Fotografer Erik Prasetya merekam berbagai momen Reformasi 20 tahun lalu, dari hari ke hari, sejak peristiwa-peristiwa jauh sebelumnya hingga akhirnya Soeharto jatuh. Berikut adalah foto-foto yang dipilihnya sendiri, dengan catatan yang juga ditulisnya sendiri untuk BBC Indonesia. 1 Mei 1998: Krisis moneter Reformasi 98, H-20
Hak atas fotoERIK PRASETYA
Di depan Champion Cafe, November 1997.
Panggilannya Akhmad, dia biasa bekerja pada berbagai induk semang.
Krismon membuatnya nganggur dan memutuskan
jadi pengamen. Beberapa kali dia datang ke rumah saya dan tak mau diberi sekadar pengganti ongkos. Kali terakhir dia datang saya berhasil memaksanya menerima sejumlah uang. "Lumayan untuk tambahan beli harmonika," katanya. 2 Mei 1998: Kemiskinan tersembunyi. Reformasi 98, H-19
Hak atas fotoERIK PRASETYA
Pengamen cilik ini mengaku bernama Sumi. Saya
diberi tahu oleh teman wanita yang berhasil menanyai nama dan alamatnya (ia tidak menjawab pertanyaan saya).
Sumi putus sekolah di kampungnya lalu ikut
ibunya yang bekerja sebagai pengumpul barang bekas. Mereka hidup di sebuah gerobak dorong di kawasan Juanda, Jakarta. Saya masih melihatnya selama beberapa bulan sesudah itu sampai akhirnya ia menghilang. Semoga kecurigaannya pada kaum lelaki menyelamatkan Sumi dari kerasnya kehidupan Jakarta. 3 Mei 1998: Gerakan Mahasiswa 1998 Gerakan Mahasiswa terbukti menjadi gerakan yang paling konsisten melawan Orde Baru. Represi dan pemenjaraan tidak menghentikan perlawanan.
Sejak 1971 hingga 1988 mereka tak henti-henti
melakukan aksi-aksi penggulingan Soeharto.
Tahun 1971 mereka menyerukan golput, untuk
tidak memilih dalam pemilu yang mereka anggap sekadar memenangkan Golkar, partai Soeharto. Tahun 1974 mereka kembali bergerak untuk menolak dominasi modal asing dan kepemimpinan Soeharto. Tahun 1978 mereka menuntut sidang istimewa MPR untuk meminta pertanggungjawaban Soeharto atas penyelewengan UUD 45 dan Pancasila. Akhir 1980an mahasiswa kembali bergerak untuk menunjukkan solidaritas kepada kaum tani yang tergusur: Kedung Ombo, Badega, Cimacan, Cilacap dll. Tragedi Mei 1998 : Kenangan dua ibu yang kehilangan anaknya
Hak atas fotoERIK PRASETYA
Jakarta Mei 1998. Eskalasi aksi mahasiswa
menentang Soeharto mulai meluas ke berbagai kota. Mulanya hanya aksi di dalam kampus, kini mereka mulai bergerak melakukan unjuk rasa di jalan-jalan. 4 Mei 1998: Tapos "Tanah ini milik keluarga kami sejak nenek moyang, tapi mereka merampasnya dengan paksa," tutur seorang petani tentang tanah Tapos yang dikuasai Soeharto dan keluarganya. Peternakan Tapos mulai dibangun tahun 1974 dengan merebut 750 hektar tanah petani. Di kawasan ini lalu dibangun berbagai proyek pertanian dan peternakan, yang sering menjadi tempat pertemuan informal Soeharto dengan para kroninya. Karena pasokan pangan hewan butuh tanah yang lebih luas, para petani dilarang menggarap kebun dan dipaksa menanam rumput gajah.
Hak atas fotoERIK PRSETYA
Haji Dodo petani Tapos yang melawan dan tetap
menanami kebonnya harus berurusan dengan aparat yang memenggal pergelangan tangannya. "Sampai sepuluh tahun saya merasa tangan saya masih ada, sering gatal pada bagian yang buntung," katanya. Pada latar belakang tampak