaan, malahan kebangsawanan filsafat di antara kerja manusia yang lain--Sutan Takdir

materi persiapan PPD-B 6


Alisjahbana, Pembimbing ke Filsafat Metafisika 1947.

 Jika aliran filsafat dalam perkembangannya tumbuh menjadi ideologi sedemikian rupa, ia akan
kehilangan ciri khasnya sebagai filsafat, yaitu keterbukaan serta kebebasan berpikir; keterbukaan
untuk diuji lebih lanjut. Dengan hilangnya ciri khas tersebut, maka filsafat akan beku sebagai alam
pikiran--Fuad Hassan, Berkenalan dengan Eksistensialisme 1973.

 Tidak seorang filsuf pun pernah menganggap dirinya mampu menyatakan 'kata akhir'--Fuad Hassan,
Berkenalan dengan Eksistensialisme 1973.

 Filsafat menunjukkan arah, ilmu menjalani arah itu. Dengan meminjam istilah militer, filsafat
menentukan strategi dan ilmu melaksanakan taktik--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1)
1973.

 Di mana filsafat berakhir, di situ ilmu dimulai.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.

 Apabila ilmu dan teknik bergerak, tanpa filsafat memberikan haluannya, maka kedua itu tidak tentu
arah.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.

 Kalau menghadapi masalah-masalah yang tidak tertampung oleh ilmu tidak dibantu oleh filsafat,
orang akan jatuh kepada dongeng dan khayalan.--Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat (Buku 1) 1973.

Diperoleh dari "http://id.wikiquote.org/wiki/Filsafat"

INI ITU FILSAFAT


Kata-kata "filsafat", "filosofi", "filosofis", "filsuf", "falsafi" bertebaran di sekeliling kita. Apakah
pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya, kita acapkali
tidak merisaukan hal itu, mungkin karena kita sendiri juga kurang paham dan belum berkesempatan
memeriksa beberapa literatur atau pun bertanya kepada mereka yang berkompeten menjelaskan hal itu.
Sementara itu, kita mengerti bahwa beberapa peristilahan ada karena memiliki latar belakang yang unik.

Suatu peristilahan perlu dipahami konteks-nya untuk memperoleh kejelasan maknanya, baik itu konteks
sosial, budaya bahkan politik. Karena suatu peristilahan pada hakikatnya adalah melukiskan atau pun
mewakili suatu konsep, proses, keadaan, atau sifat yang khas dari yang dilukiskan atau diwakilinya.
Submenu Terminologi memperlihatkan bagaimana istilah-istilah yang disebutkan tadi bisa digunakan.
Dalam bagian ini juga dapat diperoleh uraian lebih lanjut mengenai relasi antara filsafat, ilmu dan agama;
hal yang tak jarang menjadi bahan persoalan.

Pada subemenu Sejarah, kita akan melihat ringkasan sejarah filsafat Timur dan Barat. Kita akan
berjumpa dengan pergulatan jaman dengan para pemikir, filsuf dan masyarakatnya. Kita mulai dengan
mengenal sejumlah nama-nama : jaman atau periode apa ia disebut, siapa-siapa filsuf yang berpengaruh,
pemikiran atau filsafat apa yang berkembang, dan seterusnya. Uraian yang lebih komprehensif tentang
nama-nama ini justru terdapat dalam pembahasan berikutnya, seperti dalam Aliran, Cabang, dan Filsuf,
Hidup dan Karyanya serta Filsafat Hari Ini; sambil nama-nama itu sesekali diuraikan dengan turut
menampilkan semangat jamannya.

materi persiapan PPD-B 7


Simposium
Pancasila Belum Jadi Filsafat
Yogyakarta, Kompas - Pancasila sebagai ideologi negara belum dijadikan filsafat sosial yang mendasari
perumusan ilmu pengetahuan yang kontekstual Indonesia. Pancasila lebih dimaknai sebagai doktrin politik
untuk melestarikan kekuasaan negara.

Demikian isu yang mengemuka dalam simposium nasional "Pengembangan Pancasila sebagai Paradigma
Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Bangsa", Senin (14/8) di Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Menurut Rektor UGM Prof Dr Sofian Effendi, karena belum dijadikan sebagai dasar perumusan
pengembangan ilmu pengetahuan, terjadi kolonisasi pemikiran yang kini makin marak. Pendidikan justru
menghasilkan lulusan yang lebih menghayati ilmu pengetahuan milik budaya bangsa lain yang nilai-nilainya
berbeda dengan bangsa Indonesia.

Sejak reformasi 1998 digulirkan, berkembang kecenderungan menafikan Pancasila sebagai ideologi negara.
Mengutip survei Direktorat Pendidikan Tinggi tahun 2004 atas 81 perguruan tinggi negeri, Pancasila tidak
tercantum lagi dalam kurikulum mayoritas perguruan tinggi. Padahal kampus harusnya menjadi pelopor
menghadapi gelombang globalisasi yang ditunggangi neokapitalisme dan fundamentalisme pasar.

"Kampus harus memelopori pemikiran untuk mengembangkan filsafat bangsa Indonesia sebagai paradigma
pembangunan dan sebagai landasan etik pembangunan nasional," katanya.

Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Prof Dr Umar Anggara Jenie menyatakan, Pancasila sebagai
paradigma pengembangan ilmu pengetahuan diperlukan untuk panduan etik. Sila-sila dalam Pancasila
adalah prinsip-prinsip etika universal yang juga dihormati negara lain.

Senin, 21 November 2005


Benarkah Pancasila Filsafat Bangsa?
Oleh: Qusthan Abqary H.F

Seringkali digembar-gemborkan bahwasanya Pancasila adalah falsafah bangsa dan negara.


Benarkah keberadaan Pancasila seperti yang disebutkan itu?

MENURUT keterangan, Pancasila yang dikatakan sebagai falsafah bangsa sudah ada dalam
masyarakat Nusantara jauh hari sebelum kesadaran berbangsa dan bernegara muncul.
Sehingga para founding fathers hanya tinggal merumuskannya. Namun, semakin banyaknya
masyarakat Indonesia yang skeptis terhadap Pancasila, menyisakan pertanyaan tersendiri bagi
kita. Di antaranya:

(1). Apakah Pancasila masih relevan dengan konteks Indonesia kekinian?

(2). Bukankah Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa harus (selalu) menjadi landasan
bagi pemerintah dalam mengambil kebijakannya?

Namun, sebelum menjawab pertanyaan di atas, ada baiknya jika kita melihat kembali asal-usul
Pancasila itu sendiri, yang tidak jarang didominasi oleh satu pandangan historis tertentu.Dalam

materi persiapan PPD-B 8


mengkaji asal-usul Pancasila, setidaknya terdapat tiga teori yang biasa digunakan.

Teori pertama, menyatakan bahwa Pancasila berasal dari bumi Indonesia sendiri, yang lahir
akibat proses kebudayaan bangsa Indonesia yang beragam dan dirumuskan oleh para pendiri
negara.

Teori Kedua menyatakan bahwa Pancasila adalah pengaruh dari kode moral ajaran Budha,
yang telah menjadi tatanan hidup sehari-hari dalam masyarakat, terutama masyarakat Jawa.

Teori Ketiga menyatakan bahwasanya Pancasila adalah kepanjangan dari doktrin Zionist yang
telah dipropagandakan oleh tokoh-tokoh 'Freemasonry' (Hakim; 2003: 232-4). Namun,
kebanyakan masyarakat Indonesia tentunya lebih meyakini bahwasanya teori pertama yang
(paling) mendekati kebenaran. Hal ini tentu tidaklah terlepas dari program-program Orde Baru
semasa berkuasa, misalnya Penataran P4. Bahkan, pemaksaan-pemaksaan dengan
menggunakan Pancasila sebagai payung legitimasi acapkali dilakukan.Jika sebagian besar dari
kita meyakini teori pertama sebagai sebuah kebenaran, maka, tidak serta-merta kita
menyamakan apa yang disebut sebagai weltanschauung (pandangan hidup) dengan 'filsafat'
(philosophy). Drijarkara dalam sebuah seminar Pancasila membedakan keduanya: filsafat ada
di dalam lingkungan ilmu pengetahuan dan weltanschauung di dalam lingkungan hidup
(Sunoto; 1985: 49-50). Dalam masyarakat primitif sekalipun, terdapat weltanschauung,
namun belum tentu terdapat suatu sistem filsafat. Barangkali demikian yang terjadi dengan
masyarakat Nusantara, di mana, nilai-nilai dasar yang termaktub dalam Pancasila sudah
dihayati, namun belum-jika "tidak"-menjadi filsafat hidup, terlebih ideologi. Sehingga, tidak
heran jika muncul banyak "alergi" dari masyarakat Indonesia yang notabene agen pelaksana
dari Pancasila itu sendiri. Karena, masyarakat Indonesia lebih menghayati Pancasila sebagai
sebuah weltanschauung bukan sebagai filsafat. Memang diperlukan riset yang serius untuk
membuktikan hal ini. Akan tetapi, kita dapat dengan jernih melihatnya di bawah terang lentera
sejarah.

Sejarah Indonesia mencatat, beragam ideologi yang bahkan bertentangan sekalipun pernah
berkembang di bawah naungan Pancasila. Dapatkah Pancasila sebagai sistem filsafat
mengatasi (mentransendensikan) sistem filsafat yang lain? Atau dengan kata lain, dapatkah
suatu ideologi menaungi ideologi yang lainnya dan hidup bersama secara "berdampingan"?
Dalam hal ini Saya akan menjawab: tidak! Karena "penerimaan" terhadap ideologi dengan
landasan filsafat yang berbeda dengan Pancasila, lebih dikarenakan masyarakat Indonesia
menghayati Pancasila sebagai weltanschauung bukan filsafat (philosophy).

ELASTISITAS PANCASILA

Sebagai weltanschauung, barangkali Pancasila tidak akan berbenturan dengan individu-individu


yang menggunakannya. Namun, apa jadinya jika weltanschauung itu dipaksakan menjadi
filsafat atau ideologi suatu bangsa atau negara? Sementara tingkat elastisitas yang
dikandungnya sangatlah tinggi. Sebelum menjawab pertanyaan ini, ada baiknya apabila kita
melihat sedikit rekam jejak (track-record) dari Pancasila.

presiden pada 16 Agustus 1982 di hadapan Dewan Perwakilan Rakyat, merupakan titik awal
penyeragaman azas berbagai organisasi masyarakat (ormas) dan organisasi sosial politik
(orsospol). Dapatkah 'penyeragaman' dilakukan di tengah 'keberagaman'? Secara spontan,
tentunya mayoritas dari kita akan menolak untuk bersepakat. Namun, sejarah menjawabnya
dengan berbeda, hanya dua organisasi yang menolak penyeragaman itu, kemudian menjadi

materi persiapan PPD-B 9


organ bawah tanah hingga rezim Orde Baru tumbang. Tentulah melanggar kodrat (nature)
apabila 'penyeragaman' dilakukan pada Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa,
agama dan kepercayaan.

Dari contoh kecil di atas, kiranya kita dapat belajar bahwa: Pancasila dapat diselewengkan oleh
kekuasaan karena ditafsirkan secara subjektif dan otoriter. Penafsiran secara subjektif dan
otoriter, salah satunya disebabkan oleh elastisitas yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri.
Elastisitas yang sangat tinggi mengundang hadirnya multiinterpretasi, sehingga dalam suatu
kasus yang sama, tidak tertutup kemungkinan penafsiran yang berbeda bermunculan. Bagi
penulis, keragaman penafsiran merupakan suatu hal yang alamiah, namun, apabila tidak
terjadi dialog yang menghasilkan konsensus, maka akan menimbulkan masalah yang lebih
besar.

Universalitas nilai-nilai Pancasila yang seringkali didengung-dengungkan seringkali menjadi


bumerang, karena "memayungi" beragam aspek-aspek yang tidak jarang saling berbenturan
dalam dataran praksisnya. Terlebih, ketika Pancasila diletakkan sebagai ideologi bangsa. Di
mana, dituntut kesadaran penuh dari seluruh anggota masyarakat untuk menerapkan
Pancasila pada seluruh aspek kehidupan, baik sebagai mahluk sosial maupun individual.
Sedangkan kesadaran penuh yang pada awalnya hanya sebatas weltanschauung
dideklarasikan menjadi filsafat, bahkan ideologi bangsa dan negara. Yang terjadi, semacam
"ketidaksiapan-ketidaksiapan parsial" yang mengarah pada "penolakan".

MASIH RELEVANKAH?

Di tengah pesatnya perkembangan zaman, pergeseran nilai-nilai, dekandensi moral, serta


berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi dan politik yang acapkali tidak berpihak pada
kepentingan sebagian besar rakyat, menyisakan pertanyaan tersendiri bagi Pancasila. Apakah
Pancasila sudah tidak bisa menjawab perkembangan zaman yang semakin cepat? Atau, apakah
Pancasila masih relevan bagi bangsa Indonesia? Namun, perlu dibedakan dengan tegas, antara
Pancasila sebagai weltanschauung dengan Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara.

Sebagai filsafat (Filsafat Pancasila), Prof. Koento Wibisono membedakannya menjadi: (1)
Filsafat Pancasila dalam aspeknya sebagai genetivus subyektivus, di mana, dengan Pancasila
sebagai subyek atau pangkal tolak kita ketika berbicara tentang filsafat; (2) Filsafat Pancasila
dalam aspeknya sebagai genetivus obyektivus, di mana, dengan filsafat sebagai subyek atau
pangkal tolak ketika kita berbicara tentang Pancasila (Wibisono; 1981: 86). Menurut Prof.
Koento apa yang "diresahkan" selama ini ialah yang kedua, di mana, Filsafat Pancasila belum
benar-benar memenuhi syarat sebagai satu sistem yang sesuai, sebagaimana dituntut tradisi
pemikiran ala Barat.

Dari hal ini, kita dapat mencermati bahwasanya Pancasila sebagai filsafat bangsa dan negara
"tidak" relevan bagi bangsa Indonesia. Meski demikian, sebagai weltanschauung yang sudah
dihayati semenjak beratus-ratus tahun yang lalu, relevansinya dirasa tidak diragukan lagi.
Weltanschauung ini sudah dijalankan diseantero Nusantara, meski bentuk pemerintahan dan
orang-orang yang memerintahnya berbeda-beda. Sehingga pemerintah sekarang tetap harus
berpijak pada Pancasila sebagai weltanschauung dalam mengambil kebijakan. Agar bangsa dan
negara ini tidak tenggelam di dalam arus besar, namun mampu untuk berenang menyusurinya,
semoga. *** *) Penulis: Mahasiswa Jurusan Ilmu Filsafat UGM

materi persiapan PPD-B 10


LOGIKA
Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia.

Logika berasal dari kata Yunani kuno λόγος (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran
yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu logika (ilmu
pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus, tepat, dan teratur[1].

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan mengacu pada
kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam tindakan. Kata logis yang
dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.

Logika sebagai ilmu pengetahuan


Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya
penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari
segi ketepatannya.

Logika sebagai cabang filsafat


Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan
dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan
pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba
membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang
berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filosofi, tetapi juga bisa
dianggap sebagai cabang matematika.

Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 548 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala
dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk
memecahkan rahasia alam semesta.

materi persiapan PPD-B 11


Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam
semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica.
Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta
dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari:

 Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)


 Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
 Air jugalah uap
 Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum
Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang
ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti
argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika
Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian


2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM - 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin Lyceum,
melanjutkan pengembangn logika.

Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM - 226 SM pelopor
Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M - 201 M) dan Sextus Empiricus
200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Porohyus (232 - 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu buku
Aristoteles.

materi persiapan PPD-B 12


Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan menambahkan
komentar- komentarnya.

Johanes Damascenus (674 - 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Abad pertengahan dan logika modern [2]

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge oleh
Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.

Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi logika.

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

 Petrus Hispanus 1210 - 1278)


 Roger Bacon 1214-1292
 Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang dinamakan Ars
Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
 William Ocham (1295 - 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas Hobbes
(1588 - 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam An Essay Concerning
Human Understanding

Francis Bacon (1561 - 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam bukunya
Novum Organum Scientiarum. J.S. Mills (1806 - 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada
pemikiran induksi dalam bukunya System of Logic

Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

 Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars Magna
dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan akal budi dan
lebih mempertajam kepastian.
 George Boole (1815-1864)
 John Venn (1834-1923)
 Gottlob Frege (1848 - 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah mengajar di
John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya tulisnya. Ia
memperkenalkan dalil Peirce (Peirce's Law) yang menafsirkan logika selaku teori umum mengenai
tanda (general theory of signs)

materi persiapan PPD-B 13


Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan
Bertrand Arthur William Russel (1872 - 1970).

Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap (1891-
1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika sebagai matematika murni


Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika yang
tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur yang
menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika tersistematisasi
dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan Sextus Empiricus (sekitar 200
M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan metode geometri.

Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia Mathematica tiga
jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861 - 1914) dan Bertrand Arthur
William Russel (1872 - 1970).

Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional, kritis, lurus,
tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan asas-asas
sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan berpkir,
kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

Macam-macam logika
Logika alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum
dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif.
Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.

materi persiapan PPD-B 14


Logika ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.

Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap
pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih
teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan
atau, paling tidak, dikurangi.

Referensi
1. ^ Pengantar Logika. Asas-asas penalaran sistematis. Oleh Jan Hendrik Rapar. Penerbit
Kanisius. ISBN 979-497-676-8

^ Logika Selayang Pandang. Oleh Alex Lanur OFM. Penerbit Kanisius 1983. ISBN 979-413-124-5
---------------------------------------------------- bagian yg lain ------------------------------------------------
LOGIKA... Perkataan logika berasal dari kata “logos” bahasa Yunani yang berarti kata
atau pikiran yang benar. Kalau ditinjau dari segi logat saja, maka ilmu logika itu berarti
ilmu berkata benar atau ilmu berpikir benar. Dalam bahasa Arab dinamakan ilmu manthiq
yang berarti ilmu bertutur benar10. Dalam Kamus Filsafat, logika – Inggris – logic, Latin:
logica, Yunani: logike atau logikos [apa yang termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau
akal budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis, dapat dimengerti] 11. Dalam arti luas
logika adalah sebuah metode dan prinsip-prinsip yang dapat memisahkan secara tegas
antara penalaran yang benar dengan penalaran yang salah12.
Logika sebagai cabang filsafat – adalah cabang filsafat tentang berpikir. Logika
membicarakan tentang aturan-aturan berpikir agar dengan aturan-aturan tersebut dapat
mengambil kesimpulan yang benar. Dengan mengetahui cara atau aturan-aturan tersebut

10
Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Wijaya Jakarta, 1981, hlm. 18.
11
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, Gramedia, Jakarta, 1996, hlm. 519. Pengertian lain : Logika – ilah ilmu berpikir
tepat yang dapat menunjukkan adanya kekeliruan-kekeliruan di dalam rantai proses berpikir. Dengan batasan itu, logika
pada hakekatnya adalah teknik berpikir. Logika mempunyai tujuan untuk memperjelas isi atau komprehensi serta
keluasan atau akstensi suatu pengertian atau istilah dengan menggunakan definisi-definisi yang tajam. Munculnya
logika dalam proses berpikir ialah pada waktu diucapkan “sesuatu” yang lain yang dikaitkan dalam hubungan tertentu
atau pada waktu dikemukakan “dua sesuatu” yang dikaitkan dengan penilaian tertentu dan dari kaitan itu ditarik
kesimpulan. Fungsi logika adalah : [1] membedakan ilmu yang satu dari yang lain apabila objeknya sama, dan [2]
menjadi dasar ilmu pada umumnya dan falsafah pada khususnya [Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat Ilmu, IKIP Semarang
Press, 1990, hlm. 45].
12
Yaya S. Kusumah, Logika Matematika Elementer, Bandung, 1986, hlm. 2.
materi persiapan PPD-B 15
dapat menghindarkan diri dari kesalahan dalam mengambil keputusan 13. Menurut Louis
O. Kattsoff14, logika membicarakan teknik-teknik untuk memperoleh kesimpulan dari suatu
perangkat bahan tertentu dan kadang-kadang logika didefinisikan sebagai ilmu
pengetahuan tentang penarikan kesimpulan.
Logika sama tuanya dengan umur manusia, sebab sejak manusia itu ada manusia
sudah berpikir, manusia berpikir sebenarnya logika itu telah ada. “Hanya saja logika itu
dinamakan logika naturalis, sebab berdasarkan kodrat dan fitrah manusia saja. Manusia
walaupun belum mempelajari hokum-hukum akal dan kaidah-kaidah ilmiah, namun praktis
sudah dapat berpikir dengan teratur. Akan tetapi bila manusia memikirkan persoalan-
persoalan yang lebih sulit maka seringlah dia tersesat. Misalnya, ada dua berita yang
bertentangan mutlak, sedang kedua-duanya menganggap dirinya benar. Dapatlah kedua-
duanya dibenarkan semua? Untuk menolong manusia jangan tersesat dirumuskan
pengetahuan logika. Logika rumusan inilah yang digunakan logika artificialis15.
Logika bukan ilmu yang baru muncul, perumusan kaidah-kaidah logika untuk berpikir
benar dipelopori Aristoteles yang hidup pada tahun 348-322 SM, dengan bukunya
Organon yang berarti instrument [alat], alat untuk berpikir benar. “Aristoteles dianggap
sebagai pelopor pembukuan pengetahuan logika. Tidak berarti belum Aristoteles belum
ada kaidah-kaidah berpikir yang benar [logika]. Sebenarnya di negara-negara Timur Kuno
[Mesir, Babilon, India, dan Tiongkok], diakui telah terdapat semacam kaidah-kaidah
berpikir yang dianggap benar, hanya saja belum teratur sistematikanya seperti rumusan
logika Aristoteles16.

13
Sunoto, Mengenal Filsafat Pancasila I, Edisi II, Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta, 1982, hlm. 22.
14
Louis O. Kattsoff, Pengantar Filsafat, Terjemahan Soejono Soemargono, Tiara Wacana, Yogya, 1986, cet.7, hlm.
15
Hasbullah Bakry, Op.cit., hlm. 20. Logika Artificialis, dibedakan menjadi dua yaitu : [1] Logika Formal –
mempelajari asas-asas, aturan-aturan atau hokum-hukum berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan
benar dan mencapai kebenaran, [2] Logika Material – mempelajari langsung pekerjaan akal, serta menilai hasil-hasil
logika formal dan mengujinya dengan kenyataan-kenyataan praktis yang sesungguhnya. Logika formal – sesuai dengan
isi [materi] kenyataan yang sesungguhnya. Logika material – mempelajari sumber-sumber dan aslinya pengetahuan,
alat-alat pengetahuan, proses terjadinya pengetahuan dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu. Logika
material inilah yang menjadi sumber yakni yang menimbulkan filsafat mengenai [kennisteer] dan filsafat ilmu
pengetahuan [wetenschapsleer]. Logika formal – dinamakan logika minor, sedangkan logika material dinamakan logika
mayor. Logika formal – ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir untuk mencapai kebenaran
[Hasbullah Bakry, Sistimatika Filsafat, Widjaja, Jakarta, hlm. 21].
16
Hasbullah Bakry, Loc.cit.
materi persiapan PPD-B 16
Memang diakui sejak manusia ada sampai sekarang selalu menggunakan akal
pikirannya dalam melakukan setiap kegiatan, baik kegiatan berpikir alamiah [naturalis]
maupun kegiatan berpikir yang sifat kompleks. Tetapi dalam melakukan kegiatan berpikir
yang benar diperlukan kaidah-kaidah tertentu yaitu berpikir yang tepat, akurat, rasional,
objktif dan kritis atau proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Proses berpikir
semacam ini adalah cara berpikir atau penalaran yang terdapat dalam kaidah-kaidah
logika.
Agar pengetahuan yang dihasilkan dari proses berpikir mempunyai dasar kebenaran,
maka proses berpikir dilakukan dengan cara tertentu. Cara berpikir logic dibagi menjadi
dua bagian, yaitu : “[a] Logika Induktif - cara berpikir di mana ditarik suatu kesimpulan
yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu, penalaran
secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang mempunyai
ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan
pernyataan yang bersifat umum. [b] Logika Deduktif – cara berpikir di mana pernyataan
yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara
deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir silogismus. Silogismus. Disusun dari dua
buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus
disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan premis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan
kedua premis tersebut17. Contoh – karakteristik berpikir silogismus : [a] Semua makhluk
hidup mesti akan mati [premis mayor], [b] Si Pulan adalah makhluk hidup [premis minor],
[c] Jadi si Pulan mesti mati [kesimpulan – konklusi]. Kesimpulan bahwa si Pulan mesti
mati, menurut Jujun S. Suriasumantri, kesimpulan tersebut adalah sah menurut penalaran

17
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Sebuah Pengantar Populer, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1988, hlm. 48-
49. Pengertian – silogismus – suatu argumentasi yang terdiri dari tiga buah proposisi atau pernyataan yang
membenarkan atau menolak suatu perkara. Dua buah proposisi yang pertama disebut premis mayor dan premis minor,
sedangkan proposisi yang ketiga disebut simpulan atau konklusi. Konklusi merupakan konsekuensi dari kedua premis
yang terdahulu [Hartono Kasmadi, dkk., Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, 1990, hlm. 27]. Pengertian premis –
premise [premis] dalil yang dipakai sebagai pangkal pembicaraan. Premis, kata-kata atau tulisan sebagai pendahuluan
[S.Wojowasito – W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Lengkap Inggris Indonesia – Indonesia Inggris, Hasta, Bandung, 1980,
hlm. 156-157].

materi persiapan PPD-B 17


deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Sedangkan pertanyaan apakah kesimpulan ini benar, maka hal ini harus dikembalikan
kebenarannya pada premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang
mendukungnya benar, maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan tersebut benar. Tetapi
dapat saja kesimpulan tersebut salah, walaupun kedua premisnya benar, sebab cara
penarikan kesimpulannya salah. Selanjutnya Jujun S. Suriasumantri, mengatakan
ketepatan penarikan kesimpulan tersebut tergantung pada tiga hal yaitu : [1] kebenaran
premis mayor, [2] kebenaran premis minor, dan [3] keabsahan pengambilan
keputusan. Oleh karena itu, apabila salah satu dari ketiga unsure tersebut tidak
memenuhi persaratan, maka kesimpulan yang diambil atau diputuskan akan salah.
Contoh berpikir induktif, simpulan yang diharapkan berlaku umum untuk suatu kasus,
jenis, dan peristiwa, atau yang diharapkan adalah agar kasus-kasus yang bersifat khusus
dapat dimasukkan ke dalam wilayah umum, yang menjadi simpulan. Misalnya : [1] P –
penduduk desa A = adalah pegawai, [2] Q – penduduk desa A = adalah pegawai, [3] R –
penduduk desa A = adalah pegawai, [4] S – penduduk desa A = adalah pegawai, [5] Y –
penduduk desa A = adalah pegawai, [6] Z – penduduk desa A = adalah pegawai.
Kesimpulan – jadi semua penduduk [ P sampai Z ] yang mendiami desa A adalah
pegawai. Menurut Kasmadi, dkk., pola berpikir ini adalah berpikir induksi komplet.
PQQQQ
Gambar 2 : Cara Berpikir Induksi
QRRRR KompletPPPP

RSSSS PEGAWAI

SYYYY

YZZZZ

ZPPPP

Sedangkan Francir Bacon dalam usaha menariuk kesimpulan yang berlaku umum,
hendaknya bertolak dari hasil observasi untuk menentukan ciri-ciri gejala yang
didapatinya. Ada tiga jenis pencatatan ciri sebagai berikut : [1] pencatatan ciri posetif,
pencatatan terhadap peristiwa yang kondisinya dapat dipastikan menimbulkan gejala, [2]

materi persiapan PPD-B 18


pencatatan ciri negatif, pencatatan terhadap peristitwa yang kondisinya tidak
memunculkan gejala, dan [3] pencatatan variasi gejala, pencatatan mengenai ada atau
tidak adanya perubahan gejala pada kondisi yang berubah-ubah atau diubah-ubah.
Kesimpulan yang dapat diambil sesuai dengan ciri-ciri, sifat-sifat atau unsur-unsur yang
harus ada sebagai gejala yang berlaku umum18.

18
Hartono Kasmadi, Filsafat Ilmu, IKIP Semarang Press, Semarang, 1990, hlm. 30.
materi persiapan PPD-B 19
IDEOLOGI
Ideologi: ideas sebagai sebuah pandangan tentang ruang dan waktu, tentang tuhan, alam dan manusia,
tentang segala sesuatu. Logos sebagai ilmu, sebagai kumpulan pengetahuan.

Ideologi sebagai setangkup pemikiran atau pandangan tentang tuhan, alam, dan manusia.

Ideologi sebagai rangkaian pemikiran yang terjalin secara logis.

Ideologi sebagai pandangan hidup.

Ideologi sebagai sebuah cara pandang universal atas sgala sesuatu.

Idelogi adalah objek pemikiran.

Bahwa manusia memiliki potensi fikir dan intuisi, maka apa yang terpikir (dalam diri seseorang) mempunyai
maksud yang sama dengan apa yang ada dalam intuitifnya. Tak mungkin keduanya kontradiktif.

Maka ideologi adalah objek pikiran atau ituitif, tidak ada pertentangan.

Pikiran tidak mungkin berdiri sendiri tanpa sensabilitas intuitif manusia. Dan intuitif manusia tidak mungkin
bekerja sendiri tanpa analisa pikiran.

Tidak ada pertntangan antara keduanya.

Ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan. Katanya sendiri diciptakan oleh Destutt de Tracy pada
akhir abad ke-18 untuk mendefinisikan "sains tentang ide." Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang
komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu (bandingkan Weltanschauung), sebagai akal sehat
dan beberapa kecenderungan filosofis, atau sebagai serangkaian ide yang dikemukakan oleh kelas
masyarakat yang dominan kepada seluruh anggota masyarakat (definisi ideologi Marxisme). Metode yang
meliputi metode penerapan, penjagaan, dan penyebarluasan ideologi. Jadi, ideologi harus khas karena
harus disebarluaskan ke luar wilayah lahirnya ideologi itu. Jadi, suatu ideologi bukan semata berupa
pemikiran teoretis seperti filsafat, melainkan dapat dijelmakan secara operasional dalam kehidupan.
Menurut definisi kedua tersebut, apabila sesuatu tidak memiliki dua hal di atas, maka tidak bisa disebut
ideologi, melainkan sekedar paham.

Ideologi politik, dalam ilmu sosial, ideologi politik adalah sebuah himpunan ide dan prinsip yang
menjelaskan bagaimana seharusnya masyarakat bekereja, dan menawarkan ringkasan order

materi persiapan PPD-B 20


masyarakat tertentu. Ideologi politik biasanya mengenai dirinya dengan bagaimana mengatur kekuasaan
dan bagaimana seharusnya dilaksanakan.
Teori komunis Karl Marx, Friedrich Engels dan pengikut mereka, sering dikenal dengan marxisme, dianggap
sebagai ideologi politik paling berpengaruh dan dijelaskan lengkap pada abad 20.
Contoh ideologi lainnya termasuk: anarkisme, kapitalisme, komunisme, komunitarianisme, konservatisme,
neoliberalisme, demokrasi kristen, fasisme, monarkisme, nasionalisme, nazisme, liberalisme,
libertarianisme, sosialisme, dan demokrat sosial.
Kepopuleran ideologi berkat pengaruh dari "moral entrepreneurs", yang kadangkala bertindak dengan
tujuan mereka sendiri. Ideologi politik adalah badan dari ideal, prinsip, doktrin, mitologi atau simbol dari
gerakan sosial, institusi, kelas, atau grup besar yang memiliki tujuan politik dan budaya yang sama.
Merupakan dasar dari pemikiran politik yang menggambarkan suatu partai politik dan kebijakannya. Ada
juga yang memakai agama sebagai ideologi politik. Hal ini disebabkan agama tersebut mempunyai
pandangan yang menyeluruh tentang kehidupan. Islam, contohnya adalah agama yang holistik.

IDEOLOGI YANG ADA DI INDONESIA.


Di Indonesia paham komunisme mencoba merasuk dalam tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara
kita. Dalam rangka penanaman nilai komunis tersebut, paham ini telah dua kali mengalami kegagalan yakni
sekitar pertengahan tahun 1950-an dan pada pertengahan tahun 1960-an. Jadi sekali lagi ditegaskan bahwa
dalam suatu lembaga kemasyarakatan itu secara mutlak memerlukan ideologi. Merunut pada penjelasan
sejarah yang ada, Ideologi tidak selamanya harus dipertahankan. Ideologi dalam suatu lembaga
kemasyarakatan bisa saja berubah selama ia tidak bisa memenuhi syarat-syarat penerimaan ideologi itu
sendiri. Ideologi merupakan acuan pokok atau kerangka dasar dinamis yang menjadi energi kreatif dalam
proses dinamisasi suatu lembaga. Ideologi juga merupakan seperangkat nilai yang diyakini kebenarannya
oleh suatu bangsa dan digunakan sebagai dasar untuk menata masyarakat dalam bernegara. Ideologi
mengandung nilai-nilai dasar yang hidup dalam sistem kehidupan masyarakat dan mengandung idealisme
yang mampu mengakomodasikan tuntutan perkembangan zaman kedalam nilai-nilai dasar yang sudah
dikristalisasikan dalam pancasila dan UUD 1945. Negara adalah lembaga kemsyarakatan dalam skala makro,
untuk itu tentunya negara juga membutuhkan yang namanya ideologi. Negara merupakan patokan bagi
setiap lembaga kemasyarakatan dalam lingkup mikro. Bila kita menengok kembali sejarah maka akan kita
dapati bahwa ideologi-ideologi itu tidak selalu dipertahankan, karena mengingat syarat-syarat penerimaan
ideologi itu sendiri. Yakni harus mampu memuaskan batin, mampu memperbaiki hubungan manusia

materi persiapan PPD-B 21


dengan manusia, manusia dengan alam, dan manusia dengan sang pencipta. Ketika syarat itu belum
terpenuhi maka sangat mustahil suatu ideologi itu bisa dipertahankan.

Didalam diri manusia terdapat akal dan naluri. Kedua hal ini merupakan fitrah yang di bawa
manusia sejak ia dilahirkan. Akal ini sangat sulit untuk di definisikan, namun saya percaya bahwa
akal adalah sesuatu yang ada pada diri manusia yang digunakan untuk menyelidiki dan memahami
suatu pengetahuan apapun baik yang ada di alam ini atau yang ada didalam dirinya sendiri, baik itu
yang bersifat konkret atau abstrak, dimana penggunaanya digunakan secara sadar. Penggunaan
akal manusia untuk berproses mencapai sesuatu yang sempurna (yang paling tinggi) merupakan
wujud asli dari manusia yang sebenarnya.
Naluri adalah sesuatu yang ada pada diri manusia dan hewan yang mana penggunaannya di
gunakan secara tidak sadar. Naluri ini bisa juga di katakan sebagai nafsu yang di bawa sejak
lahir.[2]Naluri tidak dapat di pergunakan untuk memilah sesuatu yang benar dan salah, atau baik
dan buruk. Naluri tidak bisa di pergunakan untuk menyelediki (mencari tahu), memahami, dan
memberi penilaian pada sesuatu yang ada di alam semesta ini.

Aktivitas manusia terdapat 2 bentuk yakni yang berdasarkan naluri, biasanya bersifat
menyenangkan, kemudian aktivitas manusia yang berdasarkan akal, biasanya bersifat politik atau
kepentingan.[3] Perbuatan manusia yang bersifat menyenangkan ini biasanya membuat manusia
merasa senang untuk melakukannya. Perbuatan tersebut misalkan makan, minum, bercanda,
berkumpul ataupun melakukan hobi-hobi yang disukainya. Manusia secara naluri biasanya tidak
begitu suka dengan perbuatan-perbuatan yang dapat membuatnya menderita, sedih, atau hal-hal
yang dapat membuatnya rugi secara materi atau imateri. Hal ini sama seperti hewan, dimana
biasanya hewan tidak akan mau mendekati sesuatu bila nalurinya tidak mengizinkan.

Sedangkan untuk aktivitas manusia yang bersifat kepentingan ini biasanya manusia menyusun
suatu perencanaan yang matang, baik itu strategi ataupun taktiknya. Didalam menjalankan
aktivitas ini manusia biasanya rela untuk mengorbankan sesuatu yang ada pada dirinya, baik itu
materi ataupum imateri. Manusia memperhitungkan dengan benar aktivitas ini sesuai dengan
akalnya, baik itu dari segi manfaat, kerugian, peluang, atau hal-hal apa yang dapat menghambat
dalam mencapai kepentingannya tersebut.

Terkadang ada juga manusia yang didalam aktivitas kehidupannya bercampur baur antara yang
bersifat kepentingan dan bersifat menyenangkan. Manusia pada saat menjalankan aktivitas
kesenangannya terkadang ia menggunakan perhitungan akalnya, apakah perbuatan
menyenangkan tersebut memiliki manfaat apa tidak bagi dirinya. Ketika manusia menggunakan
akalnya didalam menjalankan aktivitas kesenangan tersebut, maka ada kesinergisan antara naluri

materi persiapan PPD-B 22


dengan akalnya. Dengan disesuaikannya naluri terhadap akal maka aktivitas kesenangan manusia
tersebut memiliki nilai guna atau manfaat bagi manusia tersebut.

Tapi ada juga manusia yang mempergunakan akalnya untuk memenuhi nafsu (naluri) hewaninya
yang bersifat materi. Aktivitas seperti ini merupakan hal yag sangat berbahaya bagi
keberlangsungan alam semesta ini, termasuk didalamnya kehidupan ummat manusia. Perbuatan
seperti ini merupakan sesuatu yang paling rendah kedudukannya dari naluri. Ketika akal di
pergunakan untuk memenuhi naluri hewani, maka ketidak benaran, penindasan, kezaliman, dan
ketidakadilan menjadi sesuatu hal yang wajar. Karena dalam hal ini, yang ada hanya penilaian
secara keuntungan atau kesenangan pribadinya saja. Akal harusnya di gunakan untuk berproses
(bergerak) untuk mencapai sesuatu yang Maha sempurna. Ketika akal di pergunakan dengan
benar, maka konsekuensinya kita harus menegakkan keadilan dan kebenaran di alam semesta ini.

Didalam melakukan aktivitas tersebut manusia pasti memiliki suatu keyakinan, mau itu secara
naluri ataupun dengan akal. Keyakinan yang dimaksud dalam hal ini adalah keyakinan ada dalam
pribadi manusia. Begitu juga didalam kehidupan masyarakat, dimana pasti juga ada keyakinan
yang disepakati oleh masyarakat tersebut. Keyakinan inilah yang dituntut didalam ideology.
Keyakinan didalam melakukan aktivitas bagi manusia dan masyarakat adalah sesuatu yang pasti,
walaupun ketika manusia atau masyarakat bergerak atas nama ketidak yakinan, maka hal tersebut
menjadi suatu keyakinan. Karena dalam hal ini ia telah bergerak melakukan sesuatu itu, baik itu
secara naluri ataupun akal. Naluri saja ketika tidak yakin terhadap sesuatu maka ia akan
menolaknya.

Sejarah Ideology

Istilah ideology ini diperkenalkan pertama kali oleh filsuf asal Prancis yaitu Antoine Destutt de
Tracy (1754 – 1836) pada abad ke-18, ia menciptakan istilah ideologie pada tahun 1796, De Tracy
memandang ideology sebagai ilmu tentang pikiran manusia yang mampu menunjukkan arah yang
benar menuju masa depan.[4] Sebenarnya akar dari ideology ini dapat dilihat pada awal timbulnya
pemikiran para filsuf yunani, yakni di zaman plato dan aristoteles. Mereka memperdebatkan
permasalahan bagaimana manusia mendapatkan pengetahuan. Namun pada saat itu belum ada
dikenal istilah ideology, atau mungkin bisa jadi kalau kita melihat ideologi secara awal berpikirnya
manusia, maka akar ideology ini ada sejak manusia itu di ciptakan oleh Allah swt. Tapi ini akan
memakan waktu banyak untuk membahasnya.

Pada zaman Det Tracy ini telah ada istilah penggunaan ideology dalam arti positif dan negative.
Tokoh yang menggunakan istilah positif dalam ideology adalah De Tracy sendiri, sedangkan tokoh

materi persiapan PPD-B 23


yang memandang ideology secara negative adalah Napoleon Bonaparte (1769 – 1821).

Dalam hal positif menurut De Tracy, ideology dapat memberikan pencerahan dan dapat
memperbaiki manusia untuk menunjukkan ide-ide mana yang salah, dan dapat mengembangkan
system pendidikan sekuler yang bisa menghasilkan mnusia yang lebih baik.[5] Sedangkan dalam
sudut pandang negative Napoleon menyatakan bahwa ideology ini di gunakan untuk mendukung
kepercayaan yang cocok dengan kepentingan mereka yang memiliki keinginan itu.[6]

Memahami ideologi

Ideology ini terdiri dari dua suku kata yaitu, ideo dan logi, ideo artinya pemikiran, gagasan, atau
konsep, sedangkan logi artinya logika, ilmu, atau pengetahuan., berdasarkan kedua hal ini dapat
kita definisikan sebagai ilmu tentang keyakinan dan atau cita-cita.[7] Sebenarnya pengertian dari
ideology ini banyak macamnya, karena setiap orang terutama para filosof atau pun ideolog itu
sendiri memiliki pemahaman yang berbeda-beda terhadap definisi ideology. Dalam memahami
pengertian dari ideology ini kita dapat menggunakan 3 pendekatan, yaitu

Ø Pendekatan melalui aliran pemikiran manusia tentang bagaimana dan dari mana manusia
mendapatkan pengetahuan.

Ø Pendekatan melalui apa yang menjadi ranah dari ideology.

Ø Pendekatan historis berdasarkan kronologi pencetusnya.[8]

Penjelasan

Untuk pendekatan yang pertama ini tentang bagaimana dan dari mana manusia mendapatkan
pengetahuan, terbagi ke dalam tiga aliran, yaitu

a) Aliran rasionalis-idealis, dalam aliran ini di katakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia ini
bersifat maya dan fana. Segala sesuatu yang ada di dunia ini merupakan cerminan dari dunia idea.
Hal-hal yang sifatnya sempurna sebenarnya ada pada dunia idea. Manusia pada hakekatnya sudah
mengetahui hal-hal yang ada pada dunia idea, karena ia memiliki jiwa. Akan tetapi jiwa ini terjebak
ke dalam badan yang bersifat fisik. Untuk menemukan kebenaran manusia harus menggali
pengetahuan yang ada dalam dirinya (jiwa) dengan. Karena sesuatu yang ada itu hanya dalam
dunia ide saja. Tujuan dari konsep berpikir seperti ini adalah untuk mencari kebenaran sejati yang
ada di dalam dunia idea. Kebenaran sejati itu merupakan pandangan subjektif dari sesorang
berdasarkan keyakinannya. Dapat disimpulkan bahwa ideology menurut pandangan ini adalah cara

materi persiapan PPD-B 24


berpikir manusia untuk mendapatkan dan menemukan nilai-nilai yang di percayai dapat
membantu manusia dalam menjalani kehidupannya melalui proses penemuan jiwa. Tokoh awal
yang mencanangkan pemikiran seperti ini adalah Plato, filosuf asal Yunani yang hidup pada abad
ke 3 SM.

b) Aliran empiris-realis, menurut aliran ini jiwa dan badan manusia merupakan satu kesatuan yang
tidak dapat di pisahkan. Manusia didalam mendapatkan pengetahuan berdasarkan hal-hal yang
bersifat nyata (hal yang dapat di inderai). Sesuatu yang ada itu sebenarnya ada dalam dunia yang
terinderai ini, bukan dalam dunia idea. Pengetahuan didapat dengan di awali dari indera kemudian
di kirim kepada akal yang kemudian mengolahnya dengan logika, untuk menghukumi benar apa
salahnya suatu pengetahuan. Artinya ide itu dibentuk oleh apa yang di dapat oleh indera kita baik
itu penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan pengecap. Dengan melihat cara berpikir
seperti ini dapat di katakan bahwa, ideology adalah cara berpikir manusia untuk mendapatkan
pengetahuan dengan cara inderawi yang kemudian di proses melalui logika untuk menghukumi
pengetahuan atau kebenaran tersebut, yang kemudian pengetahuan yang didapat tersebut di
gunakan dalam menjalani kehidupan manusia. Tokoh utama dari aliran ini adalah murid dari Plato,
yakni Aristoteles (384-322 SM).Pendekatan apa yang menjadi ranah ideology ini, melihat ideology
sebagai kajian dalam bentuk kekuasaan-posisi sosial, sadar-ketidak sadaran, bahasa dan
komunikasi.[10] Didalam pembagian ranah ideology ini kita dapat mengambil beberapa pemikiran
tokoh, diantaranya adalah :

a) Sigmund Freud (1856-1939), yang mana ia berpendapat bahwa ideology bersumber pada
ketidak sadaran manusia. Freud berasumsi bahwa psikis manusia terbagi menjadi wilayah
kesadaran dan ketidak sadaran, serta memandang bahwa wilayah ketidak sadaran manusia lebih
banyak mempengaruhi tingkah laku dan kepribadian manusia, di bandingkan pengaruh dari
kesadaran diri manusia. Pandangan ini berdasarkan adanya tingkah laku manusia yang tidak
didasari motif, seringkali manusia bergerak berdasarkan atas naluri (instink) atau nafsu, tanpa di
dasari oleh alasan yang rasional.

b) Louis Althuser (1918-1990). Ideology menurut tokoh ini sudah tertanam pada diri manusia
secara tidak disadari. Ia memandang melalui aspek strukturalisme, dimana manusia dari sejak lahir
sudah di pengaruhi oleh struktur yang ada di sekitarnya, mulai dari struktur keluarga sampai
dengan struktur Negara, termasuk diantaranya pendidikan dari Negara. Manusia memandang
realitas berdasarkan pemahaman struktur yang telah mempengaruhinya, bukan berdasarkan apa
yang ada pada realitas tersebut. Inilah yang disebut sebagai kesadaran palsu.

c) Karl Marx (1818-1883),ideology menurutnya juga dalah kesadaran palsu. Hal ini terjadi di
karenakan adanya kesalahan manusia dalam menerima
materi persiapan PPD-B 25
pengetahuan dari lingkungannya. Kesalahan menerima pengetahuan ini dikarenakan tidak
mengikuti hukum logika dalam menerima pengetahuan, yang kemudian mengakibatkan
terbentuknya ide yang salah pula.

d) Georg Lukacs, ia merupakan tokoh aliran Marxis juga, ia memandang bahwa ideology sebagai
kesadaran palsu itu tidak benar. Karena ideology dapat membebaskan manusia dari belenggu
penindasan, misalkan adanya kesadaran kelas buruh. Ideology memiliki pengaruh positif ketika
ideology tersebut dapat memberi pengaruh pada prilaku dan membantu mengembangkan
hidupnya. Lukacs memandang ideology berisi sekumpulan pegetahuan yang di percaya oleh suatu
kelas.

e) Pierre Bourdieu (1930- ), tokoh ini memandang bahwa ideology erat kaitannya dengan
kekuasaan atau posisi sosial seseorang dalam masyarakat.. Dalam hal ini ia menggunakan istilah
doxa, yaitu pengetahuan-pengetahuan yang diterima begitu saja, sebagai ganti istilah ideology.
Sesorang menyebarkan pengetahuan-pengetahuan yang seolah-olah universal dan alamiah yang
mana nantinya dapat mempertahankan posisi sosialnya di dalam masyarakat.

f) V.N. Voloshinov, dianggap sebagai tokoh yang pertama kali mengkaji ideologi dari aspek
linguistic. Bahasa-bahasa yang ada merupakan ranah dari ideology itu sendiri. Ia mendefinisikan
ideology sebagai perjuangan dari kepentingan sosial yang bertentangan pada tingkatan tanda.

Pendekatan historis berdasarkan kronologis pencetusnya. Pendekatan ini lebih melihat pembagian
kelompok pencetus ideology mulai dari dan sebelum marxis.[11] Marx di anggap memiliki peran
penting didalam mengkaji ideology secara luas, sehingga ia dapat dijadikan patokan didalam
mendekati ideology.

Didalam memahami ideology kita harus membedakannya dengan ilmu dan filsafat. Terdapat
perbedaan yang cukup signifikan antara ketiga hal ini. Perbedaannya dapat kita lihat, yaitu : Ilmu
adalah hasil pemikiran manusia tentang alam yang bersifat fisik. Ilmu itu belum tentu dapat
merubah pikiran dan sikap orang yang ahli dalam ilmu tersebut.

Filsafat dapat didefinisikan sebagai suatu usaha pencarian ke arah pemahaman terhadap sesuatu
yang bersifat umum dan belum diketahui, dimana tidak terjangkau oleh ilmu, seperti mengenai
nasib manusia, makna eksistensi, hakekat kehidupan manusia, tujuan penciptaan manusia dan
alam semesta, baik itu posisi atau statusnya.[12]

Ideology dapat kita definisikan sebagai ilmu tentang ide yang kemudian menyakininya. Dalam hal
ini ideology memiliki tiga tahap yaitu : tahap pertama cara kita melihat dan menangkap alam

materi persiapan PPD-B 26


semesta, eksistensi, dan manusia. Tahap kedua terdiri dari cara khusus dalam kita memahami dan
menilai semua benda dan gagsan atau ide-ide yang membentuk lingkungan sosial dan mental kita.
Tahap ketiga mencakup usulan-usulan, metode-metode berbagai pendekatan dan keinginan-
keinginan yang kita manfaatkan untuk merubah status quo yang kita tidak puas. Ideology
menuntut sesorang untuk memihak.[13]

Cara menilai suatu ideologi :

Ø Dapat di buktikan dan diungkapkan secara logis.

Ø Memberikan makna pada kehidupan dan menghapus gagasan yang tak ada artinya pada pikiran

Ø Membangkitkan semangat

Ø Mampu menyucikan tujuan manusia dan tujuan sosial

Ø Membuat manusia bertanggung jawab.

Strategi penyebaran ideology

Menurut John B Thomson seperti apa yang dikutip oleh Bagus Takwin dalam bukunya akar-akar
ideology, menyatakan bahwa ada 5 modus operandi dan strategi penyebaran ideology, yaitu :

1) Legitimasi, menurut Max Weber hubungan dominasi yang dibentuk dan dipertahankan harus
memiliki legitimasi, dalam arti memiliki kesan bahwa hubungan dominasi secara sosial tersebut
harus di pandang sebagai sesuatu yang baik dan layak di dukung. Penilaiannya bisa didasari oleh
aspek hukum, politk, moral, religius, budaya atau keseluruhan aspek tersebut. Strategi-strateginya
mencakup :

a) Rasionalisasi, yaitu strategi konstruksi simbolikyang membentuk serangkaian penalaran yang


cenderung mempertahankan atau membenarkan sebuah hubungan sosial atau lembaga sehingga
dapat mempengaruhi orang lain untuk mendukungnya.

b) Universalisasi, yaitu strategi konstruksi yang berusaha menjadikan susunan kelembagaan yang
melayani interst sekelompok orang sebagi sesuatu yang seolah-olah melayani interest semua
orang. Susunan kelembagaan ini ditampilkan terbuka bagi semua orang yang memiliki kemampuan
dan keinginan berhasil didalamnya.

c) Narativisasi, strategi konstruksi untuk menghasilkan klaim-klaim akan legitimasi di dalam


kerangka cerita/narasi yang didalamnya masa lalu dan masa kini di tampilkan seolah-

materi persiapan PPD-B 27


olah bagian dari tradisi yang abadi dan agung. Tradisi-tradisi ini sering kali di ciptakan untuk
membentuk sense of belonging dalam komunitas dan sejarah bersama sehingga mengatasi dan
melampaui pengalaman konflik, perbedaan, dan perpecahan.

2). Disimulasi merupakan usaha untuk mendistorsi atau mengubah realitas dengan cara
mengaburkan, menyembunyikan, menutup-nutupi realitas atau memberi pemaknaan lain bagi
realitas. Perbuatan ini dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mengalihkan perhatian dari kondisi
yang sesungguhnya. Perbuatan inidapat di capai dengan strategi:

a) Pemindahan, strategi untuk mengalihkan perhatian dari satu objek ke objek lainnya, sehingga
konotasi negative atau positifnya yang ada pada objek pertama beralih pada objek kedua. Objek
merupakan segala sesuatu yang dapat dipersepsikan manusia dalam kenyataan.

b) Penghalusan, dengan strategi ini membuat sesuatu yang buruk di perhalus sedemikian rupa
sehingga kesan negatifnya hilang berganti dengan kesan yang positif.

c) Trope, strategi dengan menggunakan bahasa figurative, seperti sinekdok (pergeseran semantic
antara bagian dengan keseluruhan), metonimi (penggunaan bentuk simbolik yang mewakili
karakteristik dari suatu hal untuk memaknai hal itu sendiri) dan metafora (penerapan suatu bentuk
simbolik pada suatu obyek atau tindakan). Bentuk-bentuk ini di tampilakan sedemikian rupa
sehingga menampilkan kesan positif yang baik, dan negatifnya menjadi tertutupi.

3) Unifikasi merupakan usaha untuk menyatukan proses dan hasil pemaknaan terhadap realitas.
Hubungan dominasi dapat dibentuk dengan cara membentuk suatu kesatuan pada tingkat simbolik
(kesatuan pemahaman makna) dalam identitas kolektif, tanpa menghiraukan perbedaan dan
perpecahan yang ada. Strategi untuk menerapkan ini adalah

a) Standarisasi yaitu strategi yang kegiatannya terdiri dari usaha-usaha penyesuaian bentuk-bentuk
simbolik pada kerangka standar / baku yang dianggap milik bersama dan di pandang sebagai dasr
pertukaran simbolik.

b) Simbolisasi kesatuan, strategi yang berupa konstruksi simbol-simbol kesatuan, identitas kolektif,
dan identifikasi kolektif yang mengatasi kelompok atau pluralitas kelompok-kelompok.

4) Fragmentasi merupakan aktivitas memecah-mecah suatu hal menjadi beberapa bagian. Dalam
hal ini kelompok yang dominan dapat memecah individu-individu atau kelompok yang menentang
sehingga hubungan dominasi dapat di bentuk. Bentuk lain dari fragmentasi adalah mengarahkan
kekuatan dari kelompok oposisi ke sasaran yang di proyeksikan sebagai jahat, berbahaya, atau

materi persiapan PPD-B 28


mengancam. Strategi yang dapat di gunakan adalah:
a) Diferensiasi, strategi ini menekankan perbedaan antar individu atau antar kelompok serta
memusatkan pada karakteristik yang memecah belah mereka agar tidak menentang system sosial
yang ada.

b) Penolakan terhadap yang lain, strategi ini menggambarkan sebuah kelompok sebagai kelompok
yang jahat, mengancam, atau berbahaya sehingga individu-individu atau kelompok secara kolektif
melawan atau menolaknya. Strategi ini merupakan cara untuk menciptakan musuh bersama.

5) Reifikasi merupakan kegiatan yang merepresentasikan (menggambarkan) suatu kondisi yang


bersifat sementara sebagai kondisi yang bersifat permanent atau alamiah. Kegiatan ini dapat
dicapai dengan :

a) Naturalisasi, strategi konstruksi simbolik yang menggambarkan suatu kondisi histories dan sosial
sebagai kondisi alamiah atau hasil dari proses alamiah.

b) Eternalisasi, strategi konstruksi simbolik yang menghilangkan aspek histories dari suatu gejala
sosio-historis sehingga gejala itu dapat di gambarkan sebagai sesuatu yang permanent, tidak dapat
berubah dan selalu berulang.

c) Nominalisasi, strategi konstruksi simbolik dengan mengubah kalimat-kalimat atau bagian dari
kalimat yang merujuk pada tindakan atau individu-individu yang terlibat dalam tindakan menjadi
kata benda yang berkesan netral.

d) Pasifisasi, strategi konstruksi simbolik yang merubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif.
Nominalisasi dan pasifisasi merupakan strategi konstruksi simbolik yang menghilangakan tanggung
jawab sang pelaku tindakan dan merepresentasikan suatu proses dengan benda.

Modus dan strategi ini merupakan kegiatan yang saling mengisi antara yang satu dengan yang
lainnya (saling melengkapi). Strategi dan modus ini tidak bersifat baku dan konstruksi simboliknya
tidak bersifat permanent tergantung dari kondisi-kondisi yang di hadapi.

materi persiapan PPD-B 29


TEORI SOSIAL
Ilmu social dinamakan demikian, karena ilmu tersebut mengambil masyarakat atau
kehiduapan bersama sebagai objek yang dipelajari. Ilmu ilmu social belum memiliki kaidah dan
dalil yang tetap dimana oleh bagian yang terbesar masyarakat, oleh karena itu ilmu social belum
lama berkembang, sadangkan yang menjadi objeknya masyarakat terus berubah. Sifat masyarakat
terus berubah-ubah, hingga belum dapat diselidiki dianalisis secara tuntas hubungan antara unsure-
unsur dalam kehidupan masyarakat yang lebih mendalam. Lain halnya dengan ilmu pengetahuan
alam yang telah lama berkembang, sehingga telah memiliki kaidah dan dalil yang teratur dan
diterima oleh masyarakat, dikarenakan objeknya bukan manusia. Ilmu social yang masih muda
usianya, baru sampai pada tahap analisis dinamika artinya baru dalam datara tentang analisis dataran
masyarakat manusia yang bergerak. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar).

Ditengah kehidupan masyarakat, banyak sumber pengetahuan yang bersifat taken for
granted, sumber tanpa perlu diolah lagi tetapi diyakini akan membantu memahami realitas
kehidupan ini. Masyarakat dapat langsung begitu saja memakai pengetahuan taken for granted
tersebut sebagai sebuah pegangan yang diyakini benar atau berguna untuk meemmahami dunia
dimana ia hidup. Jenis pengetahuan tanpa diolah lagi tentu saja banyak dan tersebar, mulai dari
system keyakinan, tradisi agama, pandangan hidup ideology, paradigma dan juga teori, dan
termasuk didalamnya teori social. Dalam masyarakat intelektual, terutama dalam tradisi positivisme
lazim untuk mengambil sumber pengetahuan taken forr granted tersebut dari ranah paradigma dan
teori. Kendati demikian, teori sebenarnnya bukan hanya untuk kalangan intelektual atau kalangan
expert, mesti tidak sedikit yang berpandaangan hanya kalangan intelektual atau akademisi saja yang
membaca realitas social tidak dengan telanjang, melainkan dengan kacamata teori tertentu.
Memanga telah menjadi tradisi dikalangan intelektual dalam membaca realitas social dengan
menggunakan kacamata atau teori tertentu. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)

Dalam beberapa hal, teori ilmiah berbeda dengan asumsi-asumsi yang telah ada dalam
kehidupan sehari-hari dan secara tidak sadar telah dimiliki orang. Pengetahuan

materi persiapan PPD-B 30


yang dimiliki oleh seseorang dalam kehidupan sehari-hari dapat menjadi suatu teori yang
merupakan bagaian dari kegaitan ilmiah. Dalam memamasuki era pelahiran ini merupakan kajian
dari teori yang eksplisit, sehingga menjadi objektif, kritis, dan lebih abastrak dari pada yang
dilakasanakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pemebentukan teori tidak pernah muncul
dari awal, tidak mungkin bagi ahli teori social untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh
pengalaman social pribadinya, tau pengaruh dari pengalaman ini cara pandang dunia social. Proses
pembentukan teori berlandaskan pada images fundamenatal tertentu mengenai kenyataan social.
Gambaran tersebut dapat melingkupi asumsi filosofis, dasar mengenai sifat manusia dan
masyarakat, atau sekurang-kurangnya pandangan yang mengatakan bahwa keterturan tertentu akan
dapat diramalkan dalam dunia social. Teori ilmiah lebih menggunakan metodologi dan bersifat
empiris. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern)

Pengklasifikasian dalam ilmu social terdapat tiga perfektif besar yang berkembang selama
ini, yakni perfektif structural fungsional, structural konflik serta konstruksionisme. Ketiga aliran
tersebut masing-masing mengkritik dengan mematahkan proposisi, konsep maupun teori yang
ditawarkan satu sama lain. Namun kritik tersebut tidak dapat menggoyahkan hegemoni mereka
masing-masing dan ketiganya masih memiliki pengikut yang setia. Ketiga teori social tersebut,
merupakan upaya dalam memahami realitas kehidupan. Dengan teori social diharapkan orang dapat
menghimpunddan memaknai informasi secara sistematik bukan sja untuk menyumbang
pengembangan teori, tetapi ebih penting lagi untuk memecahkan persolan dan untuk tujuan
keberhasilan dalam mengarungi pergumulan kehidupan. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)

Micheal Root dalam philosophy of social science, membedakan jenis ilmu social, yakni ilmu
social yang bercorak liberal dan ilmu social bercorak perfeksionis. Ilmu social liberal dikarenakan ia
tidak berusaha mempromosikan suatu cita-cita social, nilai keajikan tertentu. Akar dari gagasan
liberal ialah liberalisme dalam politik. Peneliti dalam ilmu ini bersifat neutralisme, tetapi tidak
pernah terjadi dalam ilmu social. Lain halnya dengan ilmu social yang bercorak perfeksionis
berusaha mencari wahana dari cita-cita mengenai kebajikan, jadi dalam ilmi ini bersifat partisipan.
Ilmu social ini bersifat tidak bebas nilai, menghargai objek-objek ubjek yang diteliti dan bahkan
menjadikannya sebagai subjek. Data yang baik dalam pandangan cita-cita liberal merupakan yang
bebas dari muatan nilai, moral dan kebajikan objek penelitiannya, tetapi hal ini tidak akan pernah

materi persiapan PPD-B 31


terjadi walaupun dalam penelitiannya bekerja keras. Contoh dari ilmu osial perfeksiois marxisme
dan feminisme. Marxisme mencita-citakan masyarakat tanpa kelas, sedangkan feminisme
masyarakat tanpa eksploitasi seksual. Keduanya memiliki persamaan anti eksploitasi dan dominasi.
Selanjutnya Root mengusulka agar dalam cita-cita ilmu social liberal diganti dengan ilmu social
perfeksionis yang communitarian, yakni ilmui sosial yang memperhatikan nilai-nilai pada sebuah
objek penelitian, komunitas. Ilmu social communitarian adalah ilmu social jenis partisipatory
reseach, bukan ilmu osial empiris analitis dan bukan juga ilmu social terapan. (Kuntowijoyo,
Muslim Tanpa Masjid)

Paradigma Ilmu Sosial

Paradigma dapat didefinisikan bermacam-macam sesuai dengan sudut pandang masing-


masing orang. Ada yang menyatakan paradigma merupakan citra yang fundamental dari pokok
permasalahan suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan-
pernyataan yang seharusnya dikemukan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam
menafsirkan jawaban yang diperolehnya. Paradigma diibaratkan sebuah jendela tempat orang
mengamati dunia luar, tempat orang bertolak menjelajahi dunia dengan wawasannya (world view).
(Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Social). George Ritzer mendefisikan tentang
paradigma gambaran fundamental mengenai subjek ilmu pengetahuan. Ia memberikan batasan apa
yang harus dikaji, pertanyaan yang harus diajukan, bagaimana harus dijawab, dan aturan-aturan
yang harus diikuti dalam memahami jawaban yang diperoleh. Paradigma merupakan unit consensus
yang amat luas dalam ilmu pengetahuan dan dipakai untuk memalakukan pemilihan masyarakat
ilmu pengetahuan (sub-masyarakat) yang satu dengan masyarakat pengetahuan yang lain. Dengan
paradigma menjadikan suatu pengetahuan akan mendapatkan informasi teori yang dapat
mengkoordinasikan pengetahuan dan memberikannya makna. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)

Sebagai suatu konsep paradigma pertama kali dikenalkan oleh Thomas Kuhn dalam
karyanya the structure of scientific revolution, kemudian dipopulerkan oleh Robert Friedrichs
melalui bukuya socilology of sociology 1970. Tujuan utama dalam bukunya Kuhn; ia menentang
asumsi yang berlaku secara umum dikalangan ilmuan mengenai perkembangan ilmu pengetahuan.
Kalangan ilmuan pada umumnya berdiri bahwa perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi

materi persiapan PPD-B 32


secara komulatif. Kuhn menilai pandangan demikian merupakan mitos yang harus dihilangkan.
Sedangkan tesisnya bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bukan terjadi secara komulatif tetapi
secara revolusi. Perubahan yang utama dan penting dalam ilmu pengetahuan terjadi akibat dari
revolusi, bukan karena perkembangan secara komulatif. (George Ritzer, Sosiologi Ilmu
Pengetahuan Berparadigma Ganda).

Paradigama social mengacu pada orientasi perceptual dan kognitif yang dipakai oleh
masyarakat komunikatif untuk memahami dan menjelaskan aspek tertentu dalam kehidupan social.
Paradigma social terbatas pada pandangan dua hal; pertama, paradigma social yang hanya dimiliki
oleh kalangan terbatas dan tidak memlulu diterima oleh anggota masyarakat. Masyarakat yang
menerima paradigma ini masyarakat ilmiah, terciptanya komunikasi guna menciptakan paradigma
social. Kedua, paradigma sosial yang berlaku dalam aspek tertentu dari kehidupan dan bukan aspek
yang menyeluruh. Paradigma social lebih terbatas dalam ruang lingkung penerimaan dari pada
pandangan dunia yang berlaku, sebagai element dasar dari paradigma social merupakan pandangan
dunia baik dalam komponen dasar, keyakinan atau system keyakinan dan nilai-nilai yang terkait.
Sebagaimana dalam pandangan Stephen Cotgrove paradigma memberikan kerangka makna,
sehingga pengalaman memberikan makna dan dapat dipahami. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)

Ilmu Sosial Posivistik

Positivistic merupakan paradigma ilmu pengetahuan yang paling awal muncul dalam dunia
ilmu pengetahuan.keyakinan faham aliran ini pada ontology realisme yang menyatakan bahwa
realitas ada (exist) dlam kenyataan berjalan sesuai dengan hokum alam (natural lows). Upaya
penelitian untuk mengungkapkan kebenaran realitas yang ada, dan bagaimana sesungguhnya realitas
itu berjalan. Positivis muncul pada abad 19 yang dipelopori oleh Auguste Comte. Dalam pencapai
kebenaran maka harus menanyakan lagsung pada objek yang diteliti, dan objek dapat memberikan
jawaban langsung pada peneliti yang bersangkutan. Metodologi yang digunakan eksperiment
empiris atau metodologi yang lain agar temuan yang diperoleh benar-benar objektif dan
menggambarkan yang sebenar-benarnya. (Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Social).

materi persiapan PPD-B 33


Kaum positivistic mempercayai masyarakat merupakan bagian dari alam dan bahwa metode
penelitian empiris dapat dipergunakan untuk menemukan hukum-hukumnya. Comte mempercayai
penemuan dalam hukum-hukum alam akan membukakan batas-batas yang pasti yang melekat dalam
kenyataan social, dan ia menilai masyarakat bagaikan suatu kesatuan organic yang kenyataanya
lebih dari jumlah bagian yang saling tergantung, tetapi tidak mengerti kenyataan ini. Oleh karena
itu, metode penelitian empiris harus digunakan dalam kenyakinan bahwa masyarakat merupakan
suatu bagaian seperti halnya gejala fisik. Perkembangan ilmu tentang masyarakat bersifat ilmiah
sebagai puncak dari proses kemajuan intelektual yang logis sebagaimana ilmu-ilmu telah
melewatinya. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern)

Ilmu social positivistic digali dari beberapa pemikiran dari tokoh-tokohnya yakni Saint
Simon (Prancis), Auguste Comte (Prancis), Herbert Spencer (Inggris), Emile Durkheim (Prancis),
Vilfredo Pareto (Italia). Saint Simon menggunakan metodologi ilmu alam dalam membaca realitas
sosial masyarakat, ia mengatakan bahwa dalam mempelakjari masyarakat harus menyeluruh
dikarenakan gejala sosial saling berhubungan satu dengan yang lain dan sejarah perkembangan
masyarakat sebennarnya menunjukan suatu kesamaan. Ilmu pengetahuan bersifat positif yang
dicapai melalui metode pengamatan, eksperimentasi dan generalisasi sebagaimana digunakan dalam
ilmu alam. Semua sejarah perkembagan social selalui disertai kemajuan dalam ilmu pengetahuan
yang menggambarkan perkembangan masyarakat disertai dengan perkembangan cara berfikir
manusia. Cara berfikir manusia mulanya bersifat teologis, spekulatif tetapi kemudian berkembang
mendekati kenyataan bersifat konkreat, oleh karena itu bersikap positif dan ilmiah. August Comte.
Comte membagi sosiologi menjadi dua macam social dinamik dan social statis. Sosiologiu
merupakan social dinamik yang digambarkan dengan teori yang menggambarkan kemajuan dan
perkembangan masyarakat manusia. Comte menggambarkan bahwa sejarah umat manusia pada
dasarnya merupakan ditentukan oeh pertumbuhan dari pemikiran manusia dan ilmu social
merupakan haruslah merupakan hukum tentang perkembangan intelegensi manusia. Perkembangan
pemikiran manusia menurut Comte terbagi menjadi tiga macam teologi kerangka berfikirnya dalam
tingkat pemikirannya menganggap bahwa setiap gejala terjadi dan bergerak berada dibawa pengaruh
supra natural, metafisik dengan kerangka berfikir abstrak; menganggap bahwa alam semesta dan
segala isi diatur adanya gerak perubahan oleh hukum–hukum alam, dan ilmiah dengan kerangka

materi persiapan PPD-B 34


berfikir positivisktik yang beranggapan gejala alam dan isinya dapat dipahami dan diterangkan oleh
kenyataan-kenyataan objektif/positif. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori
Sosiologi).

Herbert Spencer. Menurut spencer bahwa objek dari ilmu social hubungan timbal balik dari
unsure-unsur masyarakat seperti pengaruh norma-norma tas kehidupan keluarga, hubungan antara
lembaga politik dan lembaga keagamaan. Unsure dalam masyarakat memiliki hubugan yang tetap
dan harmonis dan merupakan suatu integrasi. (Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar).
Spencer memiliki kepercayaan bahwa manusia bersifat merdeka, dan setiap individu dengan bebas
menggunakan adatnya, serta kebebasan itu harus tetap dijaga agar tidak dapat mengganggu
kebebasan yang lain. Ia juga menjelsakan tentang pentingnya lembaga social dalam membentuk
karakter individu, dan hubungan manusia dengan masyarakat merupakan proses dua jalur. Dimana
individu mempengaruhi masyarakat dan masyarakat mempengaruhi individu. Spencer dalam
memandang masyarakat mengunakan teori evolusi dari evolusi universal berubah menjadi evolusi
homogen tidak menentu menjadi evolusi hetrogen dan menentu. Masyarakat menurutnya
perkembangannya dari sederhana, menuju kompleks dan terspesialisasi. Ia dalam memandang
masyrakat menggunakan analogi organisme sebagaimana dalam ilmu biologi. Secara sederhana
menurut Spencer bahwa masyarakat dibentuk oleh individu. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah
Sejarah dan Teori Sosiologi).

Perbedaan pemikiran antara Comte dan Spencer tetapi saling melengkapi dalam tradisi ilmu
social yang bercorak positivistic, Comte dalam memandang masyarakat dengan cara menjelaskan
perkembangan ersepsi manusia, menekankan perlunya aktualisasi ide, dan Spencer menekankankan
perlunya aktualisasi benda. Comte berusaha menginterpretasikan genetic dari fenomena yang
membentuk alam dan Spencer menafsirkan genetic dari feomena yang membentuk alam. Comte
lebih bersifat subjektif sedangkan Spencer bersifat objektif. Spencer tidak hanya tertarik pada
perkembangan ide, tetapi mengembangkan ide pada perubahan korelatif dalam organisasi social,
tertib social struktur, maupun progress. Teori yang dimiliki oleh Spencer berupa analisa objektif
seperti untuk pertumbuhan, evousi linier, multilinier, tipe-tipe social, dan good society. Kemudian
pemikirannya diterjemahkan menjadi diferensisasi sebagai interelasi dan integrasi berbagai aspek
penting dalam system masyarakat. Ilmuwan social yang diajurkan oleh Spencer berusaha untuk

materi persiapan PPD-B 35


keluar dari bias dan sentimen tertentu. Ia ingin menggambarkan bahwa betapa upaya
mempertahankan ide dan kepentingan material cenderung mewarnai dan mendistorsikan persepsi
seseorang dalam memahami realitas sosial. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

Emile Durkheim. Titik tekan kajian Durkheim berlwanan dengan kajian dari Spencer bahw
individu dibentuk oleh masyarakat. Asumsi yang paling fundamental dalam pandangan Durkheim
gejala social yang riil dan mempengaruhi kesadaran individu serta prilakunya dan berbeda dari
karakteristik psikologi, biologi atau karakteristik individu yang lain. Gejala social atau fakta social
yang rii9l dapat dielajari dengan metode-metode empiric, yang memungkinkan tentang ilmu yang
membahas masyarakat dapat dikembangkan. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan
Modern). Jiwa suatu kelompok sangat mempengaruhi individu, ia mengatakan bahwa kesaaran
kolektif berbeda dengan kesadaran individu. Kata durkheim aturan yang berada diluar kontrak
memungkinkan diadakannya kontrak-kontrak social yang mengingkat kontrak dan menentukan sah
tidaknya suatu kontrak. Aturan yang diluar kontrak inilah yang dikatakan sebgai kesadaran kolektif.
Durkheim memberikan sifat yang ada pada kesadaran kolektif yakni exterior dan constraint, exterior
berada diluar individu yang masuk kedalam individu dalam erwujudan sebagai aturan moral, agama
dan yang lain. Sedangkan untuk constraint merupakan kesadaran yang bersifat memaksa. Kesadaran
kolektif merupakan consensus masyarakat yang mengatur hubungan social diantara masyarakat
yang bersangkutan. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi).

Kajian dalam ilmu social menurut Durkheim melakukan pembacaan terhadap realitas social
dengan cara makrao dengan menggunakan pendekatan fakta social. Fakta social suatu kenyataan
yang memiliki karakteristik khusus yakni mengandung tata cara bertindak berfikir dan merasakan
yang berada diluar individu yang ditamankan dengan kekuatan koersif. Fakta social merupakan cara
bertindak, yang memiliki cirri-ciri gejala empiric, yang terukur eksternal, menyebar dan menekan.
Kekuatan koersif merupakan kekuatan untuk menekan individu. Fakta social dapat dikaji melalui
data diluar pikiran manusia, studi yang trukur dan emirik merupakan koreksi terhadap Comte dan
Spencer. Fakta social merupakan kumpulan fakta individu, tetapi kemudian diungkapkan dalam
suatu angka social. Angka merupakan representasi individu yang berkumpul sehingga menjadi
plural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

materi persiapan PPD-B 36


Vilfredo Pareto. Menurut Pareto dalam ilmu social bahwa ia mengamati fakta-fakta atau
kenytaan secara objektif melalui penalaran logika. Observasi atau eksperimentasi terhadap fakta
tidak membutuhkan pra anggapan yang diwarnai suatu prasangka. Dalam logico experimental ada
dua elemen dasar yakni yang dinamakan logical reasoning dan observation of the fact. Teori social
yang ada selama ini bersifat dogmatis, metafisis, non logis, absolute dan bersifat moral saja.
Tindakan bagi Pareto merupakan didasarkan pada logis. Masyarakat baginya merupakan fenomena
ketergantungan, karena factor yang telah dibentuk oleh masyarakat factor yang saling bergantung
dan salaing mempengaruhi. Ilmu sosial baginya merupakan yang mempelajari uniformitas dalam
masyarakat. (Hotman M. Siahaan, Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). Pareto
mempercayai bahwa konsep ekulibrium sangat berguna dalam memahami kehidupan social yang
kompleks. Ia mencoba menjelaskan pertautan variable yang diyakini maisng-masing
menyumbangkan keseimbangan dalam masyarakat. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

Dalam ilmu social positivistic bersifat bebas nilai, objektif dan dalam perubahan yang terjadi
dalam masyarkat memandangnya pada evolusi social. Perubahan yang terjadi dengan evolusi
tersebut yang menekannkan pada ekulibrium ini, sehingga dalam ilmu social positivistic lebih
bersifat status quo dan tidak peka perubahan. Pandangan yang digunakan dalam ilmu ini
menggunakan pendekatan makro melihat realitas sosial dengan menggunakan system dan bagaiman
individu terbentuk oleh system sehingga bersifat deterministic. Asumsi dasar dalam ilmu sosial
positivistic memandang masyarakat bagaikan sebuah system organisme dimana satu yang lain
saling berkaitan dan terdiri dari berbagai macam struktur dan menjalankan fungsinya masing-
masing. Jika diturunkan dalam metodologi penelitian maka tujuan dari penelitian untuk menjelaskan
dan memaparkan tentang gejala social, penelitian harus objektif terukur, bebas nilai, dan peneliti
bersifat netral. Penelitian ini dapat digunakan untuk generalisasi terhadap persolan yang lain.
Metode penelitian merupakan penelitian kuantitatif, denan menggunakan pencarian ata melalui
angket dan kuosioner.

Ilmu Sosial Kontruktivisme

Paradigma konstruktivis dalam ilmu social merupakan sebagai kritik terhadap ilmu social
positivistic. Menurut paradigma ini, yang menyatakan bahwa realitas osial secara otologis memiliki

materi persiapan PPD-B 37


bentuk yang bermacam-macam merupakan konstruksi mental, berdasarkan pengalman social,
bersifat local dan spesifik dan tergantung pada orang yang melakukan. Realitas social yang diamati
seseorang tidak dapat digeneralisir pada semua orang yang biasa dilakukan oleh kaum positivistic.
Epistemologi antara pengamatan dan objek dalam aliran ini bersifat satu kesatuan, subjektif dan
merupakan hasil perpaduan interaksi antara keduanya. Aliran ini menggunakan metodologi
hermeneutic dan sialektis dalam proses mencapai kebenaran. Metode yang pertama kali dilakukan
melalui identifikasi kebenaran atau konstruksi pendapat orang-perorang, kemudian membandingkan
dan menyilangkan pendapat dari orang sehingga tercapai suatu konsensus tetang kebenaran yang
telah disepakati bersama. (Agus Salim, Teori dan Paradigma Penelitian Social).

Konstruktivis dapat ditelusuri dari pemikiran Weber yang menjadi ciri khas bahwa prilaku
manusia secara fundamental berbeda dengan prilaku alam. Manusia bertindak sebagai agen dalam
bertindak mengkunstuksi realias social. Cara konstruksi yang dilakukan kepada cara memahami
atau memberikan makna terhadap prilaku mereka sendiri. Oleh Karen aitu tuga ilmu social dalam
hal ini mengamati cara agen melakukan penafsiran, memberi makna terhadap realitas. Makna
berupa partisipan agen melakukan konstruk melalui proses partisipasi dalam kehidupan dimana ia
hidup. Dalam tradisi konstruktivis mereka ingin keluar motif dan alasan tindakan individual guna
memasuki ranah structural. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

Max Weber. Weber mengajukan bahwa dalam ilmu sosial yang dipakai menggunakan
oendekatan verstehende. Ia melihat ilmu social berusaha untuk memahami tindakan-tindakan social
dan menguraikannya dengan menerangkan sebab-sebab tindakan tersebut. Yang menjadi kajian
pokok dalam ilmu ini menurutnya bukanlah bentuk subtansial kehidupan masyarakat maupun nilai
objektif dari tindakan, melainkan semata-mata arti yang nyata dari tindakan perorangan yang timbul
dari alas an-alasan subjektif. Verstehende merupakan motode pendekatan yang berusaha untuk
mengerti makna yang mendasari dan mengintari peristiwa social histories. (Hotman M. Siahaan,
Pengantar Kearah Sejarah dan Teori Sosiologi). Weber melihat bahwa individu yang memberikan
pengaruh pada masyarakat tetapi dengan beberapa catatan, bahwa tindakan social individu
berhubungan dengan rasionalitas. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

materi persiapan PPD-B 38


Tindakan social yang dimaksudkan oleh Weber berupa tindakan yang nyata-nyata diarahkan
kepada orang lain. Juga dapat berupa tinakan yang bersifat ―membatin‖, tau bersifat subjektif yang
mengkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi tertentu. Dari pandangan dasar yang dimiliki
oleh Weber maka ia menganjurkan penelitiannya dalam bidang ilmu ini meliputi; tindakan manusia
yang mengandung makna, tindakan nyata bersifat subjektif dan membatin, tindakan pengaruh
positif dari situasi dan tindakan tu diarahkan kepada beberapa orang atau individu. Mempelajari
tindakan social dan ia menganjurkan lewat penafsiran dan pemahaman (interpretative
understanding). Peneliti menginterpretasikan tindakan si actor dalam artian mendasar dengan
maksud memahami motif tindakan si actor. Cara memahami motif tindakan actor Weber
memberikan dua cara, pertama melalui kesungguhan, mencoba mengenangkan dan menyelami
pengalaman actor. Peneliti menempatkan diri pada actor dan berusaha memahai sesuatu yang dipahi
oleh actor. Metode pemahaman yang ditawarkan oleh Weber bersifat pemberian penjelasan kausal
terhadap tindakan social manusia. (George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma
Ganda).

Perbedaan antara Weber dan Durkheim tentang kenyataan social. Bagi Durkheim bahwa
ilmu social mempelajari fakta social yang bersifat eksternal, memaksa individu. Kenyataan social
bagi Durkheim sebagai situasi yang mengtasi individu berada dalam suatu tingkatan yang bebas.
Sedangkan bagi Weber keyataan social merupakan sesuatu yang didasarkan pada motivasi individu
dan tindakan-tindakan social. Durkheim memiliki pndangan berhubungan dengan realisme social,
melihat masyarakat sebagai sautan yang riil, berada secara terlepas dari individu yang kemudian
masuk didalamnya menurut prinsip-prinsip yang khas, tidak mencerminkan individu-individu yang
sadar. Teori ini membandingkan masyarakat sebagai bentuk organis biologis dalam artian dalam
menilai masyarakat merupakan suatu kenyataan yang lenih dari sekedar jumlah bagiannya.
Sedangkan Weber berposisi nominalis, dengan artian bahwa individu yang riil secara objektif, dan
masayarakat merupakan suatu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu. Analisis Weber
dalam memandang individu merupakan suatu yang ekstrim, dan ia mengakui bahwa dinamika
sejarah merupakan besar dan pengaruhnya terhadap individu. Pandangan Weber bersifat subjekif

materi persiapan PPD-B 39


dan tujuannya untuk masuk kedalam arti subjektif yang berhungan dengan kategori interaksi
manusia. (Doyle Paul Jonshon, Teori Sosiologi Klasik dan Modern).

Pemikiran Weber dari tindakan social dan metode verstehende berkembang dibawa oleh
beberapa ilmuan menjadi tradisi konstruktivisme. Tradisi ini dikembangkan oleh Peter L. Berger
dan Thomas Luckman, mereka berangkat dari manusia mengkonstruksi realitas social dari perfektif
subjektif dapat berubah menjadi objektif. Proses konstruk mulai pembiasaan tindakan yang
memungkinkan actor-aktor mengetahui tindakan itu berulang-ulang dan memberikan keteraturan.
Hubungan individu dengan institusi bersifat dialektik yang berisi tiga momen yakni,‖masyarakat
merupakan produk manusia, masyarakat merupakan realitas objektif, manusia produk masyarakat‖.
Bahwa makna-makna umum dimiliki bersama dan diterima dilihat sebagai dasar dari organisasi
social. Konstruksi social berusaha menyeimbangkan struktur masyarakat dengan individu.
(Zainuddin Maliki, Narasi Agung).

Aliran konstruktivis merupakan respon terhadap positivistic dan memiliki sifat yang sama
dengan positivistic, sedangkan yang membedakan objek kajiannya sebagai star awal dalam
memandang realitas social. Positivistic berangkan dari system dan struktur social sedangakan
konstruktivis berangkat dari subjek yang bermakna dan memberikan makna dalam realitas sosial.
Jika mau diturunkan dalam metodologi penelitian menjadi tujuan ilmu social ini memahami realitas
social, ilmu bersifat neutral dan bebas nilai. Asumsi dasar yang digunakan bahwa manusia sebagai
mahluk yang berkesadaran. Penelitian yang dipakai merupakan penelitian kualitatif dengan metode
pencarian data dengan wawancara dan observasi. Dalam memandang masyarakat merupakan
realitas yang beragam dan memiliki keunikatan tersendiri, sehingga dari hasil penelitian yang
didapatkan tidak boleh untuk menggeneralkan pada objek yang lain.

Ilmu Sosial Kritis

Ilmu social kritis tidak dapat dilepaskan dari pemikiran filosof kontemporer di Jerman yang
mencoba mengembangkan teori Marxian guna memecahkan persolan yang dihadapi sekarang. Teori
social ini merupakan upaya pengkrtisan terhadap the father dari filsafat Jerman dan mengkritisi
pemikiran Marx yang telah menjadi ideology bukannya ilmu. Marx yang telah menjadi ideology

materi persiapan PPD-B 40


dapat dilihat pada Negara komunis sehingga ajaran Marx membatu dan tidak besifat transformative.
Secara garis besar Mazhab Frankfurt dalam kelahirannya upaya mengkritisi pemikiran ilmu social
yang selama ini dan realitas sekarang. Ritzer mencoba memetakan tentang sasaran kritik para
pemikir dari mazhab Frankfurt yakni ada lima macam, pertama kritik terhadap dominasi ekonomi,
kritik terhadap sosiologi pada intinya mengatakan bahwa sosiologi bukanlah sekedar ilmu atau
metode sendiri tetapi harus dapat mentransformasikan struktur social dan membantu manusia keluar
dari tekanan struktur, kritik filsafat positivistic yang memandang manusia sebagai objek (alam) dan
tidak tanggap terhadap perubahan, kritik terhadap masyarakat modern yang telah dikuasai oleh
revolusi budaya, kritik budaya (birokrasi) yang menyebabkan masyarakat dibatasi oleh mekanisme
adminitrasi, dan melahirkan budaya semu yang melahirkan represifitas struktur yang melumpuhkan
manusia.

Munculnya pemikiran Mazhab Frankfurt merupakan melwan krisis pada waktu saat itu, ia
kecewa terhadap pengaruh filsafat positivistic yang melahirkan perfektif objektivistik dan
pengaruhnya masuk kedalam seluru disiplin ilmu pengetahuan. Bagi mereka, dengan pemikiran
yang telah diiajukan oleh positivistic telah melahirkan wawasan dan cara pemikiran jangka pendek.
Kenyakinan positivisme telah menimbulkan krisis, oleh akrena itu ia menawarkan pemikiran
alternative ―teri kritis‖. Akar pemikiran Mazhab ini dapat ditelusuri dari Marx, Hegel yang telah
membrikan banyak ilustrasi dan memberikan pencerahan. Analisis yang digunakan frankfutr
menggunakan dua proporsi yang utama. Pertama pemikirn seseorang merupakan produks
masyarakat dimana ia hidup. Pemikiran manusia terbentuk secara social, maka tidak mungkin orang
mencapai pengetahuan dan kesimpulan objektif, bebas dari pengaruh perkembangan zaman dan
pola-pola konseptual yang ada dimana manusia hidup. Kedua, ilmuan dan intelektual tidak dapat
objektif, mencoba bersikap bebas nilai dalam membangaun perfektif pemikirannya. Seorang
intelektual harus kritis memahami prilaku masyarakat dan menjadi orientasi menjadikan orang
menyadari apa yang harus mereka kerjakan sesuai yang mereka inginkan dalam perubahan.
Pemikiran kritis menyadari bahwa pemikiran buklanlah sesuatu yang memiliki keunikan objektif,
mereka percaya bahwa di dunia pengetahuan terdapat kebenaran dan engetahuan yang riil.
Pendekatan ini yang mencoba membedakan mainstream pengetahuan positivis yang memisahkan
peran dan nilai dalam analisisnya. Positivisme yang mereka pakai lebih mengacu pada kajian

materi persiapan PPD-B 41


empiric terhadap hipotesis dan pengetahuan objektif. (Zainuddin Maliki, Narasi Agung)

Kata kunci kritik merupakan upaya untuk memahami dalam teori kritis, kritik dalam teori ini
merupakan mengupayakan suapaya teori bersifat emansipatoris tentang kebudayaan dan masyarakat
modern. Kritik-kritik mereka diupayakan dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat modern,
seperti seni, ekonomi, ilmu pengetahuan, politik dan kebudayaan yang telah diselubungi oleh
ideology yang telah menguntungkan pihak-pihak tertentu dan sekaligus mengasingkan manusia
dalam kehidupan masyarakat. Kata kritik berakar dalam tradisi filsafat itu sendiri dan kata tersebut
sudah dipakai sejak zaman pencerahan. Kritik merupakan refleksi diri atas rintangan-rintangan,
tekanan-tekanan dan kontradiksi yang menghambat proses pembentukan diri rasio dalam sejarah.
Kritik juga merupakan refleksi atas proses menjadi sadar atau refleksi tentang asal-usul tentang
kesadaran. Pada generasi pertama mereka melontarkan kritik terhadap saistisme atau positivisme
yang telah menghasilkan masyarakat yang irasional dan ideologis. Teori kritis mengupayakan
mengkaitkan rasio dan kehendak, riset dan nilai, pengetahuan dan kehidupan, teori dan praksis.
Teori kritis menurut Horkheimer memiliki emapat karakter, pertama teori ini bersifat histories
dengan artian diperkembangkan berdasarkan situasi masyarakat yang konreat dan berpijak
diatasnya. Teori ini merupakan kritik immanen terdapat yang nyata dan tidak manusiawi. Kedua,
teori kritis disusun berdasarkan dalam kesedaran keterlibatan histories para pemikirnya, dengan
maksud mereka menyadari bahwa teori ini dapat terjatuh pada dataran ideology. Misalkan dalam
teori tradisional menggatungkan keshahihannya dengan verifikasi empiris. Sedangkan untuk teori
ini menggantungkan pada evaluasi, kritik dan refleksi terhadap dirinya sendiri. Ketiga teori ini
memiliki kecurugaan terhadap masyarakat, dikarenkan dalam teori ini mengupayakan untuk
mengurai kedok ideology yang dipakai untuk menutupi ketimpangan dan kontradiksi dalam
masyarakat. Keempat, teori ini menguapakan teori dengan praksis, dengan maksud teori ini
mengupayakan untuk melakukan transformasi social dan dilakukan lewat praksis.

Teori kritis dalam mengkritik masyarakat modern dilakukan dengan dua cara; pertama,
menelusi akar-akar berfikir positivistic masyarkat modern dengan melakukan proses rasionalisasi
dalam masyrakat barat. Kedua, menunjukan cara berfikir positivistic yang telah mewujudkn dirinya
dalam ilmu pengetahuan dan teknologi yang berlaku sebagai ideology yang diterima sukarela oleh
masyarakat modern. Mereka ingin mengkritik masyarakat modern sebagai struktur yang telah

materi persiapan PPD-B 42


menindas, melainkan terlebih cara berfikir positivistiklah yang menjadi ideology dan mitos.
Rasionalitas pada zaman ini berfungsi sebagai ideology dan dominasi, dan menjadikan cara berfikir
saitis telah membeku menjadi ideology atau mitos. Ilmu pengetahuan dan teknologi bukan
mengamdi kepada manusia melainkan manusia yang mengabdi kepada ilmu pengetuan dan
teknologi. Menurut mazab ini manusia sekarang tidak ditindas oleh manusia yang lain tetapi
ditindas oleh system teknologi mencengkram segenap alamiah dan social manusia. Apa yang meeka
sebut iu merupakan rasional teknologis, merupakan karakter dari zaman rasional sekarang ini. Pada
genrasi pertama mereka mengalami jalan buntu dikarenakn mereka tidak dapat menemukan jalan
keluar dari masyarakat yang mereka kritik. Pada teori kritis pertama konsep praksis merupakan
kerja dalam pandangan Marxian. Praksis emansipatoris yang mereka lakukan dapat menimbulkan
perbudakan baru karena emansipasi penguasaan baru. Oleh karena itu Habermas sebgai generasi
kedua menawarkan praksis kdisamaping praksis kerja. Hal tersebut dikarenakan komunikasi msih
ada kebebasan sehingga masih ada tempat bagi rasio kritis. Degan ide komuikasi Habermas
mengtasi positivisme dengan menunjukan kjeterkaitan antara teori dan praktik. Praksis kerja dan
komunikasi merupakan dua tindakan dasar manusia yang menentukan manusia sebgai spesies
bergerak dan hidup di dalam duania.

Pengetahuan dan prakis manusia dapat mengarahkan pengetahuan, pertama sebagai spesies
manusia memiliki kepentingan untuk mengontrol lingkungan eksternalnya melalui pranata-pranata
kerja dan kepentinganingin mewujudkan dirinya dalam pengetahuan informative yang secara
metodis disistematikan dalam ilmu empiris analitis. Kedua, manusia memiliki kepentingan praksis
untuk menjalin pemahaman timbale balik melalui perantaraan bahasa dan kepentingan ini,
mewujudkan dirinya dalam pengetahuan interpretative dan sistematiskan metodis dalam ilmu social
histories-hermeneutis. Manusia memiki kepnetingan partisipatoris untuk membebskan diri dari
hambatan ideologis melalui perantaraan kekuasaan dan kepentingan ini mewujudkan dirinya dalam
pengethuan analitis yang disistematiskan ilmu social kritis. (Francisco Budi Hardiman, Kritik
Ideologi).

materi persiapan PPD-B 43


Matrik Ilmu Sosial Kritis

Parameter Dimensi kerja Dimensi komunikasi Dimensi


kekuasaan
Kepentingan Teknis Praktis Emansipatoris
Pengetahuan Informasi Interpretasi Analitis
Tindakan Tindakan-rasional- Tindakan Tindakan
bertujuan komunikatif revolusioner-
emansipatoris
Ungkapan Proposisi-proposisi Bahasa sehari-hari, Pembicaraan
lingustik deduktif nomologis language game, emansipatoris
(monologal) ungkapan-ungkapan
dialogal
Metodologi Empiris-analitis Historis-hermeneutis Refleksi-diri
Sistematika Ilmu empiris-analitis Ilmu histories- Ilmu-ilmu kritis
metodis (ilmu pengetahuan hermeneutis (ilmu-
alam) ilmu pengetahuan
social budaya)

Ilmu social kritis jika mau diderivasikan dalam metodologi penelitian, merupakan suatu ilmu
yang emansipatoris dan untuk melakukan transformasi social. Ilmu ini tidak bebas nilai, berfihak
kepada kemanusiaan dan melakukan pemberdayaan sehingga tercipta masyarakat yang berkeadilan.
Metode penelitain yang digunakan dengan penelitian kualitatif atapun kuantitatif yang penting
bukan memaparkan tentang realitas social yang terjadi tetapi melakukan perubahan guna tercipta
masyarakat yang berkeadilan. Data diperoleh dengan wawancara, observasi atapun dengan angket,
serta kuesioner guna melakukan pembacaan awal. Peneliti bersikap partisipatif dengan yang ditelitii
dan tidak ada jarak dan langsung memberikan penyadaran dan melakukan refleksi diri sesuai apa
yang telah dicita-citakannya.

Ilmu Sosial Profetik

Ilmu Social Profetik (ISP) merupakan tugas yang berat yang harus diemban agar dapat menjadikan
nilai-nilai Islam dapat diterima sehingga Islam sebagai rahmat. Secara kelahirannya ISP merupakan
suatu hasil dari pemikiran tokoh yang prihatin melihat realitas sekarang dan mencoba untuk
melakukan transformasi guna menciptakan yang lebih baik. ISP sebagai produks dari pemikiran
perlu mendapatkan pengkritisan sebagai sarana pembenahan baik segi teori ataupun metodologinya
sehingga ISP dapat sejajar dalam paradigma ilmu social yang lain. ISP selama ini, merupakan

materi persiapan PPD-B 44


suatu gerilya intelektual dan masih dimiliki oleh kalangan akdemisi tetapi hanya sekedar wacana
dan discausce. Pemahaman kalangan akademisi tentang ISP belum dapat disejajarkan paradigma
ilmu social yang lain. Pemahaman tersebut menjadikan akademisi kurang begitu serius, menjadikan
ilmu ini setara dan sejajar dengan paradigma ilmu social yang lain bercorak liberal ataupun yang
perfeksionis. Oleh karena itu, perlu adanya kajian yang lebih dalam tentang ISP guna dapat
merekonstruksinya, agar ISP dapat digunakan untuk melihat dan menyelesaikan problem social
yang selama ini terjadi. Untuk lebih jauh dapat dilihat pemikiran tokoh yang mencoba melontarkan
ISP sebagai alternative dalam teori social kontemporer.

Sebagaimana dalam sosiologi pengetahuan ISP sebagai produks dari pemikiran agar tidak
membeku, menjadi ideology dan menjadi mitos baru, maka perlu melakukan refleksi diri dan
evaluatif. ISP yang telah dilontarkan oleh Kuntowijoyo dalam kelahirannya tidak dapat dilepaskan
dari realitas yang terjadi pada saat itu. Secara sederhana kelahirannya ISP yang digagas oleh Kunto
dapat dipetakan menjadi dua macam; pertama interaksi Kunto dengan berbagai macam ilmu social
sehingga memunculkan respon atau terhadap ilmu social yang ada, dan tokoh yang memiliki
karakter transformative. Kedua, respon terhadap kondisi realitas (kerangka berfikir atau arus besar
pemikiran yang berkembang) sekarang dimana ISP dilontarkan.

Pertama, interaksi Kunto dengan berbagai macam ilmu social. Kunto merupakan sosok intelekual
yang senang membaca, hal ini dapat dilihat dari karya-karyanya yang berkaitan dengan teori
perubahan social ia sempat juga menggunakan teori social dari tokoh Marx, Weber, dan Durkheim.
Selanjutnya dalam melihat periodesasi perkembangan umat Islam Kunto menggunakan analisis dari
Comte. Setelah melalukan kajian terhadap ilmu social, ia mencoba memberikan respon ataupun
tanggapan terhadap yang ia kaji. ISP merupakan ilmu social alternative terhadap ilmu social yang
selama ini berkembang cenderung bercorak liberal dan logika positivistic. Sebagaimana dalam era
post modernis ilmu social saling berevolusi dalam dataran paradigmatic. Begitupula, dengan ISP
merupakan kritisi terhadap tiga ilmu social yang selama ini berkembang seperti ilmu social yang
bercorak posiivistik, konstruksionisme yang bercorak liberal dan ilmu social yang bercorak kritis
memiliki sifat perfeksionis.

materi persiapan PPD-B 45


Ilmu social positivistic, dimana dalam memandang masyarakat bagaikan sebuah system atau
struktur. Letak pengkritisian terhadap ilmu ini dalam emandang manusia tidak memiliki kebebasan,
individu bersifat deterministic, ilmu ini tidak megupayakan untuk melaklukan transformasi social,
tetapi ilmu ini lebih cenderung mempertahankan status quo. Ilmu social positivistic dipelopori oleh
Comte dan di kembangkan oleh Durkheim. Sedangkan untuk ilmu social konstruktivis dipelopori
oleh Weber, ilmu social konstruktivis sama dengan ilmu social positivistic ia bersifat liberal.
Sedangkan yang membedakan dari ilmu ini, menjelaskan dan memaparkan relaitas social itu
beragam dan memiliki keunikan tertentu sehingga tidak dapat digenaralkan. Dalam ilmu social
konstruktivis memandang manusia sebagai subjek yang bebas dan memiliki kesadaran dan
membentuk system. Sedangkan pengkritisian terhadap ilmu kritis yang bersifat perfeksionis, Kunto
memaparkan dengan meminjam analisisnya Micheal Root. Bahwa ilmu social yang bersifat
perfeksinis seperti aliran Marxian, Freudian, dan Feminisme jatuh dalam dataran ilmu yang
deterministic. Ilmu tersebut jatuh dalam dataran determinstik dikarenakan seperti Marxian
mengandung determinisme ekonomi, Freudian dalam determinisme biologis sedangkan feminisme
mengalami determinisme seksual. (Kuntowijoyo, Muslim Tanpa Masjid). Melihat ilmu social yang
berkembang di era sekarang maka ia menawarkan ISP sebagai ilmu yang serat nilai, berfihak dan
mengupayakan transformasi social, seperti ilmu social kritis yang telah digagas oleh Mazhab
Frankfurt yang telah dikembangkan oleh Jurgen Habermas.

Interakasi Kunto dengan tokoh-tokoh yang mempengaruhinya seperti Moeslim Abdurrahman,


Muhammad Iqbal dan Roger Garaudy. Moeslim Abdurrahman dengan pemikiran teologi
trasformatif, dalam hal ini Kunto lebih memilih ilmu social dari pada teologi. Hal tersebut
dikarenakan akan membingungkan dan kurang cocok diterjemahakan, bila menggunakan teologi
maka dapat memunculka teologi yang lain seperti teologi pembebasan, teologi lingkungan dan yang
lain. Sedangkan pemahan umat tentang permasalah teologi merupakan yang tetap tidak berubah,
oleh karena itu ia lebih memakai ilmu social. Lagian pula, teologi transformative yang digagas oleh
Moeslim Abdurrahman lebih tetapi diterjemahkan dalam ilmu social transformative. Pergatian dari
teologi dalam ilmu social, hal ini dikerenakan jika gagasan pembaharuan teologi agar agama diberi
tafsiran baru dalam rangka memahami realitas social, metode yang efektif yang dimaksud dalam
rangka mengelaborasi ajaran agama kedalam suatu teori social. Lingkup dari sasaran ilmu social

materi persiapan PPD-B 46


tersebut lebih dari rekayasa untuk transformasi social. Lingkup bukan dalam dataran permanent
seperti teologi, tetapi aspek yang temporal, empiris dan histories. Maka kunto lebih cenderung
menggunakan ilmu social ketimbang teologi. Kebutuhan yang dilakukan dalam trasformasi social
bukan saja perangkat yang bersifat objektif, tetapi melalui teori social dapat melakukan transformasi
bersifat objektif dan juga merupakan lahan garap yang bersifat empiris.

Interaksi Kunto dengan Muhammad Iqbal. Kunto mengambil kata profetik ia mendapatkan
gambaran tetang konsep kesadaran profetis yang dilontarkan oleh Iqbal dalam bukunya Membangun
Kembali Pemikiran Agama Islam. Muhammad Iqbal menggambarkan tentang mi‘rajnya Nabi Saw,
yang bertemu dengan Tuhan, seandainya nabi seorang mistikus atau sufi, ia pasti tidak akan kembali
karena sudah tentram dan tetang bersama-Nya. Tetapi ini lain, Nabi kembali ke bumi untuk
melakukan perubahan dalam rangka merubah sejarah melakukan transformasi profetik. Selanjutnya
kata profetik juga terinspirasi dari seorang Filosof Prancis Roger Garaudy dalam bukunya Janji-
Janji Islam, disana dipaparkan bahwa peradaban Barat tidak memuaskan dikarenakan terombang-
ambing dalam kedua kutub besar yakni idealisme dan materialisme. Filasafat barat (kritis) lahir
yang mempertanyakan bagaimana pengetahuan intu dimungkinkan , lalu ia mengusulkan agar
membalik pertanyaan agar bagaimana wahyu dimungkinkan. Dalam rngka untuk menghindari
kehancuran peradaban maka pilihan satu-satunya agar menggunakan kembali warisan Islam (filsafat
kenabian). Filasfat barat telah ―membunuh‖ Tuhan dan manusia, maka ia menganjurkan untuk
menggunakan filsafat kenabian dan mengakui wahyu sebagai salah satu dari sumber kebenaran.

Kedua, kondisi realitas sekarang. Realitas sekarang merupakan zaman post modernism.
Sebagaimana dalam tradisi modernism yang muncul dari abad pertengahan pada masa pencerahan
yang ditandai dengan lontaran dari seorang filosof Prancis Rene Descartes dengan semboyannya
catigo ego sum. Menurut Kunto dalam zaman pencerahan yang berkembang menjadi modernisme
terdapat dua ciri yang penting dan yang membedakan dengan era post modernism. Pada zaman
modern merupakan kerangka berfikir sekuleristik, memandang dengan differentiation (pemisahan)
dan terjadinya humanisme antroposentris. Kerangka pikir sekuleristik mencoba memisahkan dengan
tegas antara agama dengan ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, dan Negara. Modernisme yang
dikumandangkan humanisme antroposentris berkembang bukannya telah memberikan kemerdekaan
terhadap manusia tetapi sebaliknya, yang terjadi sampai sekarang adalah dehumanisasi.

materi persiapan PPD-B 47


Dehumanisasi dikarenakan manusia dengan menciptakan ilmu pengethuan dan teknologi yang
memiliki tujuan utama untuk mempermudah manusia, tetapi sekarang manusia terjebak oleh system
yang telah dibuat menjadikan manusia telah diperbudak oleh system dan teknologi itu. Sebagaimana
yang telah dikemukaka oleh Mazhab Frankfurt kerangka pikir modernisme menjadi rasional
teknokratis atau dalam bahasa Herbert Marcus menjadi manusia satu dimensi.

Realitas sekarang merupakan era post modernisme dimana dalam zaman ini merupakan kritik
terhadap modernism dan patologi yang dihadapinya. Post modernisme memiliki cirri yang penting
adalah de-differentiation. Post-modernism merupakan penyapaan kembali antara agama dan ilmu
pengethuan dan tidak berdiri sendiri atau terpisah. Agama sebagai ispirasi dan sumber nilai/etik dari
ilmu pengetahuan. Penyapaan terhadap agama dari ilmu pengetahuan ini yang mencoba melakukan
integrasi antara ilmu dengan agama guna menjawab problem modernitas dimana terjadinya
dehumanisasi dan kerusakan ekologi. Melihat era sekarang maka ISP memiliki peluang agar dapat
diterima sebagai salah satu disiplin ilmu dikarenakan ISP mencoba melakukan integrasi antara ilmu
pengetahuan dengan agama. Agama menjadikan nilai untuk melakukan transformasi social dan
pengintegrasian nilai-nilai agama dalam masyarakat sehingga betuk transformasinya pun ada arahan
kemana transformasi itu akan dibawa. Dengan ISP sebagai alat transformasi sedangkan bentuk
transformasinya merupakan transfomasi profetik guna mewujudkan Khoirul Umat.

Cita-cita dalam ISP merupakan jawaban dari ilmu social transformative dikarenakan dalam ISP
bukan saja menjelaskan bagaimana transformasinya tetapi untuk apa, oleh siapa dan diarahkan
kemana dalam transformasinya, sedangkan dalam ilmu social transformative memiliki jawaban
yang kurang jelas. ISP bukan hanya alat untuk melakukan transformasi tetapi diarahkan sesuai
dengan cita-cita dan etis profetis. Cita-cita profetis dalam ISP mrupakan apa yang telah diidamkan
oleh masyarakatnya. Cita-cita profetis diderivasi dari surat al Imran 110.

َ ُ‫ُوف َوتَ ْنهَ ْى َن َع ِه ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمن‬


ِ‫ىن بِالل‬ َ ‫اس تَأْ ُمر‬
ِ ‫ُون بِ ْال َم ْعر‬ ْ ‫ُكنتُ ْم َخ ْي َر أُ َّم ٍة أُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyeru kepada yang
ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah Swt” (QS. al Imran;
110).

materi persiapan PPD-B 48


Menurut Kunto ada empat hal yang tersirat dalam ayat tersebut; pertama merupakan konsep
umat yang terbaik, kedua aktivisme sejarah, ketiga pentingnya kesadaran, dan keempat etika
profetik. Pertama ٍ)‫ )خَ ْي َر أُ َّمة‬konsep umat yang terbaik bagi Islam merupakan mengerjakan ketiga hal
tersebut dalam ayat bukanlah sekedar hadiah dari Tuhan. Tetapi konsep umat yang terbaik ini

merupakan tantangan agar aktif dan bekerja keras dalam sejarah. Kedua )ِِ ‫ )أُ ْخ ِر َج ْت لِلنَّاس‬aktivisme
sejarah merupakan bentuk kerja keras ditengah umat manusia dan keterlibatan umat Islam dalam
menentukan sejarah. Sebagaimana dalam ajaran Islam yang menekankan bahwa Islam merupakan
agama amal, jadi pengetahuan yang didapatkan harus ditransformasikan bukan hanya untuk diri
tetapi untuk orang lain. Ketiga pentingnya kesadaran. Kesadaran dalam Islam merupakan bentuk
kesadaran yang berbeda dengan Marxisme. Bentuk kesadaran dalam Islam nilai-nilai Ilahiah
menjadi tumpuan dalam melakukan aktivisme sejarah. Kesadaran tersebut bersifat idependensi yang
bertumpu pada Tuhan bukan kepada struktur atapun kepada manusia. Kesadaran yang ditekankan
pada struktur atau individu menjadikan bentuk kesadaran dalam Marxisme maka yang terjadi
merupakan dalam bentuk individualisme, eksistensialisme, kapitalisme, dan liberalisme. Keempat
tetang etika profetik yang dapat dilakukan oleh siapa saja. Etika profetik merupakan pelaksanaan
ِ ‫ (تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬yang oleh Kunto diterjemahkan
secara integral dari )ِ ‫ُوف َوتَ ْنهَىْ نَ َع ِه ْال ُمن َك ِر َوتُ ْؤ ِمنُىنَ بِالل‬
menjadi; humanisasi, liberasi dan trasendensi.

Pilar ISP

ISP dalam pembacaan dan pengalisaan terhadap realitas social memiliki tiga ranah alat
pandang, dimana alat pandang tersebut saling berkaitan antara yang satu dengan yang lain tidak
dapat dipisahkan. Pilar ISP merupakan bagaimana ISP dihadapkan pada realitas empiris, sehingga
pendekatan yang digunakan oleh ISP pun bersifat empiris analitis dengan menghadapkan al Qur‘an
dengan realitas social seperti industrialisasi, kelas social dan permasalahan yang lain. Penelitian
yang dilakukan bersifat partisipatoris, grounded research. ISP memiliki iga pilar yag diderivasi dari
ِ ‫ تَأْ ُمرُونَ بِ ْال َم ْعر‬menjadi humanisasi, (2) َ‫َتَ ْنهَىْ ن‬
surat al Imron 110 yakni tafsirn kreatif dari Kunto (1) ‫ُوف‬

ِِ ‫ ع َِه ْال ُمن َكر‬menjadi liberasi, dan (3) ِِ ‫ َِ تُ ْؤ ِمنُىنَ بِالل‬menjadi trasendensi.

Humanisasi.merupakan semangat dari peradaban Barat yang percaya pada the idea of

materi persiapan PPD-B 49


progress, demokrasi, HAM, Liberalisme, kebebasan, kemanusiaan, kapitalisme dan selfshnees.
Humanisasi merupakan proses pemanusiaan manusia dalam bahasa agamanya mengembalikan
posisi manusia pada fitrahnya. Proses humanisasi merupakan jawaban dari patologi masyarakat
modern yang mengalami dehumanisasi yang diakibatkan oleh kemajuan teknologi dan informasi.
Manusia terjerat dengan teknologi sehingga manusia mengabdi untuk teknologi, bukannya teknologi
yang mengabdi kepada manusia. Manusia pada masyarakat modern dengan kerangka pikir rasional
teknokratis sehingga menjadi manusia satu dimensi, jatuh dalam dataran kehinaan dan
menghilangnya sisi atau dimensi manusia yang lain. Oleh karena, itu Kunto mencoba melakukan
humanisasi yang berdasar kepada agama, dimana merujuk iman dan amal soleh. Hal ini seperti
diungkapkan dalam surat at Tin ayat 5-6 bahwa manusia jatuh kedalam tempat keterhinaan, kecuali
orang-orang yang beriman dan beramal soleh. Pengembalian kemualiaan manusia yang terjatuh
pada kehinaan dengan mengembalikan manusia pada fitrahnya, sehingga dapat memenuhi semua
dimensi yang dimiliki oleh manusia. Pemenuhan semua dimensi yang ada pada manusia ini,
menjadikan posisi manusia tidak seperti masyarakat modern yang menafikan salah satu dimensi
yang ada pada manusia. Humanisme yang dilontarkan oleh ISP merupakan pengkritisian
humanisme barat (humanisme antroposentris), yang menyebabkan majuanya peradaban barat tetapi
sekarang mereka mengalami dehumanisasi. Humanisme yang ditwarkan oleh ISP humanisme yang
didasarkan pada agama jadi humanisme teo-antroposentris. Gagasan humanisasi tersebut
diterjemahkan dalam teori social menjadi ilmu social yang menggunakan pendekatan structural
fungsional. Gagasan structural fungsional ini yang telah dilontarkan oleh Kunto mencoba
menggabungkan teori fungsional dengan menggunakan pendekatan grounded research dalam
penelitiannya. Analisis yang digunakan oleh Kunto dalam karyanya memandang persolan
masyarakat menggunakan pendekatan makro atau struktur dan dalam humanisasi lebih cenderung
menggunakan teori social fungsional dan menggunakan pendekatan interpretative dalam
memandang manusia.

Liberasi. Liberasi dalam ISP selaras dengan berbagai teori social yang bercorak partisipatif
dan membawa etik tertentu, seperti prinsip sosialisme (marxisme, komunisme, teori ketergantungan
dan teologi pembebasan) yakni semua membawa pada liberation. Mereka mempercayai bahwa
perkembangan dapat dicapai dengan kebebasan. Libersi yang ditawarkan oleh ISP dalam dataran

materi persiapan PPD-B 50


ilmu buka dalam dataran ideologis. Liberasi yang ditawarkan oleh Kunto dalam ISP paling tidak
empat ranah seperti bidang ekonomi, social, budaya, dan politik dalam ranah system ilmu
pengetahuan. Liberasi system ilmu pengetahuan dapat membebaskan manusia dari system
pengahuan materialis, dominasi struktur misalkan kelas dan seks. Hal ini, Islam memandang
kesetaraan antara lak-laki dan perempuan. Libeasi dari system social budaya merupakan
transformasi social umat Islam yang berkembang dari masyarakat agraris menuju masyarakat
industri. Oleh karena itu, dalam transfomeasi tersebut diperlukan ilmu social yang bersifat
communitarian. Liberasi dalam ekonmi bagaimana menciptakan suatu system ekonomi yang
bercorak keadilan, hal ini dikarenakan adanya kesenjangan ekonomi. Penggagasan tentang keadilan
ekonomi merupakan nilai-nilai yang ada dalam ajaran Islam. Hal ini sebagaiman telah diungkapka
dalam al Qur‘an dalam surat al Hasyr; 7 ―supaya harta tidak hanya beredar diantara orang-orng yang
kaya diantara kamu‖, selanjutnya dalam surat al Zukhruf; 32 ―apakah mereka yang berhak
membagi-bagi rahmat Tuhanmu?‖. Liberalisme dalam politik membebaskan dari system
perpolitikan yang tidak adil dan terjadinya penindasan seperti system otoriterianisme, dictator dan
neofeodalisme. Liberasi dalam ISP ini dapat diterjemahka dalam ilmu social selaras dengan
pendekatan Marxisme. Hal ini dapat dilihat dari analisis yang telah digunakan oleh Kunto dalam
memandang tertentu seperti persolan kemiskinan ia lebih cenderung memakai Marxian, tetapi bukan
dalam dataran penghapusan kelas tetapi agar bagaimana tercita struktur yang berkeadilan.

Transendensi. Trasendensi dalam ISP merupakan menjiwai dari kedua unsure. Ia menjadi
prinsip dalam semua agama dan filsafat perennial. Trsendensi merupakan kunci beriman kepada
Allah, yang menjadi ruh alam humanisasi dan liberasi dalam melihat dan pengaplikasian dari ISP.
Menurut Erich Fromm jika tidak menerima otoritas Tuhan secara otomatis akan berdampak pada;
(1) relativisme penuh, dimana nilai dan norma sepenuhnya merupakan urusan pribadi. (2) nilai
tergantung pada masyarakat sehingga yang dominant akan menguasai. (3) nilai tergantung pada
kondisi biologis. Oleh karena itu, menurut Kunto agar umat Islam meletakan Allah sebagai
pemengang otoritas, Tuhan yang maha objektif. Trasendensi yang dimaksudkan oleh Kunto dalam
ISP merupakan penggunaan wahyu sebagai salah satu unsure dalam ilmu social. Pradigma wahyu
digunakan dalam ilmu social yang dilakukan oleh Kuno dengan melalui objektifikasi terhadap ayat-
ayat al Qur‘an agar kebenaran yang didalamnya dapat diterima oleh seluruh manusia. Objektifikasi

materi persiapan PPD-B 51


merupakan upya rasionalitas nilai yang diwujudkan dalam perbuatan rasional, sehingga orng laur
dapat menikmati tanpa harus menyetujui nilai asalnya. Melalui objektifikasi menjadikan Islam yang
bekerja secara aktif, sehingga menjadikan Islam sebagai rahmat bagi alam semesta dalam artian
Islam diturunkan sebagai rahmat kepada siapa pun tanpa memperhatikan warna kulit budaya dan
sebagainya. Objektifisikasi merupakan konkritisasi dalam kenyakinan internal, perbuatan ini dapat
objektif jika dapat dirasakan oleh non muslim sebagai suatu a natural atau wajar, tidak sebagai
perbuatan keagamaan. Kunto mencontohkan tentang objektifisakasi ayat al Qur‘an agar nilai-nilai
Islam dapat diterima oleh semua umat manusia. Misalkan ancaman Tuhan kepada orang Islam
sebagai orang yang mendustkan agama bila tidak memperhatikan kehidupan orang-orang miskin
dapat diobjektifkan dengan program IDT. Kesetiakawanan nasional adalah objektifikasi dari ajaran
tentang ukuwah. (Kutowjoyo, Identitas Politik Umat Islam).

ISP yang dilontarkan oleh Kunto diterjemahkan dari sifat ilmunya maka ISP bersifat
partisipatoris untuk melakukan perubahan dan sekaligus arah dari perubahan itu sendiri. Ilmu ini
serat dengan nilai-nilai, tidak status quo, dan berfihak kepada kemunisaan guna menciptakan khoirul
ummat. ISP ilmu dalam aliran yang perfeksionis dan bersifat communitarian. Dalam metodologi
penelitian ISP yang diharapkan penelitian lapangan dan langsung melakukan emansipasi guna
menciptakan keadilan. Cara pencarian data yang dilakukan IS dengan metode wawancara dan
observasi partisipatoris. ISP merupakan turunuan dari surat al Imran 110 menghasilkan tiga
paradigama guna mewujudkan masyarakat yang dicita-citakan. Tetapi masing-masing paradigama
dalam ISP yang dalam memandang masyarakat bersifat integral dan menyeluruh, jika diturunkan
dalam metodologi penelitian maka dapat berdiri sendiri tanpa adanya saling sapa. Kunto hanya
mencoba dalam analisis dengan menggunakan ketiga paradigama tersebut, tetapi ia terkadang dalam
melihat fenomena social cenderung dengan pendekatn Marxian kadang juga fungsional. Selanjutnya
dalam ilmu social yang bersifat partisipatoris ada rangkaian dalam menjalankan keseimbangan
antara teori dan praktek seperti dalam ilmu social kritis, dalam konsep praksisnya kerja dan
komunikasi. Jika mau ditarik kedalam ISP Kunto belujm sempat merumuskannya. Tetapi jika
ditelusuri dari berbagai karyanya ia mencoba mengintergrasikan ilmu social yag dari barat dengan
nilai-nilai Islam. Hal ini seperti urainnya Heru Nugroho dalam menanggapi ISP yang dilontarkan
oleh Kunto, ia mengatagorikan Hegelisme Religius. Serta yang membedakan konsep ISP dengan

materi persiapan PPD-B 52


ilmu social Kritis adalah trasendensi. Kunto juga dalam melihat slam merupakan agama amal,
bukannya teori saja tetapi harus diterapkan dalam masyarakat. Dari tujuan serta yang berada dalam
konsep ISP dapat dilihat konsep praksis dari ISP ada merupakan praksis kerja, komuniksi dan
praksis manusia sebagai mahluk Tuhan.

Praksis ISP dengan mendiologkan agama ini, dengan realiatas menjadikan agama berperan dan
mengupayakan untuk melakukan transformasi dengan didasari oleh nilai-nilai agama. Transfomasi
yang didasarkan oleh nilai-nilai agama menjadikan bentuk tranformasi serta arahannya jelas. Hal ini
dapat dilihat bentuk transfoemasi yang dilakukan oleh nabi Muhammad dan nabi Musa dalam
menghilangkan penindasan umatnya dari Fir‘an. Bentuk transformasi yang dilakukan menciptakan
masyarakat yang berkeadilan dan didasarkan dengan nilai-nilai Ilahiah sebagai sarana dan jalan
dalam rangka beribadah kepada Tuhan.

TEORI SOSIAL KLASIK

MATERIALISME SEJARAH.
(Kuliah ke 2 )

DARI KULIAH Prof Maswadi .

Ciri pemikiran Marx :Radikal artinya perubahan sosial bersifat menyeluruh,cepat dan
bersifat kekerasan (revolusioner ). Masyarakat Borjuis dan negara penuh kelemahan.
Liberalisme,kapitalisme dan demokrasi sebagai sumber kebobrokan masyarakat.
Menurut Marx faham liberalisme melindungi kerakusan yang mengakibatkan terhadap
penindasan. Cara menghilangkan penindasan dengan menghilangkan “hak milik pribadi”.
Karena hak milik inidigunakan sebagai alat penindasan.

Liberalisme dalam bidang politik menghasilkan demokrasi dalam bidang ekonomi


menghasilakan kapitalisme. Inti dari demokrasi adalah yang baik buat masyarkat
ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dalam Kapitalisme terjadi swastanisasi . Masyarakat
diganti dengan pasar bebas . Penguasa ekonomi adalah pemilik uang . Dalam hal ini
dicirikan bahwa masyarakat itu terdiri dari kelas menengah yang – rakus dan penuh
ambisi.

Flow of capitalism : Modal ---- Investasi ---- komoditas ---- profit .


Tujuan kapitalisme : Mengangkat mesyarakat banyak kepada kemakmuran dengan
menyediakan barang dan jasa. Jadi dalam pandangan kapitalisme ciri kemakmuran adalah
tersedianya barang dan jasa dan kemampuan mendapatkannya. Dengan tersedianya
barang – barang dalam jumlah yang banya akan lebih murah.Kemakmuran akan tepenuhi
oleh peran kaum swasta,sementara negara hanya
materi persiapan PPD-B 53
berfungsi sebagai pelindung. Kaum kapitalis melakukan investasi bukan karena sosial
value melainkan karena ingin mengambil keuntungan dari investasi yang ditanamkan

Beda Marx dengan Filosof lain adalah kalau Filosof lain meramalkan apa yang terjadi,bagi
Marx yang penting mrobahnya .

MATERIALISME SEJARAH.
Pengertian : Menurut Marx, sejarah umat manusia ditentukan oleh materi/benda dalam
bentuk alat produksi. Alat produksi ini untuk menguasai masyarakat. Alat produksi adalah
setiap alat yang menghasilkan komoditas. Komoditas diperlukan oleh masyarakat secara
sukarela. Bagi Marx fakta terpenting adalah materi Ekonomi. Makanya teori Marx ini juga
dikenal dengan determinisme ekonomi

Berdasarkan alat produksi Marx membagi perkembangan masyarakat menjadi 5:

Tahap I .

Masyarakat Agraris / primitif . Dalam masyarakat Agraris alat produksi berupa tanah.
Dalam masyarakat seperti ini penindasan akan terjadi antara pemilik alat produksi yaitu
pemilik tanah dengan penggarap tanah.

Tahap II.
Masyarakat budak. Dalam masyarakat seperti budak sebagai alat produksi tetapi dia tidak
memiliki alat produksi. Penindasan terjadi antara majikan dan budak.

Tahap III
Dalam masyrakat feodal ditentukan oleh kepemilikan tanah .

Tahap IV.
Masyarakat borjuis. Alat Produksi sebagai industri. Konflik terjadi antara kelas borjuis
dengan buruh. Perjuangan kelas adalah perjuangan antara borjuis dan proletar.

Tahap V.
Masyarakat komunis. Dalam masyarakat ini kelas proletar akan menang.

Sumbangan Marx kepada Liberalisme : Gagasan – gagasan Marx telah memberikan


inspirasi kepada kaum liberalis untuk mengurangi dampak buruk liberalisme.

Implikasi gagasan liberalisme di AS :

Partai Republik : dikenal juga sebagai partai konservatif . partai ini dikenal mempunyai
ppolicy yang lebih liberal dimana negara seharusnya sesedikit mungkin campur tangan
dalm persoalan swasta.

DARI BUKU MAGNIZ .

materi persiapan PPD-B 54


Materialisme sejarah adalah kerangka pemikiran Marx dalam memahami sejarah dan
masyarakat.

PRINSIP DASAR : Tesis utama materialisme sejarah adalah keadaan sosial ( fakta sosial )
menentukan kesadaran manusia ,bukan sebaliknya . Keadaan sosial atau fakta sosial
adalah pekerjaannya atau produksi materialnya . Keadaan manusia adalah cara manusia
menghasilkan sesuatu untuk hidup. Untuk memahami manusia tidak perlu memahami
bagaimana ia berfikir, meliankan memahami cara ia,hidup ,bekerja dan berproduksi. Orang
berfikir ditentukan oleh kepentingannya, kedudukannya dan cita –citanya. Yang semuanya
ditentukan oleh kelas sosialnya.

MATERIALISME SEJARAH

Marx mengkritik Hegel dalam memahami hubungan negara dan hukum.Menurutnya pola –
pola hubungan hukum termasuk bentuk negara harus difahami bukan dari pola – pola
hubungan tersebut, serta bukan dari perkembangan akal budi. Melainkan harus difahami
dari hal – hal yang berakr dalam kondisi – kondisi yang bersifat materiil dalam
kehidupan.(hal 22). Menurut Engel karya dalam materialisme sejarah membuktikan bahwa
betapa tidak lengkapnya pengetahuan kita tentang sejarah ekonomi pada saat itu.

Pemikiran –pemikiran materialisme Marx juga merupakan kritikan terhadap pemikiran


Feurbach yang dikatakannya a historis. Feurbach membuat manusia abstrak yang
mendahului masyarakat. Materialisme Feurbach hanya berhenti pada doktrin Filsafat yang
bersifat renungan. Feurbach gagal melihat bahwa kesalehan seseorang itu merupakan
produk dari masyarakat. Doktrin Feurbach tidak bisa menangani fakta . Padahal kegiatan
revolusioner merupakan tindakan manusia. Sang pendidik………….harus dididik.

Tesis –tesis Marx :

1) Keseluruhan yang disebut sejarah dunia adalah hasil ciptaan manusia, usaha manusia.
2) Marx tidak setuju dengan konsepsi “keterasingan “ dari para filosof Jerman yang
disebutnya terlalu abstrak. Keterasingan dalam pengertian Marx harus difahamai sebagai
fenomena sejarah,sehingga hanya bisa difahami dalam kerangka –kerangka sosial.
Keterasingan ini dimulai dari dari kepemilikan pribadi (prakondisi kapitalisme).
3) Dalam melihat masyarakat Marx telah meninggalkan filsafat dan beralih kepada
pendekatan sosial historis . Kapitalisme telah meninggalkan kelas :Pemilik modal dan
pekerja.
4) Marx mengemukakan teori praxis dalam revolusi. Menurutnya perubahan sosial bisa
menjadi kenyataan jika teori dan praktek bersatu.

Marx juga mengkritik fisafat Hegel yang disebutkannya sebagai agama yang dibawa
kepada manusia dan harus dikutuk karena konsepnya tentang keterasingan. Hegel
mengemukakn materialisme pasif (tafakur)

materi persiapan PPD-B 55


TEORI MATERIALIS .
Marx adalah seorang realis dalam mendefinisikan materialisme dan menentang konsep –
konsep abstrak yang dikemukakan Hegel dan Feurbach. Gagasan adalah produk manusia
dalam interaksinya antara indera dengan pengalaman. Kesadaran manusia timbul dalam
dialektika antara subjek dan objek. Objek dari dari kepastian indera diberikan lewat
perkembangan sosial. Sejarah merupakan perumusan ,penciptaan, ulang kebutuhan
manusia yang terus menerus . Sejarah adalah suatu proses dimana sebuah generasi
memanfaatkan bahan – bahan dan data –data yang diwariskan oleh generasi sebelumnya
baik secara tetap maupun dimodifikasi.

Sistem Pra Kelas.


Pada masyarakat suku pembagian kerja berdasarkan berdasarkan jenis kelamin. Laki –
laki pada awalnya bersifat komunal. Timbulnya individualisme karena terjadinya
perkembangan sejarah yang berasosiasi dengan pembegian kerja yang semakin rumit dan
terspesialisasi dan dibarengi dengan kemempuan memproduksi barang dan jasa dalam
bentuk masal. Manusia itu asalnya sebagai makhluk rumpun, makhluk suku.
Individualisme merupakan perkembangan sejarah. Termasuk pemilikan itu pada awalnya
bersifat komunal. Perkembangan dan spesialisasi muncul karena adanya sistem
pertukaran . Karena bentuk perttukaran ini semakin rumit muncullah bentuk uang..

Pandangan Marx tentang masyarakat timur/ masyarakt Asia. Masyarakat Timur / Asia
sangat tahan terhadap perobahan . tidak terlalu tergantung pada lembaga pemerintah
melainkan swasembada. Masyarakat timur berkembang dengan pola masyarakat lama
yang dicirikan dengan tidak adanya pemilikan tanah. Berbeda dengan masyarakat Roma
yang mempunyai koonsep pemilikan tanah yang mendorong terhadap nafsu ekspansionis.
Dalam masyarakat timur seseorang hanya sebagai pengelola tanah yang sebagian
hasilnya diserahkan sebagai upeti.

Sifat ketiadaan kepemilikan ini membatasi pertumbuhan kota di masyarakat Timur (India
dan Cina )yang ini berbeda dengan masyarakat Roma dan Yunani dimana pertumbuhan
kota menjadi inti. Pembagian kota dan desa ini memulai suatu tahapan historis tentang
kapitalisme. Di kota ini mula dikenal konsep kepemilikan ,tenaga kerja dan pertukaran.

Dunia kuno .
Munculnya kelas penguasa akibat dari kepemilikan tanah di pedesaan. Pada tahap akhir,
republik Roma berdiri diatas penghisapan – penghisapan dari propinsi - propinsinya .
Sengketa juga terjadi antara rakyat jelata denga para ningratnya . Pada saat ini juga
muncul sistem ekonomi riba. Perkembangan perbudakan dimulai dengan suatu tahap
patriarkhal, dimana budak membantu produsen kecil. Tumbuhnya pertanian –pertanian
skala besar telah menghapuskan sistem perbudakan .

Feodalisme dan perkembangan kapitalisme


Keruntuhan masyarakat Roma merupakan awal dari adanya perbudakan . Hal ini diikuti
dengan perobahan sistem pemerintahan dari militer ke kerajaan . Peperangan dan

materi persiapan PPD-B 56


kekacauan di Eropa telah menyebabkan kemiskinan petani kecil merdeka dan
penghambaan kepada tuan tanah. Dasar dari ekonomi feodal adalah tanah . Dasar
perekonomian feodal adalah pertanian dalam skala kecil yang dilaksanakan oleh petani
yang melibatkan hamba yang mengikat , petanian ini ditambah dengan industri lokal dan
kerajinan tangan di kota . Sejarah kapitalisme adalah sejarah keterasingan bagi produsen
kecil dari produknya . Sejarah mengambil alih alat produksi milik si petani dan
kergantungan si petni kecil dengan penjualan besar. Hancurnya feodalisme dan
munculnya kapitalisme sangat terkait dengan pertumbuhan kota – kota. Dikota mulai
muncul modal dagang dan modal para lintah darat. Perkembangan niaga merangsang
pemakaian uang yang semakin meluas dan pertukran komoditi yang dulunya
swasembada. Pertumbuhan kapitalisme diikuti dengan pengambilalihan milik para petani
dengan kekerasan. Hal ini terjadi di Inggris, transformasi petani menjadi buruh upaha
mulai dari abad kelima belas. Kaum bangsawan yang mempunyai tanah mulai tertarik
dengan ekonomi pertukaran . Sepert kasus produksi wol di inggris meningkatkan harga –
harga wol di Inggris. Fenomena ini diikuti oleh tindakan gereja yang membagika tanah
kepada bangsawan atau dijual murah kepada spekulan dan mengusir pengelola tanah
yang secara turun temurun . para pengelola tanah ini kemudia n menjadi pengemis,
gelandangan dan lain –lain. Pada periode awla abad enam belas di inggris juga mulai
tumbuhnya kaum proletar. Suatu kelompok petani yang kehilangan garapannya dan
kemudian menjadi buruh upahan.

Tahap perkembangan kapitalisme yang penting adalah dengan dimulainya penjelajahan


ke wilayah - wilayah diluar Eropa yang menandai bangkitnya imperialisme dan
kolonialisme. Percepatan kapitalisme dengan ditmukannya emas dan berpusatnya pabrik
– pabrik di daerah daerah maritim. Masuknya emas dan perak selanjutnya mengakibatkan
kenaikan harga yang sangat tinggi. Kondisi ini bagi kapitalis memberikan keuntungan yang
besar dalam perniagaan dan pepabrikan ,tetapisebagai sumber kehancuran tuan – tuan
tanah besar dan minculnya jumlah buruh upahan dalam jumlah yang besar. Di Inggir
keadaan ini menjadi suatu prkondisi munculnya revolusi Inggris.

Ada dua cara kemajuan kapitalis yang berlawanan : pertama ,kelas pedagang murni
bergerak menjadi produsen. Kedua para produsen kemudian mengumpulkan kapital untuk
memperluas perniagaan dan bidang kegiatan. Marx melihat dua tingkatan organisasi
produksi pada era kapitalisme : Tingkat pertama adalah dikuasai pabrikan, ciri ini ditandai
dengan digantinya ketrampilan pertukangan dengan tugas khusus yang dilakukan oleh
pekerja yang secara kolektif melakukan sesauatu secara sendiri. Proses ini lebih efisien.
Kedua,dorongan untuk menciptakan efisiensi telah melahirkan mekanisasi. Perkembangan
mekanisasi yang semakin rumit merupakan satu faktor dari sentralisasi ekonomi dalam
kapitalisme.

materi persiapan PPD-B 57


KONFLIK SOSIAL
(Kuliah Prof Maswadi ke 3)

Menurut Marx dalam sejarah manusia dipenuhi oleh konflik sosial. Teori Marx menyatakan
hanya ada dua kelas dalam masyarakat (kelas borjuis dan kelas proletar). Revolusi
proletar memusnahkan /menghilangkan satu kelas (kelas borjuis). Materialisme sejarah
berhenti setelah terjadinya revolusi. Paska revolusi tidak ada lagi perjuangan kelas.

Dalam Materilisme sejarah, ekonomi dianggap sebagai faktor determinan “penentu “


sementara faktor lain diabaikan . pendekatan deterministik ini banyak digunanakan oleh
ilmuawan sosial dan dianggap menyederhanakan persoalan (simplifikasi).. padahal faktor
– faktor lain saling berinteraksi. Pemakaian teori deterministik untuk mempermudah
persoalan yang rumit,karena ia mengabaikan beberapa faktor. Pendekatan ini sarat
dengan kritik.

Garis besar teori Marx tentang konflik mencakup beberapa pokok bahasan : Penyebab
konflik, siapa yang konflik intensitas konflik dan penyelesaian konflik.

I. Apa penyebab terjadinya konflik.


Konflik terjadi karena faktor ekonomi ( determinasi ekonomi ). Yang dimaksud dengan
Faktor ekonomi disini adalah penguasaan terhadap alat produksi.

II. Siapa yang konflik ?


Konflik terjadi antara dua kelas (Borjuis dan Proletar ). Konflik ini bersifat mendalam dan
sulit diselesaikan. Perbedaannya bukan dalam cara hidup melainkan perbedaan dalam
kesadaran kelas. Dalam teori Marx eksistensi sosial menentukan kesadaran dan
perbedaan kelas (kaya miskin) .Perbedaan ini mencakup dalam materi dan psikologi.
Perbedaan antara kelas borjuis dan kelas proletar tidak hany terdapat pada cara hidup
melainkan juga cara berfikir. Orang komunis menganggap penting kesadaran, makanya
mereka mementingkan sosialisasi dan indoktrinasi dan Brainwashing

Pola Konflik : Kelas sosial ----- Konflik ------ Revolusi.


Dalam konflik sosial kaum proletar tidak mau dan tidak bisa melepaskan diri . Mereka
terpaksa dan ditindas. Dalam paksaan dan penindasn ini hukum tidak dapat dijatuhkan
kepada majikan

SUMBER KONFLIK SOSIAL

Sesuai dengan faham determinisme ekonomi yang dianut oleh Marx bahwa konflik hanya
terjadi dalam dunia Industri, sedangkan konflik yang lain merupakan perpanjangan tangan
dari konflik yang terjadi dalam dunia Industri. Dalam pandangan determinisme ekonomi
bangunan infrastruktur ekonomi atau alat produksi menentukan bangunan suprastruktur
yang berupa politik dan pemerintahan. Dalam pandangan Marx , konflik dimulai dari

materi persiapan PPD-B 58


infrastruktur ekonomi kemudian menjalar ke supra-struktur. Teori Infrastruktur yang
mempengaruhi suprastruktur ini merupakan teori Ekonomi- politik Marx yang masih
relevan samapai sekarang.(MR)

Sumber Konflik

Sumber konflik itu sendiri dapat dikaji dari teori perjuangan kelas yang dikemukakan oleh
Marx . Menurutnya sejarah manusia itu dipenuhi oleh perjuangan kelas.antara kebebasan
dan perbudakan ,bangsawan dan kampungan ,tuan dan pelayan,Kepala serikat pekerja
dan tukang. Dengan kata lain posisi penekan dan yang ditekan selalu bertentangan
(konflik) dan tidak terputus.(The Manifesto dikutip dari PPB A Suhelmi 269). Perjuangan
kelas bersifat inheren dan terus menerus . Penekanan itu dapat berupa penindasan . Marx
juga melihat bahwa perkembangan selalu terjadi dalam konflik kelas yang terpolarisasi
antara kelas yang bersifat salaing menindas. Hubungan antara kelas ini menurut Marx
akan menciptakan Antagonisme kelas yang melahirkan krisis revolusioner. Revolusi yang
dimaksud oleh Marx tentunya bukan revolusi damai, melainkan revolusi yang bersifat
kekerasan. (PBB A Suhelmi 270).Konflik terjadi karena adanya penindasan yang dilakukan
oleh kaum borjuis yang memiliki alat –alat produksi kepada kaum proletar atau buruh yang
bekerja untuk para borjuis dapat dijelaskan melalui “The Theory of Surplus Value” . Teori
ini secara singkat dapat diartikan sebagai sebuah perbandingan yang lebih rendah antara
gaji yang diterima buruh dibandingkan dengan tenaga yang disumbangkan untuk
menghasilkan suatu komoditi. Lalu mengapa buruh mau dengan gaji yang rendah itu ?.
karena posisi tawar buruh dibanding terhadap majikan sangan rendah. Untuk menghitung
niali tenaga kerja dapat digunakan teory Locke “Labor theory of value,untuk menentukan
nilai suatu benda dapat dihitung dari nilai tenaga kerja yang diserap oleh benda itu.
Dengan kata lain semakin komoditi itu memerlukan tenaga kerja ,maka semakin mahal
komodity tersebut .Komodity = Bahan mentah + alat produksi + Buruh . Harga bahan
mentah dan alat produksi bersifat tetap. Sisa nilai tenaga kerja dengan niali buruh diambil
oleh kaum majikan sebagai keuntungan. Disinailah terjadinya penindasan dimana majikan
memeras buruh karena gaji yang dibayarkan oleh majikan kepada buruh itu hanya pas –
pasan tidak wajar . dan ini bertentangan dengan hak Azazi manusia . Dampak dari
penindasan ini adalah terjadinya proses pemiskinan dalam buruh, karena seberapapun
keuntungan yang diterima majikan, gaji buruh akan tetap tidak naik. Dampak penindasan
adalaha menumpuknya modal ditangan para majikan .(MR). Akar konflik konflik juga
disebabkan oleh hubungan pemilikan dan penggunaan produksi aktif yang mengakibatkan
ketimpabngan dalam distribusi kekayaan dan produksi industrial .

Prinsip dasar teori Marx adala memberikan kepercayaan kepada orang miskin untuk dapa
memperbaiki diri sendiri.

Penindasan ini kahirnya akan menyebabkan frustasi dan keteransingan. Keterasingan ini
selanjutnya akan melahirkan revolusi proletariat. . Ada tiga macam keterasingan menurut
F Magniz. S :
1. Keterasingan terhadap diri sendiri karena tidak bisa mengontrol labor.

materi persiapan PPD-B 59


2. Keterasingan dari komoditas yang dihasilkan karena, komoditas dikontrol oleh majikan.
3. Keterasingan dari masyarakat karena terpaksa bekerja

Kritik.

1. Teori bahwa sumber konflik hanya dari ekonomi, infrastruktur belum tentu berlaku
universal.
2. Pendapat yang mengatakan bahwa gaji buruh tidak naik, tidak benar. Karena faktanya
gaji naik. Jadi revolusi seperti yang digambarkan marx tidak pernah terjadi. Bahkan pada
abad ke 20 negara – negara industri mengeluarkan peraturan perburuhan yang melindungi
hak – hak buruh.
3. Marx juga “kacamata kuda “ dalam melihat sumber konflik dari determinasi ekonomi.
Faktanya Agama dan politik juga merupakan faktor determinatif dalam perubahan sosial.
Nasionalaisme juga menjadi akar dari perubahan sosial .
4. Marx juga tidak mampu menjelaskan “Strtifikasi sosial” atau terlalu menyederhanakan
kelas.

Pengaruh teori Marx .

Pada th 70 , kelompo Neo Marx melahirkan teori “Dependensia”. Teori ini menyebutkan
bahwa Dunia ketiga selalu tergantung dengan negara maju. Jadi sebenarnya di dunia
ketiga tidak pernah terjadi pembangunan, yang ada adalah penindasan dari negara maju.

Sumberkonflik :
1) Eksploitatif antara pemilik modal dan dan pekerja :
2) Nilai lebih tidak dibagikan kepada buruh .Eksploitatasi dan menyebabkan frustasi .

Pada zaman Mark terjadi rvolusi Industri , terjadi urbanisasi, perobahan faktor produksi
dari tanah menjadi labour.

REVOLUSI PROLETARIAT

S. Yunanto

TEORI PERKEMBANGAN KAPITALISME

Kapitalisme sebagai suatu sistem dapat dikaji dari dua sisi: Proses dan Output . Dari sisi
proses, kapitalisme hanya mengenal satu hukum yaitu hukum tawar menawar ekonomi
yang bebas dari intervensi penguasa dan pembatasan tenaga kerja. Dari sisi output nilai
yang dihasilkan oleh kapitalisme adalah nilai tukar bukan nilai pakai. Artinya orang
memproduksi sesuatu untuk dijual.Tujuannya bukan barang melainkan uang (Magniz).
Kapitalisme sebagai sebuah sistem produksi komoditi tidak hanya terbatas dalam
meproduksi untuk kebutruhannya sendiri,melainkan juga untuk kebutuhan pasar

materi persiapan PPD-B 60


pertukaran (Excange Market ).Setiap komoditi mempunyai dua nilai : Yaitu nilai pakai (use
value ) dan Nilai tukar (Excange value ). Nilai pakai direalisasikan dalam proses konsumsi,
sedang nilai tukar direalisasikan jika produk itu akan ditukarkan dengan barang lain. Nilai
tukar mempunyai “Nilai Ekonomi yang Pasti “ yang mempunyai kaitan dalam komoditi.
Dengan mengambil teori Ricardo dan Smith, Marx berpendapat, bahwa setiap objek akan
mempunyai nilai jika melibatkan tenaga kerja manusia untuk memproduksinya. Nilai tukar
harus didasarkan kepada ciri khas pekerjaan yang dapat diukur kuantitasnya. Cara
mengukur kuantitas adalah dengan memperhatikan “Pekerjaan umum yang abstrak”.yang
diukur dari jumlah waktu yang terpakai. “Pekerjaan umum yang abstrak” inilah yang
menjadi dasar dari “nilai tukar”. Dalam menghitung waktu yang dibutuhkan untuk suatu
pekerjaan, Marx mengajukan teori tentang “ waktu kerja sosial yang dibutuhkan” ( Socially
necessary labor time ). Pengertiannya adalah Jumlah waktu yang diperlukan untuk
memproduksi komoditi dibawah kondisi produksi yang normal dengan intensitas
ketrampilan yang rata – rata . Teroi ini dapat dilakukan dengan penelitian empiris .

TEORI SURPLUS

Marx tidak menaruh perhatian terhadap hukum permintaan pasar yang dikatakan dalam
posisi seimbang. Permintaan tidak menentukan nilai, meskipun menentukan harga.
Permintaan sangat menonjol dalam alokasi tenaga kerja. Permintaan bukan variabel
bebas, melainkan ditentukan oleh kelas yang berbeda dan diciptakan dari penghasilan
yang dari kelas. Para kapitalis membeli tenaga kerja dan menjual atas nilai yang
sebenarnya, atau para kapitalis membisniskan tenaga kerja atau daya kerja di pasaran.
Nilai daya kerja ini ditentukan oleh waktu yang secara sosial dipakai untuk produksi. Daya
kerja menyangkut energi fisik yang dibutuhkan. Untuk memperbaiki daya buruh harus
dipenuhi kebutuhan sandang, pangan , papan, dan kebutuhan keluaraga. Kondisi kerja
yang modern dengan adanya mekanisasi memungkinkan seorang buruh untuk
memproduksi barang yang lebih banyak dari yang ia gunakan untuk menutupi beaya
hidupnya. Kemampuan untuk memproduksi dengan jumlah yang lebih banyak ini disebut
“nilai surplus”. Nilai surplus ini sebagai sumber keuntungan atau keuntungan sebagai
permukaan yang tampak dari nilai surplus.Dan nilai surplus ini sebagai sumber
pemerasan.

Dalam kaitannya dengan beaya , Kapitalis mengeluarkan beaya untuk tenaga kerja yang
disebutnya sebgai “modal Variabel” dan beaya yang dikeluarkan untuk faktor –faktor
produksi yang lain seperti gedung, bahan baku, mesin yang disebutnya sebagai “modal
konstan” . Hanya modal variabel yang menciptakan nilai modal konstan yang dalam
proses produksi tidak mengalamai perobahan. Pola ini ditulis dalam rumus P = S/c + V
artinya semakain rendanh rasio modal konstan terhadap modal variabel, semakain tinggi
keuntungan . Teori ini berlaku secara variatif terhadap sektor produksi yang berlainan.
Komoditi tidak bisa dijual berdasarkan nilainya melainkan berdasarkan “harga produksi”.
Para kapitalis mengambil keuntungan yang dihasilkan dari niali surplus jauh lebih besar
dari nilai surplus yang terbentuk. Sebelum era kapitalisme barang barang dijual
berdasarkan nilainya seperti dalam sistem perdaganagan barter, setelah kapitalisme
barang ditransaksikan berdasarkan nilai tukar .

materi persiapan PPD-B 61


Catatn : untuk meramalkan harga dengan menggunakan teori marx ini sangat sulit, karena
teorinya berbelit –belit dan kusut.

KONTRADIKSI EKONOMI KAPITALIS

Menurut Marx, dalam kapitalis modal bukan untuk memenuhi kebutuhan tetapi untuk
mengejar keuntungan. Pada saat tertentu keuntungan itu akan menurun. Keuntungan
tergantung dari nilai surplus dan nilai surplus akan tergantung dari rasio antara Modal
konstan terhadap modal Variabel. Selain itu kapitalisme berkembang dengan persaingan.
Persaingan menuntut efisiensi produksi dengan mekanisasi, pembelian mesin – mesin.
Pembelian mesin ini kan menaikkan komposisi modal organik yang selanjutnya
menurunkan keuntungan. Yang dimaksud keuntungan ini adalah tingkat laba yang
menurun walaupun tingkat keuntungan absolut meningkat. Peningkatan modal konstan
sering diikuti oleh peningkatan modal Variabel (tenaga kerja). Untuk mengimbangi
penurunan ini, para kapitalis akan memasukkan bahan mentah yang murah agar nilai
surplusnya meningkat. Nilai surplus ini seharusnya untuk meningkatkan kesejahteraan
buruh. Faktanya upah buruh semakin ditekan, buruh semakin dieksploitasi dengan
perpanjangan hari kerja untuk menciptakan efisiensi. Cara lain untuk meningkatkan
“surplus” dengan mengoptimalisasi mesin dan efisiensi upah. Padaha upah mempunyai
mekanisme yang bebas dan tidak ditentukan oleh faktor dari kapitalis.

Faktor krisis dari kapitalisme juga disebabkan karena sistem pertukaran ditentukan oleh
uang bukan oleh nilai benda yang sebenarnya seperti yang terjadi pada masyarakat pra
kapitalis. Kondisi ini akan menciptakan anarki . Dibarengi dengan keinginan untuk
mengambil keuntungan, kapitalisme akan menghasilkan suatu komoditi yang menumpuk
tanpa dibarengi dengan daya jual. Kapitalisme menghasilkan suatu barang yang
menumpuk sedang proletar tidak mampu membeli. Kondisi penumpukan bahan produksi
ini tidak akan menghasilkan keuntungan yang seimbang dengan modal yang ditanam.
Krisis kapitalisme akan terjadi jika perluasan produksi jauh melebihi dari kemampuan
pasar untuk menampung.. Menurunnya keuntungan akan mengurangi investasi yang
selanjutnya akan mengurangi tenaga kerja dan upah. Perusahaan kecil akan kalah
bersaing dengan perusahaan besar. Pasar – pasar yang ditinggalkan oleh kapitalis kecil
akan diambil oleh para kapitalis besar. Kondisi ini akan semakin mengkonsentrasikan
modal pada kapitalis besar yang jumlahnya hanya sedikit. Hukum persaingan akan
menekan beaya agar produk dapat dijual murah. Dalam efisiensi ini hanya usaha yang
besar yang memenangkan persaingan. Kecenderungan ini akan mengarahkan kepada
suatu keadaan dimana hanya tinggal dua kelas sosial: Kelas pemodal yang jumlahnya
kecil dan kelas buruh yang jumlahnya banyak. Kelas menengah dan pemodal kecil akan
tersapu menjadi kelas buruh karena kalah bersaing. Sementara itu upah buruh akan
semakin ditekan dan buruh akan semakin melarat. Kondisi ini akan semakain
menyadarkan kaum buruh (Magniz). Jadi kegiatan kapitalisme sebenarnya bukan berpusat
pada produksi , melainkan modal yang disebut sebagai titik awal dan titik akhir dari
kapitalisme .

materi persiapan PPD-B 62


TESIS PEMFAKIRAN (Pauperisation )atau PEMELARATAN (Emiseration)

Marx tidak pernah meramalkan berakhirnya kapitalisme dengan suatu krisis yang luar
biasa (G 69),walaupun Marx percaya bahwa Kapitalisme akan hancur . Kehancuran itu
tergantung dengan hukum yang mengendalikannya dan keadaan tertentu dalam sejarah.
Krisis akan berlangsung dalam bentuk resesi setelah terjadinya kemakmuran dimana
terdapat sedikit pengangguran dan upah cukup tinggi. Dalam ekonomi kapitalisme akan
terjadi pengangguran yang kronis dengan adanya “angkatan cadangan” dalam industri
yang juga disebut “penduduk surplus relatif, yaitu buruh yang jumlahnya terus meningkat
akibat mekanisasi yang bertindak sebagai penekan upah yang tetap. Menurut Marx Buruh
juga merupakan komoditi, tetapi sifatnya lain dibanding dengan komoditi lainnya dalam
hubungan harga dan nilai. Perbedaannya adalah jika dalam komoditi harga naik, maka
modal akan mengalir kepada komoditi tersebut. Hal ini tidak bisa terjadi dalam buruh, tak
seorangpun dapat memproduksi buruh jika harganya naik.

Jika pemintaan akan buruh naik, maka angkatan kerja cadangan akan terserap ke pasar
dan upah akan tetap rendah. Angkatan kerja cadangan ini menghalangi naiknya upah
buruh .Keadaan ini telah menyebabkan terjadinya kemiskinan fisik (emiseration ) atau,
pemfakiran (pauperisation ). Pemfakiran didistilahkan oleh Marx sebagai rumah sakit
terhadap buruh dan bobot mati terhadap angkatan cadangan. Konsep ini juga menjadi
sasaran kritik terhadap teori Marx. Meningkatnya angkatan cadangan akan semakin
mempermiskin buruh. Ada dua tema yang sering menjadi pusat analisis Marx salah stunya
bahwa kapitalisme akan menciptakan disparitas pendapatan yang luar biasa antara buruh
dan pemilik modal, dan kapitalisme akan memproduksi angkatan cadangan yang terus
terpuruk dalam kemiskinan. Proses pemiskinan ini menciptakan apa yang disebut sebagai
penindasan terhadap buruh. Pemiskinan ini juga disebabkan karena paradox yang terjadi
dimana para kapitalis terus menimbun kekayaan, sementara upah buruh tidak pernah naik
diatas tingkat kehidupan cukup. Disinilah terjadinya suatu kontradiksi internal dalam
kapitalisme.(71). Pemiskinan selanjutnya menjadi sumber (acuan ) terhadap proses
keterasingan terhadap pembagian kerja.

Konsentrsi dan Sentralisasi modal


Kapitalisme menciptakan konsentrasi dan sentralisasi modal .Konsetrasi modal
merupakan proses akumulasi modal yang dikontrol oleh individu. Sedang sentralisasi
berkaitan dengan penyatuan modal. Kondisi ini dibarengi dengan sikap persaingan antara
para kapitalis yang memaksa mereka untuk menurunkan harga. Persaingan ini akan
dimenangkan oleh kapitalis besar yang menguasai banyak sumber dan bisa lebih efisien.
Sentralisasi modal juga mendapat dukungan kredit dari perbangkan . Sentralisasi modal
akan memindahkan modal dari tangan individu kapitalis melalui sistem perbangkan.
Sistem perbankan merupakan perusahaan kapitalis yang menghilangkan sifat pribadi
modal. Konsentrasi dan sentralisasi modal ini berjalan seiring dengan berkembangnya
modal korporasi, yaitu suatu model usaha yang menekankan kepada modal bersama
(persero) yang oleh Marx dianggap sebagai suatu perkembangan mutakhir dari
kapitalisme. Sistem persero ini juga memisahkan antara pemilik modal dengan para
pekerja (manajer). Para pemilik modal ini mengambil alih banyak kekayaan dari para

materi persiapan PPD-B 63


pemroduksi. Persero menciptakan suatu pengendalian monopoli baru dan menciptakan
hubungan penindasan yang baru. Kapitalisme sebagai suatu sistem yang tidak
stabil,dibangun diatas antagonisme, dan kontradiksi yang berpusat pada hubungan yang
asimetris terhadap buruh – upah – modal. Situasi ini akan mendorong terhadap
kehancuran kapitalisme. Proses perkembangan kapitalisme akan melahirkan suatu
perobahan sosial yang obyektif dalm menciptakan kesadaran proletariat yang
mentransformasi kearah praksis revolusioner. Kemiskinan relatif dari buruh,
kesengasaraan fisik angkatan cadangan, penyusuan upah, dan pengangguran yang cepat
menumbuhkan potensi terhadap terjadinya revolusi . Pada saat yang sama para buruh
menciptakan suatu asosiasi (organisasi kolektif ) yang menjadi landasan terhdap
terbentuknya sosialisme.

Catatan : Marx hanya menggambarkan secara sepintas dan seoptong –potong akan
kondisi masyarakat yang akan menggantika masyarakat kapitalisme, yang unsur –
unsurnya juga diambil dari masyarakat kuno.

Kehebatan Kapitalisme

Untuk mengetahui pandangan Marx tentang masyarakat sosialisme dapat dilihat dalam
kedua Karyanya “Manuscript 1844” dan “ Critic of the Gotha programme”. Kedua buku itu
membahas tentang ciri- ciri perkembangan masyarakat sosialisme. Pertama, ciri – ciri
feodalisme nampak, ciri masyarakat kapitaslime berkembang dan diakhiri dengan
penghentian pemilikan pribadi, upah didistribusikan secara pasti, jumlah produksi sosial
diambil untuk kepentingan kolektif. Dalam tahap ini masih memakai tolok ukur masyarakat
borjuis. Dalam tahap ini , Marx melakukan kritik terhadap Hegel dalam hal peran Negara.
Menurut Marx bahwa sasaran gerakan buruh adalah untuk menempatkan posisi negara
yang tidak dibebaskan, akan tetapi merobah posisi negara dari organ yang diterapkan
diatas masyarakat menjadi organ yang berada dibawah masyarakat. Tahap menengah
adalah “Diktatur proletariat”. Dalam tahap ini, proletar menggunakan kekuasaan politiknya
setelah memenagkan revolusi untuk merenggut semua milik kaum Borjuis dan
mensentralisasi semua instrumen produksi ketangan negara, yaitu kelas proletar yang
dominan. Kekuasaan politik proletar ini akan berakhir dan masyarakat akan menuju
kepada suatu negara yang berada dibawah masyarakat dimana administrasi umum
dilakukan oleh masyarakat sebagai keseluruhan. Ciri –ciri negara menurut Marx terlihat
dalam Komunitas Paris. Dalam Komunitas ini anggota dipilih atas dasar hak –hak
universal dan merupakan badan kerja bukan badan Parlemen, mempunyai fungsi eksekutif
sekaligus legislatif, pejabat polisi, kehakiman dan lain-lain dipilih, bertanggung jawab dan
dapat diberhentikan(76) . Negara sebagai kelas lama kelamaan akan menghilang.
Pandangan Marx tentang negara sebenarnya menempatkan pentingnya Borjuis yang
walaupun bersifat paksaan akan melampaui Masayarakat kapitalisme . Arah transisi
masyarakat kearah masyarakat Komunisme juga ditandai dengan hilangnya “Pembagian
Kerja “ sebagai upaya mengatasi keterasingan. Masayrakat yang akan datang akan
menggantika buruh yang ada sekarang dengan individu – individu yang sehat, kuat,
dengan beragam pekerjaan.

materi persiapan PPD-B 64


Modernisme dan Post Modernisme
Oleh : Abdul Wahab Masiri

Pendahuluan

Seorang penulis Amerika keturunan yahudi Susan Sontag, pembela kaum lesbi penulis buku,
Against Interpretation (melawan intrepretasi) dianggap sebagai salah seorang penulis terpenting di
zamannya, buku tersebut agak berbeda dengan nuansa peradaban barat.

Menceritakan tentang non rasial filsafat yang mulai mengkungkung barat (bahwa kreasi seni adalah
bukan sebuah cerita tapi sihir -jawaban intuisi yang butuh penafsiran- panemapilan kita adalah
wujud yang sebenarnya dan wajah adalah topeng, dalam alam modernisme tidak ada bentuk yang
bisa dipahami, menusia sebagai manusia kehilangan ciri yang menjadikannya memiliki posisi yang
sama dengan yang lain, bahkan manusia dikuasai oleh segala sesuatu). Banyak diantara pemikir
barat menganggap buku sebagai sejarah lahirnya post modernisme.

Gerakan pencerahan (humanisme) barat menjadikan manusia sebagai pusat, dan menegaskan
tentang rasionalitasnya serta kemampuannya melampaui dirinya dan lingkungannya tanpa
mengetahui hal-hal yang non-rasial. Peradaban ini dimulai dengan pengumuman ―Matinya Tuhan‖
atas nama manusia sebagai pusat dan berakhir dengan pencabutan otoritas manusia sebagai
decenter.

Kaum modernis menganggap bahwa teknologi akan menjadi sumber kebahagiaan manusia dan
menjanjikan dunia yang lebih baik. Namun, hal itu tidak berlangsung lama,sampai kemudian
ditemukan juga begitu banyak dampak negatif dari ilmu pengetahuan bagi dunia. Teknologi
mutakhir ternyata sangat membahayakan dalam peperangan dan efek samping kimiawi justru
merusak lingkungan hidup. Dengan demikian, mimpi orang-orang modernis ini tidaklah berjalan
sesuai harapan dan berakhir dengan kehancuran manusia itu sendiri.

Dalam buku ini, Dr.Masiry memulai tulisannya dengan pembahasan tentang fenomena awal yang
menyebabkan lahirnya babakan baru dalam sejarah peradaban barat. Lahirnya modernisme yang
kemudian berakhir dengan lahirnya post modernisme. Buku ini sangat menarik untuk dikaji bersama
sebagai refleksi tentang kehidupan yang melanda masyarakat barat saat ini, atau mungkin telah
menjangkiti diri kita atau masyarakat kita tanpa pernah sadar akan hal tersebut.

Materi

Dalam tulisan ini, Dr.Masiry memulai dengan pembahasan tentang ―materi‖. Yang dimaksud
dengan materi di sini adalah materi dalam istilah filsafat: Meyakini bahwa materi adalah zat asli dan
penggerak inti alam. pandangan ini tidak ada kaitannya dengan ―cinta harta (materi)‖, karena
banyak di antara kaum materialis lebih zuhud dibanding orang-orang beriman. pola hidup materialis
tidak berarti semua masyarakat barat itu materialistis, banyak di antara mereka yang masih
bersikukuh dengan iman mereka, tapi justru pola hidup materialislah yang menguasai aspek
kehidupan mereka secara umum dan khusus. Pola materialis ini mengalami dua fase: Fase

materi persiapan PPD-B 65


rasionalitas materi (modernisme) dan Fase non rasial materi (post modernisme).

Rasionalitas materi adalah keyakinan bahwa alam ini memuat hal-hal yang bisa digunakan untuk
menginterpretasi segala bentuk materi tanpa membutuhkan wahyu atau pesan Tuhan. Rasiaonalitas
materi ini lebih dikenal dengan istilah gerakan pencerahan, di mana akal manusia mampu mencapai
pengetahuan yang menerangi segala sesuatu serta fenomena-fenomena alam. Pengetahuan ini
menjadikan manusia sebagai pusat pada alam, yang menjdikannya mampu merubah dan menguasai
alam. Dimana manusia berubah menjadi Tuhan atau wakil Tuhan atau tidak butuh lagi pada Tuhan.
Inilah ynag menjadi perdebatan humanisme yang dianggap sebagai fase awal dari gerakan
pencerahan modernisme.

Post-modernisme dan kegilaan

Orang bisa saja menganggap ―post modernisme‖ hanya permainan kata atau seperti hantu yang
menakutkan atau sebagai aliran filsafat yang tidak bisa dipahami oleh akal kita yang lemah. Orang
bisa ngotot menganggapnya tidak ada dan omong kosong. Meskipun orang bisa juga bersikukuh
menganggapnya kenyataan paling real hari ini. Orang tidak akan pernah tahu apa itu post
modernisme tanpa mengetahui perselisihan sejarah filsafat dengan gerakan dekonstruksinya serta
munculnya imajinasi rasio dan perkebangannya.

Pembahasan ini dimulai dengan sosok tokoh post-modernisme, Jacques Derrida (1930 M) seorang
filosof perancis yahudi. Dia menganut aliran filsafat non rasial kontemporer. Dia banyak
terpengaruh dengan Nietsche dan filosof serta pemikir lainnya (Sartre, Martin heidegger, Emanuell
leibnizts, pemikir perancis yahudi).

Derrida memulai dengan perlawanan terhadap strukturalisme (albinyawiyyah), Sebuah gerakan


yang berusaha menjauh dari esensi manusia yang berada dalam naungan eksistensialisme
(alwujudiah). Orang-orang strukturalis menganggap strukturalisme sebagai penggerak awal dan
melampaui akal manusia. Sehingga kita mendapati struktur bahasa dan kekuasaan berbicara tentang
manusia, Bukan manusia yang berbicara tentang struktur bahasa dan kekuasaan. Derrida
berkesimpulan bahwa strukturalisme dikemas dalam metafisika dimana eksistensi akal ibarat
ungkapan-ungkapan suci yang melampaui alam intuisi dan perubahan. Struktur dalam pandangan
orang strukturalis adalah metode-metode yang menyerupai bangunan akal manusia. Sedangkan
strukturalisme adalah proyek mempelajari bangunan akal tersebut. Kosekuensinya,manusia kembali
pada otoritasnya dan memberikan alam rasionalitas dan makna yang memungkinkan manusia untuk
sampai pada satu kebenaran.

Proyek besar Derrida adalah upaya untuk meruntuhkan ontologi barat secara menyeluruh yang
dibangun dengan pola pemilahan (oposisi) biner, Seperti manusia dan alam, mutlak dan nisbi, tetap
dan berubah. Oposisi biner ini bersandar pada pertanda transendensi yang tsabit. Darridas berusaha
meruntuhkan pertanda transendensi tsabit tersebut (logos,mutlak dan tetap) dari sisi agama dan
materi dengan menetapkan oposisi binernya. Denag begitu,dia mampu menghancurkan batasan-
batasan oposisi yang tersusun dalam pertanda transenden menuju suatu alam baru tanpa batas, Asas
dan tanpa dasar ketuhanan bahakan tanpa landasan sama sekali. Pluralisme dan relatifisme menjadi
kata kuncinya. Alam petanda dan pertanda terpisah secara mutlak. Maka bagi mereka tidak ada

materi persiapan PPD-B 66


bahasa (kalopun ada hanya sekedar bahasa tubuh intuisi). Realitas teks saling tumpang tindih. Teks
tidak bisa lagi dihadapkan pada realitas ataupun teks dengan makna teks. Pandangan nihilisme ala
posmo ini akan menjadi dekonstrukter ketika dijadikan metode dalam membaca sebuah teks.

Dengan proyek dekonstruksinya, Derrida berusaha menghancurkan batasan-batasan kata, kalimat


dan makna dengan menciptakan makna-makna baru. Derrida memainkan bahasa provokatif dengan
tetap menjaga keseimbangan bahasa tersebut. Apa yang dilakukan Derrida menurut Masiry adalah
permainan anak-anak yang memuakkan. Kita tahu bahwa permainan anak-anak pada masa kanak-
kanak adalah wajar, tapi ketika menjadi orang dewasa suasananya akan berbeda. Masiry
memberikan contoh; Derrida ketika lahir diberi nama Jacky kemudian ganti menjadi Jacques. Dia
mengganti namanya tanpa meninggalkan nama yang pertama. Baginya nama pertama adalah nama
yang kedua dan yang kedua adalah yang pertama. Bagaimana bisa seperti itu caranya?. Derrida
mengatakan ―nama itu seperti tanda khitan, isyarat yang datang dari orang lain, dan tidak mungkin
berpisah dari badan‖. Menurut Masery nama bisa saja sama denga khitan dari satu sisi tapi tidak
dari semua sisi. Kita bisa saja menyamakan satu dengan yang lain tanpa ada pertautan antar
keduanya. seperti itulah tabiat perbandingan (majaz). Dia tidak menuntut pertautan dari semua
sisinya sedangkan Derrida mengatakan bahwa majaz tidak bisa dibawa menuju titik akhir yang
logis. Ini yang diketahui setiap anak-anak, ini juga yang dipahami oleh Derrida, akan tetapi dia
mempermainkan esensi majaz untuk merusak makna bahasa itu sendiri.

Menurut Derrida, nama adalah fenomena peradaban manusia sama dengan bahasa. menurutnya,
nama adalah tanda yang tidak terpisah dari yang ditandai, ada hubungan pertautan dan pemisahan
antar keduanya. Menurut Masiry, seandainya kita tahu bahwa nama adalah fenomena peradaban
manusia dan tunduk pada keinginan manusia, tidak seperti tubuh yang merupakan fenomena
alam/materi, maka kita akan marah dan sedih seperti anak-anak dan akan memberitahu semua orang
bahwa tidak ada hubungan antar tanda dan yang ditandai yang menyebabkan posisi manusia
bermasalah.

materi persiapan PPD-B 67


KEORGANISASIAN
Oleh: Abdul Rahim

“setiap zaman melahirkan pemimpindan setiap


pemimpin akan mewarnai zamannya sendiri”
A. Pengertian
1. Drs. Malayu Hasibuan
Organisasi adalah suatu system perserikatan formal, berstuktur dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerjasama dalam mencapai tujuan tertentu.

2. Chester I. Barnand
Organisasi adalah suatu sistem kerja sama yang terkoordinasi secara sadar yang dilakukan
oleh dua orang atau lebih.

3. Prof.Dr.Mr.S. Prajudji Atmosudiro

Organisasi adalah struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kelompok kerja
antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerja sama secara tertentu untuk
bersama- sama mencapai tujuan tertentu.

B. Aspek- aspek Penting dari Pengertian Organisasi


1. Adanya tujuan yang ingin dicapai.
2. Adanya pembagian kerja dan hubungan kerja.
3. Terdiri atas dua orang atau lebih.
4. Adanya keterikatan formal.

C. Unsur- Unsur Organisasi

1. Manusia, organisasi baru ada jika ada unsur manusia yang bekerja sama, ada pemimpin dan
ada yang dipimpin.
2. Tempat kedudukan, artinya organisasi baru ada ketika ada kedudukannya.
3. Tujuan, artinya organisasi baru ada jika ad tujuan yang ingin dicapai.
4. Pekerjaan, arinya organisasi baru ada, jika ada pekerjaan yang akan dikerjakan serta adnya
pembagian pekerjaan.
5. Struktur, artinya organisasi itu baru ada jika ada hubungan dan kerja sama antara manusia

materi persiapan PPD-B 68


yang satu dengan yang lainnya.
6. Lingkungan, artinya organisasi itu baru ada, jika ada lingkungan yang saling mempengaruhi
misalnya ada pembagian system kerja sama social.
7. Teknologi, artinya organisasi itu baru ada, ketika ada aspek teknis.

D. Asas- Asas Organisasi


1. Asas tujuan organisasi 7. Asas penempatan anggota
2. Asas kesatuan tujuan 8. Asas efisiensi
3. Asas kesatuan perintah 9. Asas kesinambungan
4. Asas rentang kendali 10. Asas koordinasi
5. Asas pendelegasian wewenang
6. Asas tanggung jawab

E. Ciri- Ciri Organisasi Yang Baik

1. Tujuan organisasi jelas dan realistis


2. Pembagian kerja baik dan jelas
3. Menjadi alat dalam pencapaian tujuan.
4. Jenis wewenang yang dimiliki anggota jelas.
5. Organisasi harus luwes dan fleksibel.
6. Punya anggaran dasar /anggaran rumah tangga.

F. Macam- Macam Organisasi


1. Berdasarkan proses pembentukannya

 Organisasi formal
Adalah organisasi yang dengan penuh kesadaran dan dengan sengaja dibentuk, di mana
di dalamannya terdapat sutu system dan hierarki hubungan, wewenang, tugas, dan
tanggung jawab para anggota demi terlaksananya kerja sama demi tercapainya tujuan
organisasi.
Contoh: Hipma Bulukumba

 Organisasi non formal


Organisasi yang terbentuk tanpah disadari sepenuhnya , dimana hubungan berjalan
secara pribadi saja.
Contoh: kelompok arisan.

materi persiapan PPD-B 69


2. Berdasarkan skala besar kecilnya:

 Organisasi besar
 Organisasi sedang
 Organisasi kecil
Tolak ukur dari besar kecilnya organisasi ini sitnya relatif, karena ditentukan oleh
banyak factor.

3. Berdasarkan tujuannya

 Organisasi sosial
Organisasi yang tujuan utamanya melayani kepentingan umum, tanpah
memperhitungkan rugi laba. Misalnya yayasan - yayasan social.
 Organisasi profit
Organisasi yang didirikan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan/ laba.
Contoh: CV, PT,BUMN, dll.

4. Berdasarkan hubungannya dengan pemerintah

 Organisasi resmi
Organisasi yang dibentuk oleh (ada hubungannya dengan pemerintah) dengan
pemerintah dan atau harus terdaftar pada Lembaran Negara.
Contoh:Lembaga- lembaga pemerintah, misalnya KPU
 Organisasi tidak resmi
Organisasi yang tidak ada hubungannya dengan pemerintah dan atau tidak terdaftar
pada Lembaran Negara.
Contoh: organisasi pendaki gunung, kelompok belajar, dll.

5. Berdasarkan bentuknya

 Organisasi Lini
Organisasi yang di dalamnnya terdapat garis wewenang yang langsung
menghubungkan langsung secara vertical antara atasan dan bawahan.

materi persiapan PPD-B 70


Contoh:

DIREKTUR

KABID PENDIDIKAN KABID PENELITIAN

KASUB.BIDANG KASUB.BIDANG KASUB. BIDANG KASUB. BIDANG

 Organisasi Lini dan staf


Dalam organisasi ini di adakan pembedaan antara unit pelaksana tugas pokok (lini) dan
penunjang(staf).
Contoh:

DIREKTUR
STAF

KABID PENDIDIKAN KABID PENELITIAN

KASUB.BIDANG KASUB.BIDANG KASUB. BIDANG KASUB. BIDANG

 Organisasi Lini, Fungsi, dan Staf


Organisasi dimana pimpinan melimpahkan wewenangnya kepada kepala unit
strukturnya.
 Organisasi Matrix
Pengkombinasian antara pola2 fungsional dan hasil yang akan dicapai dalam proyek.

materi persiapan PPD-B 71


MANAJEMEN ORGANISASI
By : Ony Suhardiman

Arti Bahasa :
Kata “manajemen” berasal dari bahasa perancis:
Manege (maneggio dalam bahasa Italia) = Melatih sikap kuda yang dipakai hukuman
mati supaya sesuai arahan pengendaranya.
Definisi ;
Memimpin sebuah tim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
TUGAS-TUGAS MANAJEMEN (POLCA)
Planning : - Merencanakan misi & strategi lembaga
- Menetapkan tujuan-tujuan lembaga
Organizing : - Mengorganisasi waktu & pekerjaan
- Mengambil keputusan
Leading : - Menentukan arah lembaga,menyatukan tim, memotivasi
dan memberi insprirasi
Controlling : - Memperbaiki kesalahan (Correcting)
- Menilai kinerja (Appraising)
Achieving : - Menyatukan semua elemen
- Mengupayakan semua tugas selesai
PRINSIP-PRINSIP PERENCANAAN

Semua rencana yang baik – baik, rencana strategis maupun rencana operasional harus menjawab enam
pertanyaan:

ED SODA

Experience Seperti apa kondisi awal kita? Tradisi lembaga?


Gaya lembaga/budaya?
Usaha menentang perubahan?
Direction Ke arah mana kita melaju saat ini (jika kita masih kuat & mampu)?

Situation now Seperti apa keadaan kita sekarang? Secara spesifik?


Bukti-bukti fisik?
Outcome desired Kita ingin ada dimana (tujuan)? Misi (tujuan, usaha, etika)?
Tujuan (perbedaan utama dalam kinerja
yang diharapkan)?

materi persiapan PPD-B 72


Deadline Kapan kita harus sampai ke tujuan? Secara spesifik?

Action steps Bagaimana kita sampai ke tujuan? Secara strategis (pilihan-pilihan)?


Subtujuan (tujuan minor)?
Sumber daya yang diperlukan?

MENGONTROL
Cara terbaik melaksanakan interview untuk penilaian kinerja adalah dengan menggunakan konsep:
S O S + 5 Pendekatan
Standards : Ingatkan kembali standar-standar kinerja yang disetujui semua pihak untuk setiap
tanggung jawab.
Objectives : Ingatkan kembali tujuan-tujuan yang disetujui semua pihak untuk periode
yang telah ditentukan.
Self Appraisal : Doronglah anggota tim untuk menilai kinerja diri mereka sendiri.

5 Pendekatan
1. Prestasi : diskusikan prestasi menonjol, beri penghargaan
2. Penghalang : temukan penyebab tidak meningkatnya prestasi
3. Peningkatan : bagaimana bekerja lebih baik
4. Potensi : hormati potensinya & apa yang ingin ia dapat dari
lembaga
5. Pengembangan : bantu menemukan cara mengembangkan dirinya

MENGORGANISASI WAKTU
Prinsip-prinsip perencanaan waktu
1. Uraikan dan catat sasaran-sasaran utama Anda
2. Pilihlah instrument (alat) perencana waktu yang menurut Anda cocok
3. Temukan time savers (tugas-tugas yang banyak menghemat waktu)
4. Lakukan semuanya dengan teratur

MENGORGANISASI: Membuat Keputusan

Metode: TEMANKU EVA ANTIK


TEM ukan masalah
AN alisislah berbagai penyebab masalah
KU mpulkan gagasan untuk mencari solusi
EVA luasilah semua gagasan yang muncul
ANTI sipasilah hal-hal yang tidak terduga
K erjakan keputusan yang telah Anda buat
Kepemimpinan
Profesor John Kotter dari Universitas Harvard menyimpulkan bahwa tugas pemimpin dibagi atas 3 kategori:

1. Menentukan arah
2. Menyatukan anggota tim
3. Memotivasi dan memberi inspirasi bagi anggota tim

materi persiapan PPD-B 73


KEMAHASISWAAN
GERAKAN MAHASISWA

SEBAGAI GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN IDENTITAS

Diskurkus tentang mahasiswa dan gerakannya sudah lama menjadi pokok


bahasan dalam berbagai kesempatan pada hampir sepanjang tahun. Begitu banyaknya
forum-forum diskusi yang diadakan, telah menghasilkan pula pelbagai tulisan, makalah,
maupun buku-buku yang diterbitkan tentang hakikat, peranan, dan kepentingan gerakan
mahasiswa dalam pergulatan politik kontemporer di Indonesia. Terutama dalam konteks
keperduliannya dalam meresponi masalah-masalah sosial politik yang terjadi dan
berkembang di tengah masyarakat.

Bahkan, bisa dikatakan bahwa gerakan mahasiswa seakan tak pernah absen
dalam menanggapi setiap upaya depolitisasi yang dilakukan penguasa. Terlebih lagi,
ketika maraknya praktek-praktek ketidakadilan, ketimpangan, pembodohan, dan
penindasan terhadap rakyat atas hak-hak yang dimiliki tengah terancam. Kehadiran
gerakan mahasiswa --- sebagai perpanjangan aspirasi rakyat ---- dalam situasi yang
demikian itu memang amat dibutuhkan sebagai upaya pemberdayaan kesadaran politik
rakyat dan advokasi atas konflik-konflik yang terjadi vis a vis penguasa. Secara umum,
advokasi yang dilakukan lebih ditujukan pada upaya penguatan posisi tawar rakyat
maupun tuntutan-tuntutan atas konflik yang terjadi menjadi lebih signifikan. Dalam
memainkan peran yang demikian itu, motivasi gerakan mahasiswa lebih banyak
mengacu pada panggilan nurani atas keperduliannya yang mendalam terhadap
lingkungannya serta agar dapat berbuat lebih banyak lagi bagi perbaikan kualitas hidup
bangsanya.

Dengan demikian, segala ragam bentuk perlawanan yang dilakukan oleh


gerakan mahasiswa lebih merupakan dalam kerangka melakukan koreksi atau kontrol
atas perilaku-perilaku politik penguasa yang dirasakan telah mengalami distorsi dan jauh
dari komitmen awalnya dalam melakukan serangkaian perbaikan bagi kesejahteraan
hidup rakyatnya. Oleh sebab itu, peranannya menjadi begitu penting dan berarti tatkala
berada di tengah masyarakat. Saking begitu berartinya, sejarah perjalanan sebuah
bangsa pada kebanyakkan negara di dunia telah mencatat bahwa perubahan sosial
(social change) yang terjadi hampir sebagian besar dipicu dan dipelopori oleh adanya
gerakan perlawanan mahasiswa.

materi persiapan PPD-B 74


Alasan utama menempatkan mahasiswa beserta gerakannya secara khusus
dalam tulisan singkat ini lantaran kepeloporannya sebagai "pembela rakyat" serta
keperduliannya yang tinggi terhadap masalah bangsa dan negaranya yang dilakukan
dengan jujur dan tegas. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor pemihakan
terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah
memberikan konstribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Oleh
karenanya, penulis menyadari bahwa deskripsi singkat dalam artikel ini belum seutuhnya
menggambarkan korelasi positif antara pemihakan terhadap ideologi tertentu dengan
kepeloporan yang dimiliki dalam menengahi konflik yang ada. Mungkin bisa dikatakan
artikel ini lebih banyak mengacu pada refleksi diskursus-diskursus politik kekuasaan
otoritarian Orde Baru yang sengit dilakukan di kalangan aktifis mahasiswa dalam dekade
90-an. Di mana sebagian besar gerakan-gerakan mahasiswa yang terjadi kala itu, penulis
ikut terlibat di dalamnya. Tentunya, pendekatan analisis dalam artikel ini lebih mengacu
pada gerakan mahasiswa pro-demokrasi jauh sebelum maraknya gerakan mahasiswa
dalam satu tahun terakhir ini, yang akhirnya mengantarkan pada pengunduran diri
Presiden Soeharto.

Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak


bisa dihindari. Pasalnya, pada diri mahasiswa terdapat sifat-sifat intelektualitas dalam
berpikir dan bertanya segala sesuatunya secara kritis dan merdeka serta berani
menyatakan kebenaran apa adanya. Maka, diskursus-diskursus kritis seputar konstelasi
politik yang tengah terjadi kerap dilakukan sebagai sajian wajib yang mesti disuguhkan
serta dianggap sebagai tradisi yang melekat pada kehidupan gerakan mahasiswa.

Pada mahasiswa kita mendapatkan potensi-potensi yang dapat dikualifikasikan


sebagai modernizing agents. Praduga bahwa dalam kalangan mahasiswa kita semata-
mata menemukan transforman sosial berupa label-label penuh amarah, sebenarnya
harus diimbangi pula oleh kenyataan bahwa dalam gerakan mahasiswa inilah terdapat
pahlawan-pahlawan damai yang dalam kegiatan pengabdiannya terutama (kalau tidak
melulu) didorong oleh aspirasi-aspirasi murni dan semangat yang ikhlas. Kelompok ini
bukan saja haus edukasi, akan tetapi berhasrat sekali untuk meneruskan dan menerapkan
segera hasil edukasinya itu, sehingga pada gilirannya mereka itu sendiri berfungsi sebagai
edukator-edukator dengan cara-caranya yang khas".

Masa selama studi di kampus merupakan sarana penempaan diri yang telah
merubah pikiran, sikap, dan persepsi mereka dalam merumuskan kembali masalah-
masalah yang terjadi di sekitarnya. Kemandegan suatu ideologi dalam memecahkan
masalah yang terjadi merangsang mahasiswa untuk mencari alternatif ideologi lain yang
secara empiris dianggap berhasil. Maka tak jarang, kajian-kajian kritis yang kerap
dilakukan lewat pengujian terhadap pendekatan ideologi atau metodologis tertentu
yang diminati. Tatkala, mereka menemukan kebijakan publik yang dilansir penguasa tidak

materi persiapan PPD-B 75


sepenuhnya akomodatif dengan keinginan rakyat kebanyakan, bagi mahasiswa yang
committed dengan mata hatinya, mereka akan merasa "terpanggil" sehingga
terangsang untuk bergerak.

Dalam kehidupan gerakan mahasiswa terdapat adagium patriotik yang bakal


membius semangat juang lebih radikal. Semisal, ungkapan "menentang ketidakadilan
dan mengoreksi kepemimpinan yang terbukti korup dan gagal" lebih mengena dalam
menggugah semangat juang agar lebih militan dan radikal. Mereka sedikit pun takkan
ragu dalam melaksanakan perjuangan melawan kekuatan tersebut. Pelbagai senjata
ada di tangan mahasiswa dan bisa digunakan untuk mendukung dalam melawan
kekuasaan yang ada agar perjuangan maupun pandangan-pandangan mereka dapat
diterima. Senjata-senjata itu, antara lain seperti; petisi, unjuk rasa, boikot atau
pemogokan, hingga mogok makan. Dalam konteks perjuangan memakai senjata-senjata
yang demikian itu, perjuangan gerakan mahasiswa --- jika dibandingkan dengan
intelektual profesional ---- lebih punya keahlian dan efektif.

Kedekatannya dengan rakyat terutama diperoleh lewat dukungan terhadap


tuntutan maupun selebaran-selebaran yang disebarluaskan dianggap murni pro-rakyat
tanpa adanya kepentingan-kepentingan lain meniringinya. Adanya kedekatan dengan
rakyat dan juga kekauatan massif mereka menyebabkan gerakan mahasiswa bisa
bergerak cepat berkat adanya jaringan komunikasi antar mereka yang aktif ( ingat teori
snow bowling)..

Oleh karena itu, sejarah telah mencatat peranan yang amat besar yang
dilakukan gerakan mahasiswa selaku prime mover terjadinya perubahan politik pada
suatu negara. Secara empirik kekuatan mereka terbukti dalam serangkaian peristiwa
penggulingan, antara lain seperti : Juan Peron di Argentina tahun 1955, Perez Jimenez di
Venezuela tahun 1958, Soekarno di Indonesia tahun 1966, Ayub Khan di Paksitan tahun
1969, Reza Pahlevi di Iran tahun 1979, Chun Doo Hwan di Korea Selatan tahun 1987,
Ferdinand Marcos di Filipinan tahun 1985, dan Soeharto di Indonesia tahun 1998. Akan
tetapi, walaupun sebagian besar peristiwa pengulingan kekuasaan itu bukan menjadi
monopoli gerakan mahasiswa sampai akhirnya tercipta gerakan revolusioner. Namun,
gerakan mahasiswa lewat aksi-aksi mereka yang bersifat massif politis telah terbukti
menjadi katalisator yang sangat penting bagi penciptaan gerakan rakyat dalam
menentang kekuasaan tirani.

materi persiapan PPD-B 76


1966 1974 1978 1989 1998 2001

Visi Nilai-nilai: Nilai-nilai: Nilai-nilai: Nilai-nilai: Nilai-nilai: Nilai-nilai:


keadilan keadilan sosial, keadilan keadilan keadilan keadilan sosial,
sosial, kebebasan, sosial, sosial, sosial, kebebasan,
kebebasan, kemanusiaan, kebebasan, kebebasan, kebebasan, kemanusiaan,
kemanusiaan, demokrasi dan kemanusiaan, kemanusiaan, kemanusiaan, demokrasi dan
demokrasi solidaritas demokrasi demokrasi demokrasi solidaritas
dan kepada rakyat dan dan dan kepada rakyat
solidaritas tertindas solidaritas solidaritas solidaritas tertindas
kepada kepada kepada kepada
rakyat rakyat rakyat rakyat
tertindas tertindas tertindas tertindas

Sasaran Pimpinan Strategi Pimpinan Pimpinan Pimpinan Pimpinan


Strategis Nasional Pembangunan Nasional Nasional dan Nasional dan Nasional dan
perubahan perubahan perubahan
struktural struktural struktural

Organisasi Ekstra Dewan Dewan Komite Jaringan Jaringan


Kurikuler Mahasiswa Mahasiswa Solidaritas Mahasiswa Mahasiswa
(KAMI dan Mahasiswa, formal dan formal dan non
Ormas buruh, tani, non formal formal (BEM,
Pemuda) dan kelas (Forkot, FKSMJ Forkot, FPPI,
menengah dll) KAMMI dll)

Aliansi Angkatan Intelektual Intelektual Buruh, tani, Intelektual Intelektual


strategis Darat politisi oposisi politisi oposisi intelektual, politisi oposisi, politisi oposisi,
kelas kaum miskin kaum miskin
menengah kota, kelas kota, kelas
menengah menengah,
dan profesional,
profesional buruh dan tani

Kondisi Friksi tajam Friksi tajam Friksi politik Friksi politik Friksi tajam Friksi tajam
Politik Soekarno, AD Jend. Soemitro relatif kecil relatif kecil Soeharo Eksekutif Versus
(Birokrasi dan PKI dan Aspri versus 14 Legislatif
dan Soeharto menteri,
Militer) Jend. Wiranto Friksi "kecil"
Versus Letjen. Gusdur Versus
Prabowo. S. Megawati
Versus
Angkatan Darat

materi persiapan PPD-B 77


Kondisi Inflasi 600% Pertumbuhan Pertumbuhan Pertumbuhan Depresiasi Depresiasi
Ekonomi relatif tinggi relatif tinggi rata-rata 7% 708% dan sektoral 165%
Inflasi 82,4% dan Inflasi 9,4%

Pertumbuhan Pertumbuhan 4-
– 14% 5%

Korban Mahasiswa 5- Mhs luka-luka, Mhs luka-luka Mhs luka-luka Mahasiswa 12 Mhs luka-luka,
7 meninggal, sejumlah orag ribuan rakyat
rakyat sekitar rakyat meninggal, meninggal
satu juta meninggal ratusan luka, karena
orang 1500 rakyat kerusuhan SARA
meninggal

Aktivis dan Tidak ada Penahanan Penahanan Penahanan Penahanan Belum ada
Pemimpin penahanan rata-rata 1-2 rata-rata 1 rata-rata 3-8 harian dan penahanan
Mahasiswa dan tahun tahun tahun dan denda
pemecatan pemecatan

Hasil Soekarno Soeharto Soeharto Soeharto Soeharto dan


digulingkan, tetap tetap tetap Habibie
PKI berkuasa, berkuasa, berkuasa, digulingkan,
dibubarkan perbaikan tidak ada tidak ada agenda
kebijakan perubahan perubahan reformasi
ekonomi kebijakan kebijakan macet total
signifikan signifikan

Disarikan dari berbagai sumber

materi persiapan PPD-B 78


MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
Definisi Kepemimpinan

Kepemimpinan mempunyai arti yang berbeda-beda tergantung pada sudut pandang atau
perspektif-perspektif dari para peneliti yang bersangkutan, misalnya dari perspektif individual dan
aspek dari fenomena yang paling menarik perhatian mereka. Stogdill (1974: 259) menyimpulkan
bahwa terdapat hampir sama banyaknya definisi tentang kepemimpinan dengan jumlah orang
yang telah mencoba mendefinisikannya. Lebih lanjut, Stogdill (1974: 7-17) menyatakan bahwa
kepemimpinan sebagai konsep manajemen dapat dirumuskan dalam berbagai macam definisi,
tergantung dari mana titik tolak pemikirannya. Misalnya, dengan mengutip pendapat beberapa
ahli, Paul Hersey dan Kenneth H Blanchard (1977: 83-84) mengemukakan beberapa definisi
kepemimpinan, antara lain:

* Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dengan
penuh kemauan untuk tujuan kelompok (George P Terry)

* Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan
umum (H.Koontz dan C. O'Donnell)

* Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan dan diarahkan
melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan (R. Tannenbaum, Irving R, F.
Massarik).

Untuk lebih mendalami pengertian kepemimpinan, di bawah ini akan dikemukakan beberapa
definisi kepemimpinan lainnya seperti yang dikutip oleh Gary Yukl (1996: 2), antara lain:

* Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan berada di atas
kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin organisasi (Katz dan Kahn)

* Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah kelompok yang


diorganisasi ke arah pencapaian tujuan (Rauch dan Behling)

* Kepemimpinan adalah proses memberi arti terhadap usaha kolektif yang mengakibatkan

materi persiapan PPD-B 79


kesediaan untuk melakukan usaha yang diinginkan untuk mencapai sasaran (Jacobs dan Jacques)

Menurut Wahjosumidjo (1984: 26) butir-butir pengertian dari berbagai definisi kepemimpinan,
pada hakekatnya memberikan makna :

* Kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang berupa sifat-sifat
tertentu seperti kepribadian, kemampuan, dan kesanggupan.

* Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan
kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri

* Kepemimpinan adalah proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan
situasi.

Dari berbagai definisi yang ada, maka dapat dikatakan bahwa Kepemimpinan adalah
* Seni untuk menciptakan kesesuaian paham
* Bentuk persuasi dan inspirasi
* Kepribadian yang mempunyai pengaruh
* Tindakan dan perilaku
* Titik sentral proses kegiatan kelompok
* Hubungan kekuatan/kekuasaan
* Sarana pencapaian tujuan
* Hasil dari interaksi
* Peranan yang dipolakan
* Inisiasi struktur

Berbagai pandangan atau pendapat mengenai batasan atau definisi kepemimpinan di atas,
memberikan gambaran bahwa kepemimpinan dilihat dari sudut pendekatan apapun mempunyai
sifat universal dan merupakan suatu gejala sosial.

Kepemimpinan sebagai salah satu cabang dari kelompok ilmu administrasi dan lebih khusus lagi
merupakan bagian dari ilmu administrasi negara. Jadi membahas kepemimpinan dalam konteks
administrasi negara, secara khusus akan membahas tentang konsep-konsep, pola-pola tindakan,
prestasi yang diharapkan oleh aparatur negara yang bersangkutan. Dengan kata lain,
kepemimpinan menempatkan organisasi sebagai sasaran studinya. Sehingga kepemimpinan yang
dimaksud di sini adalah kepemimpinan administratif. Secara khusus kepemimpinan administratif
lebih menekankan pada bagaimana seorang pemimpin secara efektif dapat mewujudkan
serangkaian peranan kepemimpinannya terhadap bawahannya.

materi persiapan PPD-B 80


PERILAKU PEMIMPIN
Pemimpin yang efektif kelihatannya tidak mempunyai sifat-sifat yang berbeda
dengan mereka yang tidak efektif sehingga para ahli perilaku management tidak lagi
meneliti tentang apa persayaratan ( kriteria ) seorang pemimpin yang efektif
melainkan para ahli ini meneliti tentang hal-hal yang dilakukan oleh pemimpin yang
efektif.Bagaimana mereka mendelegan tugas,bagaimana mereka mengambil
keputusan, bagaimana mereka berkomunikasi dan memotivasi para bawahan
Seorang pemimpin memang harus memiliki Kwalitas tertentu ( Kriteria tertentu )
namun disamping itu ada suatu cara terbaiak untuk memimpin tidak seperti kwalitas
pemimpin, maka perilaku pemimpin merupakan sesuatu yang dapat dipelajari, jadi
seseorang yang dilatih dengan kepemimpinan yang tepat akan bisa menjadi
pemimpin yang efektif.

Perilaku pemimpin ini disebut juga Gaya Kepemimpinan ( Style of Leadership ).


Berbagai gaya kepemimpinan telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin
telah diteliti dan ditemukan bahwa setiap pemimpin bisa mempunyai gaya
kepemimpinan yang berbeda antara yang satu dengan yang lain, dan tidak mesti
suatu gaya kepemimpinan yang satu lebih baik atau lebih jelek daripada gaya
kepemimpinan yang lainya.
Para ahli mencoba mengelompokkan gaya kepemimpinan dengan menggunakan sutu
dasar tertentu. Dasar yang sering dipergunakan adalah tugas yang dirasakan harus
dilakukakan oleh pemimpin, Kewjiban yang pimpinan harapakan diterima oleh
bawahan dan falsafah yang dianut oleh pimpinan untuk pengembangan dan
pemenuhan harapan para bawahan.
Ada berbagai gaya kepemimpinan antara lain :
1. The anthocratic leader
Seorang pemimpin yang otokratik menganggap bahwa semua kewajiban
untuk mengambil keputusan, untuk menjalankan tindakan, dan untuk
mengarahkan tindakan, dan untuk mengarahkan, memberi motivasi dan
mengawasi bawahanya terpusat ditanganya. Seorang pemimpin yang
otokratik mungkin memutuskan, dan punya perasaan bahwa bawahanya
tidak mampu untuk baranggapan mempunyai posisi yang kuat untuk
mengarahkan dan mengawasi pelaksanaan pekerjaaan dengan maksud
untuk meminimumkan penyimpangan dari arah yang ia berikan.
2. The Paticipative Leader
Apabila seseorang pemimpin menggunakan gaya partisipasi ia menjalankan
kepemimpinan dengan konsultasi. Ia tidak mendelegasikan wewenangnya
untuk membuat keputusan akhir dan untuk memberikan pengarahan tertentu
kepada bawahanya. Tetapi ia mencari berbagai pendapat dan pemikiran dari
pada bawahanya mengenai keputusan yang akan diambil. Ia akan secara
serius mendengarkan dan menilai pikiran –pikiran para bawahanya dan
menerima sumbangan pikiran mereka .Sejauh pemikiran tersebut bisa
dipraktekan .Pemimpin dengan gaya partisipatif akan mendorong kemampuan
mengambil keputusan dari pada bawahanya sehingga pikiran –pikiran mereka
akan selalu meningkat dan makin matang . Para bawahanya juga didorong
agar meningkatkan kemampuan mengendalikan diri dan menerima tanggung
jawab yang lebih besar. Pemimpin akan lebih “ Supportive” dalam kontak
dengan para bawahan dan bukan menjadi bersikap diktator. Meskipun tentu
saja. Wewenang terakhir dalam penganbilan keputusan terletak pada

materi persiapan PPD-B 81


pimpinan.
3. The Free Rein Leader
Dalam gaya kepemimpinan “ Free rein “ pemimpin mendelegasikan wewenang
untuk mengambil keputusan kepada para bawahanya dengan agak lengakap.
Pada prinsipnya pimpinan akan mengatakan “ inilah pekerjaan yang harus
saudara lakukakn. Saya tidak peduli bagaimana kalau mengerjakannya, asal
kan pekerjaan tersebut bisa diselesaikan dengan baik “. Disini pimpinan
menyerahkan tanggung jawab atas pelaksanaan pekerjaan tersebut kepada
para bawahanya. Dalam artian pimpinan menginginkan agar para bawahan
bisa mengendaliakan diri mereka sendiri di dalam menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Pimpinan tidak akan membuat peraturan-peraturan tentang
pelaksanaan pekerjaan tersebut, dan hanya para bawahan dituntut untuk
memiliki kemampuan/keahlian yang tinggi .

materi persiapan PPD-B 82


PENDIDIKAN
PENDIDIKAN SEBAGAI SUATU SISTEM

telah dihilankan dalam ketetapan MPR no IV/MPR/1978 tentag GBHN, yaitu:


1. Bertaqwa kepada TYME, dapat membangun dirinya, dapat bersama-sama ertanggung
jawab atas pembangunan bangsa.
2. Cerdas, terampil, berbudi pekerti, kua kepribadiannya, tebal semangat, kebangsaannya
yang ditempuh dalam pebinaan yaitu
 Nilai-nilai dan sikap, Pengetahuan, Kecerdasan, Keterampilan, Komunikasi

DASAR FILOSOFIS PENDIDIKAN

 LANDASAN PEMIKIRAN
Landasan filsafat merupakan landasan pemikiran sebagai titik berfijak atau pegangan dalam
mengembangkan pemikiran sebagai titik berpijak atau pegangan dalam mengembangkan pemikiran
tentang pendidikan. Pendidikan menyangkut manusia untuk memanusiakan manusia. Dalam
hubungan sesama manusia.
Pendidikan bukanlah suatu hasil pemikiran burupa gagasan atau sikap yang hampa
melainkan tujuan yang dicapai.
Tujuan pendidikan mengandung cita – cita yang sangat erat hubungannya dengan filsafat
hidup atau tujuan hidup seseorang,golongan atau Negara.
Apakah pendidikan itu merupakan penanaman atau tindak tranisasi ide-ide kita,ataukah merupakan
pemberiaan bimbingan? Hal itu tergantung pada pandangan hidup suatu bangsa kalau pandangan
hidup itu otoriter,maka pendidikannya bersifat indoktrinasi,kalau pandangan hidupnya bersifat
demokrasi maka pendidikan itu bersifat bimbingan

Oleh sebab itu kebanyakan ahli dewasa ini mengartikan filsafat sebagai cara berfikir yang
radikal dan menyeluruh,suatu cara berfikir yang mengupas segala sesuatu yang sedalam dalamnya
HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN
Filsafat dalam pendidikan adalah dua tahap dalam satu usaha berfilsafat ialah pemikiran nilai-nilai
dan ide-ide yang terbaik,sedangkan mendidik ialah usaha merealisasikan nilai-nilai dan ide-ide
dalam kehidupan dalam kepribadian manusia
Pendidikan tidak saja mengemukakan adanya tetapi juga menurutapa yang seharusnya
ada.pendidikan tidak hanya merupakan ilmu pengrtahuan yang meguraikan secara deskriktif seperti
psikologi tetapi merupakan ilmu pengetahuan normative yang mencoba mengemukakan konsep
manusia yang dicita-citakan
Berkaitan denagan itu maka pada bab 2 undang-undang 2 tahun 1989 tentang system pendidikan
nasional yaitu:
 DASAR : Pendidikan nasional berasaskan pancasila dan UUD1945.
 FUNGSI : Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional.

materi persiapan PPD-B 83


 TUJUAN : pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
terhadap tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur,memiliki pengetahuan dan
keterampilan,kesehatan,jasmani dan rohani,kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan


mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.

Sistem pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah
air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap menghargai jasa para
pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa
percaya diri sendiri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh
sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa depan.

Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia
dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan pada Undang-undang Pendidikan
tersebut, sistem pendidikan nasional dibedakan menjadi satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis
pendidikan, dan jenjang pendidikan.

Satuan pendidikan (sekolah atau luar sekolah) menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar


yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.

Penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan sekolah
dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang
diselenggarakan di sekolah melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan
berkesinambungan. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di

materi persiapan PPD-B 84


luar sekolah melalui kegiatan belajar-mengajar yang tidak harus berjenjang dan berkesinambungan.
Pendidikan keluarga merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya, nilai moral dan keterampilan.

Sistem pendidikan nasional terdiri dari tujuh jenis pendidikan yaitu pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik, dan pendidikan profesional. Pendidikan umum merupakan pendidikan yang
mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan peserta didik dengan
pengkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir masa pendidikan. Pendidikan kejuruan
merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang
tertentu. Pendidikan luar biasa merupakan pendidikan yang khusus diselenggarakan untuk peserta
didik yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental. Pendidikan kedinasan merupakan
pendidikan yang berusaha meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan untuk
pegawai atau calon pegawai suatu Departemen atau Lembaga Pemerintah Nondepartemen.
Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat
menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan khusus tentang ajaran agama yang
bersangkutan. Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada
penguasaan ilmu pengetahuan. Pendidikan profesional merupakan pendidikan yang diarahkan
terutama pada kesiapan penerapan keahlian tertentu.
Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas: Pendidikan Dasar;
Pendidikan Menengah; dan Pendidikan Tinggi. Selain jenjang pendidikan di atas, diselenggarakan
pendidikan prasekolah. Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan luar sekolah adalah
pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah baik di lembaga pemerintah, nonpemerintah,
maupun sektor swasta dan masyarakat.

Pendidikan Dasar merupakan pendidikan sembilan tahun terdiri atas program pendidikan
enam tahun di sekolah dasar dan program pendidikan tiga tahun di sekolah lanjutan tingkat pertama.
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama terdiri dari dua jenis sekolah yang berbeda yaitu sekolah umum
dan sekolah keterampilan. Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap dan

materi persiapan PPD-B 85


kemampuan serta memberikan pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan untuk hidup
dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti
pendidikan menengah. Pendidikan Dasar merupakan pendidikan wajib belajar yang memberikan
para siswa dengan pengetahuan dan keterampilan. Sebagai tambahan pada pendidikan dasar,
terdapat Madrasah Ibtidaiyah, yang setingkat dengan Sekolah Dasar dan Madrasah Tsanawiyah
yang setingkat dengan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama umum yang berada di bawah pengelolaan
Departemen Agama.

Pendidikan Menengah disiapkan untuk lulusan pendidikan dasar. Pendidikan menengah


terdiri atas pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan
dan pendidikan keagamaan. Pendidikan menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan lingkungan sosial, budaya, dan
alam sekitar serta dapat mengembangkan kemampuan lebih lanjut dalam dunia kerja atau
pendidikan tinggi. Lama pendidikan tiga tahun untuk sekolah umum dan tiga atau empat tahun
untuk sekolah kejuruan.

Sebagai tambahan pada sekolah menengah, terdapat Madrasah Aliyah yang setingkat dengan
sekolah menengah umum yang berada dalam pengelolaan Departemen Agama.

Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah yang terdiri dari
pendidikan akademik dan profesional. Pendidikan tinggi merupakan kelanjutan pendidikan
menengah yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan
dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian. Satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademi,
politeknik, sekolah tinggi, institut, atau universitas. Lama pendidikan tinggi tiga tahun untuk
program diploma atau empat tahun untuk program sarjana. Sesudah tingkat sarjana dapat
meneruskan ke program Pasca Sarjana selama dua tahun dan dapat meneruskan ke program Doktor
tiga tahun kemudian.

materi persiapan PPD-B 86


Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani anak didik di luar dilingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar,
yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan luar sekolah. Pendidikan
prasekolah antara lain meliputi pendidikan Taman Kanak-kanak, terdapat di jalur sekolah, dan
Kelompok Bermain, serta Penitipan Anak di jalur luar sekolah. Taman Kanak-kanak diperuntukan
anak usia 5 dan 6 tahun untuk satu atau dua tahun pendidikan, sementara kelompok bermain atau
penitipan anak diperuntukan anak paling sedikit berusia tiga tahun.

Jenis pendidikan luar sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan keagamaan,
pendidikan jabatan kerja, pendidikan kedinasan, dan pendidikan kejuruan. Pendidikan luar sekolah
dapat meliputi kursus-kursus, kelompok belajar seperti Paket A, Paket B, dan Kejar Usaha dan
kegiatan lainnya seperti magang.
Hakekat pendidikan secara universal adalah menanamkan nilai-nilai intelegensi, moral dan
spiritual kepada anak didik sesuai dengan perkembangan mental dan jasmaninya. Hakekat dari
pembelajaran adalah mendidik peserta didik (murid, mahasiswa) menjadi manusia yang
berdedikasi, kompeten, bermoral dan berwawasan. Hakekat dari pembelajaran mampu dicapai
dalam kondisi persaingan global yang lebih menekankan pencapaian ilmu daripada kesejajaran
antara kedewasaan secara emosional, intelegensi dan kepribadian. Pendidik (guru, dosen, orangtua
dan mayarakat) membimbing dan mendidik anak didik agar mampu membentuk orientasi belajar
(dan pencapaian ilmu) yang mengakomodir berbagai aspek (emosional, intelegensi dan
kepribadian). Hakekat pendidikan untuk mencerdaskan dan mencetak nilai-nilai luhur mengalami
reduksi besar-besaran yang cenderung bertumpu pada kepentingan pragmatis liberal semata. Dunia
dalam percepatan bukan diisi oleh generasi yang mampu menghadapi perubahan, melainkan lebih
pada generasi yang mengabdi pada kekuasaan.

Tujuan pendidikan adalah merubah sikap (Behavioral Change). Dalam ajaran Islam, tujuan
pendidikan semacam ini sudah ada dan diterapkan sejak 15 abad lalu. Bahwa tujuan dikirimkannya
Rasulullah SAW ke muka bumi ini adalah untuk merubah sikap manusia. Bertauhid, adalah bukti
bahwa pendidikan memegang peranan vital dalam perubahan perilaku manusia. Dari tidak tahu

materi persiapan PPD-B 87


menjadi tahu. Dari tidak bisa menjadi bisa. Dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Penelitian pendidikan pada umumnya mengandung dua ciri pokok, yaitu logika dan
pengamatan empiris (Babbie, 1986:16). Kedua unsur penciri pokok penelitian ini harus dipakai
dengan konsisten, artinya dua unsur itu harus memiliki hubungan fungsional-logis. Dalam hal ini
logika merujuk kepada (a) pemahaman terhadap teori yang digunakan dan (b) asumsi dasar yang
digunakan oleh peneliti ketika akan memulai kegiatan penelitian. Disamping itu pengamatan
empiris bertolak dari (a) hasil kerja indera manusia dalam melaksanakan observasi dan kekuatan
pemahaman manusia terhadap data-data lapangan. Kegiatan antara penggunaan logika dan
pengamatan empirik harus berjalan konsisten: artinya kedua unsur (logika dan pengamatan empiris)
harus memiliki keterpaduan dan memungkinkan terjadi dialog intensif. Dengan demikian
pengamatan empiris harus dilakukan sesuai dengan pertimbangan logis yang ada. Sebagai contoh:
dalam bidang pendidikan menurunnya prestasi siswa dapat diterangkan dengan asumsi bahwa (a)
telah terjadi berkurangnya minat siswa terhadap mata pelajaran tertentu di sekolah sebagai akibat
dari terbatasnya prasarana laboratorium dan buku penunjang belajar (b) telah terjadi penurunan
rerata nilai ujian untuk matakuliah tertentu, disebabkan guru belum memahami pelaksanaan
kurikulum yang berbasis kepada KTSP (kurikulum tingkat satuan pendidikan).

Metodologi dalam arti umum, adalah studi yang logis dan sistematis tentang prinsip-prinsip yang
mengarahkan penelitian ilmiah. Dengan demikian, metodologi dimaksudkan sebagai prinsip-prinsip dasar
dan bukan sebagai methods atau cara-cara untuk melakukan penelitian. Dalam bagan berikut, metodologi,
dalam arti prinsip dasar, digambarkan secara horizontal-yang intinya terdiri atas: masalah, tujuan, tinjauan
pustaka, kerangka teori (jika ada), hipotesis (jika ada), dan cara penelitian. Sedangkan cara penelitian atau
methods atau desain penelitian digambarkan secara vertikal- yang intinya terdiri atas lima unsur (bahan,
alat, jalannya penelitian, variabel penelitian, analisis hasil).

Dalam bahasa sehari-hari, pengertian methodology dan methods ini sering dikacaukan. Seringkali
dijumpai istilah metodologi atau metode penelitian, padahal yang dimaksudkan sebenarnya adalah
methods atau cara penelitian-sebagai salah satu tahap dalam metodologi penelitian yang kemudian
dituangkan dalam usulan penelitian. Dengan demikian, istilah ”metodologi” di sini adalah dalam arti yang
terbatas/sempit.

materi persiapan PPD-B 88


Sebagai suatu pola, cara penelitian tidak bersifat kaku-bagaimanapun, suatu cara hanyalah alat
(tool) untuk mencapai tujuan. Cara penelitian digunakan secara bervariasi, tergantung antara lain pada
obyek (formal) ilmu pengetahuan, tujuan penelitian, dan tipe data yang akan diperoleh. Penentuan cara
penelitian sepenuhnya tergantung pada logika dan konsistensi peneliti.

Pembuatan usulan penelitian merupakan suatu langkah konkret pada tahap awal penelitian.
Seorang guru yang baru meneliti atau ingin meneliti, dalam hal ini ingin memperoleh informasi dari
instrumen yang digunakan. Guru harus memiliki sejumlah keterampilan khusus. Demikian pula, penelitian
itu sedapat mungkin ditujukan untuk memecahkan suatu masalah pendidikan yang dihadapi oleh
masyarakat, negara, dan ilmu.

materi persiapan PPD-B 89


KETATANEGARAAN
Trias Politika : Pemisahan Kekuasaan
Pengantar

Trias Politika merupakan konsep pemerintahan yang kini banyak dianut diberbagai negara di aneka
belahan dunia. Konsep dasarnya adalah, kekuasaan di suatu negara tidak boleh dilimpahkan pada
satu struktur kekuasaan politik melainkan harus terpisah di lembaga-lembaga negara yang berbeda.

Trias Politika yang kini banyak diterapkan adalah, pemisahan kekuasaan kepada 3 lembaga berbeda
: Legislatif, Eksekutif, dan Yudikatif. Legislatif adalah lembaga untuk membuat undang-undang;
Eksekutif adalah lembaga yang melaksanakan undang-undang; dan Yudikatif adalah lembaga yang
mengawasi jalannya pemerintahan dan negara secara keseluruhan, menginterpretasikan undang-
undang jika ada sengketa, serta menjatuhkan sanksi bagi lembaga ataupun perseorangan manapun
yang melanggar undang-undang.

Dengan terpisahnya 3 kewenangan di 3 lembaga yang berbeda tersebut, diharapkan jalannya


pemerintahan negara tidak timpang, terhindar dari korupsi pemerintahan oleh satu lembaga, dan
akan memunculkan mekanisme check and balances (saling koreksi, saling mengimbangi).
Kendatipun demikian, jalannya Trias Politika di tiap negara tidak selamanya mulus atau tanpa
halangan.

Sejarah Trias Politika

Pada masa lalu, bumi dihuni masyrakat pemburu primitif yang biasanya mengidentifikasi diri
sebagai suku. Masing-masing suku dipimpin oleh seorang kepala suku yang biasanya didasarkan
atas garis keturunan ataupun kekuatan fisik atau nonfisik yang dimiliki. Kepala suku ini
memutuskan seluruh perkara yang ada di suku tersebut.

Pada perkembangannya, suku-suku kemudian memiliki sebuah dewan yang diisi oleh para tetua
masyarakat. Contoh dari dewan ini yang paling kentara adalah pada dewan-dewan negara-kota
Yunani. Dewan ini sudah menampakkan 3 kekuasaan Trias Politika yaitu kekuasaan legislatif,
eksekutif, dan yudikatif. Bahkan di Romawi Kuno, sudah ada perwakilan daerah yang disebut
Senat, lembaga yang mewakili aspirasi daerah-daerah. Kesamaan dengan Indonesia sekarang adalah
Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Namun, keberadaan kekuasaan yang terpisah, misalnya di tingkat dewan kota tersebut mengalami
pasang surut. Tantangan yang terbesar adalah persaingan dengan kekuasaan monarki atau tirani.
Monarki atau Tirani adalah kekuasaan absolut yang berada di tangan satu orang raja. Tidak ada

materi persiapan PPD-B 90


kekuasaan yang terpisah di keduanya.

Pada abad Pertengahan (kira-kira tahun 1000-1500 M), kekuasaan politik menjadi persengketaan
antara Monarki (raja/ratu), pimpinan gereja, dan kaum bangsawan. Kerap kali Eropa kala itu dilanda
perang saudara akibat sengketa kekuasaan antara tiga kekuatan politik ini. Sebagai koreksi atas
ketidakstabilan politik ini, pada tahun 1500 M mulai muncul semangat baru di kalangan intelektual
Eropa untuk mengkaji ulang filsafat politik yang bertujuan melakukan pemisahan kekuasaan.
Tokoh-tokoh seperti John Locke, Montesquieu, Rousseau, Thomas Hobbes, merupakan contoh dari
intelektual Eropa yang melakukan kaji ulang seputar bagaimana kekuasaan di suatu negara/kerajaan
harus diberlakukan. Meski pemikiran mereka saling bertolak-belakang, tetapi tinjauan ulang mereka
atas relasi kekuasaan negara cukup berharga untuk diperhatikan.

Untuk keperluan mata kuliah ini, cukup akan diberikan gambaran mengenai 2 pemikiran intelektual
Eropa yang berpengaruh atas konsep Trias Politika. Pertama adalah John Locke yang berasal dari
Inggris, sementara yang kedua adalah Montesquieu, dari Perancis.

John Locke (1632-1704)

Pemikiran John Locke mengenai Trias Politika ada di dalam Magnum Opus (karya besar) yang ia
tulis dan berjudul Two Treatises of Government yang terbit tahun 1690. Dalam karyanya tersebut,
Locke menyebut bahwa fitrah dasar manusia adalah ―bekerja (mengubah alam dengan keringat
sendiri)‖ dan ―memiliki milik (property).‖ Oleh sebab itu, negara yang baik harus dapat melindungi
manusia yang bekerja dan juga melindungi milik setiap orang yang diperoleh berdasarkan hasil
pekerjaannya tersebut. Mengapa Locke menulis sedemikian pentingnya masalah kerja ini ?

Dalam masa ketika Locke hidup, milik setiap orang, utamanya bangsawan, berada dalam posisi
rentan ketika diperhadapkan dengan raja. Seringkali raja secara sewenang-wenang melakukan
akuisisi atas milik para bangsawan dengan dalih beraneka ragam. Sebab itu, tidak mengherankan
kalangan bangsawan kadang melakukan perang dengan raja akibat persengkataan milik ini,
misalnya peternakan, tanah, maupun kastil.

Negara ada dengan tujuan utama melindungi milik pribadi dari serangan individu lain, demikian
tujuan negara versi Locke. Untuk memenuhi tujuan tersebut, perlu adanya kekuasaan terpisah,
kekuasaan yang tidak melulu di tangan seorang raja/ratu. Menurut Locke, kekuasaan yang harus
dipisah tersebut adalah Legislatif, Eksekutif dan Federatif.

Kekuasaan Legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang. Hal penting yang harus
dibuat di dalam undang-undang adalah bahwa masyarakat ingin menikmati miliknya secara damai.
Untuk situasi ‗damai‘ tersebut perlu terbit undang-undang yang mengaturnya. Namun, bagi John
Locke, masyarakat yang dimaksudkannya bukanlah masyarakat secara umum melainkan kaum
bangsawan. Rakyat jelata tidak masuk ke dalam kategori stuktur masyarakat yang dibela olehnya.
Perwakilan rakyat versi Locke adalah perwakilan kaum bangsawan untuk berhadapan dengan
raja/ratu Inggris.

Eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan amanat undang-undang. Dalam hal ini

materi persiapan PPD-B 91


kekuasaan Eksekutif berada di tangan raja/ratu Inggris. Kaum bangsawan tidak melaksanakan
sendiri undang-undang yang mereka buat, melainkan diserahkan ke tangan raja/ratu.

Federatif adalah kekuasaan menjalin hubungan dengan negara-negara atau kerajaan-kerajaan lain.
Kekuasaan ini mirip dengan Departemen Luar Negara di masa kini. Kekuasaan ini antara lain untuk
membangun liga perang, aliansi politik luar negeri, menyatakan perang dan damai, pengangkatan
duta besar, dan sejenisnya. Kekuasaan ini oleh sebab alasan kepraktisan, diserahkan kepada raja/ratu
Inggris, sebagai kekuasaan eksekutif.

Dari pemikiran politik John Locke dapat ditarik satu simpulan, bahwa dari 3 kekuasaan yang
dipisah, 2 berada di tangan raja/ratu dan 1 berada di tangan kaum bangsawan. Pemikiran Locke ini
belum sepenuhnya sesuai dengan pengertian Trias Politika di masa kini. Pemikiran Locke kemudian
disempurkan oleh rekan Perancisnya, Montesquieu.

Montesquieu (1689-1755)

Montesqueieu (nama aslinya Baron Secondat de Montesquieu) mengajukan pemikiran politiknya


setelah membaca karya John Locke. Buah pemikirannya termuat di dalam magnum opusnya, Spirits
of the Laws, yang terbit tahun 1748.

Sehubungan dengan konsep pemisahan kekuasaan, Montesquieu menulis sebagai berikut : ―Dalam
tiap pemerintahan ada tiga macam kekuasaan: kekuasaan legislatif; kekuasaan eksekutif, mengenai
hal-hal yang berkenan dengan dengan hukum antara bangsa; dan kekuasan yudikatif yang
mengenai hal-hal yang bergantung pada hukum sipil. Dengan kekuasaan pertama, penguasa atau
magistrat mengeluarkan hukum yang telah dikeluarkan. Dengan kekuasaan kedua, ia membuat
damai atau perang, mengutus atau menerima duta, menetapkan keamanan umum dan
mempersiapkan untuk melawan invasi. Dengan kekuasaan ketiga, ia menghukum penjahat, atau
memutuskan pertikaian antar individu-individu. Yang akhir ini kita sebut kekuasaan yudikatif, yang
lain kekuasaan eksekutif negara.‖

Dengan demikian, konsep Trias Politika yang banyak diacu oleh negara-negara di dunia saat ini
adalah Konsep yang berasal dari pemikir Perancis ini. Namun, konsep ini terus mengalami
persaingan dengan konsep-konsep kekuasaan lain semisal Kekuasaan Dinasti (Arab Saudi),
Wilayatul Faqih (Iran), Diktatur Proletariat (Korea Utara, Cina, Kuba).

Fungsi-fungsi Kekuasaan Legislatif

Legislatif adalah struktur politik yang fungsinya membuat undang-undang. Di masa kini, lembaga
tersebut disebut dengan Dewan Perwakilan Rakyat (Indonesia), House of Representative (Amerika
Serikat), ataupun House of Common (Inggris). Lembaga-lembaga ini dipilih melalui mekanisme
pemilihan umum yang diadakan secara periodik dan berasal dari partai-partai politik.

Melalui apa yang dapat kami ikhtisarkan dari karya Michael G. Roskin, et.al, termaktub beberapa
fungsi dari kekuasaan legislatif sebagai berikut : Lawmaking, Constituency Work, Supervision and

materi persiapan PPD-B 92


Critism Government, Education, dan Representation.

Lawmaking adalah fungsi membuat undang-undang. Di Indonesia, undang-undang yang dikenal


adalah Undang-undang Ketenagakerjaan, Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-
undang Guru Dosen, Undang-undang Penanaman Modal, dan sebagainya. Undang-undang ini
dibuat oleh DPR setelah memperhatikan masukan dari level masyarakat.

Constituency Work adalah fungsi badan legislatif untuk bekerja bagi para pemilihnya. Seorang
anggota DPR/legislatif biasanya mewakili antara 100.000 s/d 400.000 orang di Indnesia. Tentu saja,
orang yang terpilih tersebut mengemban amanat yang sedemikian besar dari sedemikian banyak
orang. Sebab itu, penting bagi seorang anggota DPR untuk melaksanakan amanat, yang harus ia
suarakan di setiap kesempatan saat ia bekerja sebagai anggota dewan. Berat bukan ?

Supervision and Critism of Government, berarti fungsi legislatif untuk mengawasi jalannya
pelaksanaan undang-undang oleh presiden/perdana menteri, dan segera mengkritiknya jika terjadi
ketidaksesuaian. Dalam menjalankan fungsi ini, DPR melakukannya melalui acara dengar pendapat,
interpelasi, angket, maupun mengeluarkan mosi kepada presiden/perdana menteri.

Education adalah fungsi DPR untuk memberikan pendidikan politik yang baik kepada masyarakat.
Anggota DPR harus memberi contoh bahwa mereka adalah sekadar wakil rakyat yang harus
menjaga amanat dari para pemilihnya. Mereka harus selalu memberi pemahaman kepada
masyarakat mengenai bagaimana cara melaksanakan kehidupan bernegara yang baik. Sebab, hampir
setiap saat media massa meliput tindak-tanduk mereka, baik melalui layar televisi, surat kabar,
ataupun internet.

Representation, merupakan fungsi dari anggota legislatif untuk mewakili pemilih. Seperti telah
disebutkan, di Indonesia, seorang anggota dewan dipilih oleh sekitar 300.000 orang pemilih. Nah,
ke-300.000 orang tersebut harus ia wakili kepentingannya di dalam konteks negara. Ini didasarkan
oleh konsep demokrasi perwakilan. Tidak bisa kita bayangkan jika konsep demokrasi langsung yang
diterapkan, gedung DPR akan penuh sesak dengan 300.000 orang yang datang setiap hari ke
Senayan. Bisa-bisa hancur gedung itu. Masalah yang muncul adalah, anggota dewan ini masih
banyak yang kurang peka terhadap kepentingan para pemilihnya. Ini bisa kita lihat dari masih
banyaknya demonstrasi-demonstrasi yang muncul di aneka isu politik.

Fungsi-fungsi Kekuasaan Eksekutif

Eksekutif adalah kekuasaaan untuk melaksanakan undang-undang yang dibuat oleh Legislatif.
Fungsi-fungsi kekuasaan eksekutif ini garis besarnya adalah : Chief of state, Head of government,
Party chief, Commander in chief, Chief diplomat, Dispenser of appointments, dan Chief legislators.

Eksekutif di era modern negara biasanya diduduki oleh Presiden atau Perdana Menteri. Chief of
State artinya kepala negara, jadi seorang Presiden atau Perdana Menteri merupakan kepada suatu
negara, simbol suatu negara. Apapun tindakan seorang Presiden atau Perdana Menteri, berarti
tindakan dari negara yang bersangkutan. Fungsi sebagai kepala negara ini misalnya dibuktikan
dengan memimpin upacara, peresmian suatu kegiatan, penerimaan duta besar, penyelesaian

materi persiapan PPD-B 93


konflik, dan sejenisnya.

Head of Government, artinya adalah kepala pemerintahan. Presiden atau Perdana Menteri yang
melakukan kegiatan eksekutif sehari-hari. Misalnya mengangkat menteri-menteri, menjalin
perjanjian dengan negara lain, terlibat dalam keanggotaan suatu lembaga internasional,
menandatangi surat hutang dan pembayarannya dari lembaga donor, dan sejenisnya. Di dalam tiap
negara, terkadang terjadi pemisahaan fungsi antara kepala negara dengan kepala pemerintahan. Di
Inggris, kepala negara dipegang oleh Ratu Inggris, demikian pula di Jepang. Di kedua negara
tersebut kepala pemerintahan dipegang oleh Perdana Menteri. Di Indonesia ataupun Amerika
Serikat, kepala negara dan kepala pemerintahan dipegang oleh Presiden.

Party Chief berarti seorang kepala eksekutif sekaligus juga merupakan kepala dari suatu partai yang
menang pemilu. Fungsi sebagai ketua partai ini lebih mengemuka di suatu negara yang menganut
sistem pemerintahan parlementer. Di dalam sistem parlementer, kepala pemerintahan dipegang oleh
perdana menteri yang berasal dari partai yang menang pemilu. Namun, di negara yang menganut
sistem pemerintahan presidensil terkadang tidak berlaku kaku demikian. Di masa pemerintahan Gus
Dur (di Indonesia) menunjukkan hal tersebut. Gus Dur berasal dari partai yang hanya memenangkan
9% suara di Pemilu 1999, tetapi ia menjadi presiden. Selain itu, di sistem pemerintahan parlementer,
terdapat hubungan yang sangat kuat antara eksekutif dan legislatif oleh sebab seorang eksekutif
dipilih dari komposisi hasil suara partai dalam pemilu. Di sistem presidensil, pemilu untuk memilih
anggota dewan dan untuk memilih presiden terpisah.

Commander in Chief adalah fungsi mengepalai angkatan bersenjata. Presiden atau perdana menteri
adalah pimpinan tertinggi angkatan bersenjata. Seorang presiden atau perdana menteri, meskipun
tidak memiliki latar belakang militer memiliki peran ini. Namun, terkadang terdapat pergesekan
dengan pihak militer jika yang menjadi presiden ataupun perdana menteri adalah orang bukan
kalangan militer. Sekali lagi, ini pernah terjadi di era Gus Dur, di mana banyak instruksi-
instruksinya kepada pihak militer tidak digubris pihak yang terakhir, terutama di masa kerusuhan
sektarian (agama) yang banyak terjadi di masa pemerintahannya.

Chief Diplomat, merupakan fungsi eksekutif untuk mengepalai duta-duta besar yang tersebar di
perwakilan negara di seluruh dunia. Dalam pemikiran trias politika John Locke, termaktub
kekuasaan federatif, kekuasaan untuk menjalin hubungan dengan negara lain. Demikian pula di
konteks aplikasi kekuasaan eksekutif saat ini. Eksekutif adalah pihak yang mengangkat duta besar
untuk beroperasi di negara sahabat, juga menerima duta besar dari negara lain.

Dispenser of Appointment merupakan fungsi eksekutif untuk menandatangani perjanjian dengan


negara lain atau lembaga internasional. Dalam fungsi ini, penandatangan dilakukan oleh presiden,
menteri luar negeri, ataupun anggota-anggota kabinet yang lain, yang diangkat oleh presiden atau
perdana menteri.

Chief Legislation, adalah fungsi eksekutif untuk mempromosikan diterbitkannya suatu undang-
undang. Meskipun kekuasaan membuat undang-undang berada di tangan DPR, tetapi di dalam
sistem tata negara dimungkinkan lembaga eksekutif mempromosikan diterbitkannya suatu undang-
undang oleh sebab tantangan riil dalam implementasi suatu undang-undang banyak ditemui oleh

materi persiapan PPD-B 94


pihak yang sehari-hari melaksanakan undang-undang tersebut.

Fungsi-fungsi Kekuasaan Yudikatif

Kekuasaan Yudikatif berwenang menafsirkan isi undang-undang maupun memberi sanksi atas
setiap pelanggaran atasnya. Fungsi-fungsi Yudikatif yang bisa dispesifikasikan kedalam daftar
masalah hukum berikut : Criminal law (petty offense, misdemeanor, felonies); Civil law
(perkawinan, perceraian, warisan, perawatan anak); Constitution law (masalah seputan penafsiran
kontitusi); Administrative law (hukum yang mengatur administrasi negara); International law
(perjanjian internasional).

Criminal Law penyelesaiannya biasanya dipegang oleh pengadilan pidana yang di Indonesia
sifatnya berjenjang, dari Pengadilan Negeri (tingkat kabupaten), Pengadilan Tinggi (tingkat
provinsi, dan Mahkamah Agung (tingkat nasional). Civil law juga biasanya diselesaikan di
Pengadilan Negeri, tetapi khusus umat Islam biasanya dipegang oleh Pengadilan Agama.
Constitution Law kini penyelesaiannya ditempati oleh Mahkamah Konstitusi. Jika individu,
kelompok, lembaga-lembaga negara mempersoalkan suatu undang-undang atau keputusan, upaya
penyelesaian sengketanya dilakukan di Mahkamah Konstitusi. Administrative Law penyelesaiannya
dilakukan di Pengadilan Tata Usaha Negara, biasanya kasus-kasus sengketa tanah, sertifikasi, dan
sejenisnya. Sementara itu, International Law tidak diselesaikan oleh badan yudikatif di bawah
kendali suatu negara melainkan atas nama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

—————————————————-
Referensi :
Miriam Budiardjo, Dasar-dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia, 2001).
Michael G. Roskin, et al., Political Science: An Introduction, Bab 13, 14

Lonceng kematian trias politica


>> Rabu, 2008 Desember 10

Oleh wongbanyumas

Perkembangan pesat dalam bidang ketatanegaraan di Indonesia mulai terjadi sejak terjadinya
momentum reformasi. Setelah bebas dari pemerintahan tiran yang membelenggu selama lebih dari
tiga puluh tahun bangsa ini seolah menemukan sebuah kebebasan yang lama didambakan setiap
warga negara. Kebebasan yang dahulu dibayar mahal bahkan dengan darah dan nyawa kini sangat
mudah diraih. Perubahan pemerintahan dari pemerintahan tiran menuju pemerintahan demokratis
turut merubah struktur ketatanegaraan di Indonesia. Perubahan struktur ketatanegaraan ditandai
dengan amandemen terhadap UUD 1945. UUD 45 sebagai sebuah dokumen konstitusi merupakan
norma dasar (grund norm) bagi negara kita.

Perubahan terhadap UUD tentunya akan berdampak terhadap struktur ketatanegaraan negara kita.
Pada dasarnya ketika terjadi perubahan terhadap UUD maka mempengaruhi beberapa lembaga
negara yang dimungkinkan untuk bertambah ataupun berkurang bahkan bisa saja

materi persiapan PPD-B 95


meniadakan semua lembaga negara dan dibentuk lembaga negara baru. Konsep ketatanegaraan
modern saat ini banyak menganut sistem pemisahan kekuasaan (separation of power) yang
dipopulerkan oleh montesqieu. Konsep yang dikenal dengan nama trias politica membagi kekuasaan
pemerintahan menjadi tiga. Tiga kekuasaan itu antara lain eksekutif, legislatif, dan yudikatif.

Pertama, kekuasaan legislatif adalah cabang kekuasaan yang berfungsi dan bertugas untuk membuat
peraturan perundang-undangan. Sebagai pembuat peraturan maka seorang legislator haruslah
mempunyai tingkat kecerdasan dalam berfikir. Kecerdasan menjadi syarat bagi seorang legislator.
Hal ini tak lepas dari tugas pokok seorang legislator yang memiliki implikasi yang luas terhadap
kehidupan masyarakat. Ketika seorang legislator memiliki visi yang lugas maka akan melahirkan
peraturan yang pro rakyat. Tidak hanya intelegensia, seorang legislator juga harus memiliki moral
yang lurus dan baik.

Kedua, kekuasaan eksekutif adalah cabang kekuasaan yang menjalankan peraturan yang telah dibuat
dan disusun oleh cabang kekuasaan legislatif. Eksekutif secara luas diartikan sebagai presiden
beserta jajaran kabinetnya. Posisi eksekutif merupakan posisi penting karena merupakan pengambil
keputusan tertinggi dalam pemerintahan. Rousseau menyatakan bahwa legislator adalah insinyur
yang menemukan mesin, sedangkan eksekutif sebagai mekanik yang merakit dan
mengoperasikannya. Harus ada sinkronisasi antara eksekutif dengan legislatif.

Ketiga, kekuasaan yudikatif merupakan cabang kekuasan yang berfungsi sebagai pengawas jalannya
pemerintahan. Cabang kekuasaan ini diwujudkan melalui lembaga peradilan yang independen dan
bebas dari segala bentuk intervensi. Yudikatif berperan ketika eksekutif melakukan pelanggaran
terhadap perundang-undangan yang telah disusun oleh legislatif. Kekuasan yudikatif sebagai bentuk
kekuasaan judicial yang berperang sebagai pihak yang menyelesaikan sengketa dan perkara terkait
dengan undang-undang.

Ketiga kekuasaan tersebut secara ideal seharusnya melakukan sinergi sehingga akan menciptakan
pemerintahan yang demokratis dan equal. Menurut penulis kurang tepat ketika kita memandang
konsep trias politika sebagai konsep pemisahan kekuasaan. Hal ini dapat menimbulkan penafsiran
yang berbahaya ketika masing-masing cabang kekuasan merasa mandiri dan dapat berubah menjadi
superioritas antar lembaga. Pada akhirnya akan menciptakan absolutisme baru di tiap lembaga. Pada
dasarnya konsep pemisahan kekuasaan yang dicetuskan ini sebagai sebuah upaya untuk mengurangi
absolutisme raja di Prancis. Pada masa dark age kekuasan yang dimiliki raja sangatlah luas bahkan
sampai memiliki kewenangan untuk membuat peraturan perundang-undangan.

Akan lebih tepat jika kita menyebut konsep trias politica sebagai konsep pembagian kekuasaan
(distribution of power). Kekuasaan yang ada tidak dipisahkan melainkan didistribusikan ke tiap-tiap
cabang kekuasaan. Setiap cabang kekuasaan menjalankan tugas dan fungsi masing-masing tanpa
harus menimbulkan absolutisme di tiap cabang. Seperti yang diberlakukan di Amerika, separation of
power antara presiden, supreme court, dan senat. Konsep trias politica saat ini dianggap sebagai
konsep terbaik bagi negara demokrasi modern. Namun selayaknya hukum alam dalam dunia ilmu
bahwa suatu saat teori yang sedang mapan saat ini harus diuji. Hanya ada dua kemungkinan, teori
tersebut akan runtuh digantikan teori baru yang lebih mapan atau teori tetap bertahan sampai ada
teori baru yang dapat menumbangkannya.

materi persiapan PPD-B 96


Dalam kehidupan bernegara saat ini jamak kita lihat di berbagai belahan dunia muncul lembaga-
lembaga baru. Lembaga negara yang baru terbentuk tersebut biasanya berbentuk komisi. Lembaga
negara yang berbentuk komisi ini sifatnya independen. Dikatakan sebagai lembaga negara karena
mengambil pendapat ahli hukum yang menyatakan bahwa lembaga negara adalah setiap lembaga
yang tercantum dalam UUD (konstitusi). Sampai dengan saat ini terdapat 12 komisi negara
independen, antara lain :

1.Komisi yudisial (KY), berdasarkan pasal 24B UUD 1945 & UU No. 22/2004
2.Komisi pemilihan umum (KPU), berdasarkan pasal 22E UUD 1945 & UU No.12/2003
3.Komisi nasional hak asasi manusia (KOMNAS HAM), berdasarkan Keppres No 48/2001-UU No.
39/1999
4.Komisi nasional anti kekerasan terhadap perempuan, berdasarkan Keppres No. 181/1998
5.Komisi pengawas persaingan usaha (KPPU), berdasarkan UU No. 5/1999
6.Komisi ombudsman nasional, berdasarkan Keppres No. 44/2000
7.Komisi penyiaran indonesia (KPI), berdasarkan UU No. 32/2002
8.Komisi pemberantasan tindak pidana korupsi (KPK), berdasarkan UU No. 30/2002
9.Komisi perlindungan anak (KPA), berdasarkan UU No. 23/2002 & Keppres No. 77/2003
10.Dewan pers, berdasarkan UU No. 40/1999
11.Dewan pendidikan, berdasarkan UU No. 20/2003
12.Pusat pelaporan dan analisis transaksi keuangan (PPATK), berdasarkan Keppres No. 81/2003

Jimly Asshiddiqie menyatakan bahwa komisi negara independen adalah organ negara yang
independen (secara ideal) dan oleh karena itu berada di luar cabang kekuasaan eksekutif, legislatif,
maupun yudikatif. Namun justru mempunyai fungsi campur sari diantara ketiganya. Kita harus
membedakan antara komisi negara biasa dengan komisi negara independen. Komisi negara biasa
berada di bawah lingkup kekuasaan eksekutif. Sedangkan komisi negara independen tidak berada di
lingkungan kekuasaan apapun dan sifatnya yang independen.

Melihat dari keadaan yang demikian dapat terlihat bahwa teori ini telah mati dan sudah tergantikan
dengan teori baru. Bahkan menurut Dody Nur Andrian teori mati ketik lahir. Artinya tidak ad yng
dapat mengimplementasikan teori ini dalm kehidupan kenegaraan.

NEGARA
Negara/state ~ status, stratum (B. Latin): sesuatuyang memilikisifat-sifatyang tegakdan tetap
Terminologi: Organisasitertinggidiantarasatukelompokmasyarakatyang mempunyaicita-
citauntuk bersatu, hidupdi dalam daerahtertentu, dan mempunyaipemerintahanyang berdaulat.

R.H Soltau: Alatatauwewenangyang


mengaturataumengendalikanpersoalanbersamaatasnamarakyat
H.J. Laski: suatumasyarakatyang diintegrasikankarenamempunyaiwewenangyang
bersifatmemaksadan secarasahlebihagungdaripadaindividu/kelompokyang
merupakanbagiandarisuatumasyarakat

materi persiapan PPD-B 97


KonsepPlato : memajukankesusilaanmanusiasebagaiperseorangan, dan sebagaimakhluksosial
KonsepRoger H. Soltau: memungkinkanrakyatnyaberkembang,
sertamenyelenggarakandayaciptanyasebebasmungkin.
KonsepThomas A.A : mencapaipenghidupandan kehidupanamandan tentramdengantaatkepadadan
dibawahpimpinanTuhan.

TujuanNegara :
•Memperluaskekuasaan•Menyelenggarakanketerkaitanhukum•Mencapaikesejahteraanumum

TUJUAN NEGARA RI :
Memajukankesejahteraanumum, mencerdaskankehidupanbangsadan
ikutmelaksanakanketertibanduniayang berdasarkankemerdekaan, perdamaianabadidan keadilansosial

UNSUR NEGARA :

1.Rakyat/masyarakat/warganegara–secaranyatarakyatlahyang berkepentinganagar
negaradapatberjalandenganbaik

2.Wilayah–batasteritorialyang jelas: wilayahdarat, laut(perairan) dan udara

3.Pemerintahan: kelengkapannegarayang bertugasmemimpinorganisasinegarauntuk


mencapaitujuannegara.

TEORI TERBENTUKNYA

TEORI KONTRAK SOSIAL :


negaradibentukberdasarkanperjanjian-perjanjianmasyarakat
Teori ini terpenting, tertua, dan bersifatuniversal.

PENGANUTNYA ~ pakar paham kenegaraaan yang absolutis sampai paham yang


kenegaraan yang terbatas.

Thomas Hobbes: “saya memberikan kekuasaan dan menyerahkan hak memerintah kepada
orang yang ada dalam dewan dengan syarat bahwa saya memberikan hak kepadanya dan
memberikan keabsahan seluruh tindakan dalam suatu cara tertetntu.
John Locke: Suatu pemufakatan yang dibuat berdasarkan suara terbanyak dapat dianggap sebagai tindakan
seluruh masyarakat, karena persetujuan individu-individu untuk membentuk negara, mewajibkan individu
lain untuk mentaati Negara yg dibentuk dg suara terbanyak itu. Negara yg dibentukdg suara terbanyak tsb
tidak dapat mengambil hak-hak milik manusia & hak-hak lainnya yg tdk dilepaskan

Jean Jacques Rousseau: Negara atau Badan Korporatif kolektif dibentuk untuk menyatakan“kemauan
umumnya”dan ditujukanpada kebahagian bersama.
Selainitunegarajugamemperhatikankepentinganindividual, kedaulatannyaberadadalam
tanganrakyatmelaluikemauanumumnya.

John Locke: DasarkontraktualdarinegaradikemukansebagaiPERINGATAN


bahwakekuasaaanpenguasatidakpernahmutlaktetapiselaluTERBATAS, sebabdalam

materi persiapan PPD-B 98


mengadakanperjanjiandenganseorangatausekelompokorang, individu-
individutidakmenyerahkanseluruhhak-hakalamiahnya.

KEADAAN ALAMIAH diumpakansbg keadaan sebelum manusia melakukan dosa~ suatu keadaan yang aman
dan bahagia. Dalam keadaan alamiah hidup individu bebas sederajat, semuanya dihasilkan sendiri oleh
individu dan individu tersebut puas.

TEORI KETUHANAN : Negara dibentuk oleh Tuhan dan pemimpin-pemimpin Negara ditunjuk oleh Tuhan.
Raja dan pemimpin negara hanya bertanggungjawab pada tuhan dan tidakpada siapapun.
TEORI KEKUATAN :

Negara yang pertama adalah hasil dominasi dari kelompok ygkuat terhadap kelompok yg lemah. Negara
terbentuk dengan penaklukan dan pendudukan darisuatu kelompok etnis yg lebih kuat atas kelompok etnis
yg lebih lemah, dimulailahprosespembentukannegara

TEORI ORGANIS: negaradisamakandenganMAKHLUK HIDUP, MANUSIA ATAU BINATANG. Individuyang


merupakankomponen-komponennegaradianggapsebagaiSEL-SEL darimakhlukhidupitu.
KehidupankorporatdarinegaradapatdisamakansebagaiTULANG BELULANG manusia, UU sebagaiURAT
SYARAT manusia, raja sebagaiKEPALA dan paraindividusebagaiDAGING makhlukhidupitu.

TEORI HISTORIS : Lembaga-lembagasosialtidakdibuat,


tetapitumbuhsecaraevolusionersesuaidengankebutuhan-kebutuhanmanusia.

BENTUK-BENTUK NEGARA

NEGARA SERIKAT (FEDERAS):

kekuasaanaslidalam Negara FederasimerupakantugasNegara Bagian,


karenaberhubunganlangsungdenganrakyatnya. SementaraNegara Federasibertugasuntuk
menjalankanhubunganLuarNegeri, PertahananNegara, Keuangan, dan UrusanPos

NEGARA KESATUAN : bentuknegarayang merdekadan berdaulat, dengansatuPemerintahanPusatyang


berkuasadan mengaturseluruhdaerah.

1.Negara KesatuandenganSistemSentralisasi: sistempemerintahanyang


seluruhpersoalanterkaitdengannegaralangsungdiaturdan diurusolehPemPus, sementaradaerah-
daerahtinggalmelaksanakannya.

2.Negara KesatuandenganSistemDesentralisasi: kepaladaerahdiberikankesempatandan kekuasaanuntuk


mengurusrumahtangganyasendiri~ dikenalOTONOMI DAERAH (SWATANTRA)

BENTUK LAIN berdasarkanjumlahorangygmemerintahdalam sebuahnegara.

1.Monarchi: bentuknegarayang dalam pemerintahannyahanyadikuasaidan diperintaholehsatuorangsaja.

2.Oligarki: bentuknegarayang dipimpinolehbeberapaorang. Biasanyamodel

materi persiapan PPD-B 99


negarainidiperintaholehkelompokorangyang yangberasaldarikalanganfeodal.

3.Demokrasi: bentuknegarayang pemerintahantertinggiterletakditanganrakyat. Dalam bentuknegarayang


demokratis, rakyatmemilikikekuasaanpenuhdalam menjalankanpemerintahan

Pengertian Negara
Istilah "negara" bukanlah hal yang asing bagi bangsa Indonesia karena sejak jaman dahulu sudah dikenal. Istilah
ini berasal dari kata asing vakni Staat (belanda), L'etat (Prancis), State (lnggris), dan Statum ( Bahasa Latin).
Beberapa ahli kenegaraan memberikan pengertian tentang negara sebagai berikut :

1. Aristoteles, negara (polis) adalah persekutuan dari keluarga dan desa untuk mencapai kehidupan yang sebaik-
balknva

2. Logemann, negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan kekuasannya bertujuan untuk mengatur
serta menyelenggarakan suatu masyarakat

3. Prof. R. Djoko Soetono, Sh., Negara adalah suatu organisasi manusia atau kumpulan manusia-manusia yang
berada di bawah suatu pemerintahan yang sama.

4. M. Solly Lubis, SH., Negara adalah suatu bentuk pergaulan hidup manusia suatu komunitas. Negara itu
mempunyai syarat-syarat tertentu, rakyat tertentu, dan mempunyai pemerintahan.

5. FR. Oppenheimer, bila di suatu masyarakat tertentu terdapat suatu deferensial politik (antara pihak yang
memerintah dan pihak yang, diperintah) dan seterusnya, maka terdapatlah suatu negara. Melihat beberapa
pendapat para ahli di atas jelaskan terdapat perbedaan pendapat para ahli di atas jelaskan terdapat perbedaan
dalam pengertian negara. Menurut Prof. L.J Van Apeldoom dalam bukunya "Pengantar Hukum Indonesia"
bahwa :

a. Isitilah negara dipakai dalam arti "Persekutuan Rakyat" yakni untuk menyatakan sesuatu bangsa yang hidup
dalam suatu daerah, di bawah kekuasaan tertinggi menurut kaidah-kaidah hukum yang sama

b. Istilah negara mengandung arti "suatu wilayah tertentu", yakni menyatakan suatu daerah yang di dalamnya
berdiam suatu bangsa di bawah kekuasaan tertinggi
.

B. Pengertian negara dapat ditinjau dari berbagai segi antara lain :

1. Negara ditinjau dari segi kekuasaan

a) Menurut Prof. Mr. R. Kranenburg, negara adalah suatu organisasi kekuasaan yang diciptakan oleh
sekelompok manusia disebut bangsa.

b) Menurut pendapat Prof. Mr. Logemann, negara adalah suatu organisasi kemasyarakatan yang dengan
kekuasaannya bertujuan untuk mengatur dan mengurus satu masyarakat tertentu.

materi persiapan PPD-B 100


2. Negara ditinjau dari segi kesusilaan

George W.F. Hegel beranggapan bahwa negara adalah organisasi kesusilaan yang timbul sebagai sitese
antara kemerdekaan universal dan kemerdekaan individu dimana keduanya saling bertentangan. Negara
adalah suatu oraanisme yang merupakan penjelmaan seluruh individu, dapat memandang apa yang baik dan
tidak baik secara moral. Paul Laband, berpendapat dan mendukung pendapat Hegel dengan mengatakan
bahwa tiada kekuasaan tertinggi, kesusilaan itu mengatakan baik dan buruk.

3. Negara ditinjau dari segi organanisasi politik

Mac lver, mengatakan negara adalah persetambatan yang bertindak lewat hukum direalisasikan oleh suatu
pemerintah, dilengkapi dengan kekuasaan untuk memaksa dalam satuan kehidupan, mempertegak syarat-
syarat lahir yang umum dari pada ketertiban sosial. Jadi negara sebagai organisasi politik adala.h melalui
kekuasaan dan kewenangan untuk mewujudkan suatu tujuan demi kepentingan rakvatnya.

4. Negara ditinjau dari segi integritas antara pemerintah dan rakyat

Negara ditinjau dari segi integritas antara rakyat dan pemerintahan berarti ada hubungan yang erat antara
pemerintah dan rakyat, teori intearitas atau integralistik atau teori persatuan pada awalnya diajarkan oleh
Benedictus de Spinoza pada abad ke 17, Adam Muler pada abad ke 18, dan F Hegel pada abad ke 19.

C. Tujuan Negara dan Fungsi Negara

1. Tujuan negara

Pada umumnya tujuan suatu negara bermacam-macam yaitu:

a. Untuk menciptakan kebahagiaan bagi rakyatnya

b. Untuk mencapai keluhuran clan kernegahan

c. Untuk kekuasaan semata-mata

d. Untuk menciptakan keadaan dimana rakyat mencapai keinginan-keinginan secara maksimal.

Teori - Teori tentang tujuan negara antara lain:

a. Teori kekuasaan negara, maksudnya negara hanya memikirkan untuk memperoleh kekuasaan sebesar-
besarnya sehingga kurang memperhatikan rakyatnya serta tujuannya untuk membentuk dan menjadikan
negara itu besar dan jaya. Pelopornya adalah, Shan Yang (Lord Shang) dan Nicollo Machiavelli.

b. Teori perdamaian dunia maksudnya dengan terbentuknya negara berarti mengurangi konflik-konflik yang
mungkin terjadi di dunia. Pelopornya antara lain : Dante Alleghiere dan Thomas Aquinas.

c. Teori jaminan atas hak dan kebebasan, maksudnya dengan adanya suatu negara, rakyat merasa hak asasinya
terlindungi dan terjamin keberadaanya. Tokohnya antara lain : Immanuel Kant dan Kranenburg.

d. Teori negara Kesejahteraan maksudnya negara secara aktif mengusahakan kesejahteraan warga negaranya.

materi persiapan PPD-B 101


Tokohnya: Prof. Mr. R. Kranenburg.

e. Teori Integralistik, maksudnya menggabungkan kemauan rakyat dan penguasa (negara). Tokohnya: Prof. Dr.
Soepomo. Teori ini menjadi dasar terbentuknyaTujuan Negara Republik Indonesia dalam Pembukaan UUD
1945 alinea IV.

2. Fungsi Negara

Fungsi negara pada hakikatnya merupakan pelaksanaan cita-cita dan tujuan negara, pada umumnya dipengaruhi
oleh ideologi negara yang bersangkutan. Beberapa fungsi negara yang layak dimiliki oleh setiap negara
sekarang ini antara lain :

a. Menjaga keamanan dan ketertiban, bertindak sebagai stabilisator.

b. Mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, terutama dalam bidang ekonomi dan sosial.

c. Melakukan pertahanan untuk menjaga serangan, gangguan yang datang dari luar dan dari dalam.

d. Menegakkan keadilan. untuk membangun suatu uegara yang harmonis

Ada beberapa Teori tentang fungsi negara antara lain

a. Teori i lndividualismc, adalah sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan individu. Negara tidak boleh
mencampuri kebebasan individu dalam keseejahteraan.

b. Teorii Sosialisme, negara harus menguasai dan turut campur dalam perekonomian untuk mensejahterakan
rakyat.

c. Teori Kumunisme, adalah sebagai alat pemaksa oleh kelas pemilik modal kepada kelas lain.

Tujuannya untuk mernpertahankan modal/alat produksi serta penghapusan semua milik perseorangan.
Pelopory a antara lain: Karl Marx dan Frederich Fngels.

d. Teori Anarkisme, adalah dapat dilaksanakan oleh kelompok atau perhimpunan yang dibentuk secara suka rela
tanpa alit pemaksa dan alat peradilan. Teori ini menolak adanya pemerintahan dengan alasan bahwa secara
kodrat manusia itu adalah baik dan bijaksana Pelopornya antara lain: Michael Bakunin, William Goodwin
dan Leo Tolstov.

BENTUK-BENTUK PEMERINTAHAN

Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta
undang-undang di wilayah tertentu. Ada beberapa definisi mengenai sistem pemerintahan. Sama
halnya, terdapat bermacam-macam jenis pemerintahan di dunia. Sebagai contoh: Republik, Monarki /
Kerajaan, Persemakmuran (Commonwealth). Dari bentuk-bentuk utama tersebut, terdapat beragam
cabang, seperti: Monarki Konstitusional, Demokrasi, dan Monarki Absolut / Mutlak.

materi persiapan PPD-B 102


1. REPUBLIK

Dalam pengertian dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana tampuk pemerintahan
akhirnya bercabang dari rakyat, bukan dari prinsip keturunan bangsawan. Istilah ini berasal dari
bahasa Latin res publica, atau "urusan awam", yanng artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh
rakyat. Namun republik berbeda dengan konsep demokrasi. Terdapat kasus dimana negara republik
diperintah secara totaliter. Misalnya, Afrika Selatan yang telah menjadi republik sejak 1961, tetapi
disebabkan dasar apartheid sekitar 80% penduduk kulit hitamnya dilarang untuk mengikuti pemilu.
Tentu saja terdapat juga negara republik yang melakukan perwakilan secara demokrasi.

Konsep republik telah digunakan sejak berabad lamanya dengan republik yang paling terkenal yaitu
Republik Roma, yang bertahan dari 509 SM hingga 44 SM. Di dalam Republik tersebut, prinsip-
prinsip seperti anualiti (memegang pemerintah selama satu tahun saja) dan "collegiality" (dua orang
memegang jabatan ketua negara) telah dipraktekkan.

Republikanisme adalah pandangan bahwa sebuah republik merupakan bentuk pemerintahan


terbaik. Republikanisme juga dapat mengarah pada ideologi dari banyak partai politik yang
menamakan diri mereka Partai Republikan. Beberapa dari antaranya adalah, atau mempunyai
akarnya dari anti-monarkisme. Untuk kebanyakan partai republikan hanyalah sebuah nama dan
partai-partai ini, serta pihak yang berhubungan dengan mereka, mempunyai sedikit keserupaan
selain dari nama mereka.

Republik dan konsep demokrasi

Banyak yang berpendapat negara republik adalah lebih demokratik dari negara monarki. Namun itu
semuanya sebenarnya bergantung kepada siapa yang memegang kuasa eksekutif. Pada hampir
setengah negara-negara monarki, raja hanyalah sekedar lambang kedaulatan negara, dan perdana
menteri lebih berkuasa dari raja. Monarki biasanya bertakhta seumur hidup dan kuasanya akan
diberi kepada saudara atau anak, atau dipilih mengikut peraturan yang ditetapkan. Banyak negara
monarki adalah demokratik.

Dari segi mana yang lebih demokratik, memang tak ada perbedaan yang jelas antara republik dan
monarki. Di negara monarki, sering Perdana Menteri mempunyai kuasa eksekutif lebih besar
dibanding rajanya, yang berkuasa dari segi adat istiadat saja. Dan ada juga kasus di beberapa
republik dimana Presidennya memerintah secara totaliter. Misalnya, negara di bawah pimpinan
Bokassa di Republik Afrika Tengah. Walau begitu, biasanya republik sering disamakan dengan
demokrasi. Amerika Serikat misalnya dianggap sebagai simbol demokrasi.

2. Monarki

Monarki, berasal dari bahasa Yunani monos (μονος) yang berarti satu, dan archein (αρχειν) yang
berarti pemerintah. Monarki merupakan sejenis pemerintahan di mana Raja menjadi Kepala Negara.
Monarki atau sistem pemerintahan kerajaan adalah sistem tertua di dunia. Pada awal kurun ke-
19, terdapat lebih 900 buah tahta kerajaan di dunia, tetapi menurun menjadi 240 buah dalam abad
ke-20. Sedangkan pada dekade kelapan abad ke-20, hanya 40 takhta saja yang masih ada. Dari

materi persiapan PPD-B 103


jumlah tersebut, hanya empat negara mempunyai raja atau monarki yang mutlak dan selebihnya
terbatas kepada sistem konstitusi.

Perbedaan diantara Raja dengan Presiden sebagai Kepala Negara adalah Raja menjadi Kepala
Negara sepanjang hayatnya, sedangkan Presiden biasanya memegang jabatan ini untuk jangka
waktu tertentu. Namun dalam negara-negara perserikatan seperti Malaysia, Raja atau Agong hanya
berkuasa selama 5 tahun dan akan digantikan dengan raja dari negeri lain dalam persekutuan. Dalam
zaman sekarang, konsep monarki mutlak hampir tidak ada lagi dan kebanyakannya adalah monarki
konstitusional, yaitu raja yang terbatas kekuasaannya oleh konstitusi. Monarki juga merujuk kepada
orang atau institusi yang berkaitan dengan Raja atau kerajaan di mana raja berfungsi sebagai kepala
eksekutif.

Monarki demokratis atau dalam bahasa Inggris Elective Monarchy, berbeda dengan konsep raja
yang sebenarnya. Pada kebiasaannya raja itu akan mewarisi tahtanya (hereditary monarchies).
Tetapi dalam sistem monarki demokratis, takhta raja akan bergilir-gilir di kalangan beberapa sultan.
Malaysia misalnya, mengamalkan kedua sistem yaitu kerajaan konstitusional serta monarki
demokratis.

Bagi kebanyakan negara, Raja merupakan simbol kesinambungan serta kedaulatan negara tersebut.
Selain itu, raja biasanya ketua agama serta Panglima Besar angkatan tentara sebuah negara.
Contohnya di Malaysia, Yang di-Pertuan Agong merupakan ketua agama Islam, sedangkan di
Britania Raya dan negara di bawah naungannya, Ratu Elizabeth II adalah ketua agama Kristen
Anglikan. Meskipun demikian, pada masa sekarang ini biasanya peran sebagai ketua agama tersebut
adalah bersifat simbolis saja.

Selain Raja, terdapat beberapa jenis pemerintah yang mempunyai bidang kekuasaan yang lebih luas
seperti Maharaja dan Khalifah.

3. Monarki konstitusional

Monarki konstitusional adalah sejenis kerajaan yang didirikan di bawah sistem konstitusional
yang mengakui Raja sebagai kepala negara. Monarki konstitusional yang modern biasanya
menggunakan konsep trias politica, atau politik tiga serangkai. Ini berarti Raja adalah hanya ketua
simbolis cabang eksekutif. Jika seorang Raja mempunyai kekuasaan pemerintahan yang penuh, ia
disebut monarki mutlak atau monarki absolut.

Saat ini, monarki konstitusional lazimnya digabung dengan demokrasi representatif. Oleh karena
itu, kerajaan masih di bawah kekuasaan rakyat tetapi raja mempunyai peranan tradisional di dalam
sebuah negara. Pada hakikatnya sang Perdana Menteri, pemimpin yang dipilih oleh rakyat, yang
memerintah negara dan bukannya Raja. Namun demikian, terdapat juga Raja yang bergabung
dengan kerajaan yang tidak demokratis. Misalnya, sewaktu Perang Dunia II, raja Jepang bergabung
dengan kerajaan tentera yang dipimpin seorang diktator dan juga sekarang di Thailand.

Beberapa sistem monarki konstitusional mengikuti keturunan; manakala yang lain melalui sistem
demokratis seperti di Malaysia di mana Yang di-Pertuan Agong dipilih oleh Majlis Raja-Raja

materi persiapan PPD-B 104


setiap lima tahun.

4. Monarki mutlak

Monarki mutlak atau monarki absolut merupakan bentuk kerajaan di mana seorang Raja
mempunyai kuasa penuh untuk memerintah negaranya. Berbeda dengan sistem monarki
konstitusional, Perdana Menteri dalam kerajaan monarki mutlak hanya memainkan peranan
simbolis.

Dalam zaman modern ini hanya terdapat empat monarki mutlak yaitu di Arab Saudi, Brunei, Nepal
dan Swaziland:

 Arab Saudi (Raja Abdullah ibn ’Abd al ’Aziz Al Sa’ud)


 Brunei (Sultan Hassanal Bolkiah Mu'izzadin Waddaulah )
 Nepal (Gyanendra Bir Bikram Shah Dev)
 Swaziland (Raja Mswati III)
 Vatikan (Paus Benediktus XVI)

Di Yordania dan Maroko, rajanya mempunyai banyak kuasa tetapi tidak boleh dianggap sebagai
monarki yang mutlak. Manakala di Liechtenstein, hampir dua-pertiga penduduknya yang berhak
mengikuti pemilu telah memberikan hak veto kepada kepala negaranya Pangeran Hans-Adam II.

5. Demokrasi

Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya
mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara untuk dijalankan oleh
pemerintah negara tersebut.

Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik
negara (eksekutif, yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang
saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain. Kesejajaran dan
independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga negara ini bisa saling
mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga pemerintah yang memiliki
kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga
pengadilan yang berwenang menyelenggarakan kekuasaan judikatif dan lembaga-lembaga
perwakilan rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan
legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh masyarakat atau oleh wakil yang
wajib bekerja dan bertindak sesuai aspirasi masyarakat yang diwakilinya (konstituen) dan yang
memilihnya melalui proses pemilihan umum legislatif, selain sesuai hukum dan peraturan.

Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan atau hasil-hasil penting, misalnya pemilihan

materi persiapan PPD-B 105


presiden suatu negara, diperoleh melalui pemilihan umum. Pemilihan umum tidak wajib atau tidak
mesti diikuti oleh seluruh warganegara, namun oleh sebagian warga yang berhak dan secara
sukarela mengikuti pemilihan umum. Sebagai tambahan, tidak semua warga negara berhak untuk
memilih (mempunyai hak pilih).

Kedaulatan rakyat yang dimaksud di sini bukan dalam arti hanya kedaulatan memilih presiden atau
anggota-anggota parlemen secara langsung, tetapi dalam arti yang lebih luas. Suatu pemilihan
presiden atau anggota-anggota parlemen secara langsung tidak menjamin negara tersebut sebagai
negara demokrasi sebab kedaulatan rakyat memilih sendiri secara langsung presiden hanyalah
sedikit dari sekian banyak kedaulatan rakyat. Walapun perannya dalam sistem demokrasi tidak
besar, suatu pemilihan umum sering dijuluki pesta demokrasi. Ini adalah akibat cara berpikir lama
dari sebagian masyarakat yang masih terlalu tinggi meletakkan tokoh idola, bukan sistem
pemerintahan yang bagus, sebagai tokoh impian ratu adil. Padahal sebaik apa pun seorang
pemimpin negara, masa hidupnya akan jauh lebih pendek daripada masa hidup suatu sistem yang
sudah teruji mampu membangun negara. Banyak negara demokrasi hanya memberikan hak pilih
kepada warga yang telah melewati umur tertentu, misalnya umur 18 tahun, dan yang tak memliki
catatan kriminal (misal, narapidana atau bekas narapidana).

Sejarah dan Perkembangan Demokrasi

Isitilah "demokrasi" berasal dari Yunani Kuno yang diutarakan di Athena kuno pada abad ke-5 SM.
Negara tersebut biasanya dianggap sebagai contoh awal dari sebuah sistem yang berhubungan
dengan hukum demokrasi modern. Namun, arti dari istilah ini telah berubah sejalan dengan waktu,
dan definisi modern telah berevolusi sejak abad ke-18, bersamaan dengan perkembangan sistem
"demokrasi" di banyak negara.

Kata "demokrasi" berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat, dan kratos/cratein yang
berarti pemerintahan, sehingga dapat diartikan sebagai pemerintahan rakyat, atau yang lebih kita
kenal sebagai pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Konsep demokrasi menjadi
sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik. Hal ini menjadi wajar, sebab demokrasi saat
ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara.

Demokrasi menempati posisi vital dalam kaitannya pembagian kekuasaan dalam suatu negara
(umumnya berdasarkan konsep dan prinsip trias politica) dengan kekuasaan negara yang diperoleh
dari rakyat juga harus digunakan untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Prinsip semacam trias politica ini menjadi sangat penting untuk diperhitungkan ketika fakta-fakta
sejarah mencatat kekuasaan pemerintah (eksekutif) yang begitu besar ternyata tidak mampu untuk
membentuk masyarakat yang adil dan beradab, bahkan kekuasaan absolut pemerintah seringkali
menimbulkan pelanggaran terhadap hak-hak asasi manusia.

Demikian pula kekuasaan berlebihan di lembaga negara yang lain, misalnya kekuasaan berlebihan
dari lembaga legislatif menentukan sendiri anggaran untuk gaji dan tunjangan anggota-

materi persiapan PPD-B 106


anggotanya tanpa mempedulikan aspirasi rakyat, tidak akan membawa kebaikan untuk rakyat.

Intinya, setiap lembaga negara bukan saja harus akuntabel (accountable), tetapi harus ada
mekanisme formal yang mewujudkan akuntabilitas dari setiap lembaga negara dan mekanisme ini
mampu secara operasional (bukan hanya secara teori) membatasi kekuasaan lembaga negara
tersebut.

6. NEGARA PERSEMAKMURAN

Persemakmuran atau Negara-Negara Persemakmuran (bahasa Inggris: Commonwealth of


Nations) merupakan suatu persatuan secara sukarela yang melibatkan negara-negara berdaulat yang
didirikan atau pernah dijajah oleh pihak Britania Raya (atau sering hanya disebut Inggris).

Tidak semua anggota mengakui Ratu Inggris, Elizabeth II, sebagai kepala negara.

Negara-negara yang mengambilnya sebagai kepala negara dikenal sebagai Kerajaan


Persemakmuran atau "Commonwealth Realm". Bagaimanapun juga, kebanyakan anggotanya adalah
republik, dan sebagian yang lain mempunyai monarki tersendiri. Namun demikian, semua
anggotanya menganggap Ratu Elizabeth II sebagai Ketua Persemakmuran.

Junta militer

Junta militer (diucapkan menurut ucapan bahasa Spanyol hun-ta) biasanya merujuk ke suatu
bentuk pemerintahan diktator militer, khususnya di Amerika Latin.

Dalam bahasa Spanyol, junta sendiri berarti "(rapat) bersama", dan biasanya digunakan untuk
berbagai kumpulan yang bersifat kolegial (hubungan kerekanan).

Junta militer biasanya dipimpin oleh seorang perwira militer yang berpangkat tinggi. Pemerintahan
ini biasanya hanya dikuasai oleh satu orang perwira yang mengendalikan hampir segala-galanya.
Bentuk-bentuk junta militer yang terkenal adalah pemerintahan Augusto Pinochet di Chili dan
Proceso de Reorganización Nacional, diktator militer yang terkenal karena kekejamannya di
Argentina dari 1976 hingga 1983. Lihat pula Sejarah Argentina, Sejarah Chili.

Negara-negara dalam kekuasaan militer sekarang ini:

 Libya
 Myanmar (Burma)
 Pakistan
 Sudan
 Mauritania- pada 3 Agustus 2005, militer melakukan kudeta dan mendeklarasikan dua tahun
pemerintahan transisi militer.

materi persiapan PPD-B 107


SUMBER-SUMBER KEKUASAAN

Mengapa seseorang memiliki kekuasan? Apakah sumber kekuasaan dari seorang pelaku? Ternyata sumber-
sumber kekuasaan bermacam-macam sifatnya. Sumber kekuasaan dapat berupa kedudukan. Misalnya
seorang menteri terhadap pegawainya atu seorang komandan terhadap anak buahnya.Adapula sumber
kekuasaan berupa kekayaan, misalnya seoranr yang kaya mempunyai kekuasaan terhadap seorang
pengacara atau politikus. Dalam hal ini kekuasaan otomatis karena materi yang dimiliki sehingga menjadi
salah satu sumber kekuasaan.

Kekuasaan dapat pula bersumber pada kepercayaan , ini sering kali kita temui pada
masyarakat tradisional. Sering kali orang dengan status darah biru atau pun pemuka agama dipercaya
sebagai pemimpin informal dimana setiap pengambilan keputusan mereka dilibatkan secara penuh. Dalam
masyarakat tradisional ataupun negara yang masih memiliki banyak unsur tradisional kekuasaan dapat
bersumber dari hubungan kekerabatan, hal ini cenderung berbau golongan atau suku. Contohnya orangtua
melarang anaknya menikah diluar dari suku atau agamanya. Sumber-sumber lain kekuasaan adalah
kepandaian, keterampilan.

Dalam proses penyelenggaraan kekuasaan ada banyak cara berbeda yang dilakukan. Upaya
yang paling ampuh adalah dengan kekuasaan ( force ). Cara ini cenderung pada wilayah mempersempit
alternatif bertindak. Selain itu adapula jalan persuasi dimana cenderung digunakan oleh orang-orang yang
memiliki pengaruh tetapi tidak memiliki kekuasaan ( kedudukan strategis ). Marx dapat dijadikan contoh
dari golongan ini dimana pengaruhnya menjadi dasar menggerakkan kekuasaannya.

Plutokrasi

Plutokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang mendasarkan suatu kekuasaan atas dasar
kekayaan yang mereka miliki. Mengambil kata dari bahasa Yunani, Ploutos yang berarti kekayaan
dan Kratos yang berarti kekuasaan. riwayat keterlibatan kaum hartawan dalam politik kekuasaan
memang berawal di kota Yunani, untuk kemudian diikuti di kawasan Genova, Italia.

PARTAI POLITIK

Partai politik merupakan salah satu wujud partisipasi masyarakat yang penting dalam
mengembangkan kehidupan demokrasi yang menjunjung tinggi kebebasan, kesetaraan, kebersamaan, dan
kejujuran.

Untuk mewujudkan tujuan kemasyarakatan dan kenegaraan yang berwawasan kebangsaan,


diperlukan adanya kehidupan dan sistem kepartaian yang sehat dan dewasa.

materi persiapan PPD-B 108


Definisi Partai Politik

Berdasarkan Undang-undang No. 31 Tahun 2002, tentang Partai Politik.

Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Republik Indonesia
secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota,
masyarakat, bangsa, dan negara melalui pemilihan umum.

1. Tujuan umum partai politik adalah ;

a. mewujudkan cita-cita nasional bangsa

a. mengembangkan kehidupan demokrasi dengan menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dalam


Negara
b. mewujudkan kesejahteraan bagi seluruh rakyat .
2. Tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-citanya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara.
3. Tujuan partai politik diwujudkan secara konstitusional

Partai Politik berfungsi sebagai sarana:

a. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi warga negara Republik
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara;

b. penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa untuk
mensejahterakan masyarakat;

c. penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara konstitusional dalam
merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;

d. partisipasi politik warga negara; dan

e. rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme demokrasi dengan
memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

Kedaulatan partai politik

1. Kedaulatan partai politik berada di tangan anggota yang dilaksanakan menurut Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga.
2. Anggota partai politik mempunyai hak dalam menentukan kebijakan, hak memilih dan dipilih.
3. Anggota partai politik wajib mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta
berkewajiban untuk berpartisipasi dalam kegiatan partai politik.

materi persiapan PPD-B 109


Sentralisasi dan Desentralisasi

A. Sentralisasi

Sentralisasi adalah memusatkan seluruh wewenang kepada sejumlah kecil manajer atau yang berada
di posisi puncak pada suatu struktur organisasi. Sentralisasi banyak digunakan pada pemerintahan
lama di Indonesia sebelum adanya otonomi daerah.

Kelemahan dari sistem sentralisasi adalah di mana seluruh keputusan dan kebijakan di daerah
dihasilkan oleh orang-orang yang berada di pemerintah pusat, sehingga waktu yang diperlukan
untuk memutuskan sesuatu menjadi lama. Kelebihan sistem ini adalah di mana pemerintah pusat
tidak harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan pengambilan
keputusan, karena seluluh keputusan dan kebijakan dikoordinir seluruhnya oleh pemerintah pusat.

B. Desentralisasi

Desentralisasi adalah pendelegasian wewenang dalam membuat keputusan dan kebijakan kepada
manajer atau orang-orang yang berada pada level bawah dalam suatu struktur organisasi. Pada saat
sekarang ini banyak perusahaan atau organisasi yang memilih serta menerapkan sistem
desentralisasi karena dapat memperbaiki serta meningkatkan efektifitas dan produktifitas suatu
organisasi.

Pada sistem pemerintahan yang terbaru tidak lagi banyak menerapkan sistem sentralisasi, melainkan
sistem otonomi daerah atau otda yang memberikan sebagian wewenang yang tadinya harus
diputuskan pada pemerintah pusat kini dapat di putuskan di tingkat pemerintah daerah atau pemda.
Kelebihan sistem ini adalah sebagian besar keputusan dan kebijakan yang berada di daerah dapat
diputuskan di daerah tanpa adanya campur tangan dari pemerintahan di pusat. Namun kekurangan
dari sistem desentralisasi pada otonomi khusus untuk daerah adalah euforia yang berlebihan di mana
wewenang tersebut hanya mementingkat kepentingan golongan dan kelompok serta digunakan
untuk mengeruk keuntungan pribadi atau oknum. Hal tersebut terjadi karena sulit untuk dikontrol
oleh pemerintah di tingkat pusat.

Gambaran Umum Tentang Sentralisasi Dan Desentralisasi

DIKELUARKANNYA Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2005 tentang Perubahan atas PP No


6/2005 tentang Pemilihan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah membawa
Indonesia pada titik di mana masalah peran pusat dan daerah masuk kembali ke dalam wacana
publik.

SENTRALISASI dan desentralisasi sebagai bentuk penyelenggaraan negara adalah persoalan


pembagian sumber daya dan wewenang. Pembahasan masalah ini sebelum tahun 1980-an terbatas
pada titik perimbangan sumber daya dan wewenang yang ada pada pemerintah pusat dan
pemerintahan di bawahnya. Dan tujuan "baik" dari perimbangan ini adalah pelayanan negara
terhadap masyarakat.

materi persiapan PPD-B 110


Seperti telah diketahui, pemahaman dan tujuan "baik" semacam itu sudah dipandang ketinggalan
zaman. Saat ini desentralisasi dikaitkan pertanyaan apakah prosesnya cukup akuntabel untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat lokal. Semata birokrasi untuk pelayanan tidak cukup untuk
menjamin kesejahteraan masyarakat, bahkan sering merupakan medium untuk melencengkan
sumber daya publik. Kontrol internal lembaga negara sering tak mampu mencegah berbagai macam
pelanggaran yang dilakukan pejabat negara.

Di Indonesia sejak tahun 1998 hingga baru-baru ini, pandangan politik yang dianggap tepat dalam
wacana publik adalah bahwa desentralisasi merupakan jalan yang meyakinkan, yang akan
menguntungkan daerah. Pandangan ini diciptakan oleh pengalaman sejarah selama masa Orde Baru
di mana sentralisme membawa banyak akibat merugikan bagi daerah. Sayang, situasi ini
mengecilkan kesempatan dikembangkannya suatu diskusi yang sehat bagaimana sebaiknya
desentralisasi dikembangkan di Indonesia. Jiwa desentralisasi di Indonesia adalah "melepaskan diri
sebesarnya dari pusat" bukan "membagi tanggung jawab kesejahteraan daerah".

Karena takut dianggap tidak politically correct, banyak orang enggan membahas peran pusat dan
daerah secara kritis. Kini sudah saatnya proses pembahasan dibuka kembali dengan
mempertimbangkan fakta-fakta secara lebih jujur.

Sentralisasi dan desentralisasi tidak boleh ditetapkan sebagai suatu proses satu arah dengan tujuan
pasti. Pertama- tama, kedua "sasi" itu adalah masalah perimbangan. Artinya, peran pemerintah pusat
dan pemerintah daerah akan selalu merupakan dua hal yang dibutuhkan. Tak ada rumusan ideal
perimbangan. Selain proses politik yang sukar ditentukan, seharusnya ukuran yang paling sah
adalah argumen mana yang terbaik bagi masyarakat.

Kedua, batas antara pusat dan daerah tidak selalu jelas. Kepentingan di daerah bisa terbelah antara
para elite penyelenggara negara dan masyarakat lokal. Adalah mungkin pemerintah pusat
memainkan peran menguatkan masyarakat lokal dalam menghadapi kesewenangan kekuasaan.
Ketiga, dalam suatu masyarakat yang berubah, tanggung jawab pusat maupun daerah akan terus
berubah pula.

Dalam penyelenggaraan negara selalu ada aspek dan definisi baru tentang peran pusat dan daerah.
Misalnya, globalisasi akan meningkatkan kembali campur tangan pusat di daerah di sisi-sisi
tertentu. Karena itu, desentralisasi dan sentralisasi dapat terjadi bersamaan pada aspek-aspek
berbeda. PUSAT mempunyai kecenderungan untuk mendorong sentralisasi karena berbagai alasan.
Untuk alasan "negatif" dapat disebut alasan seperti kontrol sumber daya dan menjadikan daerah
sebagai sapi perah. Namun, ada alasan-alasan yang dapat bersifat "positif", seperti kestabilan politik
dan ekonomi, menjaga batas kesenjangan agar tidak terlalu buruk, dan mendorong program secara
cepat.

Harus diingat, dalam banyak negara, termasuk Indonesia, pusat mempunyai sumber daya
manajerial, kecakapan lebih banyak dalam berinteraksi secara global, dan ada pada domain di mana
pengaruh etik pembangunan yang diterima secara internasional. Pemerintah pusat juga berada pada
hot spot proses politik. Adalah lebih mungkin terjadi situasi di mana pemerintah di bawah tekanan

materi persiapan PPD-B 111


jika kekuatan masyarakat sipil bersatu.

Bagaimana hal-hal itu dapat menghasilkan sesuatu yang positif atau negatif tergantung pada
situasinya. Pertama yang penting adalah legitimasi politik pemerintah pusat. Secara sederhana,
harus dibedakan antara legitimasi terhadap para pemimpin di tingkat nasional dan legitimasi
terhadap birokrasi. Pemerintah pusat sering harus mengandalkan birokrasi untuk programnya
terhadap daerah. Kepopuleran individu selalu tidak bertahan lama dan dapat segera dirusak oleh
ketidakmampuan memperbaiki mutu birokrasi.

Di Indonesia, birokrasi yang sebenarnya memiliki kompetensi dan orientasi lumayan pada awal
reformasi kini mulai dibelokkan kekuatan politik partai dan kelompok. Penyelenggara negara di
tingkat pusat terdiri dari beberapa partai politik. Kombinasi antara partai politik yang hampir
seluruhnya punya masalah akuntabilitas dan sistem politik representasi (oleh partai politik yang
dapat dikatakan sama di DPRD) yang tidak akuntabel di tingkat lokal membuat masyarakat lokal
tidak mudah memercayai "pusat". Jika ingin memperbaikinya, pemerintah pusat harus mampu
membuat standar akuntabilitas sendiri agar mendapat dukungan masyarakat lokal.

Indonesia kini mulai mengalami apatisme terhadap desentralisasi. Situasi ini bisa dimanfaatkan
pemerintah pusat untuk melakukan perubahan di tingkat daerah. Kasus Argentina dan Brasil yang
bersifat federalis menunjukkan jatuhnya legitimasi para elite politik lokal memberikan kesempatan
kepada elite nasional untuk melakukan resentralisasi di bidang ekonomi untuk bidang- bidang
tertentu. Kedua pemerintahan banyak menggunakan struktur internal (birokrasi) untuk mengubah
arah, tanpa terlalu banyak berurusan dengan struktur politik yang ada.

KEMBALI kepada persoalan awal, masalah sentralisasi dan desentralisasi bukan lagi dipandang
sebagai persoalan penyelenggara negara saja. Pada akhirnya kekuatan suatu bangsa harus diletakkan
pada masyarakatnya. Saat ini di banyak wilayah, politik lokal dikuasai selain oleh orang-orang
partai politik juga kelompok-kelompok yang menjalankan prinsip bertentangan dengan pencapaian
tujuan kesejahteraan umum. Kekuatan kelompok pro pembaruan lemah di banyak daerah dan
langsung harus berhadapan dengan kekuatan-kekuatan politik lokal dengan kepentingan sempit.

Pemerintah pusat seharusnya memperkuat elemen masyarakat untuk berhadapan dengan kekuatan
tadi. Sebagai contoh, KPU daerah diberi wewenang untuk merekomendasikan penghentian pilkada,
bukan melalui gubernur dan DPRD. Namun, sebagai institusi KPU daerah harus diperkuat secara
institusional dan organisatoris. Meskipun pemerintah pusat mungkin tidak diharapkan untuk ikut
mendorong perubahan sistem politik yang ada sekarang, perbaikan penegakan hukum di daerah-
daerah sangat membantu kekuatan masyarakat pro perubahan.

Birokrasi sekali lagi adalah alat pemerintah pusat untuk melakukan perbaikan daerah. Birokrasi, jika
dirancang secara sungguh-sungguh, bisa berperan sebagai alat merasionalisasikan masyarakat.
Pemerintah pusat, misalnya, membantu pemerintah daerah dalam mendesain pelayanan publik yang
akuntabel. Pemerintah daerah sering pada situasi terlalu terpengaruh dengan kepentingan

materi persiapan PPD-B 112


MANAJEMEN AKSI MASSA Oleh : Mahardian Asyhari

Pengertian Aksi Massa


Aksi Massa adalah suatu metode perjuangan yang mengandalkan kekuatan massa dalam
menekan pemerintah / pengusaha untuk mencabut atau memberlakukan kebijakan yang tidak
dikehendaki massa. Aksi massa merupakan bentuk perjuangan aktif dalam rangka merubah
kebijakan yang tidak sesuai dengan kehendak massa, oleh karena aksi massa mengambil bentuk
yang paling dekat dengan dinamika sosial yang berjalan dalam masyarakat.

Bentuk - Bentuk Aksi Massa


Aksi massa dikenal dalam berbagai bentuk sesuai dengan target dan sasaran aksi. Dilihat
dari aktivitas aksi ada dua bentuk aksi massa, yaitu aksi statis, dan aksi dinamis. Aksi statis adalah
aksi massa yang dilakukan pada satu titik tertentu mulai sejak aksi dibuka sampai aksi dibubarkan.
Aksi dinamis adalah aksi massa yang dimulai dari titik kumpul tertentu kemudian berpindah sesuai
dengan sasaran aksi.
1. Rapat Akbar;
2. Rally/Long March;
3. Mimbar bebas;
4. Panggung kesenian;
5. Teatherical

Tahapan Menuju Aksi Massa


Hampir tidak ada aksi massa yang berjalan spontan. Kebanyakan aksi massa dipersiapkan
secara matang, mulai dari kekuatan massa yang akan dilibatkan, perangkat aksi yang akan
bertugas, isu dan tuntutan yang akan diangkat serta institusi yang akan dituju. Pada dasarnya aksi
massa melalui tahapan sebagai berikut.
I. Persiapan
Gagasan untuk melakukan aksi massa biasanya lahir atau terinspirasi dari adanya syarat
obyektif bahwa parlemen atau lembaga berwenang tidak tanggap terhadap permasalahan
yang dihadapi rakyat. Atau rakyat tidak sepenuhnya percaya pada kemampuan para wakil
rakyat yang berjuang di dalam parlemen. Sebab, tidak semua anggota parlemen tentunya,
dapat mengangkat permasalahan secara terbuka dalam perdebatan parlementer. Oleh
karena itu, diperlukan adanya penekanan (pressure) massa untuk mengangkat
permasalahan rakyat menjadi perdebatan luas dan terbuka di intra parlemen maupun di
pendapat umum (public opinion) di luar parlemen.

materi persiapan PPD-B 113


Semua hal yang berkaitan dengan upaya penekanan dengan mengandalkan kekuatan
massa harus dipersiapkan sehingga segalanya berjalan lancar. Persiapan aksi massa
berjalan dalam lingkaran-lingkaran diskusi yang harus diorientasikan untuk melahirkan :
1. Isu / Tuntutan;
Isu atau tuntutan yang akan diangkat dalam aksi massa harus dibicarakan dan
diperdebatkan. Penentuan isu sangat penting karena akan memberi batasan gerak
secara keseluruhan proses aksi massa di lapangan.
2. Pra Kondisi Aksi
Pra kondisi aksi adalah aktivitas yang dilakukan sebelum aksi utama massa
berlangsung. Pra kondisi tersebut bisa dalam bentuk aksi penyebaran selebaran,
penempelan poster, Grafiti Action, pawai kecil-kecilan disekitar target aksi, dsb.
Tujuan pelaksanaan pra kondisi aksi adalah :
a. Mensosialisasikan rencana aksi massa beserta dengan isu/tuntutannya.
b. Memanaskan situasi di kawasan tertentu yang menjadi sasaran kampanye atau
sasaran penyeretan massa.
3. Perangkat Aksi Massa;
Yang dimaksud dengan perangkat aksi massa adalah pembagian kerja para partisipan
aksi massa. Perangkat aksi massa ditentukan menurut kebutuhan. Biasanya, dalam
aksi massa dibutuhkan perangkat sebagai berikut :
a. Koordinator Lapangan (Kolap)
Korlap bertugas sebagai pemeimpin aksi di lapangan, yang berhak memberikan
instruksi kepada massa. Keputusan untuk memulai ataupun
membubarkan/mengakhiri aksi massa ditentukan oleh korlap. Ia hendaknya
merupakan orang yang mempunyai kemampuan agitasi, propaganda, orasi dan
komunikatif.
b. Wakil Koordinator Lapangan (Wakolap)
Wakolap adalah pembantu kolap di lapangan. Ia berfungsi sama dengan kolap.
c. Divisi Acara
Divisi acara bertugas menyusun acara yang akan dilangsungkan pada saat aksi
massa. Divisi acara juga bertugas mengatur jalannya acara pada saat aksi
berlangsung statis. Ia bertugas mengatur dan mengemas jalannya acara agar
massa tidak menjadi jenuh.
d. Orator
Orator adalah orang yang bertugas menyampaikan tuntutan-tuntutan aksi massa
dalam bahasa orasi. Ia juga merupakan agitator yang membakar semangat massa.
e. Humas / Hubungan Masyrakat
Perangkat aksi yang bertugas menyebarkan seluas-luasnya perihal aksi massa
kepada pihak-pihak yang berkepentingan, terutama pers dan media massa lainnya.
f. Negosiator
Negosiator berfungsi sesuai dengan target dan sasaran aksi. Misalnya target dan

materi persiapan PPD-B 114


sasaran aksi adalah pendudukan gedung DPR/DPRD sementara target tersebut
tidak dapat dicapai karena dihalangi oleh aparat keamanan, maka fungsi seorang
negosiator adalah mendatangi komandannya dan melakukan proses tawar
menawar agar massa aksi tidak dihalang-halangi. Karena itu hendaknya seorang
negosiator adalah orang yang mempunyai kemampuan seni diplomasi.
g. Mobilisator
Orang yang bertugas memobilisasi massa, menyerukan kepada mssa untuk ikut
bergabung pada massa yang akan digelar beberapa waktu mendatang. Kerja
mobilisasi massa terletak sebelum aksi berlangsung.
h. Kurir
Satu momentum aksi massa tidak bisa dipastikan hanya dimanfaaatkan oleh satu
komite aksi/kelompok saja. Bisa jadi pada saat itu satu komite aksi sedang
menggelar aksi massa, ada kelompok lain yang juga menggelar kegiatan yang
sama menuju sasaran yang sama. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi terjadinya
kesalahpahaman antar komite aksi diperlukan fungsi kurir untuk menghubungkan
kedua atau lebih komite aksi yang menggelar acara yang sama.
Selain itu, kurir juga berfungsi menjembatani komite aksi-komite aksi agar terjadi
penyatuan massa atau aliansi taktis di lapangan. Kurir dalam hal ini bertugas
memberikan laporan kepada kolap perihal aksi massa yang dilakukan komite aksi
lain.
i. Advokasi
Perbenturan antara massa dengan aparat keamanan harus dihindari, akan tetapi
kalau pun hal itu tidak bisa dihindari, dan terjadi penangkapan oleh aparat
keamanan terhadap para aktivis aksi massa. Dibutuhkan peran tim advokasi yang
bertugas membela (advocate) dan memberikan perlindungan hukum terhadap
aktivis aksi massa yang telah distatuskan sebagai tersangka oleh aparat
keamanan. Dengan demikian, aksi massa selalu dilengkapi dengan perangkat
advokasi dan lazimnya perangkat ini bekerjasama dengan institusi bantuan hukum
yang mempunyai komitmen terhadap perjuangan demokrasi.
j. Self Defence Unit (SDU) / Unit Keamanan Aksi;
Sering terjadi aksi massa radikal menjadi aksi massa anarkis karena emosi massa
terpancing untuk meakukan tindakan destruktif. Ataupun aksi yang berlangsung
Chaos dengan aparat keamanan atau dengan kelompok tertentu. Antisipasi,
terhadap kecenderungan semacam ini dilakukan dengan melengkapi aksi massa
dengan perangkat Self Defence Unit (SDU). SDU atau disebut juga Unit keamanan
(security Unit) bertugas mencegah terjadinya penyusupan oleh pihak luar yang
bertujuan memperkeruh suasana. Tugasnya mengamati kondisi massa. Selain itu,
SDU juga berfungsi mengatasi massa dengan yel-yal dan lagu-lagu perjuangan
agar aksi massa tetap tampil bersemangat.
k. Logistik dan Medical Rescue
Perangkat logistik bertugas menyediakan perlengkapan-perlengkapan fisik yang

materi persiapan PPD-B 115


diperlukan dalam aksi massa seperti spanduk, poster, selebaran, pengeras suara
(megaphone) dan pernyataan sikap (statement). Sedangkan medical rescue
bertugas menyediakan obat-obatan dan memberikan bantuan P3K terhadap massa
yang kesehatan fisiknya terganggu ketika aksi massa berlangsung. Kalau terjadi
bentrok antara aparat keamanan dengan massa dan menyebabkan jatuhnya
korban luka ringan, serius atau meninggal, maka tugas medical rescue untuk
memberikan pertolongan pertama sebelum korban dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan perawatan intensif.
l. Dokumentasi
Perangkat aksi massa yang lain adalah dokumentasi. Divisi ini bertugas
mengabadikan penyelenggaraan aksi massa dalam bentuk gambar (fotografi) atau
dalam bentuk tulisan kronologi. Foto dan kronologis aksi massa ini penting sebagai
bukti jika keadaan yang tidak diinginkan terjadi.
m. Sentral Informasi
Sentral informasi adalah nomor telepon yang dijaga oleh seseorang yang bertugas
mendapatkan dan memberikan informasi tentang kondisi massa, situasi lapangan,
sampai dengan informasi-informasi lainnya.
n. K r o n o l o g.
Kronolog berfungsi untuk mencatat segala sesuatu yang terjadi selama aksi
berlangsung, mulai dari tempat star aksi sampai aksi selesai. Kronologis yang
dibuat oleh kronolog nantinya berfungsi sebagai salah satu dokumentasi aksi,
sebagai bahan evaluasi aksi, dan sebagai bukti tertulis jika ada hal-hal yang terjadi
kemudian.
4. Kelengkapan Material Aksi Massa
Selain kelengkapan struktur berupa perangkat aksi massa, dibutuhkan pula
kelengkapan material yang berupa instrumen aksi massa berupa :
a. Poster adalah kertas ukuran lebar yang dituliskan tuntutan-tuntutan aksi massa
dipermukaannya. Poster berisi tuntutan aksi yang ditulis tebal dengan spidol atau
cat agar jelas dibaca oleh massa dan sasaran aksi massa, ditulis dengan kalimat
singkat, padat dan jelas.
b. Spanduk adalah bentangan kain yang ditulisi tuntutan-tuntutan atau nama komite
aksi yang sedang menggelar aksi massa.
c. Selebaran adalah lembaran kertas yang memuat informasi agitasi dan
propaganda kepada massa yang lebih luas agar memberikan dukungan terhadap
aksi massa.
d. Pengeras suara adalah perangkat keras elektronika yang berfungsi memperbesar
volume suara.
e. Pernyataan sikap / statement adalah pernyataan tertulis yang memberikan
gambaran sikap massa terhadap satu kebijakan satu institusi/perorangan,
dibacakan dibagian akhir proses aksi massa. Penyusunan pernyataan sikap
biasanya didelegasikan kepada Humas atau divisi logistik.

materi persiapan PPD-B 116


5. Masa Persiapan Aksi
Kehadiran massa dalam jumlah yang massif dalam aksi massa merupakan faktor
yang menentukan keberhasilan aksi massa. Semakin besar kemampuan aksi suatu
komite aksi dalam hal mobilisasi massa untuk memberikan suport akan semakin
memberikan konstribusi positif terhadap aksi massa. Maka pada tahap persiapan aksi
massa dipersiapkan perangkat aksi/divisi khusus bekerja memobilisasi massa sebelum
aksi berlangsung.

6. Target Aksi
Target aksi adalah tujuan-tujuan minimal dan maksimal yang akan diraih dalam aksi
massa tersebut. Misalnya aksi massa dengan target membangun persatuan dan
solidaritas, target mengkampanyekan isu/tuntutan, target memenangkan tuntutan, dll.
7. Sasaran dan Waktu
Mobilisasi massa akan diarahkan kemana senantiasa dibicarakan dalam persiapan
pra aksi massa. Instansi atau lokasi yang dituju disesuaikan dengan isu atau tuntutan
yang diangkat. Oleh karena itu ditentukan pula metode aksi massa yang diterapkan :
rally dari satu titik awal menuju sasaran atau massa langsung dimobilisasi ke sasaran
tujuan.
Sasaran aksi massa adalah institusi perwakilan rakyat atau institusi lain yang
relevan dengan tuntutan massa. Misalnya : tuntutan aksi tentang pencabutan dwi
fungsi ABRI/TNI maka sasaran yang relevan untuk tuntutan tersebut adalah instansi
militer. Tuntutan pembatalan kenaikan harga BBM maka institusi yang dituju adalah
istana negara/kepresidenan atau dewan perwakilan rakyat.
Sedangkan waktu (momentum) aksi ditentukan berdasarkan kebutuhan yang paling
mungkin dengan segala pertimbangan seperti ; basis massa, sasaran aksi massa. Jika
basis massa aksi direncanakan mahasiswa, maka aksi diselenggarakan pada hari libur
mahaiswa. Begitu pula dengan sasaran, kantor-kantor pemerintah di Indonesia aktif
dari senin hingga jumat, dari pukul 08.00 hingga pukul 14.00 maka aksi amat tidak
menarik jika dilaksanakan diluar waktu tersebut misalnya pada hari Sabtu atau minggu
dan tanggal merah lainnya atau pada jam-jam kantor tutup. Momentum aksi massa
yang jelas sangat menentukan. Aksi pada satu momentum bersejarah akan membuka
kembali memori massa akan satu peristiwa yang tidak dihendaki terjadi oleh semua.
Maka momentum dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
a. Momentum yang dibuat sendiri (ourself made momentum)
Momentum pengajuan tuntutan terhadap pemerintah untuk mencabut atau
mengukuhkan kebijakan saat tertentu yang tidak ada basis materialnya pada masa
lalu, bahwa pernah terjadi satu peristiwa penting yang diketahui orang banyak pada
hari atau tanggal yang bersangkutan.
b. Momentum yang disediakan (privided momentum) yaitu saat penyelenggaran aksi
massa yang dipaskan dengan memperingati satu kejadian pada masa silam.
Misalnya aksi mahasiswa pada tanggal 12 Mei memperingati

materi persiapan PPD-B 117


hari tumbangnya rezim soeharto, dll.
Aksi yang dilaksanakan pada momentum yang disediakan ini akan dapat mengingatkan
kembali massa luas kepada peristiwa yang tragis atau bahkan monumental yang
pernah terjadi pada masa lalu.

II. Pelaksanaan Aksi Massa / Demonstrasi


Pada saat aksi massa dilakukan, segala tindakan massa disetting sesuai dengan persiapan
yang telah dilakukan para perangkat yang telah diberi tugas. Semua bekerja sesuai dengan
tugas yang telah disepakati bersama dalam persiapan sebelum aksi massa digelar.
Penyimpangan terhadap kesepakatan-kesepakatan yang telah dibuat bersama, akan
dikoreksi pada saat forum evaluasi diadakan.

III. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap terakhir dari rangkaian aksi massa. Merupakan forum atau wadah
tempat mengoreksi kesalahan-kesalahan atau penyimpangan-penyimpangan yang terjadi
di lapangan yang sebenarnya tidak sesuai dengan setting aksi massa yang telah disepakati
bersama. Evaluasi ini berfungsi melahirkan ide-ide baru yang dapat membangun struktur
pemikiran alternatif terhadap pola aksi yang telah dilaksanakan oleh komite aksi. Dialektika
pola aksi massa justru dapat terungkap ketika evaluasi terhadap pelaksanaan aksi massa
digelar.

Penutup
Aksi massa atau sering disebut demonstrasi telah semarak di Indonesia sejak periode akhir
kejayaan Rezim Soeharto. Fenomena aksi massa ini tidaklah lahir secara spontanitas belaka,
kemunculannya lebih dilatarbelakangi oleh latar belakang sosiologis dan psikologi massa yang
tidak puas dengan keadaan sosial yang melingkupinya. Keadaan sosial tersebut disebabkan oleh
sistem sosial, ekonomi, politik dan kompleksitas sistem yang lain, aksi demonstrasi dengan
melibatkan massa yang relative besar pertama kali terjadi ketika mahasiswa makassar menolak
kebijakan ekonomi dan peraturan kepolisian tahun 1986 yang memakan korban. Trend aksi
demonstrasi dengan mengerahkan massa dalam jumlah besar terus terjadi dikalangan mahasiswa,
buruh pabrik, masyarakat, baik diperkotaan sampai kedaerah-daerah.
Satu Kata!! Bergerak Maju Wujudkan Revolusi

materi persiapan PPD-B 118


NEGOSIASI
Tanpa kita sadari, setiap hari kita sesungguhnya selalu melakukan negosiasi.

Negosiasi adalah sesuatu yang kita lakukan setiap saat dan terjadi hampir di setiap aspek
kehidupan kita. Selain itu negosiasi adalah cara yang paling efektif untuk mengatasi dan
menyelesaikan konflik atau perbedaan kepentingan.

Kita memperoleh apa yang kita inginkan melalui negosiasi. Mulai dari bangun pagi, mungkin
kita harus mengambil kesepakatan siapa yang harus menggunakan kamar mandi terlebih
dahulu, kemudian apakah sopir harus mengantar isteri anda atau anda terlebih dahulu.
Demikian pula di kantor misalnya kita melakukan negosiasi dalam rapat direksi, rapat staf,
bahkan untuk menentukan di mana akan makan siang kita harus bernegosiasi dengan rekan
sekerja kita.

Jadi kita semua pada dasarnya adalah negosiator. Beberapa dari kita melakukannya dengan
baik, sedangkan sebagian lagi tidak pernah memenangkan negosiasi. Sebagian kita hanya
menjadi pengikut atau selalu mengikuti dan mengakomodasi kepentingan orang lain. Negosiasi
dilakukan oleh semua manusia yang berinteraksi dengan manusia lainnya. Mulai dari anak kecil
sampai orang tua, semua lapisan dari kalangan sosial terbawah sampai dengan kaum elit di
kalangan atas.

Negosiasi dilakukan mulai dari rumah, sekolah, kantor, dan semua aspek kehidupan kita. Oleh
karena itu penting bagi kita dalam rangka mengembangkan dan mengelola diri (manajemen
diri), untuk dapat memahami dasar-dasar, prinsip dan teknik-teknik bernegosiasi sehingga kita
dapat melakukan negosiasi serta membangun relasi yang jauh lebih efektif dan lebih baik
dengan siapa saja.

Kita bernegosiasi dengan siapa saja, mulai dari isteri atau suami, anak, orang tua, bos kita,
teman dan relasi bisnis. Dan kegiatan negosiasi kita lakukan setiap saat setiap hari. Negosiasi
dapat berupa apa saja – gaji kita, mobil dan rumah yang kita beli, biaya servis mobil, biaya
liburan keluarga, dan sebagainya.

Negosiasi terjadi ketika kita melihat bahwa orang lain memiliki atau menguasai sesuatu yang
kita inginkan. Tetapi sekedar menginginkan tidak cukup. Kita harus melakukan negosiasi untuk
mendapatkan apa yang kita inginkan dari pihak lain yang memilikinya dan yang juga
mempunyai keinginan atas sesuatu yang kita miliki. Sedangkan agar negosiasi dapat terjadi
dengan sukses, kita harus juga bersiap untuk memberikan atau merelakan sesuatu yang
bernilai yang dapat kita tukar dengan sesuatu yang kita inginkan tersebut.

Dalam buku Teach Yourself Negotiating, karangan Phil Baguley, dijelaskan tentang definisi
NEGOSIASI yaitu suatu cara untuk menetapkan keputusan yang dapat disepakati dan diterima
oleh dua pihak dan menyetujui apa dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa

materi persiapan PPD-B 119


mendatang.

Sedangkan negosiasi memiliki sejumlah karakteristik utama, yaitu:

1. senantiasa melibatkan orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau


perusahaan, sendiri atau dalam kelompok;

2. memiliki ancaman terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari
awal sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;

3. menggunakan cara-cara pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun
tukar menukar (barter);

4. hampir selalu berbentuk tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh
maupun ekspresi wajah;

5. negosiasi biasanya menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan
kita inginkan terjadi;

6. ujung dari negosiasi adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak,
meskipun kesepakatan itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat.

Manajemen Konflik

Karena setiap negosiasi memiliki potensi konflik dalam seluruh prosesnya, penting sekali bagi
kita untuk memahami cara mengatasi atau menyelesaikan konflik. Untuk menjelaskan
berbagai alternatif penyelesaian konflik dipandang dari sudut menang – kalah masing-masing
pihak, ada empat kuadran manajemen konflik:

1. Kuadran Kalah-Kalah (Menghindari konflik)

Kuadran keempat ini menjelaskan cara mengatasi konflik dengan menghindari konflik dan
mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti bahwa kedua belah pihak tidak sepakat
untuk menyelesaikan konflik atau menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.
Kita tidak memaksakan keinginan kita dan sebaliknya tidak terlalu menginginkan sesuatu yang
dimiliki atau dikuasai pihak lain.

Cara ini sebetulnya hanya bisa kita lakukan untuk potensi konflik yang ringan dan tidak terlalu
penting. Jadi agar tidak menjadi beban dalam pikiran atau kehidupan kita, sebaiknya memang
setiap potensi konflik harus dapat segera diselesaikan.

materi persiapan PPD-B 120


2. Kuadran Menang-Kalah (Persaingan)

Kuadran kedua ini memastikan bahwa kita memenangkan konflik dan pihak lain kalah.
Biasanya kita menggunakan kekuasaan atau pengaruh kita untuk memastikan bahwa dalam
konflik tersebut kita yang keluar sebagai pemenangnya. Biasanya pihak yang kalah akan lebih
mempersiapkan diri dalam pertemuan berikutnya, sehingga terjadilah suatu suasana
persaingan atau kompetisi di antara kedua pihak.

Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang merasa
terpaksa harus berada dalam posisi kalah, sehingga sebaiknya hanya digunakan dalam
keadaan terpaksa yang membutuhkan penyelesaian yang cepat dan tegas.

3. Kuadran Kalah-Menang (Mengakomodasi)

Agak berbeda dengan kuadran kedua, kuadran ketiga yaitu kita kalah – mereka menang ini
berarti kita berada dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya
ini kita gunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini juga
merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik tersebut atau
menciptakan perdamaian yang kita inginkan.

Mengalah dalam hal ini bukan berarti kita kalah, tetapi kita menciptakan suasana untuk
memungkinkan penyelesaian yang paripurna terhadap konflik yang timbul antara kedua pihak.
Mengalah memiliki esensi kebesaran jiwa dan memberi kesempatan kepada pihak lain untuk
juga mau mengakomodasi kepentingan kita sehingga selanjutnya kita bersama bisa menuju ke
kuadran pertama.

4. Kuadran Menang-Menang (Kolaborasi)

Kuadran pertama ini disebut dengan gaya manajemen konflik kolaborasi atau bekerja sama.
Tujuan kita adalah mengatasi konflik dengan menciptakan penyelesaian melalui konsensus
atau kesepakatan bersama yang mengikat semua pihak yang bertikai. Proses ini biasanya yang
paling lama memakan waktu karena harus dapat mengakomodasi kedua kepentingan yang
biasanya berada di kedua ujung ekstrim satu sama lainnya.

Proses ini memerlukan komitmen yang besar dari kedua pihak untuk menyelesaikannya dan
dapat menumbuhkan hubungan jangka panjang yang kokoh . Secara sederhana proses ini
dapat dijelaskan bahwa masing-masing pihak memahami dengan sepenuhnya keinginan atau
tuntutan pihak lainnya dan berusaha dengan penuh komitmen untuk mencari titik temu kedua
kepentingan tersebut.

materi persiapan PPD-B 121


Negosiasi dengan Hati

Pada dasarnya negosiasi adalah cara bagaimana kita mengenali, mengelola dan mengendalikan
emosi kita dan emosi pihak lain. Di sinilah seringkali banyak di antara kita tidak menyadari
bahwa negosiasi sebenarnya lebih banyak melibatkan apa yang ada di dalam hati atau jiwa
seseorang. Ini seperti gambaran sebuah gunung es, di mana puncak yang kelihatan
merupakan hal-hal yang formal, tuntutan yang dinyatakan dengan jelas, kebijakan atau
prosedur perusahaan, maupun hubungan atau relasi bisnis yang didasarkan pada hitungan
untung rugi.

Sedangkan yang sering dilupakan dalam proses negosiasi adalah hal-hal yang tidak kelihatan,
seperti misalnya hasrat, keinginan, perasaan, nilai-nilai maupun keyakinan yang dianut oleh
individual yang terlibat dalam konflik atau yang terlibat dalam proses negosiasi. Hal-hal yang
di dalam inilah justru seringkali menjadi kunci terciptanya negosiasi yang sukses dan efektif.

Negosiasi sebenarnya melibatkan tiga hal pokok yang kami sebut sebagai Negotiation Triangle,
yaitu terdiri dari HEART (yaitu karakter atau apa yang ada di dalam kita yang menjadi dasar
dalam kita melakukan negosiasi), HEAD (yaitu metoda atau teknik-teknik yang kita gunakan
dalam melakukan negosiasi), HANDS (yaitu kebiasaan-kebiasaan dan perilaku kita dalam
melakukan negosiasi yang semakin menunjukkan jam terbang kita menuju keunggulan atau
keahlian dalam bernegosiasi).

Jadi sebenarnya tidaklah cukup melakukan negosiasi hanya berdasarkan hal-hal formal,
kebijakan dan prosedur, atau teknik-teknik dalam negosiasi. Justru kita perlu menggunakan
ketiga komponen tersebut yaitu: karakter, metoda dan perilaku.

Dalam banyak hal, negosiasi justru tidak terselesaikan di meja perundingan atau meja rapat
formal, tetapi justru dalam suasana yang lebih informal dan relaks, di mana kedua pihak
berbicara dengan hati dan memanfaatkan sisi kemanusiaan pihak lainnya. Karena pada
dasarnya selain hal-hal formal yang ada dalam proses negosiasi, setiap manusia memiliki
keinginan, hasrat, perasaan, nilai-nilai dan keyakinan yang menjadi dasar bagi setiap langkah
pengambilan keputusan yang dilakukannya.

Langkah-langkah bernegosiasi

Persiapan

Langkah pertama dalam melakukan negosiasi adalah langkah persiapan. Persiapan yang baik
merupakan fondasi yang kokoh bagi negosiasi yang akan kita lakukan. Hal tersebut akan
memberikan rasa percaya diri yang kita butuhkan dalam melakukan negosiasi. Yang pertama
harus kita lakukan dalam langkah persiapan adalah menentukan secara jelas apa yang ingin
kita capai dalam negosiasi. Tujuan ini harus jelas dan terukur, sehingga kita bisa membangun
ruang untuk bernegosiasi. Tanpa tujuan yang terukur, kita tidak memiliki pegangan untuk
melakukan tawar-menawar atau berkompromi dengan pihak lainnya.

materi persiapan PPD-B 122


Hal kedua dalam persiapan negosiasi adalah kesiapan mental kita. Usahakan kita dalam
kondisi relaks dan tidak tegang. Cara yang paling mudah adalah dengan melakukan relaksasi
(sudah pernah kita bahas dalam edisi Mandiri 22). Bagi kita yang menguasai teknik
pemrograman kembali bawah sadar (subconscious reprogramming) kita dapat melakukan
latihan negosiasi dalam pikiran bawah sadar kita, sehingga setelah melakukannya berkali-kali
secara mental, kita menjadi lebih siap dan percaya diri.

Pembukaan

Mengawali sebuah negosiasi tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita harus mampu
menciptakan atmosfir atau suasana yang tepat sebelum proses negosiasi dimulai. Untuk
mengawali sebuah negosiasi dengan baik dan benar, kita perlu memiliki rasa percaya diri,
ketenangan, dan kejelasan dari tujuan kita melakukan negosiasi. Ada tiga sikap yang perlu kita
kembangkan dalam mengawali negosiasi yaitu: pleasant (menyenangkan), assertive (tegas,
tidak plin-plan), dan firm (teguh dalam pendirian). Senyum juga salah satu hal yang kita
perlukan dalam mengawali sebuah negosiasi, sehingga hal tersebut akan memberikan
perasaan nyaman dan terbuka bagi kedua pihak. Berikut ada beberapa tahapan dalam
mengawali sebuah negosiasi:

a. Jangan memegang apa pun di tangan kanan anda ketika memasuki ruangan negosiasi;

b. Ulurkan tangan untuk berjabat tangan terlebih dulu;

c. Jabat tangan dengan tegas dan singkat;

d. Berikan senyum dan katakan sesuatu yang pas untuk mengawali pembicaraan.

Selanjutnya dalam pembicaraan awal, mulailah dengan membangun common ground, yaitu
sesuatu yang menjadi kesamaan antar kedua pihak dan dapat dijadikan landasan bahwa pada
dasarnya selain memiliki perbedaan, kedua pihak memiliki beberapa kesamaan yang dapat
dijadikan dasar untuk membangun rasa percaya.

Memulai proses negosiasi

Langkah pertama dalam memulai proses negosiasi adalah menyampaikan (proposing) apa
yang menjadi keinginan atau tuntutan kita. Yang perlu diperhatikan dalam proses
penyampaian tujuan kita tersebut adalah:

a. Tunggu saat yang tepat bagi kedua pihak untuk memulai pembicaraan pada materi pokok
negosiasi;

b. Sampaikan pokok-pokok keinginan atau tuntutan pihak anda secara jelas, singkat dan
penuh percaya diri;

materi persiapan PPD-B 123


c. Tekankan bahwa anda atau organisasi anda berkeinginan untuk mencapai suatu
kesepakatan dengan mereka;

d. Sediakan ruang untuk manuver atau tawar-menawar dalam negosiasi, jangan membuat
hanya dua pilihan ya atau tidak;

e. Sampaikan bahwa ”jika mereka memberi anda ini anda akan memberi mereka itu – if you’ll
give us this, we’ll give you that.” Sehingga mereka mengerti dengan jelas apa yang harus
mereka berikan sebagai kompensasi dari apa yang akan kita berikan.

f. Hal kedua dalam tahap permulaan proses negosiasi adalah mendengarkan dengan efektif
apa yang ditawarkan atau yang menjadi tuntutan pihak lain. Mendengar dengan efektif
memerlukan kebiasaan dan teknik-teknik tertentu. Seperti misalnya bagaimana mengartikan
gerakan tubuh dan ekspresi wajah pembicara. Usahakan selalu membangun kontak mata
dengan pembicara dan kita berada dalam kondisi yang relaks namun penuh perhatian.

Zona Tawar Menawar (The Bargaining Zone)

Dalam proses inti dari negosiasi, yaitu proses tawar menawar, kita perlu mengetahui apa itu
The Bargaining Zone (TBZ). TBZ adalah suatu wilayah ruang yang dibatasi oleh harga
penawaran pihak penjual (Seller’s Opening Price) dan Tawaran awal oleh pembeli (Buyer’s
Opening Offer). Di antara kedua titik tersebut terdapat Buyer’s Ideal Offer, Buyer’s Realistic
Price dan Buyer’s Highest Price pada sisi pembeli dan Seller’s Ideal Price, Seller’s Realistic Price
dan Seller’s Lowest Price pada sisi pembeli.

Kesepakatan kedua belah pihak yang paling baik adalah terjadi di dalam wilayah yang disebut
Final Offer Zone yang dibatasi oleh Seller’s Realistic Price dan Buyer’s Realistic Price. Biasanya
kesepakatan terjadi ketika terdapat suatu overlap antara pembeli dan penjual dalam wilayah
Final Offer Zone.

Membangun Kesepakatan

Babak terakhir dalam proses negosiasi adalah membangun kesepakatan dan menutup
negosiasi. Ketika tercapai kesepakatan biasanya kedua pihak melakukan jabat tangan sebagai
tanda bahwa kesepakatan (deal or agreement) telah dicapai dan kedua pihak memiliki
komitmen untuk melaksanakannya.

Yang perlu kita ketahui dalam negosiasi tidak akan pernah tercapai kesepakatan kalau sejak
awal masing-masing atau salah satu pihak tidak memiliki niat untuk mencapai kesepakatan.
Kesepakatan harus dibangun dari keinginan atau niat dari kedua belah pihak, sehingga kita
tidak bertepuk sebelah tangan.

Karena itu, penting sekali dalam awal-awal negosiasi kita memahami dan mengetahui sikap
dari pihak lain, melalui apa yang disampaikan secara lisan, bahasa gerak tubuh maupun

materi persiapan PPD-B 124


ekspresi wajah. Karena jika sejak awal salah satu pihak ada yang tidak memiliki niat atau
keinginan untuk mencapai kesepakatan, maka hal tersebut berarti membuang waktu dan
energi kita. Untuk itu perlu dicari jalan lain, seperti misalnya: conciliation, mediation dan
arbitration melalui pihak ketiga.

Demikian sekilas mengenai negosiasi, yang tentunya masih banyak hal lain yang tidak bisa
dikupas dalam artikel pendek. Yang penting bagi kita selaku praktisi Mandiri, kita harus tahu
bahwa negosiasi bukan hal yang asing.

Setiap kita adalah negosiator dan kita melakukannya setiap hari setiap saat. Selain itu
negosiasi memerlukan karakter (artinya menggunakan seluruh hati dan pikiran kita),
memerlukan penguasaan metoda atau pun teknik-tekniknya dan memerlukan kebiasaan dalam
membangun perilaku bernegosiasi yang baik dan benar. (*)

*Aribowo Prijosaksono (email:aribowo_ps@hotmail.com) dan Roy Sembel (http://www.roy-


sembel.com) adalah co-founder dan direktur The Indonesia Learning Institute – INLINE
(http://www.inline.or.id), sebuah lembaga pembelajaran untuk para eksekutif dan profesional.

materi persiapan PPD-B 125


MANAJEMEN WAKTU
Oleh : Abdullah Gymnastiar

Satu desah nafas kita saat menjalani waktu demi waktu, merupakan langkah menuju kubur. Alangkah
ruginya kita disaat menjalani sesuatu yang berharga kemudian kita sia-sia kan. Orang yang bodoh adalah jika
diberikan modal maka modalnya dihamburkan dengan sia-sia. Begitu juga kita jika sudah diberi modal waktu,
kemudian waktunya kita hambur-hamburkan maka kita termasuk orang yang bodoh.

Hikam: "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-
orang yang beriman dan menjalankan amal saleh dan saling menasehati supaya mentaati kebenaran dan
nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al-Ashr 1-3)

Rasulullah SAW bersabda: "Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan baik
amalannya, dan sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang diberi panjang umur dan jelek amalannya." (HR.
Ahmad)

Orang yang pasti beruntung adalah orang yang mencari kebenaran, orang yang mengamalkan
kebenaran, orang yang mendakwahkan kebenaran dan orang yang sabar dalam menegakan kebenaran.
Mengatur waktu dengan baik agar tidak sia-sia adalah dengan mengetahui dan mempetakan, mana yang
wajib, mana yang sunah dan mana yang mubah.

Ketenangan tidak harus dengan diam tapi ketenangan bisa kita dapatkan dengan mendekatkan diri
kita kepada Allah yaitu dengan sholat dan dzikir. Sekecil apapun perbuatan Rasulullah, bebas dari kesia-
siaan, efektif dan penuh makna. Ramadahan ini adalah wahana yang paling tepat bagi diri kita untuk
memacu meningkatkan kualitas pemahaman kita terhadap kebenaran sehingga iman kita bertambah,
meningkatkan kualitas amal-amal kita sehingga menjadi produktif, meningkatkan kualitas akhlak kita
sehingga menjadi suri tauladan dan meningkatkan kualitas kesabaran kita dalam menetapi kebenaran.
(imm) (Sumber : http://www.masjid.or.id)

Materi di atas hanyalah sebagian kecil dari bahan persiapan mengikuti PPD-B. Bahan materi ini sebagai
pemacu semangat untuk belajar, belajar dan belajar lebih giat karena yakin dan percaya jutaan buku
menunggu untuk dibaca sebagai penambah khasanah wawasan dan ilmu pengetahuan.
HIDUP TEKNIK… JAYALAH ELEKTRO…

*DISUSUN OLEH PENGKADERAN HME FT-UH 09/10


fajrin al-barru

materi persiapan PPD-B 126


KRITIK DAN SARAN
..................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

materi persiapan PPD-B 127


..................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

..............................................................................................................................................

materi persiapan PPD-B 128


MATERI SCREENING 2009*

1. Materi Primer,materi yang menjadi struktur utama dalam pembentukan perangkat berpikir
yang rasional,analitis,dan logis. meliputi :
 LOGIKA
 FILSAFAT
 IDEOLOGI
2. Materi Sekunder,materi yang menjadi struktur tambahan dalam pembentukan perangkat
berpikir yang rasional,analitis,dan logis.meliputi :
 TEORI SOSIAL
 KEORGANISASIAN
 MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN
 KEMAHASISWAAN
 PENDIDIKAN
 KETATANEGARAAN

materi persiapan PPD-B 129


KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Alhamdulillahirabbil „alamiin. Segala puji atas segala nikmat yang terus
diberikan oleh Allah subhanahuwataala, nikmat kesehatan, nikmat rezki, nikmat
kekuatan, dan nikmat kesempatan hingga akhirnya penyusun dapat menyelesaikan
Buku Materi Persiapan PPD-B “Untukmu yang Gelisah dalam Usaha Aktualisasi dan
Pengembangan Sikap Kritis, Logis, Rasional, Objektif dan Analitis” dengan
sederhana.
Salawat dan salam terus tercurahkan kepada Nabi Muhammad sallallahu
alaihiwasallam, manusia revolusioner yang semestinya dijadikan sebagai uswatun
hasanah “teladan/idola” bagi seluruh umat manusia. Begitupula kepada keluarga,
sahabat, tabiin, tabi tabiin, para mujahid wa mujahidah serta seluruh umat yang
terus berjuang dalam rangka menegakkan syariat dan agama-Nya.

Buku Materi Persiapan PPD-ini merupakan kumpulan dari berbagai referensi


artikel, bacaan, rangkuman, curahan hati dan torehan pena para intelektualitas.
Ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan buku ini. Kepada kedua orang tua yang senantiasa memberi motivasi dan
doa, kepada ketua-ketua lembaga di OKFT UH, Steering Coomite PPD-B 2009_K‟pedo
dkk, teman-teman seperjuangan di PPD-B 2009, teman-teman seperjuangan di
Pengkaderan HME FT-UH 09/10, seluruh orang yang mewarnai dinamika kepengurusan
OKJE FT-UH 09/10 dan kepada seluruh pembaca yang merindukan sebuah pencerahan
dan pengembangan sikap kritis kemahasiswaan yang dimiliki.
Permohonan maaf atas kurang sempurnanya buku ini, materi yang kurang lengkap,
ataupun bahasa yang terlalu tinggi. Kritik, celaan, masukan, saran dan usulan
sangat diharapkan dalam penyempurnaan buku ini ke depannya. Wallahu alam.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

POMD Tamalanrea Makassar, Desember 2009

Pengkaderan HME FT-UH 09/10


``

materi persiapan PPD-B 130


DAFTAR ISI

Kata Pengantar..................................... i

Daftar Isi......................................... ii

Sampul............................................. iii

FILSAFAT........................................... 1

LOGIKA............................................. 11

IDEOLOGI........................................... 20

TEORI SOSIAL....................................... 30

KEORGANISASIAN..................................... 68

KEMAHASISWAAN...................................... 74

MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN......................... 79

PENDIDIKAN......................................... 83

KETATANEGARAAN..................................... 90

MANAJEMEN AKSI MASSA............................... 113

NEGOSIASI.......................................... 119

MANAJEMEN WAKTU.................................... 126

Kritik dan Saran................................... 127

materi persiapan PPD-B 131


materi persiapan PPD-B 132

Anda mungkin juga menyukai