Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN KASUS

NEFROLITIASIS

Disusun oleh:
dr. Fathia Sabila Umar

Pembimbing:
dr. Elisa Agustina B.A.P.A

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PERIODE IGD 7 OKTOBER 2018 – 7 FEBRUARI 2019
RS MARDI WALUYO METRO
LAMPUNG
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Kesehatan adalah kebutuhan dasar dan modal utama bagi setiap manusia untuk hidup.
Walaupun kenyataannya tidak semua orang memperoleh atau memiliki derajat kesehatan
yang optimal, karena suatu penyakit. Penyakit atau kelainan pada sistem perkemihan
diantaranya adalah batu nefrolitiasis atau batu ginjal.1
Sistem perkemihan merupakan organ vital dalam melakukan ekskresi dan melakukan
eliminasi sisa-sisa hasil metabolisme tubuh. Aktivitas sistem perkemihan dilakukan secara
hati-hati untuk menjaga komposisi darah dalam batas yang bisa diterima. Setiap adanya
gangguan dari fisiologis di atas akan memberikan dampak yang fatal. (Muttaqin, Arif &
Kumala Sari. 2011 : 2).1
Penyakit yang terjadi pada sistem perkemihan bervariasi, salah satunya yaitu
Nefrolitiasis. Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis
renalis. 1
Batu ginjal merupakan masalah kesehatan yang cukup signifikan, baik di Indonesia
maupun di dunia. Prevalensi penyakit ini diperkirakan 13% pada laki-laki dewasa dan 7%
pada perempuan dewasa, dengan puncak usia dekade ketiga dan keempat. Angka kejadian
batu ginjal berdasarkan data yang dikumpulkan dari rumah sakit di seluruh Indonesia tahun
2002 adalah sebesar 37.636 kasus baru, dengan jumlah kunjungan sebesar 58.959 orang.
Selain itu jumlah pasien yang dirawat mencapai 19.018 orang, dengan mortalitas 378 orang.
(Rully, M. Azharry. S. 2010. 52) .2
Batu ginjal menyebabkan obstruksi pada ginjal sehingga menjadi hidronefrosis, lalu
apabila hidronefrosis tidak ditangani maka akan terjadi komplikasi-komplikasi, diantaranya
adalah gagal ginjal, infeksi, hidronefrosis,
avaskuler ischemia yang akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal serta akan mengakibatkan
ancaman kematian bagi penderita.2

2
BAB II
LAPORAN KASUS

I. Identitas Pasien

Nama : Tn. E

Jenis Kelamin : Laki- laki

Umur : 53 tahun

Agama : Islam

Tempat tinggal : Metro

Masuk IGD : 25 Oktober 2018

II. Anamnesis

Keluhan Utama :

Nyeri pinggang kanan sejak 7 jam SMRS

Keluhan Tambahan :

BAK berdarah 7 jam SMRS dan demam 1 hari

Riwayat Penyakit Sekarang :

Seorang pasien laki-laki, 53 tahun, datang ke IGD RSUD Bekasi diantar dengan istrinya dengan
keluhan nyeri pinggang kanan sejak 7 jam SMRS. Nyeri pinggang dirasakan menjalar sampai ke
kaki kanan dan nyeri dirasakan hilang timbul. Pasien juga mengeluh BAK berdarah 7 jam
SMRS. Sehari sebelumnya pasien mengalami demam.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Pasien mengatakan keluhan seperti baru pertama dialaminya dan riwayat kencing batu disangkal.
Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat hipertensi, DM, asma, alergi obat.

3
Riwayat Kebiasaan :

Pasien memiliki kebiasaan minum kurang dari 1 liter air setiap hari.

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada yang memiliki penyakit serupa dengan pasien maupun penyakit sistemik lainnya
dalam keluarga.

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Compos mentis

Status Gizi : Baik

Tanda Vital : TD = 110/70 mmHg

Nadi = 82 kali/menit

Suhu = 37.80C

RR = 20 kali/menit

Kepala : Normochepali, distribusi rambut merata berwarna putih


Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil bulat isokor diameter 3mm,
reflek cahaya (+/+)
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thorax : Inspeksi : simetris kanan dan kiri
Palpasi : vocal fremitus kanan = kiri
Perkusi : sonor kanan = kiri
Auskultasi : suara napas vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-. BJ I/II normal, gallop
(-), murmur (-).

Abdomen : Inspeksi : datar dan simetris

Auskultasi : bising usus normal

4
Palpasi : defans muscular (-), lemas, nyeri tekan (-), Ballotement +/-, nyeri ketok
CVA +/-, nyeri tekan supra simfisis (-)

Perkusi : timpani, pekak hepar (+)

Extremitas : Akral hangat, edema -/-, kekuatan motorik normal

Genitalia dan anus : tidak dipeiksa

IV. Diagnosis Sementara

Kolik renal dextra ec. nefrolitiasis dextra

V. Diagnosis Banding
 Ureterolitiasis
 Pielonefritis akut

VI. Rencana Terapi


Medikamentosa:
- IVFD RL 500cc/24 jam
- Ketorolac 1 amp (extra)
- Asam traneksamat 1 amp/12 jam
- Paracetamol 3x 500 mg (po)

Non Medikamentosa :

- Menghindari dehidrasi dengan minum cukup dan diusahakan produksi urin sebanyak 2-3
liter per hari
- Diet rendah zat komponen pembentuk batu
- Aktivitas harian yang cukup
- Jangan menahan BAK terlalu lama

Operatif
- Nefrolitotomi dextra

5
VII. Pemeriksaan Penunjang
 USG :
Batu renal dextra ukuran 6,9 mm
Pelebaran ureter
Prostat dan VU dalam batas normal

VIII. Prognosis

Quo ad vitam : bonam


Quo ad sanam : bonam

6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

Nefrolitiasis
1. Pengertian1

Gambar 2.7 Nefrolitiasis

Nefrolitiasis atau batu ginjal adalah batu yang hanya berada di bagian pelvis renalis.
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal, pembentukan deposit
mineral yang kebanyakan adalah kalsium oksalat dan kalsium phospat meskipun juga yang
lain urid acid dan kristal, juga membentuk kalkulus ( batu ginjal ).

2. Etiologi1,2
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium
oksalat, kalsium fosfat, dan asam urat meningkat. Batu juga dapat terbentuk ketika terdapat
defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat yang secara normal mencegah kristalisasi dalam
urine. Kondisi lain yang mempengaruhi laju pembentukan batu mencakup pH urin dan status
cairan pasien (batu cenderung terjadi pada pasien dehidrasi).
Penyebab terbentuknya batu digolongkan dalma 2 faktor :

7
a. Faktor endogen :
 Hiperkalsemia : Meningkatnya kalsium dalam darah
 Hiperkasiuria : Meningkatnya kalsium dalam urin
 Ph urin
 Kelebihan pemasukan cairan dalam tubuh yang bertolak belakang dengan
keseimbangan cairan yang masuk dalam tubuh
b. Faktor eksogen :
 Air minum
Kurang minum atau kurang mengkonsumsi air mengakibatkan terjadinya
pengendapan kalsium dalam pelvis renal akibat ketidak seimbangan cairan yang
masuk
 Suhu
Tempat yang bersuhu panas menyebabkan banyaknya pengeluaran keringat,yang
akan mempermudah pengurangan produksi urin dan mempermudah terbentuknya
batu.
 Makanan
Kurangnya mengkonsumsi protein dapat menjadi faktor terbentuknya batu
 Dehidrasi
Kurangnya pemasukan cairan dalam tubuh juga ikut membantu proses
pembentukan urin.

3. Patofisiologi2
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah, jaringan
yang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi larutan akibat dari
intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organik akibat infeksi saluran kemih
atau urin sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu. Ditambah dengan adanya
infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi amonium yang berakibat presipitasi
kalsium dan magnesium pospat (Jong, 1996 : 323)
Proses pembentukan batu ginjal dipengaruhi oleh beberapa faktor yang kemudian
dijadikan dalam beberapa teori :

8
a. Teori supersaturasi
Tingkat kejenuhan kompone-komponen pembentuk batu ginjal mendukung terjadinya
kristalisasi. Kristal yang banyak menetap menyebabkan terjadinya agresi kristal
kemudian timbul menjadi batu.
b. Teori matriks
Matriks merupakan mukoprotein yang terdiri dari 65% protein, 10% heksose, 3-5
heksosamin dan 10% air. Adapun matriks menyebabkan penempelan kristal-kristal
sehingga menjadi batu.
c. Teori kurang inhibitor
Pada kondisi normal kalsium dan fosfat hadir dalam jumlah yang melampui daya
kelarutan, sehingga diperlukan zat penghambat pengendapat. Phospat
mukopolisakarida dan dipospat merupakan penghambatan pembentukan kristal. Bila
terjadi kekurangan zat ini maka akan mudah terjadi pengendapan.
d. Teori epistaxi
Merupakan pembentukan baru oleh beberapa zat secara bersama-sama, salah satu
batu merupakan inti dari batu yang merupakan pembentuk pada lapisan luarnya.
Contohnya ekskresi asam urat yang berlebihan dalam urin akan mendukung
pembentukan batu kalsium dengan bahan urat sebagai inti pengendapan kalsium.
e. Teori kombinasi
Batu terbentuk karena kombinasi dari berbagai macam teori di atas.

4. Jenis-jenis Batu dan Komposisi Batu2,3


Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium: kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn, da sistin, silikat dan
senyawa lainnya. Data mengenai kandungan / komposisi zat yang terdapat pada batu sangat
penting untuk usaha pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya batu residif.
a. Batu Kalsium
Batu jenis ini paling banyak di jumpai, yaitu kurang lebih 70 - 80% dari seluruh batu
saluran kemih. Kandungan batu jenis ini terdiri atas kalsium oksalat, kalsium fosfat,
atau campuran dari kedua unsur itu.

9
b. Batu Struvit
Batu struvit disebut juga sebagai batu infeksi, karena terbentuknya batu ini
disebabkan oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah
kuman golongan pemecah urea atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim
urease dan merubah urine menjadi bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi
amoniak. Kuman-kuman yang termasuk pemecah urea di antaranya adalah :
Proteusspp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan Stafilokokus.
Meskipun E coli banyak menimbulkan infeksi saluran kemih tetapi kuman ini bukan
termasuk pemecah urea.
c. Batu Asam Urat
Batu asam urat merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Di antaranya 75-
80% batu asam urat terdiri atas asam murni dan sisanya merupakan campuran
kalsium oksalat. Penyakit batu asam urat banyak diderita oleh pasien-pasien gout,
penyakit mieloproliferatif, pasien yang mendapatkan terapi antikanker, dan yang
banyak mempergunakan obat urikosurik diantaranya adalah sulfinpirazone, thiazide,
dan salisilat. Kegemukan, peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai
peluang yang lebih besar untuk mendapatkan penyakit ini.

5. Tanda dan Gejala2,3,4


Batu yang terjebak diureter menyebabkan gelombang nyeri yang luar biasa, akut, kolik,
yang menyebar kepaha dan genitalia. Pasien merasa selalu ingin berkemih, namun hanya
sedikit urin yang keluar dan biasanya mengandung darah akibat aksi abrasive batu. Batu yang
terjebak dikandung kemih biasanya menyebabkan gejala iritasi dan berhubungan dengan
infeksi traktus urinarius dan hematuria.
Keluhan yang sering ditemukan adalah sebagai berikut :
a. Hematuria
b. Piuria
c. Polikisuria/frequency
d. Urgency

10
e. Nyeri pinggang menjalar ke daerah pingggul, bersifat terus menerus pada daerah
pinggang.
f. Kolik ginjal yang terjadi tiba-tiba dan menghilang secara perlahan-lahan.
g. Rasa nyeri pada daerah pinggang, menjalar ke perut tengah bawah, selanjutnya ke
arah penis atau vulva.
h. Anorexia, muntah dan perut kembung
i. Hasil pemeriksaan laboratorium, dinyatakan urine tidak ditemukan adanya batu
leukosit meningkat.

6. Komplikasi5
Menurut guyton, 1993 komplikasi dari nefrolitiasis adalah :
a. Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang
disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat.
Hal in menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
b. Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan
microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.
c. Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal
dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
d. Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian
jaringan.

7. Pemeriksaan Diagnostik3,6
a. Pemeriksaan Urin
 PH lebih dari 7,6
 Sediment sel darah merah lebih dari 90%
 Biakan urin
 Ekskresi kalsium fosfor, asam urat

11
b. Pemeriksaan darah
 Hb turun
 Leukositosis
 Urium krestinin
 Kalsium, fosfor, asam urat
c. Pemeriksaan Radiologist
Foto Polos perut / BNO (Bladder Neck Obstruction) dan Pemeriksaan rontgen saluran
kemih / IVP (Intranenous Pyelogram) untuk melihat lokasi batu dan besar batu
d. CT helikal tanpa kontras
CT helical tanpa kontras adalah teknik pencitraan yang dianjurkan pada pasien yang
diduga menderita nefrolitiasis. Teknik tersebut memiliki beberapa keuntungan
dibandingkan teknik pencitraan lainnya, antara lain: tidak memerlukan material
radiokontras; dapat memperlihatkan bagian distal ureter; dapat mendeteksi batu
radiolusen (seperti batu asam urat), batu radio-opaque, dan batu kecil sebesar 1-2
mm; dan dapat mendeteksi hidronefrosis dan kelainan ginjal dan intra-abdomen selain
batu yang dapat menyebabkan timbulnya gejala pada pasien. Pada penelitian yang
dilakukan terhadap 100 pasien yang datang ke UGD dengan nyeri pinggang, CT
helikal memiliki sensitivitas 98%, spesifisitas 100%, dan nilai prediktif negatif 97%
untuk diagnosis batu ureter.
c. USG abdomen
Ultrasonografi memiliki kelebihan karena tidak menggunakan radiasi, tetapi teknik
ini kurang sensitif dalam mendeteksi batu dan hanya bisa memperlihatkan ginjal dan
ureter proksimal. Penelitian retrospektif pada 123 pasien menunjukkan bahwa,
dibandingkan dengan CT Helikal sebagai gold standard, ultrasonografi memiliki
sensitivitas 24% dan spesifisitas 90%. Batu dengan diameter lebih kecil dari 3 mm
juga sering terlewatkan dengan ultrasonografi.

8. Penatalaksanaan Medis6,7
Sjamsuhidrajat (2004) menjelaskan penatalaksanaan pada nefrolitiasis terdiri dari :

12
a. Obat diuretik thiazid(misalnya trichlormetazid) akan mengurangi pembentukan batu
yang baru.
b. Dianjurkan untuk minum banyak air putih 1,5-2 Liter / hari.
c. Diet rendah kalsium dan mengkonsumsi natrium selulosa fosfat.
d. Untuk meningkatkan kadar sitrat (zat penghambat pembentukan batu kalsium) di
dalam air kemih, diberikan kalium sitrat.
e. Kadar oksalat yang tinggi dalam air kemih, yang menyokong terbentuknya batu
kalsium, merupakan akibat dari mengkonsumsi makanan yang kaya oksalat (misalnya
bayam, coklat, kacang-kacangan, merica dan teh). Oleh karena itu sebaiknya asupan
makanan tersebut dikurangi.
f. Kadang batu kalsium terbentuk akibat penyakit lain, seperti hiperparatiroidisme,
sarkoidosis, keracunan vitamin D, asidosis tubulus renalis atau kanker. Pada kasus ini
sebaiknya dilakukan pengobatan terhadap penyakit-penyakit tersebut. Batu asam urat.
g. Dianjurkan untuk mengurangi asupan daging, ikan dan unggas, karena makanan
tersebut menyebabkan meningkatnya kadar asam urat di dalam air kemih.
h. Untuk mengurangi pembentukan asam urat bisa diberikan allopurinol.
i. Batu asam urat terbentuk jika keasaman air kemih bertambah, karena itu untuk
menciptakan suasana air kemih yang alkalis (basa), bisa diberikan kalium sitrat.
j. Dianjurkan untuk banyak minum air putih.

Sedangkan menurut Purnomo BB (2003), penatalaksanaan nefrolitiasin adalah:


Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih 7
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksi yang
terjadi.
Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik selektif dengan
pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.

8.1Medikamentosa 7

13
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter
kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat merupakan
bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah pembentukan batu atau
lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien BSK harus minum paling
sedikit 8 gelas air sehari.

8.2 Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatan 7


Analgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau obat
anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk mencegah
infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui komposisi
dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat pembentukan batu
berikutnya.

8.3ESWL(Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) 7


Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang
kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL adalah pemecah
batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini dapat memecah
batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga mudah
dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan melakukan prosedur
invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.

8.4Endourologi 8
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau melalui
insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :

14
a.PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi pada
kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-fragmen kecil.
b.Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c.Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-uretram.
Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem pelvikalises
dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
d.Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat keranjang
Dormia.

8.5Tindakan Operasi 8
Penanganan BSK, biasanya terlebih dahulu diusahakan untuk mengeluarkan batu secara spontan
tanpa pembedahan/operasi. Tindakan bedah dilakukan jika batu tidak merespon terhadap bentuk
penanganan lainnya. Ada beberapa jenis tindakan pembedahan, nama dari tindakan pembedahan
tersebut tergantung dari lokasi dimana batu berada, yaitu :
a.Nefrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di dalam ginjal
b.Ureterolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di ureter
c.Vesikolitomi merupakan operasi tebuka untuk mengambil batu yang berada di vesica urinearia
d.Uretrolitotomi merupakan operasi terbuka untuk mengambil batu yang berada di uretra
e. Pyelolitotomi merupakan pembedahan untuk mengambil batu yang berada di pelvis renalis.

9. Pencegahan Batu Saluran Kemih 9


Pencegahan BSK terdiri dari pencegahan primer atau pencegahan tingkat pertama, pencegahan
sekunder atau pencegahan tingkat kedua, dan pencegahan tersier atau pencegahan tingkat ketiga.
Tindakan pencegahan tersebut antara lain :

9.1Pencegahan Primer 9
Tujuan dari pencegahan primer adalah untuk mencegah agar tidak terjadinya penyakit BSK
dengan cara mengendalikan faktor penyebab dari penyakit BSK. Sasarannya ditujukan kepada
orang-orang yang masih sehat, belum pernah menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan

15
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan, dan perlindungan kesehatan. Contohnya
adalah untuk menghindari terjadinya penyakit BSK, dianjurkan untuk minum air putih minimal 2
liter per hari. Konsumsi air putih dapat meningkatkan aliran kemih dan menurunkan konsentrasi
pembentuk batu dalam air kemih. Serta olahraga yang cukup terutama bagi individu yang
pekerjaannya lebih banyak duduk atau statis.

9.2Pencegahan Sekunder 9
Tujuan dari pencegahan sekunder adalah untuk menghentikan perkembangan penyakit agar tidak
menyebar dan mencegah terjadinya komplikasi. Sasarannya ditujukan kepada orang yang telah
menderita penyakit BSK. Kegiatan yang dilakukan dengan diagnosis dan pengobatan sejak dini.
Diagnosis Batu Saluran Kemih dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan fisik, laboraturium,
dan radiologis.

Hasil pemeriksaan fisik dapat dilihat berdasarkan kelainan fisik pada daerah organ yang
bersangkutan :
a.Keluhan lain selain nyeri kolik adalah takikardia, keringatan, mual, dan demam (tidak selalu).
b.Pada keadaan akut, paling sering ditemukan rasa tidak enak pada daerah pinggul (flank
tenderness), hal ini disebabkan akibat obstruksi sementara yaitu saat batu melewati ureter
menuju kandung kemih.
Urinalisis dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi infeksi yaitu peningkatan jumlah leukosit
dalam darah, hematuria dan bakteriuria, dengan adanya kandungan nitrit dalam urine. Selain itu,
nilai pH urine harus diuji karena batu sistin dan asam urat dapat terbentuk jika nilai pH kurang
dari 6,0, sementara batu fosfat dan struvit lebih mudah terbentuk pada pH urine lebih dari 7,2.

Diagnosis BSK dapat dilakukan dengan beberapa tindakan radiologis yaitu:


a.Sinar X abdomen
Untuk melihat batu di daerah ginjal, ureter dan kandung kemih. Dimana dapat menunjukan
ukuran, bentuk, posisi batu dan dapat membedakan klasifikasi batu yaitu dengan densitas tinggi
biasanya menunjukan jenis batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat, sedangkan dengan densitas
rendah menunjukan jenis batu struvit, sistin dan campuran. Pemeriksaan ini tidak dapat
membedakan batu di dalam ginjal maupun batu diluar ginjal.

16
b.Intravenous Pyelogram (IVP)
Pemeriksaan ini bertujuan menilai anatomi dan fungsi ginjal. Jika IVP belum dapat menjelaskan
keadaan sistem saluran kemih akibat adanya penurunan fungsi ginjal, sebagai penggantinya
adalah pemeriksaan pielografi retrograd.
c.Ultrasonografi (USG)
USG dapat menunjukan ukuran, bentuk, posisi batudan adanya obstruksi. Pemeriksaan dengan
ultrasonografi diperlukan pada wanita hamil dan pasien yang alergi terhadap kontras radiologi.
Keterbatasn pemeriksaan ini adalah kesulitan untuk menunjukan batu ureter, dan tidak dapat
membedakan klasifikasi batu.
d.Pemindaian CT akan menghasilkan gambar yang lebih jelas tentang ukuran dan lokasi batu.

9.3Pencegahan Tersier9,10
Tujuan dari pencegahan tersier adalah untuk mencegah agar tidak terjadi komplikasi sehingga
tidak berkembang ke tahap lanjut yang membutuhkan perawatan intensif. Sasarannya ditujukan
kepada orang yang sudah menderita penyakit BSK agar penyakitnya tidak bertambah berat.
Kegiatan yang dilakukan meliputi kegiatan rehabilitasi seperti konseling kesehatan agar orang
tersebut lebih memahami tentang cara menjaga fungsi saluran kemih terutama ginjal yang telah
rusak akibat dari BSK sehingga fungsi organ tersebut dapat maksimal kembali dan tidak terjadi
kekambuhan penyakit BSK , dan dapat memberikan kualitas hidup sebaik mungkin sesuai
dengan kemampuannya.

17
BAB IV
PENUTUP

Batu ginjal terbentuk dari endapan kristal-kristal pada uroepitelium dan kemudian
menumpuk dan membentuk batu yang komposisinya dapat berupa batu kalsium, batu asam urat,
batu struvit, dan batu systein.
Gejala klinis batu ginjal terutama nyeri baik kolik maupun non kolik dan juga hematuria.
Penatalaksanaan batu ginjal dapat berupa medikamentosa, ESWL, PNL ataupun operasi terbuka.
Dalam menentukan suatu diagnosa perlu untuk dilakukan anamnesa, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Sebaiknya disarankan kepada setiap orang untuk lebih berhati-hati
terhadap penyebab nefrolitiasis, yaitu pola hidup.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi edisi 3. FK Unbraw: Malang. 2011


2. Kapita Selekta Kedokteran edisi 4. FKUI: Jakarta. 2014
3. Guyton & Hall. Buku ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN. EGC : Jakarta. 2008
4. Price, Sylvia Anderson. Patofisiologi : konsep klinis proses-proses penyakit.
EGC:Jakarta. 2005
5. Pearce, Evelyn C.Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Pt Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta. 2009
6. Santoso, Beatricia I. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. EGC: Jakarta. 2001
7. Sudoyo, Aru W. Ilmu Penyakit Dalam. Departemen Ilmu PenyakitDalam FKUI:Jakarta.
2007
8. Sjamsuhidajat, R Jong Wim De. Buku ajar bedah. Jakarta : EGC.1998
9. Nur Lina. Faktor-Faktor Resiko Kejadian Batu Saluran Kemih Pada Laki-Laki.
Semarang: Magister Epidemiologi Universitas Diponegoro. 2008
10. Soepaman. Ilmu Penyakit Dalam Jillid II. FKUI: Jakarta. 1990

19

Anda mungkin juga menyukai