KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
MACAM – MACAM SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA SURYA
Sering kali orang awam sulit membedakan macam dari sistem pembangkit listrik tenaga
surya (PLTS) seperti sistem Off grid, On grid atau pun Hybrid. Supaya tidak salah pilih
untuk lebih jelasnya berikut ini pengertian dari sistem Off grid, On grid, atau Hybird yang
digunakan dalam PLTS.
Off grid merupakan sistem PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya) yang di peruntukan
untuk daerah-daerah terpencil/pedesaan yang tidak terjangkau jaringan PLN.
Off grid sistem disebut juga stand alone PV (Photovoltaic) system yaitu sistem pembangkit
listrik yang hanya mengandalkan energi matahari sebagai satu-satunya sumber energi utama
dengan menggunakan rangkaian panel surya untuk menghasilkan energi listrik sesuai
dengan kebutuhan.
Beberapa produk off grid system diantaranya adalah :
1. SHS (Solar Home System), yang merupakan suatu pembangkit listrik tenaga surya
berskala kecil yang terdiri dari komponen panel surya, charger controller, battery dan
inverter. Beban yang dipasang pada pembangkit berskala kecil ini dapat berupa
lampu, radio, televisi yang dapat dioperasikan setiap harinya.
2. PJU (Penerangan Jalan Umum) panel surya diartikan sebagai lampu penerangan
yang dipasang bagi kepentingan umum/bersama/bersifat publik bagi masyarakat.
PJU panel surya menggunakan baterai sebagai penampung listrik pada saat panel
surya tersinari cahaya matahari.
Off Grid sistem ini memiliki keunggulan yaitu tidak perlu lagi menggunakan jaringan
listrik dari PLN atau pun genset, tipe SHS hanya menggunakan battery sebagai media
menyimpan energi yang diserap dari cahaya matahari melalui panel surya. Dengan
desain portable yang mudah untuk dibawa kemana-mana, ringan, dan praktis.
Sistem ini menggunakan solar panel (panel photovoltaic) untuk menghasilkan listrik yang
ramah lingkungan dan bebas emisi. Dengan adanya sistem ini akan mengurangi tagihan
listrik rumah tangga, dan memberikan nilai tambah pada pemiliknya.
Rangkaian sistem ini akan tetap berhubungan dengan jaringan PLN dengan mengoptimalkan
pemanfaatan energi dari panel surya untuk menghasilkan energi listrik semaksimal mungkin.
Hybrid System
Adalah penggunaan 2 sistem atau lebih pembangkit listrik dengan sumber energi yang
berbeda. Umumnya sistem pembangkit yang banyak digunakan untuk hybrid adalah genset,
PLTS, mikrohydro, tenaga angin. Sistem ini merupakan salah satu alternatif sistem
pembangkit yang tepat diaplikasikan pada daerah-daerah yang sukar di jangkau oleh sistem
pembangkit besar seperti jaringan PLN atau Pembangkit Listrik Tenaga Diesel ( PLTD ).
Sistem hybrid ini memanfaatkan renewable energy sebagai sumber utama (primer) yang di
kombinasi kan dengan genset atau lainnya sebagai sumber energi cadangan (sekunder).
Sistem PLTS Rumah Mandiri sering disebut juga System Penerangan Individual yang umum
disebut Solar Home System. Sistem SHS ini umumnya dipasang dan dikhususkan untuk
memenuhi kebutuhan listrik minimum pada rumah-rumah di daerah terpencil dengan pola
penyebaran rumah yang terpencar. Atau bisa juga di daerah perkotaan yang tidak ingin
bergantung pada listrik dari PLN.
SHS selain terdiri dari modul surya juga terdiri dari komponen-komponen lain seperti batere
dengan kapasitas 70Ah, sistem pengontrol kondisi batere (BCR), Lampu DC 12 volt, dan
stop kontak. SHS di perkotaan yang membutuhkan sistem yang lebih besar dan konversi
listrik DC ke AC karena pemakaian peralatan rumah tangga di kota lebih dari sekedar
kebutuhan penerangan. Sistem seperti ini membutuhkan DC/AC converter atau sering
disebut inverter. Berikut komponen-komponen yang digunakan :
1. Panel surya
Modul fotovoltaik sebagai komponen utama dari PLTS terpusat, pada umumnya
menggunakan tipe monokristal dan/atau polikristal berbasis silikon. Untuk keperluan
pemasangan, modul fotovoltaik dilengkapi dengan box koneksi (junction box)
termasuk blocking-diode, bingkai modul, dan kerangka penyangga modul.
2. Pengendali Baterai (BCU)
Fungsi pengendali baterai (battery control unit - BCU) adalah untuk melindungi
baterai dari pengisian berlebihan (over charged) dan pengosongan habis-habisan
(over discharged), karena hal tersebut dapat mempercepat kerusakan baterai.
Baterai dikatakan rusak apabila baterai tidak dapat lagi menyimpan listrik dalam
batas waktu yang diharapkan.
Pada dasarnya terdapat dua tipe pengendali BCU yang tersedia, yaitu : tipe seri dan
paralel. Pada tipe seri, apabila kapasitas baterai telah maximum atau penuh maka
hubungan modul fotovoltaik ke baterai akan diputus dengan cara mengaktifkan suatu
relay (baik secara mekanik maupun elektronik). Sedangkan pada BCU tipe paralel,
keluaran modul fotovoltaik akan dihubung-singkatkan apabila baterai telah penuh.
Kelengkapan BCU antara lain terminal-terminal untuk modul fotovoltaik, baterai dan
beban. Selain itu, BCU pada umumnya dilengkapi dengan berbagai indikator, seperti
: lampu indikator LED, atau berupa layar (dan panel) yang dapat mengindikasikan
bahwa baterai dalam keadaan normal, pengisian atau kosong.
Apabila indikator baterai kosong menyala (tegangan baterai turun sampai tegangan
lepas - disconnect voltage), maka semua hubungan ke beban akan diputus dan akan
tersambung kembali apabila baterai telah penuh atau normal kembali (pada tegangan
baterai mencapai tegangan terhubung – reconnect voltage).
3. Baterai
Fungsi baterai adalah didalam PLTS pada umumnya untuk keperluan menyimpan
listrik yang dibangkitkan oleh modul fotovoltaik pada siang hari dan digunakan
untuk memasok listrik ke beban pada malam hari.
Dewasa ini terdapat banyak jenis baterai yang pada dasarnya disesuaikan untuk
keperluan tertentu. Jenis baterai yang sudah terbukti handal untuk keperluan PLTS
adalah baterai stasioner dari jenis lead acid.
Umur baterai ditentukan oleh mekanisme degradasi (berkurangnya sel-sel aktif),
korosi, dan kejadian hubung singkat. Penyebab proses penuaan baterai yang terutama
karena :
baterai sering mengalami kekosongan (over discharged)
pengisian yang berlebihan (over charged)
pemeliharaan yang tidak memadai
Dua alasan pertama dapat dihindarkan dengan cara penghitungan kapasitas baterai
(battery sizing) yang optimal dan dilengkapi dengan BCU yang tepat.
4. Inverter
Inverter mengubah listrik DC dari panel surya menjadi listrik AC, yang sesuai
dengan kebutuhan beban. Tegangan keluaran biasanya 230VAC, 50Hz. Tegangan
input DC inverter menunjukkan jumlah modul yang harus disambungkan secara seri,
sedangan tegangan output AC menjelaskan tegangan AC beban yang digunakan.
Jenis gelombang AC yang dihasilkan sebaiknya Pure Sine Wave atau gelombang AC
murni. Gelombang AC murni sesuai dengan kebutuhan rata-rata peralatan rumah
tangga, karena tidak menimbulkan gangguan listrik berupa noise.
5. Kabel Instalasi
Kabel yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik tenaga surya adalah kabel
khusus yang dapat mengurangi loss (kehilangan) daya, pemanasan pada kabel, dan
kerusakan pada perangkat PLTS.
Kebutuhan daya listrik pada rumah harus dapat diketahui, agar pemasangan system PLTS
dapat memenuhi kebutuhan penggunaan beban.
Jumlah total konsumsi daya / hari perlu ditambahkan 20% yang adalah listrik yang
digunakan oleh perangkat selain panel surya, yakni inverter sebagai pengubah arus DC
(searah) menjadi AC (bolak - balik) (karena pada umumnya peralatan rumah tangga
menggunakan arus AC), dan controller (sebagai pengatur arus) yakni menutup arus ke
baterai jika tegangan sudah berlebih di baterai dan memberhentikan pengambilan arus dari
baterai jika baterai sudah hampir kosong.
KESIMPULAN
Macam-macam Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dilihat dari segi
koneksinya terdiri dari sistem Stand Alone / Off-grid (hanya menggunakan PLTS sebagai
satu-satunya pembangkit listrik), On-Grid/Grid Connected system (disambungkan dengan
jaringan PLN), dan Hybrid System (PLTS digabung dengan pembangkit listrik lainnya
seperti genset, mikrohydro, tenaga angin, dll)
System PLTS rumah mandiri termasuk dalam system Off grid dan secara umum
komponen utama terdiri dari : Panel surya, Baterai Controller Unit (BCU), Baterai, Inverter, dan
Kabel Instalasi.
Dalam merencanakan system PLTS, harus diketahui berapa besar daya yang akan
digunakan sehingga harus dihitung daya yang dibutuhkan oleh sebuah rumah. Berdasarkan
kebutuhan daya tersebut dapat dihitung kebutuhan komponen untuk membuat sebuah system
PLTS rumah mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Elih Mulyana, Dr. M.Si, Maman Somantri., Dr.,MT; 2018; Modul 3 Pengoperasian Sistem
PLTS Jenis SHS(Solar Home Sistem), Jakarta : RISTEK DIKTI- Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan
Sandro Putra; Ch. Rangkuti; 2016; Perencanaan PLTS Secara Mandiri Untuk Rumah
Tinggal, Jakarta : Seminar Nasional Cendekiawan
http://blog.gdmenergy.com/pt-global-dimensi-mandiri-8/