Anda di halaman 1dari 119

Mertuaku pacar gelapku

Diterbitkan Januari 21, 2019

Mertuaku adalah seorang janda dengan kulit yang putih, cantik, lembut, dan berwajah
keibu ibuan, dia selalu mengenakan kebaya jika keluar rumah. Dan mengenakan daster
panjang bila didalam rumah, dan rambutnya dikonde keatas sehingga menampakkan kulit
lehernya yang putih jenjang.

Sebenarnya semenjak aku masih pacaran dengan anaknya, aku sudah jatuh cinta padanya
Aku sering bercengkerama dengannya walaupun aku tahu hari itu pacarku kuliah. Diapun
sangat baik padaku, dan aku diperlakukan sama dengan anak anaknya yang lain. Bahkan
tidak jarang bila aku kecapaian, dia memijat punggungku.

Setelah aku kawin dengan anaknya dan memboyong istriku kerumah kontrakanku,
mertuaku rajin menengokku dan tidak jarang pula menginap satu atau dua malam. Karena
rumahku hanya mempunyai satu kamar tidur, maka jika mertuaku menginap, kami
terpaksa tidur bertiga dalam satu ranjang. Biasanya Ibu mertua tidur dekat tembok,
kemudian istri ditengah dan aku dipinggir. Sambil tiduran kami biasanya ngobrol sampai
tengah malam, dan tidak jarang pula ketika ngobrol tanganku bergerilya ketubuh istriku
dari bawah selimut, dan istriku selalu mendiamkannya.
Bahkan pernah suatu kali ketika kuperkirakan mertuaku sudah tidur, kami diam diam
melakukan persetubuhan dengan istriku membelakangiku dengan posisi agak miring,
kami melakukankannya dengan sangat hati hati dan suasana tegang. Beberapa kali aku
tepaksa menghentikan kocokanku karena takut membangunkan mertuaku. Tapi akhirnya
kami dapat mengakhirinya dengan baik aku dan istriku terpuaskan walaupun tanpa
rintihan dan desahan istriku.

Suatu malam meruaku kembali menginap dirumahku, seperti biasa jam 21.00 kami sudah
dikamar tidur bertiga, sambil menonton TV yang kami taruh didepan tempat tidur. Yang
tidak biasa adalah istriku minta ia diposisi pinggir, dengan alasan dia masih mondar
mandir kedapur. Sehingga terpaksa aku menggeser ke ditengah walaupun sebenarnya aku
risih, tetapi karena mungkin telalu capai, aku segera tidur terlebih dahulu.
Aku terjaga pukul 2.00 malam, layar TV sudah mati. ditengah samar samar lampu tidur
kulihat istriku tidur dengan pulasnya membelakangiku, sedangkan disebelah kiri
mertuaku mendengkur halus membelakangiku pula. Hatiku berdesir ketika kulihat leher
putih mulus mertuaku hanya beberapa senti didepan bibirku, makin lama tatapan mataku
mejelajahi tubuhnya, birahiku merayap melihat wanita berumur yang lembut tergolek
tanpa daya disebelahku..

Dengan berdebar debar kugeser tubuhku kearahnya sehingga lenganku menempel pada
punggungnya sedangkan telapak tanganku menempel di bokong, kudiamkan sejenak
sambil menunggu reaksinya. Tidak ada reaksi, dengkur halusnya masih teratur,
keberanikan diriku bertindak lebih jauh, kuelus bokong yang masih tertutup daster,
perlahan sekali, kurasakan birahiku meningkat cepat. Penisku mulai berdiri dan hati hati
kumiringkan tubuhku menghadap mertuaku.

Kutarik daster dengan perlahan lahan keatas sehingga pahanya yang putih mulus dapat
kusentuh langsung dengan telapak tanganku. Tanganku mengelus perlahan kulit yang
mulus dan licin, pahanya keatas lagi pinggulnya, kemudian kembali kepahanya lagi,
kunikmati sentuhan jariku inci demi inci, bahkan aku sudah berani meremas bokongnya
yang sudah agak kendor dan masih terbungkus CD.

Tiba tiba aku dikejutkan oleh gerakan mengedut pada bokongnya sekali, dan pada saat
yang sama dengkurnya berhenti.
Aku ketakutan, kutarik tanganku, dan aku pura pura tidur, kulirik mertuaku tidak
merubah posisi tidurnya dan kelihatannya dia masih tidur. Kulirik istriku, dia masih
membelakangiku, Penisku sudah sangat tegang dan nafsu birahiku sudah tinggi sekali,
dan itu mengurangi akal sehatku dan pada saat yang sama meningkatkan keberanianku.
Setelah satu menit berlalu situasi kembali normal, kuangkat sarungku sehingga burungku
yang berdiri tegak dan mengkilat menjadi bebas, kurapatkan tubuh bagian bawahku
kebokong mertuaku sehingga ujung penisku menempel pada pangkal pahanya yang
tertutup CD. Kenikmatan mulai menjalar dalam penisku, aku makin berani, kuselipkan
ujung penisku di jepitan pangkal pahanya sambil kudorong sedikit sedikit, sehingga
kepala penisku kini terjepit penuh dipangkal pahanya, rasa penisku enak sekali, apalagi
ketika mertuaku mengeser kakinya sedikit, entah disengaja entah tidak.

Tanpa meninggalkan kewaspadaan mengamati gerak gerik istri, kurangkul tubuh


mertuaku dan kuselipkan tanganku untuk meremas buah dadanya dari luar daster tanpa
BH. Cukup lama aku melakukan remasan remasan lembut dan menggesekan gesekkan
penisku dijepitan paha belakangnya. Aku tidak tahu pasti apakah mertuaku masih terlelap
tidur atau tidak tapi yang pasti kurasakan puting dibalik dasternya terasa mengeras. Dan
kini kusadari bahwa dengkur halus dari mertuaku sudah hilang.., kalau begitu..pasti ibuku
mertuaku sudah terjaga..? Kenapa diam saja? kenapa dia tidak memukul atau
menendangku, atau dia kasihan kepadaku? atau dia menikmati..? Oh.. aku makin
terangsang.

Tak puas dengan buah dadanya, tanganku mulai pindah keperutnya dan turun
keselangkangannya, tetapi posisinya yang menyebabkan tangan kananku tak bisa
menjangkau daerah sensitifnya. Tiba tiba ia bergerak, tangannya memegang tanganku,
kembali aku pura pura tidur tanpa merrubah posisiku sambil berdebar debar menanti
reaksinya. Dari sudut mataku kulihat dia menoleh kepadaku, diangkatnya tanganku
dengan lembut dan disingkirkannya dari tubuhnya, dan ketika itupun dia sudah
mengetahui bahwa dasternya sudah tersingkap sementara ujung penisku yang sudah
mengeras terjepit diantara pahanya.
Jantungku rasanya berhenti menunggu reaksinya lebih jauh. Dia melihatku sekali lagi,
terlihat samar samar tidak tampak kemarahan dalam wajahnya, dan ini sangat
melegakanku .

Dan yang lebih mengejutkanku adalah dia tidak menggeser bokongnya menjauhi
tubuhku, tidak menyingkirkan penisku dari jepitan pahanya dan apalagi membetulkan
dasternya. Dia kembali memunggungiku meneruskan tidurnya, aku makin yakin bahwa
sebelumnya mertuaku menikmati remasanku di payudaranya, hal ini menyebabkan aku
berani untuk mengulang perbuatanku untuk memeluk dan meremas buah dadanya. Tidak
ada penolakan ketika tanganku menyelusup dan memutar mutar secara lembut langsung
keputing teteknya melalui kancing depan dasternya yang telah kulepas. Walaupun
mertuaku berpura pura tidur dan bersikap pasif, tapi aku dengar nafasnya sudah
memburu.

Cukup lama kumainkan susunya sambil kusodokkan kemaluanku diantara jepitan


pahanya pelan pelan, namun karena pahanya kering, aku tidak mendapat kenikmatan
yang memadai, Kuangkat pelan pelan pahanya dengan tanganku, agar penisku terjepit
dalam pahanya dengan lebih sempurna, namun dia justru membalikkan badannya menjadi
terlentang, sehingga tangannya yang berada disebelah tangannya hampir menyetuh
penisku, bersamaan dengan itu tangan kirinya mencari selimutnya menutupi tubuhnya.
Kutengok istri yang berada dibelakangku, dia terlihat masih nyenyak tidurnya dan tidak
menyadari bahwa sesuatu sedang terjadi diranjangnya.

Kusingkap dasternya yang berada dibawah selimut, dan tanganku merayap kebawah
CDnya. Dan kurasakan vaginanya yang hangat dan berbulu halus itu sudah basah. Jari
tanganku mulai mengelus, mengocok dan meremas kemaluan mertuaku. Nafasnya makin
memburu sementara dia terlihat berusaha untuk menahan gerakan pinggulnya, yang
kadang kadang terangkat, kadang mengeser kekiri kanan sedikit. Kunikmati wajahnya
yang tegang sambil sekali kali menggigit bibirnya. Hampir saja aku tak bisa menahan
nafsu untuk mencium bibirnya, tapi aku segera sadar bahwa itu akan menimbulkan
gerakan yang dapat membangunkan istriku.

ᄃ Setelah beberapa saat tangan kanannya masih pasif, maka kubimbing tangannya untuk
mengelus elus penisku, walaupun agak alot akhirnya dia mau mengelus penisku,
meremas bahkan mengocoknya. Agak lama kami saling meremas, mengelus, mengocok
dan makin lama cepat, sampai kurasakan dia sudah mendekati puncaknya, mertuaku
membuka matanya, dipandanginya wajahku erat erat, kerut dahinya menegang dan
beberapa detik kemudian dia menghentakkan kepalanya menengadah kebelakang. Tangan
kirinya mencengkeram dan menekan tanganku yang sedang mengocok lobang
kemaluannya. Kurasakan semprotan cairan di pangkal telapak tanganku. Mertuaku
mencapai puncak kenikmatan, dia telah orgasme. Dan pada waktu hampir yang
bersamaan air maniku menyemprot kepahanya dan membasahi telapak tangannya.
Kenikmatan yang luar biasa kudapatkan malam ini, kejadianya begitu saja terjadi tanpa
rencana bahkan sebelumnya membayangkanpun aku tidak berani.

Sejak kejadian itu, sudah sebulan lebih mertuaku tidak pernah menginap dirumahku,
walaupun komunikasi dengan istriku masih lancar melalui telpon. Istriku tidak curiga apa
apa tetapi aku sendiri merasa rindu, aku terobsesi untuk melakukannya lebih jauh lagi.
Kucoba beberapa kali kutelepon, tetapi selalu tidak mau menerima. Akhirnya setelah
kupertimbangkan maka kuputuskan aku harus menemuinya.

Hari itu aku sengaja masuk kantor separo hari, dan aku berniat menemuinya dirumahnya,
sesampai dirumahnya kulihat tokonya sepi pengunjung, hanya dua orang penjaga tokonya
terlihar asik sedang ngobrol. Tokonya terletak beberapa meter dari rumah induk yang
cukup besar dan luas. Aku langsung masuk kerumah mertuaku setelah basa basi dengan
penjaga tokonya yang kukenal dengan baik. Aku disambut dengan ramah oleh mertuaku,
seolah olah tidak pernah terjadi sesuatu apa apa, antara kami berdua, padahal sikapku
sangat kikuk dan salah tingkah.

"Tumben tumbenan mampir kesini pada jam kantor?"


"Ya Bu, soalnya Ibu nggak pernah kesana lagi sih"
Mertuaku hanya tertawa mendengarkan jawabanku
"Ton. Ibu takut ah.. wong kamu kalau tidur tangannya kemana mana.., Untung istrimu
nggak lihat, kalau dia lihat.. wah.. bisa berabe semua nantinya.."
"Kalau nggak ada Sri gimana Bu..?" tanyaku lebih berani.
"Ah kamu ada ada saja, Memangnya Sri masih kurang ngasinya, koq masih minta
nambah sama ibunya."
"Soalnya ibunya sama cantiknya dengan anaknya" gombalku.
"Sudahlah, kamu makan saja dulu nanti kalau mau istirahat, kamar depan bisa dipakai,
kebetulan tadi masak pepes" selesai berkata ibuku masuk ke kamarnya.
Aku bimbang, makan dulu atau menyusul mertua kekamar. Ternyata nafsuku
mengalahkan rasa lapar, aku langsung menyusul masuk kekamar, tetapi bukan dikamar
depan seperti perintahnya melainkan kekamar tidur mertuaku. Pelan pelan kubuka pintu
kamarnya yang tidak terkunci, kulihat dia baru saja merebahkan badannya dikasur, dan
matanya menatapku, tidak mengundangku tapi juga tidak ada penolakan dari tatapannya.
Aku segera naik keranjang dan perlahan lahan kupeluk tubuhnya yang gemulai, dan
kutempelkan bibirku penuh kelembutan. Mertuaku menatapku sejenak sebelum akhirnya
memejamkan matanya menikmati ciuman lembutku. Kami berciuman cukup lama, dan
saling meraba dan dalam sekejap kami sudah tidak berpakaian, dan nafas kami saling
memburu. Sejauh ini mertuaku hanya mengelus punggung dan kepalaku saja, sementara
tanganku sudah mengelus paha bagian dalam. Ketika jariku mulai menyentuh vaginanya
yang tipis dan berbulu halus, dia sengaja membuka pahanya lebar lebar, hanya sebentar
jariku meraba kemaluanya yang sudah sangat basah itu, segera kulepas ciumanku dan
kuarahkan mulutku ke vagina merona basah itu.

Pada awalnya dia menolak dan menutup pahanya erat erat.


"Emoh.. Ah nganggo tangan wae, saru ah.. risih.." namun aku tak menghiraukan kata
katanya dan aku setengah memaksa, akhirnya dia mengalah dan membiarkan aku
menikmati sajian yang sangat mempesona itu, kadang kadang kujilati klitorisnya, kadang
kusedot sedot, bahkan kujepit itil mertuaku dengan bibirku lalu kutarik tarik keluar.
"Terus nak Ton.., Enak banget.. oh.. Ibu wis suwe ora ngrasakke penak koyo ngene sstt"
Mertuaku sudah merintih rintih dengan suara halus, sementara sambil membuka lebar
pahanya, pinggulnya sering diangkat dan diputar putar halus. Tangan kiriku yang
meremas remas buah dadanya, kini jariku sudah masuk kedalam mulutnya untuk disedot
sedot.
Ketika kulihat mertuaku sudah mendekati klimax, maka kuhentikan jilatanku
dimemeknya, kusodorkan kontolku kemulutnya, tapi dia membuang muka kekiri dan
kekanan, mati matian tidak mau mengisap penisku. Dan akupun tidak mau memaksakan
kehendak, kembali kucium bibirnya, kutindih tubuhnya dan kudekap erat erat, kubuka
leber lebar pahanya dan kuarahkan ujung penisku yang mengkilat dibibr vaginanya.

Mertuaku sudah tanpa daya dalam pelukanku, kumainkan penisku dibibir kemaluannya
yang sudah basah, kumasukkan kepala penis, kukocok kocok sedikt, kemudian kutarik
lagi beberapa kali kulakukan.
"Enak Bu?"
"He eh, dikocok koyo ngono tempikku keri, wis cukup Ton, manukmu blesekno sin
jero.."
"Sekedap malih Bu, taksih eco ngaten, keri sekedik sekedik"
"Wis wis, aku wis ora tahan meneh, blesekno sih jero meneh Ton oohh.. ssttss.. Ibu wis
ora tahan meneh, aduh enak banget tempikku" sambil berkata begitu diangkatnya tinggi
tinggi bokongnya, bersamaan dengan itu kumasukkan kontolku makin kedalam
memeknya sampai kepangkalnya, kutekan kontolku dalam dalam, sementara Ibu
mertuaku berusaha memutar mutar pinggulnya, kukocokkan penisku dengan irama yang
tetap, sementara tubuhnya rapat kudekap, bibirku menempel dipipinya, kadang kujilat
lehernya, ekspresi wajahnya berganti ganti. Rupanya Ibu anak sama saja, jika sedang
menikmati sex mulutnya tidak bisa diam, dari kata jorok sampai rintihan bahkan
mendekati tangisan.

Ketika rintihannya mulai mengeras dan wajahnya sudah diangkat keatas aku segera tahu
bahwa mertua akan segera orgasme, kukocok kontolku makin cepat.
"Ton..aduh aduh.. Tempikku senut senut, ssttss.. Heeh kontolmu gede, enak banget.. Ton
aku meh metu.. oohh.. Aku wis metu..oohh."

Mertuaku menjerit cukup keras dan bersamaan dengan itu aku merasakan semprotan
cairan dalam vaginanya. Tubuhnya lemas dalam dekapanku, kubiarkan beberapa menit
untuk menikmati sisa sisa orgasmenya sementara aku sendiri dalam posisi nanggung.
Kucabut penisku yang basah kuyup oleh lendirnya memekknya, dan kusodorkan ke
mulutnya, tapi dia tetap menolak namun dia menggegam penisku untuk dikocok didepan
wajahnya. Ketika kocokkannya makin cepat, aku tidak tahan lagi dan muncratlah lahar
maniku kewajahnya.

Siang itu aku sangat puas demikian juga mertuaku, bahkan sebelum pulang aku sempat
melakukannya lagi, ronde kedua ini mertuaku bisa mengimbangi permainanku, dan kami
bermain cukup lama dan kami bisa sampai mencapai orgasme pada saat yang sama.

Tamat

USG 3Dimensi

Diterbitkan Januari 12, 2019

Saya adalah seorang Penjual alat-alat medis untuk keperluan rumah sakit.

Saya memliki kisah yang terjadi tahun 2002 silam

Kisah ini bermula saat saya mengangkat seorang pegawai baru yang bernama Aryati, dia
adalah orang yang supel, ceria dan memliki kesabaran mendengarkan orang lain terutama
konsumen
Perawakannya Tinggi, putih dan matanya “nakal”,
“Biarin” pikir saya, selama dia mampu menjualkan alat-alat medis perusahaan, dia tetap
layak dipertahankan sebagai karyawan marketing yang digaji dengan baik. Walaupun
kadang melihat Aryati pengin banget ngerasain tubuhnya. tetapi saya tidak mau terlibat
cinta dengan karyawati saya, apalagi Making Love, walaupun saya sendiri belum
menikah, wibawa saya sebagai boss bisa luntur jadi bubur.

Alkisah saya memesan alat USG dua minggu yang lalu, dan kini tibalah barang pesanan
senilai 450 juta tersebut dihadapan saya. USG (Ultra Sonografi) 3 dimensi berwarna.
Aryati tentu saja ikut terlibat dalam transaksi ini.

Siang itu setelah Aryati menjemput barang pesanan tersebut dari jasa courier, sekarang
dua wujud menakjubkan itu ada di depan saya. Yang satu Aryati yang lain CKD-USG
yang sangat istimewa itu.
Kenapa istimewa, karena kalau untuk USG bayi dalam kandungan, wajah bayi pun bisa
nampak seperti foto, juga untuk USG alat-alat dalam yang lain, baik itu ginjal, jantung,
pembuluh darah yang besar, maupun ovarium (=telur) dari seorang wanita.

Sempat saya telpon kepada Rumah Sakit pemesan bahwa barang pesanan mereka sudah
datang, karena Direktur Medis sudah pulang. Saya telpon ke rumah beliau, dan beliau
perintahkan untuk melakukan pengiriman barang jam 8 pagi besok di Rumah Sakit
tempat beliau bekerja. Sambil dia pesan, agar barang yang diterima harus sudah siap
dipakai dan dioperasikan.

“Mati !’ pikir saya, karena itu artinya hari ini juga saya harus merakitnya, karena alat
medis elektronik yang mahal seperti ini, semua komponen dalam bentuk lepas (CKD =
Completely Knock Down).
Akhirnya setelah menerima “perintah” dari pembeli, saya panggil bagian service yang
Insinyur Elektro untuk mulai merangkai USG ini. Mulai sore tersebut, akhirnya dengan
berdebar-debar, selesailah semua jam 12 malam. Aryati tentu saja tidak boleh pulang
hingga malam tersebut, karena sebagai bagian Marketing diapun akan mendapat share
keuntungan 5 % dari nilai transaksi ini. Selain melayani kami dengan membuatkan kopi.

Pak Sabastian, 10 tahun lebih tua dari saya yang merakit alat ini sudah nampak kelelahan
dan ikut tegang ketika saya mulai menancapkan kabel listrik. “ON”…hiduplah alat mahal
ini, kami bertiga termangu-mangu didepan alat ini, selain ini untuk pertama kalinya juga
perusahaan kami mendapat pesanan alat ini, juga pertama kali Pak Sebastian merakit.
Tinggal kami bertiga di ruang elektrik perusahaan, semua karyawan tentu sudah pulang
dan terlelap dirumah masing-masing.

Kami bertiga takjub memandangi alat yang sudah hidup tersebut, nampaknya tidak ada
trouble sedikitpun, “Ayo kita coba, kita hanya punya waktu 7 jam sebelum menyerahkan
barang ini” suara saya memecah keheningan

“Saya, Pak !” Pak Sebastian langsung menyahut, selain dia sudah hapal alat-alat medis
kedokteran, dia juga tahu kecanggihan alat ini dan pemeriksaan yang berharga 500.000
untuk setiap kali total USG seluruh tubuh.
Dengan bersemangat Pak Sebastian melepas bajunya dan tidur dimeja kerja bagian
elektronik yang sebenarnya meja ping-pong..Mulailah saya jadi ahli USG dadakan,
berbekal buku manual dan seingat-ingatnya pelajaran Anatomi, saya mulai memeriksanya
dengan memberinya lubricant / pelincir agar prop USG yang besar ini bisa digeser
dengan mudah di badan pak Sebastian. Dari Jantung, Lambung, Kantong Empedu,
Pembuluh Darah dan Ginjal.Luar Biasa !, dari layar nampak persis seperti mata saya ada
didalam badan Pak Sebastian. Saya dan Aryati tertawa ketika nampak adanya batu kecil
di Ginjal sebelah kiri Pak Sebastian, Pak Sebastian langsung meringis kawatir. “Tenang
saja Pak, masih kecil sekali, pakai obatpun saya harapkan bisa hilang”. “Saya gantian,
Pak” Aryati ikut-ikutan muncul suaranya setelah takjub melihat percobaan saya pada pak
Sebastian.

Saya mendadak bengong, selain ruang yang penuh dengan alat elektronik dan hanya ada
meja pingpong ini, hanya ada Saya, Aryati dan Pak Sebastian. Saya memandang Pak
Sebastian, nampaknya dia mengerti kejengahan saya, “Iya, pak dicoba saja pada Aryati,
sekalian untuk dicoba untuk melihat telur dan rahim”, “Tapi.”kata saya. “Sudahlah pak,
dicoba daripada nanti kita diklaim nanti saya yang repot” dia menyahut “Cobalah Pak,
tidak usah sungkan, biar saya pamit pulang dulu” Pak Sebastian matanya nampak serius,
tapi nampak diujung bibirnya senyum kecil, pengertian sekaligus menantang saya untuk
“memeriksa” Aryati. “Pamit Pak !, saya pulang dulu” , Langsung dia ngeloyor pergi,
mungkin kelelahan, mungkin tidak ingin mengganggu “acara” saya dengan Aryati.

Setelah Pak Sebastian tidak lagi di ruang, tinggal saya bersama Aryati, “Jadi, Pak ?” suara
Aryati kembali muncul, saya hanya bisa mengangguk-angguk ‘Ya, silahkan”.

Tanpa ragu sedikitpun Aryati melepas kancing bajunya dan membaringkan diri di meja
pingpong, nampak BH Krem dan sebagian payudara yang menyembul, kulit yang putih
dan sangat bersih. Aduh…”My Dick” mendadak bangkit ditengah malam !.
Mulailah saya memberikan pelincir di perutnya yang putih dan kencang, “Hi-hi-hi,
dingin, pak”. ketika pelincir menetes diperutnya. Saya periksa lambung dan ginjalnya,
normal semuanya. Saya tidak berani memeriksanya lebih lanjut. “Pak, sekalian yang lain,
mumpung gratis”. Saya mulai menggerakkan prop USG ke bagian tubuh atasnya, karena
BHnya masih ditempat tentu saja saya tidak bisa mengarahkan prop tepat ke Jantungnya
“Aryati, eh.eh.”..”Oh, ini Pak” Sambil memegang BHnya ” Sebentar, Pak” dengan gaya
akrobat seorang wanita, BH Aryati sudah terlepas. Nampak payudara yang sangat indah
di depan saya , puting yang kencang dan bagus , payudaranya walaupun tidak besar akan
tetapi kencang, nampak kenyal dan sangat proporsional kiri dan kanan. Saya mulai
mengarahkan prop USG ke arah Jantungnya dengan menggesernya dari daerah perut.
Nampaknya Aryati menikmati geseran prop USG tersebut, kedua putingnya nampak
mengeras menjulang. Lebih gila lagi malahan sekarang dia menutup kedua matanya,
sambil berdesis pelan. Saya arahkan prop USG tepat di jantungnya, dengan pembesaran
200 X, saya mulai “membaca” ruang-ruang jantungnya. Karena saya mencoba
menelusuri bagian kiri dan kanan jantung, tentu saja saya harus berulang-ulang
menggeser prop USG, sambil mengatakan padanya apa yang saya baca dari layar
monitor. Tak pernah sekejappun Aryati membuka kedua matanya, sambil terus berdesis-
desis pelan. “My Dick” sudah tidak tahan lagi, lihat keadaan seperti ini. Saat tangan
kanan saya memegang dan menggeser prop USG, entah dari mana mendadak refleks
tangan kiri meremas payudara kanan Aryati. Saya remas-remas dan memain-mainkan
pelan payudaranya. Desis Aryati makin jelas kentara, “Terus.Pak”…”Terus Pak” Aryati
berbisik…”Mana tahan” pikir saya. Sudah tidak ingat lagi antara boss dan karyawatinya.
Saya letakkan prop USG tersebut, sekarang yang memeriksa jantungnya adalah tangan
kanan saya di payudara kirinya. Saya isap-isap dan gigit-gigit pelan payudaranya. “Enak
Pak.terus.terus” sambil tetap terus menutup mata..
Saya jilat-jilat dan ciumi perutnya, tangan kanan saya sekarang sudah berpindah ke arah
selangkangannya yang masih terbalut rapi dengan rok. Saya elus-elus dengan halus
selangkangannya, terasa lembab. “Eh.eh..eh.enak pak”…

Saya masukkan tangan saya kedalam roknya, teraba CD-nya, basah nian, kakinyapun
tidak lagi sejajar seperti tadi, sekarang kakinya mementang lebar-lebar memberi
kesempatan tangan saya untuk mengeksplorasi selangkangannya lebih lanjut. Saya tarik
tepi CDnya, teraba vulvanya yang sudah basah, saya gosok pelan-pelan bibir dalam
vaginanya. Lendir vaginanya mempermudah saya untuk menggosok-gosok jari tengah
saya ke vaginanya, juga kelentitnya. “Ekh..ekh..ekh”..makin keras suara Aryati.

“Sebentar yaa”..mendadak saya bangkit, saya segera matikan USG dan lampu ruang
elektronik yang terang benderang itu dengan segera. Saya lepas segera semua baju yang
saya kenakan juga CD saya. Saya sudah tidak sabar lagi. Aryatipun juga tidak mau kalah,
tanpa diperintahkan, langsung dia lepas semua baju, rok, dan CDnya. Dari remang-
remang penerangan dari ruang sebelah sekarang nampaklah Aryati yang telanjang bulat
dan menakjubkan. Bukit kewanitaannya dipayungi oleh rambut yang lebat, “Pantas,
alisnyapun lebat” pikir saya. Kini saya langsung mengarahkan mulut saya ke vaginanya,
karena lebatnya “hutan” kewanitaannya, saya terpaksa menggunakan kedua tangan saya
untuk menyibak “hutan”nya. Gantian sekarang malah Aryati yang mengelus-ngelus dan
memilin-milin payudaranya sendiri.

Memeknya berbau khas yang agak keras dan berasa asin, seperti keju belanda.
Maklumlah, kami berdua tidak sempat mandi sejak pagi hari tadi. Tapi sudahlah mulut
saya sudah dalam posisi itu. Saya jilat-jilat kelentitnya dan naik turun di bibir dalam
vaginanya naik – turun. “Pak, masukin.pak” Aryati memohon. Tanpa perintah kedua, saya
berdiri. Saya tarik tubuh Aryati ketepi meja pingpong, segera saya masukkan “tongkat
naga” saya ke vaginanya. “Bless…” tanpa kesulitan saya masukkan “My Dick” saya,
karena lendir di vagina Aryati sudah membanjir, selain posisi saya yang berdiri
mempermudah hal itu. Saya pegang pinggulnya, saya tarik dan dorong tubuh Aryati,
sesuai dengan arah laju pinggul saya yang maju mundur. “Ekh..ekh..ekh”.terus menerus
suara Aryati terdengar keenakan. Setelah 10 menit mendadak tangan Aryati memegang
sangat keras kedua tangan saya yang sedang memegang pinggulnya ‘Maaasssss..” Aryati
menjerit tertahan…pada saat yang bersamaan, vagina Aryati berdenyut-denyut keras “My
Dick” saya yang didalamnya seperti diremas-remas dengan lembut oleh vaginanya.
Aryati orgasme hebat, pantatnya tidak lagi terletak dimeja pingpong tapi terangkat keras
keatas. Rupanya dia sedang menikmati semaksimalnya orgasme dan keheningan sesaat
yang timbul pada dirinya.
Setelah dia agak tenang, saya baru kembali memompanya, terasa agak kering sekarang
vaginanya, habis lendirnya. “Sakit, mas..sakit, mas” dia mengeluh. “Tanggung” pikir
saya. Segera saya ambil pelincir USG yang tergeletak dekat kami, saya olesi kepala “My
Dick” saya dan juga vagina Aryati, segera saya masukkan kembali “My Dick” saya
kedalam vaginanya, sekarang kembali licin seperti semula. “Terus. mas, enak”…saya
tetap dalam posisi semula, sekarang dengan bekal sedikit pelincir diibu jari saya, saya
bantu Aryati dengan menggosok-gosok kelentitnya. Kali ini, sungguh sulit saya orgasme,
konsentrasi saya buyar total, setelah Aryati memanggil saya dengan sebutan “Mas”, aduh
saya ini boss-nya. Tapi “what the hell, what will be, will be”. Kembali saya berusaha
konsentrasi untuk mengeluarkan semua isi “My Dick” saya. Rupa-rupanya “perkosaan”
saya dengan ibu jari kanan saya memakai pelincir di kelentitnya mengundang kembali
orgasme Aryati. Sedangkan otak saya masih berperang antara “Mas dan Pak”.

“Tahan mas.tahan.saya mau keluar lagi”..dalam hitungan menit muncullah


“Maaasss.masss..masss.” dan remasan lembut vagina Aryati yang berdenyut-denyut di
“My Dick” saya. Aryati orgasme untuk kedua kalinya, tetapi tidak sehebat yang pertama,
tangannya meremas keras tangan kiri saya, sedangkan tangan kanan saya masih aktif di
kelentitnya. “Rugi, kalau saya tidak orgasme” pikir saya. Segera gantian saya menutup
mata, konsentrasi penuh membayangkan vaginanya Sharon Stone. Saya percepat
pompaan saya di selangkangannya.

“Akkkkhhhhhhhhhhh..” saya mendengus panjang, saya keluarkan semua isi “My Dick”
saya kevaginanya, dan saya tanamkan sedalam-dalamnya “tongkat naga” saya..saya
orgasme.

Saya tergeletak disamping Aryati, dua manusia telanjang bulat dengan vagina dan “My
Dick” yang berleleran sperma.
Aryati memeluk saya , dijilat-jilat pelan telinga saya “Maaf ya mas, sejak tadi malam
memang saya lagi “kepengin”” Aryati berbisik. “Puas mas ?, saya puas sekali”. Saya
mengangguk.

“Ayo kita pulang” saya mengingatkan, jam sudah menunjukkan jam 2 malam. Segera
kami berdiri dan merapikan baju, Aryati kekamar mandi membersihkan sisa-sisa sperma
yang berleleran di vaginanya.

Saya sekarang sendirian di ruang elektronik, lampu sudah saya hidupkan kembali, sambil
merokok dan menunggu Aryati kembali ke ruang ini, saya termangu-mangu. “Aduh,
sekarang dia panggil saya Mas, padahal saya bossnya, belum lagi kalau dia hamil”.

TAMAT

Area Seks : Istri bos yang aduhai


Sebut saja namaku HAR (nama samaran), aku sudah menikah dengan 3 orang anak dan
umurku masih 34 tahun. Isteriku cantik putih dan baik sekali bahkan saking baiknya dia
mau menerima aku apa adanya, walaupun gajiku pas-pasan tapi dia tetap mencintaiku.
Wajahku tidaklah ganteng atau macho akan tetapi biasa-biasa saja dan aku bukan pemuda
yang tinggi, tinggiku hanya 160 cm dengan berat sekitar 55 kg. Tapi walaupun demikian
aku termasuk orang yang beruntung karena beberapa kali aku memiliki selingkuhan yang
cantik-cantik, jadi pengalamanku cukup banyak. Semua wanita yang menjadi pacar
gelapku senang bermain seks denganku karena aku dapat memuaskan mereka, karena aku
bisa memberikan kepuasan kepada mereka beberapa kali, bahkan sampai 8 kali orgasme
ketika aku berpacaran dengan gadis bule.

Pengalamanku kali ini terjadi ketika tahun 2002 saat aku pergi ke Yogyakarta untuk
urusan bisnis. Kebetulan aku bekerja di sebuah perusahaan ekspedisi penelitian dan
ekowisata maka aku berangkat ke kota Yogya dalam acara pameran ekowisata. Saat itu
aku pergi sendirian dengan menggunakan kereta executive. Pertama kalinya aku pergi ke
Yogya sendirian jadi aku tidak begitu hapal kota yogya tapi dengan modal nekat dan
keberanian akupun memberanikan diri seolah-olah aku sering datang ke kota tersebut.
Tadinya aku akan pergi dengan isteri bos ku yang kebetulan sering pergi ke Yogya.
Karena masih ada urusan di Jakarta maka isteri bosku tidak jadi menemaniku.

Isteri bosku (bernama Mbak Wati) wajahnya cukup menarik dengan kulit yang coklat dan
hitam manis dan badannya yang sintal walaupun usianya sudah menginjak 40 tahun tapi
masih kelihatan sintal dan berisi, maklumlah sering aerobik dan olah raga. Pada waktu
aku di Yogya Mbak Wati sering meneleponku hampir setiap hari bahkan sehari bisa lebih
dari 2, pada mulanya aku sendiri tidak tahu mengapa dia sering telpon aku. Saat itu, aku
tinggal di sebuh hotel yang lumayan bagus, bersih dan murah di dekat jalan Malioboro.
Karena aku sendirian di kota itu aku seringkali kesepian dan aku selalu ingat anak dan
isteriku. Akan tetapi itu semua hilang ketika Mbak Wati meneleponku dan aku selalu
menggodanya bahwa aku kesepian dan horny di kota ini karena aku sering dengar
erangan kenikmatan dari sebelah kamarku, dia hanya tertawa saja. Bahkan dia
menggodaku untuk mencari wanita Yogya saja buat menemaniku.

ᄃ Beberapa hari kemudian aku mendapat kabar bahwa bosku menyuruh Mbak Wati untuk
menemaniku di Yogya, aku berfikir wah ini kesempatan yang baik buatku untuk
menggodanya, memang keberuntungan masih berpihak pada diriku. Akhirnya dia bilang
bahwa dia akan menyusul dengan menggunakan kereta dan minta di bookingkan satu
kamar untuknya. Aku bilang pada hari itu mungkin kamar akan penuh.
Dia sedikit kecewa lalu dia bilang, "Terus gimana dong, ..aku gak mau tinggal di hotel
yang jauh dari kamu, ..ngomong-ngomong Har kamar kamu ada 2 bed apa satu?"
"Kamarku Cuma satu bed tapi di bawah ranjang ada satu bed lagi jadi mungkin aku bisa
pake, emang Mbak mau sekamar denganku?" aku menggodanya.
"Boleh kalo nggak ada kamar lagi" aku setengah tidak percaya akan ucapannya.
Aku berfikir inilah kesempatanya aku bisa mendekati dia dan menggodanya.
"Tapi Mbak aku suka tidur telanjang paling Cuma pake celana dalam doang dan selimut,
apa Mbak gak apa-apa? Aku sedikit meyakinkan dia akan kebiasaanku.
"Nggak apa-apa siapa takut.. masalahnya aku juga kadang-kadang begitu juga".
Aku semakin senang mendengarnya. Lalu aku menawarkan untuk tinggal sekamar
denganku bila tidak ada kamar kosong dan dia setuju.

Ketika pada hari H nya, aku jemput dia di stasiun dan setelah bertemu aku ajak ke hotel
tempat aku menginap, otak ngeresku mulai jalan dan aku mulai berfikir bagaimana
caranya agar dia mau sekamar denganku lalu dengan akal bulusku aku berbohong bahwa
kamar hotel penuh semua. Lalu aku langsung ajak Mbak Wati ke kamarku dan aku tidak
menyangka ternyata dia mau sekamar denganku. Karena sebelumnya aku pikir dia hanya
bercanda.

Ketika malam tiba, aku sengaja mengambil satu tempat tidur lagi, untuk menjaga agar dia
tidak mempunyai fikiran yang jelek tentang diriku, karena aku masih takut kalau Mbak
Mbak Wati akan marah dan tersinggung bila aku seranjang dengannya karena biasanya
itu akan dianggap tidak sopan dan senonoh serta murahan dan perempuan akan marah
sekali bila dianggap seperti itu. Sebelum tidur kami mengobrol tentang macam-macam
dan pada akhirnya bicara tentang seks. Saking seriusnya bicara tentang seks, aku
memberanikan diri memancing reaksinya.

ᄃ"Mbak kalo ngomongin seks kayak gini, cewekku dulu seringkali udah basah duluan".
Lalu dia menjawab, "Ah itu sih biasa, aku aja suka basah".
Tak lama kemudian suasana berubah karena dia merasa perutnya agak sakit karena
kembung. Aku mulai kasihan lalu aku menawarkan diri, "Biar aku refleksi dan pijit deh".

Lalu aku pijit kaki dan betisnya. Pada mulanya dia kesakitan dengan pijitanku tersebut.
Otak kotorku mulai datang dan aku coba untuk memijit pahanya dan dia meringis
kesakitan. Lama aku memijit pahanya dan makin lama kau kendurkan pijitanku tetapi dia
masih mengerang bahkan ketika aku elus-elus dia masih mengerang. Dengan segenap
keberanianku aku coba mengelus hingga ke pangkal pahanya dan dia mengerang semakin
menjadi, tentu saja penisku langsung berdiri apalagi ketika aku pijit dan elus bagian
pahanya dia membuka pahanya lebar-lebar. Lalu aku singkapkan rok tidurnya dan aku
elus di pangkal paha kemudian aku beranikan diri mengelus vaginanya, ternyata Mbak
wati diam saja dan mengerang, tanpa pikir panjang aku masukkan jari-jemariku ke balik
celana dalamnya dan memainkan klitoris dan lubang vaginanya dengan jariku. Ternyata
vaginanya sudah basah sekali, lalu aku tarik celana dalamnya dan aku mulai menciumi
pahanya hingga sampailah pada gundukan vaginanya yang sangat merangsang.

ᄃ Aku hisap dan jilat vaginanya yang harum, Mbak wati semakin mengerang kenikmatan.
"Oh.. oohh.. mmhh.. ohhmm.. sayangg.. ohmm" jilatanku semakin liar dan semakin terasa
kakinya mulai mengejang..aku semakin mempercepat tempo jilatan mautku dan dia
mengerang semakin keras.
"Oohh.. ehheehmm.. ohh.. aauuaa.. hhmm" ternyata dia telah mencapai orgasme yang
pertama.

Kemudian aku lepaskan celana dalamku karena kebetulan aku selalu tidur hanya
memakai celana dalam dan saat itu aku hanya memakai kain sarung. Dengan penis yang
masih menegang aku beralih posisi di atasnya dan menciumi bibir dan kedua susunya
dengan jemari tanganku memainkah pentilnya. Karena tidak sabar lalu aku masukkan
penisku yang sudah tegang. Sewaktu penisku masuk ke lubang kenikmatan tersebut
terdengar erangan keenakan Mbak Wati.
Vagina Mbak Wati serasa sempit karena tulang panggulnya yang seakan-akan
mempersempit lubang kemaluannya. Akan tetapi aku merasaka kenikmatan yang luar
biasa di penisku dengan lubangnya yang sempit itu. Aku keluar masukkan penisku dan
Mbak Wati membuka lebar-lebar kakinya sambil menopang satu kaki ke dinding kamar.
Aku semakin merasakan sensasi yang luar biasa ketika penisku keluar masuk, karena
dinding lubang vagina dan tulang panggulnya yang menggesek-gesek batang kemaluanku
begitu terasa sekali.

Mbak Wati masih terus mengerang ketika aku menekan penisku di vaginanya dalam-
dalam. Walaupun penisku tidak besar sekali tapi berukuran normal akan tetapi sensasi
yang aku berikan ketika aku mengocok penisku di dalam vaginanya membuat Mbak wati
mengerang, menjerit keenakan sambil matanya merem melek. Setelah hampir satu jam
sejak pemanasan Mbak Wati kelihatan tegang kemudian di merapatkan kedua kakinya
dan aku mengangkangkan kakiku sehingga lubang vaginanya semakin sempit. Dengan
gaya seperti itu aku masih tetap terus mengocok vaginanya dan Mbak wati semakin
mengerang keras.
Akhirnya dia bilang, "Ohh sayang aku mau keluaarr.. ohh enakk"..

ᄃ Akhirnya Mbak Wati tidak bisa menahan gejolak yang ada dalam dirinya, maka
jebollah pertahanannya dengan jeritan yang membuatku semakin bergairah. Aku masih
mengocok penisku karena sampai saat itu aku masih bertahan dan aku ingin memberikan
kenikmatan yang dasyat untuknya sehingga dia tidak bisa lupa dan terus ketagihan. Aku
semakin mempercepat kocokanku, semakin cepat aku mengocok jeritan keenakan Mbak
Wati semakin kencang dan tak tertahankan.

Aku merasakan sensasi yang tiada taranya, sehingga aku merasakan ada sesuatu yang
akan keluar dari batang kemaluanku dan akupun mempercepat irama kocokanku.
Badanku semakin menegang dan Mbak Wati semakin mengerang.
"Ohh.. Mbak aku mau keluar.. Mbak udah mau lagi nggak? aku dah nggak tahan nih"
"Ohh sayang aku juga mau keluar.. ohh.. oohh kita bareng sayaangg.. oohh aku keluaarr"
"Aku juga Mbak, ..oohh Mbak eeaannakk?"
Dan bobollah pertahananku dan pertahanannya.., Crot..crot..crot..
"Oohh.. enaak.." akhirnya kami orgasme bersama-sama.
"Oh, kamu hebat sayang.. sampai aku orgasme tiga kali, padahal aku jarang banget loh
orgasme walaupun sama suamiku. Malah aku keseringannya nggak bisa orgasme".
Dengan peluh yang mengucur banyak sekali aku tidak segera mencabut penisku dari
vaginanya, aku biarkan penisku merasakan sensasi vagina Mbak wati yang begitu nikmat.
Akhirnya kamipun tertidur dengan tubuh masih telanjang.

Malam itu kami lakukan lagi sampai 4 kali. Pada keesokan harinya kami lakukan lagi
hingga siang hari sampai 3 kali. Begitu pula pada malam harinya hingga pagi kami
lakukan lagi 3 kali. Setiap hari kami lakukan terus dan sampai kembali ke Jakarta kami
masih tetap melakukannya di dalam kereta walaupun hanya sebatas permainan jari-jariku
di kemaluannya dan dia mengocok penisku dengan ditutup selimut. Sesampainya di
Jakarta kami masih sering melakukannya terkadang di rumahnya ketika boss dan orang-
orang pergi atau di kantor saat semua orang sedang keluar. Mbak Wati termasuk wanita
yang kuat sekali seperti kuda liar karena untuk membuatnya orgasme memerlukan waktu
yang lama dan perlu laki-laki yang betul-betul kuat dan pandai memberikan sensasi
hebat, sehingga suaminyapun tidak dapat mengimbanginya, tapi dengan aku Mbak Wati
tidak bisa berbuat apa-apa karena setiap kali bersetubuh aku selalu memberikannya
kepuasan.

Akan tetapi sekarang kami tidak lagi, karena dia memiliki selingkuhan yang lainnya lagi.
Sekarang aku kesepian lagi apalagi aku jarang sekali berhubungan dengan isteriku karena
terkadang aku kasihan dia sering kecapaian.

ᄃ Teman-temanku bilang bahwa aku memang jantan karena bisa memuaskan perempuan.
Bahkan mereka yang merasa jantan di ranjang tidak dapat mengimbangi permainanku
hingga bisa memuaskan perempuan berkali-kali. Sampai wanita bulepun kewalahan
karena mereka jarang sekali mendapatkan kepuasan dengan laki-laki bule walaupun
mereka memiliki penis yang besar, tapi itu bukan jaminan dan cewek-cewek bule
mengakuinya ketika tahu bahwa aku bisa memuaskan mereka beberapa kali.

*****

Demikianlah sekelumit pengalamanku dengan isteri bosku yang sangat mengasyikkan.


Apabila ada yang berminat menjadikanku sebagai kekasih gelap baik tante-tante atau
bukan aku siap melayani dan memuaskan anda semua.

Tamat
Memes dan tukang kebun

Diterbitkan Januari 21, 2019

Siang itu entah kenapa, Adhi suami Memes membawa seorang laki-laki yang agak sedikit
tua ke rumahnya. Rupanya Adhi menerangkan bahwa dia tadi telah ditolong oleh laki-laki
yang bernama Udin ini di saat ia hampir saja menjadi korban perampokan. Tetapi karena
adanya bantuan dari Udin, ia berhasil terhindar dari upaya para perampok itu.

Udin adalah seorang bekas narapidana yang telah lama malang melintang di dalam dunia
kejahatan. Setelah ia keluar dari Nusa Kambangan, ia mencoba untuk sadar dan kesana
kemari mencari pekerjaan yang tidak bertentangan dengan hukum. Namun dalam
usahanya mencari pekerjaan itu, tanpa diduga ia melihat adanya upaya perampokan yang
menimpa Adhi, yang nota bene suami Memes yang juga merupakan seorang artis
penyanyi. Atas jasanya itu, Adhi mengajak Udin untuk bekerja dengannya sebagai
penjaga rumahnya yang tergolong mentereng itu. Udin hanya bertugas menjaga
lingkungan kebun dan memberi makan anjing kesayangan Adhi. Udin dipersilakan
tinggal di kamar belakang yang khusus buat para pembantu.

Di rumah Adhi hanya ada seorang pembantu yang sudah tua yang bertugas sebagai
tukang masak dan mencuci. Sekian lama tinggal di rumah itu, Udin merasa kerasan dan
telah menganggap seluruh anggota rumah itu sebagai keluarganya juga. Ia amat suka
bekerja, dan dengan itu ia sedikit demi sedikit dapat kembali ke lingkungan yang baik-
baik. Namun sebagai seorang laki-laki yang hidup seorang diri tanpa keluarga, ia
merasakan hampa, apalagi seumurnya sudah pantas memiliki seorang cucu. Namun
karena Udin waktu mudanya terkenal dengan kejahatannya, maka ia tidak sempat untuk
hidup layak beristri. Saat itu ia hanya melampiaskan nafsunya kepada para pelacur. Dan
jika ada korbannya yang cantik, maka ia tidak segan-segan untuk memperkosanya.

ᄃ Sebagai laki-laki, ia sudah terlambat untuk memulai kehidupan normal, apalagi masa
lalunya yang amat kelam. Suatu saat ia sangat ingin sekali merasakan kehangatan tubuh
seorang wanita, apalagi ia setiap hari melihat majikan wanitanya amat cantik dan
menggiurkan, namun ia masih merasa sungkan kepada Adhi, yang telah berjasa
kepadanya. Dalam lamunannya ia sering berkhayal untuk dapat tidur dengan Memes
yang ia rasa sangat menggiurkannya.
Langkah pertama, ia berusaha menyembunyikan perasaan hatinya, namun kedua anak
Memes itu telah amat dekat dengan Udin. Udin pun dengan cara itu berusaha untuk
mencuri pandang ke kamar Memes dengan pura-pura mengajak bermain kedua anaknya.
Namun saat itu hanya ada Tristan si pembantu tua satunya. Suatu hari saat Adhi tidak ada
di rumah karena adanya acara konser di luar negeri (Memes tidak ikut), saat itulah yang
paling ditunggu-tunggu Udin.

ᄃ Malam itu hujan sangat lebat dan di rumah hanya ada Memes dan kedua anaknya,
sedang Udin dari siang tadi hanya mencoba upaya bagaimana menaklukan Memes.
Akhirnya ia ingat tentang ilmu yang diajarkan sesama narapidana di Nusa Kambangan
dulu dalam mempengaruhi naluri sex wanita.

Malam itu tepat malam Jumat kliwon, Udin di kamarnya melafazkan mantera-mantera
untuk membangkitkan naluri sex Memes dari kamarnya dengan membakar kemenyan.
Saat yang bersamaan, di kamar, Memes tidur dengan gelisah dan ia bermimpi telah
mengadakan hubungan sex yang mengebu-gebu dengan seseorang yang ia tidak kenal
jelas. Di luar rumah, cuaca hujan dengan derasnya membuat ia terbangun, dan ia keluar
kamar melihat kamar anak-anaknya. Ia melihat mereka telah tidur semua.

Kemudian ia berjalan ke belakang dan sampailah ia di dapurnya. Di situ ia duduk sambl


merenungan arti mimpinya.
"Aneh.. kok aku mimpi sedang bercinta dengan Udin..? Ehh ada apa ini..? Gila.."
gumannya.
Lalu ia meminum segelas air yang ia ambil dari lemari es, kemudian ia berjalan ke kamar
belakang. Ia merasa khawatir, sebab saat itu di luar hujan dan diiringi suara halilintar
yang keras. Ada perasaan takut di dalam dirinya.

Di saat yang bersamaan, Udin keluar dari kamarnya untuk melihat bagaimana pengaruh
dari materanya itu. Dengan kaget ia melihat Memes yang menggunakan pakaian tidur
sutranya masih duduk di dapur sambil minum air dingin. Saat itu Memes juga menoleh ke
arah Udin.
"Ooo.. ada apa kok Mang Udin blon tidur..?" Memes bertanya.
"Ooo.. saya mau buang air kecil dulu, Bu.." jawab Udin.
"Nanti setelah dari WC ke sini dulu ya Mang.., bicara dulu ya..? Soalnya mata saya tidak
mau tidur nich.." kata Memes ke arah Udin.
"Ya.. Bu.." jawab Udin sambil berlalu.
Di dalam WC Udin merasa senang, sebab sebentar lagi ia akan dapat merasakan
kehangatan tubuh nyonya majikannya yang putih mulus itu, sebab manteranya telah
berpengaruh kepada Memes. Tidak lupa ia melafazkan mantera yang lain untuk membuat
Memes lebih pasrah kepadanya. Sebagai laki-laki yang telah berumur 69 tahun, ia amat
antusias untuk menguji seberapa kuatnya ia dalam melakukan penetrasi saat bercinta.

Sesampainya di ruang tengah yang hanya dibatasi meja kecil, Memes telah menunggu
Udin di situ.
"Ada apa Ibu memanggil saya..?" tanya Udin pura-pura tidak mengerti.
"Begini, saya amat takut dari tadi, perasaan saya tidak enak dan di luar juga badai seperti
ini.." jawab Memes.
"Ooo cuma itu nggak usah kawatir deh Bu.. kan di rumah ada saya, dan saya pasti bisa
menjaga Ibu.." jawab Udin menerangkan.
Sambil berdiri ke arah jendela, Memes mengintip ke luar halaman rumahnya, di luar
tampak angin disertai hujan deras mengguyur bumi.

Dengan ekor matanya, Udin sejurus melihat tubuh dan batang paha Memes yang aduhai
itu. Dilapisi baju tidur yang memperlihatkan lekuk tubuh Memes, mengundang nafsu
Udin. Kemudian Memes duduk kembali ke sofanya, dan saat itu kembali Udin melihat
sosok tubuh mulus di depannya amat mengundang birahinya sebagai laki-laki.

"Mang Udin.. bagaimana jika malam ini Mang Udin tidur di atas saja di kamar saya,
karena saya amat takut.." kata Memes, "Begini maksud saya, jika tidak akan mengganggu
Mang Udin tidur..?" lanjutnya.
"Nah begini saja Bu.., saya tidak ingin nanti suami Ibu berburuk sangka pada saya,
bagaimana jika Ibu saja tidur di kamar saya, dan saya di bawah dipan saja.." jawab Udin
pura-pura tidak ingin membuat curiga Memes.
"Yah.. kalau begitu baiklah.." jawab Memes.

Begitu Memes masuk kamar Udin, lalu Memes langsung merebahkan tubuhnya di dipan
Udin, sedang Udin sambil berdecak nafsu mengambil tikar. Ia ingin tidur di bawah
ranjang saja. Ia lalu mementangkan tikarnya, lalu ia tiduran di bawah ranjang itu, sedang
Memes tidur di atas ranjang Udin. Lalu Udin tidak merasa nyaman, ia pindah ke atas
ranjangnya karena bagaimanapun udara di luar amat dingin, dan di dalam dirinya sedang
berkecamuk nafsu yang ingin dituntaskan ke tubuh Memes.
ᄃ Memes mencoba untuk tidak membuat Udin merasa dipunggungi.
Lalu ia menghadap Udin dan berkata, "Mang.. apa Mang Udin terganggu sama saya..?"
"Ooo.. tidak.." jawab Udin.
"Bu, saya rasa apa Ibu tidak canggung tidur seranjang dengan saya, sebab saya biasa tidur
buka baju Bu.." kata Udin.
"Ooo.. tidak.. silakan.. kalau itu kebiasaan Mang Udin.." jawab Memes.

Kemudian Udin membuka bajunya, dan ia hanya memakai celana pendek dan ditubuhnya
tercantum berbagai macam tato saat ia di penjara dulu. Kemudian Udin merebahkan
badannya di samping Memes. Saat itu Memes belum juga dapat memejamkan matanya.
Dengan posisi berhadap-hadapan dengan Udin, secara tidak sengaja tangan Udin
menyentuh payudara Memes yang montok itu, dan Memes hanya membiarkan saja
kejadian itu. Udin yang telah tanggung itu lalu mencoba meremasnya, namun Memes
hanya memejamkan matanya. Dengan tindakan itu, Udin merasa mendapatkan
kesempatan untuk bertindak lebih jauh lagi.

ᄃ Dikulumnya bibir merah Memes dengan cara yang buas, maklum ia sudah lama tidak
merasakan wanita. Lalu tangannya terus bergerilya di sekitar daerah terlarang tubuh
Memes. Lalu ia buka penutup dari baju tidur sutra Memes itu, dan terpampanglah bahu
putih mulus. Lalu mulut Udin turun ke daerah payudara Memes, sambil dijilat ia gigit
ujung payudara montok itu. Memes hanya diam menikmati tindakan Udin itu. Meskipun
Udin telah mendekati usia uzur, namun dalam soal foreplay ia amat mahir. Lalu seluruh
pakaian yang melekat di tubuh Memes ia tanggalkan semuanya, dan terlihatlah sebatang
tubuh mulus yang siap untuk dinikmati oleh Udin.

Dengan hati-hati Udin lalu meremas dan memanaskan nafsu Memes dengan mengorek-
ngorek lubang sorgawi Memes. Lalu ia jilat klitoris yang ada di antara belahan vagina
Memes dengan lidahnya. Memes histeris. Sampai saat ia telah berputra dua, belum
pernah suaminya Adhi bertindak seperti itu, dan baru Udin lah laki-laki lain yang dapat
menjamah daerah terlarangnya. Lalu Udin memasukkan penisnya yang dari tadi tegak
menantang di balik celana dalamnya. Ia keluarkan dan masukkan ke dalam mulut Memes
untuk dimainkan Memes.

Memes amat takjud, seumur Udin masih ada penis yang dapat tegak berdiri seperti itu.
Lalu dikulum dan dikocok seluruhnya, dengan telaten ia jilat mulai dari kepala helm itu
sampai batangnya habis di dalam mulutnya. Kira-kira 20 menit permainan itu
berlangsung, masing-masing belum ada yang terkalahkan, sedang di luar hujan semakin
deras dan diiringgi angin keras, namun permainan belum juga berkesudahan. Akhirnya
mereka bersama-sama menyemburkan air sorgawinya di mulut masing-masing, sebab
saat itu mereka masih dalam posisi 69.

ᄃ Kemudian Memes yang telah merasa letih itu masih dibangkitkan birahinya oleh Udin.
Memes awalnya memohon untuk menundanya sampai esok, namun Udin tidak mau dan
kembali penisnya tegak berdiri. Lalu ia buka batang paha Memes yang putih mulus itu.
Dimasukkan penisnya yang cukup panjang itu ke dalam vagina yang telah basah itu.
Memes tidak mempunyai cukup waktu untuk menolak, ia hanya pasrah, dan dengan
buasnya Udin memaju-mundurkan penisnya di dalam vagina Memes berulang-ulang.
Diakuinya meskipun sudah mempunyai dua anak, vagina Memes masih sangat rapat dan
menjepit jika penisnya masuk.

Kurang lebih 15 menit ia berulang-ulang maju mundur dalam vagina Memes. Lalu Udin
memuncratkan air maninya ke dalam vagina itu sambil mengangkang. Ia tindih terus
Memes, dan akhirnya ia rebah di sebelah tubuh mulus milik Memes yang telah basah oleh
keringat birahi mereka berdua. Permainan itu terus berlanjut sampai pagi, dan Memes
merasa benar-benar puas atas permainan Udin yang meskipun sudah tua tapi dalam
bercinta patut diacungkan jempol, tidak seperti suaminya Adhi yang cepat loyo.

Sejak kejadian itu, hubungan Memes dengan Mang Udin tukang kebunnya terus berlanjut
saat Adhi tidak ada atau sedang ada acara. Sebagai seorang laki-laki yang telah bebas dari
rasa takut, Udin tidak terlalu khawatir, sebab ia memiliki bermacam cara untuk
menundukkan Memes. Apalagi Adhi, majikannya yang amat percaya padanya.

Tamat

Malangnya nasibku

Diterbitkan Januari 13, 2019

Hari itu sudah jam 8 malam, dan saya masih sibuk mengetik proposal boss saya.
Belakangan ini kantor konsultan asing di mana saya bekerja sebagai sekretaris memang
sedang sibuk-sibuknya. Banyak perusahaan lokal yang meminta jasa kami dalam
mereorganisasi perusahaan mereka.
Boss saya adalah seorang expatriat warga negara Perancis. Dia adalah seorang pria
bujangan berusia sekitar 33 tahun yang sangat tampan. Dandanannya selalu rapi dan
wangi. Hampir semua teman-teman wanita sekantor terpikat oleh pria ini. Saya sangat
beruntung menjadi sekretarisnya, karena selain boss saya indah dipandang, dia juga
seorang boss yang baik terhadap bawahannya.

Di sela-sela kesibukan mengetik proposal boss saya untuk besok hari, sesekali saya
layangkan pandangan ke ruang tengah yang masih benderang. Di sana terdapat Mr.
Maurice (boss saya), Mrs. Elisabeth dari Philipinnes, Bapak Edwin dan Mr. Gregory dari
England. Rupanya mereka masih membicarakan rapat untuk besok hari.

Bapak Edwin katanya baru bercerai dengan istrinya. Heran saya, bagaimana istri tolol itu
dapat meninggalkan sang officer muda yang sedemikian tampan dan cerdas. Saya sih
mau mau saja menjadi istri pria Sunda itu. Dia terkadang tersenyum pada saya, tapi saya
menganggap senyuman ramah dari seorang atasan untuk bawahannya.

Hhmm.., tampan sekali Mr. Maurice malam itu, Bapak Edwin juga sangat tampan. Kalau
Mr. Gregory sudah tua, apalagi dia berjenggot, bikin muak saja. Ha ha ha.. Kadang saya
suka membayangkan bercinta dengan Mr. Maurice sampai suka basah sendiri celana
dalam saya. Beruntung sekali istrinya yang mendapat suami tampan seperti itu.

Satu jam berlalu, terlihat Mrs. Elisabeth meninggalkan ruangan untuk pulang. Begitu pula
Mr. Gregory. Tinggal Mr. Maurice dan Bapak Edwin yang masih terlihat serius
berdiskusi. Proposal yang saya buat pun sudah selesai, sekarang tinggal menge-print-nya.
Sambil menunggu selesainya hasil print, saya membuka kancing kemeja. Saya elus-elus
sendiri buah dada saya di balik kemeja biru yang saya pakai hari itu. Entah kenapa hari
itu libido saya meninggi. Saya pejamkan mata sambil menaikkan kaki saya ke atas meja
dan menyelipkan tangan kanan saya ke dalam celana dalam. Ah.., enak sekali.

Saya bayangkan Mr. Maurice lah yang sedang mengusap-usap puting payudara dan
klitoris saya. Ohh.., nikmat sekali. Sesekali saya masukkan kedua jari ke dalam lubang
vagina, dan saya rasakan kontraksi nikmat dari kedua paha. Saya pencet-pencet sendiri
ujung puting saya yang menimbulkan saraf-saraf otak saya semakin meninggi. Saya
goyangkan pinggul saya di atas kursi untuk mengimbangi kenikmatan masturbasi yang
sedang merajai tubuh ini.

Tiba-tiba saya tersadar bahwa printer telah selesai bekerja, dan saya buka mata untuk
melihatnya. Hati saya terperanjat sekali ketika mendapati Mr. Maurice dan Bapak Edwin
sedang terpana melihat diri saya. Entah kapan mereka masuk ke dalam ruangan saya.
Ah..! Malu sekali rasanya. Wajah saya merah membara dan segera saya rapikan kemeja
dan rok pendek saya sambil mengambil proposal yang baru selesai diprint.

Tiba-tiba Mr. Maurice memeluk dari belakang, dengan tangannya yang kekar dia
berusaha menolehkan wajah saya. Bibir saya dilumatnya dengan kasar. Saya tersentak
dan berusaha melawan. Pada saat itu juga Bapak Edwin memegangi kedua tangan saya,
membuat saya semakin memberontak ketakutan. Saya menjerit minta tolong, tapi saya
sadar bahwa hanya kami sendiri yang ada di lantai 8 ini. Security ada di hall bawah tidak
akan dapat mendengar jeritan saya.

Mr. Maurice menutupi mulut saya dengan tangannya, dan dengan bantuan Bapak Edwin,
mereka menyeret saya ke sofa di ruangan Mr. Maurice. Rontahan saya sia-sia saja.
Tangan Bapak Edwin sedemikian keras memegangi pergelangan saya, sampai sakit
rasanya. Mr. Maurice kemudian membuka paksa kemeja saya sampai beberapa
kancingnya copot, kemudian dia menurunkan BH saya, dan tanpa ragu-ragu melumat
puting payudara saya.

Oohh.., saya tidak tahu apa yang saya rasakan. Antara rasa marah, kesal, benci, juga rasa
nikmat bercampur aduk. Puting saya dipermainkan oleh lidah bulenya yang lebar dan
panas. Ah.., membuat saya terpejam-pejam menahan nikmat. Sementara itu mulut saya
dicium secara ganas oleh Pak Edwin.

Pak Edwin kemudian menggunakan kemeja satin saya untuk mengikat kedua pergelangan
tangan saya di sofa. Jilatan mulut Mr. Maurice sudah turun sampai ke vagina. Saya
meronta-rontakan kaki saya dengan sepenuh tenaga, namun saya tidak berdaya melawan
desakan tangannya membuka kedua paha.

Sekarang kedua dengkulnya menindihi kaki saya. Saya lihat dia mulai membuka celana
panjangnya. Tidak lama kemudian terbukalah batang kemaluan besar miliknya yang
sudah sedemikian tegang dan memerah. Pak Edwin juga sudah mengeluarkan penisnya
yang panjang dan besar, dia paksakan senjatanya memasuki mulut saya.

"Pak Edwin..! Jangan Pak..!" saya merintih penuh iba.


Namun Pak Edwin tidak mendengarkan ocehan saya. Batang kemaluannya yang besar
segera memenuhi mulut hingga tenggorokan. Agak susah bernapas jadinya. Pantatnya
dimaju-mundurkan, membuat mulut saya tersedak-sedak oleh penis panjangnya. Di
bagian bawah saya rasakan sebuah benda tumpul yang besar dan panas memasuki vagina
dengan paksa. Ouughh..! Besar sekali, agak susah masuknya. Saya sudah tidak dapat
menjerit karena mulut saya sibuk dengan batang kemaluan Pak Edwin.
Walaupun saya mencoba terus meronta, namun sebenarnya saya sangat menikmati
perbuatan kasar kedua atasan saya itu. Tangan Mr. Maurice memegangi paha saya lebar-
lebar dan menancapkan batang besarnya secara cepat dan berulang-ulang. Saya merintih
sakit bercampur nikmat setiap kali ujung kemaluannya menyentuh liang peranakan saya.

"Ohh.., oh.. ah..! Ampun Mister.., please stop it..! You hurt me..!" saya berusaha menjerit
di antara batang kemaluan Pak Edwin yang keluar masuk mulut saya dengan cepat.
Mereka menikmati posisi itu selama 5 menitan, kemudian Mr. Maurice mengambil
inisiatif untuk menunggingkan posisi saya. Tangan saya yang masih terikat di pinggir
sofa. Saya agak terpelintir ketika dengan paksa dia menarik pantat saya dalam posisi
dogie style. Sekali lagi dia memperkosa dari belakang. Batang kejantanannya terasa lebih
besar dengan posisi ini.
Tidak terasa vagina saya menjadi basah karena sebenarnya saya pun menikmati
permainan ini. Mulut saya mulai merintih-rintih nikmat.
"Oh God..! Ssshh..! Ahh..! Ooh..! Sshh..!" desah saya tidak ragu lagi.
Saya merasakan kenikmatan yang sangat dengan posisi itu, apalagi Pak Edwin sekarang
mengulum puting payudara saya yang tergantung ke bawah sambil meremas-remasnya.
Giginya yang rapi sesekali menggigit halus puting saya, membuat saya serasa di awang-
awang.
"Oh Yeaahh.., sshh.. oh..!"
Saya goyang-goyangkan pinggul untuk mengimbangi hempasan pinggul Mr. Maurice.
Sesekali dia menampar pantat saya yang menungging ke arahnya dengan keras. Ah..!
Nikmat sekali tamparan itu.

Pak Edwin rupanya tidak sabar ingin merasakan lubang kenikmatan saya. Dengan kasar
dia membuka ikatan di pergelangan tangan, dan kemudian Mr. Maurice duduk di sofa.
Pak Edwin mendorong tubuh saya untuk naik ke pangkuan Mr. Maurice sambil
menghadap ke sofa. Sambil mencekram tengkuk saya, Pak Edwin meraih vagina saya
dari pantat yang membuat saya dalam posisi menungging. Mr. Maurice di depan dan Pak
Edwin di belakang. Saya hanya tersanggah oleh kedua dengkul yang terlipat di atas sofa.

Mereka kemudian memasukkan batang kemaluannya di vagina dan lubang pantat saya.
"Oohh..!" saya menjerit panjang ketika batang kemaluan Pak Edwin memasuki lubang
pantat saya dari belakang.
Sakit, tapi saraf-saraf pinggul sangat terangsang oleh tusukannya. Sementara itu penis
Mr. Maurice sudah kembali memasuki lubang kemaluan saya. Nikmat sekali rasanya
digauli oleh kedua pria ini, baru sekarang inilah saya rasakan dua batang kemaluan
memasuki tubuh ini sekaligus dari depan dan belakang.
Mulut Mr. Maurice menghisap-hisap puting payudara saya dengan kasar sambil terus
menusukkan penis raksasanya. Pak Edwin menjambak rambut saya dari belakang sambil
terus menghela batang kejantanannya keluar masuk lubang pantat. Saya meremas rambut
pirang Mr. Maurice karena tidak tahan oleh kenikmatan yang saya rasakan. Dari mulut
saya keluar desisan-desisan nikmat. Begitu pula saya dengar deruhan napas pendek dan
tidak beraturan dari Pak Edwin yang membuat saya juga semakin bernafsu.

Keduanya menggauli saya dengan semakin cepat dan semakin panas, seperti sedang
mengejar sesuatu. Akhirnya pertahanan kemaluan Mr. Maurice pecah, dan kedua
tangannya menekan bahu saya ke bawah untuk memaksakan batang penisnya tetap di
dalam liang kewanitaan saya ketika air maninya keluar. Oooh.., saya merasakan
semprotan air maninya di dalam liang peranakan saya. Mr. Maurice mengerang kuat
dengan mata terpejam dan merenggut rambut saya ke kanan dan ke kiri.

Sementara itu Pak Edwin sudah hampir mencapai puncak kenikmatannya! Helaan
pantatnya semakin cepat, dan akhirnya ditumpahkan air maninya di dalam pantat saya
sambil mengerang dan mencakari punggung ini. Baru kali ini saya merasakan semburan
sperma di lubang pantat saya, sungguh nikmat.
Bagian bawah pinggul saya basah kuyup oleh keringat dan air mani kedua pria tampan
itu. Pak Edwin menghempaskan dirinya di sofa, di sisi Mr. Maurice yang masih
merasakan dirinya berada di langit ketujuh menikmati orgasmenya. Mereka kemudian
memeluk dan menciumi saya dengan sangat lembut dan mesra, sambil meminta maaf atas
perbuatan mereka itu. Saya pun mengakui kepada mereka bahwa saya sebenarnya sangat
menikmati 'perkosaan' itu.

Kejadian malam itu tidak berhenti sampai disitu, karena sejak malam itu kami melakukan
perbuatan 'two in one' itu secara berulang-ulang. Dan saya mulai dijadikan sebagai
pemuas dan sarana pelampiasan nafsu mereka. Herannya saya menikmatinya hingga
sekarang. Liburan musim panas kemarin, kami menghabiskan satu minggu di Ubud Bali
hanya untuk memuaskan nafsu birahi kami bertiga. Itulah pengalaman saya bersama
atasan saya di kantor yang berakhir dengan kegiatan yang berjalan dengan rutin.

Tamat

Nadia, Vera dan Poppy

Diterbitkan Januari 13, 2019

Ketika saya masih kuliah dulu boleh dikatakan termasuk salah satu mahasiswa yang
banyak digandrungi oleh cewek. Muka ganteng dengan dagu kebiru-biruan karena bulu
yang tercukur rapi dan badan yang tegap. Terus terang saja saya juga sering melakukan
hubungan seks dengan beberapa teman yang memang membutuhkannya. Meskipun
demikian saya masih memilih yang benar-benar sesuai dengan selera saya. Dari
hubungan-hubungan intim itu, timbul rahasia umum di kalangan mahasiswi bahwa batang
kemaluan saya panjang dan besar dan yang penting tahan lama bersenggama. Tidak heran
kalau setiap akhir minggu ada saja telepon berdering mengajak nonton atau pesta yang
kemudian berakhir dengan hubungan intim.

Kebetulan saya punya teman agak kebanci-bancian. Biasanya orang demikian punya
kenalan yang luas. Setelah saya lulus dan bekerja di suatu perusahaan cukup ternama,
teman tersebut menelepon.
"Heh, mau nggak gua kenalin sama pengusaha wanita sebut saja namanya Vera dan
Poppy."
"Mau", jawab saya.
Kebetulan sudah beberapa dua minggu ini nafsu saya tidak tersalurkan karena kesibukan
kantor. Padahal bekas-bekas teman kuliah dulu masih sering menelepon.
"Dia sudah tahu muka lewat foto lu."
"Sialan nih anak, jual-jual foto segala", pikir saya.
Tapi ada syaratnya. Katanya mereka nggak mau resiko kena penyakit. Jadi saya diminta
periksa dulu di dokter kelamin. Ada-ada saja permintaannya. Dokter dan jamnya
ditentukan juga, sebut saja namanya Nadia. Pada hari yang ditentukan sekitar jam 8
malam, usai dari kantor saya langsung ke tempat praktek Nadia. Ternyata disana sudah
nggak ada pasien.
Saya heran karena susternya sudah nggak ada. Saya ketuk pintu terus pintu dibukakan.
Ternyata Dokter Nadia sangat cantik sekali. Saya sebentar agak terpana.
"Masuk saudara Rudi", katanya.
Setelah berbasa-basi sebentar, dia bertanya:
"Katanya mau bermain dengan Mbak Vera dan Mbak Poppy ya." sambil mengerling dan
tersenyum.
Saya ketawa kecil saja. "Gimana sih untuk membuktikan tidak kena penyakit kelamin",
tanya saya.
"Yah, mesti diperiksa air maninya", jawabnya.
"Kalau mau sih saya bantu mengeluarkan", katanya sambil membuka pahanya yang putih
mulus itu. Wah kebetulan ini, pikir saya. Terus dia kebelakang sebentar dan keluar lagi.
"Mbak kalau suaminya atau supirnya datang gimana?"
"Suami saya kerja di luar negeri kok dan kebetulan hari ini saya sengaja nggak bawa
supir", katanya sambil membuka baju prakteknya.

Ternyata di balik baju sudah tidak ada selembar benang pun. Dengan manja dia duduk di
pangkuan saya. Dan saya pun langsung mencium bibir, leher, telinga, kemudian
menyusur ke belahan dadanya yang kuning mulus. Terdengar Nadia mulai mendesah
kenikmatan. "Akh.. Rud, hisep terus Rud." Secara bergantian saya hisap puting susunya
sambil melayangkan jari ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia tambah mengerang-
erang kenikmatan. Setelah sepuluh menit berselang, Nadia menarik diri, terus membuka
kancing baju dan celana saya sehingga tampak dada saya yang berbulu dan batang
kemaluan yang mulai menegang. Tampak Nadia terkagum dengan dada saya yang bidang
dan berbulu dan batang kemuluan saya yang panjang dan besar sehingga dia
menggesekkan dadanya ke dada saya dengan menciumi bibir dan leher saya. "Gila Rud,
kamu jantan sekali", katanya.

ᄃ Setelah itu, Nadia menarik diri lagi dan berdiri kemudian membawa kepala saya ke
lubang kemaluannya. Kemaluannya sangat teratur sekali ditumbuhi dengan bulu-bulu
halus yang teratur secara rapi. Dengan semangat, saya jilati lubang kemaluannya sambil
meremas buah dadanya.
"Aduh Rud, nikmat. Teru.. U.. S", dengan napas yang tersengal-sengal.
Ketika kakinya semakin mengejang, saya tahu bahwa Nadia mau orgasme. Kemudian
saya angkat dia dan saya taruh di meja periksa pasien. Dengan kaki yang mengangkang
lebar, "Rud cepet dong selesaikan saya", katanya dengan meminta.
Dengan pelan-pelan saya masukkan batang kemaluan saya yang panjang dan besar itu.
Terlihat mata Nadia membelalak kenikmatan kemudian mengerang. Saya gerakkan pantat
saya memutar ke kiri dan ke kanan sebentar. Terlihat Nadia sudah tidak dapat menahan
orgasmenya, maka saya ganti dengan gerakan menusuk.
"Aduh Rud gila nikmat sekali", katanya.
Sebentar kemudian cengkeraman Nadia sangat erat. Dengan sedikit menjerit, Nadia
merangkulkan kakinya ke punggung dan selanjutnya terhempas dengan melepas nafas
panjang.

ᄃ Melihat saya belum apa-apa dia agak bingung juga. "Gimana Rud ya. Masih lama atau
nggak?" Saya jawab masih lama. "Jangan lama-lama ya Rud, soalnya besok saya mau ke
kerja lagi. Bisa-bisa ngantuk saya." Dengan agak capai, Nadia bangun kemudian meminta
saya duduk. Dia masih melihat alat kelamin saya yang masih tegang. "Gede dan panjang
banget sih Rud. Pasti Mbak Vera dan Mbak Poppy puas deh dengan kamu. Tapi awas lho
mereka itu buas sekali kalau di ranjang", ujarnya. Saya cuma ketawa saja.

Dengan segera, Nadia kemudian melumat batang kemaluan saya sudah tegang. Aduh
ternyata, Nadia sangat lihat sekali memainkan lidahnya di ujung kemaluan saya meskipun
tidak sampai separuh yang dikulumnya karena besar dan panjang. Setelah sekitar 15
menit terasa sperma saya mulai mengumpul. Kemudian saya tarik Nadia dan saya taruh
lagi di meja pasien dengan posisi telungkup. "Aduh Rud, jangan Rud, capai saya",
katanya. Tapi saya nggak mempedulikan. Dengan posisi doggy ini saya masukkan lagi
penis saya ke lubang kemaluannya. Terdengar Nadia menjerit kenikmatan yang disusul
dengan rintihan dan erangan. "Terus Rud,.. terus.." kemudian badannya mengejang dan
terdengar erangan panjang.
"Sudah mau keluar Rud", tanya.
"Belum", jawab saya.
Dengan posisi doggy kemudian saya teruskan penetrasi. Saya kasihan juga melihat Nadia
kecapaian. Terasa mau keluar kemudian saya tarik Nadia untuk mengulum batang
kemaluan saya lagi. "Oh.. nikmat sekali." Beberapa menit kemudian, saya bilang sama
Nadia bahwa mau keluar. "Semprotkan di dalam saja sebagian" katanya. Akh.. sebagian
ditelan langsung, sebagian kemudian dimasukkan ke dalam tempat untuk diperiksa. "Gila
kamu Rud, kayaknya kamu belum apa-apa ya." Saya cuma tersenyum saja.

Tamat

Anak Majikanku Yang Hot


Lima bulan sudah aku bekerja sebagai seorang pembantu rumahtangga di keluarga Pak
Umar. Aku memang bukan seorang yang makan ilmu bertumpuk, hanya lulusan SD saja
di kampungku. Tetapi karena niatku untuk bekerja memang sudah tidak bisa ditahan lagi,
akhirnya aku pergi ke kota jakarta, dan beruntung bisa memperoleh majikan yang baik
dan bisa memperhatikan kesejahteraanku.

Ibu umar pernah berkata kepadaku bahwa beliau menerimaku menjadi pembantu
rumahtangga dirumahnya lantaran usiaku yang relatif masih muda. Beliau tak tega
melihatku luntang-lantung di kota besar ini. "Jangan-jangan kamu nanti malah dijadikan
wanita panggilan oleh para calo WTS yang tidak bertanggungjawab." Itulah yang
diucapkan beliau kepadaku.

Usiaku memang masih 18 tahun dan terkadang aku sadar bahwa aku memang lumayan
cantik, berbeda dengan para gadis desa di kampungku. Pantas saja jika Ibu umar berkata
begitu terhadapku.
Namun akhir-akhir ini ada sesuatu yang mengganggu pikiranku, yakni tentang perlakuan
anak majikanku Mas Anto terhadapku. Mas Anto adalah anak bungsu keluarga Bapak
umar. Dia masih kuliah di semester 4, sedangkan kedua kakaknya telah berkeluarga. Mas
Anto baik dan sopan terhadapku, hingga aku jadi aga segan bila berada di dekatnya.
Sepertinya ada sesuatu yang bergetar di hatiku. Jika aku ke pasar, Mas Anto tak segan
untuk mengantarkanku. Bahkan ketika naik mobil aku tidak diperbolehkan duduk di jok
belakang, harus di sampingnya. Ahh.. Aku selalu jadi merasa tak Enak. Pernah suatu
malam sekitar pukul 20.00, Mas anto hendak membikin mie instan di dapur, aku bergegas
mengambil alih dengan alasan bahwa yang dilakukannya pada dasarnya adalah tugas dan
kewajibanku untuk bisa melayani majikanku. Tetapi yang terjadi Mas Anto justru berkata
kepadaku, "Nggak usah, Sarni. Biar aku saja, ngga apa-apa kok.."

"Nggak.. nggak apa-apa kok, Mas", jawabku tersipu sembari menyalakan kompor gas.

Tiba-tiba Mas Anto menyentuh pundakku. Dengan lirih dia berucap, "Kamu sudah capek
seharian bekerja, Sarni. Tidurlah, besok kamu harus bangun khan.."

Aku hanya tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Mas Anto kemudian melanjutkan
memasak. Namun aku tetap termangu di sudut dapur. Hingga kembali Mas Anto
menegurku.

"Sarni, kenapa belum masuk ke kamarmu. Nanti kalau kamu kecapekan dan terus sakit,
yang repot kan kita juga. Sudahlah, aku bisa masak sendiri kalau hanya sekedar bikin mie
seperti ini."
Belum juga habis ingatanku saat kami berdua sedang nonton televisi di ruang tengah,
sedangkan Bapak dan Ibu Umar sedang tidak berada di rumah. Entah kenapa tiba-tiba
Mas Anto memandangiku dengan lembut. Pandangannya membuatku jadi salah tingkah.

"Kamu cantik, Sarni."


Aku cuma tersipu dan berucap,
"Teman-teman Mas Anto di kampus kan lebih cantik-cantik, apalagi mereka kan orang-
orang kaya dan pandai."
"Tapi kamu lain, Sarni. Pernah tidak kamu membayangkan jika suatu saat ada anak
majikan mencintai pembantu rumahtangganya sendiri?"
"Ah.. Mas Anto ini ada-ada saja. Mana ada cerita seperti itu", jawabku.
"Kalau kenyataannya ada, bagaimana?"
"Iya.. nggak tahu deh, Mas."

Kata-katanya itu yang hingga saat ini membuatku selalu gelisah. Apa benar yang
dikatakan oleh Mas Anto bahwa ia mencintaiku? Bukankah dia anak majikanku yang
tentunya orang kaya dan terhormat, sedangkan aku cuma seorang pembantu
rumahtangga? Ah, pertanyaan itu selalu terngiang di benakku.
Tibalah aku memasuki bulan ke tujuh masa kerjaku. Sore ini cuaca memang sedang hujan
meski tak seberapa lebat. Mobil Mas Anto memasuki garasi. Kulihat pemuda ini berlari
menuju teras rumah. Aku bergegas menghampirinya dengan membawa handuk untuk
menyeka tubuhnya.

"Bapak belum pulang?" tanyanya padaku.


"Belum, Mas."
"Ibu.. pergi..?"
"Ke rumah Bude Mami, begitu ibu bilang."
Mas Anto yang sedang duduk di sofa ruang tengah kulihat masih tak berhenti menyeka
kepalanya sembari membuka bajunya yang rada basah. Aku yang telah menyiapkan
segelas kopi susu panas menghampirinya. Saat aku hampir meninggalkan ruang tengah,
kudengar Mas anto memanggilku. Kembali aku menghampirinya.

"Kamu tiba-tiba membikinkan aku minuman hangat, padahal aku tidak menyuruhmu
kan", ucap Mas Anto sembari bangkit dari tempat duduknya.
"Santi, aku mau bilang bahwa aku menyukaimu."
"Maksud Mas Apa bagaimana?"

"Apa aku perlu jelaskan?" sahut Mas Anto padaku.


Tanpa sadar aku kini berhadap-hadapan dengan Mas Anto dengan jarak yang sangat
dekat, bahkan bisa dikatakan terlampau dekat. Mas Anto meraih kedua tanganku untuk
digenggamnya, dengan sedikit tarikan yang dilakukannya maka tubuhku telah dalam
posisi sedikit terangkat merapat di tubuhnya. Sudah pasti dan otomatis pula aku semakin
dapat menikmati wajah ganteng yang rada basah akibat guyuran hujan tadi. Demikian
pula Mas Anto yang semakin dapat pula menikmati wajah bulatku yang dihiasi
bundarnya bola mataku dan mungilnya hidungku.

Kami berdua tak bisa berkata-kata lagi, hanya saling melempar pandang dengan dalam
tanpa tahu rasa masing-masing dalam hati. Tiba-tiba entah karena dorongan rasa yang
seperti apa dan bagaimana bibir Mas Anto menciumi setiap lekuk mukaku yang segera
setelah sampai pada bagian bibirku, aku membalas pagutan ciumannya. Kurasakan
tangan MasAnto merambah naik ke arah dadaku, pada bagian gumpalan dadaku
tangannya meremas lembut yang membuatku tanpa sadar mendesah dan bahkan menjerit
lembut. Sampai disini begitu campur aduk perasaanku, aku merasakan nikmat yang
berlebih tapi pada bagian lain aku merasakan nikmat yang berlebih tapi pada bagian lain
aku merasakan takut yang entah bagaimana aku harus melawannya. Namun campuran
rasa yang demikian ini segera terhapus oleh rasa nikmat yang mulai bisa menikmatinya,
aku terus melayani dan membalas setiap ciuman bibirnya yang di arahkan pada bibirku
berikut setiap lekuk yang ada di bagian dadaku. Aku semakin tak kuat menahan rasa, aku
menggelinjang kecil menahan desakan dan gelora yang semakin memanas.

Ia mulai melepas satu demi satu kancing baju yang kukenakan, sampailah aku telanjang
dada hingga buah dada yang begitu ranum menonjol dan memperlihatkan diri pada Mas
Anto. Semakin saja Mas Anto memainkan bibirnya pada ujung buah dadaku, dikulumnya,
diciuminya, bahkan ia menggigitnya. Golak dan getaran yang tak pernah kurasa
sebelumnya, aku kini melayang, terbang, aku ingin menikmati langkah berikutnya, aku
merasakan sebuah kenikmatan tanpa batas untuk saat ini.
Aku telah mencoba untuk memerangi gejolak yang meletup bak gunung yang akan
memuntahkan isi kawahnya. Namun suara hujan yang kian menderas, serta situasi rumah
yang hanya tinggal kami berdua, serta bisik goda yang aku tak tahu darimana datangnya,
kesemua itu membuat kami berdua semakin larut dalam permainan cinta ini. Pagutan dan
rabaan Mas Anto ke seluruh tubuhku, membuatku pasrah dalam rintihan kenikmatan yang
kurasakan. Tangan Mas Anto mulai mereteli pakaian yang dikenakan, iapun telanjang
bulat kini. Aku tak tahan lagi, segera ia menarik dengan keras celana dalam yang
kukenakan. Tangannya terus saja menggerayangi sekujur tubuhku. Kemudian pada saat
tertentu tangannya membimbing tanganku untuk menuju tempat yang diharapkan,
dibagian bawah tubuhnya. Mas Anto dan terdengar merintih.

Buah dadaku yang mungil dan padat tak pernah lepas dari remasan tangan Mas Anto.
Sementara tubuhku yang telah telentang di bawah tubuh Mas Anto menggeliat-liat seperti
cacing kepanasan. Hingga lenguhan di antara kami mulai terdengar sebagai tanda
permainan ini telah usai. Keringat ada di sana-sini sementara pakaian kami terlihat
berserakan dimana-mana. Ruang tengah ini menjadi begitu berantakan terlebih sofa
tempat kami bermain cinta denga penuh gejolak.
Ketika senja mulai datang, usailah pertempuran nafsuku dengan nafsu Mas Anto. Kami
duduk di sofa, tempat kami tadi melakukan sebuah permainan cinta, dengan rasa sesal
yang masing-masing berkecamuk dalam hati. "Aku tidak akan mempermainkan kamu,
Sarni. Aku lakukan ini karena aku mencintai kamu. Aku sungguh-sungguh, Sarni. Kamu
mau mencintaiku kan..?" Aku terdiam tak mampu menjawab sepatah katapun.

Mas Anto menyeka butiran air bening di sudut mataku, lalu mencium pipiku. Seolah dia
menyatakan bahwa hasrat hatinya padaku adalah kejujuran cintanya, dan akan mampu
membuatku yakin akan ketulusannya. Meski aku tetap bertanya dalam sesalku,
"Mungkinkah Mas Anto akan sanggup menikahiku yang hanya seorang pembantu
rumahtangga?"

Sekitar pukul 19.30 malam, barulah rumah ini tak berbeda dengan waktu-waktu kemarin.
Bapak dan Ibu umar seperti biasanya tengah menikmati tayangan acara televisi, dan Mas
Anto mendekam di kamarnya. Yah, seolah tak ada peristiwa apa-apa yang pernah terjadi
di ruang tengah itu.

Sejak permainan cinta yang penuh nafsu itu kulakukan dengan Mas Anto, waktu yang
berjalanpun tak terasa telah memaksa kami untuk terus bisa mengulangi lagi nikmat dan
indahnya permainan cinta tersebut. Dan yang pasti aku menjadi seorang yang harus bisa
menuruti kemauan nafsu yang ada dalam diri. Tak peduli lagi siang atau malam, di sofa
ataupun di dapur, asalkan keadaan rumah lagi sepi, kami selalu tenggelam hanyut dalam
permainan cinta denga gejolak nafsu birahi. Selalu saja setiap kali aku membayangkan
sebuah gaya dalam permainan cinta, tiba-tiba nafsuku bergejolak ingin segera saja
rasanya melakukan gaya yang sedang melintas dalam benakku tersebut. Kadang aku pun
melakukannya sendiri di kamar dengan membayangkan wajah Mas Anto. Bahkan ketika
di rumah sedang ada Ibu umar namun tiba-tiba nafsuku bergejolak, aku masuk kamar
mandi dan memberi isyarat pada Mas Anto untuk menyusulnya. Untung kamar mandi
bagi pembantu di keluarga ini letaknya ada di belakang jauh dari jangkauan tuan rumah.
Aku melakukannya di sana dengan penuh gejolak di bawah guyuran air mandi, dengan
lumuran busa sabun di sana-sini yang rasanya membuatku semakin saja menikmati
sebuah rasa tanpa batas tentang kenikmatan.

ᄃ Walau setiap kali usai melakukan hal itu dengan Mas Anto, aku selalu dihantui oleh
sebuah pertanyaan yang itu-itu lagi dan dengan mudah mengusik benakku: "Bagaimana
jika aku hamil nanti? Bagaimana jika Mas Anto malu mengakuinya, apakah keluarga
Bapak Umar mau merestui kami berdua untuk menikah sekaligus sudi menerimaku
sebagai menantu? Ataukah aku bakal di usir dari rumah ini? Atau juga pasti aku disuruh
untuk menggugurkan kandungan ini?" Ah.. pertanyaan ini benar-benar membuatku seolah
gila dan ingin menjerit sekeras mungkin. Apalagi Mas Anto selama ini hanya berucap:
"Aku mencintaimu, Sarni." Seribu juta kalipun kata itu terlontar dari mulut Mas Anto,
tidak akan berarti apa-apa jika Mas Anto tetap diam tak berterus terang dengan
keluarganya atas apa yang telah terjadi dengan kami berdua.

Akhirnya terjadilah apa yang selama ini kutakutkan, bahwa aku mulai sering mual dan
muntah, yah.. aku hamil! Mas Anto mulai gugup dan panik atas kejadian ini.

"Kenapa kamu bisa hamil sih?" Aku hanya diam tak menjawab.
"Bukankah aku sudah memberimu pil supaya kamu nggak hamil. Kalau begini kita yang
repot juga.."
"Kenapa mesti repot Mas? Bukankah Mas Anto sudah berjanji akan menikahi Sarni?"
"Iya.. iya.. tapi tidak secepat ini Santi. Aku masih mencintaimu, dan aku pasti akan
menikahimu, dan aku pasti akan menikahimu. Tetapi bukan sekarang. Aku butuh waktu
yang tepat untuk bicara dengan Bapak dan Ibu bahwa aku mencintaimu.."

Yah.. setiap kali aku mengeluh soal perutku yang kian bertambah usianya dari hari ke hari
dan berganti dengan minggu, Mas Anto selalu kebingungan sendiri dan tak pernah
mendapatkan jalan keluar. Aku jadi semakin terpojok oleh kondisi dalam rahim yang
tentunya kian membesar.

ᄃ Genap pada usia tiga bulan kehamilanku, keteguhkan hatiku untuk melangkahkan kaki
pergi dari rumah keluarga Bapak umar. Kutinggalkan semua kenangan duka maupun suka
yang selama ini kuperoleh di rumah ini. Aku tidak akan menyalahkan Mas Anto. Ini
semua salahku yang tak mampu menjaga kekuatan dinding imanku.

Subuh pagi ini aku meninggalkan rumah ini tanpa pamit, setelah kusiapkan sarapan dan
sepucuk surat di meja makan yang isinya bahwa aku pergi karena merasa bersalah
terhadap keluarga Bapak Umar.

Hampir setahun setelah kepergianku dari keluarga Bapak umar, Aku kini telah menikmati
kehidupanku sendiri yang tak selayaknya aku jalani, namun aku bahagia. Hingga pada
suatu pagi aku membaca surat pembaca di tabloid terkenal. Surat itu isinya bahwa
seorang pemuda Anto mencari dan mengharapkan isterinya yang bernama Sarni untuk
segera pulang. Pemuda itu tampak sekali berharap bisa bertemu lagi dengan si calon
isterinya karena dia begitu mencintainya.

Aku tahu dan mengerti benar siapa calon isterinya. Namun aku sudah tidak ingin lagi dan
pula aku tidak pantas untuk berada di rumah itu lagi, rumah tempat tinggal pemuda
bernama Anto itu. Aku sudah tenggelam dalam kubangan ini. Andai saja Mas Anto suka
pergi ke lokalisasi, tentu dia tidak perlu harus menulis surat pembaca itu. Mas Anto pasti
akan menemukan calon istrinya yang sangat dicintainya. Agar Mas Anto pun mengerti
bahwa hingga kini aku masih merindukan kehangatan cintanya. Cinta yang pertama dan
terakhir bagiku.

TAMAT
Perselingkuhanku adalah perkosa pembantu

Diterbitkan Januari 04, 2019

Gila, hanya kata itu yang ada dalam benakku saat mengingat kisah pemerkosaan dari para
pembantuku yang hingga kini menjadi skandal perselingkuhan. Aku dibuat liar oleh
mereka, sungguh ini bukan kehendakku tapi aku sangat menikmatinya. Cerita panas yang
sampai kini menjadi rahasia dalam rumah tanggaku.

Di dalam ruangan itu terlihat sunyi beberapa dari mereka tidak sanggup melihat dua
orang suami istri terbujur kaku, sedangkan di sampingnya terdapat anak yang masih
berusia 11 tahun yang sedang menangisi ke dua orang tuanya, karena merasa kasihan aku
meminta izin suamiku untuk menemuinya,

setelah mendapat izin aku lalu menghampiri anak tersebut berharap dapat menenangkan
hati anak tersebut,
“Al..” panggilku pelan sambil duduk di sampingnya, “sudah jangan nagis lagi, biarkan
kedua orang tuamu beristirahat”

Anak itu tetap menangis, beberapa detik dia memandangku dan tidak lama kemudian dia
langsung memelukku dengan air mata yang bergelinang,
“tante, hiks…hiks… Aldi ga mau sendirian, Aldi mau mama, papa…” dengan penuh rasa
kasih sayang aku mengelus punggungnya berharap dapat meringankan bebannya,

ᄃ“tante… bangunin mama,”katanya sambil memukul pundakku, aku semakin tak kuasa
mendengar tangisnya, sehingga air matakupun ikut jatuh,
“Aldi, jangan sedih lagi ya? Hhmm… kan masih ada tante sama om,” aku melihat ke
belakang ke arah suamiku sambil memberikan kode, suami ku mengangguk bertanda dia
setuju dengan usulku,

“mulai sekarang Aldi boleh tinggal bersama tante dan om, gi mana?” tawarku sambil
memeluk erat kepalahnya,
Sebelum lebih jauh mohon izinkan aku untuk memperkenalkan diri, namaku Lisa usia 25
tahun aku menikah di usia muda karena kedua orang tuaku yang menginginkannya,
kehidupan keluargaku sangaatlah baik, baik itu dari segi ekonomi maupun dari segi
hubungan intim, tetapi seperti pepata yang mengatakan tidak ada gading yang tak retak,

ᄃ begitu juga dengan hidupku walaupun aku memiliki suami yang sangat mencintaiku
tetapi selama 4 tahun kami menikah kami belum juga dikaruniai seorang anak sehingga
kehidupan keluarga kami terasa ada yang kurang, tetapi untungnya aku memiki seorang
suami yang tidak perna mengeluh karena tidak bisanya aku memberikan anak untuknya
untuk membalas budi baik kakakku, aku dan suamiku memutuskan untuk merawat
anaknya Aldi karena kami pikir apa salah menganggap Aldi sebagai anak sendiri dari
pada aku dan suamiku harus mengangkat anak dari orang lain,

Sudah satu minggu Aldi tinggal bersama kami, perlahan ia mulai terbiasa dengan
kehidupannya yang baru, aku dan suamiku juga meresa sangat senang sekali karena
semenjak kehadirannya kehidupan kami menjadi lebih berwarna, suamiku semakin
bersemangat saat bekerja dan sedangkan aku kini memiliki kesibukan baru yaitu merawat
Aldi,
“Bi…. tolong ambilin tasnya Aldi dong di kamar saya,” kataku memanggil bi Mar

Hari ini adalah hari pertama Aldi bersekolah sehingga aku sangat bersemangat sekali,
setelah semuanya sudah beres aku meminta pak Rojak untuk mengantarkan Aldi ke
sekolahnya yang baru, beberapa saat Aldi terseyum ke arahku sebelum dia berangkat ke
sekolah. Seperti pada umumnya ibu rumah tangga, aku berencana menyiapkan makanan
yang special untuk Aldi sehingga aku memutuskan untuk memasak sesuatu di dapur,

ᄃ tetapi saat aku melangkah ke dapur tiba-tiba kakiku terasa kaku saat melihat kehadiran
pak Isa yang sedang melakukan hubungan intim dengan mba Ani, mereka yang tidak
menyadari kehadiranku masih asyik dengan permainan mereka,
“Hmm… APA-APAAN INI?” bentakku ke pada mereka, mendengar suaraku mereka
terlihat tanpak kaget melihat ke hadiranku, “kalian benar-benar tidak bermoral,
memalukan sekali!”

Mereka tanpak terdiam sambil merapikan kembali pakaian mereka masing-masing,


beberapa saat aku melihat penis pak Isa yang terlihat masih sangat tegang, sebenarnya
aku sangat terkejut melihat ukuran penis pak Isa yang besar dan berurat, berbeda sekali
dengan suamiku,
“maafin kami Bu,” kini Ani membuka mulutnya, sedangkan pak Isa masih terdiam,

“Maaf… kamu benar-benar wanita murahan, kamu tahu kan pak Isa itu sudah punya istri
kenapa kamu masih juga menggoda pak Isa, kamu itu cantik kenapa tidak mencari yang
sebaya denganmu?” emosiku semakin memuncak saat mengingat bi Mar istri dari pak
Isa, “saya tidak menyangka ternyata anda yang sangat saya hormati ternyata tidak lebih
dari binatang, betapa teganya anda menghianati istri anda sendiri,” beberapa kali aku
menggelengkan kepalahku, sambil menunjuk ke arahnya,

“maaf Bu ini semua salah saya, jangan salahkan Ani” kata pak Mar yang membela Ani,
“mulai sekarang kalian saya PECAT, dan jangan perna menyentuh ataupun menginjak
rumah ini, KELUAR KALIAN SEMUA!!” bentakku

Mendengar perkataanku Ani terlihat pucat tidak menyangkah kalau kelakuan bisa
membuatnya kehilangan pekerjaan, sedangkan pak Isa terlihat tenang-tenang saja
malahan pak Isa tanpak terseyum sinis,
“he..he… Ibu yakin dengan keputusan Ibu,” pak Isa tertawa mendengar perkataanku,
perlahan pak Isa mendekatiku, “jangan perna main-main dengan saya Bu,” ancamnya
dengan sangat sigap pak Isa menangkap kedua tanganku,

“apa-apaan ini lepaskan saya, atau saya akan berteriak,” aku mencoba mengancam balik
mereka yang sedang mencoba mengikat kedua tanganku,
“teriak saja Bu, tidak akan ada orang yang mendengar,” timpal Ani sambil membantu pak
Isa mengikat kedua tanganku,

Apa yang di katakan Ani ada benarnya juga, tetapi walaupun begitu aku tidak mau
menyerah begitu saja dengan susah paya aku berusaha melepaskan diri tapi sayangnya
tenagaku kalah besar dari mereka berdua, tanpa bisa berbuat apa-apa aku hanya dapat
mengikuti mereka saat membawaku ke dalam kamar pak Isa. Sesampai di kamar aku di
tidurkan di atas kasur yang tipis, sedangkan Ani mengambil sebuah Hp dan ternyata Hp
itu di gunakan untuk merekamku, sehingga kehawatiranku semakin menjadi-jadi.

“kalian biadab, tidak tau terimakasih ****** kalian!” air mataku tidak dapat kubendung
lagi saat jari-jemari pak Isa mulai merabahi pahaku yang putih,

“ja-jangan, mau apa kalian lepaskan saya ku mohon jangan ganggu saya,” kataku di sela-
sela isak tangis,
“siapa suruh ikut campur urusan saya, he…he… maaf bu ternyata hari ini adalah hari
keberuntungan saya, dan hari yang sil bagi Ibu,” semakin lama aku merasa tangannya
semakin dalam memasuki dasterku,

ᄃ“tidak di sangkah impian saya akhirnya terkabul juga,”” sambungnya sambil meremasi
paha bagian dalamku,
“makanya Bu jangan suka ikut campur urusan orang,” kini giliran Ani yang
menceramahiku,
“ya, saya ngaku salah tolong lepasin saya,” kini aku hanya dapat memohon agar mereka
sedikit iba melihatku, tetapi sayangnya apa yang kuharapkan tidak terjadi, pak Isa tanpa
semakin buas memainkan diriku

Aku hanya dapat melihat pasrah saat dasterku terlepas dari tubuhku, kedua payudaraku
yang memang sudah tidak tertutupi apa-apa lagi dapat dia nikmati, jari-jarinya yang kasar
mulai memainkan selangkanganku,
“sslluupss…sslluuppss… hhmm…. ayo Bu puaskan saya?” pinta pak Isa, sambil
mengulum payudaraku beberapa kali lidahnya menyapu putting susuku yang mulai
mengeras,

“ko’ memiawnya basah bu, he…he…” memang harus diakui, tubuhku tidak dapat
membohonginya walaupun bibirku berkata tidak,
“wa…wa… Ibukan sudah punya suami ko’ masih juga menggoda laki orang lain, ga malu
ya Bu,” Ani melotottiku seolah-olah ingin membalas perkataanku tadi, “dasar wanita
munafik, sekarang Ibu tau kan kenapa saya menyukai pak Isa,”bentak Ani kepadaku,
sehingga membuat hatiku terasa amat sakit mendengarnya,

“aahhkk… pak, hhmm…. pak sudah jangan di terusin…” kataku dengan kaki yang tidak
dapat diam saat jarinya menyelusup kedalam vaginaku yang sudah banjir, perlahan
kurasakan jari telunjuknya menyelusuri belahan vaginaku,
“oo… enak ya? he…he…” pa Isa tertawa melihatku yang sudah semakin terangsang,
leherku terasa basah saat lidah pak Isa menjilati leherku yang jenjang,
Dengan sangat kasarnya pak Isa menarik celana dalamku, sehingga vaginaku yang tidak
di tumbuhi rambut sehelaipun terlihat olehnya, aku memang sangat rajin mencukur
rambut vaginaku agar terlihat lebih bersi dan seksi.

ᄃ Ani berjongkok di sela-sela kakiku, kamera Hp di arahkan persis di depan vaginaku


yang kini sudah tidak ditutupi oleh sehelai kain, tanpa memikirkan perasaanku pak Isa
membuka bibir vaginaku sehingga bagian dalam vaginaku dapat di rekam jelas oleh Ani,
beberapa kali jari telunjuk pak Isa menggesek clitorisku,

“ohk pak plisss.. jangan…? saya malu…” aku merasa sangat malu sekali di perlakukan
seperti itu, baru kali ini aku bertelanjang di depan orang lain bukan suamiku sendiri,
“Ha…ha… malu kenapa Bu? ****** aja tidak malu ga pake baju masa ibu malu si…”
katanya yang semakin merendahkan derajatku, setelah puas mempertontonkan vaginaku
di depan kamera, pak Isa bertukar posisi dengan Ani untuk memegangi kakiku sedangkan
pak Isa berjongkok tepat di bawa vaginaku,

Dengan sangat lembut pak Isa menciumi pahaku kiri dan kanan secara bergantian,
semakin lama jilatannya semakin ke atas menyentuh pinggiran vaginaku,
“aahkk… sudah pak, rasanya sangat geli hhmm…” aku berusaha sekuat tenaga
mengatupkan kedua kakiku tetapi usahaku sia-sia saja, dengan sangat rakus pak Isa
menjilati vaginaku yang berwarna pink, sedangkan Ani tanpa puas melihat ke adaanku
yang tak berdaya,

“nikmatin aja Bu, he..he.. saya dulu sama seperti ibu selalu menolak tapi ujung-ujungnya
malah ketagihan” kata Ani tanpa melepaskan pegangannya terhadap kakiku,
Semakin lama aku semakin tidak tahan, tiba-tiba aku merasa tubuhku seperti di aliri
listrik dengan tegangan yang tinggi, kalau seandainya Ani tidak memegang kakiku
dengan sangat erat mungkin saat ini wajah pak Isa sudah menerima tendanganku, mataku
terbelalak saat orgasme melandah tubuhku dengan sangat hebat, cairan vaginaku meleleh
keluar dari dalam vaginaku, sehingga tubuhku terasa lemas,

ᄃ“ha…ha… bagaimana Bu, mau yang lebih enak….” pak Isa tertawa puas, aku hanya
dapat menggelengkan kepalaku karena aku sudah tidak mampu lagi untuk mengeluarkan
suara dari mulutku, perlahan pak Isa berdiri sambil memposisikan penisnya tepat di
depan vaginaku,

“aahkk… sakit…” aku memikik saat kepala penisnya menerobos liang vaginaku,
“uuhk… hhmm… pelan-pelan pak…” pintaku sambil menarik napas menahan rasa sakit
yang amat sangat di vaginaku karena ukuran penis pak Isa jauh lebih besar dari penis
suamiku,

“tahan Bu, bentar lagi juga enak ko’ “ kata Ani yang kini melepaskan ikatan di tanganku,
setelah ikatanku terlepas Ani kembali merekam adegan panas yang kulakukan,

Dengan sangat cepat pak Isa menyodok vaginaku sehingga terdengar suara
“plokkss….ploskkss…” saat penisnya mentok ke dalam vaginaku yang mungil,
“aahhkk… aahhkk… aaahh… oooo…”semakin cepat sodokannya suaraku semakin
lantang terdengar,

“oh yeeaa… enak Bu, hhmm… ternyata memiaw Ibu masih sempit sekali walaupun
sudah perna menikah,” katanya memujiku, tetapi mendengar pujiannya aku tidak merasa
bangga melainkan aku meresa jijik terhadap diriku sendiri,

Aku merasa vaginaku seperti di masuki benda yang sangat besar yang mencoba
mengorek isi dalam vaginaku, rasanya memang sangat sakit sekali tetapi di sisi lain aku
merasa sangat menikamati perkosaan rehadap diriku, selama ini aku belum perna
merasakan hal seperti ini dari suamiku sendiri,
“ayo sayang, bilang kalau tongkol saya enak…” dengan sangat kasar pak Isa meremasi
kedua payudaraku,
“ti-tidak…. ahk… hhmm…” aku di buat merem melek olehnya,
“ha..ha.. kamu mau jujur atau tidak, kalau tidak hhmm… saya akan adukan semua ini
kepada suamimu, ha…ha…” katanya mengancamku dengan tawa yang sangat
menjijikan,

“ja-jangan pak,” aku memohon ke padanya, karena takut dengan ancamannya akhirnya
aku menyerah juga “iya, aahhkk… aku suka…” kataku dengan suara yang hampir tidak
terdengar,
“APA… SAYA TIDAAK MENDENGAR?” pak Isa berteriak dengan sangat kencang
sehingga gendang telingaku terasa mau pecah mendengar teriakannya,
“IYA PAK, ENAK SEKALI SAYA SUKA SAMA tongkol BAPAK….aahhk…uuhhkk!!”
dengan sekuat tenaga aku berusaha tegar dan berharap semuanya cepat berlalu,
Setelah berapa menit kemudian tubuhku kembali merasa tersengat oleh aliran listrik saat
aku kembali mengalami orgasme yang ke dua kalinya,

Digilir Kontol Saat Dugem

Diterbitkan Januari 12, 2019

Kami adalah suami istri yang bahagia dalam perkawinan kami dan saling cinta, tetapi
dalam kehidupan sex kami pasangan yang open-minded, dan suka mengexplor sexual
kita. Aku seorang istri dengan dua anak yang masih kecil. Umurku 28 tahun, namun
diusiaku ini bodyku masih termasuk kategori sexy ( menurut pria2 lain dan suamiku).
Suamiku umur 30 thn (lumayang lah, tapi buat saya ganteng dia), belakangan ini kami
telah melakukan swinging dengan pasang lain, dengan hasil yang merangsang selera
libido sex kami. Pada saat aku disetubuhi oleh pria lain aku sengaja memperlihatkan
penisnya lelaki itu masuk dalam lubang kenikmatanku, dan itu membuatnya on dan
terangsang sekali, dan juga pada saat kuoral penis dengan nafsu dan menyemprot
spermanya di mulutku / dimuka. Tapi sebaliknya aku juga nikmat melihat dia di oral
cewek.

Pada hari sabtu teman business suamiku Teddy ulang tahun yang ke 29, dia tergolong pria
muda yang cepat melejit menjalankan usahanya. Mengadakan pesta ulang tahunnya di
club X, dia mengundang kami dan beberapa teman dekatnya, juga rekan businessnya.
Ada beberapa dari mereka yang kami kenal, ketemu beberapakali, pada saat saya
menemani suami saya kerja. Mereka masih ter golong muda yang paling tua umur 33,
seperti Joko 25 thn tampan tubuh atletik juga di undang.
Hari sabtu aku mempersiakan diriku agak sexy untuk dugem nanti malam, dengan
mengunakan rok mini berwarna merah muda, dan bh dan cd G-string yang matching,
kucukur bulu V ku sampai halus agar tidak kelihatan keluar dari G-stringku dan memakai
minyak wangi agar badan berbau wangi dan exotic aku siap untuk dugem. Begitu suami
melihat aku berhenti sejenak dengan expresi terpesona, wah wah sayang kamu kelihatan
sexy sekali. Aku senyum sambil mengoda dia dengan bungkuk dan mengoyangkan
pantatku yang sexy kekanan kekiri, dan berkata “mau” hi..hi…
Kamipun berangkat dan tiba di lokasi, dan kamipun segera menuju keruangan yang telah
dibooking Teddy. Saat kami masuk ruang yang exclusive, dengan sofa yang kelihatannya
nyaman, dan para tamu sudah datang termasuk Joko yang membawa pasangan dia Yanti
berumur 20 tahunan, sexy badannya ramping dengan dada yang menonjol (mungkin 36 b
kali) dan muka yang manis (cantik sekali), Yanti memakai rok mini coklat dengan sepatu
hak tinggi coklat. Tapi aneh aku merasah semua laki laki di situ memandang ke saya, dan
aku merasa dilihat dari ujung kaki sampai ujung dada (mungkin perasaanku saja), kami di
perkenalkan sama Teddy kepada teman2 nya, Tony umur 24 thn tampang ABG banget
cukup ganteng, Bobby umur 30 thn dengan penampilam rapih, dan tentu Joko yang sudah
aku kenal (kita pernah dugem bersama Teddy dan Joko), dia merangkul dan mencium
pipiku, sambil membuatku terkejut tangan kanan dia meraba dan meremas pantatku tanpa
suamiku lihat, itu membuatku malu, terangsang dan pipiku memerah.
Tak lama kemudian cewek masuk dengan pakaian sangat sexy sepatu boot hitam yang
tinggi selutut, dada membusung kedepan, dan berjalan dengan PD sekali bernama Indah
(menurut saya Indah liar, cantik dan centil), kata suamiku itu cewek stripper untuk
mebuat malam lebih asik. Setelah semua duduk di sofa yang telah tersedia botol miniman
dan gelas yang sudah penuh minuman. Joko bediri dan mengambil minuman yg dimeja
dan bersulang untuk ulang tahunnya Teddy, semua bertepuk tangan dan mengambil
minuman, dengan lampu di padamkan sedikit agar remang remang, dan kami semua
minum, Teddy bilang “Habis yaaa” minumannya sangat terasa sekali alkoholnya. Dan
setelah kami semua minum habis Joko tertawa sambil berkata “nikmati malam ini karena
minuman itu telah dicampur Inek hadiah dari Teddy” kami semua berseru ASIK!!!. Saat
itu juga lagu house music dimainkan.

Gak lama badanku merasa ringan tangan mulai dingin, dan perasaan enak dan horny
mulai terasa (aku kalau di kasih inek membuat aku horny). Dan kamipun berdiri sambil
berpelukan dan bergoyang dalam irama denyutan music yang ada. Baru terasa dada suami
saya bergesekan dengan dada saya, membuatnya putingku berdiri tegak dan seirama
dengan dadaku menyeterum ke memiawku mulai terasa basah. Tiba2 suami
melepaskanku untuk mengambil minum di meja. Sendiri aku bergoyang didepan dan
serasa semua mata laki2 disitu melihat saya Joko, Tony, Bobby, dan Teddy, akupun mulai
bergoyang lebih erotis dan memeluk org didekatku, tanpa sadar Indah sang stripper lndah
yang bergoyang dan merangkul saya, karena aku asik aja, kita berdua bergoyang erotis
berdempetan dan tangan Indah berada didadaku yg berdiri on. Aku melihat suamiku lagi
asik dengan Yanti meraba raba pantatnya sambil bergoyang diantara selangkangan Yanti
dan Yantipun memegang kepala suami saya didepan dadanya yang montok sambil
digoyangkan. Akupun tak perdulikan aku lagi didunia enak banget.
Tak sadar kalau Teddy mendekat dan gabung ama kita berpelukan sambil tangan
kanannya berada di dalam rok mini Indah. Dan yang kiri memelukku dari pundak dan
tangannya meremas remas dadaku dan kunikmatinya .(membuatku horny banget). Teddy
meninggalkan kita dan tanpa aku sadar memberi aba aba ke Indah untuk mulai
melepaskan pakaiannya (striptease), Indah mulai bergoyang lebih erotis didepanku dan
mengunakan tubuhku seakan akan aku cowok, dia melekuk lekuk sambil meraba tubuhku
dari leher, ke dada, dan ke pantatku berulangkali dia lakukan itu. (membuatku semangkin
horny aja hmmm….), Indah memintaku untuk membuka kancing rok mini yang dia
kenakan, dengan kondisi horny dan fly aku turuti, dan terdengar suara siul2 dari cowok
cowok, sampai kancing terahir rok mini Indah kubuka dan sekarang kelihatan jelas BH
berwarna hitam dan CD tembus pandang berwarna hitam yang memperlihatkan
vaginanya yang tanpa rambut sehelaipun. Dengan gaya erotis Indah menjilat, dan
memilin dadaku dan putinku dari luar rokku sambil bergoyang goyang erotis, sedangkan
tangannya meraba raba pantatku sambil menaikan rok miniku sampai terlihat CDku
seirama denyutan music yang ada, dan sekali kali meraba vaginaku dengan jarinya secara
lembut dan erotis dari luar CDku (hal itu membuat vaginaku on dan basah). Aku merasa
sudah didunia nikmat dan gak perduli yang melihaku. Aku berbalik untuk melihat
suasana dan suamiku yang masih dengan Yanti, dia sedang meraba raba dada yanti dari
dalam BHnya dan tangan satunya berada diselangkangan Yanti sedang memainkan
vaginanya, kulihat suamiku sedang on berat dan horny.
Kembali aku menikmati goyangan serta rabaan Indah kepada tubuhku. ternyata Indah
telah melepaskan BH dan CDnya dan bergoyang telanjang bulat, siulan kembali ku
dengar dan membuatku lebih liar dan berani. Indah mulai melepaskan rokku dengan
pelan dan lembut dan berhenti pada kancing yang didepan perutku, membuat BHku
kelihatan bagi yang mau lihat dadaku, dengan cepat dan lembut Indah telah melepaskan
kaitan belakang BHku dan BHku jatuh kelantai memperlihatkan dadaku yang indah
dengan putin yg sedang berdiri menunjukan betapa hornynya aku, dengan gerakan
erotisnya Indah bergoyang dengan memainkan dada dan memilin putinku yang telanjang
sambil diisep, dan dijilat dengan lembut, dengan tangannya bergerak untuk melepaskan
rokku dari pundakku, dengan kenikmatan yang ku rasakan aku tidak memperdulikan rok
miniku jatuh ke lantai, membuat saya topless dan bergoyang hanya dengan G-stringku.

Gerakan Indah tambah hot dan erotis melekuk lekuk dan mengerakan pinggangnya seolah
olah dia lagi fishing aku, dan tambah ganas Indah mengisep isep dadaku dan tangannya
mengelus elus vaginaku sambil jarinya keluar masuk, dia tahu betapa basahnya vaginaku,
yang sudah keluar lendir menembus G-stringku. Aku buka mataku aku melihat Joko
berada di belakang Indah dengan tangan yang bergerilia ke dada dan vaginanya, dan
mencium Indah dengan lidah dijulurkan kemulutnya yg disambut juga dengan lidah indah
didepan mataku. Aku termenung melihat mereka sampai aku tak sadar kalau Indah
melepaskan G-Stringku, yang membuatku telanjang bulat dan bergoyang, aku segera
melihat reaksi suamiku yang ternyata dia lagi sibuk sendiri dengan Yanti yang sekarang
juga tidak memakai sehelai pakaianpun, dan lagi mengoral suamiku sambil mengocok
penisnya, dan Tony menunggu dioral.
Tiba tiba aku terkejut dengan sesuatu yang hangat dan lembut menyentuh vaginaku, aku
berbalik dan melihat kepala Indah berada diselangkanganku dan menjilatin vaginaku
sedangkan Joko memelukku dari belakang sambil meremas dadaku. Indah dan Joko
mengiring aku ke sofa dan sampai di sofa mereka melanjutkan menjilatin vaginaku dan
Joko mengisap dan menjilat dadaku, kenikmatan menerpa tubuhku, tiba tiba aku merasa
ada org duduk di sebelah kanan dan kiriku,

Ternyata Teddy dan Bobby. Bobby melihat sambil meraba raba dadaku yg satu lagi, aku
malu, terangsang. dikelilingin tiga cowok sambil diisepin vaginaku oleh Indah,
aaahhh..aaahhh…oohhh… aku mendesah keenakan. Posissi Indah digantikan oleh Teddy
yang sekarang menjilatin clitorisku ooooohhh……oooohh……aaaahhhh…. Rangsangan
yang hebat saya rasakan dari dada yg diisep 2 cowok dan vaginaku yang basah dan horny
dilahap Teddy. Desahanku membuat para cowok memperlakukan aku lebih liar. Indah
pindah ke sebelah Bobby dan melepaskan pakaiannya sambil mengoral penisnya sampai
tegak, dan berikutnya Joko dan Teddy, sampai mereka semua tenlanjang bulat, ku lirik
penisnya Joko begitu tebal dan panjang 17 cm, Teddy 19 cm dengan ketebalan yg sama,
lalu aku meraba punya Bobby karena aku tidak dapat melihatnya, ternyata lebih besar
dari semuanya dan tebal sekali sampai jariku tidak dapat melingkari penisnya, Teddy
memasukan jarinya kedalam vaginaku sambil clitorisku diisep dan dijilat membuat
badanku bergetar dengan maut aku keluaaaaa….rrr …..Arrrrgg……. Arrrrg…..feeww…
feww….ooohh… cairan hangatku mengalir keluar dari vaginaku terasa tak henti hentinya
mengalir keluar, semua terkena mulut Teddy yang melahap dan menjilatin semua
cairanku yang keluar. Teddy memberi aku waktu untuk menikmati orgasmeku sebelum
dia mengarahkan penisnya ke vaginaku dengan pelan dia masukan penisnya, sampai
penisnya masuk semua baru dia maju mundurkan penisnya membuat aku mengikuti
irama yang nikmat dia buat.
Teddy mendorong pinggangnya kedepan agar penisnya masuk semua ke vaginaku.
Dengan tak sabar Joko berdiri dan mekangkangi mukaku sampai penisnya didepan
mulutku, dan kuraih dengan nafsu dan kumasukan penisnya kedalam mulutku, kulirik ke
kiriku untuk melihat Bobby, entah kemana Bobby tetapi sudah tidak berada di sampingku
lagi, Indah memainkan dadaku dengan tangan dan mulutnya. sambil penis Joko kuoral
dan ku jilat bolanya sampai ujung penisnya, sambil penis Teddy dalam vaginaku yang
membuatku terangsang, seirama dengan jilatan Indah yg lembut di dadaku membuat aku
mendesah aaaahhh….aaaahh…aaahh…, dan mebuatku lepas kendali, fuuuu..ckk meee…
fuuuuck…me.. Teeeddy… dengan aku mengerang membuat Teddy nafsu dan menyodok
vaginaku dengan keras dan badanku mulai bergetar lagi dan Arrrrrggg….. Arrrrrgg…
aaahhhh….aaahhhh… kupegang pantat Teddy dan kutarik kedalam agar penisnya masuk
lebih dalam lagi ke vaginaku…..oooohh…oooohhhh…Arrrrrgggg…. aaaah ..aaahhh…
uuuhhhh… badanku bergetar getar dengan hebat. Melihat aku keluar Teddy meyusul aku
tahu dari denyutan penisnya dalam diriku…tak lama Oooooo… Oooohhhh.. akkk…uuu..
keeee…luaaa…rrr. Dia mencabut keluar penisnya dan ternyata Indah telah menunggu dan
Teddy masukan penisnya kedalam mulut Indah untuk menyemprotkan air maninya
Aaaaa……hhh….aahhh….ahhh.. ooo… oooohhhh. ..banyaknya air mani yang keluar di
mulut Indah sampai keluar kepipinya dan sisanya ditelan habis. Kebanyang olehku
kenapa Teddy tidak mengeluarkan dimulut saya (padahal aku belum pernah), Tapi
minuman dan inek itu mebuat aku berbuat hal yang belum pernah saya inginkan
sebelumnya dan sekarang aku sangat menginginkan. Sambil melamunkan tentang air
mani Teddy, tak sadar penis Joko yang sedang ku oral dengan nafsu, sedang berdenyut
denyut siap menyemburkan air maninya, aku terkejut tiba tiba Aaaa…hhhh…..
Ooohhhh….ooohhh… giiiii…lllee… aku keluuuuuuuaarrr…..croooot…..crooot…
mulutku dibanjirin air mani Joko, menyembur dengan keras ketongorokanku membuat
aku batuk batuk, dan Joko mendorong penisnya lebih dalam sambil memegang kepalaku
sampai habis air maninya didalam kemulutku semua, banyak air maninya sampai
sebagian tumpah ke sofa dan dadaku. Lemas lah Joko bersandar disebelahku. Kenikmatan
pertamaku merasakan air mani keluar dimulutku membuat aku lupa sesaat akan suamiku,
ternyata dia sedang duduk asik telanjang di oral oleh Indah dan penis Tony dari belakang
menyodok vaginanya Indah dengan irama yang cepat celaaap…. ceeeeplok… celaaap….
Ceeeplok…. Terdengar suaranya.
Aku mengambil minumku dan menuguk minumanku, lalu aku dengan setengah
sempoyongan kekamar mandi untuk membersihkan diri. Selesai aku kembali ke sofa dan
minum sedikit lagi mereka santai asik minum2. sambil bergoyang telanjang. Akupun
bergabung dengan mereka di lantai bergoyang. Sambil menikmati denyutan lagu house
music, aku masuk ke dunia kenikmatanku sendiri, Dan rasanya pada saat itu ingin
memeluk semua orang yang hadir. Aku mengenali wajah-wajah yang ada namun
pikiranku kosong. Aku pindah bergoyang di atas meja, dan aku bergoyang erotis seolah
aku stripper yang hot. Dengan menyambut tangan tangan yang meraba raba setiap
lekukan tubuhku yang membuatku sangat horny lagi. dengan jari, lidah di vaginaku dan
dadaku tubuhku merasa nikmat.

Yanti naik keatas meja dan bergoyang bersamaku, goyangan kami seperti sepasang lesbi
yang sedang terangsang. Yanti memasukan jarinya ke vaginaku dan lidahnya menjilatin
dadaku dengan erotis sekali, tak lama Indah bergabug diatas meja dan kami bertiga
kelihatan wanita lesbi yang hot dan heboh dikelilingi Joko, Bobby, Teddy, Tony, dan
suamiku. Indah mengajak turun ke sofa dan aku terlentang diatas sofa dengan kaki dibuka
lebar membuat akses yang mudah bagi Indah melahap vaginaku dan clitorisku, Teddy
menyuruh Yanti menduduki mukaku dengan aku ahirnya merasakan rasa vagina wanita
untuk pertama kali.

ᄃ Vagina Yanti yang basah terasa asin, gurih, sedikit amis tapi tak tahu kenapa aku
menikmatinya dan melahap vaginanya dengan nafsu. Keahlian Indah menjilain clitorisku
membuat aku mendesah. Aaaahhh…aaa…aaaaa…. Aaaahhh.. dan memegang kepala
Indah dan mendorongnya ke vaginaku yang berdenyut denyut. Lidahnya dimasukan
dalam memiawku membuat tubuhku bergetar keenakan AAaarrrrrggg…..Aarrrgggg…
oooooo… ooooohhhh… shiiiiii…tt.. tubuhku bergoyang maut merasakan Orgasme dari
Indah Aaa…rrr….gggg Arrrrrggg….. aaahhhh…aaahhh.. aaahh.. keluarlah cairanku
kemulut Indah yang mungil, dan bersamaan Yanti mendesah Arrrrrggg…..
Arrrggggg…… ooooooo…. oooohhh.. oohh.. cairan Yanti keluar dimulutku dan Yanti
menekan vaginanya kemukaku sampai hampir aku gak bisa bernafas, memaksakan aku
menelan semua cairannya yang keluar dari vaginanya, dan aku menelan dan mejilat
vaginanya sampai habis.

Aku merasa sangat happy, horny, dan nikmat. Aku melihat para cowok (termasuk
suamiku) memandangku sambil berbisik bisik. Kemudian Tony dan Bobby menghampiri
aku yang sedang terlentang telanjang bulat dapat mereka melakukan semau mereka dan
aku akan menikmatinya. Bobby dengan penisnya yang besar dan panjang berhenti
didepan mukaku, Tony menyusul dan juga berhenti depan mukaku dengan penis yang
setengan berdiri. Suamiku meraih kedua tanganku dan menaruhnya dikedua penis
didepanku sambil mengedipkan matanya seolah aku harus melayani mereka. Dalam
kondisi horny aku kocok sambil kutarik penis mereka lebih dekat mulutku, ku oral secara
bergantian, hanya penis Bobby lebih aku perhatikan, karena tak sabar aku mau
merasakannya dalam vaginaku. Aku melihat suamiku, Yanti, Teddy, Joko, dan Indah
duduk mengelilingi aku, Tony dan Bobby seolah menonton film porno, dan aku akan
menyajikan tayangan yang seru bagi mereka. sambil bermain oral satu sama lain, tetapi
pandangan mata mereka tertuju kepadaku melayani 2 cowok. Ku jilat bola Bobby dan
kusedot masuk kemulutku berulangkali hingga Bobby mendesah Oooo… oooohh…..
Aaaah…, dan kujilat batang penisnya hingga ujung lobang baru kumasukan kemulutku,
panjangnya penis Bobby hanya bisa setengah yang masuk ke mulutku.

Penis Tony kuperlakukan sama dan diapun mendesah aaaa… Aaaahhh…. u uuuu….
Uuuuhhh.. tepuk tangan dari penoton claap….claapp… Hebat…Hebat.. membuat aku
malu dan sangat terangsang secara bersamaan. Dadaku diremas remas dan putinku dipilin
pilin oleh mereka berdua, yang memberiku sensai dan nafsu mengkulum penis mereka.
Jari Bobby meraba sambil memasukan jarinya kedalam vaginaku yang hangat membuat
aku mendesah ooooo…. Uuuuu….. aaaahhhh…., aku baru sadar kenapa lampu dalam
terang sekali hanya dimana aku bermain dengan Bobby dan Tony, seolah aku di atas
panggung teater dan dikelilingi penonton. Mukaku memerah sebentar karena malu, tapi
tubuhku yang horny banget mengalahkan maluku. Tony pindah duduk di dadaku sambil
kuoral, dan Bobby diselangkaanku memainkan mengisap vaginaku sambil jarinya masuk
keluar. Aaaaahh… aaaa.. laaaa.giiii… laaaagiii.. desahanku yang keluar dari birahiku
dengan tak sadar aku mendesah. Lagi2 tepukan tangan dari penonton bersuara dengan
keras. Jilatan Bobby membuatku meram melek dalam kenikmatan yang aku salurkan
kepenisnya Tony yang sedang kusepong sepong dengan ganas. Aku merasa ujung penis
Bobby berada didepan lubang vaginaku siap memasukannya, dengan pelan kepala
penisnya memasuki liang vaginaku, dan terasa amat besar bleeeeesss……

ᄃ masuk kepala penisnya terasa sedikit sakit dan penuh vaginaku diisi penisnya keluar
suara dariku saat itu Aaaaa…. Aaaa…hh… dengan pelan dia masukan semua sampai
mentok dalam vaginaku yang merasa sangaaat penuh sekali.

Aku berhenti mengoral penis Tony dan merasakan kenikmatan penis Bobby yang sedang
keluar masuk vaginaku dengan lembut dan pelan. Kenikmatan yang luar biasa kurasakan
dalam liang vaginaku, dengan penuh nafsu kupegangang pantatnya Bobby dank ku atur
tempo keluar masuk penisnya lebih cepat. Aaaaahhhhhh…. Aaaaaaaaa……
Oooooohhhh…… uuuuuu… feuuuu…..huuuuhh…huuuh.. Ooo… Fuuuuuucckk…
Meeeee…. Fuuuuuckkk…. Meeee… pleaaaaseee.. desahan dan keliaranku keluar tanpa
kusadari, dan tepuk tangan serta kata “fish dia Bobby ent*tin dia yang kencang” dari
penonton yang bergairah melihat aku di genjot oleh ****** Bobby.

Yanti menghampiriku dan aku dibalik dan diminta untuk nungging doggie style dengan
Yanti dibawahku menjilat clitorisku yang sangat sensitive, dan Tony duduk di sofa
depanku sambil kuoral, Bobby kembali masukan penisnya ke dalam vaginaku dari
belakang. Kenikmatan yang belum aku merasakan melanda tubuhku
aaa….aaaa….ooohhh…..ooohh… ooohhh ….eeeghh…eeeeghh… ooohh.. yaaa…
ooohh… yaaa… kenikmatan penis dimulutku, vaginaku, clitorisku dijilatin sambil penis
yang besar keluar masuk vaginaku keliaranku mengambil alih Fuuuck…Fuuuuckkk…
meeee. Boooobbyyyy… Fuuuuck… meee.. masukin Penismu yang lebih dalam
Booooo….bbbyyyy… dengan irama yang cepat membuatku Orgasme yang luar biasa dan
tak bisa kutahan lagi AAAAaaRRRRGGGG……… AAARRRRGGGG….
OOOOOOHHHH… Oooohhh… uuuuu….uuuu.. uu.. uu.. bergetar, dan mengejang
kejang, tubuhku sampai harus di pegangi Bobby sambil dia menyodok dengan keras
memasukan semua penisnya ke dalam vaginaku, dan dia tahu aku sedang orgasme dia
berhentikan agar aku dapat menikmatin orgasmeku.

ᄃ begitu penis Bobby dicabutnya, keluarlah cairanku dengan deras sekali ke mulut Yanti
yang sedang menunggu, karena tubuhku bergetar sebagian masuk mulutnya, pipinya,
hidungnya. Dan yanti membersihkan semuanya sampai habis. Desahanku masih tak dapat
ku kontrol karena lidah Yanti yang hangat dan lembut menyentuh clitorisku berkali kali
… oooo…. Oooo…hhhh.. ooohhhhh… Giiiiilleeeee… aaaaa……aahh. Penis Tony
dimulutku kulumat habis, kusedot sedot dengan irama yang cepat keluar masuk mulutku.
Sambil aku menikmati orgasmeku, Selesainya Yanti membersihkan vaginaku, Yanti
berdiri disampingku menjilat dadaku sambil memijat bola Bobby yang sedang kembali
mengenjotku vaginaku kembali dengan irama yang sama cepatnya, sambil penis Tony
yang ku kelum dengan biji pelirnya Tony berayun ayun mengenai daguku. Dan suara biji
pelir Bobby yang menghantam memiawku ceelllakkk….ceeeeplloook… kenikmatan
dalam tubuhku yang tiada habisnya membuatku tak tahan lama. Tubuhku mulai
menegang sensai kenikmatan melanda tubuhku vaginaku terasa tersetrum, mulutku terasa
penuh dengan penis Tony, dadaku terasa geli nikmat dengan sekali kali gigitan sensai
diputinku yang di lakukan Yanti, bergetarlah tubuhku lagi
ARRRGGgg…..ARRRggg…..OOOhhh…. Fuuuuuckk…meeeee.. please
fishkkk….meee… aaaahhh…. Tak lama Orgasmeku terulang lagi tapi yang ini lebih lama
dan panjang AAAAAAaaaahhhh….. OOooooooo….. OOo….ooo.. OOOhhhhhh..
uuuuenak…… aaaa… aaa… aaaa… Fuuuuuuuuuuck…… fuuuucckkk… Akuuuuu……
keeeeeeluar…. Shiiiiiiiiiiii…….tt. oh.. oh.. oh.. nafasku tersendat sendat. Ku rasakan
Bobby menyodok yodok aku dengan irama lebih cepat Aaakuuu… Keeeeeluar…
UuuRRGGgg… UUuuuuu… Uuuu…. Oooo.. uuuuu.. crooooot… crooottt.. dia keluarkan
air maninya di pinggangku dan meleleh kebawah sampai lubang pantatku terasa hangat.
Penis Tony ku kocok kocok dengan irama cepat sambil kubuka mulutku menanti yang air
mani keluar dari kontol Tony. melihat mulutku menunggu membuat tony sangat
terangsang dan Aaaaa……hhhh. Aaaahhhh… Ahhhh….. croooooot… croooootttt…
menyembur air mani Tony mengisi mulutku yang menunggu. Sambil dia kocok kocok
sendiri penisnya dia masukan kembali kemulutku dengan berkata …“TELEN SEMUA”
…perintahnya kepadaku, dia masukan dalam sekali kemulutku semuanya kontol kutelan
habis, membuatku tersedak sedak. sentakan keras yang disertai semburan cairan hangat
gurih di tenggorokan ketika 2-3 menit dia mengosongkan penisnya di mulutku.

Entah karena pengaruh minuman atau memang aku menikmati sensasi seks dengan pria
lain, membuat rasa spermanya begitu enak sekali ketika kutelan. Lemaslah kita berempat
dan akupun istirahat disofa terlentang. Suamiku membantu mengenakan pakaianku
karena tak terasa sudah jam 4 pagi dan pesta sudah mau berahir. Teddy menghampiriku
dan berkata “ kamu sexy dan hot banget gak salah aku memilih kamu sebagai hadiahku
malam ini ” thank you sambil mencium aku dengan mesra dan lidahnya bergelut dengan
lidahku. Lalu dia masukan jarinya kedalam vaginaku untuk terahir kalinya dan
memasukan kedalam mulutnya untuk merasakan air maniku sambil tersenyum puas.
Kami ahirnya beranjak dari tempat malam yang takan ku lupakan kepuasan yang aku
alami malam ini digilir semalaman.

TAMAT

Terpaksa ML Dengan Supirku

Diterbitkan Januari 09, 2019

Namaku Winie, umurku sudah 35 tahun dengan dua orang anak yang sudah beranjak
dewasa. Kedua anakku disekolahkan di luar negeri semua sehingga di rumah hanya aku
dan su`mi serta dua orang pembantu yang hanya bekerja untuk membersihkan perabot
rumah serta kebun, sementara menjelang senja mereka pulang.

Suamiku sebagai seorang usahawan memiliki beberapa usaha di dalam dan luar negri.
Kesibukannya membuat suamiku selalu jarang berada di rumah. Bila suamiku berada di
rumah hanya untuk istirahat dan tidur sedang pagi-pagi sekali dia sudah kembali leyap
dalam pandangan mataku.

Hari-hariku sebelum anakku yang bungsu menyusul kakaknya yang sudah lebih dulu
menuntut ilmu di luar negeri terasa menyenangkan karena ada saja yang dapat
kukerjakan, entah itu untuk mengantarkannya ke sekolah ataupun membantunya dalam
pelajaran.

ᄃ Namun semenjak tiga bulan setelah anakku berada di luar negeri hari-hariku terasa sepi
dan membosankan. Terlebih lagi bila suamiku sedang pergi dengan urusan bisnisnya yang
berada di luar negeri, bisa meninggalkan aku sampai 2 mingguan lamanya.

Aku tidak pernah ikut campur urusan bisnisnya itu sehingga hari-hariku kuisi dengan
jalan-jalan ke mall ataupun pergi ke salon dan terkadang melakukan senam. Sampai suatu
hari kesepianku berubah total karena supirku. Suatu hari setibanya di rumah dari
tempatku senam supirku tanpa kuduga memperkosaku.

Seperti biasanya begitu aku tiba di dalam rumah, aku langsung membuka pintu mobil dan
langsung masuk ke dalam rumah dan melangkahkan kakiku menaiki anak tangga yang
melingkar menuju lantai dua dimana kamar utama berada.

ᄃ Begitu kubuka pintu kamar, aku langsung melemparkan tasku ke bangku yang ada di
dekat pintu masuk dan aku langsung melepas pakaian senamku yang berwarna hitam
hingga tinggal BH dan celana dalam saja yang masih melekat pada tubuhku. Saat aku
berjalan hendak memasuki ruang kamar mandi aku melewati tempat rias kaca milikku.

Sesaat aku melihat tubuhku ke cermin dan melihat tubuhku sendiri, kulihat betisku yang
masih kencang dan berbentuk mirip perut padi, lalu mataku mulai beralih melihat
pinggulku yang besar seperti bentuk gitar dengan pinggang yang kecil kemudian aku
menyampingkan tubuhku hingga pantatku terlihat masih menonjol dengan kencangnya.

Kemudian kuperhatikan bagian atas tubuhku, buah dadaku yang masih diselimuti BH
terlihat jelas lipatan bagian tengah, terlihat cukup padat berisi serta, “Ouh.. ngapain kamu
di sini!” sedikit terkejut ketika aku sedang asyik-asyiknya memandangi kemolekan
tubuhku sendiri tiba-tiba saja kulihat dari cermin ada kepalanya supirku yang rupanya
sedang berdiri di bibir pintu kamarku yang tadi lupa kututup.

“Jangan ngeliatin.. sana cepet keluar!” bentakku dengan marah sambil menutupi bagian
tubuhku yang terbuka.

Tetapi supirku bukannya mematuhi perintahku malah kakinya melangkah maju satu demi
satu masuk kedalam kamar tidurku.

ᄃ“Aris.. Saya sudah bilang cepat keluar!” bentakku lagi dengan mata melotot.
“silakan ibu teriak sekuatnya, hujan di luar akan melenyapkan suara ibu!” ucapnya
dengan matanya menatap tajam padaku.

Sepintas kulihat celah jendela yang berada di sampingku dan ternyata memang hujan
sedang turun dengan lebat, memang ruang kamar tidurku cukup rapat jendela-jendelanya
hingga hujan turun pun takkan terdengar hanya saja di luar sana kulihat dedaunan dan
ranting pohon bergoyang tertiup angin kesana kemari.

Detik demi detik tubuh supirku semakin dekat dan terus melangkah menghampiriku.
Terasa jantungku semakin berdetak kencang dan tubuhku semakin menggigil karenanya.
Aku pun mulai mundur teratur selangkah demi selangkah, aku tidak tahu harus berbuat
apa saat itu sampai akhirnya kakiku terpojok oleh bibir ranjang tidurku.

“Mas.. jangan!” kataku dengan suara gemetar.


“Hua.. ha.. ha.. ha..!” suara tawa supirku saat melihatku mulai kepepet.

“Jangan..!” jeritku, begitu supirku yang sudah berjarak satu meteran dariku menerjang
tubuhku hingga tubuhku langsung terpental jatuh di atas ranjang dan dalam beberapa
detik kemudian tubuh supirku langsung menyusul jatuh menindih tubuhku yang
telentang.

ᄃ Aku terus berusaha meronta saat supirku mulai menggerayangi tubuhku dalam
himpitannya. Perlawananku yang terus-menerus dengan menggunakan kedua tangan dan
kedua kakiku untuk menendang-nendangnya terus membuat supirku juga kewalahan
hingga sulit untuk berusaha menciumi aku sampai aku berhasil lepas dari himpitan
tubuhnya yang besar dan kekar itu.
Begitu aku mendapat kesempatan untuk mundur dan menjauh dengan membalikkan
tubuhku dan berusaha merangkak namun aku masih kalah cepat dengannya, supirku
berhasil menangkap celana dalamku sambil menariknya hingga tubuhku pun jatuh
terseret ke pinggir ranjang kembali dan celana dalam putihku tertarik hingga bongkahan
pantatku terbuka.

Namun aku terus berusaha kembali merangkak ke tengah ranjang untuk menjauhinya.
Lagi-lagi aku kalah cepat dengan supirku, dia berhasil menangkap tubuhku kembali
namun belum sempat aku bangkit dan berusaha merangkak lagi, tiba-tiba saja pinggulku
terasa kejatuhan benda berat hingga tidak dapat bergerak lagi.

“Aris.. Jangan.. jangan.. mas..” kataku berulang-ulang sambil terisak nangis.

Rupanya supirku sudah kesurupan dan lupa siapa yang sedang ditindihnya. Setelah
melihat tubuhku yang sudah mulai kecapaian dan kehabisan tenaga lalu supirku dengan
sigapnya menggenggam lengan kananku dan menelikungnya kebelakan tubuhku begitu
pula lengan kiriku yang kemudian dia mengikat kedua tanganku kuat-kuat, entah dengan
apa dia mengikatnya.

ᄃ Setelah itu tubuhnya yang masih berada di atas tubuhku berputar menghadap kakiku.
Kurasakan betis kananku digenggamnya kuat-kuat lalu ditariknya hingga menekuk. Lalu
kurasakan pergelangan kaki kananku dililitnya dengan tali. Setelah itu kaki kiriku yang
mendapat giliran diikatkannya bersama dengan kaki kananku.

“Saya ingin mencicipi ibu..” bisiknya dekat telingaku.


“Sejak pertama kali saya melamar jadi supir ibu, saya sudah menginginkan mendapatkan
kesempatan seperti sekarang ini.” katanya lagi dengan suara nafas yang sudah memburu.
“Tapi saya majikan kamu Ris..” kataku mencoba mengingatkan.
“Memang betul bu.. tapi itu waktu jam kerja, sekarang sudah pukul 7 malam berarti saya
sudah bebas tugas..” balasnya sambil melepas ikatan tali BH yang kukenakan.
“Hhh mm uuhh,” desah nafasnya memenuhi telingaku.
“Tapi malam ini Bu Winie harus mau melayani saya,” katanya sambil terus mendengus-
denguskan hidungnya di seputar telingaku hingga tubuhku merinding dan geli.

ᄃ Setelah supirku melepas pakaiannya sendiri lalu tubuhku dibaliknya hingga telentang.
Aku dapat melihat tubuh polosnya itu. Tidak lama kemudian supirku menarik kakiku
sampai pahaku melekat pada perutku lalu mengikatkan tali lagi pada perutku. Tubuhku
kemudian digendongnya dan dibawanya ke pojok bagian kepala ranjang lalu
dipangkunya di atas kedua kaki yang diselonjorkan, mirip anak perempuan yang
tubuhnya sedang dipeluk ayahnya.

Tangan kirinya menahan pundakku sehingga kepalaku bersandar pada dadanya yang
bidang dan terlihat otot dadanya berbentuk dan kencang sedangkan tangan kanannya
meremasi kulit pinggul, pahaku dan pantatku yang kencang dan putih bersih itu.

“Aris.. jangan Ris.. jangan!” ucapku berulang-ulang dengan nada terbata-bata mencoba
mengingatkan pikirannya.

Namun Aris, supir mesum ku tidak memperdulikan perkataanku sebaliknya dengan


senyum penuh nafsu terus saja meraba-raba pahaku.

“Ouh.. zzt.. Euh..” desisku panjang dengan tubuh menegang menahan geli serta seperti
terkena setrum saat kurasakan tangannya melintasi belahan kedua pahaku.

Apalagi telapak dan jemari tangannya berhenti tepat di tengah-tengah lipatan pahaku.

“Mass.. Eee” rintihku lebih panjang lagi dengan bergetar sambil memejapkan mata ketika
kurasakan jemarinya mulai mengusap-usap belahan bibir vaginaku.

Tangan Mas Aris terus menyentuh dan bergerak dari bawah ke atas lalu kembali turun
lagi dan kembali ke atas lagi dengan perlahan sampai beberapa kali. Lalu mulai sedikit
menekan hingga ujung telunjuknya tenggelam dalam lipatan bibir vaginaku yang mulai
terasa berdenyut-denyut, gatal dan geli.

Tangannya yang terus meraba dan menggelitik-gelitik bagian dalam bibir vaginaku
membuat birahiku jadi naik dengan cepatnya, apalagi sudah cukup lama tubuhku tidak
pernah mendapatkan kehangatan lagi dari suamiku yang selalu sibuk dan sibuk.

Entah siapa yang memulai duluan saat pikiranku sedang melayang kurasakan bibirku
sudah beradu dengan bibirnya saling berpagut mesra, menjilat, mengecup, menghisap liur
yang keluar dari dalam mulut masing-masing.
“Ouh.. Winie.. wajahmu cukup merangsang sekali Winie..!” ucapnya dengan nafasnya
yang semakin memburu itu.

Setelah berkata begitu tubuhku ditarik hingga buah dadaku yang menantang itu tepat
pada mukanya dan kemudian, “Ouh.. mas..” rintihku panjang dengan kepala menengadah
kebelakan menahan geli bercampur nikmat yang tiada henti setelah mulutnya dengan
langsung memagut buah dadaku yang ranum itu. Kurasakan mulutnya menyedot,
memagut, bahkan menggigit-gigit kecil punting susuku sambil sekali-kali menarik-narik
dengan giginya.

Entah mengapa perasaanku saat itu seperti takut, ngeri bahkan sebal bercampur aduk di
dalam hati, namun ada perasaan nikmat yang luar biasa sekali seakan-akan ada sesuatu
yang pernah lama hilang kini kembali datang merasuki tubuhku yang sedang dalam
keadaan tidak berdaya dan pasrah.

“Bruk..” tiba-tiba tangan Mas Aris melepaskan tubuhku yang sedang asyik-asyiknya aku
menikmati sedalam-dalamnya tubuhku yang sedang melambung dan melayang-layang itu
hingga tubuhku terjatuh di atas ranjang tidurku. Tidak berapa lama kemudian kurasakan
bagian bibir vaginaku dilumat dengan buas seperti orang yang kelaparan.

ᄃ Mendapat serangan seperti itu tubuhku langsung menggelinjang-gelinjang dan rintihan


serta erangan suaraku semakin meninggi menahan geli bercampur nikmat sampai-sampai
kepalaku bergerak menggeleng ke kanan dan ke kiri berulang-ulang. Cukup lama
mulutnya mencumbu dan melumati bibir vaginaku terlebih-lebih pada bagian atas lubang
vaginaku yang paling sensitif itu.

“Aris.. sudah.. sudah.. ouh.. ampun Aar.. riss..” rintihku panjang dengan tubuh yang
mengejang-ngejang menahan geli yang menggelitik bercampur nikmat yang luar biasa
rasanya saat itu. Lalu kurasakan tangannya pun mulai rebutan dengan bibirnya.
Kurasakan jarinya dicelup ke dalam lorong kecil kemaluanku dan mengorek-ngorek isi
dalamnya.

“Ouh.. Ris..” desisku menikmati alur permainannya yang terus terang belum pernah
kudapatkan bahkan dengan suamiku sendiri.
“Sabar Win.., saya suka sekali dengan lendirmu sayang!” suara supir mesum ku yang
setengah bergumam sambil terus menjilat dan menghisap-hisap tanpa hentinya sampai
beberapa menit lagi lamanya.

Setelah puas mulutnya bermain dan berkenalan dengan bibir kemaluanku yang montok
itu si Aris lalu mendekati wajahku sambil meremas-remas buah dadaku yang ranum dan
kenyal itu.

“Bu Winie.., saya entot sekarang ya.. sayang..” bisiknya lebih pelan lagi dengan nafas
yang sudah mendesah-desah. “Eee..” pekikku begitu kurasakan di belahan pangkal
pahaku ada benda yang cukup keras dan besar mendesak-desak setengah memaksa masuk
belahan bibir vaginaku.

“Tenang sayang.. tenang.. dikit lagi.. dikit lagi..”


ᄃ“Aah.. sak.. kiit..!” jeritku keras-keras menahan ngilu yang amat sangat sampai-sampai
terasa duburku berdenyut-denyut menahan ngilunya.

Akhirnya batang penis supirku tenggelam hingga dalam dibalut oleh lorong kemaluanku
dan terhimpit oleh bibir vaginaku. Beberapa saat lamanya, supirku dengan sengaja,
penisnya hanya didiamkan saja tidak bergerak lalu beberapa saat lagi mulai terasa di
dalam liang vaginaku penisnya ditarik keluar perlahan-lahan dan setelah itu didorong
masuk lagi,

juga dengan perlahan-lahan sekali seakan-akan ingin menikmati gesekan-gesekan pada


dinding-dinding lorong yang rapat dan terasa bergerenjal-gerenjal itu. Makin lama
gerakannya semakin cepat dan cepat sehingga tubuhku semakin berguncang dengan
hebatnya sampai, “Ouhh..”

Tiba-tiba suara supir mesum ku dan suaraku sama-sama beradu nyaring sekali dan
panjang lengkingannya dengan diikuti tubuhku yang kaku dan langsung lemas bagaikan
tanpa tulang rasanya. Begitu pula dengan tubuh supirku yang langsung terhempas
kesamping tubuhku.

“Sialan kamu Ris!” ucapku memecah kesunyian dengan nada geram.

Setelah beberapa lama aku melepas lelah dan nafasku sudah mulai tenang dan teratur
kembali.
ᄃ“Kamu gila Ris, kamu telah memperkosa istri majikanmu sendiri, tau!” ucapku lagi
sambil memandang tubuhnya yang masih terkulai di samping sisiku.
“Bagaimana kalau aku hamil nanti?” ucapku lagi dengan nada kesal.
“Tenang Bu Winie.., saya masih punya pil anti hamil, Bu Winie.” ucapnya dengan tenang.
“Iya.. tapi kan udah telat!” balasku dengan sinis dan ketus.

“Tenang bu.. tenang.. setiap pagi ibu kan selalu minum air putih dan selama dua hari
sebelumnya saya selalu mencampurkan dengan obatnya jadi Bu Winie enggak usah
khawatir bakalan hamil bu,” ucapnya malah lebih tenang lagi.

“Ouh.. jadi kamu sudah merencanakannya, sialan kamu Ris..” ucapku dengan terkejut,
ternyata diam-diam supir mesum ku sudah lama merencanakannya.
“Bagaimana Bu Winie..?”
“Bagaimana apanya? Sekarang kamu lepasin saya Ris..” kataku masih dengan nada kesal
dan gemas.
“Maksudnya, tadi waktu di Entotin enak kan?” tanyanya lagi sambil membelai rambutku.

Wajahku langsung merah padam mendengar apa yang baru saja diucapkan oleh supirku,
namun dalam hati kecilku tidak dapat kupungkiri walaupun tadi dia sudah memperkosa
dan menjatuhkan derajatku sebagai majikannya, namun aku sendiri turut menikmatinya
bahkan aku sendiri merasakan organsime dua kali.

“Kok ngak dijawab sich!” tanya supir mesum ku lagi.


ᄃ“Iya..iya, tapi sekarang lepasin talinya dong Aris!” kataku dengan menggerutu karena
tanganku sudah pegal dan kaku.
“Nanti saja yach! Sekarang kita mandi dulu!” ucapnya sambil langsung menggendong
tubuhku dan membawa ke kamar mandi yang berada di samping tempat ranjangku.

Tubuhku yang masih lemah lunglai dengan kedua tangan dan kakiku yang masih terikat
itu diletakkan di atas lantai keramik berwarna krem muda yang dingin tepat di bawah
pancuran shower yang tergantung di dinding. Setelah itu supirku menyalakan lampu
kamar mandiku dan menyalakan kran air hingga tubuhku basah oleh guyuran air dingin
yang turun dari atas pancuran shower itu.

Melihat tubuhku yang sudah basah dan terlihat mengkilat oleh pantulan lampu kamar
mandi lalu Aris si supir mesum ku berjongkok dekatku dan kemudian duduk di
sampingku hingga tubuhnya pun turut basah oleh air yang turun dari atas.

Mata supirku yang memandangiku seperti terlihat lain dari biasanya, dia mulai mengusap
rambutku yang basah ke belakang dengan penuh sayang seperti sedang menyayang
seorang anak kecil. Lalu diambilnya sabun cair yang ada di dalam botol dan
menumpahkan pada tubuhku lalu dia mulai menggosok-gosok tubuhku dengan telapak
tangannya. Pinggulku, perutku lalu naik ke atas lagi ke buah dadaku kiri dan kemudian ke
buah dadaku yang kanan.

ᄃ Tangannya yang terasa kasar itu terus menggosok dan menggosok sambil bergerak
berputar seperti sedang memoles mobil dengan cairan kits. Sesekali dia meremas dengan
lembut buah dada dan punting susuku hingga aku merasa geli dibuatnya, lalu naik lagi di
atas buah dadaku, pundakku, leherku lalu ke bahuku, kemudian turun lagi ke lenganku.

“Ah.. mas..” pekikku ketika tangannya kembali turun dan turun lagi hingga telapak
tangannya menutup bibir vaginaku.

Kurasakan telapak tangannya menggosok-gosok bibir vaginaku naik turun dan kemudian
membelah bibir vaginaku dengan jemari tangannya yang lincah dan cekatan dan kembali
menggosok-gosokkannya hingga sabun cair itu menjadi semakin berbusa.

Setelah memandikan tubuhku lalu dia pun membasuh tubuhnya sendiri sambil
membiarkan tubuhku tetap bersandar di bawah pancuran shower. Usai membersihkan
badan, supir mesum ku lalu menggendongku keluar kamar mandi dan menghempaskan
tubuhku yang masih basah itu ke atas kasur tanpa melap tubuhku terlebih dahulu.

“Saya akan bawakan makanan ke sini yach!” ucapnya sambil supir mesum ku melilit
handuk yang biasa kupakai kepinggangnya lalu ngeloyor ke luar kamarku tanpa sempat
untuk aku berbicara.

Sudah tiga tahun lebih aku tidak pernah merasakan kehangatan yang demikian
memuncak, karena keegoisan suamiku yang selalu sibuk dengan pekerjaan. Memang
dalam hal keuangan aku tidak pernah kekurangan. Apapun yang aku mau pasti
kudapatkan, namun untuk urusan kewajiban suami terhadap istrinya sudah lama tidak
kudapatkan lagi.
Entah mengapa perasaanku saat ini seperti ada rasa sedang, gembira atau.. entah apalah
namanya. Yang pasti hatiku yang selama ini terasa berat dan bosan hilang begitu saja
walaupun dalam hati kecilku juga merasa malu, benci, sebal dan kesal.

Supir mesum ku cukup lama meninggalkan diriku sendirian, namun waktu kembali
rupanya dia membawakan masakan nasi goreng dengan telor yang masih hangat serta
segelas minuman kesukaanku. Lalu tubuhku disandarkan pada teralis ranjang.

“Biar saya yang suapin Bu Winie yach!” ucapnya sambil menyodorkan sesendok nasi
goreng yang dibuatnya.
ᄃ“Kamu yang masak Ris!” tanyaku ingin tahu.
“Iya, lalu siapa lagi yang masak kalau bukan saya, kan di rumah cuma tinggal kita
berdua, si Wati kan udah saya suruh pulang duluan sebelum hujan tadi turun!” kata supir
mesum ku.
“Ayo dicicipi!” katanya lagi.

Mulanya aku ragu untuk mencicipi nasi goreng buatannya, namun perutku yang memang
sudah terasa lapar, akhirnya kumakan juga sesendok demi sesendok. Tidak kusangka nasi
goreng buatannya cukup lumanyan juga rupanya. Tanpa terasa nasi goreng di piring dapat
kuhabisi juga.

“Bolehkan saya memanggil Bu Winie dengan sebutan mbak?” tanyanya sambil


membasuh mulutku dengan tissue.
“Boleh saja, memang kenapa?” tanyaku.
“Engga apa-apa, biar enak aja kedengaran di kupingnya.”

ᄃ Kalau saya boleh manggil Mbak Winie, berarti Bu Winie eh.. salah maksudnya Mbak
Winie, panggil saya Bang aja yach!” celetuknya meminta.

“Terserah kamu saja ” kataku.


“Sudah nggak capai lagi kan Mbak Winie!” sahut supir mesum ku.
“Memang kenapa!?” tanyaku.
“Masih kuatkan?” tanyanya lagi dengan senyum binal sambil mulai meraba-raba tubuhku
kembali.

Sejujurnya aku tidak rela tubuhku diperkosanya namun aku tidak mampu untuk menolak
permintaannya yang membuat tubuhku dapat melayang-layang di udara seperti dulu saat
aku pertama kali menikah dengan suamiku.

TAMAT

Perawat Rumah Sakit

Diterbitkan Januari 12, 2019

Ngentot kali ini menceritakan kenikmatan serang perawat dengan bule seperti kami kutip
dalam Cerita ngentot perawat, Ngentot perawat, cerita ngentot dengan perawat, cerita
perawat ngentot, cerita panas ngentot perawat seksi, Langsung aja deh kita nikmati sama
sama alur ceritanya..

Pengalaman sex saya biasa saja. Sebelum menikah dengan suamiku Satya, aku pernah
melakukan hubungan sex dengan pacar pertamaku. Karena aku seorang perawat RS,
maka aku mempunyai pengalaman melihat dan memegang berbagai macam kemaluan
lelaki, sebab saat aku memandikan pasien, maka mau tak mau dan suka tak suka aku
membersihkannya. Dan kuakui sebenarnya aku mempunyai libido yang di atas rata rata,
sebab kalau aku memandikan pasien, sering aku jadi terangsang sendiri.

Setelah menikah aku hanya berhubungan dengan Satya, namun kuakui, aku pernah
melakukan beberapa kali bercumbu sampai dengan oral sex dengan 2 orang dokter yang
baik dan kami saling bersimpati. Ada keinginan untuk sampai dengan hubungan sex
sesungguhnya tapi sungguh aku dan kedua dokter itu hanya sampai dengan oral saja.
Dengan oral kami sama-sama mencapai orgasme walaupun bukan orgasme genital, tapi
cukup memberikan kepuasan bagi kami masing masing.

ᄃ Keadaan berubah, saat aku bertugas di VIP dan mendapatkan seorang pasien yang
sangat simpatik, walaupun sebenarnya awalnya aku kurang suka karena dia adalah
seorang pria hitam asal Nigeria yang mondar mandir antara Jakarta dan Lagos. Orangnya
pendiam tidak banyak bicara, mungkin karena banyak menahan sakitnya. Tubuhnya
timggi besar, kulitnya hitam, tapi kelihatan terawat tubuhnya. Dia dirawat disebabkan
terserang sakit radang usus yang cukup akut, sehingga selama lebih dari 2 minggu tidak
diperkenankan dokter untuk turun dari bed dan dua minggu berikutnya setelah dioperasi
baru dinyatakan sembuh total.
Selama 5 minggu lebih, hampir sepenuhnya aku yang merawat. Aku ditunjuk oleh dokter
kepala untuk merawatnya karena dari semua perawat senior hanya aku yang mampu
berkomunikasi dengan bahasa Inggris. Aku dibebaskan dari tugas-tugas lain dan
berkonsentrasi sepenuhnya pada pasien VIP ini.

Pada awalnya tidak ada yang aneh, hubungan kami hanya sebatas antara perawat dan
pasien. Pasien yang bernama Siof ini hanya bisa berkomunikasi dengan bahasa Inggris
dengan dialek Afrika. Pada awalnya agak sulit juga aku menangkap maksudnya.

ᄃ Singkat cerita aku merawatnya dengan tulus sebagai perawat. Selama minggu pertama
tugasku tidak begitu banyak, hanya mencek selang infus, mengamati suhu tubuhnya,
denyut dan tekanan jantungnya serta menyibin dengan pispot untuk buang air. Pada
minggu kedua selang mulai dilepas, tugasku bertambah menyuapinya bubur sumsum cair
dan membersihkan tubuhnya dengan memandikannya. Dia mulai agak banyak berbicara,
bercerita tentang negerinya, bisnisnya dan keluarganya. Ternyata dia mempunyai seorang
anak dan seorang istri. Dia pun menanyakan tentang aku. Tingkah lakunya benar benar
kalem dan sopan, tidak seperti yang aku bayangkan sebelumnya bahwa orang Negro
bertemperamen keras atau urakan.

Kejadian diawali ketika aku jaga malam saat Siof sudah dalam masa penyembuhan
setelah operasi pemotongan usus. Aku diminta datang lebih awal seperti biasa untuk
memandikan si Negro itu. Tidak seperti biasanya, kali ini penisnya sedikit ereksi saat aku
bersihkan. Sebenarnya sudah terlalu sering aku melihat berbagai penis, tapi yang hitam
legam baru kali ini. Apalagi ukurannya, saat tidak ereksi saja besarnya sudah melebihi
punya Satya, malah sedikit lebih panjang. Saat aku perhatikan wajah Siof, dia tenang
saja, tapi matanya terpejam seperti menikmati saat penisnya aku bersihkan.

“Thank’s a lot Rin” katanya berterima kasih setelah selesai.

ᄃ Dan aku cuma tersenyum, senang karena pekerjaanku dihargai. Malamnya setelah
tugasku menyuapinya makan malam dan tugas lain selesai, seperti biasa aku
menemaninya kalau sedang tidak ingin menonton TV. Saat aku masuk ke kamarnya, Siof
sedang membaca pocket book. Buku itu langsung diletakkan sambil tersenyum, dan
seperti biasa aku duduk di sofa, tapi kali itu Siof meminta aku duduk di kursi sebelahnya.
Aku pindah dan kutanyakan keadaannya seperti biasa. (Percakapan kami untuk
seterusnya langsung aku terjemahkan dalam bahasa Indonesia).

“Saya merasa segar, tapi kadang-kadang masih sakit”. ujarnya sambil berusaha
mendekatkan tubuhnya ke arahku, tapi aku larang untuk bergerak.

Akhirnya kami mengobrol kesana kemari dan dia bertanya, mengapa aku baik sekali
terhadapnya, sebab kalau di negaranya perawat tidak sebaik aku, menurutnya. Tentu saja
itu adalah tugasku sebagai perawat, karena dengan merawatnya sebaik mungkin, pasien
akan lebih tenang dan diharapkan akan cepat pulih.

“Terima kasih, kamu telah membuat aku cepat sembuh” katanya tanpa ekspresi.
“Bukan aku, tapi obat dan semangatmu yang membuat kamu cepat baik” sahutku.
“Setelah aku sembuh nanti, bisa kita berteman?”.
“Apa mau kamu, orang kaya berteman dengan seorang perawat?”. Kulihat dia terkejut
dengan ucapanku yang sekenanya.
“Berteman tidak ada kata kaya atau miskin, atau dibatasi dengan suku atau bangsa”
katanya lirih, sambil meraih tanganku. Kubiarkan tanganku dielus tangan besar dan hitam
itu. Kontras sekali kulihat dengan tanganku yang termasuk putih.
“Boleh aku cium tangan yang telah merawatku selama ini?”. Siof melirikku meminta
persetujuan. Kubalas senyumannya dan mengangguk. Siof tersenyum dan mencium
tanganku sambil memejamkan matanya.

ᄃ Seterusnya kami teruskan mengobrol dan tanganku terus dibelainya. Jam 10.00 malam,
kuanjurkan Siof tidur, dan dia mengerti. Tapi aku terkejut saat aku berdiri, ditariknya
tanganku dan menarik wajahku. Aku terkejut dan jantungku serasa copot, tapi ternyata
Siof tidak mengarah mencium bibirku, Siof mencium keningku sambil mengatakan
terima kasih dan selamat malam. Kuucapkan selamat malam juga dan kubalas kutepuk-
tepuk pipinya.

Dua hari setelah itu, ketika aku memandikan Siof pagi-pagi, saat aku masuk kamarnya
ternyata Siof masih teridur. Sambil mempersiapkan peralatan mandinya, dia terbangun
sambil mengucapkan selamat pagi. Dia bertanya, mengapa tadi malam tidak datang? Aku
minta maaf, karena harus membuat laporan para pasien.

Seperti biasa kami mengobrol sambil aku memandikan raksasa ini. Tapi aku kembali
terkejut, ternyata kali ini ******nya dapat ereksi penuh. Aku tercengang dengan
ukurannya, dan saat aku bersihkan lipatan di ‘kepala’ (Siof tak disunat), terasa semakin
keras, rupanya Siof menikmatinya. Kuperhatikan nafasnya semakin memburu karena
terangsang, dan lirih kudengar tarikan panjang nafasnya sambil mendesah.

Setelah selesai dan aku akan keluar ruangan, diraih dan diciumnya tanganku serta sekali
lagi aku ditarik dan kali ini selain keningku, pipiku juga diciumnya. Aku tersenyum dan
kubalas ciuman di pipinya.

ᄃ Setelah kejadian itu kami semakin dekat rasanya. Hari berikutnya sama seperti
sebelumnya, tapi pada hari ketiga setelah kejadian itu, aku sengaja membawa penggaris,
aku ingin mengukur panjangnya, penasaran rasanya. Penggaris aku siapkan dan aku
masukkan pada buku status pasien.

Seperti biasa, pagi pagi jam 5.00 aku siap memandikan Siof. Dan kali ini dia sudah
bangun dan sudah semakin sehat. Kembali saat aku bersihkan di balik kulit kepala
****** yang tidak disunat itu, terasa semakin keras, sengaja aku kocok perlahan supaya
lebih maksimal. Dan saat saat dia memejamkan matanya, diam-diam aku ambil penggaris
yang sudah aku siapkan. Tapi rupanya Siof memperhatikan tingkahku, dia tersenyum
lebar hingga aku sedikit malu dibuatnya.

“Berapa senti Rin..?” katanya masih tersenyum.


“23 senti” jawabku malu, aku benar benar malu.

Sambil meletakkan penggaris, tangan kananku tanpa sadar terus mengocok pelan-pelan,
dan diremasnya lenganku sambil berdesis-desis menikmatinya. Ada rasa kasihan juga,
setelah kurangsang ternyata dia terangsang berat. Maka tanpa pikir panjang, aku teruskan
membelai dan mengocok dengan busa sabun yang semakin banyak. Dan hanya dalam
beberapa detik, lenganku dicengkeram kuat dan menyemburlah sperma Siof sambil
berdesis tertahan panjang menahan kenikmatan.

ᄃ Banyak dan sangat kental sperma yang keluar. Melihat pemandangan itu aku jadi horny
juga rasanya, dan aku merasakan celanaku basah. Cepat-cepat aku bersihkan semua,
karena aku takut ada orang masuk ke kamar ini. Sebelum aku keluar, Siof sempat
mengucapkan terima kasih.

“Terima kasih Rin, kamu baik sekali” ujarnya sambil membelai-belai tanganku. Aku
balas dengan anggukan dan senyuman. Diraihnya wajahku dan diciumnya pipiku dan kali
ini bibirku dikecupnya, walaupun hanya ujung bibirku dan hanya sesaat.

Sempat dua kali lagi aku mengeluarkan pejunya sebelum akhirnya dia sudah dapat mandi
sendiri. Namun kejadian berikutnya adalah dua hari sebelum Siof keluar rumah sakit.

Pada malam itu seperti biasa dan saat itu tidak banyak laporan yang kubuat saat aku jaga
malam dan aku menemaninya sebelum tidur. Saat aku masuk kamarnya dia membaca
buku di sofa panjang. Kami mengobrol banyak, tentang waktu dia kuliah di Inggris,
tentang anaknya dan akhirnya obrolan sampai di momen saat aku mengeluarkan
spermanya. Aku katakan bahwa aku kasihan dengannya saat terangsang berat saat itu dan
sekali lagi dia mengucapkan terima kasih.

ᄃ Setelah waktunya tidur, aku bimbing dia untuk ke tempat tidur. Namun dia tidak
langsung ke tempat tidur, tapi malah hanya pindah duduk di sofa tunggal. Aku berdiri
dihadapannya. Siof menengadah memandangku sayu. Dengan nada bergetar, dia
memintaku untuk mencium, sambil menunjuk kemaluanku. Aku bingung untuk
menolaknya, takut tersinggung, kalap dan marah. Belum aku menjawabnya, tangannya
sudah menyusup ke dalam bajuku mengusap paha luarku. Dan makin ke atas akhirnya
menurunkan CDku. Tersentak aku, tapi aku tanpa berpikir panjang malah membuka
kancing baju seragamku bagian bawah, aku pikir dia hanya akan mencium sesaat saja.

Terlepaslah CDku dan disibakkannya bajuku. Aku terdiam mematung. Tapi aku pasrah
saja dan saat bibir kemaluanku tersentuh, semakin bergetar tubuhku. Akhirnya aku malah
merapatkan kemaluanku ke bibir Siof dan kuangkat satu kakiku di sandaran tangan sofa.
Dan tanpa sadar aku mulai menggoyangkan pinggulku, supaya Siof lebih leluasa
menciumi nonokku dan akhirnya aku pun malah dapat menikmati.

ᄃ Semakin kuat kurasakan lidahnya menari dan menjelajahi seluruh lekuk nonokku. Aku
merasakan cairan epirtelku semakin deras seiring dengan rangsangan yang semakin kuat,
semakin nikmat lidah yang sesekali menyelinap ke dalam. Kuelus elus kepala Siof dan
akhirnya tubuhku mengejang dan kurapatkan kepala Siof. Dan rupanya Siof tanggap
bahwa aku akan mencapai puncak. Orgasme. Maka dihisapnya klit-ku kuat-kuat serta
ujung lidahnya cepat sekali menggelitik itilku. Nikmat sekali rasanya.

“Uuhh.” lenguhanku tertahan. Kurapatkan kakiku dengan tubuh mengejang.


Setelah Siof selesai mencumbu nonokku, aku lemas dan kurebahkan tubuhku sesaat di
bed pasien. Aku minta supaya ******nya jangan dimasukkan, Siof memaklumi dan
seluruh sisa cairan lendir birahi yang masih ada di sekitar nonokku dibersihkan dengan
lidahnya. Oh enak sekali. Namun aku buru buru mengancingkan baju dan CD-ku
kukantongi lalu aku segera meninggalkan ruangan inap Siof dengan lari-lari kecil.

Esoknya aku sulit melupakan peristiwa tersebut, tapi nikmat juga untuk dikenang.
Paginya seperti biasa aku kontrol. Dan dia sudah kelihatan segar, walaupun tubuhnya
masih agak lemah. Terus terang aku ada keinginan dalam hatiku untuk menikmati barang
besar dan panjang tersebut. Tapi tidak tahu bagaimana mesti memulainya, malu juga
untuk memulai.

TAMAT

Masih perawan dan cantik pembantuku

Diterbitkan Januari 04, 2019

Kisah ini mungkin bisa dibilang biasa saja, yakni tentang pembantu rumah tangga
(pembantu rumah tangga) yg diperkosa juragannya. Memang tak ada yg istimewa kalo
cuma kejadian semacam itu, tetapi yg membuat kisah ini unik adalah karena aqu tak
hanya diperkosa juraganku sekali. Tetapi, setiap kali ganti juragan hingga tiga kali aqu
selalu mengalami perkosaan. Baik itu perkosaan kasar maupun halus. Aqu akan
menceritakan kisahku itu setiap juragan dalam satu cerita.

Begini kisahku dgn juragan pertama yg kubaca lowongannya di koran. Dia mencari
pembantu rumah tangga untuk mengurus rumah kontrakannya karena ia sibuk bekerja.
Aqu wajib membersihkan rumah, memasak, mencuci, belanja dll, pokoknya seluruh
pekerjaan rumah tangga. Untungnya aqu menguasai semuanya sehingga tak menyulitkan.
Apalagi gajinya lumayan besar plus aqu bebas makan, minum serta berobat kalo sakit.

Manajer sekitar 35 tahunan itu bernama Den Sintho, asal Medan dan sedang ditugasi di
kotaqu membangun suatu pabrik. Mungkin sekitar 2 tahun baru proyek itu selesai dan
selama itu ia mendapat fasilitas rumah kontrakan. Ia sendirian. Istri dan anaknya tak
dibawa serta karena taqut mengganggu sekolahnya kalo berpindah-pindah.
Sebagai wanita Jawa berusia 25 tahun mula-mula aqu agak taqut menghadapi kekasaran
orang etnis itu, tetapi setelah beberapa minggu aqupun terbiasa dgn logat kerasnya.
Pertama dulu memang kukira ia marah, tetapi sekarang aqu tahu bahwa kalo ia bersuara
keras memang sudah pembawaan. Kadang ia bekerja sampai malam. Sedangkan
kebiasaanku setiap petang adalah menunggunya setelah menyiapkan makan malam.
Sambil menunggu, aqu nonton TV di ruang tengah, sambil duduk di hamparan permadani
lebar di situ. Begitu suara mobilnya terdengar, aqu bergegas membuka pintu pagar dan
garasi dan menutupnya lagi setelah ia masuk.

ᄃ“Tolong siapkan air panas, Yem,” suruhnya suatu petang, “Aqu kurang enak badan.”
Aqupun bergegas menjerang air dan menyiapkan bak kecil di kamar mandi di kamarnya.
Kulihat ia menjatuhkan diri di kasurnya tanpa melepas sepatunya. Setelah mengisi bak air
dgn air secukupnya aqu berbalik keluar. Tapi melihat Den Sinthoiregar masih tiduran
tanpa melepas sepatu, aqupun berinisiatif.

“Sepatunya dilepas ya, pak,” kataqu sambil menjangkau sepatunya.

“Heeh,” sahutnya mengiyakan. Kulepas sepatu dan kaos kakinya lalu kuletakkan di
bawah ranjang.

“Tubuh bapak panas sekali ya?” tanyaqu karena merasakan hawa panas keluar dari
tubuhnya. “Bapak masuk angin, mau saya keroki?” tawarku sebagaimana aqu sering
laqukan di dalam keluargaqu bila ada yg masuk angin.

“Keroki bagaimana, Yem?” Baru kuingat bahwa ia bukan orang Jawa dan tak tahu apa itu
kerokan. Maka sebisa mungkin kujelaskan.

“Coba saja, tapi kalo sakit aqu tak mau,” katanya. Aqu menyiapkan peralatan lalu
menuangkan air panas ke bak mandi.

“Sekarang bapak cuci muka saja dgn air hangat, tak usah mandi,” saranku. Dan ia
menurut. Kusiapkan handuk dan pakaiannya. Sementara ia di kamar mandi aqu menata
kasurnya untuk kerokan. Tak lama ia keluar kamar mandi tanpa baju dan hanya
membalutkan handuknya di bagian bawah. Aqu agak jengah. Sambil membaringkan diri
di ranjang ia menyuruhku, “Tolong kau ambil handuk kecil lalu basahi dan seka badanku
yg berkeringat ini.” Aqu menurut. Kuambil washlap lalu kucelup ke sisa air hangat di
kamar mandi, kemudian seperti memandikan bayi dadanya yg berbulu lebat kuseka,
termasuk ketiak dan punggungnya sekalian.

“Bapak mau makan dulu?” tanyaqu.

“Tak usahlah. Kepala pusing gini mana ada nafsu makan?” jawabnya dgn logat daerah,
“Cepat kerokin aja, lalu aqu mau tidur.”

ᄃ Maka ia kusuruh tengkurap lalu mulai kuborehi punggungnya dgn minyak kelapa
campur minyak kayu putih. Dgn hati-hati kukerok dgn uang logam lima puluhan yg
halus. Punggung itu terasa keras. Aqu berusaha agar ia tak merasa sakit. Sebentar saja
warna merah sudah menggarisi punggungnya. Dua garis merah di tengah dan lainnya di
sisi kanan.

“Kalo susah dari samping, kau naik sajalah ke atas ranjang, Yem,” katanya mengetahui
posisiku mengerokku kurang enak. Ia lalu menggeser ke tengah ranjang.

“Maaf, pak,” aqupun memberanikan diri naik ke ranjang, bersedeku di samping kanannya
lalu berpindah ke kirinya setelah bagian kanan selesai.

“Sekarang dadanya, pak,” kataqu. Lalu ia berguling membalik, entah sengaja entah tak
handuk yg membalut pahanya ternyata sudah kendor dan ketika ia membalik handuk itu
terlepas, kontan nampaklah penisnya yg cukup besar. Aqu jadi tergagap malu.

“Ups, maaf Yem,” katanya sambil membetulkan handuk menutupi kemaluannya itu.
Sekedar ditutupkan saja, tak diikat ke belakang. Sebagian pahanya yg berbulu nampak
kekar.

“Eh, kamu belum pernah lihat barangnya laki-laki, Yem?”

“Bbb..belum, pak,” jawabku. Selama ini aqu baru melihat punya adikku yg masih SD.

ᄃ“Nanti kalo sudah kawin kamu pasti terbiasalah he he he..” guraunya. Aqu tersipu malu
sambil melanjutkan kerokanku di dadanya. Bulu-bulu dada yg tersentuh tanganku
membuatku agak kikuk. Apalagi sekilas nampak Den Sintho malah menatap wajahku.
“Biasanya orang desa seusia kau sudah kawinlah. Kenapa kau belum?”

“Saya pingin kerja dulu, pak.”

“Kau tak ingin kawin?”

“Ingin sih pak, tapi nanti saja.”

“Kawin itu enak kali, Yem, ha ha ha.. Tak mau coba? Ha ha ha..” Wajahku pasti merah
panas.

“Sudah selesai, pak,” kataqu menyelesaikan kerokan terakhir di dadanya.

“Sabar dululah, Yem. Jangan buru-buru. Kerokanmu enak kali. Tolong kau ambil minyak
gosok di mejaqu itu lalu gosokin dadaqu biar hangat,” pintanya. Aqu menurut. Kuambil
minyak gosok di meja lalu kembali naik ke ranjang memborehi dadanya.

“Perutnya juga, Yem,” pintanya lagi sambil sedikit memerosotkan handuk di bagian
perutnya. Pelan kuborehkan minyak ke perutnya yg agak buncit itu. Handuknya nampak
bergerak-gerak oleh benda di bawahnya, dan dari sela-selanya kulihat rambut-rambut
hitam. Aqu tak berani membaygkan benda di bawah handuk itu. Tetapi baygan itu segera
jadi kenyataan ketika tangan Den Sintho menangkap tanganku sambil berbisik, “Terus
gosok sampai bawah, Yem,” dan menggeserkan tanganku terus ke bawah sampai
handuknya ikut terdorong ke bawah. Nampaklah rambut-rambut hitam lebat itu, lalu..
tanganku dipaksa berhenti ketika mencapai zakarnya yg menegang.

“Jangan, pak,” tolakku halus.

“Tak apa, Yem. Kau hanya mengocok-ngocok saja..” Ia menggenggamkan penisnya ke


tanganku dan menggerak-gerakkannya naik turun, seperti mengajarku bagaimana
mengonaninya.

“Jangan, pak.. jangan..” protesku lemah. Tapi aqu tak bisa beranjak dan hanya menuruti
perlaquannya. Sampai aqu mulai mahir mengocok sendiri.

ᄃ“Na, gitu terus. Aqu sudah lama tak ketemu istriku, Yem. Sudah tak tahan mau
dikeluarin.. Kau harus bantu aqu.. Kalo onani sendiri aqu sudah sulit, Yem. Harus ada
orang lain yg mengonani aqu.. Tolong Yem, ya?” pintanya dgn halus. Aqu jadi serba
salah. Tapi tanganku yg menggenggam terus kugerakkan naik turun. Sekarang tangannya
sudah berada di sisi kanan-kiri tubuhnya. Ia menikmati kocokanku sambil merem melek.

“Oh. Yem, nikmat kali kocokanmu.. Iya, pelan-pelan aja Yem. Tak perlu tergesa-gesa..
oohh.. ugh..” Tiba-tiba tangan kanannya sudah menjangkau tetekku dan meremasnya.
Aqu kaget, “Jangan pak!” sambil berkelit dan menghentikan kocokan.

“Maaf, Yem. Aqu benar-benar tak tahan. Biasanya aqu langsung peluk istriku. Maaf ya
Yem. Sekarang kau kocoklah lagi, aqu tak nakal lagi..” Sambil tangannya membimbing
tanganku kembali ke arah zakarnya. Aqu beringsut mendekat kembali sambil taqut-taqut.
Tapi ternyata ia memegang perkataannya. Tangannya tak nakal lagi dan hanya menikmati
kocokanku.

Sampai pegal hampir 1/2 jam aqu mengocok tetapi ia tak mau berhenti juga.

“Sudah ya, pak,” pintaqu.

“Jangan dulu, Yem. Nantilah sampai keluar..”

“Keluar apanya, pak?” tanyaqu polos.

“Masak kau belum tahu? Keluar spermanyalah.. Paling nggak lama lagi.. Tolong ya, Yem,
biar aqu cepat sehat lagi.. Besok kau boleh libur sehari dah..”

ᄃ Ingin tahu bagaimana spermanya keluar, aqu mengocoknya lebih deras lagi. Zakarnya
semakin tegang dan merah berurat di sekelilingnya. Genggaman tanganku hampir tak
muat. 15 menit kemudian.

“Ugh, lihat Yem, sudah mau keluar. Terus kocok, teruuss.. Ugh..” Tiba-tiba tubuhnya
bergetar-getar dan.. jreet.. jret.. cret.. cret.. cairan putih susu kental muncrat dari ujung
zakarnya ke atas sperti air muncrat. Aqu mengocoknya terus karena zakar itu masih terus
memuntahkan spermanya beberapa kali. Tanganku yg kena sperma tak kupedulikan. Aqu
ingin melihat bagaimana pria waktu keluar sperma. Setelah spermanya berhenti dan dia
nampak loyo, aqu segera ke kamar mandi mencuci tangan.
“Tolong cucikan burungku sekalian, Yem, pake washlap tadi..” katanya padaqu. Lagi-lagi
aqu menurut. Kulap dgn air hangat zakar yg sudah tak tegang lagi itu serta sekitar
selangkangannya yg basah kena sperma..

“Sudah ya pak. Sekarang bapak tidur saja, biar sehat,” kataqu sambil menyelimuti tubuh
telanjangnya. Ia tak menjawab hanya memejamkan matanya dan sebentar kemudian
dengkur halusnya terdengar. Perlahan kutinggalkan kamarnya setelah mematikan lampu.
Malam itu aqu jadi sulit tidur ingat pengalaman mengonani Den Sintho tadi. Ini benar-
benar pengalaman pertamaqu. Untung ia tak memperkosaqu, pikirku.

ᄃ Tetapi hari-hari berikut, kegiatan tadi jadi semacam acara rutin kami. Paling tak
seminggu dua kali pasti terjadi aqu disuruh mengocoknya. Lama-lama aqupun jadi
terbiasa. Toh selama ini tak pernah terjadi perkosaan atas vaginaqu. Tetapi yg terjadi
kemudian malah perkosaan atas mulutku. Ya, setelah tanganku tak lagi memuaskan, Den
Sintho mulai memintaqu mengonani dgn mulutku. Mula-mula aqu jelas menolak karena
jijik. Tapi ia setengah memaksa dgn menjambak rambutku dan mengarahkan mulutku ke
penisnya.

“Cobalah, Yem. Tak apa-apa.. Jilat-jilat aja dulu. Sudah itu baru kamu mulai kulum lalu
isep-isep. Kalo sudah terbiasa baru keluar masukkan di mulutmu sampai spermanya
keluar. Nanti aqu bilang kalo mau keluar..” Awalnya memang ia menepati, setiap hendak
keluar ia ngomong lalu cepat-cepat kulepaskan mulutku dari penisnya sehingga
spermanya menyemprot di luar mulut. Tetapi setelah berlangsung 2-3 minggu, suatu saat
ia sengaja tak ngomong, malah menekan kepalaqu lalu menyemprotkan spermanya
banyak-banyak di mulutku sampai aqu muntah-muntah. Hueekk..! Jijik sekali rasanya
ketika cairan kental putih asin agak amis itu menyemprot tenggorokanku. Ia memang
minta maaf karena hal ini, tapi aqu sempat mogok beberapa hari dan tak mau
mengoralnya lagi karena marah. Tetapi hatiku jadi tak tega ketika ia dgn memelas
memintaqu mengoralnya lagi karena sudah beberapa bulan ini tak sempat pulang
menjenguk istrinya. Anehnya, ketika setiap hendak keluar sperma ia ngomong, aqu justru
tak melepaskan zakarnya dari kulumanku dan menerima semprotan sperma itu. Lama-
lama ternyata tak menjijikkan lagi.

ᄃ Demikianlah akhirnya aqu semakin lihai mengoralnya. Sudah tak terhitung berapa
banyak spermanya kutelan, memasuki perutku tanpa kurasakan lagi. Asin-asin kental
seperti fla agar-agar. Akibat lain, aqu semakin terbiasa tidur dipeluk Den Sintho.
Bagaimana lagi, setelah capai mengoralnya aqu jadi enggan turun dari ranjangnya untuk
kembali ke kamarku. Mataqu pasti lalu mengantuk, dan lagi, toh ia tak akan
memperkosaqu. Maka begitu acara oral selesai kami tidur berdampingan. Ia telanjang,
aqu pakai daster, dan kami tidur dalam satu selimut. Tangannya yg kekar memelukku.
Mula-mula aqu taqut juga tapi lama-lama tangan itu seperti melindungiku juga. Sehingga
kubiarkan ketika memelukku, bahkan akhir-akhir ini mulai meremasi tetek atau pantatku,
sementara bibirnya menciumku. Sampai sebatas itu aqu tak menolak, malah agak
menikmati ketika ia menelentangkan tubuhku dan menindih dgn tubuh bugilnya.

“Oh, Yem.. Aqu nggak tahan, Yem.. buka dastermu ya?” pintanya suatu malam ketika
tubuhnya di atasku.

“Jangan pak,” tolakku halus.

“Kamu pakai beha dan CD saja, Yem, gak bakal hamil. Rasanya pasti lebih nikmat..”
rayunya sambil tangannya mulai mengkat dasterku ke atas.

“Jangan pak, nanti keterusan saya yg celaka. Begini saja sudah cukup pak..” rengekku.

“Coba dulu semalam ini saja, Yem, kalo tak nikmat besok tak diulang lagi..” bujuknya
sambil meneruskan menarik dasterku ke atas dan terus ke atas sampai melewati kepalaqu
sebelum aqu sempat menolak lagi.

“Woow, tubuhmu bagus, Yem,” pujinya melihat tubuh coklatku dgn beha nomor 36.

ᄃ“Malu ah, Pak kalo diliatin terus,” kataqu manja sambil menutup dgn selimut. Tapi
sebelum selimut menutup tubuhku, Den Sintho sudah lebih dulu masuk ke dalam selimut
itu lalu kembali menunggangi tubuhku. Bibirku langsung diserbunya. Lidahku dihisap,
lama-lama aqupun ikut membalasnya. Usai saling isep lidah. Lidahnya mulai menuruni
leherku. Aqu menggelinjang geli. Lebih lagi sewaktu lidahnya menjilat-jilat pangkal
payudaraqu sampai ke sela-sela tetekku hingga mendadak seperti gemas ia mengulum
ujung behaqu dan mengenyut-ngenyutnya bergantian kiri-kanan. Spontan aqu merasakan
sensasi rasa yg luar biasa nikmat. Refleks tanganku memeluk kepalanya. Sementara di
bagian bawah aqu merasa pahanya menyibakkan pahaqu dan menekankan zakarnya tepat
di atas CD-ku.
“Ugh.. aduuh.. nikmat sekali,” aqu bergumam sambil menggelinjang menikmati
cumbuannya. Aqu terlena dan entah kapan dilepasnya tahu-tahu payudaraqu sudah tak
berbeha lagi. Den Sintho asyik mengenyut-ngenyut putingku sambil menggenjot-
genjotkan zakarnya di atas CD-ku.

“Jangan buka CD saya, pak,” tolakku ketika merasakan tangannya sudah beraksi
memasuki CDku dan hendak menariknya ke bawah. Ia urungkan niatnya tapi tetap saja
dua belah tangannya parkir di pantatku dan meremas-remasnya. Aqu merinding dan
meremang dalam posisi kritis tapi nikmat ini. Tubuh kekar Den Sintho benar-benar
mendesak-desak syahwatku.

Jadilah semalaman itu kami tak tidur. Sibuk bergelut dan bila sudah tak tahan Den
Sinthoiregar meminta aqu mengoralnya. Hampir subuh ketika kami kecapaian dan tidur
berpelukan dgn tubuh bugil kecuali aqu pakai CD. Aqu harus mampu bertahan, tekadku.
Den Sintho boleh melaqukan apa saja pada tubuhku kecuali memerawaniku.

ᄃ Tapi tekad tinggal tekad. Setelah tiga hari kami bersetubuh dgn cara itu, pada malam
keempat Den Sintho mengeluarkan jurusnya yg lebih hebat dgn menjilati seputar
vaginaqu meskipun masih ber-CD. Aqu berkelojotan nikmat dan tak mampu menolak lagi
ketika ia perlahan-lahan menggulung CD ku ke bawah dan melepas dari batang kakiku.
Lidahnya menelusupi lubang V-ku membuatku bergetar-getar dan akhirnya orgasme
berulang-ulang. Menjelang orgasme yg kesekian kali, sekonyong-konyong Den
Sinthoiregar menaikkan tubuhnya dan mengarahkan zakarnya ke lubang nikmatku. Aqu
yg masih belum sadar apa yg terjadi hanya merasakan lidahnya jadi bertambah panjang
dan panjang sampai.. aduuhh.. menembus selaput daraqu.

“Pak, jangan pak! Jangan!” Protesku sambil memukuli punggunya. Tetapi pria ini begitu
kuat. Sekali genjot masuklah seluruh zakarnya. Menghunjam dalam dan sejurus
kemudian aqu merasa memiawku dipompanya cepat sekali. Keluar masuk naik turun,
tubuhku sampai tergial-gial, terangkat naik turun di atas ranjang pegas itu. Air mataqu yg
bercampur dgn rasa nikmat di vagina sudah tak berarti. Akhirnya hilang sudah
perawanku. Aqu hanya bisa pasrah. Bahkan ikut menikmati persetubuhan itu.

ᄃ Setelah kurenung-renungkan kemudian, ternyata selama ini aqu telah diperkosa secara
halus karena kebodohanku yg tak menyadari muslihat lelaki. Sedikit demi sedikit aqu
digiring ke situasi dimana hubungan seks jadi tak sakral lagi, dan hanya mengejar
kenikmatan demi kenikmatan. Hanya mencari orgasme dan ejaqulasi, menebar air mani!

Hampir dua tahun kami melaqukannya setiap hari bisa dua atau tiga kali. Den Sintho
benar-benar memanfaatkan tubuhku untuk menyalurkan kekuatan nafsu seksnya yg gila-
gilaan, tak kenal lelah, pagi (bangun tidur), siang (kalo dia istirahat makan di rumah)
sampai malam hari sebelum tidur (bisa semalam suntuk). Bahkan pernah ketika dia libur
tiga hari, kami tak beranjak dari ranjang kecuali untuk makan dan mandi. Aqu digempur
habis-habisan sampai tiga hari berikutnya tak bisa bangun karena rasa perih di V-ku. Aqu
diberinya pil kb supaya tak hamil. Dan tentu saja banyak uang, cukup untuk
menyekolahkan adik-adikku. Sampai akhirnya habislah proyeknya dan ia harus pulang ke
kota asalnya. Aqu tak mau dibawanya karena terlalu jauh dari orang tuaqu. Ia janji akan
tetap mengirimi aqu uang, tetapi janji itu hanya ditepatinya beberapa bulan. Setelah itu
berhenti sama sekali dan putuslah komunikasi kami. Rumahnya pun aqu tak pernah tahu
dan aqupun kembali ke desa dgn hati masygul.

Pengalaman masa kecilku

Diterbitkan Desember 27, 2018

Saat itu saya baru kelas 3 SD, jadi belum tahu apa-apa tentang seks. Apalagi berhubungan
badan. Umur saya waktu itu kira-kira masih 9 atau 10 tahun. Jadi saya rasa pembaca
sekalian pun mengerti kalau di saat-saat usia seperti itu boleh dibilang kita tidak tahu apa-
apa. Betul tidak? Sewaktu saya kecil seperti itu, saya tinggal di desa SB dengan kakek
dan nenek saya. Memang dari umur 1 sampai kira-kira 12 tahun saya tidak pernah tinggal
bersama orang tua saya. Boleh dikatakan di sana saya hidup tanpa teman, soalnya desa
saya dulunya mayoritas penduduk pribumi, sedangkan saya non pribumi. Jadi hanya
sebagian yang mau berteman dengan saya.

Karena apabila pulang sekolah saya tidak ada teman bermain, saya sering bermain sendiri
atau kadang-kadang pergi ke rumah tetangga sebelah bermain-main. Tetangga sebelah
saya juga mempunyai seorang anak dan jarang bergaul. Jadi kami selalu bermain
bersama. Oh ya saya lupa, anak tetangga sebelah saya itu adalah seorang cewek manis
dengan rambut panjang dan memiliki tinggi lebih dari saya. Dan satu lagi, umur dia lebih
tua dari saya 2 tahun. Jadi pada saat itu, dia masih berumur kira-kira 13 tahun. Memang
benar kata guru Biologi saya bahwa umumnya cewek lebih cepat dewasa ketimbang pria.
ᄃ Hampir setiap hari saya main ke sebelah, dan orang tuanya juga baik kepada saya. Ya
mungkin juga gara-gara anaknya jarang bergaul. Jadi mereka selalu senang kalau melihat
saya bermain-main dengannya. Cewek teman saya bermain ini, kita sebut saja bernama
Siska. Sering ditinggal sendiri di rumah, karena ibunya adalah seorang bidan yang setiap
hari jarang di rumah. Sedangkan ayahnya adalah seorang pekerja. Jadi otomatis kalau
ibunya pergi dia tinggal sendirian di rumah. Karena dia sering sendiri, kadang-kadang dia
datang ke rumah saya untuk mengajak saya bermain di rumahnya. Terang saja saya mau,
soalnya di rumahnya selain banyak permainan, juga bebas karena tidak ada orang yang
melarang. Karena keseringan saya bersamanya, kami sudah tidak ada perasaan malu satu
sama lain. Kami juga sering menonton acara TV berdua dan seingat saya waktu itu masih
belum ada banyak saluran. Hanya ada TVRI saja. Bila di rumah sedang kosong, kami
habiskan waktu dengan bermain-main, seperti main catur, main rumah-rumahan dan bila
sudah bosan kami duduk berdampingan nonton TV bersama. Apabila nonton film horor
saya sangat senang karena apabila dia ketakutan kami sering berpelukan. Karena dia lebih
tua dari saya, tak jarang saya mendapat pelajaran tentang apa saja darinya.

ᄃ Saya ingat pada suatu siang karena kecapaian bermain, saya tertidur di kamarnya.
Mungkin karena dia juga kecapaian dia tidur juga di samping saya dan ketika saya
bangun saya merasakan tangan saya sudah memegang sesuatu yang lembut dari tubuhnya
dan ketika saya lihat ke samping ternyata tangan saya sedang memegang dadanya yang
pada saat itu masih belum membesar tapi sudah lumayan untuk dinikmati. Karena belum
mengerti apa-apa saya menggerakkan tangan saya untuk menggeser agar tidak
mengganggu tidurnya, namun tangannya yang lembut tiba-tiba menangkap tangan saya
agar tetap berada di dadanya. Sambil menggerak-gerakkan tangannya yang menangkap
tangan saya di dadanya, saya lihat dia sepertinya keenakan. Dan walaupun saya waktu itu
belum mengerti tentang yang begituan, tapi naluri saya mengatakan untuk terus
melanjutkan kegiatan itu tanpa dikomando. Saya pun meletakkan tangan saya satu lagi ke
payudaranya dan meremas-remasnya perlahan. Walaupun dia masih dalam keadaan tidur
dan berpakaian lengkap. Namun sensasi yang saya rasakan waktu itu begitu indah.
Bahkan kemaluan saya bisa berdiri sangat tegang.

Dia yang sudah merasakan bahwa tangan saya telah bergerak sendiri pun mulai
melepaskan genggamannya pada tanganku dan membiarkan tangan saya bergerak sendiri.
Kemudian tangannya bergerak menuju ke batang kemaluan saya yang sudah berdiri tegak
tetapi karena waktu itu saya masih kecil, jadi batang kemaluan saya juga kecil dan masih
botak. Saya terang saja kaget, karena dia tiba-tiba mengeluarkan kemaluan saya dan
menggenggamnya. Saya waktu itu tidak mengerti apa maunya dan tidak pernah mengerti
soal bagituan. Namun semakin lama saya semakin merasakan nikmat yang susah
dilukiskan dengan kata-kata. Saya melihat dia telah membuka matanya dan melihat dia
tersenyum melihat wajah polos saya yang tidak mengerti soal begituan. Dia kemudian
dengan tangan satunya lagi mengangkat kaosnya ke atas dan sekarang hanya tinggal kaos
kutangnya saja. Tangan saya yang kembali diam ditariknya kembali ke perutnya yang
telanjang dan mengusap-usapkannya. Saya pun mulai mengusap-usap perutnya yang
berkulit halus dan putih itu, karena saya merasakan bahwa kulitnya sangat enak dielus.

ᄃ Dia yang tahu kalau saya sejak kecil tidak pernah tinggal bersama orang tua kemudian
bertanya, "Tango, apakah kamu pernah minum ASI?" saya hanya menggeleng dan terus
menikmati usapan tangan saya dan genggaman tangannya di batang saya. "Apakah kamu
mau mencoba?" saya mengangguk dengan cepat, karena seumur-umur saya tidak pernah
merasakan. Dia pun kemudian membuka kaos kutangnya dan terlihat olehku sepasang
bukit yang tidak begitu tinggi mencuat ke atas. Kemudian dia menghentikan aktifitasnya
dan duduk bersila bersandar di dinding. Dengan bertelanjang dada dia kemudian
mengambil kepala saya dengan lembut dan ditariknya agar rebah di pangkuannya dan
setelah saya rebah dengan kepala tepat berada di pangkuannya. Dia kemudian memegang
payudaranya yang sebelah kanan dan menyodorkannya ke mulut saya. Saya kemudian
pun menghisap-hisap payudaranya. Dia tertawa kegelian dan kembali menangkap batang
kemaluan saya dan mempermainkannya kembali.

"Kak, kok nggak ada susunya", protes saya waktu itu.


"Kita kan sekarang lagi main rumah-rumahan, jadi kita ecek-ecek aja."
Saya pun mengangguk dan kembali menghisap payudaranya yang masih berwarna merah
muda itu.
"Nah, sekarang saya berperan jadi mama, dan kamu anak mama yang masih kecil jadi
kamu harus nurut", katanya lagi dan saya tetap setuju walau saya kurang mengerti arah
permainannya.

ᄃ Tapi saya tidak perduli karena sepertinya permainan rumah-rumahan seperti begini
yang baru pertama kali kami mainkan sepertinya sangat menarik dan mengasyikkan.
Karena batang kemaluan saya terus dipermainkan dengan tangannya, tiba-tiba saya
merasakan seperti ingin kencing. "Siska, eh, mama saya mau kencing." Dia pun
menghentikan kegiatannya dan kemudian mengangkat kepala saya kemudian berkata,
"Oke.. sekarang mama bawa kamu ke kamar mandi dan sekalian mandi yah." Saya
kembali mengangguk. Sesampai di depan pintu kamar mandi, dengan masih bertelanjang
dada dia kemudian membuka semua pakaian saya. Saya hanya menurut, dan kini saya
tanpa sehelai benang pun yang menutup ditariknya tangan saya ke kamar mandi, dia pun
kemudian menutup pintu dan mulai membuka celananya plus CD-nya. Kini untuk
pertama kalinya saya melihat dia telanjang bulat di depan saya. Entah kenapa kemaluan
saya yang tadi sempat turun, kembali naik setelah melihat dia jongkok untuk pipis
sehingga kemaluannya yang sudah mulai ditumbuhi bulu-bulu halus terlihat jelas.

Liang kemaluannya yang kemerah-merahan membuat saya terbengong. "Lho, katanya


mau kencing?" katanya sambil tersenyum dan kembali memandang junior saya yang
sudah naik tinggi. Saya pun kemudian berjalan menuju klosetnya dan kencing di sana,
tapi kencing saya sedikit saja. Setelah selesai bahu saya kemudian dipegangnya dan
kemudian dia membalikkan tubuh saya dan kembali terlihat oleh saya teman bermain
saya yang kini berperan sebagai ibu dengan rambut diikatnya ke atas dengan tanpa
busana. Kemudian dia pun mulai memandikanku seperti seorang ibu memandikan
anaknya atau bila boleh dikata memandikan suaminya, sebab dia selalu saja memegang
kemaluan saya.

ᄃ Setelah selesai memandikan saya, saya dimintanya untuk menunggu sebentar dan
duduk di kloset karena dia bilang kalau sekarang giliran mama yang mandi. Saya hanya
duduk dan melihat dia mandi. Setelah ia selesai membersihkan badannya. Dia kemudian
berjalan menuju saya dan berkata, "Sstt.. sekarang ceritanya kamu sudah besar dan
sedang mandi dengan istrimu", kemudian dengan sikap jongkok dia kembali sekali lagi
menggenggam batang kemaluan saya dan kali ini dia masukkan ke mulutnya yang
mungil, sambil dikocok-kocok dan mengulumnya. Saya merasakan geli dan nikmat
menjadi satu. Kemudian entah naluri dari mana tangan saya berusaha menggapai
payudaranya. Melihat tangan saya bergerak dan berusaha menggapai payudaranya tapi
tidak sampai karena Siska sedang berjongkok, dia pun kemudian naik dan membungkuk
dengan mulut tak lepas dari batang kemaluanku dengan maksud agar tanganku sampai ke
dadanya.

Setelah sampai saya pun meremas-remas dadanya. Setelah lama bermain dengan gaya
begitu, dia kemudian berdiri, dan menyuruh saya agar ikut berdiri. Saya kembali hanya
mengikutinya karena saya menganggap permainannya kali ini sangat menarik. Dia
kemudian menyandarkan saya ke dinding kemudian saya lihat wajahnya sangat dekat ke
wajah saya. Saya sering melihat adegan berciuman di TV, maka saya pun ingin
merasakan berciuman dan saya rasa dia juga demikian. Maka sedetik kemudian kami
sudah saling mengulum walaupun pada saat itu kami tidak mengerti caranya. Kami hanya
saling mengisap dan mengulum. Karena saya waktu itu lebih rendah beberapa centi
darinya. Jadi sewaktu ia menciumku, tubuhnya sangat rapat dan saya dapat merasakan
payudaranya menekan ke dada saya, sedangkan di bawah saya merasakan kalau
pinggulnya bergerak maju mundur, sebab saya waktu itu bisa merasakan kalau batang
saya yang sudah tegak itu bergesekan dengan selangkangannya yang maju mundur.

ᄃ Setelah puas berciuman tanpa bicara dia kemudian memegang kemaluan saya dan
mengarahkan ke liang kemaluannya. Namun pada saat itu saya rasa dia telah mengerti
soal keperawanan sedangkan saya tidak tahu apa-apa (yang penting enak) dia hanya
memasukkan sedikit batang kemaluan saya ke liang kemaluannya. Hanya kira-kira 1/3
dari panjangnya dia genggam dan masukkan ke lubang kemaluannya. Kemudian setelah
dia taksir tepat, dia pun mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga tepat 1/3
bagian yang masuk ke lubangnya. Waktu itu saya melihat dia seperti merasakan
kenikmatan yang luar biasa karena berkali-kali dia mendesah dan mendesis.

Setelah beberapa menit saya merasakan ada cairan hangat membasahi batang kemaluan
saya dan saya melihat dia berhenti dari aktifitasnya sesaat dan kemudian mencabut
kemaluan saya. Dia kemudian mencolek sedikit cairan yang keluar dari lubang
kemaluannya dan menciumnya. "Ini apa yah? kok bisa keluar dari memekku?" tanyanya
kepada saya. Terang saja saya tidak tahu dan saya pun ikut mencolek sedikit dari
kemaluannya. Sewaktu jari saya mencolek kemaluannya saya melihat dia mengejang
sedikit, mungkin saat itu saya menyentuh klitorisnya. Dan saya pun menciumnya, "Nggak
tahu yah, kok kental gini. Memangnya sebelumnya nggak pernah keluar?" dia hanya
menggeleng. "Sudah dech, nggak pa-pa, entar juga tahu sendiri", katanya santai.

ᄃ Kemudian dia pun membersihkan kemaluannya. Melihat saya masih terbengong dia
pun kemudian menarik saya dan membersihkan batang kemaluan saya. Pada saat dia
membersihkan, dia seperti mengocok-ngocok kemaluan saya dan kemudian menyiramnya
dengan air, namun tak lama kemudian saya kembali merasakan mau kencing, "Siska, saya
mau kencing nih."
"Ah.. kamu kan tadi baru kencing masa kencing lagi", jawabnya dengan tangan tetap
membersihkan kelamin saya.
"Sis, udah nggak tahan nih, udah mau keluar", ucap saya sambil menahan sesuatu yang
akan keluar.
"Keluarkan aja kalau memang ada", tantangnya.
Dan curr.. akhirnya saya tidak dapat menahannya dan kami berdua kembali terkejut dan
saling memandang satu sama lain setelah apa yang tadi saya keluarkan habis. Sejenak
saya bagai terbang ke awang-awang.

"Lho, kok kencing kamu warnanya lain?" tanyanya kepada saya.


Saya hanya mengangkat bahu.
"Sama seperti tadi, eh, kok ini kamu mengecil?" tanyanya lagi sambi menunjuk ke
kemaluanku.
Saya kembali mengangkat bahu dan menjawab, "Nggak tahu yah.. tapi waktu tadi yang
putih-putih itu keluar rasanya kok enak sekali", kali ini saya memberi respon.
"Iya, saya tadi juga merasakan kayak gitu", katanya.
"Mungkin ini sebabnya orang dewasa suka kayak gitu", sambungnya memberi alasan.
"Maksudnya?" tanyaku tak mengerti.
"Iya soalnya waktu tante saya datang dari Medan, waktu malam saya nggak sengaja liat
tante sama suaminya sedang memasukkan kelaminnya seperti yang kita lakukan tadi,
terus setelah saya intip lama, kemudian tante sama paman sama-sama bilang, Ahh.. dan
kemudian mencabutnya, mungkin itu rasa nikmat karena cairan kayak gini keluar", Siska
menjelaskan panjang lebar.
"Ooo.. tapi rasanya enak lho, lain kali kita main kayak gini lagi mau?" ajak saya.
"Ok, tapi kata mama saya, saya nggak boleh masukkan sesuatu ke memek saya dalam-
dalam, katanya entar bisa berdarah, jadi saya takut. Tapi lain kali kita mainnya kayak tadi
aja yah?"
Kali ini saya setuju dan mengangguk cepat.

ᄃ Kemudian kami mandi sekali lagi dan berpakaian kembali.


"Eh, Tango lu jangan bilang siapa-siapa yah tentang yang kita lakukan tadi, entar kita bisa
dimarahin", larangnya.
"Ok dech, tenang aja.. habis mandi enaknya ngapain yah?"
"Yuk kita nonton TV aja, sambil nunggu mamaku pulang."
Dan kami pun menonton acara kartun di TV yang pada saat itu sedang menayangkan
kartun Kura-Kura Ninja. Setelah kartunnya habis, tak lama kemudian mama Siska
pulang, dan saya pun mau pulang untuk belajar. Karena rumah saya hanya di sebelah dan
hanya dibatasi pagar batu rendah, saya pun biasa pulang dengan memanjat pagar itu.
Setelah sampai di atas pagar saya dengar Siska berteriak, "Tango, besok-besok kita main
rumah-rumahan lagi yah?" Saya kemudian mengangguk dan mengacungkan jempolku
kepadanya.

Nah, setelah kejadian itu saya semakin sering ke rumahnya, namun karena mamanya
sekarang jarang keluar siang, jadi kami jarang bermain, dan seingat saya, saya hanya
sempat bermain seperti itu empat kali dengannya dan selama kami bermain rumah-
rumahan, keperawanannya tetap terjaga. Karena waktu saya umur 13 tahun, nenek saya
dipanggil Tuhan. Dan saya pun dibawa kembali bersama orang tua saya dan melanjutkan
sekolah saya di kota M, dan sampai sekarang saya jarang pulang ke desa SB dan bila saya
ke sana saya sudah tidak pernah berjumpa Siska. Kata keluarganya dia ikut tantenya
keluar kota. Dan pernah suatu kali saya pulang ke SB dan bertemu dengannya, kami
hanya senyum-senyum tanpa berbicara, sebab kami berdua sepertinya malu kalau
mengingat kejadian sewaktu kami belum mengerti apa-apa.

Nita Gadis Aceh Yang Bahenol

Diterbitkan Januari 12, 2019

Perkenalkan, Namaku Rizal, asli Banda Aceh yang kesehariannya bekerja sebagai abdi
Negara, ini adalah kisah nyata yang berhubungan dengan pangkal paha
kejadian berawal dari sebuah perkenalan yang tidak terduga, pagi itu tanggal 03 April
2014 saya sedang menjalankan rutinitas saya sebagai pengatur lalu lintas, Alhamdulillah
tidak ada kecelakaan dan kejadian menonjol lainnya dari pagi menjelang petang hingga
aku memutuskan untuk kembali ke Pos.
Dalam perjalanan menuju Pos, aku mendapati seorang bapak2 yang menjadi korban
tabrak lari, langsung deh naluri pahlawanku muncul dengan cepat melarikan sibapak ke
Rumah Sakit terdekat di kawasan Lamprit, Banda Aceh.
Sesampai ke Rumah Sakit, si bapak langsung saya fasilitasi dengan meminta bantuan
dokter dan perawat dsana dan Alhamdulillah mereka juga sangat professional dalam
menangani pasien.

Tidak ada satupun keluarga korban yang mengetahui kejadian ini dan aku putuskan untuk
menunggu hingga beberapa saat lagi, lagian jam baru menunjukkan jam 12 siang.
Tak lama berselang, si Bapak mulai siuman dan mengejutkan ku dari lamunan, dia pun
bertanya…
Nak, dimana saya? Kenapa kaki dan badan saya di perban?
Saya pun menjelaskan kronologis kejadian hingga beliau sekarang berada dirumah sakit,
lantas saya bertanya…
Bapak tinggal dimana? Boleh saya mengabari keluarga bapak? Karena nanti jam 2 Siang,
saya harus pamitan kembali ke Kantor.
Dan sibapak langsung menyarankan saya untuk menghubungi nmr telp yang
diberikannya, dan saya langsung menghubungi keluarganya.
Terdengar suara cowok yang mengagkat telp, langsung saja saya kabari kalau Bapak
Rahman (***Bukan Nama Sebenarnya) sedang dirawat dirumah sakit Umum ZA karena
menjadi korban tabrak lari, selang 30 menit kemudian, keluarganya datang menjenguk si
bapak, dari situ saya dikenalkan dengan keluarganya dan mereka mengucapkan banyak
terimakasih kepada saya.

ᄃ Dari 3 Orang keluarganya yang datang (1 laki-laki dan 2 Perempuan), saya mengetahui
kalau Perempuan paruh baya pertama adalah Istrinya, umur sekitaran 40 an gitu, putih,
hidung mancung, bandannya itu lho, sexy banget (*** hehehehe). Trus, Lelaki yang aku
perkirakan sebaya dengan usiaku ini adalah Andre, yaitu anak Kedua dan sekarang
bekerja sebagai pengusaha muda. Anaknya yang Ketiga adalah Nita yang kuperkirakan
masih kuliah ini adalah putrinya sedangkan anaknya yg pertama lagi diluar negeri
Sejenak saya menenangkan mereka yang terlihat sangat terpukul dengan musibah ini, tapi
beruntung lukanya tidak terlalu parah dan dokterpun merekomendasikan si Bapak untuk
bisa dibawa pulang sore ini juga
Saya pun berpamitan karena Jam telah menunjukkan pukul 13.30 Wib, saya melihat
Andre(anaknya yg cowok) merogoh dompetnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang
untuk diberikannya kepadaku sebagai rasa terimakasih, dengan sopan saya menolak,
Maaf pak, saya masih punya uang Diapun hanya berdiridan saya ikhlas dalam
memberikan pertolongan bengong dan merasa salah tingkah karena telah mencoba
mengukur saya dari segi materi.

Setelah berpamitan dengan keluarganya, sayapun pergi meninggalkan RS menuju Pos


tempat kami beristirahat sejenak sembari makan siang bersama dengan beberapa petugas
jaga lainnya.
Tak lama berselang, HP ku bergetar menandakan ada pesan masuk, “Asslkm, Bang ini
Nita, anaknya Pak Rahman yang tadi pak Rizal selamatin, Kami sekeluarga ngucapin byk
terimakasih Pak ya, kami ga tw harus gmn membalas atas jasa kebaikan bapak”
Sayapun membalas, “Wa’alaikumslm wr.wb. Iya dex, sama2, gpp, biasa aja . Gmn kabar
ayah sekarang? Udah kok, uda tugas kami kalleee spt itu baekan Khan?”
ᄃ Trus, dia bales lagi “Alhamdllh udah Pak, ne lagi mau pulang ke rumah, sekali lagi
thank’s ya Pak”
Pas tau bokapnya uda bisa pulang, langsg aja saya telp biar ada kesan perhatian sama
keluarganya heheheee,
Mulai saat itu, komunikasi kamipun semakin lancar, nita mulai berani meminta Pin BB
ku dan perkenalanku dangan anaknya pak Rahman semakin dekat

Dari perkenalanku dengannya, ku ketahui kalau Nita adalah cewek satu2nya dalam
keluarga dan memiliki 2 abg (Andre seorang pengusaha muda dan satunya lagi adalah
Andi yang sedang melanjutkan pendidikan S2 nya di Luar negeri)
Sedangkan Nita sendiri masih Kuliah di Fak. Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda
Aceh, (sejenak saya berpikir, gilaaaaaaaaaaaaax ternyata mereka dari keluarga
Topceeeer )bodo amat ah, yg pentg khan ga ada niat macem2
Hari –hariku berlalu dengan begitu indah sejak kehadiran Nita dalam kehidupanku,
walaupun belon jadian, tapi perhatiannya sudah cukup untuk meyakinkanku kalau Nita
dan keluarganya sangat respect padaku.

Dan yg terbaru adalah malem minggu kemaren, ketika Pak Rahman dan keluarganya
mengundang makan malam aku beserta Keluarga kerumah mereka, katanya sich sebagai
ungkapan terimakasih atas pertolngan saya tempo hari, dan wajib datang membawa
keluarga, dan saya menjawab Maaf Pak, Keluarga saya lagi tidak di Banda Aceh (***
Sedikit Berbohong) dan di balasnya, ya uda gapapa yg penting Pak Rizal bisa hadir khan?
Ibu sama Nita yang masak ne,dan saya Jawab Insyaallah Bisa Pak. percakapanpun
terhenti dan memutuskan saluran telp.
Sabtu pagi saya berangkat ke Shalon untuk menata rambut dan sedikit Facial untuk bekal
jumpa keluarga pak Rahman (*** Biar kaga keliatan kusam coy / hahahaha ) Nita pun
mengkonfirmasi kepastian saya, lama kelamaan, perhatian antara kami berdua semakin
dekat bahkan sudah layaknya org yang berpacaran.

ᄃ Sabtu Malam ditemani Toyota Rush kesayangan gua langsung meluncur ke kawasan
Ajun menuju rumah doi, tepat pukul 20.10 Wib saya telah tiba di depan pagar rumahnya
yang megah dengan deretan Mobil mewah, setelah membunyikan klakson, Nita
mengarahkan ku untuk membuka Pintu pagar dan mempersilakan saya memarkirkan
Mobil di halaman rumahnya.
Sejenak setelah turun dari mobil, saya melihat sosok Nita telah menunggu didepan
rumahnya, dia tampak begitu anggun dan mempesona dengan balutan gaun tanpa
mengenakan jilbab, Kulit Putih, Hidung Mancung, Langsing, Sexy, Payudara montok,
dan betis yang menawan memaksaku untuk menelan ludah sendiri, sambil berjalan aku
beranikan diri untuk berbisik ditelinganya “Nit, kamu tampak begitu anggun dan
mempesona, Kamu cantik “ dan Nitapun membales dgn mencubit pinggangku manja
sambil tersenyum

Setiba didalam rumah, dengan ditemani Nita saya melihat Ibu dan Pak Rahman sedang
menunggu di Ruang Tamu sambil nonton acara televisi, kamipun menghampiri mereka
dengan bersalaman sambil mencium tangan keduanya (*** Dalam adat kami, jika
bersalaman sambil mencium tangan itu menandakan respect kita kpd org yg kita hormati)
sayapun langsung diajak ke Meja Makan yang menyediakan Banyak menu makanan yang
tidak mungkin bisa dihabiskan kalau Cuma berempat.

Acara makan malam Cuma dihadiri pak Rahman dan istrinya serta Nita yang
bersebelahan mendampingiku, akupun bertanya “lho… Bg Andre kmana Pak? Kok gak
ikut makan bersama? Andre uda kejakarta siang tadi, katanya sich ada Lobi Proyek
disana… Ibunya nyelutuk dan aku hanya terpaku menjawab Oooooooooooo

ᄃ Dari pembicaraan kami malam itu, dapat kusimpulkan bahwa Pak Rahman adalah
seorang Pejabat beliau menjabat sbg Agt DPD Asal Aceh masa Jab 2009 – 2014 dan
kembali mencalnkan diri pada pemilu legislatife x ini. Beliau punya 3 Org anak, 2 Cowok
dan 1 Cewek, Anak pertama Adalah Andi yg sekrg mengambil S2 Di Belanda, Anak
kedua adalah Andre yang sedang meniti karir dibidang Kontraktor dan sibungsu Nita
yang Kuliah Di Fak. Kedokteran di salah satu fak ternama di Aceh.

Suasana semakin akrab dan saya memberanikan diri memanggil mereka Ayah dan Ibu
sedangkan mereka mulai memanggilku dengan sebutan “Anak” Merekapun mulai
memberanikan diri untuk mengexplorasi tentang kepribadianku, mulai dari Keluarga,
hingga asmaraku, Ibupun mulai memberanikan diri mempromosikan Nita kepada saya
sambil berkata, “Nak, kami khan jarang2 ada di Aceh, sering di Jakarta karena bapak
sering dsana, selama kami enggak disini, Nak rizal sering2 maen kemari ya, tlg jagain
Nita, kalau Nita macem2 tar laporin ibu aja (*** Busset dah gw piker, gua dapet lampu
ijo terang benderang neh dari keluarganya)
ᄃ Nita pun ngelantur, iiiiiiiiiiiiii Mami, masaq ampe segitunya, khan nita bukan anak kecil
lagi, uda bisa jaga diri juga kaleeeeeee :-p
Percakapan tidak terasa, hingga jam menunjukkan pukul 23.45 Wib, dan sayapun
berpamitan kepada Ibu dan pak rahman, selanjutnya Nita mengantarkan saya hingga
keluar, selama dalam pjalanan dari meja makan ke halaman depan, nita terlihat terus
menggandeng tangan saya manja serasa enggan melepas hangatnya keakraban malam ini

" Thank’s ya Nit atas malam ini, jujur, abg senang bisa berkenalan dengan keluarga
kalian, " kata gw.

" Iya bang, Thank’s juga ya uda menghadiri undangan kami, dan nita ga mau kalo ini
malam terakhir abg kemari, " kata nita tersenyum manis.

" Iya saiank, " Gua beranikan diri untuk manjain Nita, sambil mencium kening dan
memegang erat tangannya yg lembut, kemudian gw bisikin “Nit, I Love u”

" I Love u too, " balas Nita pelan.


Yang diakhiri dengan pelukan mesra dan mulai saat itu kami mulai jadian

Semenjak saat itu, Nita menjadi topic baru dalam kehidupanku.


Keesokan harinya, setelah jam Dinas selesai, kami janjian jalan2 dan jam 5 sore aku
jemput Nita di rumahnya setelah pamitan dengan ibunya, ibunya Cuma berpesan,
pulangnya jangan terlalu larut malam ya nak, ga enak diliatin tetangga, kalo mau pacaran
di rumah aja, jgn diluar takoet di tangkap WH. (WH=Polisi Syariat, yg kerjanya Cuma
ngejar2 org pacaran)
Dalam hati aku tertawa girang, setan ne ibu2, tau aja gua ngajakin anaknya untuk ambel
jatah preman
Kwakakaka

ᄃ Terus aja gua nyelutuk sambil tersenyum nakal Iya mi, ntar siap makan2 kami lgsung
pulang kok
dan kamipun berangkat.
Dalam perjalanan, gua nanya sama nita, Nit, maksud ibu tadi appa ya? Kok ibu bilang
kalo pacaran dirumah aja? Emank ibu uda tau ya kita jadian? tanyaku heran
Mmmmm, kenapa? Ga bolle ya nita cerita? ibu tau kok, tadi pagi sebelum bergkat ke
kampus adex certain sama mimi, nita deket x sama mimi, jadi apapun yg terjadi sama
Nita, mimi pasti org pertama yang Nita kabarin, nita mencoba memberikan penjelasan.

Oooooooooo, gapapa kok, btw gimana respons Mimi? Dia setuju khan dengan hubungan
kita? Yeeeeeeee si abang, kallo mimi ga setuju, mana dikasie adex keluar sama cowok,
apalagi cowok’a jelek item n jahat kayak abang nita mencubit pinggang gua sambil
tersenyum manja dan merebahkan kepalanya ke bahu.

Suasana pun berubah menjadi sepi, diam dan tak ada lagi basa basi, gua tetep fokusin
untuk tetep tenang sambil membelai kepalanya yang ditutupi jilbab, beruntung mobil gua
keluaran Matic, jadi tangan kiri bisa bebas bergerilya sama mainan baru ini (hahahah)
Langsung aja gua puterin music Katty Perry kesukaan doi, biar dia lebh menikmati
sensasi dan indahnya sore ini.

ᄃ Nita yang tampak nyaman dengan posisinya ini tampak acuh dengan permainan tangan
ku, setelah puas tangan kiriku membelai kepalanya yg ditutupi hijab, langsung aja gua
buka tu jilbab karena sangat mengganggu pemandangan dan sensasi Sex gua, dan
Alhamdulillah Nitapun engga keberatan

Mata gua terbelalak melihat Nita tanpa jilbab bersandar dan rebahan di bahu gua, kali ini
gua memberanikan diri untuk membelai lehernya dan mencoba menyerempet2
payudaranya, Nitapun tanpa komentar dan tampaknya sangat menikmati sensasi baru
kami ini dan akupun bisa dengan leluasa memainkan, meremas dan membelai
payudaranya yang ranum ini.

Tanpa kami sadari, kamipun tiba di kawasan Elee Lee, yaitu kawasan yg selalu dipenuhi
pengunjung di soree hari hanya untuk melepaskan penat karena seharian capek bekerja,
disana kami singgah di salah satu coffe yang menyediakan Jagung bakar dan es kelapa
muda, tidak ada yang aneh2 selama disana karena banyak pengunjung lain yg juga
bersebelahan dengan kami.

ᄃ Aku mulai benar2 jatuh cinta pada nita, terlepas dari dia Nafsuin, pribadinya juga
sangat cocok jika kelak aku jadikan istri.
Dia ingin aku kenalkan dengan keluargaku, dan aku berjanji akan membawanya kerumah
ku besok pagi, layaknya muda-mudi lainnya, kami juga menikmati sunset yang
menandakan sore bakal bergansi shift dengan malam dan itu adalah waktunya kami untuk
kembali
Sesampainya di mobil, gua nanya sama nita “Nit, kita langsung pulang ato jalan2 ke Mall
dulu? Tar siap dinner baru kita balek kanan dan nitapun mengiyakan permintaan keduaku

Laju mobil kuarahkan menuju pusat perbelanjaan, setelah memastikan mobil dalam
kondisi aman di park area, kamipun masuk mall dengan bergandengan tangan, Nita
tampak sangat manja dan sangat menikmati kebersamaan ini, begitu juga dengan ku.
Jam menunjukkan pukul 20.15 Wib, biar kaga penasaran orang tuanya, langsung aja gua
telp ibunya untuk mengabari kadang kami telat pulang kerumah, karena sudah jam segini
kami belon makan dan pastinya menghabiskan banyak waktu pas dinner nanti.

Hallo Assalamualaikum, ini ijal mi, Mi…! kadang kami agak maleman pulangnya mi ya,
Kenapa? Miminya bertanya, tuh si Nita, kallo uda belanja lama banget milih2nya (gua
beralibi kallo si Nita adalah pelaku utama kami telat pulang hehehehe) Ooooooooooo Iya
gapapa, Nita emank suka gitu kallo belanja nak, Malam ne makan di rumah aja nak ya…
Ibu uda masak sop sayur kesukaan Nita.

Tapi Mi, ga enak kalo ijal tiap hari makan dirumah mimi, aku memotong perbincangan,
ibunya menjawab, ya engga lah, lagian dirumah ga ada orang, Bapak belon pulang
katanya sich ada kerjaan dan ada rapat di kantor Gubernur, Oooooooooooo, iya deh mi,
nanti kami pulang agak cepetan kalo gitu, iya nak, mimi tunggu ya, Wssalkmum. Dan
perbincangan kamipun terputus.

Gua yang mulai rada gerah mengajak Nita untuk pulang, setelah lunasi belanjaan, kami
menuju mobil dengan tujuan pulang ke rumah Nita.
ᄃ Dalam perjalanan dari mall menuju rumahnya, kami kembali bergerilya, langsung aja
gua raba2 payudaranya, dan disaat mau gua emmut itu bibir, nita berbisik, nanti aja kita
lanjutin dirumah abg fokusin nyetir aja dulu, bales dendamnya ntar kalo kalo uda nyampe
rumah (** busset dah, jantung gua mau meledak rasanya mendapat jawaban spontannya
yg seakan tanpa beban) Okke dech beiby jelek, tapi udahan dunk ngeraba punya abg,
khan ga mungkin ntar nyampe rumah abg harus jalan ngangkang, khan malu sama ibu,
hehehehe

Nitapun kembali merapikan baju dan memakai jilbabnya, sesampai dirumah, kami
langsung menuju ruang makan, rumah tampak begitu sepi, gua Tanya sama nita kok
rumah sebesar ini ga ada orangnya, nita menjawab kalo malam rumahnya kosong selain
keluarga mereka doing, kalo pagi sampe siang ada pembantu yg bersih2 rumah.

Trus, mimi kemana? Tadi nyuruh kita makan dirumah tapi miminya ga ada, bentar ya,
Nita panggilin, biasanya kalo jam segini mimi pasti lagi nonton di kamarnya dan aku
dipersilakan menungu di ruang tamu.

Ga lama berselang, nita kembali dengan hanya menggunakan tank top dan celana
hotpants nya sambil berkata “yank… mimi katanya uda makan, tadi nunggu kita
kelamaan makanya mimi makan duluan, dan dikuti hadirnya mimi dari belakang sambil
mengarahkan kami ke ruang makanditemeni ibunya.

Tapi miminya ga makan lagi, mimi Cuma duduk menemani kami sambil cerita tentang
Nita dan Ibupun merestui hubungan kami, sama seperti Nita miminya juga sangat ingin
berjumpa dengan keluargaku, katanya biar mereka gak was-was lagi kalo nita ditinggalin
sendiri di aceh, karena abgnya Andre meskipun tinggal di Aceh namun sering pulang
pergi keluar kota.

Selesai makan, gua pamitan pulang, namun mash ditahan sama nita, katanya pulangnya
ntar lagi aja sambilan ngawanin Nita belajar, miminya sich no koment dan langsung
meniggalkan kami dengan senyuman manis menuju kamarnya

Setelah ditinggal ibunya, kami melanjutkan nonton dilantai atas bersama nita, gua
perhatikn jam mash menunjukkan pukul 21.50 wib dan mash ada waktu buatku hingga
satu jam kedepan.

ᄃ Selama berada diatas, Nita menyalakan siaran TV yang menayangkan berita pemilu,
tanpa komando khusus, langsung gua emut bibirnya yang dibalas dengan pagutan
indahnya, gua jilat leher, telinga dan payudaranya dari lini-perlini dan nitapun mendesah
dengan indahnya.

Tak peduli dengan desahannya, guapun memberanikan diri untuk membuka baju dan
melepas ikat BHnya, langsung aja gua mainin putting susu, menjilat dan menggigit manja
pentilnya yang mengakibatkan mata mita merem melek menikmati nimatnya
bersenggama.

Selagi asik bercinta, ibunya memanggil dari lantai bawah dan mengacaukan pikiran kami.
Nitttttttttttaaaaaaaaaaaaaa…………
Iyyaaaaa miiiiiiiiiiiiiiiiii………… nita kekasihku menjawab.
Ngapaen diatas?
Ga ada mi, duduk2 aja…………
Aku jadi salah tingkah jadinya, karena suara nita tadi terlalu besar waktu mendesahnya
Jangan buat yg melewati batas Nak ya………. Mimi ga mau kalo Anak mimi hamil
duluan.

Sontak, kata2 terakhir membuat gua terkejut, kamipun bengong dengan komentar ibunya
seakan melegalkan kami melakukan hubungan badan.

ᄃ Nita denger mimii enggaaaaaaaaaaak? Miminya mengingatkan kembali dan dijawab


dengan manja oleh kekasihku Iyyaaaaaaaaaaaa miiiiiiiiiiiii, ga bakalan hamil kok
(Horeeeeeeeeeeeee, hatiku gembira riang tak terkira, hahahahahaa)
Akhirnya nita menarik tanganku menuju kamarnya, selama didalam kamar kami bisa
melakukannya dengan lebh leluasa, ga ada lagi perasaan was-was dan takut karena
ibunya sudah mengetahui perbuatan kami.

Langsung aja gua telanjangi nita, menjilati setiap keindahan dan pancaran bau tubuhnya
dari centi per centi, mulai dari berpagutan bibir, gua jilatin leher, telinga, payudara,
pangkal paha hingga vaginanya yang tak 1 pun gua lewatin.

Nitapun mengulum penis gu yang sudah menegang total dan kami melakukan posisi 69.
Setelah 30 menit melakukan pemmanasan global, akhirnya nita bombing kontol gua
menuju liang senggamanya, pelan2 gua gesek dibantu dengan tangannya akhirnya kami
mencoba melakukan penetrasi se lembut mungkin, gua ga mau main terlalu memaksa
karena gua tau nita belum pernah melakukan hal sejauh ini sebelumnya, hal ini diperkuat
dengan mengalirnya darah segar dari vagina Nita yang membasahi batang kemaluanku.

Setelah 15 menit mencoba, akhirnya setengah kemaluan ku berhasil masuk ke liang


senggamanya nita, kasian juga melihat kekasihku sakit menahan perih dan kuputuskan
untuk tidak terlalu memaksa melakukannya.
Sambil berbisik gua berpesan, saiank… kalau ga sanggup jgan dipaksain, mash ada hari
esok yg bisa kita manfaatkan untuk saling berbagi, dan nita pun menjawab, iyya bang,
Nita ga sanggup sambil mengeluarkan air matanya.
Akhirnya aku putuskan untuk mencabut dan memeluknya dengan dekapan cinta.
Gua liatin jam sudah menunjukkan pukul 23.20, dan gua pamitan sama nita untuk pulang
kerumah, dibawah, gua liatin miminya sambil menonton acara televisi, kaget juga gua
dibuatnya, dengan sedikit malu gua pecahkan kebuntuan dengan bertanya, kok mimi
belon tidor? Ga bisa tidoer nak, suara kalian terdengar sampe kebawah sini, kalian gak
nutup pintu ya?

Ada kok mi,…! Tapi kamu gak berbuat terlalu jauh khan sama anak kesayangan mimi?
Ibunya bertanya.
gak kok mi, mash sebatas wajar2 aja kok.
Dan akhirnya gua pamitan pulang juga sama ibunya.

Kuperkosa Ibu Tiriku Yang Seksi Di Dapur Saat Sedang Masak

Diterbitkan Januari 09, 2019

Hampir 8 tahun ibuku meninggal dunia, akupun sudah terbiasa tanpa kehadiran sesosok
ibu dalam hidupku. Tapi tidak bagi ayahku, dia merasa sangat kesepian, ayah selalu saja
meminta izin padaku untuk menikah lagi dan dengan terpaksa aku mengiyakan
permintaan dari ayahku. Karena aku juga kasian pada ayah bagaimana perasaan batinnya
tanpa kehadiaran seorang istri sebagai pelengkap hidupnya.

Selang beberapa bulan setelah mendapat izin dariku untuk menikah lagi, akhirnya ayah
memberanikan diri mengajak calon ibu tiriku ke rumah, Sebut saja namanya Hana.
Umurnya sekitar 40 tahun lebih muda dari ayahku 8 tahun. Tubuhnya agak berisi dan
wajahnya terlihat masih muda. Dia bekerja sebagai staff di kantor ayahku. Aku
memanggilnya dengan sebutan tante Hana.

Saat tante Hana main ke rumah, aku sering melihat ayah dan tanet Hana berpelukan saat
sedang menonton tv, terkadang tangan ayah dengan nakalnya mengelus buah dada tante
Hana dengan penuh gairah. Bagaimana tidak bergairah, tubuh tante Hana sangat semok
dan mempunyai buah dada yang besar bak gunung. Semenjak ayah sering membawa
tante Hana ke rumah, aku menjadi hobi coli dengan membayangkan tanta Hana.
Pada hari minggu pagi aku bangun karena kaget mendengar suara gelas pecah di dapur,
saat kulihat ada tanet Hana sedang membersihkan serpihan kaca.

“Awas jangan mendekat ada banyak pecahan kaca, tadi tak sengaja aku menjatuhkan
gelas dan pecah…” katanya sambil jongkok mengambil serpihan kaca.

Aku yang masih sedikit mengantuk dengan sekita mataku jadi terbuka lebar karena
melihat pemandangan pantat yang besar tante Hana yang saat itu memakai daster tipis.

“Kak, tolong deh tante diambilkan sapu…” ujarnya memerintahku.

“Baik tante akan aku ambilkan, tunggu sebentar…” kataku lantas berjalan mencari sapu
yang ada di halaman depan.
Sembari berjalan aku membayangkan bulatan empuk yang kulihat tadi, kontolku pun
langsung menegang dibalik celana kolor yang kupakai. Saat sudah mendapatkan sapu dan
berjalan kembali ke dapur, tanganku mengelus-elus kontolku dari luar celana kolorku.

“Ini tan sapunya…oya ayah mana tan?” tanyaku.

“Ayahmu sudah berangkat kerja dari subuh tadi, dia dapet tugas mendadak dan harus ke
kantor pusat yang ada di Jakarta, tante disuruh diem disini nemenin kamu dan disuruh
memasak juga…oya kamu mau dimasakin apa biar nanti tante masakin…” katanya
sambil menyapu serpihan kaca.

“Aku mau nasi goreng aja tan…” kataku dan lalu aku berjalan menuju kamar mandi.

Aku semakin bernafsu ketika kulihat lagi pantatnya yang bergoyang ketika sedang
menyapu, ditambah buah dadanya yang ikut bergoyang mengimpangi pantatnya. Di
kamar mandi aku langsung saja coli seperti biasa tanpa sabun dan saat sudah mencapai
punjak aku langsung mandi.

Entah kemasukan setan dari mana, aku memberanikan diri memeluk tante Hana dari
belakang, kuelus pantatnya dan kuciumi lehernya dari belakang. Tanta Hana mencoba
berontak, tapi aku semakin brutal.
“Iiihhh…kakak ngapain sih…jangan perkosa tante donk…aku ini calaon ibu tirimu…”
katanya.
“Udah diam aja tante…kamu gak cocok jadi ibuku…kamu cocoknya jadi pelucur
ayah…” kataku geram.

“Kamu ngomong apa sih kak…aku mohon hentikan kak…” katanya semakin pelan
sepertinya dia sudah terangsang juga karana lehernya terus kuciumi.

“Tante diam aja ya…nurut sama aku…aku lagi nafsu banget nih…lagian di rumah cuma
ada kita berdua ja kog…oya aku juga tau kalau tadi malem tante habis ngentot sama ayah
kan…aku dengar erangan ayah tapi aku sama sekali tak mendengar erangan tante, pasti
tante gak terpuaskan oleh ayah ya?” bisikku pelan di telinganya sambil terus kuelus
pantat dan buah dadanya dari belakang.

“Aku mohon kak, lepasin tante…” pintanya memohon sambil mengerang dan menolak
elusanku.
Tak kupedulikan omongan tante. aku terus saja mencumbu tante Hana. Aku tahu kalau
tante Hana sangat liar kalau ngentot hanya saja saat ini dia belum begitu nafsu, hanay
butuh waktu sebentar saja untuk membangkitkan gairah nafsunya.

Terus saja kuciumi dan kujilati lehernya sambil tanganku meremas-remas buah dadanya
dari belakang. Setan yang merasukiku menginginkan aku lebih dari sekedar meremas dan
menciuminya saja. Secara naluri aku segera membuka dasternya dengan cara mereboknya
dari belakang.

Dan terlihatlah punggungnya yang putih mulus, juga pantatnya yang saat itu tak memakai
CD membuatnya menjadi semakin cantik dan otomatis membuat kontolku semakin
mengeras.

Tak berlama-lama, kupaksa dia untuk menungging, dia terus saja meronta memberikan
perlawanan. Tapi aku tak memperdulikannya dan malah membuatku semakin liar.
Kumulai memasukkan kontolku dari belakang.

“Hentikan kak…aku calon ibumu…” jaritnya lagi.

“Sudah diam saja tante…kamu belum jadi ibuku…” kataku sambil menyodokan kontolku
dan kupegang punggungnya agar kontolku bisa masuk lebih dalam.
Kurasakan memek tante Hana belum terlalu basah, nampaknya dia belum begitu
terangsang dengan apa yang sudah kulakukan tadi. Kemudian kucabut kontolku lalu
kuposisikan badanku berjongkok dari belakang pantatnya dan kujilati memeknya dari
bawah.

“Aahhh…mau kamu apain lagi…” katanya dengan suara khas wanita yang sedang
menahan nikmat.

Kujilati memeknya seperti layaknya anjing yang sedang kehausan. Aku mencium bau
memek yang khas. Aku bisa merasa kalau dia sudah mulai bernafsu, dia tak lagi berontak
bahkan dia malah berpegangan ke meja kompor menahan nikmat karena jilatanku yang
liar. Dam akhirnya dia pun ikut kerasukan setan.

Dia semakin menunggingkan pantatnya dan mengoyangkannya kearah mukaku. Aku


benar-benar menikmatinya apa yang dia lakukan, sesekali kujilati bongkahan pantatnya
yang bulat seksi.

“Aku menyerah kak, kalau niatmu ingin menikmati tubuhku dan memuaskan aku, aku
persilakan tapi tolong jaga rahasia ini ya…jangan sampai ayahmu tahu…aku sayang
ayahmu…aku tak mau pernikahan kita batal, aku mau tetap mau jadi ibu tirimu…tapi aku
minta ini hanya sekali ini saja ya…aku tak mau mengkhianati ayahmu…” keluhnya.
Kemudian tante Hana membalikan badan dan aku berdiri dihadapannya sambil kutatap
tajam matanya. Tak kusangka dia tiba-tiba menciumi bibirku dengan liarnya seolah tak
ada hari esok lagi. AKupun lantas membalas ciumanya sambil meremas buah dadanya.
Tak lama setelah itu langsung saja menganngkat tubuhnya kududukkan diatas meja
makan, lalu aku mulai memasukan kontolku ke dalam lubang memeknya.

“Sssttthhhh…aaahhh…nikmat kak…kontolmu benar-benar besar dan keras beda sama


punya ayahmu…” rancunya keenakan.

Genjotankupun semakin ganas. Hampir 10menit aku menggenjotnya hingga akhirnya dia
meraih orgasme. Tapi aku belum juga mencapai klimaksku.

“Tante aku belum bisa keluar….” keluhku padanya.


Seperti orang kelaparan dia langsung turun dari meja dan menjilati kontolku dengan
ganasnya. Dia benar-benar mahir sponge kontol. Kontolku hampir habis ditelannya. Tak
lama kemudian kutekan kepalanya dan…

“Ooooohhh…tanteee aku keluaaaarrr….aahhh…” erangku. Kumuntahkan semua


spermaku ke dalam tenggorokannya.

Singkat cerita diapun akhirnya menikah dengan ayahku juga. Aku sangat senang sekali
karena hampir sebulan sekali aku selalu mengajaknya ngentot diapun mau karena
menurutnya aku yang bisa memuaskannya. Katanya kontolku ayahku tak sekeras
kontolku.

TAMAT

Kecanduan Kemaluan Pria

Diterbitkan Januari 02, 2019

Hallo, nama saya Lilian. Saya mau bercerita tentang pengalaman saya beberapa waktu
yang lalu. Saya adalah wanita yang memiliki hyperseksual yang dalam hal ini kecanduan
akan kebiasaan sepongan (melakukan oral seks terhadap kemaluan pria). Sudah lama
sekali saya waktu pertama kali menghisap kemaluan pria. Waktu itu umur saya 16 tahun.
Dan setelah kejadian itu, saya sudah mendapatkan 2 kejantanan pria lagi untuk saya
sepong. Saya benar-benar tidak puas dengan tidak terpenuhinya keinginan saya untuk
menghisap kemaluan pria. Masalahnya saya sering dipingit orang tua, apalagi ditambah
dengan lingkungan sekolah saya yang merupakan sekolahan khusus cewek. Jadi saya
sering sakaw (menagih) kemaluan pria. Suatu malam, saya sudah benar-benar tidak tahan
lagi. Buku dan VCD porno pun tidak bisa memuaskan saya. Bahkan waktu saya
melakukan masturbasi pun saya tetap merasa kurang puas.

Saya yang sehabis masturbasi, membuka jendela kamar saya yang berada di lantai 2
rumah saya. Waktu itu jam 23:30. Saya melihat jalanan di depan rumah sudah sepi sekali.
Tiba-tiba ide gila saya mulai lagi. Saya dengan nekat, diam-diam keluar rumah sambil
bertelanjang tanpa sepengetahuan siapa pun yang ada di rumah karena semua sudah pada
tidur. Saya sampai nekat melompat pagar dengan harapan ada cowok atau pria yang
melihat dan memperkosa saya. Apapun asal saya bisa menghisap kemaluannya.
ᄃ Di komplek saya memang sepi sekali pada jam-jam segitu. Saya sedikit menyesal juga,
kenapa saya tidak keluar agak lebih sore. Agak dingin juga malam itu atau mungkin juga
karena saya tidak memakai selembar pakaian pun. Di ujung jalan, saya melihat masih ada
mas Agus, tukang nasi goreng langganan saya yang masih berjualan. Langsung saya sapa
dia.

“Mas Agus, nasi gorengnya dong…” pinta saya.

“Lho, mbak Lili..? Ngapain malam-malam begini masih di luar? Ngga pake apa-apa
lagi…” sahutnya sambil terheran-heran melihat saya yang tanpa sehelai benang pun di
tubuh.

“Abis panas sih, Mas. Kok tumben masih jualan..?”

Mas Agus tidak menjawab. Tetapi saya tahu matanya tidak bisa lepas dari payudaraku
yang putih polos ini.

“Ngeliatin apa mas..?” kutanya.

“Ah ngga…” katanya gugup.

ᄃ Lalu mas Agus menyiapkan penggorengannya untuk memasak nasi goreng pesananku.
Saya lihat ke arah celananya, saya tahu batang kemaluannya sudah berubah jadi
bertambah besar dan tegang. Karena saya sudah tidak tahan lagi untuk segera menghisap
kemaluannya, saya nekat juga. Saya jongkok sambil membuka ritsletingnya dan
mengeluarkan batang kejantanannya dari dalam CD-nya. Tidak pakai basa-basi, saya
masukkan alat vitalnya mas Agus ke dalam mulut saya. Saya jilat-jilat sebentar lalu saya
hisap dengan bibir. Saya yakin mas Agus merasakan senang yang tiada tara, seperti
mendapatkan rejeki nomplok. Tidak hanya itu, saya juga menjilati dua telor mas Agus.
Memang agak bau sih, tetapi saya benar-benar menikmati kejantanan mas Agus yang
sekarang dia mulai bersuara, “Mmmh… mmmh… uhhh…”

Kira-kira 15 menit saya menikmati kemaluannya mas Agus, tiba-tiba mas Agus
menyuruh saya untuk berdiri. Dia memelorotkan celana dan CD-nya sendiri sampai
bawah dan menyuruh saya berbalik. Sekarang saya membelakangi mas Agus. Mas Agus
jongkok dan menjilati kemaluan saya. Saya langsung merasakan kenikmatan yang hebat
sekali. Hanya sebentar dia melakukan itu. Selanjutnya dia berdiri lagi dan memasukkan
batang kejantanannya ke liang senggama saya. Kami berdua melakukan senggama sambil
berdiri. Saya melakukannya sambil pegangan di gerobak nasi gorengnya. Saya sudah
benar-benar merasa keenakan.

“Uuuh… akkhh… akkh… akhhh…” saya menjerit-jerit kegilaan, untung tidak ada yang
mendengar.

“Mas, kalo udah mau keluar, bilang ya…” pinta saya.

“Udah mau keluar nih…” jawabnya.

ᄃ Langsung saja saya melepaskan batang kejantanannya dari liang vagina saya dan
jongkok di hadapan kemaluannya yang mengacung tegak. Tetapi setelah saya tunggu
beberapa detik, ternyata air maninya tidak keluar-keluar. Terpaksa saya kocok dan hisap
lagi batang kejantanannya, saya jilati, dan saya gigit-gigit kecil. Setelah itu tibalah
saatnya saya menerima upah yang dari tadi saya sudah tunggu-tunggu, yaitu air maninya
yang memang lezat.

“Crot.. crot.. crot…” semuanya saya minum seperti orang yang kehausan.

Langsung saja saya telan dan saya bersihkan kejantanannya dari air mani yang tersisa.
Bertepatan dengan itu, 2 laki-laki lewat di depan kami. Ternyata mereka adalah bapak-
bapak yang tinggal di komplek ini yang sedang meronda.

“Lho, mas Agus lagi ngapain..?” kata seorang bapak di situ.

“Ah ngga pak… mmm… ini mbak Lily…” jawab mas Agus malu-malu.

“Ini Om, saya habis ‘gituan’ sama mas Agus…” saya jawab begitu nekat dengan harapan
2 bapak ini juga mau memperkosa saya seperti yang telah saya lakukan dengan si
penjuali nasi goreng.

Mereka keheranan setengah mati mendengar pengakuan saya itu.

“Adik ini tinggal dimana?” tanya salah satu dari mereka.


“Di sana, di blok F.” jawab saya.

“Ayo pulang sudah malam..!”


Dan saya pun diseret pulang. Saya takut setengah mati karena jika sampai saya dibawa
pulang, pasti ketahuan sama orang tua dan saya bakal digantung hidup-hidup.

Di tengah jalan, saya beranikan diri berkata pada mereka, “Om, mau nyusu ngga..?”

“Jangan main-main kamu…”

“Ayolah Om…. saya tau kok, Om mau juga kan ngewe sama saya..?”

Mendengar itu, si Om langsung terangsang berat. Saya langsung mengambil kesempatan


meraba-raba batang kejantanannya yang tegang.

“Ayo dong Om… saya pengen banget lho…” saya bilang lagi untuk menegasakan
maksud saya.

Bapak yang satunya lagi langsung setuju dan berkata, “Ya udah, kita bawa ke pos ronda
aja pak Karim…” dan pak Karim pun setuju.

Setibanya di sana, ternyata masih ada 3 orang lagi yang menunggu di sana, termasuk
bang Parli, hansip di komplek saya. Saya kegirangan sekali, bayangkan saya akan
mendapatkan 6 batang kejantanan dalam semalam. Gila… beruntung sekali saya malam
itu. Setelah kami berenam ngobrol-ngobrol sebentar tentang kejadian antara saya dan mas
Agus, saya langsung memberanikan diri menawarkan kesempatan emas ini ke mereka,
“Saya sebenernya pengen banget ngerasain barangnya bapak-bapak ini…”
Mereka langsung terlihat bernafsu dan terangsang mendengar perkataan saya, dan saya
jeas mengetahuinya. Saya suruh mereka berlima melepas celana dan CD mereka sendiri
dan duduk di bangku pos hansip itu. Mereka berbaris seperti menunggu dokter saja.
Batang kemaluan mereka besar-besar juga. Saya langsung memulai dengan batang
kejantanan yang paling kanan, yaitu senjata keperkasaannya bang Parli. Saya hisap, saya
gigit-gigit kecil, saya kocok di dalam mulut saya, dan saya jilati keseluruhan batangnya
dan termasuk juga telurnya. Begitu juga pada batang keperkasaan yang kedua, ketiga,
keempat, dan yang terakhir miliknya pak Karim.
Setelah selesai, saya masih belum puas kalau belum meminum air mani mereka. Lalu
saya duduki batang kejantananmya bang Parli sampai masuk ke liang senggama saya.
Saya kocok-kocok di dalam vagina saya. Sementara itu, pak Karim dan satu bapak
lainnya menjilati dan menghisap puting susu saya, sedangkan yang dua bapak lainnya
menunggu giliran. 10 menit setelah itu, saya sudah setengah tidak sadar, siapa yang
menggenjot lubang senggama saya, siapa saja yang menghisap buah dada saya, batang
kejantanan siapa saja yang sedang saya sepong, seberapa keras jeritan saya dan berapa
kali saya sudah keluar karena orgasme. Ada pula saatnya ketika satu senjata kejantanan
masuk ke lubang vagina saya, sedangkan satu senjata lagi masuk ke lubang anus saya
sambil saya menghisap 3 batang kemaluan secara bergantian. Pokoknya saya sudah tidak
sadar lagi. Karena merasakan kenikmatan yang benar-benar tiada tara.
Untungnya mereka tidak mengeluarkan air maninya di dalam lubang kewanitaan saya,
kalau tidak bisa hamil nanti saya… berabe dong..! Lagipula saya berniat meminum
semua air mani mereka. Akhirnya saat yang saya tunggu-tunggu, yaitu saatnya saya
berjongkok di depan mereka dan mereka mengelilingi wajah saya sambil mengocok-
ngocokkan barang mereka masing-masing. Sesekali saya masih juga menghisap dan
menyedot kelima batang kejantanan itu dengan lembut.

Akhirnya, “Crot… crot… crot… crot…. crot…” saya malam itu seperti mandi air mani.
Saya merasa puas sekali.

Waktu pulang, saya diantarkan bang Parli, si hansip. Ketika sudah sampai di depan rumah
saya, sekali lagi bang parli membuka ritsletingnya dan menyodokkan batang
kejantanannya ke dalam lubang senggama saya. Saya melakukannya sambil nungging
berpegangan ke pagar depan rumah saya. Selama 10 menit saya dan bang parli
melakukan senggama di depan pagar rumah saya. Air maninya sekarang terpaksa
dikeluarkan di punggung saya. Saya tidak menyesal karena air maninya kali ini tidak
terlalu banyak. Saya melompat pagar lagi, dan masuk ke kamar diam-diam. Sampai di
kamar sudah jam 3 lebih. Badan saya seluruhnya malam itu bau sperma. Saya langsung
tidur tanpa mandi dahulu karena besoknya saya harus ke sekolah. Saya yakin mereka
semua akan tutup mulut sebab takut dengan istri mereka masing-masing.

Kalau ada cowok-cowok yang mau dihisap batangnya dan diminum air maninya, hubungi
saya melalui emali saya. Siapa tahu saya lagi sakaw berat…
Kupuaskan Ibu Kostku Hanya Dengan Satu Tembakan

Diterbitkan Januari 09, 2019

Karena masih karyawan baru aku belum mendapatkan fasilitas perumahan dari kantor.
Aku harus mencari kost yg harganya miring yg kusesuaikan dgn gajiku. Dan dengan
terpaksa aku harus meninggalkan anak istriku di rumah mertuakan. Aku akan pulang
sebulan sekali setelah menerima gaji setiap bulannya.Setelah mencari-cari akhirnya aku
mendapatkan kost di rumah sebuah keluarga yg memiliki rumah khas Yogya yang cukup
besar dengan 4 buah kamar dan hanya ditinggali sepasang suami istri. Mereka
mempunyai seorang anak yg sekarang kuliah di Jakarta. Mereka menyewakan kamarnya
dengan harga yang cukup murah. Mereka menerima aku untuk kost di rumahnya hanya
untuk sekedar menemani mereka dengan pertimbangan aku sudah berkeluarga sehingga
cuma aku yg kost disini.

Pak Heri nama pemilik kostku beliau merupakan seorang pegawai negri sipil berusia 52
tahun. Sebenarnya kalo dilihat dari fisik beliau lebih mirip serang anggota TNI karena
bertubuh tinggi (182 cm) kekar dan berkumis tebal. Diusianya sekarang badannya masih
kekar. Tampangnya terlihat sangar tapi orangnya ramah dan baik bahkan suka bercanda.

Istrinya yang akrab di panggil bu Heri adalah seorang ibu rumah tangga biasa yang sudah
berusia 46 tahun. Orangnya lembut. Wajahnya biasa-biasa saja tapi karena kulitnya yang
kuning bersih jadi beliau masih kelihatan menarik walau bentuk tubuhnya sudah tidak
ramping lagi tapi perutnya tidak terlihat buncit layaknya ibu2 seusia dia mungkin karena
tingginya yang 162 cm dan dia rajin minum jamu jawa. Kelihatannya mereka adalah
pasangan yang serasi dan merekapun sangat baik terhadapku membuat aku betah kost di
rumah mereka sehingga tidak terasa sekarang sudah bulan ke enam aku kost disini.
Sabtu malam sekitar pukul 01.30 aku terbangun karena berasa mau pipis dan akupun
melangkah ke kamar mandi yang letaknya agak di belakang. Hampir semua lampu
dipadamkan kecuali di ruang makan itupun hanya lampu yang 5 watt. Saat aku menoleh,
mataku tertuju pada sinar lampu yang agak terang, yang keluar dari celah pintu kamar
bapak dan ibu Heri yang sedikit terbuka. Timbul rasa penasaranku, aku iseng ingin
melihat apa yang terjadi di dalam kamar itu. Akupun menunda ke kamar mandi dan
pelan-pelan mendekati celah pintu yg sedikit terbuka itu. Di dalam kamar aku melihat
pak Heri dan istrinya sama-sama telanjang.
Rupanya mereka akan melakukan hubungan suami istri. Entah aku ketinggalan episode
awalnya atau tidak, aku ngga tahu, aku ngga melihat mereka melakukan warming up.
Yang aku lihat saat itu posisi bu Heri sudah telentang memperlihatkan tubuhnya yang
masih mulus walau tidak langsing lagi dengan gundukan memek tertutup dengan bulu
jembut yang lebat sedangkan suaminya sudah berlutut diantara kedua pahanya dengan
memegangi kemaluannya yang berukuran sesuai tubuhnya yang tinggi besar untuk
diarahkan ke memek bu Heri.
Aku terkagum dengan ukuran kemaluan pak Heri, akupun berdebar tak sabar menunggu
permainan mereka yg aku yakin akan seru. Aku membayangkan bu heri bakalan
mendesah dan mengerang kenikmatan kayak di film-film bokep. Saat senjata pak Heri
beraksi, diam-diam batang kontolku pun mulai berdiri. Pak Heri mulai menempelkan
kemaluannya ke memek istrinya.

“Pelan-pelan aja ya pak biar lama” terdengar suara bu Heri lirih saat kemaluan pak Heri
menempel di bibir memeknya dan di balas dgn anggukan pak Heri. Kemudian pak Heri
terus mendorong kemaluannya di lubang memek istrinya…hingga akhirnya
“Bleeesss….” diiringi dengan desahan mereka berdua secara bersamaan.

Pak Heri menggenjot pelan memek istrinya diiring dgn desahan dan erangan yg keluar
dari mulut bu Heri. Belum sampai pada genjotan ke 15 secara pelan-pelan mengayunkan
pantatnya dan tiba2 dia mempercepat dan semakin cepat gerakannya dan diapun
mengerang panjang,

“Aaarrrrhhhh….oooohhhh…..aku ga tahan buuuuuuu….” sambil menekankan pantatnya


rapat-rapat ke memek istrinya sebentar kemudian tubuh pak Heri ambruk diatas tubuh
istrinya.

Kulihat bu Heri agak kesal dan mencubit pantat pak Heri tp dia ngga protes sama sekali.
Mungkin sudah biasa seperti itu. Aku yg melihat adegan itu ikut kecewa karena
pertunjukannya hanya sebentar dan akupun segera melangkah pelan menuju kamar mandi
untuk kencing dan kembali tidur.
Jam 8 pagi aku baru bangun karena hari Sabtu aku libur kerja. Aku langsung ke wastafel
untuk gosok gigi. Pagi itu pak Heri sudah berangkat kerja, sedangkan bu Heri masih di
kamar mandi sedang mandi. Ketika aku selesai gosok gigi tiba-tiba dari kamar mandi
terdengar teriakan bu Heri,

“Aduuh…” Akupun segera mendekati pintu kamar mandi dan dari luar aku bertanya ke
bu Heri

“Ada apa bu?”

“Oh ndak apa-apa de Ardi, cuma daster sama pakaian dalam ibu terjatuh di lantai kamar
mandi” jawab bu Heri dari dalam kamar mandi.

“Oh kukira ada apa bu” balasku. Akupun segera menjauh dari pintu untuk melanjutkan
nyeduh kopi.
Sesaat kemudian bu Heri keluar dari kamar mandi hanya dengan melilitkan handuk yang
agak kekecilan ditubuhnya dan tangannya memegangi ikatannya takut lepas. Biasanya dia
tidak pernah melakukan ini, keluar kamar mandi selalu sudah memakai daster, makanya
dia setengah berlari apalagi saat melihat aku sedang nyeduh kopi di dapur dia semakin
gugup dan sambil menunduk dia tersipu

“Ma..maaf ya de Ardi” ucapnya.


Saking gugupnya dia tidak melihat ada bangku kecil di depanya dan ….brukk!!…aduh!!
….Membuat bu Heri sempoyongan hampir terjatuh dan otomatis dia melepaskan
tangannya dari handuknya untuk menggapai pegangan agar tidak jatuh, tentu saja
handuknya terlepas dari tubuhnya. Secara refleks aku yang ada di depan bu Heri
menangkap tubuh telanjangnya dan memeluk tubuh sintal milik bu Heri. Kami berdua
saling menatap. Sesaat aku dapat melihat dengan jelas wajah cemas bu Heri yg sudah
mulai ada kerutan di sekitar matanya tapi masih menarik. Bu Heri segera sadar kalau dia
telanjang dan hendak melepaskan diri, tapi aku malah mengetatkan pelukanku dan aku
memberanikan diri mengecup bibirnya.

“De Ardi…apa yg kamu lakukan..jangan kurang ajar kamu de…” ucapnya marah dan
mencoba memberontak hendak melepaskan pelukanku tapi aku semakin ketat
memeluknya.
“Maaf bu, aku tadi malam melihat yg terjadi antara ibu dan bapak” kataku.
“Maksudmu?” tanyanya. Bu Heri menhentikan berontaknya dan memandangku penuh
selidik.
“Kulihat bu heri semalam kecewa sama bapak karena bapak klimaks duluan tapi karena
alasan apa ibu ngga berani protes ke bapak dan ibu hanya memendam kecewa. Apa setiap
kali berhubungan badan selalu begitu bu?” tanyaku pelan.

Entah karena apa tiba2 dia menangis dan malah memelukku balik. Aku membiarkan dia
menangis di bahuku. Setelah bisa menguasai diri dia melepaskan pelukannya dan akupun
tidak menahannya lagi sehingga dia dapat memungut handuknya yang terlepas dan
menutupkannya kembali ke tubuhnya, lalu dia mulai bercerita,

“Aku memang tidak pernah mendapakan kenikmatan dan kepuasan sex. Hanya bapak
yang selalu merasa puas karena dia selalu selesai duluan, dia sangat egois, bagaimana
kalau istri de Ardi apakah mengalami hal seperti aku?”
Aku diam tak menjawab pertanyaan bu Heri tapi kembali menarik tubuh bu Heri dan
kuciumi bibirnya. Kali ini dia ngga melawan tapi juga tidak membalas ciumanku tapi saat
aku mulai mencium dan menjilat bagian bawah telinganya dia agak mendesis dan saat
aku kembali mencium bibirnya dia mulai membalasnya tapi agak kaku.

Sambil berciuman pelan-pelan aku bimbing dia ke kamarku dan dia tersadar saat aku
rebahkan tubuh sintalnya ke kasurku kemudian dia melepaskan ciumanku.
“De Ardi mau ngapain?” tanyanya.

Dengan tidak melepaskan pelukanku aku berbisik didekat telinga bu heri


“Aku akan memberikan kenikmatan dan kepuasan sex untuk ibu”
“Tapi ibu sudah tua de…” protesnya.

“Tapi ibu belum terlambat untuk menikmatinya” kataku sambil tanganku membuka
ikatan handuknya sehingga nampaklah tubuh telanjang bu Heri.
Tanpa berlama-lama aku segera membuka pakaianku. toketnya walau agak kendor masih
menarik bahkan terasa lembut saat aku merabanya dan pelan-pelan lidahku mulai
menjilati puting susunya, mata bu Heri terpejam menikmatinya dan kedua tangannya
ditelentangkan memperlihatkan ketiaknya yang mulus. Bergantian aku menjilati
putingnya sambil tanganku mengelus-ngelus gundukan jembutnya.
Kedua paha panjang mulai dibuka dan jarikupun mulai merayap ke dalam memeknya
yang mulai becek. Kedua pahanya semakin lebar dibuka sambil mulutnya mendesis
mengikuti gerakan jariku. Ciumanku mulai merayap turun ke perutnya, dia menahan geli
bercampur nikmat saat lidahku kumainkan di pusarnya. Kedua tangannya memegangi
kepalaku. Lidahku terus merayap ke gundukan jembutnya, tiba2 dia bangun dan menahan
kepalaku,

“Mau kamu apain de?” tanyany lagi. Aku kembali hanya tersenyum sambil mencium
pipinya dan berbisik

“Aku akan buat ibu melayang serasa di surga menuh kenikmatan” jawabku. Dengan
lembut aku baringkan kembali bu Heri dan kembali aku mainkan lidahku digundukan
jembutnya tapi aku tidak langsung menjilati klitorisnya aku hanya menjilati
selangkangannya.
Kuraskan memeknya semakin becek lalu aku mulai menjilati klitorisnya

“Sssstthhh…aaahhh…” desah bu Heri sambil kedua tangannya memegangi kepalaku


pantatnya terus goyang mengikuti gerakan lidahku di klitnya, pantatnya diangkat tinggi-
tingi dan kedua tangannya kuat-kuat memegangi kepalaku bahkan kadang menjambak
rambutku apalagi saat lidahku dengan cepat berputar di klitorisnya dan dia menekan kuat-
kuat kepalaku ke memeknya, aku tahu dia mau orgasme, makanya aku terus putar dengan
cepat lidahku di klitorisnya, tak berapa lama tiba-tiba tubuhnya bergetar dan mengejang
sesaat kemudian aku rasakan ada cairan hangat membasahi daguku, perlahan aku angkat
kepalaku dan aku lihat nafas bu Heri terengah-engah dadanya naik turun dengan cepat
tapi mulutnya tersenyum padaku.

“Aaahh…baru kali ini aku meraskan betapa nikmatnya orgasme…makasih ya de”


katanya sambil memelukku.
“Sekarang gantia kamu ya de” ucapnya.
“Ibu sebelumnya pernah ngisep burung bapak belum?” tanyaku.
“Pernah sih sekali tapi keluarnya cepet” jawab bu Heri.

“Ya udah kalo gitu sekarang isep punyaku ya bu, tapi jangan dihina ya punyaku ngga
sebesar punya bapak” candaku. Bu Heri hanya tertawa kecil sambil mendorong tubuhku
dan diapun mulai menjilat dan menyedot2 burungku, masih kaku caranya tapi lama-lama
dia mulai luwes mainkan lidahnya.

Akupun ngga mau diam, kutarik pahanya agar memeknya berada di atas mulut dan aku
bisa menjilati memeknya yang sudah becek jadi semakin becek bahkan sampai mengalir
ke hidungku akupun semakin bernafsu menjilati memeknya dan demikian juga bu Heri.
Ketika dia semakin kencang mengoyangkan pantatnya di mulutku dan akupun semakin
bernafsu. Aku minta ke dia agar segera memasukan burungku ke memeknya dengan
posisi dia di atas dan karena kami sudah sangat bernafsu hanya 5 menit kemudian kami
bersamaan meraih orgasme. Bu Heri orgasme yg kedua ini sangat hebat dengan posisi dia
diatas sampai dia berteriak kuat-kuat.

Berhubungan sex antara aku dan bu Heri menjadi rutin setiap Sabtu pagi, yakni disaat aku
libur dan pak Heri pergi bekerja.

TAMAT

Cerita Retno

Diterbitkan Maret 08, 2019

Nikmati saja, aku ada di kamar sebelah, begitu pesan Dodi pada Retno istrinya. Retno
mengangguk pasrah pada suaminya. Kini ia duduk di tempat tidur, mereka mengenakan
daster tipis. Ia menunggu kedatangan Dio, teman akrab suaminya untuk menikmati
tubuhnya hanya satu malam. Kurang bisa dipercaya, tapi memang terjadi. Dodi tidak bisa
mengembalikan sejumlah uang yang dipinjamnya dari Dio, uang itu dalam jumlah besar.
Mereka bersahabat sejak SD. Hampir saja masalah itu berakhir di Kepolisian, karena saat
itu Retno lewat dengan mengenakan kaus tipis hingga BH-nya jelas terlihat. Akhirya Dio
mengajukan penyelesaian yaitu dengan menginap semalam bersama Retno. Setelah
diberitahu, Retno pun mentaati dan bisa mengerti kesulitan suaminya, meskipun dengan
sedikit marah.

Tak lama kemudian Dio muncul dengan mengenakan piyama milik Dodi. Ia langsung
duduk di sebelah Retno. Retno langsung berdiri di hadapan Dio dan dengan mata
terpejam ia membuka dasternya.
"Dio nikmatilah sebagai pengganti hutang suamiku" dasternya meluncur turun dan jatuh
di lantai. Payudaranya yang kencang menantang masih tersembunyi di balik BH Triumph
36B warna merah. Juga kerimbunan vaginanya yang masih tersembunyi.
"Mbak tidak seperti itu. Saya janji akan memuaskan Mbak pada Dodi. Mbak menurut
saja ya?" Dio masih terduduk di hadapan Retno, namun dari balik piyama itu terlihat jelas
bahwa ia telah ereksi.
"Buka mata Mbak.."
Retno membuka matanya dan tertegu melihat benda yang menyembul di piyamanya.
"Beruntung Dodi punya istri seseksi Mbak." Dio kemudian berdiri, berjalan mengelilingi
Retno. Dari belakang, dibelainya rambut Retno yang hitam dan panjang itu.

ᄃ Tangannya juga melepaskan kaitan BH Retno. Kini payudara montok itu benar-benar
bebas. Dio kemudian melepaskan piyamanya di belakang Retno.
"Dio, saya akan melayani kamu, tapi janjimu harus kau tepati." Retno berkata lirih saat
merasakan dengusan nafas Dio di lehernya.
"Tentu, tentu. Kini balik badanmu", perintah Dio. Ia kemudian mengambil kursi untuk
duduk.
Retno perlahan membalikkan badannya. Payudaranya yang indah bergoyang mengikuti
badannya.
"Hmm. Sini.. berlutut", Dio mengisyaratkan agar Retno berlutut di antara kakinya.
"Tapi, tapi.."
"Tapi apa? belum pernah ngisep penis Dodi, sini!" bentak Dio. Retno kemudian berlutut
seperti keinginan Dio.
Tanpa pikir panjang, rambut Retno ia jambak dan kepalanya ia dorongkan ke penisnya
"Isaap..! "
Retno ingin muntah saat penis yang besar itu masuk ke mulutnya, apalagi saat Dio
menggoyang maju mundur.
"Ahh.. Ahh.. isaapp isaapp", sambil terus menekan-nekankan kepala Retno ke penisnya.
Dalam hati Retno sebenarnya kagum akan ukuran penis Dio, hanya saja ia tidak terbiasa
akan posisi ini. Menit demi menit berlalu dengan erangan dan desahan Dio. Bahkan
Retno sempat merasakan sedikit cairan hangat muncrat dari penisnya. Rasanya manis.
"Apa ini semen?" pikirnya dalam hati. "Sudahh.. berdiri, pegangan pada pinggiran dipan..
Cepat..!" Dio semakin beringas saja saat melihat Retno pasrah.
"Buka kaki lebar-lebar, agak membungkuk!"
Kemudian ia berdiri di belakang Retno. Dengan sekali sentak CD tipis Retno ia sobek.

"Aduhh", teriak Retno lirih. Tangan Dio kemudian menggerayangi tubuh Retno. Mulai
dari meremas-remas payudaranya hingga istri Dodi itu merintih-rintih hingga jemarinya
mengubek-ubek vaginanya.
"Ahh "hanya itu yang dapat diucapkan Retno saat jemari Dio mempermainkan klit-nya.
"Auuhh.. uuhh.." tanpa sadar Retno menggoyangkan pinggulnya agar jemari Dio tetap di
daerah klit-nya.
"Ahh.. rupanya si pasrah mulai menikmati ya?" guman Dio. "Bagus.. bagus"Kini tangan
Dio yang satu memegangi pinggang Retno sementara satunya memegangi penisnya untuk
dimasukkan ke lubang vagina Retno.
"aahh", Retno berteriak keras saat dengan kasar penis Dio dihunjamkan ke liang
vaginanya. "Diioo.. sakitt!"
Tangan Dio kemudian memegangi tangan Retno, ditariknya tangan istri temannya itu ke
belakang hingga tubuh Retno melengkung.
"Rasakan.. hhgg.. gghh gghh.." Dio terus menghunjam-hunjamkan senjatanya ke vagina
yang semakin licin itu.
"Oohh ohh.. Dioo.." Retno merintih-rintih. Entah ia merasakan sakit atau kah kenikmatan
luar biasa yang ia rasakan. Payudaranya berayun-ayun dengan bebasnya.

ᄃ"Ugghh sempit banget.. ayo Retno nikmati saja" Dio tersenyum saat merasakan
perlawanan Retno semakin melemah. Tubuhnya tidak lagi tegang melainkan semakin
relax, itu terasa lewat otot-otot Retno di tangannya.
"oohh ohh",
"Ayo katakan, katakan" Dio makin keras menghunjamkan penisnya.
"hh puaskan aku Dio oohh.." Retno tidak bisa mengingkari perasaannya.
"Baguss nih rasakan.." Seketika itu ditariknya tangan Retno lebih keras, dan
"Diioo.." Tenaga Retno bagai terbetot keluar, saat ia merasakan mani Dio menyemprot
membanjiri vaginanya, sebegitu derasnya hingga sebagian menetes ke lantai kamar yang
menjadi saksi bisu mereka.
"Ohh.. Retno, seandainya kamu jadi istriku.." Dio kemudian mendekap tubuh Retno yang
telah basah oleh keringat.
"Gila, kenapa penisnya belum mengecil." Guman Retno dalam hatinya. Ia merasakan
penisnya tetap pada ukuran sebenarnya di dalam vaginanya yang telah becek.
"Dio.. kok masih keras sih.." guman Retno pada Dio yang terengah-engah di
belakangnya.
"Iya.. biasa.."

"Mau 1 ronde lagi..?" kali ini Retno yang agresif.


"Boleh." Dio melepaskan dekapannya. "Dio.. tiduran deh di lantai itu" Dio menurut saja,
ia merebahkan dirinya di lantai dingin yang berceceran maninya. Penisnya tegak bagai
tiang bendera.
"Aku naikin ya.." Retno kemudian mengangkangi penis Dio dan bless masuklah penis itu
hingga pangkalnya.
"Ahh.."
Setelah penis itu berada di dalam, Retno kemudian memutar-mutarkan pantatnya. Penis
itu pun bergesek dengan dinding vagina dan klit milik Retno.
"Ayoo Dio mainin." Retno memberi tanda ke Dio untuk bermain-main dengan
payudaranya. Dio kemudian mengangkat badannya sedikit untuk mengulum dan menjilati
susu Retno yang kenyal. Saat lidahnya menyentuh puting susunya Retno pun kontan
berteriak lirih. Puting itu selalu menjadi bagian tersensitifnya. Apalagi saat Dio
menghisap-hisapnya bagai seorang bayi gede. Retno pun tambah semangat menggarap
penis Dio. Tubuh mereka telah basah oleh peluh dan cairan mani. Rambut Retno pun
telah acak-acakan. Semakin malam permainan mereka semakin panas, hingga akhirnya
Dio keluar untuk kedua kalinya di liang vagina istri temannya itu.

Malam itu mereka berdua benar-benar menikmati permainan mereka, Retno bahkan telah
melepaskan kepasrahannya, berganti dengan gairah untuk bercinta denngan Dio.

TAMAT

Cinta dan luka

Diterbitkan Maret 08, 2019

"In vijftien minuten, zullen wij bij Parijs aankomen.."


Merinding bulu kuduk saya ketika tour guide mengumumkan dalam bahasa Belanda
bahwa bus yang saya tumpangi akan tiba di tujuan dalam waktu 15 menit. Keletihan
tubuh karena 8 jam duduk di bus dikalahkan oleh keinginan melihat kota yang begitu
diagung-agungkan oleh para pecinta yang romantis: Paris!

Sebelumnya, sekalipun di dalam mimpi, saya tidak pernah membayangkan akan berada di
sini. Krisis ekonomi di Indonesia yang meluluh-lantakkan karir dan kehidupan saya,
ternyata membelokkan alur perjalanan hidup saya.

Saya mengalihkan pandangan saya keluar, terlihat beberapa pesawat di Charles de Gaulle
airport. Tanpa saya sadari, mobil yang lalu lalang di highway A1 yang berawal dari
Belgia ini bertambah banyak. Perhatian saya segera tertuju ke apartemen-apartemen yang
kini berserakan di pinggiran highway. Tidak terlihat adanya perumahan, ciri khas kota
metropolitan.

Steve, William, dan Agung teman kuliah saya yang berasal dari Singapore, Malaysia dan
Indonesia juga terdiam menunggu tibanya bus tersebut di hotel yang akan didiami selama
empat malam. Kemacetan di jalan raya semakin bertambah, apalagi ketika bus keluar dari
highway dan menuju jalanan yang lebih kecil. Dengan tidak sabaran saya memperhatikan
jam tangan saya yang sudah menunjukkan pukul 16:45. Di ufuk barat, mentari musim
dingin mulai menyembunyikan dirinya.

"Come on, lets go out for nice dinner.." Steve yang sekamar dengan saya mengajak
makan malam. Memang, perut saya yang kosong sudah meminta sesuatu buat dicerna.
Siraman air hangat sewaktu mandi menghilangkan keletihan tubuh saya dan mengantinya
dengan perasaan lapar.

Berjalan kaki, kami menyusuri kota Paris. Kota ini begitu istimewa, keramaian dan
kemacetan jalannya mengingatkan saya pada London. Tetapi design bangunan dengan
ukiran dan patung-patungnya sangat mencolok dan berbeda. Hampir setiap bangunan
mempunyai ciri khasnya masing-masing dan begitu indah.

Sebuah Chinese restaurant di Boulevard Montmarte menarik minat kami. Perut-perut


yang keroncongan akhirnya berteriak kegirangan ketika nasi dan beberapa lauk
menganjalnya. Memang perut Asia kami lebih menikmati nasi dibandingkan roti.

ᄃ Dengan tambahan energy dari makanan, perjalanan menyusuri kota Paris dilanjutkan
kembali. Di sepanjang jalan Boulevard Montmarte ini hadir toko yang banyak menjual
parfum, pakaian dan makanan. Louis Vuitton, Giorgio Armani, Christian Dior, dsbnya
seakan-akan berlomba memamerkan produk-produk terbarunya.

"Eh, Hard Rock Caf Paris!" seru William tiba-tiba, "Lets have some drinks."
Segelas Southern Comfort memberikan kehangatan kepada tubuh saya. Duduk berempat
di caf yang masih sepi, kami membicarakan keindahan kota yang menakjubkan ini.

Selesai minum, kami berjalan keluar melalui toko yang menjual sourvenir Hard Rock.
Tertarik oleh kaos hitam special edition caf tsb, saya mengantri di belakang dua orang
cewek yang lumayan manis. Perhatian saya segera tertuju ke mereka ketika mereka
mengobrol. Mereka menggunakan bahasa Indonesia! Aneh rasanya mendengar bahasa
tersebut di tempat yang begitu jauh.

"Hallo, dari Indonesia ya?" sapa saya ramah.


Mata kedua gadis di depan saya terbelalak, kaget.
"Iiiyaa.." jawab gadis yang berdiri di depan saya. Tubuhnya yang kecil tertutup oleh jaket
tebal berwarna hitam. Rambutnya yang pendek dicat merah dan matanya yang bulat
terlihat jernih.

Perkenalan pun berlanjut, gadis tersebut bernama Diana dan temannya bernama
Elisabeth. Sungguh enak mengobrol menggunakan bahasa yang sudah lebih dari satu
tahun tidak pernah saya pakai. Alangkah sayangnya, pertemuan sekitar 10 menit tersebut
harus berakhir ketika mereka berjalan meninggalkan caf tersebut bersama teman-teman
mereka. Entah karena suasana Paris yang romantis, atau kerinduan akan cewek setanah
air, atau karena mata Diana yang bulat dan jernih, jiwa saya seakan-akan terbang bersama
mereka. Saya termenung melihat mereka menghilang di keramaian kota.

Bodoh! Goblok! Kenapa tidak meminta nomor telepon? Atau e-mail? Penyesalan datang
melingkupi diri saya sesudah pertemuan tersebut. Perasaan menyesal ini semakin
menggelora ketika keesokan harinya saya mengunjungi menara Eiffel. Seandainya saja
saya bisa menikmati keromantisan kota Paris bersama Diana. Seandainya..

Sang Pencipta ternyata mengasihani jiwa yang penat menahan dahaga kasih sayang ini.
Di bawah Eiffel tower Sang Pencipta menunjukkan kekuasaannya. Diana bersama
temannya berdiri di salah satu kaki Eiffel Tower, menunggu kesempatan untuk naik ke
menara tersebut. Kesempatan ini tidak kusia-siakan. Segera saya membeli empat tiket
yang berharga total 180 franc dan ikutan mengantri.
"Diana.." panggil saya, "Ketemu lagi!"
"Ehh.. kamu.." dia kaget. Tetapi dari sinar matanya saya tahu kalau dia juga merasa
senang. Dan ini membuat jiwa saya melayang-layang.

Pembicaraan akrab berlanjut kembali. Diana dan teman-temannya kuliah perhotelan di


Switzerland. Dia sudah lebih dari 3 tahun di sana dan ini adalah tahun terakhirnya.
Teman-temannya berasal dari sekolah yang sama, cuma beberapa dari mereka masih
berada di tingkat pertama atau kedua.

Saya berusaha selalu berdekatan dengan Diana, dan mengenalnya lebih jauh. Jangan mau
kehilangan dia lagi.. bisik hati saya. Di lantai dua Eiffel Tower kami berfoto bersama.
Saat mempunyai kesempatan berdua, saya berbisik di telinganya, "Semalaman saya
memikirkan kamu." Matanya yang bening menatap saya dan dia berbisik lirih, "Saya
juga." Ingin rasanya saya berteriak dan melompat kegirangan.

"On the romantic Seine's river bank, the lovers go hand by hand."
Perjalanan menggunakan kapal menyusuri sungai Seine melewati 22 jembatan
merupakan pengalaman yang tidak terlupakan. Dari kapal yang kami tumpangi, kami bisa
melihat pasangan yang sedang mabuk cinta bergandengan tangan dan berciuman di tepi
sungai yang membelah kota Paris tersebut.

ᄃ Bulu kuduk saya merinding ketika kami melewati gereja Notre Dame yang terkenal
dengan cerita The Hunchback of Notre Dame-nya. Bangunan yang persis sama dengan
bangunan di film kartun yang saya tonton. Di sebelah saya Diana terlihat termenung,
entah apa yang sedang dipikirkan.

"When you pass this oldest bridge in Paris, close your eyes and make your wish. It will
come true."
Saya menutup mata saya dan diam-diam menyatakan harapan saya. Diana juga menutup
matanya dan menyatakan harapannya. Seandainya saja saya tahu apa yang dia minta,
akan saya penuhi apapun keinginannya.

Melalui jalan mendaki menuju gereja Sacre Coeur, saya mencoba memegang tangan
Diana yang tertutup sarung tangan merahnya. Dia tidak menolak! Di sebelah saya Steve
terlihat akrab dengan Elisabeth. Mereka bercanda dengan mesranya. Memang, di kota ini
cinta mudah sekali bersemi.

Jam baru menunjukkan pukul 17:30, namun mentari sudah bersembunyi di peraduannya.
Dari halaman gereja berwarna putih yang terletak di atas bukit ini, saya kehilangan kata-
kata saya. Di depan saya terpampang kota Paris dengan lampu-lampunya yang berwarna-
warni, begitu menakjubkan. Dari kejauhan terlihat Eiffel Tower yang terang benderang.
Saya memberanikan diri untuk memeluk tubuh Diana. Pelukan yang tidak saya lepaskan
sampai kami kembali ke kamar hotel mereka.

Saya berbaring di kasur sambil melanjutkan pelukan saya. Lengan Diana melingkari leher
saya dan kepalanya menyender di dada saya. Di kasur sebelah saya Steve dan Elisabeth
sedang bercanda mesra.

Kekuatan cinta saya membuat saya berani mencium pipinya, tanpa mempedulikan Steve
dan Elisabeth. Diana cuma tersenyum misterius. Ciuman saya kemudian berlanjut ke
bibirnya yang merah merekah. Terasa bibirnya yang sedikit kering karena dinginnya
angin musim dingin.

Kegilaan kami bertambah ketika Elisabeth memadamkan lampu kamar. Dari sinar yang
masuk lewat jendela, saya bisa melihat mata Diana yang sendu. Seperti magnet, bibir
saya kembali tertarik ke bibirnya, saling berpagutan dengan mesranya. Perlahan Diana
menarik selimut menutupi tubuhnya. Saya menganggap tindakan dia sebagai undangan
untuk melakukan hal yang lebih jauh. Saya ikutan menyusup ke dalam selimut.

Jari-jari tangan saya mulai bergerilya menyusuri sepasang gunung Diana yang masih
tertutup sweater. Usaha mencari puncak gunung tersebut agak terganjal oleh tebalnya
sweater dan bra yang masih dikenakannya. Namun kekenyalan gunung tersebut membuat
tangan saya betah bermain di sana, meremas dan meremas.

Kemudian tangan saya menyusup ke balik sweaternya dan menyusuri kulit perutnya yang
mulus menuju dadanya. Dengan lincah jari tangan saya menyusup ke branya. Ketika
ujung gunung kembarnya tersentuh, tanpa ampun jari-jari tangan saya bermain di sana.

Jari tangan Diana ternyata tidak tinggal diam. Kedua tangannya beralih ke ikat pinggang
saya dan berjuang melepasnya. Jari tangannya yang cekatan berhasil melepas ikat
pinggang saya diikuti celana jeans dan celana dalam saya. Ketika terlepas, saya
menendang celana tersebut keluar. Batang kemaluan saya yang terkekang berjam-jam
segera berontak menunjukkan kekuatannya.

Belaian tangan Diana membuat batang tersebut mencapai kekerasan dan ukuran
maksimumnya. Tidak sabar, Diana membuka sendiri celana jeans dan celana dalamnya.
Sesudah itu dia berbaring membelakangi saya, sepasang pinggul montok dan mulus
menekan batang kemaluan saya, menan- tang dia untuk bertindak lebih lanjut.

Dengan tubuh masih tertutup selimut, jari tangan saya menuju daerah kemaluannya.
Terasa oleh tangan saya rambut yang keras dan pendek. Rupanya rambut tersebut
dicukur! Jari tangan saya akhirnya bermain di daerah klirotisnya, memutar dan kadang
menggosok dengan cepat. Sekali-kali jari tangan saya masuk ke dalam liang
kewanitaannya yang sudah basah oleh cairan kewanitaannya.

Mata saya beralih sebentar ke kasur sebelah. Steve dan Elisabeth rupanya tidak mau
kalah, terlihat tubuh mereka yang juga tertutup selimut saling menindih.

ᄃ Akhirnya saya menggerakkan batang kemaluan saya yang sudah tidak sabar menuju
rongga fovaritnya. Dari belakang saya mencoba memasukkan batang tersebut, lumayan
susah. Dengan tuntunan tangan Diana, akhirnya batang tersebut berhasil menyusuri goa
kewanitaannya yang sudah basah kuyub. Cengkraman otot liang kewanitaan Diana pada
batang kemaluan saya membuat saya memejamkan mata. Saya menggerakkan batang
kemaluan saya, keluar masuk, keluar masuk. Jari tangan saya masih bermain di daerah
klitorisnya.
"Ahh.." terdengar desahan Steve. Rupanya dia sudah mencapai pulau kenikmatan
bersama Elisabeth.

Sekitar 5 menit kemudian, Diana menjerit histeris tanpa mempedulikan kehadiran Steve
dan Elisabeth di ruangan tersebut. Satu badai kenikmatan sudah dilalui.
"Kamu di atas ya.." bisik Diana dengan nafas terengah-engah.
Saya mengambil posisi di atas, Diana dan kembali memasukkan batang kesayangan saya.
Kegiatan keluar masuk yang tidak pernah membosankan tersebut kembali berlanjut.
Goyangan pinggul Diana menambah kenikmatan yang saya rasakan. Tanpa kami sadari,
selimut yang menutupi tubuh kami terbuka memamerkan kekekaran tubuh saya dan
sepasang buah dada Diana yang menjulang indah. Saya membungkukkan tubuh berusaha
menjangkau puncak gunung tersebut dengan lidah saya. Karena tubuh saya yang jauh
lebih tinggi, saya tidak berhasil melakukannya.

Tiba-tiba terasa ada kepala di samping saya. Saya tercegang, rupanya Elisabeth sudah
berdiri di sebelah tubuh Diana. Matanya yang sayu menatap wajah Diana. Perlahan dia
mendorong tubuh saya ke atas dan dia menggerakkan mulutnya yang munggil ke gunung
kembar Diana. Dia menjulurkan lidahnya dan bermain di sana. Diana membuka matanya
yang tersenyum. Dia membelai rambut Elisabeth!

Gila! Kata pertama yang melintas di kepala saya.


Peduli Amat! Kata kedua yang membuat saya memutuskan untuk jalan terus.
Saya memperbaiki posisi saya, tangan saya menahan sepasang kaki Diana yang tertekuk
membentuk sudut 90 derajat dengan tubuhnya dan dengan posisi berlutut saya
memasukkan batang kemaluan saya setelah sebelumnya menganjal pinggulnya dengan
bantal.

Selanjutnya hujaman batang kemaluan saya semakin ganas, sementara lidah Elisabeth
masih bermain di dada Diana. Tidak terlukiskan dengan kata teriakan histeris Diana saat
itu. Teriakan Diana, pemandangan lidah Elisabeth yang sedang bermain di buah dadanya
Diana, dan perasaan sayang yang menggebu-gebu membuat saya tidak bisa bertahan lama
walaupun segala teknik menahan ejakulasi sudah saya keluarkan. Akhirnya batang
kemaluan saya menumpahkan cairan putihnya di dalam tubuh Diana.

Tetesan air mata mengantar perpisahan kami berpisah di tanggal 30 Desember 2000. Saya
kembali ke Amsterdam dan dia kembali ke Swiss. Sampai saat ini, harapan saya saat
melewati jembatan tertua di kota Paris tidak terpenuhi. Sebenarnya harapan saya adalah,
"Hidup berbahagia bersama Diana selamanya!"

"Saya tidak pernah bisa mempercayai lelaki kembali. Tiga tahun lalu di sini, Paris, saya
menyerahkan milik saya yang paling berharga kepada pria yang sangat saya sayangi.
Ternyata dia penipu, dia sudah beristeri. Luka tersebut meninggalkan bekas yang sangat
dalam dan tidak ada satu lelakipun yang bisa menyembuhkannya, saya berbahagia bisa
bertemu dengan kamu."

"Diana.. Diana.. mengapa kamu tidak mau memberikan kesempatan kepada saya? Akan
saya buktikan bahwa tidak semua lelaki itu bangsat! Cinta memang mengakibatkan luka,
namun luka tersebut hanya bisa disembuhkan kembali oleh cinta." Cuma itulah yang bisa
ucapkan ketika membaca mail terakhirnya.

Para pembaca saya tunggu komentarnya, silakan kirim via e-mail.

TAMAT
Rosi dan Tantenya
Rosi, sebut saja demikian, sudah beberapa bulan kami saling berbagi kebutuhan biologis.
Rosi adalah wanita berusia 22 tahun dengan tinggi 160-170 cm, dan dengan dada yg tak
terlalu besar tetapi mengkal kira-kira 34, kulit putih, dengan wajah mirip wanita cina, jadi
agak sipit.

Hubungan kami berawal pada sebuah pesta kawanku, aku kenalan dengannya dan
menjadi akrab dengannya bahkan aku menawarkan tumpangan untuk mengantarkannya
pulang, untung aku bawa helm cadangan. Kami berdua pulang, karena dia bosan untuk
berada disana dia ditinggal oleh temannya. Rosi membonceng motorku, dia ngga
keberatan dengan itu. Malam itu cukup dingin, kupinjamkan jaketku untuk menutupi
tubuhnya yang hanya memakai kaos putih itu dan celana jeans biru. Bagiku Rosi sungguh
sexy malam itu, dia memakai kaos putih tanpa lengan, dan bra hitam yang semakin
menunjukkan kemolekkan tubuhnya. Dan rambut panjangnya yang terawat dibiarkan
tergerai.

Karena perutku masih lapar, tadi aku tak sempat makan dipesta karena keasikan ngobrol
dan menikmati tubuhnya, kuajak dia makan, dia tak menolak. Dia meminta untuk
dimakan ditempatnya. Aku setuju. Singkat cerita kami sampai di rumah kontrakkannya
dan makan disana, selesai makan aku membereskannya, lalu dia mengajakku ke
kamarnya untuk menemaninya malam ini, padahal aku ingin pulang. Aku mencoba
menolak karena takut ketahuan orang lain, dia meyakinkan aku kalau tak akan terjadi
apapun. Aku mengiyakannya.

Kamarnya sungguh rapi, ya, maklum kamar cewek. Dia mengotrak rumah itu untuk
berempat, termasuk dia. Singkat cerita dia, bercerita padaku bahwa dia baru saja
memutuskan pacarnya karena mendua. Dia menangis dan kuberanikan diriku untuk
memeluknya dan menenangkannya, Rosi tak menolaknya. Setelah agak tenang kubisiki
dia bahwa dia tampak cantik malam ini. Rosi tersenyum dan menatapku dalam, lalu
memejamkan matanya. Kucium bibrnya, hangat, dia menerimanya. Kucium dia dengan
lebih galak dan dia membalasnya, lalu tangannya merangkul pundakku.

Kami berciuman dengan cukup ganas lalu aku turun ke lehernya, Rosi pun mendesah
"aahh." Mendengar itu kuberanikan meremas payudaranya yang montok. Rosi mendesah
lagi, dam menjambak rambutku. Setelah beberapa saat kulepaskan dia. Rosi sudah
terangsang, kulucuti pakaiannya, kaosnya kulepas, bra-nya, tampaklah gunung kembar
yang pas dalam genggaman tanganku, dengan punting merah-coklat cerah yang telah
mengeras. Kubasaahi telunjukku dan mengelusnya, Rosi hanya memjamkan matanya dan
menggigit bibirnya. Kulanjutkan melucuti celananya, dia memakai CD berenda putih
sehingga tampak sebagian rambut kemaluannya yang lembab. Dan WOW, ternyata
jembutnya tidak terlalu lebat dan rapi, rambut di sekitas bibir kemaluannya besih, hanya
di bagian atasnya. Dan vaginanya tampak kencang dengan clitoris yang cukup besar dan
mulai basah.

"Kamu rajin mencukur ya," tanyaku, dengan wajah memerah dia mengiyakan. Sebab kata
tantenya demi kesehatan vagina, dan biar ngga bau.
Kupangku dia dan mulai menciuminya lagi, dan sapuan lidahku mulai kukonsentrasikan
di puntingnya, ku jilati, kutekan bahkan kugigit kecil dengan gigiku, Rosi menggelinjang
keasikkan, dan mendesah-desah merasakan rangsangan kenikmatan. Tangan kananku
mulai memainkan clit-nya, ternyata sudah banjir, kugesek klitorisnya dengan jari
tengahku, perlahan-lahan, desahan dan lenguhan makin sering kudengar. Seirama dengan
sapauan lidahku di puntingnya, Rosi makin terangsang, dia bahkan menjambak rambutku
dan menekan kepalaku ke payudaranya, "Donn, enakh.. banget.. enakh.." Desahannya dan
lenguhannya. Kira-kira 5 menit dari kumulai, badannya mulai mengejang dan "Donn..
Rosi.. mo.. keluaarr!" Sambil berteriak Rosi orgasme, denyutan vagina kurasakan di
tangan kananku. Rosi kemudian berdiri.

"Sekarang giliranmu," katanya. Celanaku langsung dilucutinya dan akupun disuruhnya


berbaring. Salah satu tangannya memegang penisku dan yang lain memgang zakarnya,
dia menggelusanya denga lembut "mmhh..," desahku. "Enak ya, Don." Akupun
mengangguk. Rosi mulai menciumi penisku dan mengelus zakarnya, dan mengemutnya
dan mengocoknya dengan mulutnya. Terasa jutaan arus listrik mengalir ke tubuhku,
kocokannya sungguh nikmat. Kupengang kepalanya, kuikuti naik turunnya, sesekali
kutekan kepalanya saat turun. Sesaat kemudian dia berhenti. "Don, penismu lumanyan
besar dan panjang yach, keras lagi, aku makin terangsang nich." Aku hanya tersenyum,
lalu kuajak dia main 69, dia mau. Vaginanya yang banjir itu tepat diwajahku, merah dan
kencang, sedang Rosi udah mengocok penisku. Saat itu aku baru menikmati vagina
seorang wanita, aku mulai menjilati vaginanya, harum sekali bau sabun dan bau cairan
vagina, dan clitorisnya sampai memerah dan kuhisap cairan yang sudah keluar, tiba tiba
dia berteriak saat kuhisap vaginanya keras-keras. "Donnie.. I lovve itt, babbyy", dia
menjerit dan aku tahu kalau dia lagi klimaks karena vaginanya sedang kujilat dan saat
itulah saat pertama aku rasakan cairan wanita yang asam-asam pahit tapi nikmat.

Setelah dia klimaks, dia bilang dia capai tapi aku nggak peduli karena aku belum selesai
dan aku bilang ke dia kalau aku belum puas, saat itulah permainan dilanjutkan. Dia mulai
melakukan gaya anjing dan aku mulai memasukkan penisku ke pantatnya yang besar dan
menggiurkan dan aku tarik dorong selama beberapa lama. Beberapa lama kemudian, aku
bosan dengan gaya itu, dan kusuruh dia untuk berada di bawahku dan aku mulai
memasukkan penisku ke dalam vaginanya yang ternyata sudah basah lagi, perlahan
kumasukkan, terasa sekali denyutan vaginanya.

Vaginanya agak susah kumasuki, setelah penisku masuk kira-kira 1/2, ada sedikit darah
mengalir, ternyata dia perawan batinku, kubisiki dia "Ros, sebentar lagi kau akan
merasakan kenikmatan yang sesunguhnya". Pelahan kugoyang penisku, maju mundur,
membentuk angaka 8, rintihan kesakitan berubah menjadi desahan kenikmatan. Saat aku
berada di atas Rosi, kujilati payudaranya yang memerah dan dia menjerit perlahan dan
mendesah-desah di telingaku dan membuatku tambah bernafsu dan tanpa pikir panjang-
panjang lagi, aku mulai menekannya dengan nafsu dan tentunya penisku sudah masuk ke
dalam vaginanya yang sangat nikmat itu. "Ooohh nikmat sekali rasanya", dia juga
menjerit "Ssshh", seperti ular yang sedang mendekati mangsanya.
10 menit kemudian, dia memelukku kuat-kuat dan aku bingung tapi aku juga mengalami
perasaan yang aneh karena sepertinya ada yang mau keluar dari kemaluanku, "Donnie..
aku mauu keluaarr" dan aku juga menjawabnya "Ros.. kayaknya akuu jugaa maauu.."
nggak sampai 2 atau 3 menit, badanku dan Rosi sama-sama bergetar hebat dan aku
merasakan ada yang keluar dari penisku ke dalam vaginanya dan aku juga merasa ada
yang membasahi penisku dengan amat sangat.

Setelah itu, Rosi terdiam karena kelelahan dan aku mulai mencium-ciumi bibirnya yang
kecil dan mukanya yang sedikit mirip dengan artis Hongkong Charlie Yeung. Aku mulai
membelai-belai rambutnya dan karena dia terlalu kelelahan dia tertidur pulas. Karena aku
nggak mau mengganggu dia, aku keluar dari kamarnya dan kulihat di ruang TV, seorang
wanita kira-kira 30 tahunan sedang mengusap-usap clitorisnya sambil menonton Video
CD tadi dan aku hampiri dia dan dia jadi kaget, "Ngapain kamu.." dia berbicara
kepadaku." Keponakanku kamu apain tuch.. teriakannya sampai kemari." Waduh tantenya
nich, mati aku, batinku. Terus aku berkata ke dia, "Tante.. kemari dech aku mau bilang
sesuatu!" Dia mengikutiku ke sudut ruangan dan dia bersandar di dekat tembok karena
dia mau tahu aku mau ngapain.

Tantenya Rosi hanya memakai kaos dan rok mini. "Ada apaan sih!" katanya padaku.
Tanpa banyak omong kudekati vaginannya yang sudah basah, pikirku ini adalah
kesempatan. Ku elus vaginanya perlahan, kondisi vaginanya gundul, tanpa rambut, dan
kucium bibirnya, ada sedikit penolakan awalnya, lalu desahan yang kudengarkan.
"Enaakh.. dik, siapa namamu..?" tanyanya "Donnie" jawabku. "Oh
Donn..puasin..tante..malam..i..ni" sambil mendesah dan melenguh.

2 menit kemudian kulepaskan dia dari belaianku, kulucuti pakaiannya, kondisi badannya
sama dengan Rosi, hanya saja payudaranya sedikit lebih besar. Kugandeng dia ke
kamarnya Rosi, ternyata dia sudah terbangun, dan sedang membersihkan vaginanya.
"Udah bangun, Ros" dia menjawabnya dengan senyuman. "Temanmu kupakai dulu ya"
tantenya berkata, Rosi tersenyum dan mengangguk. Tanpa mempedulikan Rosi,
kubaringkan dia, kutabrak vaginanya dengan penisku, ternyata sedikit lebih mudah,
karena dia sudah tidak perawan pikirku tetapi masih cukup kencang. Kumulai gerakan
penisku, dan kucium lagi bibirnya, dan kunikmati payudaranya. Kami saling bersahutan
merasakan kenikmatan bersama.

5 menit kemudian aku mulai menghisap vaginanya dan clitorisnya sampai dia benar-
benar mau klimaks dan setelah dia bilang dia mau klimaks, kumasukan penisku ke dalam
vaginanya dan bless. Setelah beberapa lama, aku sepertinya mau keluar dan karena aku
nggak bisa tahan kenikmatan ini makanya aku langsung saja, croott.. crott.. sampai
beberapa kali dan setelah aku selesai Tantenya Rosi gantian memelukku dengan eratnya
dan dia berteriak "Mass.. aku keeluarr oohh", dia bergetar hebat dan setelah itu dia
mencium bibirku dan melumat habis bibirku dan setelah dia kecapaian dia juga ketiduran.

Malam itu aku bermalam dirumah kontrakan Rosi, ternyata Rosi ngontrak bersama
tantenya dan dua orang teman wanita lainnya. Paginya kami melakukan bertiga dikamar
mandi, lalu aku pulang. Mulai saat itu aku menjadi pemuas mereka berdua. Sekarang aku
sudah lulus, dan lama nggak ketemu mereka, aku merindukan saat itu.

Bagi tante atau teman wanita lainnya yang ingin merasakan pelayananku hubungi aku
lewat email. Soal biaya masalah belakangan, yang penting kita bisa saling memuaskan.
Kini aku tinggal dan kerja di Jogjakarta, sehingga aku agak kesulitan keluar kota. Tempat
bisa diatur.

Tamat

Rahasia dapur

Diterbitkan Maret 08, 2019

Sejak aku dan Eksanti memiliki keberanian untuk bercinta di tempat kostnya, aku
semakin sering mampir ke sana. Eksanti sendiri nampaknya juga tidak terlalu khawatir
bahwa teman-teman di kostnya akan curiga dengan hubungan kami. Toh banyak pula
diantara mereka yang sering mengundang pacarnya untuk menginap di tempat kost itu.

Selain itu, hubungan Eksanti dengan Mas Yoga-nya juga belum terlalu membaik.
Sebenarnya Eksanti sendiri juga sudah mulai melupakan 'pengkhianatan' yang dilakukan
Yoga, dan mau saja ia memaafkannya. Bagaimanapun Eksanti juga merasa telah
melakukan hal yang sama terhadap Yoga, dengan menerima kehadiranku di sisinya. Yoga
sendiri, walaupun masih sangat mencintai Eksanti, namun belum memiliki keberanian
untuk datang menemui Eksanti kembali. Seperti kejadian malam itu..

Eksanti mengundang aku untuk datang ke tempat kostnya Jumat siang itu, ia akan
memasak nasi goreng sosis kesukaanku. Eksanti juga mengatakan di telepon, dengan
suara manjanya, bahwa aku bukan hanya diundang makan malam. Aku juga diminta
untuk menemani rasa sepinya dengan menginap di sana. Aku terbahak mendengar ucapan
Eksanti yang terus terang itu. Permintaan Eksanti memang masuk akal. Akhir minggu itu
memang hari-hari terakhir menjelang libur panjang akhir tahun, sehingga seluruh teman-
teman kostnya telah pulang ke daerah asal mereka masing-masing. Sementara, ibu kost
meminta Eksanti tinggal sampai dengan hari Minggu malam untuk menjaga rumah,
karena mereka sekeluarga akan pergi ke Bandung untuk menghadiri acara resepsi
pernikahan salah satu saudaranya. Sehingga akhirnya hanya ada Eksanti seorang diri di
pavilion kost, sementara soerang pembantu lain tinggal di rumah induknya.

Cerita ABG -ᄃ Ketika aku tiba di rumah kost Eksanti, ia tampak sedang menyiapkan nasi
goreng sosis di sebuah pantry kecil di dalam pavilion itu. Ia segera menawarkan
minuman kepadaku dan mempersilakan aku untuk mengambilnya sendiri dari dalam
kulkas kecil di sudut pantry itu. Aku memilih sekaleng coca cola kesukaanku. Sambil
mengobrol kiri-kanan, Eksanti meminta maaf kepadaku, karena ia harus kembali bekerja
di pantry untuk menyiapkan makanan.
Aku mengatakan, "Nggak masalah, Santi ", lalu ikut menyusulnya ke pantry yang terletak
di bagian belakang kamarnya.

Aku berdiri di pintu pantry dengan sekaleng coca cola dingin di tanganku, melihat
Eksanti sibuk mencuci sayuran segar untuk pelengkap nasi gorengku nanti, di sebuah
pinggan keramik bermotif ikan-ikan kecil warna-warni. Pantry di rumah kost Eksanti,
walaupun ukurannya relatif kecil tetapi sangat bersih. Di tengah-tengah ruangannya
terdapat sebuah meja, tempat Eksanti saat ini menyiapkan masakannya itu. Tubuhnya
membelakangiku, hanya dibungkus rok span pendek dari kain tipis dan badannya dibalut
kaos tanpa tangan. Sambil berbicara kesana-kemari, aku diam-diam memandangi tubuh
itu. Jelas sekali, tubuhnya yang menggairahkan itu tidak memakai sepotong pakaian
dalam pun. Tidak ada celana dalam, tidak ada bra. Kain tipis yang dipakai sebagai rok itu,
tak mampu melindungi cahaya menerawang, memperlihatkan bayangan dua paha yang
mulus. Kaosnya juga terlalu sempit, tidak bisa menyembunyikan keindahan payudaranya
yang padat membusung itu.

Pemandangan seperti itu adalah magnet yang amat kuat, menarikku untuk segera
mendekat. Diam-diam aku meletakkan kaleng minumanku, lalu berjalan tanpa suara.
Sekejap aku sudah sampai di belakang Eksanti, dekat sekali.. sehingga seluruh harum
tubuhnya tercium dengan jelas. Lalu aku mencium tengkuknya.
"Hei..!" Eksanti menjerit kaget, "Mas, jangan nggangguin Santi dong.., ntar makanannya
jadi nggak enak lho!".
Aku tidak peduli. Aku terus menciumi tengkuk yang dipenuhi rambut-rambut hitam halus
itu. Harum sekali tengkuk itu. Eksanti menggeliat, mencoba menghindar. Tetapi nyatanya
ia tidak sungguh-sungguh menghindar. Cuma bergerak-gerak sedikit saja. Apalagi aku
kini mendesak ke depan, menyebabkan Eksanti terjepit di antara tubuhku dan meja
pantry-nya. Tanganku mengusap-usap bukit indah di belakang Eksanti, sesekali
meremasnya. Tanganku yang lain telah merayap ke depan, menjamah sebuah payudara
Eksanti yang bergoyang-goyang seksi setiap kali ia menggelinjang.
"Oocch, Mas.. jangan sekarang..," Eksanti mendesah, menggerak-gerakan bahunya
mencoba menhindari ciumanku di sepanjang pangkal lehernya.
Tetapi dalam hatinya, ia berkata lain, dan berharap aku tidak segera mengakhirinya.

ᄃ Aku memang tidak berhenti. Tanganku merayap ke bawah, menyingkap rok yang
dikenakan Eksanti. Memang betul, ia tidak bercelana dalam, dan pemandangan indah
segera terpampang. Eksanti memiliki bagian belakang yang mempesona, kenyal-padat
dan menonjol mengundang selera. Dengan gemas aku meremas-remas, membuat Eksanti
menjerit kecil sambil menahan geli. Kedua tangan Eksanti kini tak bisa meneruskan
pembuatan nasi gorengnya, dan berpegangan di bibir meja, antara bertahan dan
menyerah. Dengan jari tengahku, aku menelusuri celah sempit di antara dua bukit kenyal
di bokong yang seksi itu. Eksanti menggelinjang merasakan kenikmatannya mulai
terbangun di bawah sana. Apalagi lalu jari itu semakin lama semakin ke bawah, lalu agak
ke depan, menyelinap ke gerbang kewanitaannya dari belakang. Wow! Eksanti
merenggangkan kedua pahanya, tidak tahan mendapat perlakuan seperti itu.

Sementara tanganku yang lain kini masuk menelusup ke kaos Eksanti, menjalar menuju
bukit payudaranya yang membusung. Oocch.., hangat sekali telapak tanganku merayapi
perutnya, naik ke bagian bawah dadanya, lalu menyelinap di antara kedua payudaranya,
sebelum akhirnya naik ke salah satu puncaknya.

Eksanti menggeliat dan mengerang pelan ketika telapak tangan itu berputar-putar ringan
di atas puting susunya. Oocch.., geli sekali rasa puncak-puncak payudara Eksanti,
membuat tubuhnya bergetar pelan. Kepala Eksanti berputar-putar seperti seorang
olahragawan sedang warming up, karena bibirku menjalari lehernya, mengendus-endus
tengkuknya lagi, membuat Eksanti kegelian.

Tiba-tiba aku membalikkan tubuh Eksanti, membuat ia menjerit kaget. Dengan segenap
kekuatanku, aku sanggup memutar tubuh rampingnya dengan cepat. Tidak itu saja, aku
bahkan sudah mengangkat Eksanti dan mendudukkannya di atas meja pantry yang di
sana-sini dipenuhi bahan-bahan mentah masakannya: nasi putih, sosis, sayuran, sambal,
saus tomat, minyak dan mentega. Lalu, aku berjongkok, dan Eksanti tahu apa yang akan
aku lakukan. Dengan gerak cepat, aku menyingkap roknya, sehingga membuat
kewanitaannya terpampang bebas dalam terang lampu pantry yang bagai siang hari. Jelas
sekali terlihat kewanitaan Eksanti yang terbalut bulu-bulu hitam lebat tetapi sangat rapi
karena baru dicukur, harum karena baru dibasuh sabun wangi.

Bentuknya menyerupai buah ranum dengan belahan di tengah, menggiurkan sekali.


Belahan itu lah yang segera aku ciumi, akut telusuri dengan lidahku, membuat Eksanti
merintih nikmat dan memperlebar kangkangannya. Aku pun membantu dengan tanganku,
mendorong kedua paha Eksanti agar lebih jauh terbuka.

Kewanitaan Eksanti seperti direntang, kedua bibir-bibirnya yang tebal itu terkuak,
menampakkan lembah merah-muda yang halus seperti sutra dan licin seperti diminyaki.
Aku menjilati bagian yang terkuak itu, mendesak-desakkan lidahku yang panjang ke
dinding-dinding kewanitaan Eksanti, menimbulkan perasaan yang tak terperi dalam
dirinya.
"Occhh.., acchh.., ngg..," cuma itu yang bisa keluar dari mulut Eksanti.
Ia tidak tahu bagaimana mengungkapkan kenikmatan yang sedang dirasakannya.

ᄃ Eksanti tak kuasa menahan tubuhnya rebah di meja pantry. Untunglah meja itu cukup
lebar untuk menampung seluruh badannya, walau kedua kakinya tetap bergelantungan,
disangga oleh bahuku. Rasa geli dan nikmat menjalar ke seluruh tubuh Eksanti, meletup-
letup seperti air mendidih. Apalagi ketika lidahku bermain-main di daging kecil yang
menonjol dalam lempitan bagian atas kewanitaannya. Aku menggunakan jari-jariku untuk
menguak persembunyian "Si Kecil Merah" itu, menarik ke atas kulit tebal yang
menyembunyikannya, sehingga tonjolan kecil yang berdenyut-denyut lemah itu kini
bebas terbuka. Dengan ujung lidahku, aku menjilati si kecil, mengirimkan sejuta
kenikmatan yang menjalar cepat ke seluruh tubuh Eksanti, membuat wanita itu merintih-
rintih dan mengerang keras. Salah satu tangan Eksanti tak sengaja menyentuh botol saus
tomat, menyebabkan isinya tumpah di atas meja. Terkejut, Eksanti bangkit dan
memintaku berhenti sebentar. Bukan saja ia ingin menghentikan tumpahan saos tomat,
tetapi ia juga punya ide cemerlang!

Aku menghentikan ciumanku, sambil tetap menyenderkan kepalaku di paha Eksanti yang
putih mulus itu.
Lalu aku mendengar Eksanti berkata, "Kita main-main dulu yaa.., Mas?"

Belum lagi aku menjawab dan mengerti apa maksud ucapannya, Eksanti telah
menuangkan saos tomat ke kewanitaannya. Tersentak, aku mengangkat wajahku dan
memandang takjub, melihat saos tomat berleleran keluar dari botol dan memenuhi celah
kewanitaan Eksanti. Acch,.. sebuah permainan baru!
"Mas, bersihkan saus tomat itu dengan mulutmu, please..," desah Eksanti nyaris tak
terdengar.
Botol saus tomat telah diletakkannya kembali.

Tanpa banyak bicara, aku langsung menjilati saos tomat itu. Eksanti mendesah,
memandangi kewanitaannya dilahap oleh mulutku. Oocch.., menggiurkan sekali
pemandangan itu. Nikmat sekali rasanya "dimakan" seperti itu, dibumbui saos tomat.
Eksanti mengerang, merasakan orgasme pertamanya akan segera tiba. Ia merebahkan
kembali tubuhnya ketika aku tidak lagi hanya menjilat, tetapi juga mengulum-ngulum "Si
Merah Kecil" yang dipenuhi saos tomat, menyedot-nyedotnya seperti hendak
membuatnya licin bersih. Seketika, Eksanti merasakan klimaks yang bergelora
menyergap seluruh tubuhnya, dimulai dari selangkangannya dan menyebar cepat ke atas,
membuatnya menggelepar-gelepar seperti ikan kehabisan air. Aku terus menyedot,
mengulum, mengunyah-ngunyah. Eksanti berteriak-teriak kecil, tak tahan menerima
kenikmatan yang bertubi-tubi itu.

Lalu permainan kami semakin menggila. Semakin spontan. Aku menemukan sebuah sosis
matang tergeletak di dekatnya. Aku mengambil sosis sebesar ibu jari itu, dan sebelum
Eksanti tahu apa yang terjadi, sosis itu telah melesak ke dalam kewanitaannya. Tadinya,
Eksanti mengira itu salah satu jariku, dan ia mengerang merasakan kenikmatan diterobos
daging licin. Tetapi dengan takjub ia kemudian sadar bahwa "jari" itu perlahan-lahan aku
makan, aku tarik keluar sedikit-demi-sedikit. Eksanti bangkit lagi, memandangiku dengan
lahap memakan sosis yang agak basah berlumuran cairan cintanya. Aacch..,
menggairahkan sekali pemandangan itu. Dengan segera Eksanti mengambil lagi sebuah
sosis. Ketika sosis pertama selesai aku makan, dengan segera Eksanti memasukkan sosis
yang baru. Dengan cepat sosis ini aku makan pula. Lalu yang ketiga. Keempat..

Eksanti meregang merasakan kenikmatan yang unik menyerbu tubuhnya. Orgasme


datang lagi bertubi-tubi, sementara aku merasa birahiku semakin meningkat setelah
menikmati sosis yang fresh from the oven itu!

Aku bangkit, mengeluarkan kejantanan dari celanaku. Besar dan tegang sekali
kejantananku. Eksanti melirik ke bawah dari posisi berbaringnya.. Oocch, memandang
kejantananku saja sudah cukup memberinya semangat baru. Eksanti sangat menyukai
milikku yang satu itu, sangat kenyal dan kuat, mampu bertahan dalam percumbuan yang
panjang menggairahkan. Sambil mengerang, Eksanti membuka kedua pahanya lebih lebar
lagi, meletakkan tumit-tumitnya di pinggir meja. Dengan posisi seperti ini, Eksanti bagai
hewan kurban yang siap disembelih, di atas altar kenikmatan yang dipenuhi bahan-bahan
masakan!

Pelan-pelan aku menuntun kejantananku memasuki gerbang kewanitaannya. Kenyal


sekali liang yang basah oleh aneka cairan itu, termasuk saos tomat dan kuah sosis. Aku
mula-mula menggosok-gosokan bagian kepala dari kejantanannya yang telah membesar
itu. Oocch.., Eksanti merasakan kegelian yang amat-sangat, membuatnya bergidik-
bergeletar.

Lalu, perlahan-lahan aku mendorong kejantanannya masuk. Perlahan sekali, mili demi
mili batang-otot yang panas-berdenyut itu melesak ke dalam.
"Ah.. acchh.. acchh.. acchh.." Eksanti mengerang setiap kali kejantananku menerobos
masuk. Setiap mili gerakanku menimbulkan percikan nikmat, sehingga ketika akhirnya
seluruh kejantanan itu tenggelam di dalam kewanitaannya, Eksanti langsung mencapai
orgasme ketiganya. Cepat sekali puncak birahi itu datang bergantian. Padahal aku belum
lagi bergerak maju-mundur.

Aku lalu menaburkan sayuran yang tadinya tengah dicuci dan dipersiapkan sebagai
pelengkap nasi goreng di atas dada Eksanti yang sedang berguncang-guncang. Warna
hijau, kuning dan merah segera menghiasi tubuh putih mulus itu. Eksanti kegelian
merasakan daun-daun yang basah dan dingin melekat di tubuhnya yang panas terbakar
birahi. Rasa yang amat kontras ini -panas dan dingin- menambah rangsang baru di diri
Eksanti. Betul-betul unik permainan cinta kami kali ini. Betul-betul spontan dan tanpa
tedeng aling-aling. Inilah yang selama ini diimpikan Eksanti jika bercinta. Beruntung
sekali ia mendapatkan pasangan bercinta sepertiku.

ᄃ Sambil mulai menggerak-gerakan pinggulku, menghujam-hujamkan kejantananku, aku


pun menunduk mulai memakani sayur-sayuran. Eksanti telah pula menaburkan saus
tomat dan mentega cair di atasnya, sehingga benar-benar menjadi santapan lezat. Sedap
sekali rasanya memakan sayur segar di atas tubuh wanita yang menggairahkan ini.
Sambil menikmati pula cengkraman otot kenyal di bawah sana yang mengurut-urut
kejantananku. Wow!

Aku bagai berada di langit ke tujuh. Fantasi seksualku tersulut dengan cepat, membakar
badanku, menyediakan energi berlipat ganda untuk terus bercumbu dan bercumbu lagi.

Eksanti merintih-mengerang merasakan bagian-bagian dari tubuhnya ikut tergigit ketika


aku menyantap "sayuran" di atas tubuhnya. Hal ini menambah nikmat permainan cinta
kami, dan sekali lagi, tanpa dapat dicegah, orgasme keempat datang menderu memenuhi
tubuh Eksanti yang memang sudah sangat sensitif ini. Sedikit saja gerakanku mampu
menimbulkan kobaran birahi yang membahana. Sedikit saja aku memaju-mundurkan
kelaki-lakianku, Eksanti sudah menjerit-jerit kecil merasakan kenikmatan yang berlipat
ganda. Pada saat Eksanti mencapai klimaks, aku menggigit seiris tomat di puting Eksanti,
dan secara tak sengaja menggigit pula puting itu. Eksanti menjerit karena ada rasa perih,
tetapi jeritannya segera berubah menjadi erangan karena aku pun segera menyadari
"kecelakaan" itu, dan mengubah gigitannya menjadi kuluman. Rasa perih segera
bercampur dengan geli, cepat sekali membuat Eksanti menggeliat kuat dan menyerah
pada gelombang-gelombang besar puncak birahinya.

Ketika semua sayuran telah habis, Aku tidak lagi memiliki kegiatan lain selain
menggenjot menghujam-hujamkan kejantananku. Setelah sekian lama menahan diri dan
memberikan empat orgasme kepada Eksanti, kini aku membiarkan klimaksku sendiri
datang menyerbu. Aku mempercepat hujaman-hujaman kejantananku, tidak
mempedulikan Eksanti yang sebenarnya belum lagi selesai dengan klimaks terakhirnya.
Eksanti masih menggelepar-gelepar merasakan akhir dari klimaks itu, tetapi aku telah
pula memberikannya kenikmatan baru. Tubuh Eksanti berguncang, menggeliat, meluncur
hampir terjatuh dari meja yang kini penuh keringat bercampur air bekas sayuran, saos
tomat, dan sebagainya. Aku cepat-cepat menahan tubuh itu, mencengkram bahunya
dengan kuat. Eksanti cepat-cepat pula berpegangan pada pinggir meja.

Dengan erangan yang menyerupai banteng terluka, Aku akhirnya melepaskan salvo-salvo
birahiku, menumpahkan banyak sekali lahar putih pekat yang muncrat sangat kuat dari
ujung kejantananku. Eksanti entah sedang berada di langit yang keberapa, tidak bisa
merasakan semprotan-semprotan hangat di dalam kewanitaannya, karena ia sendiri
sedang meregang menikmati klimaks kelimanya yang datang menyambung akhir klimaks
sebelumnya. Kedua kakinya erat menjepit pinggangku. Matanya terpejam. Mulutnya
menganga dengan suara-suara tertahan seperti orang tercekik. Payudaranya berguncang-
guncang hebat.

Sebuah desahan yang panjang akhirnya keluar dari mulut Eksanti, setelah segalanya
mereda. Aku terkulai menindih tubuh Eksanti. Meja pantry berantakan. Botol saos tomat
akhirnya terguling tanpa dapat dicegah. Untung botol itu kuat sehingga tidak jatuh
berkeping. Tetapi isinya bermuncratan ke mana-mana, bercampur potongan-potongan
sayur, tebaran nasi putih yang belum sempat di masak, lelehan mentega cair dan beberapa
buah tomat yang jatuh bergelindingan. Kacau sekali!

"Oocch, Mas.. kamu harus membantu Santi membersihkan pantry!" begitu kata Eksanti
setelah kami mampu berbicara lagi.
Berdua kami tertawa terbahak-bahak mengenang kegilaan-keedanan yang baru saja kami
lalui.

Makan malam kali ini terpaksa ditunda. Setelah membersihkan pantry, Eksanti dan aku
kehilangan nafsu makan. Sebaliknya, setengah jam kemudian kami telah terlihat
bergumul di kamar tidur. Percumbuan dilanjutkan, tetapi dengan tempo yang jauh lebih
lambat, dan dalam rentang waktu yang jauh lebih lama.

Kami tak perlu khawatir, karena di seberang tempat kost Eksanti ada restoran nasi goreng
yang buka 24 jam.

TAMAT

Anda mungkin juga menyukai