Anda di halaman 1dari 27

TUGAS GIZI DAN DIET

“ KEBUTUHAN NUTRISI IBU HAMIL DENGAN KOMPLIKASI “

KELOMPOK 09
OLEH :

I GEDE NGURAH ADITYA PRADNYA PUTRA P07120018093


NI PUTU ANGGUN LASRI PURNAMA DEWI P07120018097
IDA AYU DIAH AMRITA VIGNESWARI P07120018116

KELAS 1.3

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

PRODI D-III KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN

2018/2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat-Nya kami dapat menyusun paper ini dengan baik dan tepat waktu.
Paper ini disusun untuk memenuhi kurikulum pembelajaran dan digunakan
sebagai acuan pembelajaran di kelas.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak lupa kami sampaikan terimakasih
kepada :
1. Ibu Dra Putu Susy Natha Astini, S Kep,Ners, M Kes selaku dosen
mata kuliah Gizi dan Diet
2. Keluarga dan teman- teman yang senantiasa mendukung secara moral
maupun materiil, dan
3. Semua pihak yang secara langsung atau tidak langsung ikut membantu
teselesaikannnya paper ini.
Kami menyadari bahwa paper ini sangat jauh dari sempurna, maka dari ini
kami mohon maaf jika ada salah kata dan penulisan dalam paper ini, kami
mengharapkan pembaca dapat memberi kritikan dan saran demi kemajuan dalam
penyusunan paper yang lebih baik.

Denpasar, 26 Februari 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

COVER................ ..............................................................................................i

KATA PENGANTAR .......................................................................................ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................1

1.1 Latar Belakang ...........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................2
1.3 Tujuan .......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN............................................................................ .......4

2.1 Apa pengertian defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil ....................4
2.2 Apa penyebab defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil .....................4
2.3 Bagaimana gejala anemia pada ibu hamil ................................................5
2.4 Apa faktor resiko dan pengaruh anemia dalam kehamilan. ......................6
2.5 Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan anemia pada ibu hamil. ....7
2.6 Apa pengertian hiperemesis gravidarum dalam kehamilan. ....................8
2.7 Apa penyebab hiperemesis gravidarum dalam kehamilan... ....................9
2.8 Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dalam kehamilan. 10
2.9 Bagaimana diit pada kasus hiperemesis gravidarum. ...............................11
2.10 Apa pengertian dari pre-eklamsia dan eklamsia. ......................................12
2.11 Apa penyebab dari pre-eklamsia dan eklamsia. .......................................14
2.12 Bagaimana patofisiologi pre-eklamsia dan eklamsia. ..............................15
2.13 Apa saja komplikasi dari pre-ekelamsia dan eklamsia. ............................19
2.14 Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia. ..........................20

BAB III PENUTUP ...........................................................................................22

3.1 Simpulan ....................................................................................................22


3.2 Saran ..........................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah hal yang patut disyukuri. Tak heran, bila Ibu seringkali
menjalani tahapan demi tahapan kehamilan dengan antusias. Namun saking
antusiasnya, tak jarang Ibu salah kiprah dalam menyikapinya. Karena
beranggapan harus memberi makan dua orang (ibu dan janin), Ibu seringkali
menambah porsi makan Ibu secara berlebihan, tanpa terlalu memperhatikan
kualitas dari makanan itu sendiri. Padahal makan rasional dengan kuantitas dan
kualitas yang sama seimbangnya lebih dianjurkan.Apa yang dimaksud dengan
makanan yang seimbang kuantitas dan kualitasnya? Makanan yang seimbang
kuantitas maupun kualitasnya adalah makanan yang mencakup semua zat gizi
yang dibutuhkan (karbohidrat, lemak, protein, vitamin dan mineral, serta air)
dalam jumlah kalori yang sesuai dengan kebutuhan Ibu selama kehamilan.
Maka dari itu, sebelum menentukan pola makan, Ibu perlu memahami dan
mengenali terlebih dahulu kondisi tubuh Ibu, serta kebutuhan-kebutuhan Ibu
maupun janin dalam kandungan. Pada kehamilan trimester pertama Ibu masih
menyesuaikan diri dengan kehamilannya. Namun sekalipun Ibu mengalami
muntah-muntah, sebaiknya Ibu tidak mengurangi porsi dan kualitas makanan,
karena apabila pada masa trimester pertama ini Ibu hamil mengalami kekurangan
zat gizi tertentu, bukan tak mungkin akan menyebabkan gagalnya pembentukan
otak dan organ-organ penting lainnya pada janin, yang bisa menyebabkan cacat
bawaan.
Mengingat pentingnya gizi di awal kehamilan, Ibu perlu memasukkan gizi
seimbang, seperti kalori, protein, serat, kalsium, zat besi dan air dalam menu
sehari-hari. Selain itu, Ibu perlu menambahkan beberapa vitamin dan mineral
penting yang sangat dibutuhkan janin di awal kehidupannya.

4
1.2 Rumusan masalah
1. Apa pengertian defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil?
2. Apa penyebab defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil?
3. Bagaimana gejala anemia pada ibu hamil?
4. Apa faktor resiko dan pengaruh anemia dalam kehamilan?
5. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan anemia pada ibu hamil?
6. Apa pengertian hiperemesis gravidarum dalam kehamilan?
7. Apa penyebab hiperemesis gravidarum dalam kehamilan?
8. Bagaimana tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dalam
kehamilan?
9. Bagaimana diit pada kasus hiperemesis gravidarum?
10. Apa pengertian dari pre-eklamsia dan eklamsia?
11. Apa penyebab dari pre-eklamsia dan eklamsia?
12. Bagaimana patofisiologi pre-eklamsia dan eklamsia?
13. Apa saja komplikasi dari pre-ekelamsia dan eklamsia?
14. Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa pengertian defesiensi zat besi (anemia) pada ibu
hamil.
2. Untuk mengetahui penyebab defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil.
3. Untuk mengetahui gejala anemia pada ibu hamil.
4. Untuk mengetahui faktor resiko dan pengaruh anemia dalam kehamilan.
5. Untuk mengetahui cara pencegahan dan pengobatan anemia pada ibu
hamil.
6. Untuk mengetahui pengertian hiperemesis gravidarum dalam kehamilan.
7. Untuk mengetahui penyebab hiperemesis gravidarum dalam kehamilan.
8. Untuk mengetahui tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dalam
kehamilan.
9. Untuk mengetahui bagaimana diit pada kasus hiperemesis gravidarum.
10. Untuk mengetahui pengertian dari pre-eklamsi dan eklamsi.

5
11. Untuk mengetahui penyebab dari pre-eklamsi dan eklamsi.
12. Untuk mengetahui patofisiologi pre-eklamsi dan eklamsi.
13. Untuk mengetahui komplikasi dari pre-ekelamsi dan eklamsi.
14. Bagaimana diit pada kasus eklamsia dan preeklampsia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil.

Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak


memiliki zatbesi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau
pengurangan sel darah
karena kurangnya zat besi.
Menurut WHO (1992) anemia adalah suatu keadaan dimana kadar
hemoglobin lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang
bersangkutan (Tarwoto, dkk, 2007 : 30).Ibu hamil dikatakan anemia jika
hemoglobin darahnya kurang dari 11gr%. Bahaya anemia pada ibu hamil tidak
saja berpengaruh terhadap keselamatan dirinya, tetapi juga pada janin yang
dikandungnya (Wibisono, Hermawan, dkk, 2009 : 101).
Penyebab paling umum dari anemia pada kehamilan adalah kekurangan
zat besi. Hal ini penting dilakukan pemeriksaan untuk anemia pada kunjungan
pertama kehamilan. Bahkan, jika tidak mengalami anemia pada saat kunjungan
pertama, masih mungkin terjadi anemia pada kehamilan lanjutannya (Proverawati,
2011 : 129).

2.2 Penyebab defesiensi zat besi (anemia) pada ibu hamil.

Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan


perdarahan akut bahkan tidak jarang keduannya saling berinteraksi (Safuddin,
2002).

 Menurut Mochtar (1998) penyebab anemia pada umumnya adalah sebagai


berikut:

1. Kurang gizi (malnutrisi)


2. Kurang zat besi dalam diit
3. Malabsorpsi
4. Kehilangan darah banyak seperti persalinan yang lalu, haid dan lain-lain

7
5. Penyakit-penyakit kronik seperti TBC paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain

 Menurut Tarwoto,dkk, (2007:13) penyebab anemia secara umum adalah:

a. Kekurangan zat gizi dalam makanan yang dikonsumsi, misalnya faktor


kemiskinan.

b. Penyerapan zat besi yang tidak optimal, misalnya karena diare.

c. Kehilangan darah yang disebabkan oleh perdarahan menstruasi yang


banyak, perdarahan akibat luka.

Sebagian besar anemia di Indonesia penyebabnya adalah kekuangan zat besi.


Zat besi adalah salah satu unsur gizi yang merupakan komponen pembentuk Hb.
Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi Besi”.

 Menurut Feryanto, Achmad, (2011 : 37-38) Anemia gizi besi dapat terjadi
karena hal-hal berikut ini:

a. Kandungan zat besi dari makanan yang dikonsumsi tidak mencukupi


kebutuhan.

b. Meningkatnya kebutuhan tubuh akan zat besi.

c. Meningkatnya pengeluaran zat besi dari tubuh.

2.3 Gejala anemia pada ibu hamil

Gejala anemia pada kehamilan yaitu :


 Ibu mengeluh cepat lelah,
 Sering pusing,
 Mata berkunang-kunang,
 Malaise,
 Lidah luka,
 Nafsu makan turun (anoreksia),

8
 Konsentrasi hilang,
 Nafas pendek (pada anemia parah); dan
 Keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda.

2.4 Faktor resiko dan pengaruh anemia dalam kehamilan

 Faktor Resiko Anemia Dalam Kehamilan

Tubuh berada pada resiko tinggi untuk menjadi anemia selama kehamilan
jika:

a. Mengalami dua kehamilan yang berdekatan

b. Hamil dengan lebih dari satu anak

c. Sering mual dan muntah

d. Tidak mengkonsumsi cukup zat besi

e. Hamil saat masih remaja

f. Kehilangan banyak darah (misalnya dari cedera atau selama


operasi)

(Proverawati, Atikah, 2011 : 134)

 Pengaruh Anemia Pada Kehamilan

Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan.


Wanita hamil cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena
pada masa ini janin menimbun cadangan zat besi untuk dirinya sendiri
sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir (Sinsin, Lis, 2008 : 65 ).
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak
cukup mendapat pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia
meningkatkan frekuensi komplikasi pada kehamilan dan persalinan.

9
Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi
lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia
pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga
terjadinya gangguan kelangsungan kehamilan (Abortus, partus
prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus lama),
gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress,
produksi ASI rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia,
BBLR, kematian perinatal) (Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk, 2010 : 114-115).

2.5 Cara pencegahan dan pengobatan anemia pada ibu hamil


 Pencegahan Anemia Kehamilan

Nutrisi yang baik adalah cara terbaik untuk mencegah terjadinya


anemia jika sedang hamil. Makan makanan yang tinggi kandungan zat besi
(seperti sayuran berdaunan hijau, daging merah dan kacang tanah) dapat
membantu memastikan bahwa tubuh menjaga pasokan besi yang
diperlukan untuk berfungsi dengan baik. Pemberian vitamin untuk
memastikan bahwa tubuh memiliki cukup zat besi dan folat. Pastikan
tubuh mendapatkan setidaknya 27 mg zat setiap hari. Jika mengalami
anemia selama kehamilan, biasanya dapat diobati dengan mengambil
suplemen zat besi. Pastikan bahwa wanita hamil diperiksa pada kunjungan
pertama kehamilan untuk pemeriksaan anemia (Proverawati, Atikah, 2011
: 137).

 Pengobatan Anemia Kehamilan

Tablet tambah darah adalah tablet besi folat yang setiap tablet
mengandung 200 mg ferro sulfat dan 0,25 mg asam folat. Wanita yang
sedang hamil dan menyusui, kebutuhan zat besinya sangat tinggi sehingga
perlu dipersiapkan sedini mungkin semenjak remaja. Minumlah 1 (satu)
tablet tambah darah seminggu sekali dan dianjurkan minum 1 (satu) tablet
setiap hari selama haid. Untuk ibu hamil, minumlah 1 (satu) tablet tambah
darah paling sedikit selama 90 hari masa kehamilan dan 40 hari setelah

10
melahirkan. Perawatan diarahkan untuk mengatasi anemia. Transfusi
darah biasanya dilakukan untuk setiap anemia jika gejala yang dialami
cukup parah (Proverawati, Atikah, 2011 : 136)

2.6 Pengertian hiperemesis gravidarum dalam kehamilan

Hiperemesis grvidarum adalah gejala mual-muntah yang berlebihan pada


ibu hamil. Istilah hiperemesis gravidarum dengan gangguan metabolik yang
bermakna karena mual-muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya
dirawat dirumah sakit.
Etiologinya belum pasti, diduga ada hubungannya dengan paritas, hormonal,
neurologis, metabolik, stres psikologik, keracunan, dan tipe kepribadian.
Salah satu masalah yang terjadi pada masa kehamilan, yang bisa
meningkatkan derajat kesakitan adalah terjadinya Gestosis pada masa kehamilan
atau penyakit yang khas terjadi pada masa kehamilan, dan salah satu gestosis
dalam kehamilan adalah Hiperemesis Gravidarum.
Hiperemesis Gravidarum adalah mual dan muntah berlebihan pada wanita
hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya
menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. (Rustam Mochtar, 1998).
Mual biasanya terjadi pada pagi hari, tetapi dapat timbul setiap saat dan
bahkan malam hari. Gejala-gejala ini kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari
pertama haid dan berlangsung selama kurang lebih 10 minggu. Hiperemesis
Gravidarum (vomitus yang merusak dalam kehamilan) adalah nausea dan vomitus
dalam kehamilan yang berkembang sedemikian luas sehingga terjadi efek
sistemik, dehidrasi dan penurunan berat badan. (Ben-Zion, MD, hal : 232)
Hiperemesis diartikan sebagai muntah yang terjadi secara berlebihan selama
kehamilan. (Hellen Farrer, 1999, hal:112
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga
menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari dan bahkan dapat membahayakan
kehidupan. Faktor-faktor yang dapat menimbulkan hiperemesis adalah sebagai
berikut .
1. Kemungkinan vili korialis masuk ke dalam darah.

11
2. Adanya faktor elergi.
3. Adanya faktor predisposisi, seperti primigravida dan overdistensi rahim.
4. Adanya faktor psikologis, seperti ketidak harmonisan dalam rumah tangga,
kehamilan yang tidak diinginkan, atau ketidaksiapan untuk memiliki anak
(takut untuk hamil ). (Sulistyawati, 2009; h.153)

2.7 Penyebab hiperemesis gravidarum dalam kehamilan


Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak
ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung, hati dan
susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain akibat
inanisia.
Beberapa faktor predisposisi dan factor lain yang telah ditemukan oleh beberapa
penulis sebagai berikut.
a. Faktor predisposisi yang sering dikemukakan adalah primigravida, mola
hidatidosa, dan kehamilan ganda. Frekuensi yang tinggi pada mola hidatidosa
dan kehamilan ganda menimbulakan dugaan bahwa faktor hormon memegang
peranan, karena pada kedua keadaan tersebut hormone khorionik gonadotropin
dibentuk berlebihan.
b. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolic
hamil serta resistensi yang menurun dari pihak ibu terhadap perubahan ini
merupakan faktor organic.
c. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak, juga
disebut sebagai salah satu faktor organic.
d. Faktor psikologik memegang peranan yang penting pada penyakit ini, rumah
tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan
persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu, dapat menyebabkan
konflik mental yang dapat memperberat mual dan muntah sebagai ekspresi
tidak sadar terhadap keengganan menjadi hamil atau sebagai pelarian
kesukaran hidup. (Rukiyah, dkk, 2010;h.118-119)

12
Menurut Teori Psikosomatik, hiperemesis gravidarum merupakan keadaan
gangguan psikologik yang dirubah dalam bentuk gejala fisik. Kehamilan yang
tidak di rencanakan dan tidak diinginkan serta tekanan pekerjaan dan pendapatan
menyebabkan terjadinya perasaan berduka, ambivalen, serta konflik dan hal
tersebut dapat menjadi faktor psikologis penyebab hiperemesis gravidarum.
(Runiari, 2010;h.9)

2.8 Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum dalam kehamilan


Batas antara mual dan muntah dan kehamilan yang masih fisiologik
dengan hiperemesis gravidarum tidak jelas, akan tetapi muntah yang
menimbulkan gangguan kehidupan sehari-hari dan dehidrasi memberikan
petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang intensif
(Rukiyah, dkk, 2010;h.121).
 Hiperemesis gravidarum berdasarkan berat ringannya di bedakan atas 3
tingkatan, yaitu:
a. Tingkat I
Ringan di tandai dengan muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan nyeri epigastrium, nadi meningkat sekitar 100 per menit, tekanan
darah sistolik menurun, turgor kulit mengurang lidah mengering dan mata
cekung.
b. Tingkat II
Sedang penderita lebih lemah dan apatis, turgor kulit mengurang lidah
mengering dan tampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu kadang-kadang naik
dan mata sedikit ikteris berat badan turun dan mata cekung, tensi turun dan
hemokonsentrasi,oliguria dan konstipasi. Aseton dapat tercium dalam hawa
pernafasan, karena mempunyai aroma yang khas dan dapat pula di temukan
dalam kencing.
c. Tingkat III
Berat keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran menurun dan
samnolen sampai koma nadi kecil dan cepat, suhu meningkat dan tensi

13
menurun. Komplikasi fatal terjadi pada susunan syaraf yang di kenal sebagai
ensefalopati wernicke dengan gejala nistagmus, diplopia dan perubahan
mental. Keadan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B komplek. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Rukiyah, dkk, 2010:121-122).

2.9 Diet Hiperemesis Gravidarum

1) Tujuan
Diet pada hiperemesis gravidarum bertujuan untuk mengganti persediaan
glikogen tubuh dan mengontrol asidosis secara berangsur memberikan
makanan berenergi dan zat gizi yang cukup.
2) Syarat
Diet hiperemesis gravidarum memiliki beberapa syarat, diantaranyan adalah:
a) Karbohidrat tinggi
b) Lemak rendah
c) Protein sedang
d) Makanan diberikan dalam bentuk kering; pemberian cairan disesuaikan
dengan keadaan pasien, yaitu 7-10 gelas per hari
e) Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran pencernaan, dan
diberikan sering dalam porsi kecil
f) Bila makan pagi dan siang sulit diterima, pemberian dioptimalkan pada
makan
malam dan selingan malam
g) Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi
sesuai
dengan keadaan dan kebutuhan gizi pasien
3) Macam-macam Diet
Ada 3 macam diet pada hiperemesis gravidarum,yaitu:
1. Diet Hiperemesis I
Diet hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis
gravidarum berat. Makanan hanya terdiri dari roti kering, singkong bakar

14
atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan
bersama makanan tetapi 1-2 jam sesudahnya. Karena pada diet ini zat gizi
yang terkandung di dalamnya kurang, maka tidak diberikan dalam waktu
lama.
2. Diet Hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Diet
diberikan secara berangsur dan dimulai dengan memberikan bahan
makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan bersamaan
dengan makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini
dapat memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.
3. Diet Hiperemesis III
Diet hiperemesis III diberikan kepada pasien hiperemesis gravidarum
ringan. Diet diberikan sesuai kesanggupan pasien, dan minuman boleh
diberikan bersama makanan. Makanan pada diet ini mencukupi kebutuhan
energi dan semua zat gizi.
4) Makanan yang dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, dan III adalah :
a) Roti panggang, biskuit, crackers
b) Buah segar dan sari buah
c) Minuman botol ringan, sirop, kaldu tak berlemak, teh dan kopi encer
5) Makanan yang tidak dianjurkan untuk diet hiperemesis I, II, III adalah
makanan yang umumnya merangsang saluran pencernaan dan berbumbu
tajam. Bahan makanan yang mengandung alkohol, kopi, dan yang
mengadung zat tambahan (pengawet, pewarna, dan bahan penyedap) juga
tidak dianjurkan.

2.10 Pengertian dari pre-eklamsia dan eklamsia

Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di
dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami

15
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan.

Preeklampsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil,


bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan protein uria tetapi
tidak menjukkan tanda-tanda kelainan vaskuler atau hipertensi sebelumnya,
sedangkan gejalanya biasanya muncul setelah kehamilan berumur 28
minggu atau lebih (Rustam Muctar, 1998). Tidak berbeda dengan definisi
Rustam, (Manuaba, 1998) mendefinisikan bahwa preeklampsia (toksemia
gravidarum) adalah tekanan darah tinggi yang disertai dengan proteinuria
(protein dalam air kemih) atau edema (penimbunan cairan), yang terjadi
pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan.
Selain itu, (Mansjoer, 2000) mendefinisikan bahwa preeklampsia adalah
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. (Mansjoer,
2000). Menurut kamus saku kedokteran Dorland, Preeklampsia adalah
toksemia pada kehamilan lanjut yang ditandai oleh hipertensi, edema, dan
proteinuria.
Preeklampsia atau keracunan kehamilan sering juga disebut toksemia
adalah suatu kondisi yang bisa dialami oleh setiap wanita hamil tapi tak
terjadi pada wanita yang tidak hamil. Penyakit ini ditandai dengan
meningkatnya tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di
dalam urine. Wanita hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami
pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada
pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada yang
ditemukan pada awal masa kehamilan.
Preeklampsia ialah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema dan
protein urine yang timbul karena kehamilan. Penyakit ini umumnya timbul
dalam triwulan ke-3 kehamilan. Hipertensi biasanya timbul lebih dulu
daripada tanda-tanda lain. Umumnya untuk menegakkan diagnostik pre-

16
eklampsia, kenaikan tekanan siskolik harus 30 mmHg atau lebih di atas
tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau lebih.
Apabila tekanan diastolik naik hingga 15 mmHg atau lebih atau mencapai
90 mmHg atau lebih, Maka diagnosis hipertensi dapat dibuat. Penentuan TD
dilakukan minimal 2x dengan jarak 6 jam pada keadaan istirahat (Menurut
Sarwono, 2005 “Ilmu Kebidanan”).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak
teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita
yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia
dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau
setelah melahirkan.
Eklamsia adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala preeklamsi (hipertensi,
edema, proteinuria) (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
Eklamsia merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik
pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada ante,
intra dan post partum (Angsar MD, 1995: 41).
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak
teratasi dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita
yang terkena eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia
dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau
setelah melahirkan.

2.11 Penyebab dari pre-eklamsi dan eklamsi


Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini,
namun penelitian menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang
terjadinya preeklampsia dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi
buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.

17
 Sedikit teori yang menerangkan mengenai hal itu adalah sebagai berikut :
1. Bertambahnya frekuensi pada primigraviditas, kehamilan ganda,
hidramnion, dan mola hidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi yang makin tuanya kehamilan.
3. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin
dalam uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Beberapa teori yang mengatakan bahwa perkiraan etiologi dari kelainan tersebut,
sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the diseases of theory.
 Adapun teori-teori tersebut antara lain :
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan.
2. Peran faktor imunologis.
3. Adanya aktivasi system komplemen pada pre-eklampsi/eklampsia.
4. Peran faktor genetik/familial
5. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi
preeklampsi/eklampsi pada anak-anak dari ibu yang menderita
preeklampsi/eklampsi.
6. Kecenderungan meningkatnya frekuensi pre-eklampsi/eklampspia
dan anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat pre-eklampsi/eklampsia
dan bukan pada ipar mereka.
7. Peran renin-angiotensin-aldosteron system (RAAS).

2.12 Patofisiologi pre-eklamsia dan eklamsia


 Patofisiologis preekslamsia dan ekslamsia (KDM)
Pada preeklampsia terdapat penurunan aliran darah sakibat spasme
pembuluh darah yang disertai dengan retensi garam dan air. Perubahan ini
menyebabkan prostaglandin plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia uterus.
Keadaan iskemia pada uterus, merangsang pelepasan bahan tropoblastik yaitu
akibat hiperoksidase lemak dan pelepasan renin uterus. Bahan tropoblastik
menyebabkan terjadinya endotheliosis yang menyebabkan pelepasan
tromboplastin. Tromboplastin yang dilepaskan mengakibatkan pelepasan

18
tomboksan dan aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin. Pelepasan tromboksan
akan menyebabkan terjadinya vasospasme, sedangkan aktivasi/agregasi trombosit
deposisi fibrin akan menyebabkan koagulasi intravaskular yang mengakibatkan
perfusi darah menurun dan konsumtif koagulapati. Konsumtif koagulapati
mengakibatkan trombosit dan faktor pembekuan darah menurun dan
menyebabkan gangguan faal hemostasis. Renin uterus yang di keluarkan akan
mengalir bersama darah sampai organ hati dan bersama-sama angiotensinogen
menjadi angiotensi I dan selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin II
bersama tromboksan akan menyebabkan terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen arteriol yang menyempit
menyebabkan lumen hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah. Tekanan
perifer akan meningkat agar oksigen mencukupi kebutuhan sehingga
menyebabkan terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan vasospasme, angiotensin
II akan merangsang glandula suprarenal untuk mengeluarkan aldosteron.
Vasospasme bersama dengan koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi organ.
Gangguan multiorgan terjadi pada organ- oragan tubuh diantaranya
otak, darah, paru-paru, hati/liver, renal dan plasenta. Pada otak akan dapat
menyebabkan terjadinya edema serebri dan selanjutnya terjadi peningkatan
tekanan intrakranial. Tekanan intrakranial yang meningkat menyebabkan
terjadinya gangguan perfusi serebral, nyeri dan terjadinya kejang sehingga
menimbulkan diagnosa keperawatan risiko cedera. Pada darah akan terjadi
enditheliosis menyebabkan sel darah merah dan pembuluh darah pecah. Pecahnya
pembuluh darah akan menyebabkan terjadinya pendarahan, sedangkan sel darah
merah yang pecah akan menyebabkan terjadinya anemia hemolitik. Pada paru-
paru, LADEP akan meningkat menyebabkan terjadinya kongesti vena pulmonal,
perpindahan cairan sehingga akan mengakibatkan terjadinya oedema paru.
Oedema paru akan menyebabkan terjadinya kerusakan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah menyebabkan akan menyebabkan gangguan
kontraktilitas miokard sehingga menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung. Pada ginjal, akibat pengaruh

19
aldosteron, terjadi peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan retensi
cairan dan dapat menyebabkan terjadinya edema sehingga dapat memunculkan
diagnosa keperawatan kelebihan volume cairan. Selin itu, vasospasme arteriol
pada ginjal akan meyebabkan penurunan GFR dan permeabilitas terrhadap protein
akan meningkat. Penurunan GFR tidak diimbangi dengan peningkatan reabsorpsi
oleh tubulus sehingga menyebabkan diuresis menurun sehingga menyebabkan
terjadinya oligouri dan anuri. Oligouri atau anuri akan memunculkan diagnosa
keperawatan gangguan eliminasi urin. Permeabilitas terhadap protein yang
meningkat akan menyebabkan banyak protein akan lolos dari filtrasi glomerulus
dan menyenabkan proteinuria. Pada mata, akan terjadi spasmus arteriola
selanjutnya menyebabkan oedem diskus optikus dan retina. Keadaan ini dapat
menyebabkan terjadinya diplopia dan memunculkan diagnosa keperawatan risiko
cedera. Pada plasenta penurunan perfusi akan menyebabkan hipoksia/anoksia
sebagai pemicu timbulnya gangguan pertumbuhan plasenta sehinga dapat
berakibat terjadinya Intra Uterin Growth Retardationserta memunculkan diagnosa
keperawatan risiko gawat janin.
Hipertensi akan merangsang medula oblongata dan sistem saraf
parasimpatis akan meningkat. Peningkatan saraf simpatis mempengaruhi traktus
gastrointestinal dan ekstrimitas. Pada traktus gastrointestinal dapat menyebabkan
terjadinya hipoksia duodenal dan penumpukan ion H menyebabkan HCl
meningkat sehingga dapat menyebabkan nyeri epigastrik. Selanjutnya akan terjadi
akumulasi gas yang meningkat, merangsang mual dan timbulnya muntah sehingga
muncul diagnosa keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Pada ektrimitas dapat terjadi metabolisme anaerob menyebabkan ATP
diproduksi dalam jumlah yang sedikit yaitu 2 ATP dan pembentukan asam laktat.
Terbentuknya asam laktat dan sedikitnya ATP yang diproduksi akan
menimbulkan keadaan cepat lelah, lemah sehingga muncul diagnosa keperawatan
intoleransi aktivitas. Keadaan hipertensi akan mengakibatkan seseorang kurang
terpajan informasi dan memunculkan diagnosa keperawatan kurang pengetahuan.

20
 Patofisiologi preeklamsia/eklamsia (Maternitas)
Adaptasi fisiologi normal pada kehamilan meliputi peningkatan
volume plasma darah, vasodilatasi, penurunan resistensi vaskular sistemik
systemic vascular resistance (SVR), peningkatan curah jantung, dan penurunan
tekanan osmotik koloid. Pada preeklampsia, volume plasma yang beredar
menurun, sehingga terjadi hemokonsentrasi dan peningkatan hematokrit maternal.
Perubahan ini membuat perfusi organ maternal menurun, termasuk perfusi ke unit
janin-uteroplasenta. Vasospasme siklik lebih lanjut menurunkan perfusi organ
dengan menghancurkan sel-sel darah merah, sehingga kapasitas oksigen maternal
menurun. Vasopasme merupakan sebagian mekanisme dasar tanda dan gejala
yang menyertai preeklampsia. Vasopasme merupakan akibat peningkatan
sensitivitas terhadap tekanan darah, seperti angiotensin II dan kemungkinan suatu
ketidakseimbangan antara prostasiklin prostagladin dan tromboksan A2. Peneliti
telah menguji kemampuan aspirin (suatu inhibitor prostagladin) untuk mengubah
patofisiologi preeklampsia dengan mengganggu produksi tromboksan. Investigasi
pemakaian aspirin sebagai suatu pengobatan profilaksis dalam mencegah
preeklampsia dan rasio untung-rugi pada ibu dan janin. Peneliti lain sedang
mempelajari pemakaian suplemen kalsium untuk mencegah hipertensi pada
kehamilan. Selain kerusakan endotelil, vasospsme arterial turut menyebabkan
peningkatan permeabilitas kapiler. Keadaan ini meningkatkan edema dan lebih
lanjut menurunkan volume intravaskular, mempredisposisi pasien yang
mengalami preeklampsia mudah menderita edema paru. Preeklampsia ialah suatu
keadaan hiperdinamik dimana temuan khas hipertensi dan proteinurea merupakan
akibat hiperfungsi ginjal. Untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang
berfungsi di ginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanisme
protektif, tetapi hal ini akhirnya akan mengakibatkan proteinuria dan hipertensi
yang khas untuk preeklampsia. Hubungan sistem imun dengan preeklampsia
menunjukkan bahwa faktor-faktor imunologi memainkan peran penting dalam
perkembangan preeklampsia. keberadaan protein asing, plasenta atau janin bisa
membangkitkan respons imunologis lanjut.

21
2.13 Komplikasi dari pre-ekelamsia dan eklamsia

1. Komplikasi preeklamsia :
Bergantung pada derajat preeklamsia yang dialami. Namun, yang
termasuk komplikasi antara lain sebagai berikut :
a. Pada ibu
1) Eklamsia
2) Solusio plasenta
3) Perdarahan subkapsula hepar
4) Kelainan pembekuan darah (DIC)
5) Sindrom HELLP (hemolisis, elevated, liver, enzymes, dan low
platelet count).
6) Ablasio retina
7) Gagal jantung hingga syok dan kematian.
b. Pada janin
1) Terhambatnya pertumbuhan dalam uterus
2) Prematur
3) Asfiksia neonatorum
4) Kematian dalam uterus
5) Peningkatan angka kematian dan kesakitan perinatal.
2. Komplikasi eklamsia :
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah :
a. Lidah tergigit
b. Terjadi perlukaan dan fraktur
c. Gangguan pernafasan
d. Perdarahan otak
e. Solutio plasenta dan merangsang persalinan.

22
2.14 Diit Pre Eklamsia
- Tujuan Diet:
Mencapai & mempertahankan status gizi normal, mencapai &
mempertahankan tekanan darah normal, mencegah & mengurangi retensi
garam/air, mencapai keseimbangan nitrogen, menjaga agar penambahan berat
badan tdk melebihi normal, mengurangi & mencegah timbulnya factor resiko
lain pd saat hamil/ setelah melahirkan.
- Syarat diet:
1. Energy & semua zat gizi cukup sesuai kemampuan pasien.
2. Pertambahanan energy tdk>300 kkal dari makanan sebelum hamil.
3. Garam diberikan rendah sesuai berat ringannya retensi garam/air.
Pertambahanan BB diusahakan seimbang.
4. Protein tinggi, 1,5-2 gr/kg BB.
5. Lemak & KH cukup. Vitamin cukup terutama vit.c & B6 sedikit lebih
tinggi, mineral cukup terutama kalium & kalsium.
6. Bentuk makanan sesuai kemampuan pasien.
7. Cairan 2500 ml/hr. pada keadaan oliguria, cairan dibatasi & disesuaikan
dengan cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat & pernapasan.

Macam Diet Preeklampsia


Ø Diet Preeklampsia I
 Diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat
 Makanan diberikan dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari
buah
 Jumlah cairan diberikan paling sedikit 1500 ml sehari per oral dan
kekurangannya diberikan secara parental
 Makanan ini kurang energi dan zat gizi karena itu hanya diberikan 1 –
2 hari

23
Ø Diet Preeklampsia II
 Sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia I atau kepada
pasien preeklampsia yang penyakitnya tdk begitu besar
 Makanan berbentuk saring atau lunak.
 Diberikan sebagai diet rendah garam I
 Makanan ini cukup energi dan zat gizi lainnya

Ø Diet Preeklampsia III


 Sebagai makanan perpidahan dari diet preeklampsia II atau kepada
pasien dengan preeklampsia ringan.
 Makanan ini mengandung protein tinggi dan rendah garam .
 Diberikan dalam bentuk lunak atau biasa .
 Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikan berat badan yang
boleh lebih dari 1 kg per bulan .

Tabel contoh menu makan sehari ibu hamil diit preeklampsia


Makan pagi Makan siang Makan malam

 Nasi tim  Nasi Tim  Nasi Tim


 Telur ceplok  Daging bb Terik  Ikan bb Kuning
 Tumis Kacang Panjang  Tempe bacem  Gadon Tahu
 Taoge  Buah  Tumis Kangkung
 Buah

Rasa yang kurang enak bisa diperbaiki dengan penggunaan bumbu alami
seperti bawang, lengkuas dan lain-lain yang memberikan rasa sedap pada
makanan atau dengan cara pengolahan seperti dipanggang dan sebagainya

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki
zatbesi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel
darah karena kurangnya zat besi. Sebagian besar anemia di Indonesia
penyebabnya adalah kekuangan zat besi. Zat besi adalah salah satu unsur gizi
yang merupakan komponen pembentuk Hb. Oleh karena itu disebut “Anemia Gizi
Besi”.
Hiperemesis grvidarum adalah gejala mual-muntah yang berlebihan pada
ibu hamil. Istilah hiperemesis gravidarum dengan gangguan metabolik yang
bermakna karena mual-muntah. Penderita hiperemesis gravidarum biasanya
dirawat dirumah sakit. Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara
pasti. Tidak ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga
ditemukan kelainan biokimia. Perubahan-perubahan anatomik pada otak, jantung,
hati dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat-zat lain
akibat inanisia.
Preeklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang
bisa dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya
tekanan darah yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita
hamil dengan preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan
tangan. Preeklampsia umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus ada yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi
dengan baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena
eklampsia juga sering mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan
koma atau bahkan kematian baik sebelum, saat atau setelah melahirkan. Sampai
saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari kelainan ini, namun penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia

25
dan eklampsia. Faktor - faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan
gangguan aliran darah ke rahim.

3.1 Saran

Pengetahuan tentang gangguan pada masa kehamilan sangatlah penting,


baik bagi para perempuan yang kelak menjadi calon ibu, dan bagi para mahasiswa
laki-laki yang akan menjadi seorang bapak. Pemahaman kita tidak hanya dituntut
karena sebatas profesi saja yang mengaruskan, namun lebih kepada kita sebagai
calon orang tua, yang mampu peduli pada kesehatan pasangan dan buah hati kita.
Dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca dan bisa
digunakan sebagai bahan pembelajaran dan acuan untuk mengetahui komplikasi
pada ibu hamil.

26
DAFTAR PUSTAKA

Francin, P. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC, Jakarta, 2005.

Ayu, Ida Manuaba, dkk. 2010. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta:

EGC

Jannah, Nurul. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Kehamilan. Yogyakarta: C.V

ANDI OFFSET.

Prawirohardjo, Sarwono.2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

http://scooteris.multiply.com/journal/item/11/ILMUGIZIIBUHAMIL

https://www.academia.edu/34711278/KOMPLIKASIKEHAMILAN

27

Anda mungkin juga menyukai