Anda di halaman 1dari 5

Hari-hari jelang Reformasi, 20 tahun lalu,

dalam gambar dan catatan


Erik PrasetyaFotografer
 21 Mei 2018

Hak atas fotoERIK PRASETYA


Fotografer Erik Prasetya merekam berbagai
momen Reformasi 20 tahun lalu, dari hari ke
hari, sejak peristiwa-peristiwa jauh
sebelumnya hingga akhirnya Soeharto jatuh.
Berikut adalah foto-foto yang dipilihnya
sendiri, dengan catatan yang juga ditulisnya
sendiri untuk BBC Indonesia.
1 Mei 1998: Krisis moneter
Reformasi 98, H-20

Hak atas fotoERIK PRASETYA

Di depan Champion Cafe, November 1997.


Panggilannya Akhmad, dia biasa bekerja pada
berbagai induk semang.

Krismon membuatnya nganggur dan memutuskan


jadi pengamen. Beberapa kali dia datang ke
rumah saya dan tak mau diberi sekadar pengganti
ongkos. Kali terakhir dia datang saya berhasil
memaksanya menerima sejumlah uang.
"Lumayan untuk tambahan beli harmonika,"
katanya.
2 Mei 1998: Kemiskinan
tersembunyi. Reformasi 98,
H-19

Hak atas fotoERIK PRASETYA

Pengamen cilik ini mengaku bernama Sumi. Saya


diberi tahu oleh teman wanita yang berhasil
menanyai nama dan alamatnya (ia tidak
menjawab pertanyaan saya).

Sumi putus sekolah di kampungnya lalu ikut


ibunya yang bekerja sebagai pengumpul barang
bekas. Mereka hidup di sebuah gerobak dorong di
kawasan Juanda, Jakarta. Saya masih melihatnya
selama beberapa bulan sesudah itu sampai
akhirnya ia menghilang. Semoga kecurigaannya
pada kaum lelaki menyelamatkan Sumi dari
kerasnya kehidupan Jakarta.
3 Mei 1998: Gerakan
Mahasiswa 1998
Gerakan Mahasiswa terbukti menjadi gerakan
yang paling konsisten melawan Orde Baru.
Represi dan pemenjaraan tidak menghentikan
perlawanan.

Sejak 1971 hingga 1988 mereka tak henti-henti


melakukan aksi-aksi penggulingan Soeharto.

Tahun 1971 mereka menyerukan golput, untuk


tidak memilih dalam pemilu yang mereka anggap
sekadar memenangkan Golkar, partai Soeharto.
Tahun 1974 mereka kembali bergerak untuk
menolak dominasi modal asing dan
kepemimpinan Soeharto. Tahun 1978 mereka
menuntut sidang istimewa MPR untuk meminta
pertanggungjawaban Soeharto atas
penyelewengan UUD 45 dan Pancasila. Akhir
1980an mahasiswa kembali bergerak untuk
menunjukkan solidaritas kepada kaum tani yang
tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan,
Cilacap dll.
 Tragedi Mei 1998 : Kenangan dua ibu yang
kehilangan anaknya

Hak atas fotoERIK PRASETYA

Jakarta Mei 1998. Eskalasi aksi mahasiswa


menentang Soeharto mulai meluas ke berbagai
kota. Mulanya hanya aksi di dalam kampus, kini
mereka mulai bergerak melakukan unjuk rasa di
jalan-jalan.
4 Mei 1998: Tapos
"Tanah ini milik keluarga kami sejak nenek
moyang, tapi mereka merampasnya dengan
paksa," tutur seorang petani tentang tanah Tapos
yang dikuasai Soeharto dan keluarganya.
Peternakan Tapos mulai dibangun tahun 1974
dengan merebut 750 hektar tanah petani. Di
kawasan ini lalu dibangun berbagai proyek
pertanian dan peternakan, yang sering menjadi
tempat pertemuan informal Soeharto dengan para
kroninya. Karena pasokan pangan hewan butuh
tanah yang lebih luas, para petani dilarang
menggarap kebun dan dipaksa menanam rumput
gajah.

Hak atas fotoERIK PRSETYA

Haji Dodo petani Tapos yang melawan dan tetap


menanami kebonnya harus berurusan dengan
aparat yang memenggal pergelangan tangannya.
"Sampai sepuluh tahun saya merasa tangan saya
masih ada, sering gatal pada bagian yang
buntung," katanya. Pada latar belakang tampak

Anda mungkin juga menyukai