Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penelitian adalah pekerjaan ilmiah yang bermaksud mengungkapkan rahasia ilmu
secara obyektif, dengan dibentengi bukti-bukti yang lengkap dan kokoh. Penelitian
merupakan proses kreatif untuk mengungkapkan suatu gejala melalui cara tersendiri
sehingga diperoleh suatu informasi.
Pada dasarnya, informasi tersebut merupakan jawaban atas masalah-masalah yang
dipertanyakan sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian juga dapat dipandang sebagai usaha
mencari tahu tentang berbagai masalah yang dapat merangsang pikiran atau kesadaran
seseorang.
Sebagian dari kualitas hasil suatu penelitian bergantung pada teknik pengumpulan
data yang digunakan. Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan yang relevan, akurat, dan reliable. Untuk memperoleh data seperti
itu, peneliti dapat menggunakan metode, teknik, prosedur, dan alat-alat yang dapat
diandalkan. Ketidaktepatan dalam penggunaan intrumen penelitian tersebut dapat
menyebabkan rendahnya kualitas penelitian.
Penelitian bertujuan menemukan jawaban atas pertanyaan melalui aplikasi prosedur
ilmiah.Prosedur ini dikembangkan untuk meningkatkan taraf kemungkinan yang paling
relevan dengan pertanyaan serta menghindari adanya bias. Sebab, penelitian ilmiah pada
dasarnya merupakan usaha memperkecil interval dugaan peneliti melalui pengumpulan dan
penganalisaan data atau informasi yang diperolehnya.
Dalam penelitian, salah satu bagian dalam langkah-langkah penelitian adalah
menentukan desain riset, populasi dan sampel penelitian. Ketiganya perlu dilakukan demi
mendapatkan apa yang diinginkan oleh peneliti. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
membahas lebih lanjut tentang desain riset, populasi dan sampel.

1
2

B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahn dalam makalah ini yang akan dibahas pada bab berikutnya adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan desain riset?
2. Apa saja jenis-jenis desain riset?
3. Apa yang dimaksud populasi ?
4. Apa saja jenis populasi?
5. Apa saja sifat populasi?
6. Apa yang dimaksud dengan sampel?
7. Apa saja Rasional kegunaan sampel ?
8. Bagaimana menentukan besarnya sampel?
9. Apa hubungan populasi dan sampel ?
10. Bagaimana prosedur pengambilan sampel ?
11. Apa saja syarat sampel ?
12. Bagaimana teknik pengambilan sampel ?

C. Tujuan Makalah
Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah mahasiswa dapat:
1. Memahami pengertian dari populasi dan sampel
2. Memahami bagaimana penggunaan sampel yang baik
3. Memahami hubungan populasi dan sampel
4. Mengetahui prosedur pengambilan sampel
5. Mengetahui syarat sampel
6. Mengetahui teknik pengambilan sampel
7. Mengetahui ukuran besarnya sampel
3

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Desain Riset
1. Pengertian
Desain riset atau research design adalah suatu perencanaan rancangan
yang memberikan informasi tentang kegiatan riset yang akan dilakukan
(Suprajitno,2016).
2. Jenis Desain Riset
a. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif pada umumnya ingin mencaritahu
hubungan dua variabel atau lebih yang telah dijelaskan terlebih dahulu
hakikatnya menurut teori yang telah dijadikan landasan, sedangkan
penelitian kualitatif lebih kepada mencari penjelasan atau suatu hal yang
belum dijelaskan secara eksplisit dalam teori manapun, sehingga peneliti
tak menjadikan teori manapun sebagai landasan baku penelitian.
Desain riset yang menggambarkan suatu pendekatan kuantitatif
untuk mempelajari fenomena. Pendekatan kuantitatif dikarakteristikan
oleh kepercayaan bahwa data obyektif dapat diperoleh dalam dunia
psikososial dan dunia fisik, bahwa prosedur-prosedur riset yang sama
dapat digunakan untuk meneliti baik objek-objek (manusia) yang hidup
maupun tidak hidup, dan bahwa suatu desai riset terstruktur dapat
menghasilkan hal-hal yang obyektif (Brockopp,2000).
Pendekatan kuantitatif adalah pengukuran data kuantitatif dan
statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal darisampel orang-
orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan
tentang survey untuk menentukan frekuensi dan prosentase tanggapan
mereka (Cresweel,2010).
Menurut Cresweel (2010) dalam pendekatan kuantitatif ini
penelitian akan bersifat pre-determinded, analisis data statistik serta
interpretasi data statistik. Peneliti yang menggunakan pendekatan
kuantitatif akan menguji suatu teori dengan cara merinci suatu hipotesis-
hipotesis yang spesifik, lalu mengumpulkan data untuk mendukung atau
membantah hipotesis-hipotesis tersebut. Pendekatan yang akan

3
4

dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan analisis kuantitatif


berdasarkan informasi statistika. Pendekatan penelitian yang dalam
menjawab permasalahan penelitian memerlukan pengukuran yang
cermat terhadap variabel-variabel dari objek yang diteliti untuk
menghasilkan kesimpulan yang dapat digeneralisasikan terlepas dari
konteks waktu, tempat dan situasi.
Selain itu, penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2012)
adalah metode kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat positivisme. Metode ini digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data
menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/
statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Didalam penelitian kuantitatif terdapat beberapa macam desain
diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Survei
Survei adalah suatu desain penelitian yang digunakan
untuk menyediakan informasi yang berhubungan dengan
prevalensi, distribusi dan hubungan antar variable dalam suatu
populasi (Nursalam, 2003 : 84). Karakteristik dari penelitian
survai adalah bahwa subjek yang diteliti banyak atau sangat
banyak sedangkan aspek yang diteliti sangat terbatas.
2) Penelitian Korelasional (Correlational Research)
Penelitian Korelasional (Correlational Research)
merupakan penelitian dengan karakteristik masalah berupa
hubungan korelasional antara dua variable atau lebih. Tujuan
penelitian ini adalah untuk menentukan ada atau tidaknya
korelasi antar variable atau membuat prediksi berdasarkan
korelasi antar variable. Tipe penelitian ini menekankan pada
penentuan tingkat hubungan yang dapat juga digunakan untuk
melakukan prediksi. Jika tingkat hubungannya antar variabel
relatif tinggi, kemungkinan sifat hubungannya merupakan
hubungan sebab-akibat (causal-effect). Hubungan antar variabel
yang berupa sebab-akibat dapat diteliti melalui tipe penelitian
causal- komparatif dan eksperimen.
5

3) Penelitian Causal Komparatif (Causal-Comparative Research)


Penelitian Causal Komparatif (Causal-Comparative
Research) merupakan tipe penelitian dengan karakteristik
masalah berupa hubungan sebab-akibat antara dua variabel atau
lebih. Peneliti melakukan pengamatan terhadap konsekuensi-
konsekuensi yang timbal dan menelusuri kembali fakta yang
secara masuk akal sebagai faktor-faktor penyebabnya. Penelitian
causal 27 komparatif merupakan tipe penelitian expost facto,
yaitu tipe penelitian terhadap data yang dikumpulkan setelah
terjadinya suatu fakta atau peristiwa. Peneliti dapat
mengidentifikasi fakta atau peristiwa tersebut sebagai variabel
yang dipengaruhi (variabel dependen) dan melakukan
penyelidikan terhadap variabel-variabel yang mempengaruhi
(variabel independen).
4) Penelitian Eksperimen (Experimental Research)
Penelitian Eksperimen (Experimental Research)
merupakan tipe penelitian dengan karakteristik masalah yang
sama dengan penelitian kausal komparatif, yaitu mengenai
hubungan sebab-akibat antar dua variabel atau lebih. Dalam
penelitian eksperimen peneliti melakukan manipulasi atau
pengendalian (control) terhadap setidaknya satu variabel
independen, sedang pada penelitian kausal komparatif tidak ada
perlakuan (treatment) dari peneliti terhadap variabel independen.
Manipulasi, pengendalian atau treatment peneliti terhadap
variabel independen tertentu merupakan karakteristik dari
penelitian eksperimen, yang sengaja dilakukan peneliti untuk
melihat pengaruh perlakuan tersebut terhadap variabel dependen.
Untuk melihat pengaruhnya terhadap suatu variabel dependen,
peneliti melakukan eksperimen dengan membandingkan dua
kelompok subyek yang diteliti, dimana peneliti melakukan
treatment terhadap variabel independen kelompok yang satu
sedang variabel independen kelompok yang lain tidak
dimanipulasi.
6

Menurut Brockopp (2000) terdapat tiga kosep yang


berhubungan dalam pengembangan desain riset kuantitatif. Tergantung
pada desain yang dipilih, peneliti perlu menjawab pertanyaan-
pertanyaan berikut:
1) Menurut anda apa yang akan terjadi?
Hipotesa yang akan menjawab pertanyaan ini.
2) Apa yang anda teliti?
Pertanyaan ini akan dijawap dengan suatu deskripsi seksama
terhadap riset.
3) Bagaimana Anda akan memperoleh peserta riset?
Pertanyaan ini akan dijawab melalui suatu pemahaman
tentang metodologi sampling.
b. Penelitian kualitatif
Penelitian kualitatif dapat dipandang sebagai penelitian
partisipasif yang desain penelitiannya memiliki sifat fleksibel atau
dimungkinkan untuk diubah guna menyesuaikan dari rencana yang
telah dibuat, dengan gejala yang ada pada tempat penelitian yang
sebenarnya. Oleh karena seorang peneliti belum mengetahui tentang
responden dan apa yang akan ditanyakan kepada mereka, maka mereka
diperbolehkan melakukan perubahan. Sedangkan posisi perencanaan
sebelum peneliti terjun di lapangan adalah untuk meyakinkan bahwa
mereka mengetahui kegiatan minimal apa yang harus dilakukan di
lapangan. (Hexaluna,2010)
Riset kualitatif adalah istilah luas yang merujuk pada beberapa
metode riset. Para peneliri yang melakukan riset menggunakan teori
dasar (grounded theory), historis, etnografis, filosofis, dan
fenomenologis menggunakan beberapa metoda yang dianggap adalah
metoda induktif yang berusaha menyusun pengetahuan tentang arti
atau relevansi fenomena atau konsep tertentu jika sedikit informasi
yang diketahui (Morse,1986)
Desain riset adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi bagaimana peneliti akan membuat rencana untuk
memperoleh data yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan riset.
7

Penyelidikan kualitatif dapat terjadi dalam satu dari beberapa


bentuk yang berbeda. Bentuk-bentuk tersebut meliputi filosofis,
historis, dan metodologi teori dasar/ grounded theory, metoda feminis
dan femenologi. Sementara setiap metoda mempunyai fokus dan tujuan
khusus untuk menemukan pengetahuan, terdapat persamaan yang
mengikat metoda-metoda ini. Perbedaan yang dicatat diantara kedua
metoda yang berbeda ini bukan tidak berarti, namun memerlukan studi
tambahan dari sumber-sumber yang relevan dengan metoda dalam
pertanyaan.
Untuk lebih memahami mengenai penelitian kualitatif, berikut
adalah ciri-ciri dasar yang perlu diketahui:
1) Bersifat deskriptif analitis, terlihat dari caranya mengumpulkan
dan merekap data yang bukan dicatat dalam bentuk angka
namun penjelasan sejelas-jelas dan sedalam-dalamnya.
2) Bersifat induktif, yaitu peneltiian dimulai dari data atau
fenomena yang ada di lapangan yang kemudian memunculkan
teori.
3) Menggunakan teori yang sudah ada sebagai pedoman dan
pendukung, karena meski berangkat dari data namun tetap saja
teori digunakan sebagai fokus pembatas dari objek penelitian.
4) Berfokus pada makna yang terdapat dalam suatu fenomena
yang diteliti, yang dapat digali dari persepsi objek penelitian.
5) Mengutamakan akan pentingnya proses penelitian yang
berjalan, bukan semata mengacu pada hasil yang ingin dicapai.
Beberapa contoh desain penelitian kualitatif diantaranya:
fenomenologi, grounded theory, studi kasus, etnografi dan penelitian
tindakan.
1) Historis (Historical Research)
Historis (Historical Research), merupakan penelitian
terhadap masalah- masalah yang berkaitan dengan fenomena
masa lalu (historis). Tujuan penelitian historis adalah
melakukan rekonstruksi fenomena masa lalu secara sistematis,
obyektif dan akurat untuk menjelaskan fenomena masa
sekarang atau mengantisipasi fenomena masa yang akan
8

datang. Sumber data penelitian historis terdiri atas: sumber


primer, yaitu sumber yang berasal dari pengamatan langsung
peneliti terhadap kejadian yang tercatat dan sumber sekunder
berupa sumber yang berasal dari pengamatan orang lain.
2) Penelitian Empiris (Empirical Research)
Penelitian Empiris (Empirical Research) merupakan
penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan
observasi atau pengalaman. Penelitian ini memerlukan
kehadiran peneliti untuk melakukan observasi 28 terhadap
fakta atau segala sesuatu yang dialami tanpa perantara orang
lain. Peneliti empiris umumnya lebih menekankan pada
penyelidikan aspek perilaku daripada opini. Obyek yang
diteliti lebih ditekankan pada kejadian yang sebenarnya
daripada persepsi orang mengenai kejadian. Studi kasus dan
lapangan serta penelitian eksperimen merupakan contoh tipe
penelitian ini.
3) Fenomenologi
Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan
umum untuk menunjuk pada pengalaman subjektif dari
berbagai jenis dan tipe subjek yang ditemui. Fenomenologi
digunakan sebagai perspektif filosofi dan juga digunakan
sebagai pendekatan dalam metodologi kualitatif. Fenomenologi
merupakan pandangan berpikir yang menekankan pada fokus
kepada pengalaman-pengalaman subjektif manusia dan
interpretasi-interpretasi dunia.
4) Grounded Theory (Teori Dasar)
Strauss dan Corbin mengemukakan bahwa pendekatan
teori dasar adalah suatu metode penelitian kualitatif yang
menggunakan prosedur sistematis untuk mengembangkan teori
secara induktif yang memperoleh teori dasar. Penelitian ini juga
bertujuan membangun teori yang dapat dipercaya dan
menjelaskan wilayah di bawah studi. Tujuan umum dari
penelitian dasar ini yaitu secara induktif memperoleh data,
diperlakukan untuk pengembangan teoritis, dan diputuskan
9

secara memadai untuk domainnya dengan memerhatikan


sejumlah kriteria evaluatif.
5) Studi Kasus
Penelitian kualitatif menggunakan desain penelitian studi
kasus dalam arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja
yang dipilih dan ingin dipahami secara mendalam, dengan
mengabaikan fenomena-fenomena lainnya. Satu fenomena
tersebut dapat berupa seorang pemimpin sekolah atau pimpinan
pendidikan, sekelompok siswa, suatu program, suatu proses,
satu penerapan kebijakan, atau satu konsep.
Studi kasus sendiri merupakan rancangan penelitian
yang mencakup pengkajian satu unit penelitian secara intensif,
misalnya satu pasien, keluarga, kelompok, komunitas, atau
institusi (Nursalam, 2003 : 83). Karakteristik studi kasus adalah
subjek yang diteliti sedikit tetapi aspek-aspek yang diteliti
banyak.
Studi Kasus dan Lapangan (Case and Field Study),
merupakan penelitian dengan karakteristik masalah yang
berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek
yang diteliti, serta individu, kelompok, lembaga atau komunitas
tertentu. Tujuan studi kasus adalah melakukan penyelidikan
secara mendalam mengenai subyek tertentu untuk memberikan
gambaran yang lengkap mengenai subyek tertentu. Lingkup
penelitian kemungkinan berkaitan dengan statu siklus
kehidupan atau hanya mencakup bagian tertentu yang
difokuskan pada faktor-faktor tertentu atau unsur-unsur dan
kejadian secara keseluruhan. Studi kasus cenderung menguji
relatif banyak variable penelitian dengan jumlah sampel relatif
sedikit, dibandingkan dengan metode survei yang cenderung
menguji variable penelitian dalam jumlah relatif sedikit dengan
jumlah sampel yang relatif banyak. Variabel adalah segala
sesuatu yang dapat diberi bermacam-macam nilai. Contoh
variable antara lain: umur, tingkat pendidikan, dan motivasi.
10

6) Etnografi
Studi mendalam mengenai tingkah laku yang dialami
berikatan dengan kebudayaan atau keseluruhan kelompok
sosial. Etnografi mencoba memahami hubungan antara budaya
dan tingkah laku dengan budaya dengan keyakinan/
kepercayaan, nilai, konsep, sikap dari sekelompok orang.
Etnografi mengungkap apa yang seseorang lakukan dan
menjelaskan mengapa mereka melakukan itu. Etnografer
(peneliti etnografi) mendeskripsikan, menganalisis dan
mengintepretasikan budaya sepanjang waktu menggunakan
observasi dan studi lapangan sebagai strategi pengumpulan data
primer. Hasil dari penelitian ini berupa gambaran budaya
berdasar sudut pandang subyek penelitian yang sama dengan
sudut pandang peneliti. Penelitian etnografi ini pada
perkembangannya telah banyak digunakan dalam bidang
pendidikan untuk memahami budaya kelas atau budaya
sekolah.
Selain desain-desain diatas, terdapat juga desain lain enurut Suprajitno
(2016), desain riset dibedakan menurut lima jenis rancangan yaitu:
a. Deskriptif vs Analitik
1) Riset deskriptif merupakan riset yang bertujuan untuk
menggambarkan atau mengungkap fenomena yang terjadi.
2) Riset analitik merupakan riset yang bertujuan untuk menguji
suatu keadaan dengan uji statistika, hasil pengujian mengandung
unsur probabilitas/kemungkinan dan ketidakpastian.
b. Kuantitatif vs Kualitatif
1) Riset kuantitatif merupakan riset yang menyajikan hasilnya
berbentuk angka yang diperoleh dengan cara menghitung dan
mengukur.
2) Riset kualitatif merupakan riset yang menyajikan hasilnya
berbentuk suatu fenomena / keterangan / informasi yang tidak
dapat ditulis dengan angka.
3) Riset kualitatif memerlukan peran serta (partisipatif) dari periset
agar memperoleh hasil yang nyata dan sebenarnya.
11

c. Cross sectional vs Longitudinal


1) Riset cross sectional merupakan riset yang pengumpulan
datanya hanya dilakukan satu kali pengamatan / pengukuran.
2) Riset longitudinal merupakan riset yang pengumpulan datanya
dilakukan beberapa kali pengamatan / pengukuran untuk
mendapat hasil yang lebih baik. Jenis riset dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
a) Time series adalah suatu pengumpulan data (biasanya
hanya satu kelompok) yang berurutan dan memiliki
interval waktu yang seragam.
b) Case control / Retrospective adalah pengumpulan data
faktor yang telah terjadi (masa lalu / lampau) pada
sekumpulan individu pada kelompok berbeda (minimal
dua kelompok) untuk dipelajari penyebabnya.
c) Cohort / Prospective adalah pengumpulan data faktor
yang diteliti pada sekumpulan individu pada kelompok
berbeda (minimal dua kelompok) untuk dipelajari
pengaruhnya. Waktu pengumpulan data ke waktu
mendatang.
d. Observasional vs Eksperimental
1) Riset observasional merupakan riset yang mana perisettidak
mempunyai kewenangan (melakukan) suatu intervensi kepada
obyek riset.
2) Riset eksperimental merupakan riset yang mana
perisetmempunyai kewenangan (melakukan) dan
mengendalikan intervensi kepada obyek riset meski periset tidak
langsung melakukan.Jenis riset eksperimental dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
a) Pra eksperimental adalah riset intervensi yang tanpa
terdapat kelompok kontrol.
b) Eksperimen semu (quasi experiment) adalah riset
eksperimen yang mana salah satu syarat eksperimen
tidak terpenuhi. Pada riset keperawatan (kesehatan) yang
menggunakan manusia sebagai sampel kemungkinan
12

terbesar tidak terpenuhi homogenitas sampel karena


antar memiliki perbedaan yang tidak dapat dikendalikan
oleh periset.
c) Eksperimen nyata (true experiment) adalah riset
eksperimen yang memenuhi ketiga syarat yaitu
homogen, intervensi, dan random (termasuk kelompok
kontrol). Eksperimen nyata sering dilakukan di
laboratorium atau menggunakan sampel hewan.
e. Korelasional vs Pengaruh / Perbedaan
1) Riset korelasional merupakan riset yang bertujuan mempelajari
hubungan antar variabel untuk dipelajari kekuatan dan arah
hubungan (positif / negatif).
2) Riset pengaruh / perbedaan merupakan riset yang mempelajari
perbedaan obyek riset dan bertujuan untuk menilai besar
perbedaan atau pengaruh setiap variabel terhadap variabel yang
lain.
B. Populasi
1. Pengertian Populasi
Populasi adalah universum. Universum dapat terdiri dari orang, benda,
gejala, atau wilayah yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi dapat
dibedakan menjadi dua kategori, yaitu populasi sasaran (target population)
dan populasi survei (survey population). Populasi target adalah seluruh "unit"
populasi, sedangkan populasi survei untuk selanjutnya menjadi sampel
penelitian.
Idealnya, seorang peniliti melakukan studi terhadap seluruh populasi
untuk memberikan bobot penuh terhadap temuan-temuannya (Bailey, 1982).
Namun demikian, hal itu tidak mungkin selalu dapat dilakukan oleh karena
dalam banyak penelitian keperawatan atau penelitian pada umumnya. Jumlah
populasi penelitian tidak hanya banyak, akan tetapi juga tersebar pada wilayah
yang luas. Peneliti keperawatan atau peneliti sosial pada umumnya harus
menentukan populasi secara jelas, baik populasi wilayah maupun populasi
subjek yang akan menjadi sumber data. Perlu pula diingat oleh peneliti bahwa
yang di teliti sesungguhnya bukan subjek, wilayah, atau bendanya, melainkan
segenap karakteristik yang terkandung di dalamnya.
13

Populasi merupakan wilayah generalis yang terdiri dari obyek atau


subyek yang menjadi kuantitas dan karakkteristik tertentu yng ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan disimpulkan (ridwan, 2004).
Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti, dipandang
sebagai suatu pendugaan terhadap populasi, namun bukan populasi itu sendiri.
Sampel dianggap sebagai perwakilan dari populasi yang hasilnya mewakili
keseluruhan gejala yang diamati. Bila populasi besar dan peneliti tidak
mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena
kebatasan dana, tenaga, dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel
yang diambil dari populasi.
Menurut Djarwanto, sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi
yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya
dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau
yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Ada dua kriteria sampel
yaitu Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) dan Kriteria eksklusi (kriteria
yang tidak layak diteliti)
2. Jenis – jenis Populasi
Menurut Arikunto (2006:130) jika dilihat dari segi jumlah populasi
dapat dibedikan antara lain:
a. Jumlah terhingga, yang terdiri dari elemen dengan jumlah tertentu,
contohnya:
1) Semua orang yang terdaftar dalam Angkatan Laut pada hari
tertentu
2) Semua telivisi dari tipe yang sama yang di produksi oleh suatu
pabrik dalam satu tahun tertentu, dan
3) Semua mahasiswa yang terdaftar mengambil matakuliah
tertentu
b. Jumlah tak terhingga, terdiri dari elemen yang sulit dicari jumlahnya,
seperti jmlah penonton sebuah stasiun tv, semua jenis senjata yang
diperbolehkan oleh undang-undang, dan sebagainya.
3. Sifat Populasi
Satu hal yang perlu diperhatikan oleh peneliti sebelum menentukan
besarnya sampel adalah keragaman (heterogenitas) dan keseragaman
(homogenitas) populasi. Jika anggota populasi bersifat homogen, peneliti
14

dapat menentukan besarnya sampel dengan mudah, semata-mata atas dasar


pertimbangan kewajarannya. Artinya, besar atau kecilnya ukuran sampel
sebagai dasar pertimbangan dapat saja kurang diperhatikan. Untuk meneliti
apakah seorang pasien menderita penyakit malaria, peneliti yang petugas
laboratorium hanya memerluka 0,01 cc saja dari sampel darah pasien. Akan
tetapi, jika peneliti ingin mengetahui kemajuan belajar anak dengan
menggunakan metode tertentu dalam proses pembelajaran, mengambil 3-4
orang murid sebagai sampel merupakan kesalahan yang besar. Pada gilirannya
hasil penelitian tidak memiliki kemampuan generalisasi.
Uraian di atas mengisyaratkan bahwa karakteristik spesifik anggota
populasi harus dipertimbangkan, tidak hanya berapa besar jumlah sampel yang
diambil, melainkan juga keragamannya harus dapat dihitungkan secara teliti.
Sebagai misal, untuk meneliti kemajuan belajar siswa dengan anggota
populasi sebanyak 200 orang, seorang peneliti menetapkan jumlah anggota
sampel 75 orang, tanpa disertai pertimbangan lain. Hal ini akan jauh berbeda
maknanya, jika 75 orang anggota sampel itu terdiri atas: (a) 25 orang
berintelegensi tinggi, (b) 25 orang berintelegensi sedang, dan (c) 25 orang
berintelegensi rendah; kalaupun anggota sampel tidak berbeda, yaitu 75 orang.
C. Sampel
1. Pengertian Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto,
2006:131). Mardalis (2009:55) menyatakan sampel adalah contoh, yaitu
sebagian dari seluruh individu yang menjadi objek penilitian. Jadi sampel
adalah contoh yang diambil dari sebagian populasi penelitian yang dapat
mewakili populasi. Walaupun yang diteliti adalah sampel, tetapi hasil
penelitian atau kesimpulan penelitian berlaku untuk populasi atau kesimpulan
penelitian di generalisasikan terhadap populasi. Yang dimaksud
menggeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian dari sampel
sebagai sesuatu yang berlaku bagi populasi.
Menurut Djarwanto, sampel atau contoh adalah sebagian dari populasi
yang karakteristiknya hendak diteliti. Sampel yang baik, yang kesimpulannya
dapat dikenakan pada populasi, adalah sampel yang bersifat representatif atau
yang dapat menggambarkan karakteristik populasi. Ada dua kriteria sampel
15

yaitu Kriteria inklusi (kriteria yang layak diteliti) dan Kriteria eksklusi (kriteria
yang tidak layak diteliti)
2. Rasional Penggunaan Sampel
Di dalam penelitian ilmiah, banyak masalah yang tidak dapat
dipecahkan tanpa memanfaatkan teknik sampling. Penelitian
kesehatan/keperawatan meliputi bidang yang sanat luas, yang terdiri dari
berbagai sub bidang. Apabila dilakukan penelitian tidak hanya dapat
dilakukan terhadap unit atau sub bidang tertentu saja. Oleh sebab itu agar
dapat dilakukan penelitian terhadap semua sub bidang dann dengan biaya yang
murah, peneliti harus dapat melakukan sampling terhadap objek yang
ditelitinya. Kegunaan sampel dalam penelitian yaitu :
a. Menghemat biaya
Proses penelitian memerlukan alat penelitian, pengumpulan
data, pengolahan data dan sebagainya dimana semua itu
memerlukan biaya. Apabila penelitian itu dilakukan terhadap seluruh
objek yang diteliti sudah barang tentu memerlukan lebih banyak
biaya. Oleh sebab itu dengan sampling, dalam arti penelitian hanya
dilakukan terhadap sebagian populasi, biaya tersebut dapat ditekan.
b. Mempercepat pelaksanaan penelitian
Penelitian yang dilakukan terhadap objek yang banyak (seluruh
populasi) jelas akan memakan waktu yang lama, bila dibandingkan
dengan hanya sebagian populasi saja (sampel). Oleh sebab itu jelas
bahwa penelitian yang hanya dilakukan terhadap sampel akan lebih
cepat.

c. Menghemat tenaga
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh
populasi jelas akan memerlukan tenaga yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan penelitian yang hanya dilakukan pada sebagian
populasi (sampel).
d. Memperkecil ruang lingkup penelitian
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan terhadap seluruh objek
akan memakan waktu, tenaga, biaya dan fasulitas-fasilitas lain yang
lebih besar. Apabila penelitian dilakukan terhadap sampel, maka
16

dengan waktu, tenaga dan biaya yang sama dapat dilakukan


penelitian yang lebih luas ruang lingkupnya.
e. Memperoleh hasil yang lebih akurat.
Penelitian yang dilakukan terhadap populasi jelas akan menyita
sumber daya yang lebih besar, termasuk usaha-usaha analisis. Hal ini
akan berpengaruh terhadap keakuratan hasil penelitian. Dengan
mempergunakan sampel, maka dengan usaha yang sama akan
diperoleh hasil analisis yang lebih akurat.
3. Menentukan Besarnya Sampel
Hingga saat ini, belum ada kesepakatan di antara para pakar penelitian
di bidang ilmu keperawatan mengenai besarnya sampel penelitian di satu sisi,
dan di sisi lain mereka harus menggeneralisasikannya untuk seluruh populasi.
Tradisi yang dianut oleh para peneliti masalah masalah keperawatan atau
masalah-masalah sosial pada umumnya menunjukan bahwa mereka berusaha
menentukan sampel sekecil mungkin, antara lain untuk memudahkan proses
kerja, menghemat biaya, memperpendek waktu penelitian, atau karena alasan-
alasan khusus lainnya. Seperti dikatakan oleh Ardhana (1987), biasanya
peneliti puas untuk menggeneralisasikan hasil penelitiannya pada Suatu
populasi yang terbatas, baik ruang lingkup muupun besarnya. Dengan cara ini,
menurut Ardhana (1987) peneliti dimungkinkan untuk mengambil sampel
lebih terbatas dan hal ini sebaliknya dapat lebih menghemat waktu, usaha, dan
dana. Waktu, usaha, dan dana dapat dijadikan pertimbangan oleh peneliti
untuk menentukan besar atau kecilnya sampel, sepanjang dalam batas ajaran.
Peneliti tentu saja tidak akan sengaja mengorbankan misi ilmiahnya dengan
dalih waktu terlalu singkat, tenaga peneliti tidak ada, atau dananya tidak
mencukupi, sehingga sampel ditentukan sekecil mungkin.
Kalaupun dalam batas dapat diterima secara akademik peneliti
dimungkinkan untuk menentukan jumlah sampel sebagai sumber data secara
"semaunya", namun hendaknya didasari atas pertimbangan rasional, kalaupun
tidak atas dasar formula khusus. Di dalam menentukan besarnya sampel,
"asumsi" berikut ini perlu dijadikan pertimbangan. Pertama, makin kecil
sampel yang dipilih, makin rendah pula kemam- puan untuk membuat
generalisasi (generalization) atas kesimpulan penelitian, kecuali ada bukti-
bukti kuat bahwa karakteristik sampel itu benar-benar sama dengan
17

karakteristik populasi di luarnya. Kedua, makin kecil sampel penelitian yang


diambil dari sekelompok populasi, makin tinggi kecenderungan kekeliruan
penarikan kesimpulan; sebaliknya, makin besar ukuran sampel, makin kecil
kecenderungan kekelinuan dalam penarikan kesimpulan. Dua "asumsi" itu
tidak sepenuhnya dapat dipertanggungjawabkan dan hal ini harus dipahami
oleh peneliti keperawatan bahwa sesungguhnya menentukan ukuran sampel
tidaklah sederhana, harus berdasar pada pertimbangan rasional.
Perihal "asumsi" kedua seperti disebutkan di atas bahwa kecer- matan
hasil penelitian akan bertambah bila besar sampel bertambah, ternyata tidak
terbukti. Penelitian Rowntee (1941), seperti dikutip oleh Ardhana (1987)
menunjukkan bahwa perbedaan pemakaian rasio 1/10, 1/20, 1/30 ternyata
memberikan angka taksiran populasi yang hampir sama. Dengan demikia,
berarti jika peneliti menentukan angka sebanyak 55 dari 100 populasi, akan
memberikan angka taksiran yang hampir sama meskipun jumlah anggota
sampel ditambah 1/10x100=10, dalam konteks ini penentuan anggota sampel
sebanyak 65 (55+10), tidak banyak menambah kecermatan hasil penelitian.
Beberapa pendapat ahli mengenai ukuran sampel adalah sebagai berikut :
a. Gay dan Diehl (1992) berpendapat bahwa sampel haruslah sebesar-
besarnya.
Pendapat Gay dan Diehl (1992) ini mengasumsikan bahwa semakin
banyak sampel yang diambil maka akan semakin representatif dan
hasilnya dapat digenelisir. Namun ukuran sampel yang diterima akan
sangat bergantung pada jenis penelitiannya.
1) Jika penelitiannya bersifat deskriptf, maka sampel minimunya
adalah 10% dari populasi.
2) Jika penelitianya korelasional, sampel minimunya adalah 30
subjek
3) Apabila penelitian kausal perbandingan, sampelnya sebanyak
30 subjek per group
4) Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah
15 subjek per group
b. Tidak jauh berbeda dengan Gay dan Diehl, Roscoe (1975) juga
memberikan beberapa panduan untuk menentukan ukuran sampel
yaitu :
18

1) Ukuran sampel lebih dari 30 dan kurang dari 500 adalah tepat
untuk kebanyakan penelitian
2) Jika sampel dipecah ke dalam subsampel (pria/wanita,
junior/senior, dan sebagainya), ukuran sampel minimum 30
untuk tiap kategori adalah tepat
3) Dalam penelitian mutivariate (termasuk analisis regresi
berganda), ukuran sampel sebaiknya 10x lebih besar dari
jumlah variabel dalam penelitian
4) Untuk penelitian eksperimental sederhana dengan kontrol
eskperimen yang ketat, penelitian yang sukses adalah mungkin
dengan ukuran sampel kecil antara 10 sampai dengan 20
c. Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan
formula
N = n/N(d)2 + 1
n = sampel; N = populasi; d = nilai presisi 95% atau sig. = 0,05.
Misalnya, jumlah populasi adalah 125, dan tingkat kesalahan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang digunakan adalah
:
N = 125 / 125 (0,05)2 + 1 = 95,23, dibulatkan 95
d. Frankel dan Wallen (1993:92) menyarankan besar sampel minimum
untuk:
1) Penelitian deskriptif sebanyak 100
2) Penelitian korelasional sebanyak 50
3) Penelitian kausal-perbandingan sebanyak 30/group
4) Penelitian eksperimental sebanyak 30/15 per group
e. Malhotra (1993) memberikan panduan ukuran sampel yang diambil
dapat ditentukan dengan cara mengalikan jumlah variabel dengan 5,
atau 5x jumlah variabel. Dengan demikian jika jumlah variabel yang
diamati berjumlah 20, maka sampel minimalnya adalah 5 x 20 = 100
4. Hubungan Populasi dan Sample
Sampel yang baik adalah sampel yang dapat mewakili sebanyak
mungkin karakteristik populasi. Kemampuan peneliti dalam memilih dan
menyeleksi sampel sangat menentukan validitas eekternal suatu penelitian.
Validitas eksternal berhubungan dengan kemampuan suatu hasil penelitian
19

untuk diterapkan pada populasi targetnya. Kesalahan dalam penentuan sampel


menyebabkan rendahnya validitas eksternal penelitian tersebut, seingga sulit
untuk diterapkan pada populasi.
5. Prosedur Pengambilan Sample
Langkah – langkah yang perlu ditempuh dalam pengambilan sampel
dari populasi antara lain:
a. Menentukan tujuan penelitian
b. Menentukan populasi penelitian
c. Menentukan jenis data yang diperlukan.
d. Menentukan teknik sampling
e. Menentukan besarnya sampel
f. Menentukan unit sampel yang diperlukan
g. Memilih sampel
6. Syarat Sampel
Pada dasarnya ada dua syarat yang harus dipenuhi dalam menetapkan
sampel yaitu :
a. Representatif, adalah sampel yang dapat mewakili populasi yang ada.
Untuk memperoleh hasil dan kesimpulan penelitian yang
menggambarkan keadaan populasi penelitian, maka sampel harus
mewakili populasi yang ada.
b. Sampel harus cukup banyak, artinya jumlahnya harus memenuhi
sehingga perlu menggunakan rumus statistik. Sebenarnya tidak ada
pedoman umum yang digunakan untuk memnentukan besarnya
sampel untuk suatu penelitian, tetapi besar kecilnya jumlah sampel
akan mempengaruhi kevalidan dari hasil penelitian. Polit dan Hungler
menyatakan (1993), bahwa semakin besarnya sampel yang
dipergunakan semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh.
Prinsip umum yang berlaku adalah sebaiknya dalam penelitian
digunakan jumlah sampel sebanyak mungkin. Namun demikian
penggunaan sampel sebesar 10-20% untuk subjek dengan jumlah
lebih dari 1000 dipandang sudah cukup.
7. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan jumlah sampel dari populasi memiliki aturan atau ada
tekniknya. Menggunakan teknik yang benar, sampel diharapkan dapat
20

mewakali populasi, sehingga kesimpulan untuk sampel dapat digeneralisasi


menjadi kesimpulan populasi. Pada dasarnya ada dua teknik pengambilan
sampel dari populasi yaitu :
a. Probability sampling
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
memberikan peluang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk
dipilih menjadi anggota sampel. Teknik ini meliputi :
1) Simple random sampling
Teknik adalah teknik yang paling sederhana (simple).
Sampel diambil secara acak, tanpa memperhatikan tingkatan
yang ada dalam populasi.
Misalnya : “Populasi adalah siswa SD Negeri XX Jakarta
yang berjumlah 500 orang. Jumlah sampel ditentukan dengan
Tabel Isaac dan Michael dengan tingkat kesalahan adalah
sebesar 5% sehingga jumlah sampel ditentukan sebesar 205.”
Jumlah sampel 205 ini selanjutnya diambil secara acak tanpa
memperhatikan kelas, usia dan jenis kelamin.
2) Proportionate Stratified Random Sampling
Teknik ini hampir sama dengan simple random sampling
namun penentuan sampelnya memperhatikan strata
(tingkatan) yang ada dalam populasi.
Misalnya, populasi adalah karyawan PT. XYZ berjumlah
125. Dengan rumus Slovin dan tingkat kesalahan 5%
diperoleh besar sampel adalah 95. Populasi sendiri terbagi ke
dalam tiga bagian (marketing, produksi dan penjualan) yang
masing-masing berjumlah :
Marketing : 15
Produksi : 75
Penjualan : 35
Maka jumlah sample yang diambil berdasarkan masing-
masinng bagian tersebut ditentukan kembali dengan rumus n
= (populasi kelas / jml populasi keseluruhan) x jumlah sampel
yang ditentukan
Marketing : 15 / 125 x 95 = 11,4 dibulatkan 11
21

Produksi : 75 / 125 x 95 = 57
Penjualan : 35 / 125 x 95 = 26.6 dibulatkan 27
Sehingga dari keseluruhan sample kelas tersebut adalah
11 + 57 + 27 = 95 sampel.
Teknik ini umumnya digunakan pada populasi yang
diteliti adalah heterogen (tidak sejenis) yang dalam hal ini
berbeda dalam hal bidang kerja sehingga besaran sampel pada
masing-masing strata atau kelompok diambil secara
proporsional untuk memperoleh.
3) Disproportionate Stratified Random Sampling
Disproporsional stratified random sampling adalah
teknik yang hampir mirip dengan proportionate stratified
random sampling dalam hal heterogenitas populasi. Namun,
ketidakproporsionalan penentuan sample didasarkan pada
pertimbangan jika anggota populasi berstrata namun kurang
proporsional pembagiannya.
Misalnya, populasi karyawan PT. XYZ berjumlah 1000
orang yang berstrata berdasarkan tingkat pendidikan SMP,
SMA, DIII, S1 dan S2. Namun jumlahnya sangat tidak
seimbang yaitu :
SMP : 100 orang
SMA : 700 orang
DIII : 180 orang
S1 : 10 orang
S2 : 10 orang
Jumlah karyawan yang berpendidikan S1 dan S2 ini
sangat tidak seimbang (terlalu kecil dibandingkan dengan
strata yang lain) sehingga dua kelompok ini seluruhnya
ditetapkan sebagai sampel.
4) Cluster Sampling
Cluster sampling atau sampling area digunakan jika
sumber data atau populasi sangat luas misalnya penduduk
suatu propinsi, kabupaten, atau karyawan perusahaan yang
tersebar di seluruh provinsi. Untuk menentukan mana yang
22

dijadikan sampelnya, maka wilayah populasi terlebih dahulu


ditetapkan secara random, dan menentukan jumlah sample
yang digunakan pada masing-masing daerah tersebut dengan
menggunakan teknik proporsional stratified random sampling
mengingat jumlahnya yang bisa saja berbeda.
Contoh : Peneliti ingin mengetahui tingkat efektivitas
proses belajar mengajar di tingkat SMU. Populasi penelitian
adalah siswa SMA seluruh Indonesia. Karena jumlahnya
sangat banyak dan terbagi dalam berbagai provinsi, maka
penentuan sampelnya dilakukan dalam tahapan sebagai
berikut :
Tahap Pertama adalah menentukan sample daerah.
Misalnya ditentukan secara acak 10 Provinsi yang akan
dijadikan daerah sampel.
Tahap kedua. Mengambil sampel SMU di tingkat
Provinsi secara acak yang selanjutnya disebut sampel
provinsi. Karena provinsi terdiri dari Kabupaten/Kota, maka
diambil secara acak SMU tingkat Kabupaten yang akan
ditetapkan sebagai sampel (disebut Kabupaten Sampel), dan
seterusnya, sampai tingkat kelurahan / Desa yang akan
dijadikan sampel. Setelah digabungkan, maka keseluruhan
SMU yang dijadikan sampel ini diharapkan akan
menggambarkan keseluruhan populasi secara keseluruhan.
b. Non Probabilty Sampel
Non Probabilty Sampel adalah teknik pengambilan sampel yang
tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur
atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel
ini meliputi :
1) Sampling sistematis
Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampil
berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi
nomor urut. Misalnya, penelitian tentang kinerja karyawan
bagian marketing di suatu perusahaan. Mak kita buat daftar
23

nama karyawan lalu ambil sampel, misalnya berdasarkan no.


Ganjil, no. Genap, kelipatan 2,5 dan lain-lain.
2) Sampling Kuota
Adalah teknik sampling yang menentukan jumlah
sampel dari populasi yang memiliki ciri tertentu sampai
jumlah kuota (jatah) yang diinginkan. Misalnya akan
dilakukan penelitian tentang persepsi siswa terhadap
kemampuan mengajar guru. Jumlah Sekolah adalah 10, maka
sampel kuota dapat ditetapkan masing-masing 10 siswa per
sekolah.
3) Sampling Insidential
Insidential merupakan teknik penentuan sampel secara
kebetulan, atau siapa saja yang kebetulan (insidential)
bertemu dengan peneliti yang dianggap cocok dengan
karakteristik sampel yang ditentukan akan dijadikan
sampel.Misalnya penelitian tentang kepuasan pelanggan pada
pelayanan Mall A. Sampel ditentukan berdasarkan ciri-ciri
usia di atas 15 tahun dan baru pernah ke Mall A tersebut, maka
siapa saja yang kebetulan bertemu di depan Mall A dengan
peneliti (yang berusia di atas 15 tahun) akan dijadikan sampel.
4) Sampling Purposive
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan
sampel. Misalnya, peneliti ingin meneliti permasalahan
seputar daya tahan mesin tertentu. Maka sampel ditentukan
adalah para teknisi atau ahli mesin yang mengetahui dengan
jelas permasalahan ini. Atau penelitian tentang pola
pembinaan olahraga renang. Maka sampel yang diambil
adalah pelatih-pelatih renang yang dianggap memiliki
kompetensi di bidang ini. Teknik ini biasanya dilakukan pada
penelitian kualitatif.
5) Sampling Jenuh,
Sampling jenuh adalah sampel yang mewakili jumlah
populasi. Biasanya dilakukan jika populasi dianggap kecil
24

atau kurang dari 100. Saya sendiri lebih senang menyebutnya


total sampling.
Misalnya akan dilakukan penelitian tentang kinerja guru
di SMA XXX Jakarta. Karena jumlah guru hanya 35, maka
seluruh guru dijadikan sampel penelitian.
6) Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penentuan jumlah
sampel yang semula kecil kemudian terus membesar ibarat
bola salju (seperti Multi Level Marketing). Misalnya akan
dilakukan penelitian tentang pola peredaran narkoba di
wilayah A. Sampel mula-mula adalah 5 orang Napi, kemudian
terus berkembang pada pihak-pihak lain sehingga sampel atau
responden teruuus berkembang sampai ditemukannya
informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang diteliti.
Teknik ini juga lebih cocok untuk penelitian kualitatif.
25

BAB III
KESIMPULAN

Desain atau rancangan yang dibuat oleh peneliti merupakan ancar-ancar kegiatan yang
akan dilaksanakan. Terlihat bahwa ruang lingkup metode penelitian lebih luas daripada desain
penelitian, dan desain penelitian masuk dalam bagian dari metode penelitian.
Pengelompokan dapat dilihat dari sudut pandang perumusan masalah, metode
pengumpulan data, pengendalian variabel-variabel oleh peneliti, tujuan, serta lingkungan studi.
Sistematika penyusunan penelitian dapat dibagi menjadi dua, yaitu sistematika penyusunan
penelitian kuntitatif dan kuantitatif.
Sumber potensial kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan adalah
kesalahan dalam perencanaan, pengumpulan data, melakukan analisis, dan dalam pelaporan.
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai
kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda
alam yang lain.
Sampel adalah bagian darui populasi yang memiliki sifat-sifat yang sama dari objek
yang merupakan sumber data. Secara sederhana sampel dapat dikatakan, bahwa sampel adalah
sebagian dari populasi yang terpilih dan mewakili populasi tersebut.
Jenis-jenis populasi diantaranya populasi berdasarkan atas jumlah, dibedakan menjadi:
Populasi terbatas (definite), dan Populasi tak terbatas (indefinite). Populasi berdasarkan atas
turunan dari populasi terbatas tetapi dengan ruang lingkupyang lebih diersempit, yang
digolongkan menjadi: Populasi teoritis, dan populasi tersedia. Populasi berdasarkan atas variasi
unsur pembentuk sumber data yaitu: Populasi bersifat homogen, dan populasi bersifat
heterogen.
Cara pengambilan sampel atau teknik sampling secara garis besar dapat digolongkan
menjadi dua, yaitu Probabillity Sampling (pengambilan sampel bardasarkan peluang), dan
Nonprobability sampling (pengambilan sampel tidak berdasarkan peluang).

25
26

DAFTAR PUSTAKA

Brockopp, Dorothy Young. 2000. Dasar-dasar Riset Keperawatan. Jakarta: EGC

Danim, Sudarwan. 2003. Riset Keperawatan: Sejarah dan Metodologi. Jakarta: EGC.

Suprajitno. 2016. Pengantar Riset Keperawatan. Pengantar-Riset-Keperawatan-


Komprehensif.pdf. Diakses pada tanggal 7 Januari 2019.

Anda mungkin juga menyukai